Kelompok F
Ketua : Rurik Mistarudin (213118091)
Scriber 1: Anggia Nur Amalia (213118102)
Scriber 2: Mochamad Fajariyanto (213118087)
Anggota:
Hilmy Naufal Yasin (213118093) Siti Laela Saida Widia (213118096)
Sely Nurmalasari (213118088) Lenny Sri Lestari (213118099)
Yulinar (213118089) Mentari Dwi Saputri (213118100)
Yusi Nurhofifah (213118090) Mela Putri Aprilia (213118101)
Fajar Andrianto (213118092) Rianti Khoirun Nisa (213118097)
Atik Sukarsih (213118094) Risa Ayunda Safitri (213118103)
Wina Dian Ratnasari (213118095)
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan
laporan diskel ini. Shalawat serta salam kita sanjungkan kepangkuan alam Nabi
Muhammad Saw yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan ke alam
yang berilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan pada saat ini.
Laporan ini dibuat dengan bantuan kamus kedokteran, internet, dan jurnal
sehingga mempermudah dalam mencari informasi. Laporan ini disusun dengan
bersungguh-sungguh dan hati yang ikhlas, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu.
Kami berterimakasih atas dukungan dari berbagai macam pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan laporan ini. Kami berharap semoga laporan ini
dapat memberikan manfaat kepada pembaca agar lebih memahami seputar dunia
kesehatan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Simpulan ............................................................................................. 36
B. Saran ................................................................................................... 36
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan yang besar di dunia. Dalam 20
tahun World Health Organitation (WHO) dengan negara-negara yang tergabung
di dalamnya mengupayakan untuk mengurangi TB Paru. Tuberkulosis paru
adalah suatu penyakit infeksi menular yang di sebabkan oleh infeksi menular
oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis. Sumber penularan yaitu pasien TB
BTA positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya. Penyakit ini
apabila tidak segera diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat
menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian (Kemenkes RI, 2015).
Menurut WHO tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian
global. Dengan berbagai upaya pengendalian yang dilakukan, insiden dan
kematian akibat tuberkulosis telah menurun, namun tuberkulosis diperkirakan
masih menyerang 9,6 juta orang dan menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun
2014. India, Indonesia dan China merupakan negara dengan penderita
tuberkulosis terbanyak yaitu berturut-turut 23%, 10%, dan 10% dari seluruh
penderita di dunia (WHO, 2015). Pada tahun 2015 di Indonesia terdapat
peningkatan kasus tuberkulosis dibandingkan dengan tahun 2014. Pada tahun
2015 terjadi 330.910 kasus tuberkulosis lebih banyak dibandingkan tahun 2014
yang hanya 324.539 2 kasus. Jumlah kasus tertinggi terdapat di provinsi dengan
jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa tengah
(Kemenkes RI, 2016).
1
2
B. Batasan Masalah
1. Step 1: Klarifikasi Istilah
2. Step 2: Identifikasi Masalah
3. Step 3: Analisa Kasus
C. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari TB Paru?
2. Bagaimana etiologi TB Paru?
3. Apa saja tanda dan gejala TB Paru?
4. Bagaimana patofisiologi TB Paru?
5. Bagaimana manifestasi klinis TB Paru?
6. Apa saja klasifikasi TB Paru?
7. Apa saja pemeriksaan penujang TB Paru?
8. Bagaimana penatalaksanaan TB Paru?
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan TB Paru?
D. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami definisi TB Paru
2. Mahasiswa mampu memahami etiologi TB Paru
3. Mahasiswa mampu menyebutkan tanda dan gejala
4. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi TB Paru
5. Mahasiswa mampu memahami manifestasi TB Paru
6. Mahasiswa mampu menyebutkan klasifikasi klinis TB Paru
7. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan penunjang TB Paru
8. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan TB Paru
9. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan TB Paru
E. Metode Penulisan
1. Pencarian Dari Internet
Yaitu penelusuran dari berbagai alamat web, mengenai karya tulis
ilmiah yang ada di internet untuk memperoleh materi yang akan dibahas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Skenario Kasus
Suatu hari perawat keluarga melakukan pengkajian kepada keluarga Tuan
A di salah satu wilayah binaan puskesmasnya. Usia Tuan A 45 tahun. Punya
anak 2. Rumah Tn. A sangat sederhana, matahari tidak masuk demikian pula
sirkulasi udara agak pengap karena ventilasi kurang ditambah jendela yang
jarang dibuka. Tn. A mengatakan dia menderita batuk sejak 2 bulan terakhir.
