Anda di halaman 1dari 26

HALAMAN SAMPUL

LAPORAN PENDAHULUAN
TERAPI KOMPLEMENTER : LARUTAN JERUK NIPIS UNTUK BALITA
DENGAN ISPA

Dosen Pembimbing :
Rina Nur Hidayati.,M.Kep.,Sp.Kep.Kom
Nama Kelompok :

1. Sinta Efriana Dewi (201801137)


2. Ego Adzan Fatah (201801140)
3. Hedelina Resubun (201801150)
4. Phika Pricilia Lepith (201801153)
5. Abdul Majid (201801155)
6. Arlina Aisa Matto (201801159)
7. Trisna Sagita (201801161)
8. Cynthia Cahya Puspita (201801163)
9. Novri Firman Tuhumury (201801169)
10. Heni Rahayaan (201801173)

PROGRAM STUDI PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES BINA SEHAT PPNI

MOJOKERTO

2020

i
HALAMAN LOGO UNIVERSITAS

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. atas selesainya Makalah yang berjudul
“Laporan Pendahuluan Terapi Komplementer : Larutan Jeruk Nipis Untuk Balita
Dengan ISPA” atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam menyusun
makalah ini. Maka kami mengucapkan terimakasih kepada Bu Rina Nur
Hidayati.,M.Kep.,Sp.Kep.Kom. selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan
Komunitas II.

Terima kasih atas dukungannya, dalam penulisan ini sangat disadari bahwa Tugas
Makalah ini tentu masih jauh dari kata sempurna, dikarenakan sangat terbatasnya
pengetahuan penulis. Oleh sebab itu, kritik dan saran sangat diharapkan oleh penulis
untuk menyempurnakan tugas makalah ini.

07 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................................i
HALAMAN LOGO UNIVERSITAS........................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah...........................................................................................1
1.2 Tujuan......................................................................................................................2
1.3 Rencana Kegiatan.....................................................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA.....................................................................................7
2.1 Infeksi Saluran Pernapasan Atas..............................................................................7
2.1.1 Definisi ISPA.............................................................................................................7
2.1.2 Klasifikasi ISPA..........................................................................................................7
2.1.3 Etiologi ISPA.............................................................................................................9
2.1.4 Tanda dan Gejala ISPA.............................................................................................9
2.1.5 Faktor Resiko ISPA.................................................................................................11
2.1.6 Cara Penularan Penyakit ISPA................................................................................13
2.1.7 Pencegahan dan Pemberantasan ISPA...................................................................13
2.1.8 Penatalaksanaan Kasus ISPA..................................................................................15
2.2 Terapi Modalitas....................................................................................................17
2.2.1 Definisi Terapi Modalitas.......................................................................................17
2.3 Jenis-Jenis Bentuk Terapi.......................................................................................19
2.4 Ratapan Mahasiswa 3............................................................................................32
2.5 Ratapan Mahasiswa 4............................................................................................32
2.6 Ratapan Mahasiswa 5............................................................................................32
BAB III PENUTUP...................................................................................................33
3.1 Kesimpulan............................................................................................................33
3.2 Saran......................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................33

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering terjadi pada
anak. Insidens menurut kelompok umur balita diperkirakan 0,29 episode per
anak/tahun di negara berkembang dan 0,05 episode per anak/tahun di negara maju.
ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan
oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun riketsia, tanpa atau disertai
radang parenkim paru (Alsagaf 2009). ISPA khususnya Pneumonia adalah pembunuh
utama balita di dunia, lebih banyak dibanding gabungan penyakit AIDS, malaria dan
campak. Di dunia setiap tahun diperkirakan lebih dari 2 juta Balita meninggal karena
Pneumonia (1 Balita/20 detik) dari 9 juta total kematian Balita. Diantara 5 kematian
Balita, 1 diantaranya disebabkan oleh pneumonia. Bahkan karena besarnya kematian
pneumonia ini, pneumonia disebut sebagai “pandemi yang terlupakan” atau “the
forgotten pandemic”.

