Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR

BAB I Konsep Penyakit Fraktur

A. Definisi Fraktur

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kantinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya ( Brunner & Suddarth, 2005 dalam Wijaya dan putri, 2013). Fraktur adalah patah tulang,
biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan
tulang itu sendiri dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu
lengkap atau tidak lengkap (Price dan Wilson, 2006).
Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi mungkin tak lebih dari
suatu retakan, suatu pengisutan atau primpilan korteks, biasanya patahan lengkap dan fragmen tulang
bergeser (Wijaya dan putri, 2013).
Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang biasanya terjadi
pada bagian proksimal (kondilus), diafisis, atau persendian pergelangan kaki (Muttaqin, 2008)
Berdasarkan pengertian para ahli dapat disimpulkan bahwa fraktur cruris adalah terputusnya
kontinuitas tulang dan di tentukan sesuai jenis dan luasnya, yang di sebabkan karena trauma atau tenaga
fisik yang terjadi pada tulang tibia dan fibula.
B. Etiologi
Menurut Wijaya dan Putri (2013) penyebab fraktur adalah :
a. Kekerasan langsungKekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinyakekerasan. Fraktur
demikian sering bersifat fraktur terbuka dengangaris patah melintang atau miring.
b. Kekerasan tidak langsungKekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari
tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran
vektor.
c. Kekerasan akibat tarikan ototPatah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa
pemutiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasidari ketiganya, dan penarikan.
Menurut Brunner & Suddarth (2005) fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan
punter mendadak, dan bahakan kontraksi otot ekstremitas, organ tubuh dapat mengalami cederaakibat gaya yang
disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen tulang.
C. Klasifikasi

Menurut (Brunner & Suddarth, 2005) jenis-jenis fraktur adalah:

a. Complete fracture (fraktur komplet) patah pada seluruh garis tengah tulang, luas dan melintang.
Biasanya disertai dengan perpindahan posisi tulang.
b. Closed fracture (simple fraktur) tidak menyebabkan robeknya kulit, integritas kulit masih utuh.
c. Open fracture (compound fraktur / komplikata / kompleks), merupakan fraktur dengan luka pada
kulit (integritas kulit rusak dan ujung tulang menonjol sampai menembus kulit) atau membrane
mukosa sampai kepatahan tulang.
Fraktur terbuka digradasi menjadi:

 Grade I : luka bersih, kurang dari 1 cm panjangnya


 Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
 Grade III : luka sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif.
d. Greenstick fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang lainnya membengkok.
e. Tranversal fraktur sepanjang garis tengah tulang.
f. Oblik fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.
g. Spiral fraktur memuntir seputar batang tulang.
h. Komunitif fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen.
i. Depresi fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedalam (seiring terjadi pada tulang tengkorak
dan wajah).
j. Kompresi fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang).
k. Patologik fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, paget, metastasis
tulang, tumor).
l. Epifisial fraktur melalui epifisis.
m. Impaksi fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainya.
Menurut Sjamsuhidajat, 2005) patah tulang dapat dibagi menurut:

a. Ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar yaitu:
 Patah tulang tertutup
 Patah tulang terbuka yang memungkinkan kuman dari luar dapat masuk kedalam luka
sampai ketulang yang patah. Patah tulang terbuka dibagi menjadi tiga derajat yang
ditentukan oleh berat ringannya patah tulang.
b. Patah tulang menurut garis fraktur
 Fisura tulang disebabkan oleh cedera tulang hebat atau oleh cedera terus menerus yang cukup lama
seperti juga ditemukan pada retak stres pada struktur logam
 Patah tulang serong
 Patah tulang lintang
 Patah tulang kuminutif oleh cedera hebat
 Patah tulang segmental karena cedera hebat
 Patah tulang dahan hijau : periost tetap utuh
 Patah tulang kompresi akibat kekuatan besar pada tulang pendek atau epifisis tulang pipa
 Patah tulang impaksi, kadang juga disebut inklavsi
 Patah tulang impresi

D. Patofisiologi
Patologis (Penurunan densitas tulang Trauma langsung/tidak langsung Stress/tekanan tulang
Karena tumor, osteoporosis)

