Anda di halaman 1dari 67

KEPERAWATAN KELUARGA

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN KASUS TBC

Dosen : Ns. Lily Herlina, Sp.Kep.Kom

Disusun Oleh Kelompok 1

Arinda Nur Amartiya Putri 2018720058

Astrianty Djoehraeni 2018720059

Hana Shausan 2018720072

Nety Melysari 2018720083

Nolla Annisa 2018720084

Kelas 6C

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, serta hidayah-nya
kepada saya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah keperawatan keluarga yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Kasus TBC” dengan tepat waktu.

Kami menyadari bahwa tugas makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Baik dalam
penyajian materi, teknik penulisan, dan lain sebagai-nya. Maka dari itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini,
serta kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umum-nya.

Jakarta, 08 Maret 2021

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1


B. Tujuan .......................................................................................................................... 1
C. Ruang Lingkup ............................................................................................................ 1
D. Sistematika Penulisan .................................................................................................. 1

BAB II KONSEP TEORITIS ............................................................................................... 3

A. Defini ........................................................................................................................... 3
B. Etiologi ........................................................................................................................ 3
C. Patofisiologi ................................................................................................................. 3
D. Manifestasi Klinis ........................................................................................................ 5
E. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................................... 5
F. Komplikasi .................................................................................................................. 6
G. Penatalaksanaan ........................................................................................................... 7
H. Asuhan Keperawatan Keluarga ................................................................................... 7

BAB III TINJAUAN KASUS ............................................................................................... 26

BAB IV PENUTUP ............................................................................................................... 38

A. Kesimpulan .................................................................................................................. 38
B. Saran ............................................................................................................................ 38

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa spesies Mycobacterium, antara lain M.
tuberculosis, M. africanum, M. bovis, M. Leprae dsb. Yang juga dikenal sebagai Bakteri
Tahan Asam (BTA). Kelompok bakteri Mycobacterium selain Mycobacterium
tuberculosis yang bisa menimbulkan gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai MOTT
(Mycobacterium Other Than Tuberculosis) yang terkadang bisa mengganggu penegakan
diagnosis dan pengobatan TBC.
Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu
yang lama untuk mengobatinya, disamping rasa bosan karena harus minum obat dalam
waktu yang lama seseorang penderita kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum
masa pengobatan selesai. Hal ini dikarenakan penderita belum memahami bahwa obat
harus diminum seluruhnya dalam waktu yang telah ditentukan, serta persepsi yang
kurang pada masyarakat tentang penyakit TB Paru tersebut. Waktu pengobatan yang
panjang dengan jenis obat lebih dari satu menyebabkan penderita sering terancam putus
berobat selama masa penyembuhan dengan berbagai alasan. Alasan ini menyebabkan
situasi TB Paru di dunia semakin memburuk dengan jumlah kasus yang terus meningkat
serta banyak yang tidak berhasil disembuhkan.
Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih.
Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah,
sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise,
berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.
WHO menetapkan tiga indikator TBC beserta targetnya yang harus dicapai oleh
negara-negara dunia, yaitu: Menurunkan jumlah kematian TBC sebanyak 95% pada
tahun 2035 dibandingkan kematian pada tahun 2015, Menurunkan insidens TBC
sebanyak 90% pada tahun 2035 dibandingkan tahun 2015 dan Tidak ada keluarga pasien
TBC yang terbebani pembiayaannya terkait pengobatan TBC pada tahun 2035.

1
Sasaran nasional Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
yang tertuang pada Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang SDGS menetapkan
target prevalensi TBC pada tahun 2019 menjadi 245 per 100.000 penduduk. Sementara
prevalensi TBC tahun 2014 sebesar 297 per 100.000 penduduk. Sedangkan di Permenkes
Nomor 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis menetapkan target program
Penanggulangan TBC nasional yaitu eliminasi pada tahun 2035 dan Indonesia Bebas
TBC Tahun 2050. Eliminasi TBC adalah tercapainya jumlah kasus TBC 1 per 1.000.000
penduduk. Sementara tahun 2017 jumlah kasus TBC saat ini sebesar 254 per 100.000
atau 25,40 per 1 juta penduduk.
Dalam proses pengobatan, keluarga memegang peran penting. Hal ini
diungkapkan oleh Dr. Astuti Yuni Nursasi, S.Kp., MN bahwa keluarga dari penderita
TBC harus mengenal penyakit tersebut, mengetahui pengobatannya, serta bagaimana
pencegahan penularannya. Keluarga kemudian mendorong pasien untuk melakukan
pengobatan dan perawatan TBC yang tepat dan sampai tuntas.
Peran perawat dan tenaga kesehatan sangatlah diperlukan terutama dalam bentuk
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif untuk mencegah terjadinya resiko penularan
dan komplikasi lebih lanjut seperti infeksi sekunder atau perdarahan, sampai dengan
kematian. Peran perawat secara promotif misalnya memberikan penjelasan dan informasi
tentang penyakit TB Paru kepada pasien, keluarga dan masyarakat agar persepsi yang
salah mengenai pasien dan penyakit TB Paru dapat diluruskan. Preventif misalnya
menganjurkan pasien yang terkena TB Paru untuk selalu menggunakan masker saat
berbicara dengan keluarga atau orang lain. Kuratif misalnya melakukan pengobatan rutin
selama enam bulan menyembuhkan penderita TB Paru dengan menggunakan strategi
DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse). Rehabilitatif misalnya melakukan re-
evaluasi kembali kondisi klien ke rumah sakit atau tenaga kesehatan.

B. Tujuan
- Tujuan Umum :

Mahasiswa mempu menjelaskan asuhan keperawatan pada keluarga Tn S


khususnya Tn. S dengan masalah TBC

2
- Tujuan khusus :
Mahasiswa mampu menjelaskan :
a. Konsep diare
1. Pengertian
2. Penyebab
3. Tanda gejala
4. Akibat
5. Pencegahan
b. Konsep keluarga
1. Pengertian keluarga
2. Tahap perkembangan keluarga
3. Struktur keluarga
4. Peran keluarga
c. Konsep askep keluarga
1. Pengkajian
2. Diagnosa
3. Perencanaan
4. Implementasi
5. Evaluasi

C. Ruang Lingkup
Mahasiswa keperawatan dapat mengetahui Asuhan Keperawatan Keluarga
Dengan Kasus TBC

D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah terdiri dari 4 bab, dimana setiap bab dibagi lagi
menjadi sub bab yang akan dibahas secara terperinci. Berikut merupakan sistematika dari
masing-masing bab dan keterangan singkatnya :
Bab 1 : Pendahuluan

3
Pada bab ini akan dibahas tentang konsep pengertian keluarga serta pengertian
dari TBC
Bab 2 : Konsep Teoritis
Pada bab ini akan dibahas teori-teori dasar yang menjadi acuan dan teori-teori
pendukung yang berhubungan dengan makalah ini.
Bab 3 : Tinjauan Kasus
Pada bab ini akan dibahas pemecahan masalah dari kasus yang berkaitan dengan
topic
Bab 4 : Penutupan
Bab ini berisikan simpulan dari makalah serta saran untuk perbaikan selanjutnya.

4
BAB II

KONSEP TEORITIS

A. KONSEP TBC
A. Definisi

Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang


dapat menyerang pada berbagai organ tubuh mulai dari paru dan organ di luar paru seperti
kulit, tulang, persendian, selaput otak, usus serta ginjal yang sering disebut dengan
ekstrapulmonal TBC (Chandra, 2012).

Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi yang menyerang paru-paru yang secara
khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit ini
bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain (Santa Manurung,
2013).

Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Individu kemudian dapat
mengalami penyakit aktif karena gangguan atau ketidak efektifan respon imun.

B. Etiologi
a. Penyebab Tuberkulosis adalah Mycobacterium Tuberkulosis dengan ukuran panjang 1 -
4/mm dan tebal 0.3 - 0.6/mm. Kuman mycobacterium tuberculosis adalah kuman terdiri
dari asam lemak, sehingga kuman leih tahan asam dan tahan terhadap gangguan kimia
dan fisis (Santa Manurung, 2013).
b. Kuman TBC menyebar melalui udara (batuk, tertawa dan bersin dan melepaskan droplet.
Sinar matahari langsung dapat mematikan kuman, akan tetapi kuman dapat hidup
beberapa jam dalam suhu kamar (Dep Kes RI 2010).

C. Patofisiologi

Pathway TB

Udara tercemar

Mycobacterium tuberculose dihirup individu rentan Kurang informasi

5
Masuk paru Kurang pengetahuan

Reaksi inflamasi/peradangan Hipertermia

Penumpukan eksudat dalam alveoli

Tuberkel Produksi sekret


berlebihan

Meluas Mengalami perkejutan Sekret susah


dikeluarkan Bersin

Ketidakefektifan Resti penyebaran


Penyebaran hematogen limfogen
bersihan jalan infeksi pada orang
napas lain
Peritoneum

Klasifikasi

& difusi O2

Resiko penyebaran infeksi


pada diri sendiri
As Lambung mengganggu perfusi

Mual Anoreksia

Gangguan pertukaran gas


Perubahan nutrisi kurang
6
dari kebutuhan tubuh
D. Manifestasi Klinis
1. Demam 40-41°c, serta ada batuk / batuk darah
2. Sesak nafas dan nyeri dada
3. Malaise, keringat malam
4. Anoreksia, Penurunan berat badan
5. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit
6. Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi.

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita TB paru adalah
a. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Laboratorium : Pemeriksaan darah tepi pada umumnya akan
memperlihatkan adanya :
1) Anemia, terutama bila penyakit berjalan menahun
2) Leukositosis ringan dengan predominasi limfosit
b. Pemeriksaan sputum.
Pemeriksaan sputum / dahak sangat penting karena dengan di ketemukannya
kuman BTA diagnosis tuberculosis sudah dapat di pastikan. Pemeriksaan dahak
dilakukan 3 kali yaitu: dahak sewaktu datang, dahak pagi dan dahak sewaktu kunjungan
kedua. Bila didapatkan hasil dua kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA positif.
Bila satu positif, dua kali negatif maka pemeriksaan perlu diulang kembali. Pada
pemeriksaan ulang akan didapatkan satu kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA
negatif.
c. Ziehl-Neelsen (pewarnaan terhadap sputum, Positif jika ditemukan bakteri tahan asam.
d. Skin test (PPD, Mantoux)
Hasil tes mantoux dibagi menjadi dalam :
1) Indurasi 0-5 mm (diametenya) : mantoux negative
2) Indurasi 6-9 mm (diameternya) : hasil meragukan
3) Indurasi 10-15 mm (diameternya) : hasil mantoux positif
4) Indurasi lebih 16 mm (diameternya): hasil mantoux positif kuat

7
5) Reaksi timbul 48-72 jam setelah injeksi antigen intra cutan, berupa indurasi
kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni persenyawaan
6) Reaksi timbul 48 – 72 jam setelah injeksi antigen intra kutan, berupa indurasi
kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni persenyawaan antara antibody
dan antigen tuberculin.
e. Rontgen dada, menunjukkan adanya infiltrasi lesi pada paru-paru bagian atas, timbunan
kalsium dari lesi primer atau penumpukan cairan. Perubahan yang menunjukkan
perkembangan tuberkulosis meliputi adanya kavitas dan area fibrosa.
f. Pemeriksaan histology / kultur jaringan, Positif bila terdapat mikobakterium tuberkulosis.
g. Biopsi jaringan paru, menampakkan adanya sel-sel yang besar yang mengindikasikan
terjadinya nekrosis.
h. Pemeriksaan fungsi paru
Turunnya kapasitas vital, meningkatnya ruang fungsi, meningkatnya rasio residu udara
pada kapasitas total paru, dan menurunnya saturasi oksigen sebagai akibat infiltrasi
parenkim / fibrosa, hilangnya jaringan paru, dan kelainan pleura (akibat dari tuberkulosis
kronis).

