A. Definisi
Fraktur adalah diskontinuitas jaringan tulang dan tulang rawan (R.
Syamsuhidayat, 1997).
Fraktur vertebra adalah terputusnya discus invertebralis yang berdekatan
danberbagai tingkat perpindahan fragmen tulang (Theodore, 1993).Vertebra
lumbalis terletak di region punggung bawah antara regiontorakal dan sacrum.
Vertebra pada region ini ditandai dengan corpusvertebra yang berukuran
besar, kuat, dan tiadanya costal facet.Vertebra lumbal ke 5 (VL5) merupakan
vertebra yang mempunyaigerakan terbesar dan menanggung beban tubuh
bagian atas (Yanuar2002).Trauma pada tulang belakang adalah cedera yang
mengenaiservikalis, vertebra, dan lumbal akibat trauma, seperti jatuh
dariketinggian, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olahraga, dansebagainya.
(Arif Muttaqin, 2005, hal. 98).Fraktur lumbal adalah fraktur yang terjadi pada
daerah tulangbelakang bagian bawah. Bentuk cidera ini mengenai ligament,
frakturvertebra, kerusakan pembuluh darah, dan mengakibatkan iskemia pada
medulla spinalis (Batticaca, 2008).
KLASIFIKASI
1) Fraktur kompresi (Wedge fractures) Adanya kompresi pada bagian
depan corpus vertebralis yang tertekan dan membentuk patahan irisan.
Fraktur kompresi adalah fraktur tersering yang mempengaruhi
kolumna vertebra. Fraktur ini dapat disebabkan oleh kecelakaan jatuh
dari ketinggian dengan posisi terduduk ataupun mendapat pukulan di
kepala, osteoporosis dan adanya metastase kanker dari tempat lain ke
vertebra kemudian membuat bagian vertebra tersebut menjadi lemah
dan akhirnya mudah mengalami fraktur kompresi. Vertebra dengan
fraktur kompresi akan menjadi lebih pendek ukurannya daripada
ukuran vertebra sebenarnya.
2) Fraktur remuk(Burst fractures)Fraktur yang terjadi ketika ada
penekanan corpus vertebralis secara langsung, dan tulang menjadi
hancur. Fragmen tulang berpotensi masuk ke kanalis spinais.
Terminologi fraktur ini adalah menyebarnya tepi korpus vertebralis
kearah luar yang disebabkan adanya kecelakaan yang lebih berat
dibanding fraktur kompresi. tepi tulang yang menyebar atau melebar
itu akan memudahkan medulla spinalis untuk cedera dan ada fragmen
tulang yang mengarah ke medulla spinalis dan dapat menekan medulla
spinalis dan menyebabkan aralisi atau gangguan syaraf parsial.
3) Fraktur dislokasi Terjadi ketika ada segmen vertebra berpindah dari
tempatnya karena kompresi, rotasi atau tekanan. Ketiga kolumna
mengalami kerusakan sehingga sangat tidak stabil, cedera ini sangat
berbahaya. Terapi tergantung apakah ada atau tidaknya korda atau
akar syaraf yang rusak.
4) Cedera pisau lipat (Seat belt fractures sering terjadi pada kecelakaan
mobil dengan kekuatan tinggi dan tiba-tiba mengerem sehingga
membuat vertebrae dalam keadaan fleksi, dislokasi fraktur sering
terjadi pada thoracolumbar junction.
B. Etiologi
Fraktur vertebra, khususnya vertebra servikalis dapat disebabkan oleh trauma
hiperekstensi, hiperfleksi, ekstensi rotasi, fleksi rotasi, atau kompresi
servikalis.Fraktur vertebra thorakal bagian atas dan tengah jarang terjadi,
kecuali bila trauma berat atau ada osteoporosis.Karena kanalis spinal di
daerah ini sempit, maka sering disertai gejala neurologis.Mekanisme trauma
biasanya bersifat kompresi atau trauma langsung.Pada kompresi terjadi
fraktur kompresi vertebra, tampak korpus vertebra berbentuk baji pada foto
lateral.Pada trauma langsung dapat timbul fraktur pada elemen posterior
vertebra, korpus vertebra dan iga di dekatnya.
Fraktur dapat disebabkan oleh berbagai hal, yaitu :
1) Kecelakaan
Kebanyakan fraktur terjadi karena kecelakaan lalu lintas
2) Cidera olah raga
Saat melakukan oleh raga yang berat tanpa pemanasan sehingga terjadi
cidera olah raga yang menyebabkan fraktur
3) Osteoporosis
Lebih sering terjadi pada wanita usia di atas 45 tahun karena terjadi
perubahan hormon menopause
4) 4 Malnutrisi
Pada orang yang malnutrisi terjadi defsit kalsium pada tulang sehingga
tulang rapuh dan sangat beresiko sekali terjadi fraktur
5) 5 Kecelekaan
Kecerobohan di tempat kerja biasa terjadi, yang dapat menyebabkan
fraktur.