Jariingan tidak kuat/tidak dapat menahan kekuatan dari luar

Konservatif Fraktur Operatif (ORIF/OREF)

Fiksasi eksternal Perubahan letak Luka terbuka kerusakan bagian-bagian Perubahan status
fragmen/depormitas yang lunak kesehatan

Traksi/Gips Kelemahan/ Kuman masuk Jaringan syaraf rusak Kurangnya


Kehilangan fungsi gerak kedalam luka / fungsi menurun Informasi

Gerak terbatas Risiko infeksi Impuls nyeri Kurangnya


dibawa ke otak pengetahuan
Imobilitas Risiko pendarahan

Otak
Luka menerjemahkan Kerusakan Jaringan
Gangguan
Impuls nyeri pembuluh darah
Mobilitas fisik
Penekanan pada Kuman masuk
bagian yang menonjol Nyeri akut Aliran darah meningkat
Gangguan integritas
Sirkulasi perifer Tekanan darah meningkat
menurun

Iskemia Tekanan pembuluh


Penurunan aliran darah Penekanan pada Edema Darah meningkat
Nekrosis jaringan jaringan vaskular
Resiko disfungsi neurovaskular Produksi cairan ekstra sel meningkaT
Gangguan
Integritas jaringan Resiko tinggi gangguan
perfusi jaringan
E. Manifestasi Klinik
Manifestasi fraktur menurut Brunner & Suddarth (2005) adalahnyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan
ekstremitas, krepitus, pembengkakan local dan perubahan warna.
a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fregmen tulangdiimobilisasi. Spasme otot yang menyertai
fraktur merupakan bentuk
b. bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antarfragmen tulang.
c. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dancenderung bergerak secara tidak alamiah (gerakan
luar biasa) bukannya tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen padafraktur lengan atau tungkai
menyebabkan deformitas (terlihatmaupun teraba) ekstremitas yang bias diketahui denganmembandingkan dengan
ekstremitas normal. Ekstremitas tak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung
padaintegritas tulang tempat melengketnya otot.
d. Pada fraktur panjang, terjadinya pemendekan tulang yangsebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas atau
dibawahtempat fraktur. Fraktur sering saling melingkupi satu sama lainsampai 2,5 sampai 5 cm (1-2 inci).
e. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulangdinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan
antara fragmen satudengan lainnya.
f. Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagaiakibat trauma dan perdarahan yang mengikuti
fraktur.
F. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan diagnostik fraktur yaitu:

a. Pemeriksaan rontgen : menentukan lokasi dan luasnya fraktur.

b. Scan tulang, tonogram, scan CT/MRI : memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

c. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.

d. Hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan


bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada taruma multiple).

e. Kreatinin : trauma otot meningkat beban kreatinin untuk kliren ginjal.

f. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multiple atau cedera hari.

G. Penatalaksanaan

Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi dan pengembalian fungsi serta kekuatan normal dengan
rehabilitasi. Reduksifraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya danrotasi anatomis. Metode untuk
mencapai reduksi fraktur adalah denganreduksi tertutup, traksi, dan reduksi terbuka. Metode yang dipilih untukmereduksi
fraktur bergantung pada sifat frakturnya.

Pada kebanyakan kasus reduksi tertutup dilakukan denganmengembalikan fragmen tulang keposisinya (ujung-ujungnya
saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual. Selanjutnya traksidapat dilakukan untuk mendapatkan efek reduksi
dan imobilisasi.Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi. Pada fraktur tertentu memerlukan reduksi
terbuka, dengan pendekatan bedah, fragmentulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku
atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahankanfragmen tulang dalam posisinya samapai penyembuhan tulang
solidterjadi. Tahapan selanjutnya setelah fraktur direduksi adalah mengimobilisasi dan mempertahankan fragmen tulang dalam
posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapatdilakukan dengan fiksasi interna dan fiksasi
eksterna. Metode fiksasieksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontin, pin dan teknikgips. Sedangkan implant logam
digunakan untuk fiksasi interna.