Terapi komplementer merupakan bentuk pelayanan pengobatan yang menggunakan


cara, alat, atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan modern
(konvensional) dan dipergunakan sebagai pelengkap pengobatan kedokteran tersebut.
Penggunaan terapi komplementer oleh masysrakat dunia termasuk juga Indonesia
semakin tahun semakin meningkat. Word Healht Organization (WHO) telah
mencatat bahwa hampir 70% penduduk dunia menggunakan terapi komplementer. Di
dunia maya penggunaan terapi komplementer juga sudah sangat populer. Fenomena
mengenai terapi komplementer untuk ISPA menunjukkan bahwa dengan keyword
“terapi herbal untuk penyakit ISPA” ada 126.000 website yang memuat terapi-terapi
herbal yang bermanfaat bagi penderita ISPA.

1.2 Tujuan

Tujuan Umum :

1
2

Setelah dilakukan penyuluhan ini, audiens atau masyarakat mampu mengetahui,


mengerti dan memahami tentang penyakit ISPA dan pengobatan tradisional untuk
balita yang menderita ISPA. Sehingga dapat diambil suatu tindakan, penanganan, dan
pengobatan terhadap penderita ISPA

Tujuan Khusus :

Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan, warga yang mempunyai balita dengan


ISPA mampu :

1. Menjelaskan pengertian ISPA

2. Menjelaskan factor penyebab ISPA

3. Memahami dan menjelaskan tanda dan gejala dari ISPA

4. Memahami komplikasi dari ISPA

5. Menjelaskan cara pencegahan terhadap ISPA

6. Mampu menjelaskan dan mendemonstrasikan kembali dalam pengobatan


tradisional dengan cara membuat larutan jeruk nipis

1.3 Rencana Kegiatan

1.3.1 Topik :

- Penyuluhan mengenai ISPA serta demonstrasi cara membuat larutan jeruk


nipis

1.3.2 Sasaran :

Masyarakat desa Wonoayu

1.3.3 Hari/Tanggal :

Minggu, 11 April 2021

Pukul 09.00-10.00

1.3.4 Tempat :

Aula balaidesa Wonoayu

1.3.5 Media :

Laptop, Proyektor, Speaker, Mic, Leaflet, Lembar balik


3

Bahan : jeruk nipis, kecap manis, gelas, sendok makan

1.3.6 Metode :

1. Ceramah

2. Diskusi dan tanya jawab

3. Demonstrasi

1.3.7 Struktur Organisasi :

a. Pelaksana Kegiatan

- Moderator

- Pemateri

- Fasilitator

- Observer

b. Uraian Tugas

- Moderator

 Memandu jalannya sebuah sesi/acara.

 Menjelaskan susunan atau tata tertib acara 

 Memperkenalkan narasumber beserta orang-orang yang terlibat/hadir


dalam acara.

 Memandu proses tanya-jawab antara narasumber dengan peserta

 Mengatur ritme acara dan waktu agar sesuai dengan jadwal yang
ditetapkan.

 Menjaga suasana acara agar kondusif 

 Menutup dan membuat kesimpulan dari rangkaian acara yang telah


dilaksanakan.

- Pemateri

 Menyampaikan, menerangkan, memaparkan, menjelaskan isi dari


materi (topic) yang dibahas dan menjawab pertanyaan dari peserta
diskusi
4

- Fasilitator

 Memfasilitasi jalannya kegiatan yaitu dari persiapan, pelaksanaan


serta akhir acara

 Mampu memotivasi audien demi kesuksesan penyuluhan

 Mampu mengatasi hambatan-hambatan selama penyuluhan

 Mampu memfasilitasi kegiatan apabila kurang aktif

- Observer

 Mampu mengobseravsi jalannya kegiatan dari awal hingga akhir

 Mencatat jumlah klien yang hadir

 Mencatat respon dan perilaku audien dalam kegiatan

 Mencatat tanggapan-tanggapan yang ditemukan audien

 Mencatat penyimpangan acara

 Mencatat perilaku verbal dan non verbal selama penyuluhan

1.3.8 Setting Tempat

1.3.9 Susunan Acara Kegiatan


5

No Kegiatan Durasi Metode


.