Saat dikaji didapatkan data TTV Tensi 125/90 mmHg, nadi 80, nafas 24x/m,
suhu 37,9 C, sering keringat malam, bulan ini BB turun 3 kg, Bapak A juga
jarang makan karena nafsu makan menurun. Seminggu lalu, dianjurkan untuk
foto ronsen. Hasilnya ada bercak putih dan nodular di segmen apical dan
posterior lobus atas paru sinistra. Saat ini mengatakan belum sempat mengambil
obat di puskesmas. Terdapat kavitas lebih dari 1 di paru kiri. Saat ditanyakan
apakah penyakit yang dideritanya, keluarga mengatakan mungkin TB paru. Saat
batuk Tn. A tampak tidak menutup mulustnya. Keluarga mengatakan tidak tau
ap aitu TB paru dan akibatb TB yang akan terjadi. Keluarga mengatakan alat
makan tidak dipisahkan dari anggota keluarga lain, membuang dahaknya di
mana saja, keluarga mengatakan kadang-kadang saja membuka pintu rumah
supaya ada udara masuk kedalam rumah.
1. Jelaskan konsep TB Paru
Definisi
Etiologi
Tanda dan gejala
Fatofisiologi
Manifestasi klinis
Klasifikasi
Pemeriksaan penujang
Penatalaksanaan
3
4
Pengkajian
Analisa data dan diagnosa
Rencana asuhan keperawatan
Jawaban:
1. Nodular merupakan pertumbuhan kecil dan bulat pada paru-paru yang
muncul berupa titik putih pada pemeriksaan radiologi. Biasanya, nodul ini
berdiameter lebih kecil dari tiga 3 cm. (Risa ayunda)
2. Lobus posterior adalah bagian belakang kelenjar pituitari yang berfungsi
menghasilkan hormon antidiuretik, yakni hormon yang bertugas untuk
membuat ginjal menyerap air lebih banyak dan menyimpannya di aliran
darah untuk mencegah dehidrasi. (Yusi Nurhofifah)
3. Sinistra merupakan bahasa Latin yang artinya adalah kiri, jadi merujuk pada
lokasi. Jadi paru sinistra artinya paru kiri. (Mochamad Fajariyanto)
4. kavitas didefinisikan sebagai keadaan patologis dengan gambar gas yang
mengisi ruang dalam zona konsodilasi paru atas dalam masaa atau nodul,
yang terbentuk oleh ekspulsi bagian nekrotik pada lesi melalui cabang
bronkus dan secara radiologi akan tampak gambaran lusen dalam zona
konsolidasu paru, massa atau nodul. Area lusen dalam paru mungkin dapat
berisi cairan dengan gambaran air-fluid level yang dikelilingi dinding
dengan ketebalan yang bervariasi (>4 mm). Kavitas biasanya disebabkan
5
Etiologi
Tanda dan gejala
Fatofisiologi
Manifestasi klinis
Klasifikasi
Pemeriksaan penujang
Penatalaksanaan
atau kuning yang kental dan bisa disertai bercak darah jika
infeksinya sudah parah.
b) Demam
Semua jenis infeksi umumnya ditandai dengan gejala demam
atau kenaikkan suhu tubuh, artinya sistem kekebalan tubuh
sedang berusaha melawan bakteri. Begitu juga dengan infeksi
TBC. Penyakit paru ini juga bisa menyebabkan demam yang
kadang-kadang disertai keringat dingin dan menggigil.
c) Berat Badan Menurun
Kebanyakan pengidap TBC mengeluhkan tidak nafsu makan
yang berlangsung selama berhari-hari. Akibatnya, berat badan
pengidap akan menurun secara drastis yang merupakan salah
satu gejala paling khas dari TBC paru-paru.
d) Sesak Napas
Infeksi kuman mycobacterium tuberculosis di paru-paru
maupun saluran yang terhubung ke organ tersebut sangat
memengaruhi sistem pernapasan. Kondisi ini bisa menyebabkan
gejala sesak napas disertai nyeri dada. Bila dipindai melalui
Rontgen, maka akan terlihat adanya flek yang menandakan
adanya kerusakan di jaringan paru-paru.
e) Lemas dan Mudah Lelah
DOTSC yang direkomendasikan oleh WHO terdiri atas lima komponen, yaitu :
1. Adanya komitmen politis berupa dukungan para pengambil keputusan
dalam penanggulangan TB.
KATEGORI I
KATEGORI I adalah kasus baru dengan sputum positif dan penderita
dengan keadaan yang berat seperti meningitis, TB milier, pericarditis, peritonitis,
pleuritis masif atau bilateral, spondiolitis dengan gangguan neurologis; dan
penderita dengan sputum negatif tetapi kelainan parunya luas, TB usus, TB saluran
perkemihan, dan sebagainya.
Dimulai dengan fase 2 HRZS(E) obat diberikan setiap hari selama dua
bulan. Bila selama dua bulan sputum menjadi negatif, maka dimulai fase lanjutan.
