Anda di halaman 1dari 28

Pendididkan Kesehatan

“TBC”

Oleh :

Putu Adi Setiawan Putra (19089014010)

Luh Arris Ophelia Pavita (19089014010)

Putu Sinta wahyuni (19089014041)

Putu Tarisa Adnyani (19089014046)

Komang Tian Novita Dewi (19089014047)

S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa /Allah SWT atas
segala rahmat dan hidayah-Nya, kami menyambut gembira atas terselesaikannya makalah
dengan judul “Pendidikan Kesehatan TBC” yang mempunyai sebuah peranan yang penting yang
perlu untuk kita telaah bersama dalam Mata Kuliah Keperawatan Keluarga.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca sebagai panduan dalam
pembelajaran. Meskipun demikian, masih banyak makalah yang lain disamping ini yang dapat
juga membantu dalam mengetahui teori dalam keperawatan.
Kritik dan saran dari segenap pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan tugas
makalah ini pada pembuatan yang akan datang.

Singaraja, 11 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar .................................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Tujuan .............................................................................................................. 2
1.3 Manfaat ............................................................................................................ 2
BAB II SATUAN ACARA PENYULUHAN
2.1 Satuan Acara Penyuluhan ................................................................................. 3
BAB III MATERI
3.1 Definisi Tuberkulosis (TBC)............................................................................. 7
3.2 Penyebab penyakit TBC .................................................................................... 7
3.3 Tanda dan gejala penyakit TBC ........................................................................ 8
3.4 Cara penularan penyakit TBC ........................................................................... 8
3.5 Cara pencegahan penyakit TBC ........................................................................ 9
3.6 Cara pengobatan penyakit TBC ........................................................................ 9
3.7 Jenis-jenis TB .................................................................................................... 10
3.8 Penyebab TB ..................................................................................................... 12
3.9 Penanganan TB ................................................................................................. 14
3.10 Dampak TB atau Efek samping ..................................................................... 20

BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 11
3.2 Saran .................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman


Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa spesies Mycobacterium, antara lain: M.
tuberculosis, M. africanum, M. bovis, M. Leprae dsb. Yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan
Asam (BTA). Kelompok bakteri Mycobacterium selain Mycobacterium tuberculosis yang bisa
menimbulkan gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than
Tuberculosis) yang terkadang bisa mengganggu penegakan diagnosis dan pengobatan
TBC.Hingga saat ini, Tuberkulosis tercatat sebagai salah satu masalah kesehatan dunia yang
masuk dalam Millennium Development Goals (MDGs).

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI masih terus menggaungkan Gerakan Masyarakat


Hidup Sehat (Germas). Hal itu untuk mengantisipasi terjadinya masalah kesehatan terutama
Stunting, TBC, dan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

Sumber utama penularan adalah orang dewasa dengan TBC paru dengan sputum positif
(Mycobacterium tuberculosis ), dan susu dari hewan yang terinfeksi (Mycobacterium bovis ).
Diagnosis berdasarkan gamb aran rontgen toraks dan tes tuberkulin positif. Sputum biasanya
tidak ada, namun hasil tuberkulosis mungkin bisa didapatkan dari bilas lambung. Pencegah an
tergantung pada perbaikan kondisi sosioekonomi, dan kemudian pada beberapa pemeriksaan
termasuk pengenalan serta terapi tepat pada infeksi TBC dewasa, imunisasi BCG (Meadow dan
Newel, 2015).

Waktu pengobatan yang panjang dengan jenis obat lebih dari satu menyebabkan
penderita sering terancam putus berobat selama masa penyembuhan dengan berbagai alasan.

Dari latar belakang ini kami akan memberikan pemahaman kepada masyarakat agar dapat
mengerti tentang penyakit Tuberkulosis (TBC).

1
2

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Memberikan Pendidikan Kesehatan TBC

1.2.2 Tujuan Khusus

1.2.2.1 Untuk mengetahui Satuan Acara Penyuluhan TBC

1.2.2.2 Untuk mengetahui pengertian TBC

1.2.2.3 Untuk mengetahui gejala TBC

1.2.2.4 Untuk mengetahui penyebab TBC

1.2.2.5 Untuk mengetahui cara penularan TBC

1.2.2.6 Untuk mengetahui cara pencegahan TBC

1.2.2.7 Untuk mengetahui cara pengobatan TBC

1.2.2.8 Untuk mengetahui jenis jenis TB

1.2.2.9 Untuk mengetahui penyebab TB

1.2.2.10 Untuk mengetahui dampak atau efek samping TB

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi Penulis

Menambah wawasan penulis tentang Pendidikan Kesehatan TBC dan dapat


mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dibangku perkuliahan.