Mempertahankan dan mengembalikan fragmen tulang dapatdilakukan dengan reduksi dan imobilisasi. Pantau status
neurovaskuler,latihan isometrik, dan memotivasi klien untuk berpartisipasi dalammemperbaiki kemnadirian dan harga diri
(Brunner & Suddarth, 2005).Prinsip penanganan fraktur dikenal dengan empat R yaitu:

a. Rekognisi adalah menyangkut diagnosis fraktur pada tempat kejadiandan kemudian dirumah sakit.

b. Reduksi adalah usaha dan tindakan memanipulasi fragmen-fragmentulang yang patah sedapat mungkin untuk
kembali seperti letakasalnya.

c. Retensi adalah aturan umum dalam pemasangan gips, yang dipasanguntuk mempertahankan reduksi harus
melewati sendi diatas frakturdan dibawah fraktur.

d. Rehabilitasi adalah pengobatan dan penyembuhan fraktur (Price,2006).

Penatakansanaan perawat menurut Masjoer (2003), adalah sebagai berikut:

a. Terlebih dahulu perhatikan adanya perdarahan, syok dan penurunankesadaran, baru periksa patah tulang.

b. Atur posisi tujuannya untuk menimbulkan rasa nyaman, mencegahkompikasic.

c. Pemantauan neurocirculatory yang dilakukan setiap jam secara dini,dan pemantauan neurocirculatory pada
daerah yang cedera adalah:

 Merabah lokasi apakah masih hangat

 Observasi warna
 Menekan pada akar kuku dan perhatikan pengisian kembali kapiler

 Tanyakan pada pasien mengenai rasa nyeri atau hilang sensasi pada lokasi cedera

 Meraba lokasi cedera apakah pasien bisa membedakan rasasensasi nyeri.

 Observasi apakah daerah fraktur bisa digerakkan.

d. Pertahankan kekuatan dan pergerakane.

e. Mempertahankan kekuatan kulitf.

f. Meningkatkan gizi, makanan-makanan yang tinggi serat anjurkanintake protein 150-300 gr/hari.

g. Memperhatikan immobilisasi fraktur yang telah direduksi dengantujuan untuk mempertahankan fragmen yang
telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh.

Tahap-tahap penyembuhan fraktur menurut Brunner & Suddart (2005):

a. Inflamasi tubuh berespon pada tempat cedera terjadi hematom

b. Poliferasi sel terbentuknya barang-barang fibrin sehingga terjadi revaskularisasi.

c. Pembentukan kalus jaringan fibrus yang menghubungkan efek tulang.

d. Opsifikasi merupakan proses penyembuhan pengambilan jaringantulang yang baru.

e. Remodeling perbaikan patah yang meliputi pengambilan jaringanyang mati dan reorganisai.
H. Komplikasi

Komplikasi fraktur menurut (Price, A dan L. Wilson, 2006) :

a. Malunion adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telahsembuh dalam posisi yang tidak pada seharusnya,
membentuk sudutatau miring.

b. Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapidengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan
normal.

c. Nonunion patah tulang yang tidak menyambung kembali.

d. Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan tekananyang berlebihan didalam satu ruangan yang
disebabkan perdarahanmasif pada suatu tempat.

e. Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan
menurunnya oksigenasi.Ini biasanya terjadi pada fraktur.

f. Fat embolisme syndroma tetesan lemak masuk kedalam pembuluhdarah. Faktor resiko terjadinya emboli lemak ada
fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia 70-80 tahun.

g. Tromboembolik komplication trombo vena dalam sering terjadi padaindividu uang imobilisasi dalam waktu yang lama
karena trauma atauketidakmampuan lazimnya komplikasi pada perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi
palinh fatal bila terjadi pada bedahortopedi.

h. Infeksi, sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.Pada trauma orthopedik infeksi dimulai pada kulit
(superfisial) danmasuk kedalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan
bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.

i. Avascular nekrosis pada umumnya berkaitan dengan aseptik ataunekrosis iskemia.

j. Reflek simphathethik dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktifsistem saraf simpatik abnormal syndroma ini belum
bayak dimengerti.Mungkin karena nyeri, perubahan tropik dan vasomontor instability.