F. Komplikasi
Menurut Wahid & Imam (2013), dampak masalah yang sering terjadi pada TB paru
adalah:
a. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
c. Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat
pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
d. Pneumothorak (adanya udara dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang persendian,
ginjal dan sebagainya.

G. Penatalaksanaan

8
a. Tahap intensif (initial), dengan memberikan 4-5 macam obat anti TB per hari dengan
tujuan :
1) Mendapatkan konversi sputum dengan cepat (efek bakterisidial)
2) Menghilangkan keluhan dan mencegah efek penyakit lebih lanjut
3) Mencegah timbulnya resistensi obat
b. Tahap lanjutan (continuation phase), dengan hanya memberikan dua macam obat per hari
atau secara intermitten dengan tujuan :
1) Menghilangkan bakteri yang tersisa (efek sterilisasi)
2) Mencegah kekambuhan, Pemberian dosis diatur berdasarkan Berat Badan yakni
kurang dari 33 kg, 33–50 kg dan lebih dari 50 kg.

9
B. KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA

A. Pengertian

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau
suami-istri dan anaknya, atau ayahnya dan anaknya, atau ibunya dan anaknya (Menurut
UU nomor 52 tahun, 2009). Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang tediri dari
kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah
satu atap dalam keadaan saling kebergantungan.

B. Tipe Keluarga

Dalam ilmu sosiologi, keluarga memerlukan pelayanan kesehatan yang berasal


dari berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe
keluarga berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga
dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perlu mengetahui bebagai tipe keluarga.

1) Tradisional
a) The Nuclear Family (keluarga inti)
Keluarga terbentuk karena pernikahan, peran sebagai orang tua atau kelahiran.keluarga
terdiri dari suami, istri, dan anak, baik dari sebab biologis maupun adopsi.
b) The Dyad Family (keluarga tanpa anak)
Keluarga terdiri suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam suatu rumah.
c) The Childless Family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat
waktunya yang disebabkan mengejar karier / pendidikan yang terjadi pada wanita.
d) Keluarga Adopsi
Keluarga adopsi adalah keluarga yang mengambil tanggung jawab dalam secara sah dari
orang tua kandung ke keluarga yang menginginkan anak.
e) The Extended Family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah, seperti
nuclear familiy disertai paman, tante, orang tua (kakek-nenek), keponakan, dan lain-lain.
f) The Single-Parent Family

10
(keluarga orang tua tunggal) Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu)
dengan anak. Hal ini biasanya terjadi melalui proses perceraian, kematian, atau karena
ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
g) Commuter Family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai
tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota bisa berkumpul dengan anggota
keluarga pada saat “weekends” atau pada waktu-waktu tertentu.
h) Multigeneration Family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam
satu rumah.
i) Kin-Network Family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan saling
menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama. Contoh: dapur, kamar mandi,
televisi, telepon, dan lain-lain.
j) Blended Family (keluarga campuran)
Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan anak dari
hasil perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya.
k) Dewasa lajang
yang tinggal sendiri Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihan atau perpisahan (separasi), seperti perceraian atau ditinggal mati.
l) KeluargaBinuklir
Keluarga binuklir merujuk pada bentuk keluarga setelah cerai dimana anak menjadi
anggota dari suatu sistem yang terdiri dari dua rumah tangga inti, ibu dan ayah dari
berbagai macam kerja sama antara kerduanya serta waktu yang digunakan dalam setiap
rumah tangga.

2) Non Tradisional

Bentuk keluarga non tradisional meliputi bentuk-bentuk keluarga yang sangat


berbeda satu sama lain. Bentuk keluarga non tradisional yang paling umum saat ini adalah:

11
a. The Unmaried Teenage Mother Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama
ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b. The Step Parent Family Keluarga dengan orang tua tiri.
c. Commne Family Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber, dan fasilitas
yang sama, pengalaman yang sama; serta sosialisasi anak melalui aktivitas
kelompok/membesarkan anak bersama.
d. The Nonmarital Heterosexual Cohabiting family (Keluarga kumpul kebo
heterosexual). Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa
melalui pernikahan.
e. Gay and lesbian families Seseorang yang mempunyai persamaan seks hidup
bersama sebagai ‘marital partners’.
f. Cohabitating Family Orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu.
g. Group-marrige family Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah
tangga bersama, yang saling merasa menikah satu dengan yang lainnya, berbagi
sesuatu termasuk seksual, yang membesarkan anaknya.
h. Group Network Family Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan / nilai-nilai,
hidup berdekatan satu sama lain, dan saling menggunakan berangbarang rumah
tangga bersama, pelayanan dan bertangguang jawab membesarkan anaknya.
i. Foster Family Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga /
saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut mendapatkan
bantuan untuk menyatukan kembali keluarga aslinya.
j. Homeless Family Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan
yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi atau problem kesehatan mental.
k. Gang Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi
berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

12
C. Struktur Keluarga

Salah satu pendekatan dalam keluarga adalah pendekatan struktural fungsional.


Struktus keluarga menyatakan bagaimana keluarga disusun atau bagaimana unit-unit ditata
dan saling terkait satu sama lain. Beberapa ahli meletakan strutur pada bentu/tipe keluarga,
namun ada juga yang memandang struktur keluarga menggambarkan subsistemsubsistemnya
sebagai dimensi. Struktur keluaraga menurut Friedman (2003)

1) Pola dan proses

komunikasi Komunikasi keluarga merupakan suatu proses simbolik, transaksional


untuk menciptakan dan ngungkapkan pengertian dalam keluarga. Komunikasi yang jelas
dan fungsional dalam keluarga merupakan sarana penting untuk mengembangkan makna
diri. Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal ini bisa
disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam komponen komunikasi, seperti : sender,
channel-media, massage, environment, dan receinver. Komunikasi didalam keluarga
berfungsi adalah:

a. Karakteristik pengirim yang berfungsi : Karakteristik yang berfungsi ketika


menyampaikan pendapat, pendapat yang disampaikan jelas dan berkualitas, meminta
feedback dan mau menerima feedback.
b. Pengirim yang tidak berfungsi adalah :

- Lebih menonjolkan asumsi (perkiraan tanpa menggunakan dasar/data yang objektif )


- Ekspresi yang tidak jelas : contoh marah yang tidak diikuti ekpresi wajahnya.
- Jugmental expression, yaitu ucapan yang memutuskan/menyatakan susuatu yang
tidak didasari pertimbangan yang matang.
- Tidak mampu mengemukkan kebutuhan - Komunikasi yang tidak sesuai.

c. Karakteristik penerima yang berfungsi


- Mendengar
- Feedback (klarifikasi, menghubungkan dengan pengalaman)
- Memvalidasi
-

13
d. Menerima yang tidak berfungsi
- Tidak bisa mendengar dengan jelas/gagal mendengar
- Diskualifikasi
- Offensive (menyerang bersifat negatif)
- Kurang mengeplorasi (miskomunikasi)
- Kurang memvalidasi
e. Komunikasi fungsional Komunikasi fungsional dipandang sebagai kunci keberhasilan
keluarga. Komunikasi yang jelas dan fungsional dalam keluarga merupakan proses dua
arah yang dinamis sehingga tercipta interaksi fungsional.
- Menggunakan emosional : marah, tersinggung, sedih, gembira.
- Komunikasi terbuka dan jujur
- Hierarki kekuatan dan peraturan keluarga
- Konflik keluarga dan penyelesaian
f. Pola komunikasi didalam keluarga yang tidak berfungsi adalah:
- Fokus pembicaraan hanya kepada seseorang tertentu
- Semua menyetujui (total agreement) tanpa adanya diskusi
- Kurang empati - Selalu mengulangi isu dan pemdapat sendiri
- Tidak mampu memfokuskan pada satu isu
- Komunikasi tertutup
- Bersifat negative
- Mengembangkan gossip
D. Struktur Peran

Peran menunjukkan pada beberapa set perilaku yang bersifat homogen dalam situasi
sosial tertentu. Peran lahir dari hasil interaksi sosial. Peran biasanya menyangkut posisi dan
posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam suatu sistem sosial tertentu.

1) Peran-peran formal dalam keluarga

Peran formal berkaitan dengan posisi formal keluarga, bersifat homogen. Peran formal
yang standar dalam keluarga, antara lain: pencari nafkah, ibu rumah tangga, pengasuh anak,
supir, tukang renovasi rumah, tukang masak, dan lain-lain. Jika dalam keluarga hanya

14
terdapat sedikit orang untuk memenuhi peran tersebut, maka anggota keluarga
berkesempatan untuk memerankan beberapa peran dalm waktu yang berbeda.

a. Peran parental dan perkawinan


b. Peran-peran dalam keluarga
c. Peran seksual perkawinan
d. Peran ikatan keluarga atau kinkeeping
e. Peran kakek/nenek

Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing yang antaranya :

a. Ayah
Ayah sebagai pimpinan keluarga mempunyai peran sabagai pencari nafkah, pendidikan,
pelindung, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga, dan sebagai anggota
masyarakat atau kelompok sosial tertentu.
b. Ibu
Ibu sebagi pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak, pelindung
keluarga, dan sebagai pencari nafkah tambahan keluarga, serta sebagai anggota
masyarakat atau kelompok tertentu.
c. Anak
Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan fisik, mental,
sosial, dan spiritual.
2) Peran-peran informal keluarga

Peran-peran informal keluarga (peran tertutup) biasanya bersifat implisit, tidak tampak
permukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan emosional atau untuk menjaga
keseimbangan keluarga.