1.3.2 Bagi Instansi Akademik


Digunakan sebagai informasi dan laporan bagi institusi pendidikan bahwa penulis
telah melaksanakan dan menyelesaikan tugas sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan studinya.
3

1.3.3 Bagi Klien dan Keluarga


Klien dan keluarga mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang Pendidikan
Kesehatan TBC.
BAB II

Satuan Acara Penyuluhan

2.1 Satuan Acara Penyuluhan

1. Materi : Tuberkulosis
2. Pokok bahasan : tuberkulosis
3. Hari/tanggal : Selasa,13Maret 2022
4. Waktu : 09.00-11.00 WIB
5. Tempat : Arena Desa munduk
6. Sasaran : Masyarakat Umum

A. Tujuan

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan masyarakat dapat memahami


penyakit TBC

2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Setelah diberikan penyuluhan selama 1x30 menit , diharapkan masyarakat mampu:

a. Menyebutkan dengan benar pengertian penyakit TBC


b. Menyebutkan dengan benar penyebab penyakit TBC
c. Menyebutkan dengan benar tanda dan gejala penyakit TBC
d. Menyebutkan dengan benar cara penularan penyakit TBC
e. Menyebutkan dengan benar cara pencegahan penyakit TBC
f. Menyebutkan dengan benar cara pengobatan penyakit TBC

B. Materi

1. Pengertian TBC
2. Penyebab TBC
3. Tanda dan Gejala TBC
4. Cara penularan TBC

3
4

5. Cara pencegahan TBC


6. Cara pengobatan TBC

C. Metode

1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab

D. Kegiatan Penyuluhan

Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media


Kegiatan
Pembukaan 5 menit a. Memberikan salam a. Menjawab salam a. Power point
b. Memperkenalkan b. Mendengarkan dan b. Leaflet
diri menyimak
c. Menjelaskan tujuan c. Bertanya mengenai
penkes perkenalan dan
d. Kontrak waktu tujuan jika
kurang jelas
Pelaksanaan 20 menit Penyampaian materi: a. Memberikan a. Power point
a. Menggali pengetahuan jawaban tentang b. Leaflet
peserta tentang TBC pengetahuan
b. Menjelaskan mengenai penyakit
pengertian TBC, TBC
penyebab, tanda dan b. Mendengarkan dan
gejala, cara menyimak
penularan,cara c. Bertanya mengenai
pencegahan, dan cara hal-hal yang ingin
pengobatan penyakit ditanyakan
TBC
c. Memberikan
reinforcement
5

positif
Evaluasi 5 menit a. Menyampaikan a. Peserta dapat a. Power point
evaluasi menjawab b. Leaflet
b. Menyampaikan pertanyaan yang
kesimpulan materi diajukan
c. Mengakhiri b. Mendengarkan
pertemuan dan c. Memperhatikan
mengucapkan d. Menjawab salam
salam

E. Media/Alat

1. LCD (Power Point Presentation)


2. Leaflet

F. Kriteria Evaluasi

1. Formatif

Setelah melakukan penyuluhan selama 30 menit audience mampu untuk :

a. Menjelaskan dengan benar pengertian


b. Menjelaskan dengan benar penyebab TBC
c. Menjelaskan dengan benar tanda dan gejala TBC
d. Menjelaskan dengan benar cara penularan TBc
e. Menjelaskan dengan benar cara pencegahan TBC
f. Menjelaskan dengan benar cara pengobatan TBC
6

2. Evaluasi

Setelah melakukan penyuluhan kesehatan selama 30 menit, pasien mampu


menjelaskan materi tentang penyakit TBC dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
di ajukan pemateri.

Singaraja, 11 Maret 2022

Penyuluh,
BAB III

TINJAUAN TEORI

3.1 Definisi Tuberkulosis (TBC)

Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
penyakit parenkim paru. Nama Tuberkulosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan kecil dan
keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri dalam
paru. Tb paru ini bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan
menimbulkan nekrosis jaringan. Tb paru dapat menular melalui udara, waktu seseorang dengan
Tb aktif pada paru batuk, bersin atau bicara.

Pengertian Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan karena
kuman TB yaitu Myobacterium Tuberculosis. Mayoritas kuman TB menyerang paru, akan tetapi
kuman TB juga dapat menyerang organ Tubuh yang lainnya. Tuberkulosis adalah penyakit
menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Werdhani,
2011).

Tuberkulosis atau biasa disingkat dengan TBC adalah penyakit kronis yang disebabkan
oleh infeksi kompleks Mycobacterium Tuberculosis yang ditularkan melalui dahak (droplet) dari
penderita TBC kepada individu lain yang rentan (Ginanjar, 2008). Bakteri Mycobacterium
Tuberculosis ini adalah basil tuberkel yang merupakan batang ramping, kurus, dan tahan akan
asam atau sering disebut dengan BTA (bakteri tahan asam). Dapat berbentuk lurus ataupun
bengkok yang panjangnya sekitar 2-4 μm dan lebar 0,2 –0,5 μm yang bergabung membentuk
rantai. Besar bakteri ini tergantung pada kondisi lingkungan (Ginanjar, 2010)