BAB II Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identifikasi Pasien

Meliputi : Nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan, tgl. MRS, diagnosa medis,
no.registrasi.

b. Keluhan Utama

Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasanyeri. Nyeri tersebut bisa akut/kronik tergantung
dari lamanyaserangan. Unit memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasanyeri pasien digunakan:

 Provoking inciden: apakah ada peristiwa yang menjadi faktor presipitasi nyeri.

 Quality of pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan pasien.Apakah seperti terbakar, berdenyut atau
menusuk.

 Region radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakagrasa sakit menjalar/menyebar dan dimana
rasa sakit terjadi.
 Saverity (scale of pain): seberapa jauh rasa nyeri yangdirasakan pasien, bisa berdasarkan skala
nyeri/pasienmenerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhikemampuan fungsinya.

 Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari/siang hari.

c. Riwayat Penyakit SekarangPada pasien fraktur/patah tulang dapat disebabkan olehtrauma/kecelakaan,


degeneratif dan patologis yang didahului dengan perdarahan, kerusakan jaringan sekirat yangmengakibatkan
nyeri, bengkak, kebiruan, pucat/perubahan warnakulit dan kesemutan.

d. Riwayat Penyakit DahuluApakah pasien pernah mengalami penyakit ini (FrakturCosta) atau pernah punya
penyakit yang menular/menurunsebelumnya.

e. Riwayat Penyakit KeluargaPada keluarga pasien ada/tidak yang menderitaesteoporoses, arthritis dan
tuberkulosis/penyakit lain yang sifatnyamenurut dan menular.

f. Pola Fungsi kesehatan

1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

Pada fraktur akan mengalami perubahan/ gangguan pada personal hygien, misalnya kebiasaan mandi,
ganti pakaian,BAB dan BAK.

2) Pola Nutrisi dan Metabolisme

Pada fraktur tidak akan mengalami penurunan nafsu makan,meskipun menu berubah misalnya makan
dirumah gizi tetapsama sedangkan di RS disesuaikan dengan penyakit dan diet pasien.
3) Pola Eliminasi

Kebiasaan miksi/defekasi sehari-hari, kesulitan waktu defekasidikarenakan imobilisasi, feses warna


kuning dan konsistensidefekasi, pada miksi pasien tidak mengalami gangguan.

4) Pola Istirahat dan Tidur

Kebiasaan pola tidur dan istirahat mengalami gangguan yangdisebabkan oleh nyeri, misalnya nyeri
akibat fraktur.

5) Pola Aktivitas dan Latihan

Aktivitas dan latihan mengalami perubahan / gangguan akibatdari fraktur femur sehingga kebutuhan
pasien perlu dibantuoleh perawat / keluarga.

6) Pola Persepsi dan Konsep Diri

Pada fraktur akan mengalami gangguan diri karena terjadi perubahan pada dirinya, pasien takut cacat
seumur hidup/tidakdapat bekerja lagi.

7) Pola Sensori Kognitif

Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan jaringan, sedang pada pola kognitif atau cara berpikir pasien
tidak mengalamigangguan.

8) Pola Hubungan Peran

Terjadinya perubahan peran yang dapat menggangguhubungan interpersonal yaitu pasien merasa tidak
berguna lagidan menarik diri.

9) Pola Penanggulangan Stres

Perlu ditanyakan apakah membuat pasien menjadi stres dan biasanya masalah dipendam sendiri /
dirundingkan dengankeluarga.

10) Pola Reproduksi Seksual

Bila pasien sudah berkeluarga dan mempunyai anak, makaakan mengalami pola seksual dan reproduksi,
jika pasien belum berkeluarga pasien tidak akan mengalami gangguan.

11) Pola Tata Nilai dan Kepercayaan

Adanya kecemasan dan stress sebagai pertahanan dan pasienmeminta perlindungan / mendekatkan diri
dengan Tuhan.

2. Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri Akut b.d Agen cedera fisik di tandai dengan pasien tampak meringgis, gelisah.

2) Resiko Infeksi b.d kerusakan integritas kulit.

3) Gangguan Mobilitas Fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang di tandai dengan pasien nyeri saat
bergerak.