15
H. Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan informasi
secara terus-menerus tentang keluarga yang dibina. Pengkajian merupakan langkah awal
pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga yang terdiri dari beberapa tahap meliputi
(Komang Ayu, 2010) :
I. Data Umum
1) Nama Kepala Keluarga
2) Alamat
3) Umur
Faktor yang memengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB
adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya malnutrisi (Dary, Puspita, &
Mela, 2017).
4) Jenis kelamin
Menurut Department of Gender and Women’s World Health Organization
(WHO) yang menyebutkan bahwa insiden dan prevalensi tuberkulosis lebih
banyak ditemukan pada jenis kelamin laki-laki dewasa dari pada perempuan
dewasa. Laki-laki memiliki akses kesehatan yang lebih baik daripada perempuan.
Selain itu, pada keluarga miskin, pemenuhan kebutuhan pangan jauh lebih
mendesak dari pada kebutuhan akan kesehatan karena mereka memiliki
keterbatasan sumber daya.
5) Pendidikan
Dari segi pendidikan, cukup banyak yang mempunyai latar belakang
pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Sekolah Lanjutan Atas.
Dengan kondisi pendidikan yang relatif rendah, maka pengetahuan
masyarakat terhadap penyakit TB Paru juga terbatas. Hal ini tampak dari persepsi
masyarakat terhadap penyakit TB Paru, dimana sebagian masyarakat masih
beranggapan bahwa penyakit TB Paru adalah penyakit keturunan, memalukan dan
dianggap tabu oleh masyarakat (Media, 2011).

16
6) Pekerjaan
Dalam hal ini tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara
pekerjaan dengan kejadian TB paru. Namun Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan bahwa pekerjaan sebagai buruh serabutan, buruh harian lepas,
dan pengrajin anyaman, yang memiliki pendapatan yang tidak tetap per bulannya
sehingga sangat berpengaruh pada makanan/gizi secara langsung serta kesehatan
lingkungan perumahan yang tidak memenuhi syarat kesehatan yang berdampak
pada kesehatan mereka sendiri.
7) Pengetahuan
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pengetahuan tentang TB Paru tidak
berhubungan secara signifikan dengan kejadian TB paru. Hanya saja mayoritas
masyarakat belum mengetahui tentang cara pencegahan TB paru dengan
imunisasi serta pencegahan dengan pencahayaan sinar matahari hal ini dibuktikan
apabila seseorang mengetahui cara pencegahan terhadap suatu penyakit maka
mereka akan lebih waspada dan peduli tentang bahayanya penyakit TB tersebut
(Oktavia, Mutahar, & dkk, 2016).
8) Komposisi Keluarga dan Genogram
Sesuai dengan Depkes RI (2008) yaitu informasi penting yang perlu
dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan keluarganya adalah TB
disebabkan kuman, bukan penyakit keturunan atau kutukan (Nugroho, 2011).
Namun kepadatan penghuni merupakan salah satu faktor risiko TB.
Dimana semakin padat rumah maka perpindahan penyakit, khususnya penyakit
menular melalui udara akan semakin mudah dan cepat, apabila terdapat anggota
keluarga yang menderita TB dengan BTA positif yang secara tidak sengaja batuk.
9) Tipe Keluarga
1. Keluarga inti
Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari
keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2. Keluarga besar
Adalah keluarga inti yang ditambah anggota keluarga lain masih
mempunyai hubungan darah (kakek, nenek, paman, bibi, saudara sepupu, dll).

17
3. Keluarga bentukan kembali
Adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau
kehilangan pasangannya.
4. Orang tua tunggal
Adalah keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak
akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.
5. The single adult living alone
Adalah orang dewasa yang tinggal sendiri tanpa perna menikah.
6. The unmarried teenege mother
Adalah ibu dan anak yang tanpa perkawinan.
7. Keluarga usila
Adalah suami yang sebagai pencari uang, istri di rumah atau kedua-
duanya bekerja atau tinggal di rumah, anak-anaknya sudah meninggalkan
rumah karena sekolah / perkawinan / meniti karir.
10) Suku
Data ini menjelaskan mengenai suku bangsa anggota keluarga serta
budaya yang terkait dengan kesehatan. Suku bangsa yang dimaksud seperti jawa,
sunda, batak, dan lain sebagainya.
11) Agama dan Kepercayaan yang Mempengaruhi
Di dalam islam penyakit TB dapat juga dikategorikan sebagai
kemungkaran karena sifatnya merusak dan berpotensi merugikan manusia lahir
dan batin. Karena itu harus diberantas maka dari itu, ketika dunia dikejutkan
dengan merebaknya penyakit TB, umat Islam berkewajiban untuk
menanggulanginya (KH. Mifta Faqih, H. Sarmidi Husna, & dkk, 2014).
12) Status sosial dan Ekonomi
Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar masyarakat yang
mengalami penyakit TB Paru adalah berasal dari golongan ekonomi yang kurang
mampu. Dengan kondisi keterbatasan ekonomi, walaupun biaya pengobatan di
puskesmas gratis, namun biaya transportasi apalagi pengobatan penyakit TB Paru
dilakukan selama lebih kurang 6 (enam) bulan menjadi hambatan dan
pertimbangan masyarakat dalam mencari upaya pengobatan. (Media, 2011).

18
13) Aktivitas Rekreasi Keluarga
Rekreasi kelurga tidak hanya dilihat kapan keluarga pergi bersama-sama
untuk mengunjungi tempat rekreasi, tetapi juga penggunaan waktu luang atau
senggang keluarga.
14) Riwayat Penyakit Keturunan Keluarga
Sesuai konsep yang dikemukakan oleh (Depkes RI, 2008) bahwa seorang
dengan BTA positif sangat berisiko untuk menularkan pada orang disekitarnya
terutama keluarganya sendiri (Sitorus, Lubis, & dkk, 2018).
II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Duvall mengemukan bahwa daur/siklus kehidupan keluarga terdiri dari
delapan tahap perkembangan yang mempunyai tugas dan resiko tertentu pada tiap
tahap perkembangannya (Ali, 2010).
1. Pasangan baru menikah (keluarga baru)
Dimulai dari pernikahan yang dilanjutkan dengan membentuk rumah tangga.
2. Menjelang kelahiran anak (child bearing family)
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai
kelahiran anak pertama dan dilanjutkan sampai anak pertama berusia 30
bulan.
3. Keluarga dengan anak prasekolah
Keluarga dengan anak tertua 2,5 tahun sampai dengan 6 tahun. Pada tahap
ini mulai mengenal kehidupan siosialnya, sudah mulai bergaul dengan teman
sebayanya, tetapi sangat rawan dengan masalah kesehatan. Anak sensitive
terhadap pengaruh lingkungan dan tugas keluarga adalah mulai menanamkan
norma – norma kehidupan, norma –norma agama, norma – norma social
budaya.
4. Keluarga dengan anak sekolah
Keluarga dengan anak usia sekolah atau anak tertua berusia 7 sampai 12
tahun.
5. Keluarga dengan remaja

19
Keluarga dengan remaja atau anak tertua berusia 13 tahun sampai 20
tahun. Tahap ini paling rawan, kerena pada tahap ini akan mencari identitas
diri dalam membentuk kepribadiannya, oleh karena itu suri tauladan dari
kedua orangtua sangat diperlukan. Komunikasi dan saling pengertian antara
kedua orang tua dengan anak perlu dipelihara dan dikembangkan.
6. Keluarga dengaan anak dewasa ( melepas anak)
Melepas anak ke masyarakat dalam memulai kehidupannyayang
sesunggunya, dalam tahap ini akan memulai kehidupan berumah tangga.
7. Keluarga usia pertengahan/berdua kembali
Setelah anak besar dan mampuh kehidupan keluarga sendiri – sendiri,
tinggalah suami istri berdua saja. Dalam tahap ini keluarga akan merasa sepi,
dan bila tidak dapat menerima kenyataan akan dapat menimbulkan depresi
dan stress.
8. Keluarga usia lanjut
Lansia bukan suatu penyakit tapi tahap lanjut dari proses kehidupan yang
ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress
fisik/psikologis.
2) Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi
Data ini menjelaskan mengenai tugas dalam tahap perkembangna keluarga
saat ini yang belum terpenuhi dan mengapa belum terpenuhi.
3) Riwayat Keluarga Inti
Mengkaji tentang riwayat penyakit keluarga karena meskipun secara
patologis TB paru ini tidak ditularkan, tetapi perawat harus tetap mengkaji apakah
penyakit TB paru ini pernah dialami oleh keluarga lainnya sebagai faktor
presdiposi penularan didalam rumah (Arif, 2008).
4) Riwayat Keluarga Sebelumnya
Bahwa yang harus dikaji tentang riwyat penyakit sebelumnya yaitu
dengan menanyakan:
a) Apakah pasien pernah mengalami batuk yang lama dan tidak sembuh-
sembuh?
b) Apakah pasien pernah berobat tetapi tidak sembuh?

20
c) Apakah pasien pernah berobat tetapi tidak teratur?
d) Apakah pasien riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis Paru?
e) Apakah pasien daya tahan tubuhnya menurun?
f) Apakah pasien riwayat vaksin yang tidak teratur?
III. Lingkungan
1) Karakteristik Rumah
Terdapat hubungan bermakna jenis rumah, pencahayaan alami kamar
tidur, adanya sinar matahari langsung dalam rumah, luas ventilasi rumah, luas
ventilasi kamar tidur, kelembaban udara kamar tidur, suhu udara kamar tidur,
kepadatan hunian kamar tidur, dan jenis lantai rumah dengan kejadian penyakit
TB. Hubungan karakteristik kelembaban udara dengan penyebaran kasus penyakit
tuberkulosis paru menunjukkan bahwa sebagian besar di daerah yang kelembaban
udara nomal penyebaran kasus terbanyak adalah di darah dataran, rawa, dan
pesisir danau (Ayomi & Onny Setiani, 2012).
2) Karakteristik Tetangga Dan Komunitas Tempat Tinggal
Data ini menjelaskan mengenai lingkungan fisik setempat, kebiasaan,
budaya,yang mempengaruhi kesehatan.
3) Mobilitas Geografis Keluarga
Data ini menjelaskan mengenai kebiasaan keluarga berpindah tempat.
4) Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Dengan Masyarakat
Data ini menjelaskan mengenai kebiasaan keluarga berkumpul,
sejauhmana keterlibatan keluarga dalam pertemuan dengan masyarakat.
5) Sistem Pendukung Keluarga
Data ini menjelaskan mengenai jumlah anggota keluarga yang sehat,
fasilitas keluarga, dukungan keluarga dan masyarakat sekitar terkait dengan
kesehatan, dan lain sebagainya.
IV. Struktur Keluarga
1) Pola Komunikasi Keluarga
Menjelaskan cara berkomunikasi antara anggota keluarga menggunakan
system tertutup atau terbuka, kualitas dan frekuensi komunikasi yang berlangsung
serta isi pesan yang disampaikan.

