RS DUSTIRA RATA
Ruangan : Paraf CI Paraf
Bougenville Pembimbing
A. Konsep Teori
1. Definisi
yang utuh, yang biasanya disebabkan oleh trauma/rudapaksa atau tenaga fisik yang
ditentukan jenis dan luasnya trauma (Lukman & Ningsih, 2012). Menurut Smeltzer
struktur tulang dan didefinisikan sesuai jenis keluasannya (Smeltzer, 2018). Fraktur
femur adalah diskontinuitas dari femoral shaft yang bisa terjadi akibat trauma
secara langsung (kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian), dan biasanya
Fraktur femur terbagi dua macam yaitu fraktur femur tebuka da fraktur
paha disertai kerusakan jaringan lunak seperti otot, kulit, jaringan syaraf, dan
pembuluh darah yang dapat disebabkan oleh trauma langsung pada paha. Fraktur
a. Nyeri
merupakan bentuk
tulang.
tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot tergantung
ini baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah terjadi cidera
d. Pemendekan tulang
Terjadi pada fraktur panjang karena kontraksi otot yang melekat di atas
panjang yang tidak sama. Penyebab dari masalah Leg length discrepancy
Leg length discrepancy (LLD) terbagi menjadi, yaitu true leg length
Krepitasi tulang terjadi akibat gerakan fragmen satu dengan yang lainnya.
4. Patofisiologi
Pada dasarnya penyebab fraktur itu sama yaitu trauma, tergantung dimana
fraktur tersebut mengalami trauma, begitu juga dengan fraktur femur ada dua
faktor penyebab fraktur femur, faktor-faktor tersebut diantaranya, fraktur
fisiologis merupakan suatu kerusakan jaringan tulang yang diakibatkan dari
kecelakaan, tenaga fisik, olahraga, dan trauma dan fraktur patologis merupakan
kerusakan tulang terjadi akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor
dapat mengakibatkan fraktur. Fraktur ganggguan pada tulang biasanya
disebabkan oleh trauma gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress,
gangguan fisik, gangguan metabolik dan patologik. Kemampuan otot
mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan
pembuluh darah akan mengakibatkanpendarahan, maka volume darah menurun.
COP atau curah jantung menurun maka terjadi perubahan perfusi jaringan.
Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edema lokal maka
terjadi penumpukan didalam tubuh. Disamping itu fraktur terbuka dapat
mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi
terkontaminasi dengan udara luar dan kerusakan jaringan lunak yang akan
mengakibatkan kerusakan integritas kulit.
c. Penatalaksanaan
1) Fraktur femur terbuka harus dinilai dengan cermat untuk mengetahui ada
tidaknya kehilangan kulit, kontaminasi luka, iskemia otot, cedera pada
pembuluh darah dan saraf. Intervensi tersebut meliputi:
a) Profilaksis antibiotik
b) Debridemen
Pembersihan luka dan debridemen harus dilakukan dengan sedikit
mungkin penundaan. Jika terdapat kematian jaringan yang mati dieksisi
dengan hati-hati. Luka akibat penetrasi fragmen luka yang tajam juga
perlu dibersihkan dan dieksisi.
c) Stabilisasi dilakukan pemasangan fiksasi interna atau eksterna.
Pathway
Trauma pada tulang (Kecelakaan) Tekanan yang berulang (Kompresi) Kelemahan tulang abnormal (osteoporosis)
Fraktur femur
Pembedahan Ansietas
Perubahan
Terputusnya kontinuitas jar.
kapiler Kerusakan integritas kulit
Pelepasan mediator
Resiko syok hipovolemik
prostaglandin
Nyeri akut
5. Komplikasi
a. Komplikasi Dini
1). Syok yaitu terjadi perdarahan sebanyak 1-2 liter walaupun fraktur bersifat
tertutup.
2). Emboli lemak sering didapatkan pada penderita muda dengan fraktur femur.
3). Trauma pembuluh darah besar yaitu ujung fragmen tulang menembus
4). Trauma saraf yaitu trauma pada pembuluh darah akibat tusukan fragmen
aksono temesis. Trauma saraf dapat terjadi pada nervus isikiadikus atau
5). Trombo-emboli terjadi pada pasien yang menjalani tirah baring lama,
emboli.
6). Infeksi terjadi pada fraktur terbuka akibat luka yang terkontaminasi. Infeksi
Lutut, siku, dan bahu sangat rentan terhadap kekakuan traumatis, terutama
4). Malunion
pada tulang.
5). Osteonecrosis
6). Osteoarthritis
menjadi lebih pendek dari yang lain. Pada orang dewasa, perbaikan fraktur
6. Pemeriksaan Diagnostik
3). Arteriogram
bermakna pada sisi fraktur) perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ
5). Kreatinin
7. Penatalaksanaan Medis
b. Reduksi
tulang yang dapat dicapai dengan reduksi terutup atau reduksi terbuka.