4) Gangguan integritas kulit/jaringan b.d kelembabpan di tantai dengan klien tanpak nyeri, perdarahan,
kemerahan
5) Risiko Disfungsi Neorovaskuler perifer b.d fraktur, penekanan klinis (balutan)

6) Resiko pedarahan b.d trauma dan tindakan pembedahan

7) Kurang pengetahuan b.d kurang terpapar informasi di tandai dengan klien tanpak menunjukan prilaku
tidak sesuai dengan anjuran dan menunjukan prilaku berlebihan.

3. Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan (SIKI)


(SDKI) (SLKI)

1. Nyeri Akut b.d Agen cedera Setelah dilakukan tindakan Observasi


fisik di buktikan dengan Keperawatan 1 x24 jam
 Identifikasi local,
pasien tampak meringgis, diharapkan nyeri menurun
karakteristik,durasi,freku
gelisah.
KH : Tingkat Nyeri ensi, kualitas, intensitas
nyeri,.
 Keluhan nyeri
menurun  Identifikasi nyeri.

 Gelisah menurun  Identifikasi respon nyeri


 Meringis menurun non verbal.

 Kesulitan tidur  Identifikasi factor yang


menurun memperberat dan
memperingan nyeri.
 Pola tidur membaik
 Monitor efek samping
Kontrol Nyeri
penggunaan analgetik.
 Kemampuan
Terapeutik
mengunakan teknik
non-farmakologis  Berikan teknik
meningkat nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
 Dukungan orang
(mis.tarik napas dalam,
terdekat meningkat
kompres hanagat/dingin).
 Pengunaan analgetik
 Kontrol lingkungan yang
menurun
memperberat rasa nyeri .
Penyembuhan luka
 Fasilitasi istirahat dan
 Pembentukan jaringan tidur.
parut menurun.
 Pertimbangkan jenis dan
 Peradangan luka sumber nyeri dalam
menurun pemilihan strategy
meredakan nyeri.
 Peningkatan suhu kulit
menurun Edukasi

 Infeksi menurun  Jelaskan penyebab,


periode, dan pemicu
nyeri.

 Jelaskan strategi
meredakan nyeri.

 Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri.

 Anjurkan mengunakan
analgetik secara tepat.

 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri.

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
analgetik .jika perlu

2. Resiko Infeksi berhubungan Setelah dilakukan tintdakan Observasi


dengan integritas kulit keperawatan selama 1x 24
 Monitor tanda dan gejala
jam maka integritas kulit
infeksi local dan
meningkat
sistemik. Terapeutik
KH : Tingkat Nyeri
 Batasi jumlah
 Nyeri menurun pengunjung

 Kemerahan menurun  Berikan perawatan kulit


pada area edema.
 Bengkak menurun
 Cuci tangan sebelum dan
Integritas kulit dan jaringan
sesudah kontak dengan
 Perfusi jaringan pasien dan lingkungan
meningkat pasien.

 Kerusakan jaringan  Pemberian teknik aseptik


menurun pada pasien beresiko
tinggi.
 Kerusakan lapisan
kulit menurun Edukasi

 Nyeri menurun  Jelaskan tanda dan gejala


infeksi.
 Suhu kulit membaik
 Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar.

 Ajarkan etika batuk.

 Ajarkan cara memeriksa


kondisi luka atau luka
operasi.

 Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi.

 Anjurkan meningkatkan
asupan cairan.

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu.

3. Gangguan Mobilitas Fisik b.d Setelah dilakukan tindakan Observasi


kerusakan integritas struktur keperawatan selama 1x 24  Identifikasi kebutuhan
tulang dibuktikan dengan jam maka mobilitas disik dilakukan pembidaian.
pasien tanpak nyeri saat meninggkat. (fraktur).
bergerak.
KH :  Monitor bagian distal
area cidera.
 Pergerakan eksremitas
meningkat  Monitor adanya adanya
pedarahan pada daerah
 Nyeri menurun.
cidera.
 Kecemasan menurun.
 Identifikasi material bidai
 Gerakan terbatas yang sesuai.
menurun.
 Tutup luka terbuka
dengan balutan.