(Reeves, 2000)
C. Patofisiologi
Fraktur tulang belakang dapat terjadi di sepanjang kolumna bertebra tetapi
lebih sering terjadi di daerah servikal bagian bawah dan di daerah lumbal
bagian atas. Pada dislokasi akan tampak bahwa kanalis vertebralis di daerah
dislokasi tersebut menjadi sempit, keadaan ini akan menimbulkan penekanan
atau kompresi pada medulla spinalis atau rediks saraf spinalis.
Dengan adanya penekanan atau kompresi yang berlangsung lama
mengakibatkan jaringan terputus akibatnya daerah sekitar fraktur mengalami
oedema / hematoma.Kompresi akibatnya sering menyebabkan iskemia
otot.Gejala dan tanda yang menyertai peningkatan tekanan “compartmental”
mencakup nyeri, kehilangan sensasi dan paralisis.Hilangnya tonjolan tulang
yang normal, pemendekan atau pemanjangan tulang dan kedudukan yang
khas untuk dislokasi tertentu menyebabkan terjadinya perubahan bentuk
(deformitas).Imobilisasi membentuk terapi awal pasien fraktur.Imobilisasi
harus dicapai sebelum pasien ditransfer dan bila mungkin, bidai harus
dijulurkan paling kurang satu sendi di atas dan di bawah tempat fraktur,
dengan imobilisasi mengakibatkan sirkulasi darah menurun sehingga terjadi
perubahan perfusi jaringan primer. (Markam, Soemarmo, 1992; Sabiston,
1995; Mansjoer, 2000)
D. Pathway
Perubahan
Saraf rusak Perubahan peran
permeabilitas kapiler Ansietas b.d perubahan bedrest
dalam: status kesehatan
Hambatan mobilitas fisik Nyeri akut/kronis Difisiensi pengetahuan Risiko kerusakan integritas kulit,
Risiko infeksi
b.d ganggun b.d agen cidera: b.d keterbatasan kognitif factor risiko imobilitas fisik
muskuloskeletal fisik
G. Pemeriksaan Penunjang
1) Foto Rontgen Spinal, yang memperlihatkan adanya perubahan degeneratif
pada tulang belakang, atau tulang intervetebralis atau mengesampingkan
kecurigaan patologis lain seperti tumor, osteomielitis.
2) Elektromiografi, untuk melokalisasi lesi pada tingkat akar syaraf spinal
utama yang terkena.
3) Venogram Epidural, yang dapat dilakukan di mana keakuratan dan
miogram terbatas.
4) Fungsi Lumbal, yang dapat mengkesampingkan kondisi yang
berhubungan, infeksi adanya darah.
5) Tanda Le Seque (tes dengan mengangkat kaki lurus ke atas) untuk
mendukung diagnosa awal dari herniasi discus intervertebralis ketika
muncul nyeri pada kaki posterior.
6) CT - Scan yang dapat menunjukkan kanal spinal yang mengecil, adanya
protrusi discus intervetebralis.
7) MRI, termasuk pemeriksaan non invasif yang dapat menunjukkan adanya
perubahan tulang dan jaringan lunak dan dapat memperkuat adanya
herniasi discus.
8) Mielogram, hasilnya mungkin normal atau memperlihatkan
“penyempitan” dari ruang discus, menentukan lokasi dan ukuran herniasi
secara spesifik.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada kasus ini adalah tirah baring total disertai dengan
fisioterapi.
8) Risiko infeksi
NOC:
Status imun: Keadekuatan alami yang didapat dan secara tepat ditujukan
untuk menahan antigen-antigen internal maupun eksternal.
Pengetahuan: Pengendalian Infeksi: tingkat pemahaman mengenai
pencegahan dan pengendalian infeksi.
Pengendalian resiko: tindakan untuk menghilangkan atau mengurangi
ancaman kesehatan akual, pribadi, serta dapat dimodifikasi.
Deteksi Resiko: indakan yang dilakukan untuk mengidentifikasi ancaman
kesehatan seseorang.
Tujuan/Kriteria Evaluasi:
- Fakto resiko infeksi akan hilang dengan dibuktikan oleh keadekuatan
status imun pasien.
- Pasien menunjukkan Pengendalian Risiko.
NIC:
Pemberian Imunisasi/Vaksinasi: Pemberian imunisasi untuk mencegah
penyakit menuar.
Pengendalian Infeksi: Meminimalkan penularan agen infeksius.
Perlindungan terhadap Infeksi: Mencegah dan mendeteksi dini infeksi
pada pasien yang berisiko.
Aktivitas Keperawatan:
- Pantau tanda gejala infeksi
- Kaji factor yang meningkatkan serangan infeksi
- Patau hasil laboratorium
- Amati penampilan praktik hygiene pribadi untuk perlindungan
terhadap infeksi
- Aktivitas Kolaboratif: Berikan terapi antibiotic, bila diperlukan
Daftar Pustaka