Reduksi tertutup dilakukan dengan traksi manual atau mekanis untuk menarik
garis normal. Jika reduksi tertutup gagal atau kurang memuaskan, maka bisa
menjadi solid. Alat fiksasi interrnal tersebut antara lain pen, kawat, skrup, dan
kembali
c. Retensi
mengalami fraktur.
d. Rehabilitasi
Kneale dan Davis (2011) latihan rehabilitasi dibagi menjadi tiga kategori yaitu:
lunak serta mencegah strain berlebihan pada otot yang diperbaiki post
bedah.
2). Gerakan aktif terbantu dilakukan untuk mempertahankan dan
3). Latihan penguatan adalah latihan aktif yang bertujuan memperkuat otot.
Latihan biasanya dimulai jika kerusakan jaringan lunak telah pulih, 4-6
1. Wawancara
a. Identitas
golongan darah, alamat), identitas penanggung jawab (nama, umur, jenis kelamin,
b. Keluhan Utama
Keluhan utamanya adalah rasa nyeri akut atau kronik. Selain itu klien juga
yang lalu
5. Kehilangan fungsi
Apakah pasien pernah mengalami patah tulang paha atau pasien pernah punya
seperti kanker tulang dan penyakit kelainan formasi tulang atau biasanya
menyambung. Selain itu, klien diabetes dengan luka di kaki sangat beresiko
diabetes, osteoporosis yang terjadi pada beberapa keturunan dan kanker tulang
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan secara umum yang tampak dari fisik klien ketika perawat melakukan
Tekanan darah, nadi, suhu, Respirasi Rate (RR), tinggi badan, berat badan
c. Sistem Respirasi
1). Inspeksi : pergerakan dada, retraksi otot bantu pernapasan (+/-), pernapasan
2). Palpasi : taktil fremitus getaran antara kanan dan kiri teraba (sama/tidak sama),
3). Perkusi : suara paru (sonor/ hipersonor/ dullness), biasanya suara perkusi sonor
4). Auskultasi : Biasanya suara nafas normal, tidak ada wheezing atau suara nefas
d. Sistem Kardiovaskuler
2). Palpasi : Penghitungan frekuensi denyut nadi meliputi irama dan kualitas
3). Perkusi : Biasanya batas jantung normal (batas atas ICS II, batas bawah ICS IV,
batas kiri ICS V mid clavicula sinistra, batas kanan ICS IV mid sternalis dextra)
4). Auskultasi : Biasanya suara nafas normal, tidak ada wheezing, atau suara
tambahan lainnya (BJ III +/-, gallop rhythm +/-, murmur +/-)
e. Sistem Persyarafan
1). Inspeksi : Kemungkinan adanya nyeri otot sendi, aktivitas mandiri terhambat,
2). Palpasi : palpasi otot untuk menentukan konsistensi dan nyeri tekan, tonus otot
3). Tingkat kesadaran : compos mentis / apatis / delirium / somnolen / sopor / semi
koma / koma
4). Refleks trisep (+/-), bisep (+/-), patela (+/-), achiles (+/-), brachio radialis (+/-)
f. Sistem Pencernaan
1). Inspeksi :mual (+/-), muntah (+/-), penurunan nafsu makan (+/-), selaput mukosa
kering (+/-), kesulitan menelan (+/-), kebersihan mulut, karies gigi (+/-)
2). Palpasi : Adakah nyeri tekan abdomen, splenomegali, pendarahan pada saluran
cerna, pembesaran pada hati (hepatomegali) disertai nyeri tekan
3). Perkusi : Bunyi pekak deteksi adanya pendarahan pada daerah dalam
1). Inspeksi : deformitas (+/-), edema, ekimosis (perdarahan didalam kulit yang
2). Palpasi : bengkak, nyeri tekan (+/-), krepitasi (rasa gemeretak pada sendi yang
tekstur (halus/kasar), lesi (+/-), turgor kulit, nadi (+/-), observasi spasme otot
Nyeri akut
2. DS : Fraktur Gangguan
1. Mengeluh mobilitas fisik
menggerakan sulit Kerusakan struktur (D.0054)
ekstremitas tulang
DO :
Patah tulang merusak
1. Kekuatan otot
jaringan
menurun
2. Rentang gerak
Terputusnya kontinuitas
(ROM) menurun jaringan
Kemampuan otot
sendi menurun
Gangguan mobilitas
fisik
3. Fraktur Resiko
DS :
Hipovolemia
DS:
Resiko Hipervolemia
4. Diagnosa
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d mengeluh nyeri, tampak meringis,
bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi
nadi meningkat, sulit tidur, tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu
makan berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri
sendiri, diaforesis
b. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang d,d mengeluh
sulit menggerakan ekstremitas, kekuatan otot menurun, entang gerak (ROM)
menurun, nyeri saat bergerak, enggan melakukan pergerakan, merasa cemas saat
bergerak, sendi kaku, gerakan tidak terkoordinasi, gerakan terbatas, fisik lemah
c. Resiko hipovolemia b.d kehilangan cairan secara aktif
5. Perencanaan