 Atasi perdarahan sebalum


bidai di pasang.

 Berikan bantalan pada


bidai.

 Imobilisasi sendi di atas


dan di bawah area cidera.
 Topang kaki mengunakan
penyangga kaki.

 Tempatkan eksremitas
yang cidera dalam posisi
fungsional.

 kain gendong secara tepat

 Jelaskan tujuan dan


langkahlangkah prosedur
sebelum pemasangan
bidai

 Anjurkan Pasang bidai


pada posisi tubuh seperti
saat di temukan .

 Gunakan kedua tanagan


untuk menopang area
cedera.

 Gunakan membatasi
gerak pada area cedera.
4. Gangguan Integritas Setelah dilakukan tindakan Observasi
Kulit/Jaringan b.d keperawatan selama 1x 24
 Monitor karakteristik
kelembapan di buktikan jam gangguan integritas kulit
luka (dranase, warna,
pasien dengan kerusakan menurun
ukuran, bau)
jarinagn / lapisan kulit nyeri,
KH :
pendarahan, hematoma.  Monitor tanda-tanda
 Integritas Kulit dan infeksi.
Jaringan
Terapeutik
 Perfusi jaringan
 Lepaskan balutan dan
meningkat
plaster secara perlahan.
 Kerusakan jaringan
 Cukur rambut di sekitar
menurun
luka, jika perlu.
 Kerusakan lapisan
 Bersihkan dengan
 kulit menurun NACL atau pembersih
nontoksik, sesuai
 Nyeri menurun
kebutuhan
 Pedarahan menurun
 Bersihkan jaringan
 Kemerahan menurun nekrotik.

 Berikan salep yang


 Nekrosis menurun sesuai dengan luka / lesi,
jika perlu
 Suhu kulit membaik
 Bersihkan jaringan
 Penyembuhan luka.
nekrotik.

 Penyatuan kulit
 Pasang balutan sesuai
meningkat
jenis luka.

 Penyatuan tepi luka


 Pertahankan teknik steril
meningkat
saat perawatan luka.

 Pembentukan jaringan
 Ganti balutan sesuai
parut menurun
dengan jumlah eksudat

 Edema pada sisi luka dan drenase.

menurun
 Jadwalkan perubahan

 Peradangan menurun posisi setiap 2 jam atau


sesuai dengan kondisi
 Nyeri menurun pasien.

 Infeksi menurun  Berikan diet dengan


kalori 30-35 kkl/kg / hari
dan protein 1,25-1,5
g/kgBB/hari.

 Berikan suplemen
vitamin dan mineral ,
sesuai indikasi.

 Berikan terapi TENS ,


jika perlu

Edukasi

 Jelaskan tanda dan gejala


infeksi.

 Anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori
dan protein.

 Ajarkan perawatan luka


secara mandiri

Kolaborasi

 Kolaborasi prosedur
debridement (mis,
enzimatik, biologis,
mekanis)

 Kolaborasi pemberian
anti biotik,jika perlu

5. Risiko Disfungsi Setelah dilakukan tindakan Observasi


Neorovaskuler perifer b.d keperawatan selama 1x 24
 Periksa sirkulasi perifer
fraktur, penekanan klinis jam maka resiko disfungsi
secara menyeluruh (mis,
(balutan) neorovaskuler perifer
pulsasi perifer, edema,
menurun.
warna, dan suhu
KH : Neurovaskuler perifer eksremitas)

 Sirkulasi arteri  Monitor nyeri pada


meningkat daerah yang terkena .

 Sirkulasi vena  Monitor tanda-tanda


meningkat penurunan sirkulasi
vena .(mis,
 Pergerakan eksremitas
bengkak ,nyeri,
meningkat peningkatan nyeri pada
posisi tergantung, nyeri
 Nyeri menurun
menetap saat hangat, mati
 Pedarahan menurun rasa, pembesaran vena
 Nadi membaik superfesial, merah,
hangat, perubahan warna
 Suhu tubuh membaik
kulit).
 Warna kulit membaik
Terapeutik

Perfusi perifer
 Tinggikan daerah yang

 Penyembuhan luka cidera 20 derjat di atas

membaik jantung.