3.2 Penyebab Tuberkulosis TBC

Penyebab penyakit TBC adalah infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini
memiliki kekerabatan dekat spesies mikobakterial lainnya yang juga bisa menyebabkan
tuberkulosis, yaitu M. bovis, M. africanum, M. microti, M. caprae, M. pinnipedii, M. canetti, dan
M. mungi. Namun sebagian besar kasus tuberkolosis disebabkan oleh Mycobacterium

7
8

tuberculosis. Kemunculan bakteri ini memang masih belum diketahui secara pasti, tapi
diperkirakan berasal dari hewan-hewan ternak
3.3 Tanda Dan Gejala Tuberkulosis (TBC)

Gejala TBC yaitu batuk, nafsu makan menghilang, demam dan keringat dingin pada
malam hari, batuk berdarah, kurang berenergi, rasa nyeri di dana, dan batuk berdahak dengan
waktu yang berlangsung cukup lama yakni sekitar 21 hari.

Penyakit TBC ini mudah menyerang apabila sistem kekebalan tubuh sedang menurun.
Sehingga jika sistem kekebalan tubuh baik-baik saja dan dalam kondisi prima, jangan khawatir
akan penyakit TBC ini.

Akan tetapi, tidak jarang sistem kekebalan tubuh ini gagal melawan dan melindungi dari
serangan TBC karena sistem kekebalan tubuh seringkali juga berfluktuatif dengan cepat karena
berbagai faktor. Dan biasanya, meski sudah diberantas oleh sistem kekebalan tubuh, basil ini
juga bisa saja tetap aktif. Sementara itu, bila basil TBC ini berkembang hingga menyebabkan
kerusakan jaringan paru-paru, maka selanjutnya akan menimbulkan kondisi yang disebut
dengan tuberculosis aktif.

3.4 Cara Penularan TBC

Penularan tuberkulosis (TBC) terjadi ketika seseorang tidak sengaja menghirup percikan
ludah (droplet) saat seseorang yang terinfeksi TBC bersin atau batuk. Oleh sebab itu, risiko
penularan penyakit ini lebih tinggi pada orang yang tinggal serumah dengan penderita TBC.

TBC pada paru-paru akan menimbulkan gejala berupa batuk lebih dari 3 minggu yang
dapat disertai dahak atau darah. Selain itu, penderita juga akan merasakan gejala lain, seperti
demam, nyeri dada dan berkeringat di malam hari.

Adapun berikut golongan orang yang beresiko penularan tbc yang lebih tinggi:

- Perokok aktif
- Pengguna obat obat terlarang
- Penderita gangguan sistem imun: terutama hiv
9

- Orang yang kekurngan gizi


- Tenaga kesehatan yang berhubungan dengan pasien tbc
3.5 Cara Pencegahan TBC

Salah satu langkah untuk mencegah TBC (tuberkulosis) adalah dengan menerima vaksin
BCG(Bacillus Calmette-Guerin). TBC juga dapat dicegah dengan cara yang sederhana, yaitu
mengenakan masker saat berada di tempat ramai dan jika berinteraksi dengan penderita TBC,
serta sering mencuci tangan.

Langkah-langkah di bawah ini cara untuk mencegah penularan, terutama pada orang yang
tinggal serumah:

 Tutupi mulut saat bersin, batuk, dan tertawa, atau kenakan Apabila menggunakan tisu
untuk menutup mulut, buanglah segera setelah digunakan.
 Tidak membuang dahak atau meludah sembarangan.
 Pastikan rumah memiliki sirkulasi udara yang baik, misalnya dengan sering membuka
pintu dan jendela agar udara segar serta sinar matahari dapat masuk.
 Jangan tidur sekamar dengan orang lain, sampai dokter menyatakan TBC yang Anda
derita tidak lagi menular.

3.6 Cara Pengobatan TBC

Pengobatan tuberkulosis (TBC) adalah dengan patuh minum obat selama jangka waktu
yang dianjurkan oleh dokter. Jika pasien berhenti minum obat sebelum waktu yang disarankan,
bakteri TBC berpotensi kebal terhadap obat yang biasa diberikan. Akibatnya, TBC menjadi lebih
berbahaya dan akan lebih sulit diobati.
10

3.7 Jenis-Jenis TB

Berdasarkan jenis organ yang terinfeksi, macam-macam TB dibedakan menjadi:

1.TB Paru

Tuberculosis paru lebih dikenal dengan sebutan TBC. Seseorang bisa menderita TBC
ketika menghirup udara yang keluar dari orang lain yang dalam tubuhnya terdapat TB.
Bahkan, kuman Mycobacterium tuberculosis bisa bertahan di udara selama beberapa jam.

2.TB limfadenitis

Sebutan untuk TB yang tidak menyerang paru-paru adalah TB extrapulmonary,


contohnya yang paling sering terjadi adalah TB limfadenitis. Ini adalah proses
peradangan kelenjar getah bening. Infeksinya bisa menyerang beberapa bagian, termasuk
kelenjar di leher.