21
2) Struktur Kekuatan Keluarga
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara
formal maupun informal
3) Struktur Peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi
social yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi
individu dalam masyarakat.
4) Nilai dan Norma Keluarga
Menjelaskan nilai norma yang dianut keluarga dengan kelompok atau
komunitas serta bagaimana nilai dan norma tersebut mempengaruhi status
kesehatan keluarga.
V. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak melalui keluarga yang
bahagia. Anggota keluarga mengembangkan konsep diri yang positif, rasa
dimiliki dan memiliki, rasa berarti serta merupakan sumber kasih sayang (Padila,
Keperawatan Keluarga , 2012).
2) Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu, yang, menghasilkan interkasi sosial dan belajar berperan dalam
lingkungn soisal (Fridman, 1986). Keberhasilan perkembangan indivisu dan
keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang
diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-
norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dengan keluarga (Ali,
2010).
3) Fungsi Perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan meliputi 5 fungsi keluarga :
1. Pengetahuan dan persepsi keluarga tentang penyakit Persepsi masyarakat
bahwa penyakit TB paru sebagai penyakit Batuk lama, batuk 40 hari, ada pula

22
yang mempunyai persepsi sebagai batuk kering. Sebagian masyarakat
menyatakan sebagai penyakit asma, dan ada pula yang mempunyai persepsi
bahwa penyakit TB paru menyebutnya sebagai penyakit TBC. Beberapa
masyarakat mengasumsikan bahwa karena panas tinggi dapat mengakibatkan
TBC. (Pratiwi, Roosihermiatie, & dkk, 2012).
2. Kemampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Sebagian informan mengatakan dengan cara merangkul penderita TB
segera berobat, kalau sudah sembuh tidak akan menular. Kurangnya
kesadaran penderita sewaktu batuk tidak menutup mulut, kemungkinan virus
menyebar, penyuluhan pada masyarakat untuk menutup mulut, dan
membuang tissue kesampah. Sebagian informan menyarankan PMO, dari
keluarga terdekat sebagai pendamping minum obat dan mengawasi. Budaya
malu pada masyarakat, kader mendatangi masyarakat yang terdekat untuk
mengajak keluarga berobat (Pratiwi, Roosihermiatie, & dkk, 2012).
3. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Sebagian informan mengatakan bahwa Masyarakat beranggapan penyakit TB
paru bisa diobati, pengobatan penyakit TB harus minum obat secara paket
tidak putus selama 6 bulan, penyakit TB paru ini sudah dikenal oleh
masyarakat, tetapi pengobatan tergantung kesadaran masyarakat. Sebagian
masyarakat minum obat-obatan dingin tradisional, contoh daun rambutan,
daun sekakeh yang penting harus yakin dapat sembuh dan rutin minum, cara
membuat ramuan: diremas diberi air hangat terus diminum. (Pratiwi,
Roosihermiatie, & dkk, 2012).
4. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat dengan
adanya rumah yang mempunyai ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan,
sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman bakteri
Mycobacterium tuberculosis dan perilaku hidup bersih dan sehat dalam
membuang ludah sesuai tempat dapat mencegah penuluran terjadinya TB paru
(Lanus, suyasa, & dkk, 2012).
5. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di masyarakat.
Persepsi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan seperti puskesmas menurut

23
informan sudah positif. Perilaku petugas, cara pelayanan, obat-obatan yang
tersedia dirasakan informan sudah relatif bagus. Namun, ada sedikit hambatan
untuk mencapai pelayanan kesehatan, dan jam pelayanan yang terbatas, seperti
pada hari/libur puskesmas tutup. Di samping itu, sebagian masyarakat
beranggapan bahwa pengobatan yang dilakukan di puskesmas dan rumah sakit
dilaksanakan secara berulang-ulang, penyembuhan relatif lebih lama serta obat
mengandung zat kimia dengan efek samping jantung berdebar. Adanya
persepsi dari masyarakat tersebut juga dianggap turut mempengaruhi
VI. Stress / Penyebab Masalah Dan Koping Yang Dilakukan Keluarga
1) Stressor Jangka Panjang Dan Stressor Jangka Pendek
Stressor jangka pendek memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang
dari 6 bulan sedangkan stressor jangan panjang yaitu stressor yang saat ini dialami
yang memerlukan penyelesaikan lebih dari 6 bulan.
2) Respon Keluarga Terhadap Stress
Stressor merupakan agen-agan pencetus atau penyebab stress. Dalam
keluarga stressor biasanya berkaitan dengan kejadian-kejadian dalam hidup yang
cukup serius yang menimbulkan perubahan dalam system keluarga, dapat berupa
kejadian atau pengalaman antar pribadi (dalam atau luar keluarga), lingkungn,
ekonomi, serta social budaya dan persepsi keluarga terhadap kejadian (Padila,
Keperawatan Keluarga , 2012).
3) Strategi Koping Yang Digunakan
Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
4) Strategi Adaptasi Yang Disfungsional
Menjelaskan adaptasi disfungsional (perilaku keluarga yang tidak adaptif)
ketika keluarga menghadapi masalah (Sulvari Gusti APD, 2013).
VII. Pemeriksaan Fisik (Head to toe)
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota kelurga tisak berbeda jauh
dengan pemeriksaan fisik pada klien di klinik atau rumah sakit yang meliputi
pemeriksaan head to toe.
1) Kedaan Umum Fisik Dan Tanda- Tanda Vital

24
Keadaan umum pada klien dengan TB paru dapat dilakukan secara selintas
pandang dengna menilai keadaan fisik setiap bagian tubuh. Hasil pemeriksaan
tanda-tanda vital pada klien dengan TB paru biasanya didapatkan peningkatan
suhu tubuh secara signifikan, frekuensi nafas meningkat apabila disertai sesak
nafas, denyut nadi biasanya meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh
dan frekuensi pernafasan, dan tekanan darah biasanya sesuia dengan adanya
penyakit penyulit seperti hipertensi.
- B1 (Breathing)
Pemeriksaan fisik pada klien dengan TB paru merupakan pemeriksaan fokus
yang terdiri atas inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi:
a) Inspeksi
Bentuk dada dan pergerakan pernafasan sekaligus pandang tentang klien
dengan TB paru biasanya tampak kurus sehingga terlihat adanya
penurunan proporsi diameter bentuk dada anterior-posterior dibandingkan
proporsi diameter lateral.
b) Palpasi
Palpasi trachea. Adanya pergeseran trachea menunjukan- meskipun terapi
tidak spesifik- penyakit dari lobus atau paru. TB paru tanpa komplikasi
pada saat dilakukan palpasi, gerakan pada saat bernafas biasanya normal
dan seimbang antara bagian kanan dan kiri. Adanya penurunan gerakan
diding pernafasan biasanya ditemukan pada pasien TB paru dengan
kerusakan perenkim paru yang luas (Arif, 2008).
c) Perkusi
Pasien TB paru minimal tanpa komplikasi, biasanya akan didapatkan
bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Pada pasien TB paru
yang disertai dengan komplikasi seperti efusi leura akan didapatkan bunyi
redup sampai pekek pada sisi yang sakit sesuai banyaknya akumulasi
cairan di ronggo pleura.
d) Auskultasi
Pasien dengan TB paru didapatkan bunyi nafas tambahan (ronchi) pada
sisi yang sakit.

25
- B2 (Blood)
Pada pasien dengan TB paru pengkajian yang didapat meliputi:
Inpeksi : inspeksi tentang adanya parut dan keluhan kelemahan fisik.
Palpasi : denyut nadi parifer melemah
Perkusi : batas jantung mengalami pergeseran pada TB paru dengan
efusi pleura masif mendorong ke sisi sehat
Auskultasi : tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung tambahan
biasanya tidak didapatkan.
- B3 (Brain)
Kesadaran biasanya compos mentis, ditemukan adanya sianosis
perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pada pengkajian objektif,
pasien tampak dengan wajah meringis, merintih, meregang dan mengeliat.
Saat dilakukan pengkajian pada mata, biasanya didapatkan adanya
konjungtiva anemis pada TB paru dengan hemaptoe masif dan kronis, dan
sclera ikterik pada TB paru dengan gangguan fungsi hati.
- B4 (Bledder)
Penggunan volume output urine berhubungan dengan intake cairan.
Oleh karena itu perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal tersebut
merupakan tanda awal dari syok. Pasien diinformasikan agar terbiasa dengan
urine yang berwarna jingga peket dan berbau yang menandakan fungsi ginjal
masih normal sebagai ekskresi karena minum obat OAT terutama rifampisin.
- B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan,
dan penurunan berat badan.
- B6 (Bone)
Aktivitas sehari-hari banyak pada klien dengan TB paru. Gejala yang
muncul antara lain kelemahan. Kelelahan, insomnia, pola hidup menetap. Dan
jadwal plaraga menjadi tidak teratur.
VIII. Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan keluarga terhadap
petugas kesehatan yang ada (Sulvari Gusti APD, 2013).

26
PENJAJAKAN 2
1. Mengenal masalah kesehatan yang dihadapi anggota keluarga.
Kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan seluruh anggota
keluarga.
2. Membuat keputusan secara tepat dalam mengatasi masalah kesehatan anggota
keluarga. Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan untuk membawa
anggota keluarga ke pelayanan kesehatan.
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan.Kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
4. Memodifikasi lingkungan yang kondusif.
Kemampuan keluarga dalam mengatur lingkungan, sehingga mampu
mempertahankan kesehatan dan memelihara pertumbuhan serta perkembangan
setiap anggota keluarga.
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk pemeliharaan dan perawatan
anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.