 Edema perifer  Lakukan rentang gerak

menurun aktif dan pasif.

 Nyeri eksremitas  Ubah posisi setiap 2 jam.


menurun
 Hindari akses intravena
 Nekrosis menurun antekubiti.

 Hindari memijat atau


mengompres otot yang
cidera.

Edukasi

 Jelaskan mekanisme
terjadinya embili perifer.
• anjurkan menghindari
maneuver valsava.

 Ajarkan cara mencegah


emboli perifer. (mis,
hindari imobilisasi jangka
panjang).

 Ajarkan pentingnya
antikoagulan selama 3
bulan. Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
antikoagulan.

 Kolaborasi pemberian
prometazim intravena
dalam NaCL 0,9% 25-50
secara lambat dan hindari
pengenceran kuran dari
10 cc.
Setelah dilakukan tindakan Observasi
6. Resiko pedarahan b.d trauma
keperawatan selama 1x 24  Monitor tanda dan gejala
dan tindakan pembedahan
jam maka penyembuhan luka
meningkat. pendarahan.
KH: penyembuhan luka  Monitor
 Penyembuhan kulit hematokrik/hemoglobin
meningkat sebelum dan setelah
 Penyatuan tepi luka kehilangan darah.
meningkat  Monitor tanda-tanda vital
 Nyeri menurun ortostatik.

 Infeksi menurun  Monitor koagulasi.

Tingkat luka Terapeutik

 Kelembapan kulit  Pertahankan bed rest

menurun selama pedarahan.

 Pedarahan pasca  Batasi tindakan infasif.

operasi menurun  Gunakan kasue pencegah


 Tekanan darah decubitus.
membaik  Hindari pengukuran suhu
 Suhu tubuh membaik rektal
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala
pedarahan.
 Anjurkan mengunakan
kaus kaki saat ambulasi.
 Anjurkan meningkatkan
asupan cairan untuk
menghindari konstipasi.
 Anjurkan menghindari
aspirin atau antikuagula.
 Anjurkan meningkatkan
asupan makanan dan
vitamin k.
 Anjurkan segera melapor
jika terjadi pedarahan.
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
obat pengontrol
perdarahan.
 Kolaborasi pemberian
produk darah.
 Kolaborasi pemberian
peluna tinja.

7. Deficit pengetahuan b.d Setelah dilakukan tindakan Observasi


kurang terpapar informasi di keperawatan selama 1x 24
 Identifikasi kesiapan dan
tandai dengan klien tanpak jam maka pengetahuan
kemampuan menerima
menunjukan prilaku tidak meningkat . KH :
informasi.
sesuai dengan anjuran dan
menunjukan prilaku  Prilaku sesuai anjuran  Identifikasi factor-faktor
berlebihan. meningkat yang dapat meningkatkan
dan menurunkan motifasi
 Kemampuan
prilaku hidup bersih dan
menjelaskan tentang
sehat.
suatu topik meningkat.
Terapeutik
 Menjalani
pemeriksaan yang  Sediakan materi dan
tidak tepat menurun media pendidikan
kesehatan.
 Prilaku membaik
 Jadwalkan pendidikan
Tingkat kepatuhan
kesehatan.
 Verbalisasi kemauan
 Berikan kesempatan
mematuhi prokram
untuk bertanya.
atau pengobatan
meningkat Edukasi

 Resiko komlikasi  Jelaskan factor resiko


penyakit menurun yang dapat
mempengaruhi kesehtan.
 Perilaku menjalankan

anjuran membaik
 Ajarkan perilaku hidup
sehat dan bersih.

 Ajarkan strategi yang


dapat di gunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup sehat dan bersih.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2005. Keperawatan medical bedah. EGC

 Nurarif.A.M dan Kusuma. H. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis.
Jogjakarta : Mediaction
Price.S.A dan Wilson. L.M. 2006. Patofisiologi. EGC

Wijaya.A.S dan Putri.Y.M. 2013. KMB 2 Keperawatan Medical Bedah (Keperawatan Dewasa).
Bengkuli : Numed

Anda mungkin juga menyukai