Bila setelah dua bulan sputum masih tetap positif, maka fase intensif diperpanjang
2-4 minggu lagi (dalam program P2TB Depkes diberikan 1 bulan dan dikenal
dengan obat sisipan), kemudian diteruskan dengan fase lanjutan tanpa melihat
apakah sputum sudah negatif atau belum. Fase lanjutannya adalah 4 HR atau 4
H3R3. Pada penderita meningitis, TB milier, spondiolitis dengan gangguan
neurologis, fase lanjutan diberikan lebih lama, yaitu 6-7 bulan. Sebagai panduan
alternatif pada fase lanjutan ialah 6 HE.
KATEGORI II
Kategori II adalah kasus kambuh atau gagal dengan sputum tetap positif.
Fase intensif dalam bentuk 2 HRZES-1 HRZE. Bila setelah fase intensif sputum
menajdi negatif, baru diteruskan ke fase lanjutan. Bila setelah tiga bulan sputum
tetap masih positif, maka fase intensif diperpanjang 1 bulan lagi dengan HRZE
(juga dikenal dengan obat sisipan). Bila setelah empat bulan sputum masih tetap
21
positif, maka pengobatan dihentikan 2-3 hari. Kemudian periksa biakan dan uji
resistensi lalu pengobatan diteruskan dengan fase lanjutan.
KATEGORI III
Kategori III adalah kasus dengan sputum negatif tetapi kelainan parunya
tidak luas dan kasus TB di luar paru selain yang disebut dalam kategori I.
pengobatan yang diberikan :
2 HRZ/6 HE
2 HRZ/4 HR
2 HRZ/4 H3R3
KATEGORI IV
Kategori IV adalah TB kronis. Prioritas pengobatan rendah karena
kemungkinan keberhasilan pengobatan kecil sekali. Untuk negara kurang mampu
dari segi Kesehatan masyarakat, dapat diberikan H saja seumur hidup. Untuk
negara maju atau pengobatan secara individu (penderita mampu), dapat dicoba
pemberian obat berdasarkan uji resisten atau obat lapis kedua seperti Quinolon,
Ethiomide, Sikloserin, Amikasin, Kanamisin, dan sebagainya.
Tambahan:
a. Pemeriksaan histology / kultur jaringan Positif bila terdapat
Mikobakterium Tuberkulosis.
b. Biopsi jaringan paru
Menampakkan adanya sel-sel yang besar yang mengindikasikan
terjadinya nekrosis.
c. Pemeriksaan elektrolit
Mungkin abnormal tergantung lokasi dan beratnya infeksi.
d. Analisa gas darah (AGD)
Mungkin abnormal tergantung lokasi, berat, dan adanya sisa
kerusakan jaringan paru.
25
2) Kesehatan dahulu:
Jenis gangguan kesehatan yang baru saja di alami, cedera dan
a) Gejala :
(1) Adanya / faktor stres lama
(2) Masalah keuangan, rumah
(3) Populasi budaya / etnik
b) Tanda :
(1) Menyangkal (khususnya tahap dini)
(2) Ansietas, ketakutan, mudah terangsang
5) Makanan / cairan
a) Gejala :
(1) Kehilangan nafsu makan
(2) Tidak dapat mencerna
(3) Penurunan BB
b) tanda :
Turgor kulit, buruk, kering / kulit bersisik
6) Nyeri / kenyamanan
a) Gejala :
Nyeri dada meningkat karena batuk berulang
b) Tanda :
Perilaku distraksi, gelisah
7) Pernafasan
a) Gejala :
(1) Nafas Pendek
(2) Adanya bercak putih, nodular di segmen apikal,
posterior lobus atas paru sinistra
(3) Terdapat kavitas lebih dari 1 di paru kiri
(4) Gejala yang berkaitan dengan masalah utama
8) Pemeriksaan Penunjang
a) Rontgen Dada
9) Pengkajian Lingkungan
a) kurangnya pencahayaan sinar matahari
b) sirkulasi udara pengap
27
2. Analisa Data
DO :
Saat batuk nampak Tn. A tidak
menutup mulutnya
DS : Ketidaktahuan keluarga Nutrisi kurang dari
-Keluarga mengtakan tidak tau mengenal masalah kebutuhan tubuh
pengertian tanda dan gejala TB gangguan pemenuhan berhubungan dengan
nutriri : kurang dari ketidakmampuan
-Keluarga mengatakan keluarga kebutuhan pada Tn A keluarga merawat
belum bias memutuskan tindakan anggota keluarga yang
(tidak mengetahui dampaknya) sakit
Ketidakmampuan keluarga
-keluarga mengatakan tidak tahu
mengambil tindakan untuk
cara mengatur mekanan bagi Tn A
mengatasi gangguan
-Tn A belum bisa memodifikasi pemenuhan nutriri : kurang
lingkungan dari kebutuhan pada Tn A
DO : Ketidakmampuan keluarga
-Hasil pemeriksaan fisik merawat anggita keluarga
BB turun 3Kg dengan gangguan
pemenuhan nutrisi : kurang
-Jarang makan karena nafsu makan dari kebutuhan pada Tn A
menurun dengan TB paru
Diagnosa Keperawatan :
1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang praktik kesehatan dasar pencegahan TB paru
2. Resiko tinggi penyebaran infeksi pada orang lain berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga memelihara / memodifikasi lingkungan
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
(Hilmy, Sely, Lenny, Atik, Siti Laela)
29
yaitu
Mycobacterium
tuberculosis.