2. Diagnosa Keperawatan keluarga


Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu, keluarga atau
komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual dan potensial
(Allen, 1998) dalam Salvari Gusti (2013). Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan
berdasarkan data yang didapatkan pada pengkajian, komponen diagnosa keperawatan
meliputi :
a. Problem atau masalah
b. Etiologi atau penyebab masalah
c. Tanda Sign dan Gejala (symptom)

Secara umum faktor-faktor penyebab / etiologi yaitu : ketidaktahuan,


ketidakmampuan. Ketidakmampuan yang mengacu pada 5 tugas keluarga, antara lain:

a. Mengenal Masalah
b. Mengambil keputusan yang tepat
c. Merawat anggota keluarga

27
d. Memelihara / Memodifikasi lingkungan
e. Memanfaatkan fasilitas kesehatan

Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh (Bailon dan Maglaya,
1978) dalam Suprajitno (2012) yaitu dengan cara :
a. Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat
b. Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot
c. Jumlah skor untuk semua kriteria (skor maksimum sama dengan jumlah bobot,
yaitu 5)

Beberapa diagnosa keperawatan keluarga yang dapat dirumuskan pada anggota


keluarga dengan TB Paru sesuai dengan pathway diatas adalah :

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubung dengan ketidakmampuan keluarga


merawat anggota keluarga yang sakit
b. Hipertermia berhubung dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit
c. Gangguan pertukaran gas berhubung dengan ketidak mampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubung dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
e. Resiko tinggi penyebaran infeksi pada orang lain berhubung dengan ketidakmampuan
keluarga memelihara / memodifikasi lingkungan
f. Resiko tinggi penyebaran infeksi pada diri sendiri (klien) berhubung dengan
ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat
g. Kurang pengetahuan berhubung dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan

3. Intervensi Keperawatan keluarga

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Intervensi


Hasil
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif Tujuan : a. Ajarkan

28
berhubung dengan keluarga untuk
ketidakmampuan keluarga Keluarga mampu melatih klien
merawat anggota keluarga yang merawat anggota teknik batuk
sakit keluarga yang sakit efektif
yang mengalami b. Pantau keluarga
bersihan jalan nafas dalam
tidak efektif melakukan
Kriteria : perawatan
Anggota keluarga untuk mencegah
mengerti dan terjadinya
mampu bersihan jalan
mengajarkan klien nafas yang tidak
teknik batuk efektif efektif
dan posisi semi
fowler agar
bersihan jalan nafas
efektif kembali
2. Hipertermia berhubung dengan Tujuan : a. Beri penjelasan
ketidakmampuan keluarga Keluarga mengerti pada keluarga
merawat anggota keluarga yang tentang Hipertermia proses penyakit
sakit yang timbul karena TB Paru hingga
proses penyakit TB timbulnya
Paru Hipertermia
Kriteria : b. Ajarkan
Keluarga mampu keluarga untuk
menjelaskan beri kompres
penyebab dan anjurkan
hipertermia pada beri banyak
penyakit TB Paru minum bila
dan mampu klien
merawat anggota mengalami

29
keluarga yang yang hipertermia
sakit
3. Gangguan pertukaran gas Tujuan : a. Beri penjelasan
berhubung dengan Keluarga mengerti pada keluarga
ketidakmampuan keluarga tentang gangguan mengenai
merawat anggota keluarga yang pertukaran gas yang timbulnya
sakit timbul karena gangguan
proses penyakit TB pertukaran gas
Paru pada penyakit
Kriteria : TB paru
Keluarga paham b. Ajarkan
tentang proses keluarga cara
pertukaran gas pada posisi semi
penyakit TB paru fowler bila klien
dan mampu mengalami
merawat anggota sesak nafas
keluarga yang sakit
dengan TB Paru
4. Perubahan nutrisi kurang dari Tujuan : a. Jelaskan pada
kebutuhan tubuh berhubung Keluarga mengerti keluarga
dengan ketidakmampuan keluarga tentang pentingnya mengenai
merawat anggota keluarga yang kebutuhan nutrisi pentingnya
sakit bagi penderita TB kebutuhan
Paru dan dapat nutrisi bagi
merawat klien klien yang
Kriteria : menderita TB
Kelurga dapat Paru
menjelaskan b. Anjurkan klien
manfaat nutrisi dan untuk memberi
akibat kekurangan makanan
nutri bagi klien bergizi dan

30
dengan TB Paru sajikan hangat
dan keluarga dengan porsi
mampu memenuhi kecil tapi sering
mebutuhan nutrisi
klien ditandai
dengan nafsu
makan klien
bertambah,dan
berat badan naik
kembali

5. Resiko tinggi penyebaran infeksi Tujuan : a. Jelaskan pada


pada orang lain berhubung dengan Keluarga mengerti keluarga proses
ketidakmampuan keluarga resiko penyebaran penularan
memelihara/memo difikasi infeksi penyakit TB penyakit TB
lingkungan Paru kepada orang b. Ajarkan
lain dan Infeksi keluarga cara
tidak terjadi cuci tangan
Kriteria : yang baik dan
Keluarga bebas dari benar
infeksi penularan c. Anjurkan
penyakit TB, keluarga untuk
keluarga dapat menerapkan
menjelaskan PHBS di rumah
kembali proses tangga
penularan penyakit d. Anjurkan
TB dan keluarga keluarga untuk
dapat menerapkan membuka
PHBS di rumah jendela dan
tangganya membiarkan

31
cahaya matahari
masuk ke dalam
rumah
6. Resiko tinggi penyebaran infeksi Tujuan : a. Jelaskan pada
pada diri seniri (kilen) berhubung Keluarga mengerti keluarga
dengan ketidakmampuan keluarga akibat dari resiko tentang resiko
mengambil keputusan yang tepat penyebaran infeksi penyebaran
penyakit TB Paru infeksi pada diri
pada diri klien dan kilen penderita
keluarga mampu TB paru
mengambil b. Jelaskan pada
keputusan yang keluarga
tepat dalam pentingnya
mengobati anggota memantau dan
keluarganya yang mendamping i
sakit klien minum
Kriteria : obat TB
Keluarga mau c. Ajurkan klien
mengikuti anjuran menyediakan
dari petugas tempat
kesehatan dalam penampunga n
memantau dan dahak yaitu
mendampingi klien dalam wadah
dalam melakukan tertutup yang
pengobatan selama diberi lisol
6 bulan
7. Kurang pengetahuan berhubung Tujuan : a. Beri penjelasan
dengan ketidakmampuan keluarga Kelurga mengerti pada keluarga
mengenal masalah kesehatan tentang penyakit mengenai
TB, penyebab, pengertian
pencegahan, penyakit TB

32
pengobatan dan Paru, penyebab,
perawatan klien pencegahan,
dengan TB Paru pengobatan dan
Kriteria : perawatan pada
Keluarga klien klien dengan
dapat menjelaskan TB Paru
kembali mengenai b. Jelaskan pada
penyakit TB paru, keluarga akibat
penyebab, bila klien
pencegahan, penderita TB
pengobatan dan paru tidak
perawatan pada mendapat
klien dengan Tb pengobatan dan
Paru perawatan
maksimal

4. Implementasi / Pelaksanaan
Implementasi / pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan
keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat
keluarga untuk mendapatkan perbaikan kearah perilaku hidup sehat. Pelaksanaan
tindakan keperawatan keluarga didasarkan kepada asuhan keperawatan yang telah
disusun (Salvari Gusti, 2013) Pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga dilakukan
sesuai dengan rencana keperawatan keluarga yang telah dibuat dengan didahului perawat
menghubungi keluarga bahwa akan dilakukan implementasi sesuai dengan kontrak
sebelumnya (saat mensosialisaasikan diagnosa keperawatan).

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil, implementasi
dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilan bila hasil
dan evaluasi tidak berhasil sebagian perlu disusun rencana keperawatan yang baru.

33
Metode evaluasi keperawatan, yaitu :

a. Evaluasi formatif (proses)


Adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan dan bertujuan
untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang
dilakukan, sistem penulisan evaluasi formatif ini biasanya ditulis dalam catatan
kemajuan atau menggunakan sistem SOAP
b. Evaluasi Sumatif (hasil)
Adalah evaluasi akhir yang bertujuan untuk menilai secara keseluruhan, sistem
penulisan sumatif ini dalam bentuk catatan naratif atau laporan singkat (Salvari Gusti,
2013).

34
BAB III
TINJAUAN KASUS

Suatu keluarga terdiri atas keluarga inti, dengan Kepala keluarga Tn. S (Jawa) 39 tahun
beragama islam, tinggal bersama istri Ny. F (Komering) usia 35 tahun memiliki 2 orang anak
pernikahan saat ini dan 2 orang anak pernikahan sebelumnya, anak pertama berusia 10 tahun dan
anak ke dua 5 tahun, dan anak dengan Istri sebelumnya (Ny. R – 37 tahun), Anak AN- 13 tahun
dan Anak RB 11 tahun. Pekerjaan Tn. S adalah buruh bangunan pabrik dan jarang bekerja karena
sudak 3 tahun menderita penyakit TBC Paru-paru, telah berobat ke rumah sakit paru-paru dan
mendapatkan pengobatan selama 1 tahun, namun pengobatan yang dilakukan tidak sampai
tuntas, paket obat TBC yang didapatkan di rumah sakit sering tidak dihabiskan, BB saat ini 50
kg, TB 155 cm. Pada pemeriksaan auskultasi didapatkan bunti ronchi (+), pernafasan vasikuler,
TD 100/60 mmHg, Nadi 65x/menit, Respirasi 25x/menit, Shu 37,5°C. Tn. S mengeluh batuk
darah dan sering berulang dan tidak dapat tidur saat malam hari, Tn. S mengatakan memiliki
riwayat meroko dari usia SMP. Kondisi rumah tidak terawat dengan baik, lembab, ventilasi
udara yang tidak pernah dibuka, perabotan rumah berantakan dan rumah kotor, peralatan makan
digunakan bersama-sama. Saat wawancara terlihat istri dan anak usia 5 tahun batuk-batuk. Istri
bekerja sebagai buruh setrika pakaian dan ibu rumah tangga. Pola interaksi yang digunakan oleh
keluarga Tn. S ialah tidak tentu dan sering berinteraksi saat makan bersama dan menonton tv.
Pendidikan terakhir istri dan suami adalah lulusan SMP, kerabat suami (kakak) tinggal sebelah
rumah dan sering membantu keluarga saat ada masalah.

A. IDENTITAS KELUARGA
1. Kepala Keluarga

Nama Kepala Keluarga : Tn. S

Jenis Kelamin : Laki- laki

Umur/tanggal lahir : 39 th

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

35
Pekerjaan : Buruh bangunan pabrik

Alamat : Jakarta

No.Telepon :-

2. Susunan Anggota Keluarga

Hub Dengan
No Nama Umur Gender Agama Pendidikan Pekerjaan Ket
KK

1. Ny. F 35 th P Islam Istri SMP Buruh


2

2. An. FR 10 th L Islam Anak dari tn. S Sekolah Pelajar


3 dan ny. F dasar

3. An. YA 5 th P Islam Anak dari tn. S - -


4 dan ny. F

4. An. AN 13 th L Islam Anak dari tn. S SMP Pelajar


5 dan ny. R

5. An. RB 11 th L Islam Anak dari tn. S Sekolah Pelajar


6 dan ny. R dasar

3. Genogram

Ny. Ny.
Tn. A Tn. B 36
A B
Ny. Tn. S--
---------------------- Ny.
R 39 th F

TBC

An. An An. RB An. FR An.