3.TB tulang

Jenis penyakit TBC berikutnya adalah skeletal TB atau yang TB tulang. Pada
penderitanya, TB telah menyebar dari kelenjar getah bening atau paru-paru ke tulang.
Area tulang mana pun bisa terkena, termasuk tulang belakang dan persendian.

4.TB milier

TB milier atau miliary TB terjadi ketika TB sudah menyebar ke organ tubuh, bahkan
lebih dari satu organ. Biasanya, jenis TB ini menyerang paru-paru, sumsum tulang, dan
juga liver. Namun, tak menutup kemungkinan TB bisa menyebar ke tulang belakang,
otak, dan juga jantung. Gejala yang dialami penderita bergantung pada organ tubuh yang
terinfeksi.

5.TB urogenital

TB urogenital adalah jenis TB extrapulmonary paling banyak terjadi kedua setelah TB


limfadenitis. Sesuai namanya, TB menyerang organ genital, saluran kemih, atau paling
sering terjadi pada ginjal. Biasanya, TB menyebar ke ginjal dari paru-paru melalui darah
11

atau nodus limfa. Umumnya, penderita TB urogenital akan mengalami luka di penis atau
saluran genital lainnya.

6.TB liver

TB yang menyerang liver jumlahnya kurang dari 1% dari seluruh infeksi TB yang
menyerang manusia. TB liver bisa terjadi karena sebaran dari TB di paru-paru, saluran
pencernaan, atau vena portal.

7.TB saluran pencernaan

TB saluran pencernaan atau gastrointestinal TB adalah jenis infeksi yang menyerang


saluran pencernaan, mulai dari mulut hingga anus.

8.TB meningitis

TB juga bisa menyerang sistem membran tipis yang melindungi otak dan saraf tulang
belakang, disebut TB meningitis. Tidak seperti jenis meningitis yang memburuk dengan
cepat, TB meningitis biasanya perlu waktu sedikit lebih lama untuk menjadi parah.

9.TB peritonitis

Jenis TBC lain adalah TB peritonitis yaitu peradangan lapisan tipis dinding dalam perut.
Umumnya, TB peritonitis menyerang 3,5% penderita TB paru dan 58% penderita TB
abdominal.

10.TB kulit

Cutaneous TB juga dikenal dengan TB kulit, jenis TB yang paling langka terjadi. Ada
beberapa jenis TB kulit dan bisa menyebar ke seluruh bagian tubuh. Biasanya, gejalanya
ditandai dengan munculnya luka terbuka di siku, tangan, bokong, lutut bagian belakang,
dan juga kaki.
12

3.8 Penyebab TB

1.TB Paru

Penyebab TBC adalah infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri


penyebab TBC ini umumnya menyerang paru-paru. Bakteri bisa menyebar ke orang lain
melalui percikan air liur yang dilepaskan ke udara saat penderita TBC bersin, batuk, atau
meludah. Meski dapat menyebar melalui udara, penularan penyakit TBC tidak semudah
penyebaran flu atau batuk. Proses penularan bakteri TBC membutuhkan kontak yang
cukup dekat dan lama dengan penderita. Misalnya, tinggal atau kerja bersama dan sering
melakukan interaksi dalam kesehariannya.

2.TB limfadenitis

TBC Kelenjar merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium


tuberculosis (M.tb) atau bakteri penyebab tuberkulosis. Bakteri ini menyerang kelenjar
getah bening pada tubuh manusia, ditandai dengan pembesaran atau pembengkakan pada
area tertentu.

3.TB tulang

Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri yang bernama Mycobacterium tuberculosis.


Bakteri ini menyebar melalui percikan air liur pengidap tuberkulosis yang bersin atau
batuk. Makin lama atau makin sering seseorang berinteraksi dengan pengidap TBC, maka
makin besar pula risiko tertular penyakit ini. TBC tulang belakang terjadi akibat
menyebarnya bakteri tuberkulosis dari paru- paru ke tulang belakang hingga ke
keping/sendi yang ada di antara tulang belakang.

Kondisi ini menyebabkan matinya jaringan sendi dan memicu kerusakan pada
tulang belakang. Beberapa faktor risiko lain yang menyebabkan seseorang terinfeksi TBC
tulang belakang, antara lain:

 Faktor sosial ekonomi yang rendah atau buruk, turut memengaruhi standar kualitas
hidup, misalnya orang-orang yang tinggal di area yang kumuh dan padat.

 Tinggal di area yang memiliki tingkat kasus tuberkulosis tinggi atau endemik.
13

 Orang yang kekurangan nutrisi.

 Orang-orang kelompok lanjut usia.

 Terinfeksi HIV yang mengakibatkan rendahnya sistem kekebalan tubuh.

 Orang dengan sistem kekebalan tubuh menurun lainnya, misalnya pengidap


kanker, penyakit ginjal stadium lanjut, dan diabetes.

 Pecandu minuman keras atau pengguna obat-obatan terlarang.

Orang-orang yang berisiko terkena penyakit tuberkulosis maupun TBC tulang


belakang harus mengenali gejala-gejala dengan baik demi membantu memudahkan
penentuan diagnosis setelah menjalani tes.