Kuman atau
bakteri ini
menyebar di
udara melalui
percikan ludah
penderita,
misalnya saat
berbicara,
batuk, atau
bersin.
2 Resiko tinggi Setelah dilakukan Setelah dilakukan Respon dapat Resiko Tinggi
tindakan verbal memodifikasi Penyebaran Infeksi
penyebaran tindakan
keperawatan lingkungan yang (6480)
infeksi pada keperawatan sebanyak 3x 30 kondusif
1. Ciptakan
orang lain sebanyak 3x menit diharapkan :
Berdasarkan lingkungan yang
berhubungan selama 30 menit 1. Keluarga ketentuan aman bagi pasien
mampu tersebut maka
dengan perkunjungan 2. manipulasi
memodifikasi suhu dalam
ketidakmampua rumah, diharapkan lingkungan yang pencahayaan
rumah adalah
kondusif untuk untuk manfaat
n keluarga keluarga 18-30 derajat C,
mencegah TB Terapeutik
kelembaban
memelihara / khususnya Tn. A paru
dalam rumah 3. Bersihkan tempat
a.Menyebutkan
memodifikasi dapat : adalah 40-60%, dan peralatan
lingkungan yang
kondusif untuk TB pencahayaan yang digunakan
lingkungan
a. Mengetahui paru dalam ruangan untuk makan dan
resiko penularan minimal 60 Lux, minum sebelum
luas lubang digunakan pasien
yang dapat terjadi ventilasi
4. Sediakan keluarga
pada Tn. A . alamiah yang
atau orang there
permanen
b. Memahami dekat dengan
minimal 20%
tindakan yang informasi
dari luas lantai,
mengenai
tepat untuk lantai rumah
membuat
harusnya di
mengatasi lingkungan rumah
pelester/terbuat
dari ubin atau
32
4. air menjadi
bersih dan
aman untuk
diminum
A. Simpulan
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga dengan TB paru, penulis
melaksanakan secara bertahap mulai dari pengkajian, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi. Dengan menggunakan pendekatan secara komprehensif yang
mencakup bio, psiko, social dan spiritual.
Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis
yang hampir seluruh organ tubuh dapat diserang olehnya, tapi yang paling banyak
adalah paru-paru (IPD, FK, UI, 2005)
Adapun tanda dan gejala dari tb paru adalah demam, batuk disertai dahak/
darah, sesak nafas, nyeri dada, malaise meliputi anoreksia, nafsu makan menurun,
sakit kepala, nyeri otot, keringat malam.
Prinsip penatalaksanaan keperawatan klien dengan TB paru adalah dengan
medikasi tentunya ke fasilitas kesehatan, memberikan Pendidikan kesehatan
mengenai penyakit TB paru, pentingnya minum obat, pengawasan obat (PMO).
Penanganan segera penyakit yang dapat dilakukan secara mandiri dirumah yaitu
dengan Teknik nafas dalam untuk mengeluarkan dahak, meminum air hangat
hingga memberi fisioterapi dada.
B. SARAN
1. Keluarga
Diharapkan kepada keluarga atau ada anggota keluarga yang mengidap TB
paru dapat lebih memahami dan mampu untuk merawat anggota keluarganya.
Bantu untuk memantau keteraturan minum obat anggota keluarga yang
mengidap TB paru dan minimalisir kemungkinan adanya penularan kepada
anggota keluarga yang lain.
2. Perawat
36
37
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.poltekkesjo
gja.ac.id/1362/4/BAB%2520II.pdf&ved=2ahUKEwiU9r-
wj6rvAhWv4HMBHSNgBqEQFjAIegQIGhAC&usg=AOvVaw3cvQ2sFlBOs-
AWRNMbGORn
Bagaskara, Fajar. 2019. Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru Pada Ny.S dan
Ny.M dengan masalah keperawatan Ketidakefektifan bersihan jalan nafas di ruang
Melati RSUD dr. Haryoto Lumajang Tahun 2019. Jember : Universitas Jember.
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.unej.ac.i
d (diakses pada 12 Maret 2021).
Darliana, D., 2011. Manajemen Pasien Tuberculosis Paru. Idea Nursing Journal, 2(1),
pp.27-31.