YA

Keterangan :

: Perempuan : Menikah

: Laki-Laki : Tinggal Serumah

--------- :Bercerai : Keturunan

B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


1. Tahap Perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga Tn. S adalah tahap keluarga remaja , dimana tugas
perkembangan saat ini:
- Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat remaja
yang sudah bertambah dewasadan meningkatkan otonominya

37
Tn. S dengan istri memberikan kebebasan kepada anaknya tidak ada kekangan yang
mereka berikan kepada anaknya.
- Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
Tn. S mengatakan hubungan dengan keluarganya harmonis dan mereka dapat
mempertahankan keintiman keluarganya
- Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua. Hindari perdebatan,
kecurigaan dan permusuhan
Keluarga Tn. S mempertahankan komunikasi keluarga dengan cara makan bersama
dan selalu menjaga pola interaksi
- Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
Di keluarga Tn. S istrinya selain berperan menjadi ibu rumah tangga istri juga bekerja
membantu memenuhinya kebutuhan keluarga
2. Tahap perkembangan yang belum terpenuhi
Keluarga Tn. S sudah dapat memenuhi tahap perkembangannya sesuai dengan tahap
perkembangannya saat ini sedang dialami.
3. Riwayat Keluarga Inti
Tn. S dan Ny. F kedua nya bersuku Jawa. Awal pertemuan Tn. S dan Ny. F adalah di
saat mereka sedang bekerja. Mereka saling mencintai dan memutuskan untuk menikah.
Sebelumnya Tn. S sudah menikah dan dikaruniai 2 orang anak setelah itu bercerai dan
menikah dengan Ny. F dan mereka dikaruniai 2 orang anak.
4. Tipe keluarga
Tipe keluarga Tn. S yaitu keluarga inti karena didalam rumah terdapat Tn. S, Ny. F dan
4 orang anak.

C. STRUKTUR KELUARGA
1. Komunikasi dalam Keluarga
Tn. S mengatakan komunikasi dengan anak-anaknya tidak menentu, karena Tn. S dan
Ny. F sibuk bekerja dan anak- anaknya sibuk bersekolah. Tn. S dapat berkomunikasi
dengan anak-anaknya pada saat waktu luang atau hari libur. Selain pada waktu luang, Tn.
S dan anak-anak nya dapat berkomunikasi pada saat jam makan bersama dan menonton
tv bersama. Gambaran pola interaksi keluarga Tn. S dan Ny. F dengan anak-anaknya

38
baik, Ny. F pun bisa dikatakan cukup baik dan lumayan sering mengobrol jika terdapat
waktu luang. Keluarga yang paling dominan berbicara adalah Ny. F karena Ny. F adalah
istri dari Tn. S dan ibu rumah tangga. Cara berkomunikasi dalam keluarga Tn. S
langsung bertatap muka dan terbuka. Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia.

2. Struktur Keluarga
Keluarga Tn. S mengambil keputusan dengan cara berdiskusi dan bermusyawarah, dan
yang mengambil keputusan adalah Tn. S tanpa bantuan orang lain.
3. Struktur nilai/value
Tn. S dan Ny. F bersuku Jawa, Tidak ada nilai-nilai yang dianut oleh keluarga yang
bertentangan dengan kesehatan. Menurut keluarga Tn. S kesehatan merupakan prioritas
dalam keluarga.
4. Struktur peran
Keluarga Tn. S memiliki peran masing-masing yaitu Tn. S sebagai kepala keluarga,
pencari nafkah, dan pengambil keputusan dalam keluarga. Ny. F sebagai istriyaitu
mengurus keperluan rumah tangga, membantu untuk pengambilan keputusan dalam
keluarga serta bekerja sebagai buruh setrika pakaian. Anak- Anaknya belajar untuk
menuntut ilmu serta memberi dukungan dan dorongan dalam keluarga.

D. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif
Keluarga Tn. S sangat bangga jika ada anggota keluarga nya yang berhasil, sedangkan
respon keluarga Tn. S apabila ada salah satu anggota keluarga yang kehilangan keluarga
Tn. S tampak murung dan sedih dan berusaha ikhlas.
2. Fungsi Sosialisasi
Ny. F mengatakan tidak mengikuti organisasi masyarakat karena tiap anggota keluarga
sibuk dalam menjalani perannya masing-masing. Sejauh ini tidak ada anggota keluarga
yang cukup berperan dalam masyarakat. Dalam keluarga jarang terjadi konflik begitupun
konflik dimasyarakat. Keluarga Tn. S menggunakan fasilitas kesehatan yaitu puskesmas
dalam dalam memecahkan masalah kesehatan yang terjadi dalam keluarga tersebut.

39
Anggota keluarga Tn. S tidak mempunyai ketrampilan khusus dan tidak ada anggota
keluarga Tn. S yang tidak dapat membaca atau menulis.
3. Fungsi Reproduksi
Ny. F mengatakan tidak pernah menggunakan KB tetapi tidak bermasalah. Ny. F tidak
menggunakan KB dikarenakan Ny. F takut akan efek samping pada alat kontrasepsinya.
4. Fungsi Ekonomi
Keluarga Tn.S memiliki penghasilan sekitar 1. 500.000 dan Ny. F memiliki penghasilan
500.000. Jika digabungkan pendapatan keluarga Tn.S mencapai 2.000.000 perbulan,-.
Pengeluaran rutin tiap bulan dalam keluarga yaitu kebutuhan makan, kebutuhan sekolah.
Penghasilan keluarga tidak mencukupi pemenuhan kebutuhan tersebut. Keuangan
keluarga Tn.S dikelola oleh Ny.F
5. Fungsi pemeliharaan kesehatan
Keluarga Tn.S mengatakan apabila ada keluarga yang sakit maka membeli obat sendiri
diwarung, jika tidak sembuh maka langsung pergi ke puskesmas. Ny.F mengatakan
kebutuhan makan masak sendir. Cara menyajikan makanan kepada keluarga secara
terbuka. Tidak ada pantangan makanan dalam keluarga. Kebiasaan keluarga dalam
mengelola air dengan cara dimasak. Ny.F mengelola makanan dengan cara dicuci baru di
potong-potong. Kebiasaan makan dalam keluarga yaitu makan bersama-sama.
6. Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur
Keluarga Tn.S tidak memiliki kebiasaan tidur pada siang hari dan keluarga anggota
keluarga tidak memiliki kamar tidur masing-masing. Lama waktu tidur keluarga Tn.S
kurang lebih 7 jam per hari. Apabila ada keluarga yang sulit tidur cara mengatasinya
dengan cara menemani anggota keluarga yang tidak bisa tidur
7. Pemenuhan kebutuhan rekreasi dan Latihan
Keluarga Tn.S mengatakan dalam pemenuhan kebutuhan rekreasi tidak punya kebiasaan
yang teratur, dikarenakan anak Tn.S dan Ny. F memiliki kesibukan masing-masing. Ny.F
mengatakan sebagai pengganti pemenuhan kebutuhan rekreasi keluarga cukup
menggantinya dengan cara ekonomis seperti: makan bersama di rumah dan menonton TV
dirumah.
8. Pemenuhan kebutuhan kebersihan diri

40
Keluarga Tn.S mengatakan dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan, anggota keluarga
Tn.S melakukan kebiasaan mandi 2x sehari menggunakan sabun, sikat gigi dengan pasta
gigi, dan cuci rambut 2 hari sekali dengan menggunakan shampo.

E. STRESSOR DAN KOPING


Tn.S mengatakan takut jika penyakitnya tidak dapat sembuh dan makin memburuk, tetapi
keluarga Tn.S tetap memberikan semangat supaya Tn.S bisa sembuh.
F. KESEHATAN LINGKUNGAN
1. Perumahan
Keluarga Tn. S mengatakan jenis bangunan permanen dengan luas bangunan 6 x 7 m 2
dengan status rumah milik pribadi. Keadaan rumah atap dari asbes, tidak ada ventilasi,
luas lantai <10%, apabila siang hari cahaya yang masuk sangat kurang, dan dasar lantai
terbuat dari ubin. Rumah Tn.S memiki penerangan bersumber dari listrik. Bagian rumah
Tn.S terdapat ruang tamu, kamar tidur, dapur, dan kamar mandi, serta memiliki halaman
rumah dan ruang makan

WC
Ruang
Kamar pur
makan
mandi

Kamar

Kamar

2. Pengolahan sampah
Ny.F mengatakan tempat pembuangan sampah terbuka dan kondisinya tidak memenuhi
syarat, apabila sudah penuh akan dibawa mobil petugas kebersihan.

41
3. Sumber air
Ny. F mengatakan sumber air dirumahnya adalah air PAM, bila ingin minum Ny.R
memasak airnya. Kedaan air dirumah Tn.S cukup baik dengan kriteria tidak ada bau,
tidak ada rasa dan tidak ada endapan.
4. Jamban Keluarga
Ny.F mengatakan jenis jamban dirumahnya adalah leher angsa, bertipe jongkok dengan
jarak <10 meter dari tempat kediaman, dengan kondisi tampak kotor dan kurang terawat
5. Pembuangan air limbah
Aliran pembuangan limbah mengalir langsung keselokan

G. FASILITAS SOSIAL DAN FASILITAS KESEHATAN


Ny.F mengatakan dilingkungan rumahnya terdapat posbindu ,posyandu, pos lansia. Terdapat
juga pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan dapat dijangkau dengan berjalan kaki.

H. PEMERIKSAAN FISIK ANGGOTA KELUARGA

N Yang Bapak Ibu Anak 1 Anak 2 Anak 3 Anak 4


O diperiksa 10 th 5 th 13 th 11th
1. Keadaan Baik Baik Baik Baik Baik Baik
umum
2. TTV
TD 100/60 110/60 120/80 120/80 120/80 120/80
Nadi 65x/mnt 70 70 70 70 70
Suhu 37,5 36 36 36 36 36
RR 25x/mnt 18 20 20 20 18
3. TB 155 cm 155 cm 139 cm 115 cm 150cm 144cm
4. BB 50 kg 55 kg 32 kg 17kg 40 kg 36 kg
5. IMT 20,8 22,91 16,8 12,8 17,8 17,15
6. Kepala Normal Normal Normal Normal Normal Normal
7. Rambut Bersih Bersih Bersih Bersih Bersih Bersih
8. Mata Simetris Simetris Simetris Simetris Simetris Simetris

42
Skelera Non Non Non Non Non Non
Konjungtiva ikterik ikterik ikterik ikterik ikterik ikterik
9. Telinga Normal Normal Normal Normal Normal Normal
10. Hidung Normal Normal Normal Normal Normal Normal

PENJAJAKAN II

1. Kemampuan keluarga mengenal masalah


Menurut Tn. S , TBC merupakan penyakit pernapasan. Ny. F mengatakan bahwa ia tidak
tau cara merawat keluarga yang menderita TBC, tapi keluarga menggunakan masker saat Tn.
S mulai kambuh batuknya. Hal ini didukung pada saat dilakukan penyuluhan, karena
keluarga Tn. S hanya mengangguk-ngangguk serta baru nampak mengerti mengenai
penyebab dan cara mencegah penulaan TBC.
2. Kemampuan keluarga mengambil keputusan terhadap masalah kesehatan
Tn. S mengatakan ketika ia mengalami batuk ringan, ia membeli obat di warung. Namun
jika sudah semakin parah, maka Tn. S pergi ke puskesmas.
3. Kemampuan anggota merawat orang yang sakit
Tn. S mengatakan anak- anaknya sibuk sekolah dan Ny. F sibuk bekerja jadi ketika saya
sakit , saya hanya meminum obat yang beli di warung.
4. Kemampuan keluarga untuk memodifikasi lingkungan
Tn. S mengatakan menggunakan masker ketika batuknya kambuh.
5. Kemampuan keluarga untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Keluarga kurang memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, seperti puskesmas. Karena jauh
dan kebiasaan mereka jika sakit hanya meminum obat warung.