4.TB milier

TB milier adalah jenis dari tuberkulosis yang disebabkan oleh diseminasi


(penyebaran luas) bakteri Mycobacterium tuberculosis pada seluruh tubuh melalui
peredaran darah. Persebaran bakteri melalui aliran darah ini disebut dengan
hematogenous spread.

Walaupun para ahli telah mengetahui bahwa bakteri tuberkulosis menyebar dari
sistem pernapasan ke aliran darah ataupun sistem limfatik (pembuluh limpa dan kelenjar
getah bening) sehingga menyerang organ tubuh lain selain paru-paru, pemicu kondisi ini
tidak diketahui secara pasti.

Salah satu dugaannya adalah infeksi tuberkulosis pada paru-paru mengakibatkan


kerusakan pada lapisan luar sel-sel alveoli (kantung udara di bagian terluar paru), yang
kemudian mengakibatkan penyebaran bakteri melalui pembuluh darah di paru-paru.

5.TB urogenital

Tuberkulosis urogenital merupakan infeksi TB sekunder yang disebabkan


penyebaran hematogen selama infeksi primer atau reaktivasi. Korteks ginjal merupakan
lokasi yang sesuai untuk menempelnya basil karena kaya akan oksigenasi jaringan.

6 .TB saluran pencernaan


14

Penyebab utama TBC usus yaitu infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis.


Bakteri ini dapat menginfeksi organ pencernaan seperti perut dan usus melalui darah
lewat penyebaran infeksi primer di paru-paru. Selain itu, infeksi ini dapat menyebar
dengan berbagai cara, antara lain: konsumsi susu yang terkontaminasi, dahak yang
terinfeksi, kelenjar getah bening yang terinfeksi melalui saluran limfatik, serta cairan dari
paru yang terinfeksi bakteri penyebab TB perut.

7. TB meningitis

Penyebab meningitis tuberkulosis adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis.


Bakteri ini masuk ke tubuh ketika seseorang menghirup percikan air dari batuk atau
bersin penderita TBC.Bakteri tuberkulosis terdapat dalam tubuh penderita dan bisa saja
tidak menimbulkan gejala karena sistem imun tubuh yang baik. Kondisi ini disebut TB
laten.Tetapi saat kekebalan tubuh menurun, bakteri TB akan menginfeksi tubuh dan
menimbulkan gejala. Inilah yang dikenal dengan TB aktif.

8.TB kulit

Seperti yang sudah disebutkan, TB kulit umumnya disebabkan oleh bakteri


Myobacterium tuberculosis. Penularan bakteri bisa terjadi ketika Anda menghirup
aerosol, partikel yang keluar ketika batuk, bersin, atau bernafas, dari orang yang telah
terinfeksi. Nantinya, bakteri yang masuk ke dalam tubuh akan menginfeksi organ paru-
paru. Setelah itu, bakteri akan menyebar ke dalam sistem getah bening dan aliran darah.
Dari sinilah bakteri akan mulai menyerang lapisan kulit dari dalam tubuh.

3.9 Penanganan TB

Penanganan berdasarkan jenis organ yang terinpeksi :

1. Tb paru

TBC paru dapat dideteksi melalui pemeriksaan dahak. Beberapa tes lain yang
dapat dilakukan untuk mendeteksi penyakit menular ini adalah foto Rontgen dada, tes
darah, atau tes kulit (Mantoux).
15

TBC paru dapat disembuhkan jika penderitanya patuh mengonsumsi obat sesuai
dengan resep dokter. Untuk mengatasi penyakit ini, penderita perlu minum beberapa jenis
obat untuk waktu yang cukup lama (minimal 6 bulan). Obat itu umumnya berupa:

 Isoniazid
 Rifampicin
 Pyrazinamide
 Ethambutol

2. Tb limfadenitis

Pengobatan dari limfadenitis TB adalah dengan regimen obat anti tuberkulosis


yaitu isoniazid, rifampicin, pyrazinamid dan etambutol selama 2 bulan diikuti isoniazid
dan rifampicin selama 4 bulan dengan total 6 bulan pengobatan sesuai dengan program
directly observed treatment, short-course (DOTS). Namun waktu pengobatan dapat
diperpanjang disesuaikan dengan karakteristik masing-masing individu. Resolusi secara
sempurna dari gejala dan adenopati dapat dicapai pada 65-74% pasien dengan terapi
antimikroba. Terapi ditunda pada kehamilan. Limfe nodi dapat membesar dan gejala
semakin memburuk pada pengobatan TB yang disebut sebagai reaksi paradoks. Reaksi
paradoks dapat terjadi pada 20% pasien.

Secara umum tidak diindikasikan modifikasi atau pemanjangan regimen


pengobatan TB. Pada beberapa kasus bahkan setelah pengobatan hasil FNA masih positif
karena adanya kuman yang mati. Pengobatan hanya perlu dilanjutkan bila hasil kultur
positif.

Terapi pembedahan seringkali menimbulkan kekambuhan dan terbentuknya


fistula. Kombinasi eksisi dengan pengobatan farmakologis menimbulkan hasil yang
sedikit lebih buruk dibandingkan dengan terapi obat-obatan saja. Eksisi limfe nodi
biasanya tidak diindikasikan. Namun pada kasus adenitis nontuberkulosis atau beberapa
kasus pembedahan dapat berguna karena dapat mengetahui kuman apa yang menginfeksi.

Steroid sistemik dapat mengurangi inflamasi dari terapi fase awal dari
limfadenitis TB dan dapat dipertimbangkan bila nodul menekan struktur vital seberti
16

bronkus. Namun pemberian steroid masih kontroversial. Prednisolon 40 mg per hari


selama 6 bulan diikuti tapering selama 4 minggu bersamaan dengan pengobatan TB dapat
diberikan. Namun keamanan dari pemberian steroid ini masih belum terbukti kecuali
pada penyakit intratoraks yang dapat mengurangi tekanan pada bronkus yang tertekan.

3. Tb tulang

TBC tulang memang menimbulkan rasa sakit dan potensi terjadinya komplikasi.
Untungnya, penyakit ini dapat diatasi apabila menggunakan kombinasi jenis obat TBC
yang tepat. Dalam beberapa kasus, penderita mungkin perlu menjalani prosedur operasi,
seperti laminektomi. Laminektomi dilakukan dengan cara mengangkat beberapa bagian
tulang belakang. Namun, operasi biasanya hanya dilakukan jika memiliki risiko
komplikasi. Maka itu, operasi bukanlah pilihan penanganan utama ketika seseorang
didiagnosis dengan TB tulang. Pengobatan TB tulang biasanya berlangsung selama 6-18
bulan, tergantung dengan kondisi kesehatan Anda. Pengobatan TB tulang yang akan
diberikan oleh dokter atau tim medis meliputi:

 Rifampicin
 Ethambutol
 Isoniazid
 Pyrazinamide

4. Tb milier

Beberapa jenis pengobatan tuberkulosis milier di bawah ini akan diresepkan oleh
dokter berdasarkan kondisi pasien. Dokter akan mempertimbangkan besaran dosis juga
durasi terapi sesuai dengan kebutuhan pasien. Obat yang umum diberikan pada penderita
TB milier adalah antibiotik. Dokter mungkin akan meresepkan beberapa jenisantibiotik
atau obat antituberkulosis untuk Anda minum selama 6-9 bulan. Sementara bila
mengalami infeksi tuberkulosis meningitis, obat antibiotik sebaiknya diminum selama 9-
12 bulan. Antibiotik yang umum diberikan meliputi lini pertama dan lini kedua, jika
pasien TB mengalami resisten obat.
17

Antituberkulosis lini pertama adalah:

 Isonizaid
 Rifampisin
 Pirazinamid
 Streptomisin
 Etambutol

Antituberkulosis lini kedua meliputi:

 Kanamisin
 Kapreomisin
 Levofloksasin
 Etionamide
 Sikloserin
 Moksifloksasin
 PAS
 Bedaquilin
 Clofazimin
 Linezolid
 Delamanid
 Antituberkulosis pada anak

Pemberian antituberkulosis pada anak diresepkan dalam bentuk paket obat


kombinasi dalam dosis tetap. Dalam satu tablet, terdiri dari gabungan 2-3 jenis obat.
Pilihan kombinasi tersebut biasanya menggabungkan isoniazid, rifampisin dan
pirazinamid pada dua bulan pertama. Dilanjutkan dengan kombinasi isoniazid dan
rifampisin pada 4 bulan selanjutnya.Selain antibiotik golongan antituberkulosis, dokter
juga mungkin meresepkan kortikosteroid. Obat golongan steroid biasanya diberikan pada
pasien TB milier yang juga menderita gangguan napas berat, infeksi pada selaput otak
(TB meningitis), iInfeksi selaput jantung, sumbatan jalan napas akibat TB kelenjar
(endobronkhial TB), perikarditis tb
18

5. Tb saluran pencernaan

TB perut sebenarnya dapat diobati dengan obat-obatan dari dokter. Hal ini bertujuan agar
tidak perlu mengobati TB abdomen dengan operasi.

Berikut ini beberapa cara yang direkomendasikan oleh dokter untuk mengatasi TBC usus.