Jakarta, 8 Maret 2021

Mahasiswa,

43
(Kelompok 1)

ANALISA DATA

No Analisa Data Problem


Do :
̶ Pada saat dilakukan penyuluhan, keluarga Tn.
S hanya mengangguk-ngangguk serta baru
nampak mengerti mengenai cara mencegah
penularan TBC
̶ Saat wawancara terlihat istri dan anak Tn.S
usia 5 tahun batuk-batuk

1 Ds: Defisit Pengetahuan


̶ Keluarga Tn.S mengatakan apabila ada
keluarga yang sakit maka akan membeli obat di
warung, jika merasa makin parah maka
keluarga Tn. S akan pergi ke puskesmas
̶ Tn.S mendapatkan paket obat TBC dari rumah
sakit, namun sering tidak dihabiskan
̶ Tn.S mengatakan punya riwayat merokok sejak
SMP
2 Do : Kerusakan Penatalaksanaan
̶ Keadaan rumah terlihat sempit, kotor, dan tidak Pemeliharaan Rumah
terawat
̶ Sinar matahari terhalang oleh rumah tetangga

44
̶ Rumah tampak gelap
̶ Rumah keluarga Tn.S terlihat pembuangan
sampahnya terbuka
̶ Kondisi jamban rumah Tn.S tampak kotor dan
kurang terawat

Ds :
̶ Tn.S mengatakan bahwa keadaan rumahnya
sempit
̶ Tn.S mengatakan jendela rumahnya jarang
dibuka
̶ Ny.F mengatakan kondisi jamban di rumahnya
<10 meter
3 Ds:
- Tn.S mengatakan sudah 3 tahun menderita
penyakit TBC Paru-paru,
- Keluarga Tn.S mengatakan apabila ada keluarga
Ketidakefektifan bersihan
yang sakit maka akan membeli obat di warung
jalan nafas pada keluarga
- Ny. F mengatakan bahwa ia tidak tau cara
tn. S
merawat keluarga yang menderita TBC
- Tn. S mengeluh batuk darah dan sering berulang
dan tidak dapat tidur saat malam hari.
- Tn. S mengatakan memiliki riwayat merokok dari
usia SMP

Do:
- Ronchi (+)
- RR 25X/menit

45
SKORING DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA

1. Defisit pengetahuan

No Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran


Sifat masalah Keluarga tidak tau cara
merawat anggota
1 2 1 2/3 x 1 = 2/3
keluarga yang menderita
TBC
Kemungkinan Tamatan SMP, apabila
masalah dapat ada keluarga yang sakit
2 diubah 1 2 ½x2=1 maka membeli ke obat
warung, ke puskesmas
jika sudah parah
Potensi masalah Saat diberi penyuluhan
dapat dicegah keluarga hanya
mengangguk-ngangguk,
3 2 1 2/2 x 1 = 1 baru nampak mengerti
mengenai penyebab dan
cara mencegah penularan
TBC
Menonjolnya Keluarga masih belum
4 masalah 2 1 2/2 x 1 = 1 memprioritaskan
kesehatan.

46
Hasil skor : 2/3 + 1 + 1 + 1 = 3 2/3

2. Kerusakan Penatalaksanaan Pemeliharaan Rumah

No Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran


Sifat masalah Sifat masalah ini termasuk
aktual karena
1 1 1 1/3 x 1 = 1/3 berhubungan dengan
kondisi kesehatan
lingkungan keluarga Tn.S
Kemungkinan Latar belakang pendidikan
masalah dapat Tn.S dan Ny.F yang
diubah lulusan SMP sehingga
memudahkan untuk
2 2 2 2/2 x 2 = 2 menerima informasi dan
penjelasan yang diberikan
oleh petugas dan lebih
mudah untuk dilakukan
intervensi
Potensi masalah Potensi masalah untuk
dapat dicegah dicegah tinggi karena
3 3 1 3/3 x 1 = 1 seharusnya keluarga dapat
mengatasi pemeliharaan
rumahnya
Menonjolnya Masalah ini harus segera
masalah ditangani karena bisa
4 2 1 2/2 x 1 = 1
mengganggu kesehatan
keluarga Tn.S

Hasil skor : 1/3 + 2 + 1 + 1 = 4 1/3

47
3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

No Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran


Sifat Masalah Masalah sudah aktual dan
Aktual (3) memerlukan tindakan
1 Resiko tinggi (2) 3 1 3/3 x 1 = 1 perawatan yang tepat dan
Potensial (1) cepat agar tidak terjadi
masalah lebih lanjut.
Kemungkinan Sumber daya (dana dan
masalah dapat pendapatan) tindakan dan
2 diubah: Mudah (2) 2 2 2/2 x 2 = 2 fasilitas penunjang untuk
Sebagian (1) memecahkan masalah dapat
Tidak dapat (0) dijangkau oleh keluarga.
Potensi masalah Masalah ini memerlukan
dapat dicegah tindakan yang tepat dan

Tinggi (3) berpotensi untuk dicegah ke


3 Cukup (2) 3 1 3/3 x 1 = 1 arah yang tidak diinginkan

Rendah (1) selama keluarga dan


petugas dapat bekerja sama
dalam menanggulanginya.
4 Menonjolnya 2 1 2/2 x 1 = 1 Masalah harus segera
masalah ditangani karena jika tidak

Segera diatasi (2) akan menimbulkan masalah

Tidak segera diatasi lain.

(1)

48
Tidak dirasakan ada
masalah (0)

Hasil skor : 1+ 2 + 1 + 1 = 5

DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA PRIORITAS


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Kerusakan Penatalaksanaan Pemeliharaan Rumah
3. Defisit pengetahuan

INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa TUM TUK Standar Rencana


Ketidakefektifan setelah dilakukan Setelah dilakukan Klien dengan 1. Diskusikan
bersihan jalan tindakan kunjungan keluarga keluarga dapat: bersama keluarga
nafas keperawatan selama 2 x 24 jam - Menjelaskan cara apa yang diketahui
selama diharapkan mengatasi tidak keluarga
2X24 jam keluarga efektifnya bersihan mengenai cara
diharapkan mampu mengenal jalan nafas. mencegah penyakit
keluarga Tn. S masalah - Menyebutkan Tuberkulosis.
dapatmampu Tuberkulosis alternatif- alternatif 2.Ajarkan klien cara
membantu Tn. S untuk mengatasi batuk efektif
dalammempertah untuk mengatasi dan membuang
ankan tidak efektifnya dahak yang
jalan nafas yang bersihan jalan benar.
efektif. nafas. 3.Tanyakan kepada
- Mengambil klien dan
keputusan yang tepat keluarga cara
pada anggota keluarga perawatan,
dengan tidak pencegahan penyakit
efektifnya jalan nafas.

49
Tuberkulosis Paru.
4.Anjurkan klien
untuk
mempraktikkan
- Klien dan keluarga
kembali cara
mengetahui cara
batuk efektif dan
membuang sekret
membuang
dengan benar.
dahak di tempatnya.
5. Berikan
reinforcement positif
atas usaha keluarga.
Kerusakan Setelah dilakukan Setelah dilakukan 1. Keluarga Tn.S 1. Diskusikan
penatalaksanaan tindakan tindakan dapat mengenal dengan keluarga
pemeliharaan keperawatan pada keperawatan kriteria rumah kriteria rumah
rumah keluarga Tn.S diharapkan : yang sehat. yang sehat.
selama 2x24 jam 1. Klien dan Kriteria rumah 2. Diskusikan
diharapkan tidak keluarga dapat sehat : dengan keluarga
terjadi kerusakan mengenal - Ventilasi pentingnya
penatalaksanaan masalah ruangan bagus menjaga
pemeliharaan kerusakan - Pencahayaan pemeliharaan
rumah. penatalaksanaan ruangan bagus rumah.
Kriteria : pemeliharaan - Jarak antara 3. Motivasi
- Rumah rumah. limbah dan keluarga untuk
keluarga Tn.S 2. Klien dan sumber air selalu menjaga
menjadi lebih keluarga dapat bersih harus kebersihan
bersih dan mengambil 10 m. lingkungan
terawat tindakan 2. Keluarga Tn.S 4. Diskusikan
- Pembuangan kesehatan yang dapat mengambil dengan keluarga
sampah tepat dalam tindakan cara
rumah Tn.S mengatasi kesehatan dalam memodifikasi
tertutup kerusakan pemeliharaan lingkungan

50
- Kondisi pemeliharaan rumah dengan rumah yang
jamban rumah cara membuat nyaman.
rumah Tn.S 3. Klien dan jadwal bersih- 5. Motivasi
bersih dan keluarga dapat bersih rumah keluarga untuk
terawat memberikan untuk anggota selalu
- Rumah Tn.S perawatan pada keluarga. memanfaatkan
terdapat lingkungan 3. Keluarga Tn.S fasilitas
ventilasi rumah dapat mengambil kesehatan yang
4. Klien dan tindakan ada di
keluarga dapat kesehatan dalam lingkungan.
memodifikasi pemeliharaan
lingkungan rumah dengan
rumah yang cara ikut serta
nyaman bagi dalam kegiatan
anggota kerja bakti untuk
keluarga yang menjaga
mengalami kebersihan
penyakit TBC lingkungan.
5. Klien dan 4. Keluarga Tn.S
keluarga dapat memodifikasi
memanfaatkan lingkungan rumah
fasilitas yang yang nyaman
ada untuk dengan
mengatasi memperbanyak
permasalahan ventilasi dan lebih
sering membuka
jendela.
5. Keluarga Tn.S
memanfaatkan
fasilitas
lingkungan

51
dengan program
3R (Reuse,
Reduce, Recycle).
Defisit Setelah dilakukan Setelah dilakukan 1. Keluarga Tn.S 1. Berikan
pengetahuan tindakan tindakan dapat mengenal pendidikan
keperawatan pada keperawatn apa itu TBC. kesehatan
keluarga Tn.S diharapkan : Tbc adalah mengenai
selama 2x24 jam 1. Klien dan penyakit menular pengertian,
diharapkan tidak keluarga dapat langsung penyebab, cara
terjadi defisit mengenal Bacterium pencegahan, dan
pengetahuan. masalah Tuberclorosis. pengobatan
Kriteria : kesehatan 2. Keluarga Tn.S TBC.
- Keluarga tentang penyakit dapat 2. Jelaskan pada
Tn.S TBC menyebutkan keluarga bila
mengerti 2. Klien dan faktor penyebab tidak
mengenai keluarga dapat TBC. mendapatkan
TBC dan cara mengambil Penyebab pengobatan dan
mencegah tindakan tuberkulosis perawatan
penularan kesehatan yang adalah maksimal.
TBC tepat dalam Mycobacterium 3. Motivasi
- Keluarga mengatasi Tuberkulosis. keluarga dalam
Tn.S penyakit TBC Kuman memberikan
mengetahui 3. Klien dan tuberkulosis perawatan dan
penyebab keluarga dapat menyebar melalui pendampingan
TBC memberikan udara. minum obat
- Keluarga perawatan pada 3. Keluarga Tn.S pada anggota
Tn.S anggota dapat mengetahui keluarga
melakukan keluarga yang pencegahan penderita TBC.
pengobatan mengalami penularan 4. Tanyakan
teratur penyakit TBC penyakit TBC. kembali pada
4. Klien dan - Apabila batuk keluarga tentang

52
keluarga dapat tutuplah pengertian,
menciptakan dengan tangan penyebab, cara
lingkungan - Jangan pencegahan, dan
rumah yang meludah di pengobatan
nyaman bagi sembarang TBC.
anggota tempat atau 5. Berikan pujian
keluarga yang buanglah jika keluarga
mengalami ludah ke dapat
penyakit TBC lubang wc menyebutkan
5. Klien dan agar menjaga kembali tentang
keluarga dapat keamanan pengertian,
memanfaatkan orang lain penyebab, cara
fasilitas yang disekitar. pencegahan dan
ada untuk 4. Keluarga Tn.S pengobatan
mengatasi dapat TBC.
permasalahan mengetahui
pengobatan
TBC.
TBC dapat
disembuhkan
jika penderitanya
patuh
mengonsumsi
obat sesuai
dengan resep
dokter. Untuk
mengatasi
penyakit TBC
penderita perlu
minum beberapa
jenis obat untuk

53
waktu yang
cukup lama
(minimal 6
bulan). Obat itu
umumnya berupa
Isoniazid,
Rifampicin,
Pyrazinamide,
Ethambutol.
5. Keluarga Tn.S
dapat mengambil
keputusan
terhadap masalah
kesehatan
dengan
membawa
keluarga yang
sakit untuk
segera berobat.
6. Keluarga Tn.S
dapat
memberikan
perawatan pada
anggota keluarga
khususnya Tn.S
yang memiliki
penyakit TBC
dengan
mengingatkan
untuk rutin
minum obat dan

54
mencegah Tn.S
untuk tidak
merokok.
7. Keluarga Tn.S
dapat
menciptakan
lingkungan
rumah yang
nyaman dengan
kriteria rumah
sehat.
- Ventilasi
ruangan bagus
- Pencahayaan
ruangan bagus
- Jarak antara
limbah dan
sumber air
bersih harus
10 m.
8. Keluarga Tn.S
dapat
memanfaatkan
fasilitas
kesehatan seperti
puskesmas dan
rumah sakit.

55
IMPLEMENTASI & EVALUASI KEPERAWATAN

No. Waktu Dx IMPLEMENTASI EVALUASI


1. 31 Ketidakefektifan 1. mendiskusikan bersama S:- Klien mengatakan
maret bersihan jalan keluargaapa yang diketahui jika terasa
2021 nafas keluargamengenai cara dahak dia langsung
09:00 mencegah penyakit membatukkannya
Tuberkulosis. dan meludah ke dalam
2. mengjarkan klien cara batuk tempat
efektif dan membuang dahak sampah langsung.
yang benar. O: - Klien terlihat
3. menanyakan kepada klien bingung. - Keluarga
dan keluarga cara perawatan, klien mulai bertanya
pencegahan penyakit cara mencegahnya.
Tuberkulosis Paru. A: Masalah belum
4. menganjurkan klien untuk teratasi.
mempraktikkan kembali cara P: Lanjutkan
batuk efektif dan membuang intervensi.
dahak di tempatnya.
5. memberikan reinforcement
positif atas usaha keluarga.

56
2. 31 maret Kerusakan 1. Mendiskusikan dengan S = Keluarga
2021 penatalaksanaan keluarga kriteria rumah mengatakan sudah
12:00 pemeliharaan yang sehat. mengetahui pentingnya
rumah 2. Mendiskusikan dengan menjaga pemeliharaan
keluarga pentingnya kebersihan lingkungan
menjaga pemeliharaan rumah dan mengetahui
rumah. cara memodifikasi
3. Memotivasi keluarga lingkungan rumah
untuk selalu menjaga yang nyaman.
kebersihan lingkungan O = keluarga mampu
4. Mendiskusikan dengan menjelaskan manfaat
keluarga cara dari fasilitas kesehatan
memodifikasi lingkungan yang ada di
rumah yang nyaman. lingkungan.
5. Memotivasi keluarga A = masalah teratasi
untuk selalu P = intervensi
memanfaatkan fasilitas dihentikan.
kesehatan yang ada di
lingkungan
3. 31 maret Defisit 1. Memberikan pendidikan S = keluarga
2021 pengetahuan kesehatan mengenai mengatakan sudah
14.00 pengertian, penyebab, mengetahui tentang
cara pencegahan, dan pengertian, penyebab,
pengobatan TBC. cara pencegahan, dan
2. Menjelaskan pada pengobatan TBC.
keluarga bila tidak O = keluarga mampu
mendapatkan pengobatan menjelaskan kembali
dan perawatan maksimal. tentang pengertian,
3. Memotivasi keluarga penyebab, cara
dalam memberikan pencegahan, dan
perawatan dan pengobatan TBC.

57
pendampingan minum A = masalah teratasi
obat pada anggota P = intervensi
keluarga penderita TBC. dihentikan.
4. Menanyakan kembali pada
keluarga tentang
pengertian, penyebab, cara
pencegahan, dan
pengobatan TBC.
5. Memberikan pujian jika
keluarga dapat
menyebutkan kembali
tentang pengertian,
penyebab, cara
pencegahan dan
pengobatan TBC.

58
BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan data asuhan keperawatan keluarga Tn. S kesenjangan antara teori dan kenyataan
yang di peroleh sebagai hasil pelaksanaan studi kasus. Dalam penyusunan asuhan keperawatan
kami merencanakan yang meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, evaluasi
dengan uraian sebagai berikut :

A. Pengkajian

Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus-
menerus tentang keluarga yang dibina. Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan
keperawatan keluarga yang terdiri dari beberapa tahap meliputi (Komang Ayu, 2010)

1. Penjajakan tahap 1
- Data Umum
- -Riwayat
- Lingkungan
- Struktur Keluarga
- Fungsi Keluarga
- Stress dan Koping Keluarga
- Pemeriksaan fisik
- Harapan Keluarga
2. Penjajakan tahap ke 2
- mengenal masalah
- mengambil keputusan
- melakukan perawatan Sederhana
- modifikasi lingkungan
- pemanfaatan fasilitas kesehatan
-

59
B. Diagnosa

Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan pada pengkajian
dan proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh (Bailon dan Maglaya, 1978)

-Bersihan jalan nafas tidak efektif

Pada kasus diagnosa keperawatan ini untuk keluarga Tn.S terutama pada Tn.S berhubung
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dimana ditandai dengan

Ds :

- Tn.S mengatakan sudah 3 tahun menderita penyakit TBC Paru-paru,


- Keluarga Tn.S mengatakan apabila ada keluarga yang sakit maka akan membeli obat di
warung
- Ny. F mengatakan bahwa ia tidak tau cara merawat keluarga yang menderita TBC
- Tn. S mengeluh batuk darah dan sering berulang dan tidak dapat tidur saat malam hari.
- Tn. S mengatakan memiliki riwayat merokok dari usia SMP. Hal ini membuktikan
adanya kesamaan antara teori dengan kasus.

- Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah

tidak memiliki kesamaan antara teori dengan kasus dikarenakan untuk teori lebih berfokus pada
dx penyakit, sedangkan untuk kasus berfokus pada keadaan lingkungan pasien

-Defisit pengetahuan 

ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu dengan tidak
menunjukkan respons, perubahan, atau pola disfungsi manusia, tetapi lebih sebagai suatu etiologi
atau faktor penunjang yang dapat menambah suatu variasi respons (PPNI, 2016).Kurang
pengetahuan keluarga Tn. S berhubung dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan maka teori dan kasus memiliki kesamaan

60
C. Intervensi

Menurut Huda & Kusuma (2015), setelah merumuskan diagnose dilanjutkan dengan intervensi
dan aktivitas keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan, serta mencegah masalah
keperawatan klien. Tahapan ini disebut perencanaan keperawatan yang meliputi penentuan
prioritas diagnose keperawatan, menetapkan sasaran dan tujuan serta merumuskan intervensi dan
membuat rasional dengan diagnosa-diagnosa yang sudah dirumuskan.

Tindakan keperawatan keluarga dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan keluarga yang
telah dibuat kelompok dengan teori menjadi acuan dalam melakukan intervensi pada kasus
keluarga Tn. S. Hal ini membuktikan adanya kesamaan antara teori dengan kasus

D. Implementasi

Implementasi / pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga
dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga untuk
mendapatkan perbaikan kearah perilaku hidup sehat. Pada kasus keluarga Tn. S implementasi
yang di lakukan sesuai teori implementasi keperawatan keluarga

E. Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil, implementasi dengan kriteria
dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilan bila hasil dan evaluasi tidak
berhasil sebagian perlu disusun rencana keperawatan yang baru.

61
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tuberculosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis yang dapat menyerang pada berbagai organ tubuh mulai dari paru dan organ
di luar paru.
Pada kasus ini Tn. S mengalami putus obat oleh karena itu diperlukan perhatian
khusus terhadap kepatuhan minum obat agar tidak terjadi penyakit tambahan lainnya atau
memperparah kondisi kesehatan keluarga.
B. Saran
- Keluarga

62
Diharapkan kepada keluarga atau ada anggota keluarga yang mengidap TB
paru dapat lebih memahami dan mampu untuk merawat anggota keluarganya. Bantu
untuk memantau keteraturan minum obat anggota keluarga yang mengidap TB paru
dan minimalisir kemungkinan adanya penularan kepada anggota keluarga yang lain.
- Perawat
Diharapkan perawat atau pelayanan kesehatan lainnya dapat membantu untuk
mengobati kondisi dan penyakit yang dialami pasien, jelaskan kepada pasien
pentingnya mengkonsumsi obat secara rutin dan teratur demi kesembuhan pasien,
jelaskan kepada pasien bahwa penyakit yang dialaminya adalah penyakit menular
sehingga perlu perhatian lebih agar anggota keluarga lainnya tidak tertular.

63
DAFTAR PUSTAKA

Gusti, S. 2013.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga.Jakarta: Trans Info Media.


Suprajitno.2012.Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktek.Jakarta: EGC.
Mertaniasih, M.N, Koendhori, E.B, Kusumaningrum, D. (eds).2013.Tuberkulosis Diagnostik
Mikrobiologi.Surabaya: Airlangga University Press.

Anda mungkin juga menyukai