 Obat anti-tuberkulosis (OAT)


Jika bakteri penyebab TBC berkembang biak di dalam tubuh dan sistem kekebalan tubuh
tidak dapat menghentikan hal tersebut, gejala akan mulai muncul. Pasien dengan
penyakit TBC, termasuk TBC usus dapat menularkan bakteri tersebut pada orang yang
menghabiskan waktu dengan mereka. Itu sebabnya, pasien TBC perlu mendapatkan
perawatan dengan minum obat anti tuberkulosis sesuai anjuran dokter. Bila obat yang
dikonsumsi dihentikan terlalu cepat, Anda lebih rentan mengalami TBC kembali dan
bakteri yang masih hidup bisa menjadi resisten terhadap obat. Normalnya, penggunaan
obat anti-tuberkulosis berlangsung selama 6 hingga 9 bulan. Sejauh ini sudah ada
berbagai macam obat untuk mengatasi TBC, termasuk TB perut. Obat anti-TBC yang
paling sering diresepkan oleh dokter meliputi: isoniazid (INH), rifampin
(RIF),ethambutol (EMB), danpyrazinamide (PZA).

6.Tb meningitis

Seseorang yang dicurigai terkena infeksi meningitis TB perlu dilakukan rawat


inap di rumah sakit untuk dipantau perkembangan penyakitnya. Sebelum dinyatakan
menderita meningitis TB, seseorang akan menjalani serangkaian pemeriksaan seperti
pemeriksaan fisik oleh dokter, pemeriksaan laboratorium, foto rontgen dada, Computed
Tomography Scanning (CT- scan) kepala, dan pemeriksaan cairan otak. Pemeriksaan
cairan otak yang dikenal dengan nama lumbal pungsi ini akan dilakukan oleh dokter
spesialis syaraf. Rangkaian pemeriksaan ini perlu dilakukan agar diketahui benar apakah
seseorang menderita penyakit meningitis yang disebabkan oleh bakteri tuberkulosis atau
meningitis jenis lainnya. Setelah seseorang dinyatakan menderita meningitis TB maka
akan diberikan sejumlah obat antituberkulosis seperti rifampisin, isoniazid, pirazinamid,
etambutol, dan streptomisin yang diberikan setiap hari selama 2 bulan pertama.
Selanjutnya obat rifampisin dan isoniasid akan diteruskan selama 10 bulan berikutnya.
19

Pemberian obat kombinasi ini mempunyai tujuan untuk mengurangi risiko terjadinya
resistensi obat. Obat lain yang digunakan adalah obat steroid. Obat ini hanya diberikan
pada beberapa minggu pertama pengobatan. Selama menjalani pengobatan meningitis
TB, penderita diharuskan untuk kontrol rutin ke fasilitas kesehatan (klinik, puskesmas,
atau rumah sakit) untuk dipantau respons pengobatan, apakah ada efek samping akibat
obat-obatan, hingga perkembangan penyakitnya.

7.Tb peritonitis

Cara pengobatannya yaitu:

 Antibiotik
Antibiotik diresepkan untuk melawan infeksi dan mencegah penyebarannya. Jenis dan
durasi serangkaian antibiotik tergantung pada keparahan kondisi dan jenis peritonitis
yang Anda alami.
 Operasi
Seandainya peritonitis disebabkan oleh usus buntu, perut atau usus besar yang sobek,
perawatan operasi sering kali penting untuk mengangkat jaringan yang terinfeksi,
mengobati penyebab infeksi, dan mencegah penyebaran infeksi.
 Alat bantu makan
Selang makanan mungkin akan dimasukkan ke perut melalui hidung atau ditempatkan di
dalam perut menggunakan operasi lubang kunci. Jika selang makanan tidak dapat
digunakan, nutrisi cair dapat diberikan langsung ke salah satu pembuluh darah .
 Pengobatan lain
Tergantung pada tanda dan gejala, pengobatan di rumah sakit mungkin termasuk obat
nyeri, cairan intravena (IV), tambahan oksigen dan, dalam beberapa kasus, transfusi
darah.
 Pengobatan di rumah
 Pasien yang menerima dialisis peritoneal tetap sangat berisiko menderita peritonitis. Tips
di bawah ini mungkin membantu mencegah peritonitis.
1. Menjaga kebersihan tangan, termasuk di bawah kuku jari dan di antara jari-jari.
2. Membersihkan kulit di sekitar kateter dengan antiseptik setiap hari.
20

3. Menyimpan persediaan di area yang bersih.


4. Mengenakan masker selama pertukaran cairan dialisis.
 Pencegahan lanjutan
Jika pernah mengalami peritonitis spontan sebelumnya atau jika mengalami
penumpukan cairan peritoneum karena kondisi medis, seperti sirosis, dokter mungkin
akan meresepkan antibiotik untuk mencegah kondisi tersebut.

8. Tb kulit

Prinsip pengobatan tuberkulosis kutis sama dengan tuberkulosis paru. Perlu


diperhatikan pula untuk memperbaiki keadaan umum misalnya perbaikan gizi. Jika
terdiognosis tuberkulosis kulit, maka perlu diobati dengan obat antituberkulosis.
Pengobatan ini biasanya melibatkan kombinasi antibiotik yang diberikan selama
beberapa bulan dan kadang-kadang bertahun-tahun. Tindakan bedah pada permukaan
kulit yang luka, terkadang perlu dilakukan, misalnya pada lupus vulgaris. Apabila
pengobatan dilakukan dengan tepat dan tuntas, umumnya akan sembuh dengan baik.

3.10 Dampak TB atau efek samping dalam jangka panjang

Efek samping dari obat-obatan TBC bisa beragam antara satu pasien dengan
pasien lainnya. Beberapa efek samping OAT mungkin tergolong ringan dan dapat hilang
dengan sendirinya. Namun, tidak jarang pula penderita merasakan efek samping yang
cukup berat. Isoniazid, rifampisin dan pyrazinamide berpotensi kuat menyebabkan
kerusakan pada hati. Ethambutol dan streptomisin sampai saat ini tidak dilaporkan dapat
menyebabkan kerusakan serupa. Akan tetapi, kerusakan hati ini bisa berakibat fatal
apabila tidak dideteksi sedari awal. Berikut rincian efek samping dari dua jenis obat
antituberkulosis (OAT) yang paling umum digunakan:

1. Isoniazid

Penggunaan obat TBC isoniazid bisa menyebabkan efek samping yang bersifat
ringan seperti sakit kepala, percepatan detak jantung, mulut kering. Gangguan
pencernaan seperti mual, muntah, nyeri di ulu hati, ataupun konnstipasi (sembelit) paling
21

sering dialami pasien selama masa pengobatan TBC. Selain itu, terdapat pula efek-efek
samping dari obat isoniazid yang lebih berat, seperti:

 Hipersensitivitas: demam, menggigil, peradangan kelenjar getah bening, peradangan


pembuluh darah.
 Hepatotoksik atau peradangan hati: sakit kuning, risiko hepatitis parah.
 Penurunan metabolisme: kekurangan vitamin B6, hiperglikemia, protein dalam urine
(proteinurea).
 Masalah pada darah: anemia aplastik, kadar trombosit menurun.

2. Rifampicin

Efek samping dari obat TBC rifampicin yang paling umum serupa dengan gejala-
gejala flu. Selain itu, efek samping berupa hepatotoksisitas juga berpotensi terjadi akibat
konsumsi OAT ini. Selain itu, mungkin juga akan mengalami efek samping berupa
perubahan warna cairan tubuh akibat obat rifampicin. Keringat, air mata, atau urine
kemungkinan akan berubah warna menjadi merah (bukan darah). Efek samping ini terjadi
akibat zat pewarna yang terdapat di obat TBC ini. Ruam dan gatal adalah kondisi yang
umum terjadi dan biasanya akan menghilang dengan sendirinya. Segera beri tahu dokter jika
mengalami efek samping obat TBC, seperti ini:

 Nyeri sendi yang disertai bengkak


 Mata menjadi berwarna kuning
 Perubahan jumlah urin
 Rasa haus yang terus meningkat
 Urine berdarah
 Perubahan penglihatan
 Detak jantung yang begitu cepat
 Mudah memar atau berdarah
 Mengalami demam dan sakit tenggorokan terus-menerus (tanda infeksi baru)
 Perubahan suasana hati seperti kebingungan, dan mengalami halusinasi atau delusi yang
dilihat atau didengar (psikosis)
 Kejang
22

Yang perlu diperhatikan, kedua obat ini juga memiliki kontraindikasi dengan pil KB, obat
diabetes, dan obat darah tinggi.

Media:
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
penyakit parenkim paru, yang disebabka oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Penularan tuberkulosis (TBC) terjadi ketika seseorang tidak sengaja menghirup percikan ludah
(droplet) saat seseorang yang terinfeksi TBC bersin atau batuk. Salah satu langkah untuk
mencegah TBC (tuberkulosis) adalah dengan menerima vaksin BCG(Bacillus Calmette-Guerin).
Pengobatan tuberkulosis (TBC) adalah dengan patuh minum obat selama jangka waktu yang
dianjurkan oleh dokter.

4.2 Saran

Masyarakat hendaknya juga senantiasa memperhatikan konsisi lingkungan sekitar, baik


terhadap informasi adanya warga masyarakat yang mengalami tanda dan gejala TB, sehingga
deteksi pasien TB dapat ditemukan dan pengobatan segera dilaksanakan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ernawati, K., Adah, R., Wulansari, R., Damayanti, N. A., & Djannatun, T. (2017). Penyuluhan
Cara Pencegahan Penularan Tuberkulosis dan Pemakaian Masker di Keluarga Penderita:
Pengalaman dari Johor Baru, Jakarta Pusat. Berita Kedokteran Masyarakat (BKM Journal
of Community Medicine and Public Health), 34(1), 44–49.

Wulandari, N. K. S. (2019). Pengaruh Edukasi Terhadap Perilaku Pencegahan Penularan


Penyakit Penderita Tuberculosis Paru. Tugas Akhir, 9–37.

Zanita. (2019). Penatalaksanaan TB Paru. Jurnal Kesehatan, 53(9), 1689–1699.


http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1362/4/BAB II.pdf

Kesehatan, P., & Dan, P. (2015). 602-647-1-Pb. 10(2), 76–82.

Anda mungkin juga menyukai