1. Pembukaan : 09.00-09.05 Ceramah

a. Mengucapkan salam

b. Memperkenalkan diri dan anggota

c. Menjelaskan kontrak waktu dan tujuan


dari kegiatan penyuluhan

d. Menyebutkan materi yang akan


disampaikan

2. Pelaksanaan : 09.05-09.50 Ceramah

a. Menjelaskan pengertian ISPA

b. Menjelaskan penyebab ISPA

c. Menjelaskan tanda dan gejala ISPA

d. Menjelaskan komplikasi ISPA

e. Menjelaskan pencegahan ISPA

f. Mendemonstrasikan terapi
komplementer : larutan jeruk nipis

3. Evaluasi : 09.50-09.55

Menanyakan kepada klien tentang materi


yang telah disampaikan

4. Do’a & Penutup 09.55- 10.00 Ceramah

1.3.10 Kriteria Evaluasi

1. Evaluasi Struktur
6

a. Kesepakatan dengan masyarakat desa wonoayu yang mempunyai


balita

b. Kesiapan materi dari penyaji (narasumber)

2. Evaluasi Proses

a. Klien bersedia dilakukan penyuluhan sesuai dengan kontrak waktu


yang ditentukan

b. Klien antusias untuk bertanya tenyang hal-hal yang tidak diketahuinya

c. Klien menjawab semua pertanyaan yang telah diberikan

3. Evaluasi hasil

a. Kegiata penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah


ditentukan

b. Klien dapat memahami dan mengaplikasikan penyuluhan yang telah


diberikan oleh mahasiswa

c. Klien dapat mencoba mempraktekkan kembali terapi komplementer


ISPA
7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Infeksi Saluran Pernapasan Atas


2.1.1 Definisi ISPA

Infeksi saluran pernapasan akut adalah infeksi yang terutama mengenai struktur
saluran pernapasan diatas laring, tetapi kebanyakan, penyakit ini mengenai bagian
saluran atas dan bawah secara simultan atau berurutan. Gambaran patofisioliginya
meliputi infiltrat peradangan dan edema mukosa, kongesti vaskuler, bertambahnya
sekresi mukus, dan perubahan dan struktur fungsi siliare (Behrman, 1999).

ISPA adalah infeksi yang terutama mengenai saluran pernafasan atas maupun bawah
disebabkan oleh virus, bakteri, atipikal (mikroplasma), tanda dan gejalanya sangat
bervariasi antara lain demam, pusing, lemas, tidak nafsu makan, muntah, batuk,
keluar sekret, stridor (suara napas), dyspnea (kesulitan bernapas), retraksi
suprasternal (adanya tarikan dada), hipoksia (kurang oksigen).

Dengan demikian ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang dapat berlangsung
sampai 14 hari, dimana secara klinis tanda dan gejala akut akibat infeksi terjadi di
setiap bagian saluran pernafasan tidak lebih dari 14 hari. Menurut Alsagaff dkk,
ISPA adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan
oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun riketsia, tanpa atau disertai
radang parenkim paru.

2.1.2 Klasifikasi ISPA

a. Klasifikasi Berdasarkan Lokasi Anatomi (Depkes RI, 2005)

1) Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut (ISPaA)

Infeksi yang menyerang hidung sampai bagian faring, seperti pilek, otitis
media, faringitis.

2) Infeksi Saluran Pernafasan bawah Akut (ISPbA)


8

Infeksi yang menyerang mulai dari bagian epiglotis atau laring sampai
dengan alveoli, dinamakan sesuai dengan organ saluran nafas, seperti
epiglotitis, laringitis, laringotrakeitis, bronkitis, bronkiolitis, pneumonia.

b. Klasifikasi Berdasarkan Umur (Kemenkes RI, 2011)

1) Kelompok umur < 2 bulan, diklasifikasikan atas :

a) Pneumonia berat: bila disertai dengan tanda-tanda klinis seperti


berhenti menyusu (jika sebelumnya menyusu dengan baik), kejang,
rasa kantuk yang tidak wajar atau sulit bangun, stridor pada anak yang
tenang, mengi, demam (38°C atau lebih) atau suhu tubuh yang rendah
(di bawah 35,5°C), pernapasan cepat 60 kali atau lebih per menit,
penarikan dinding dada berat, sinopsis sentral (pada lidah), serangan
apnea, distensi abdomen dan abdomen tegang.

b) Bukan pneumonia: jika anak bernapas dengan frekuensi kurang dari


60 kali per menit dan tidak terdapat tanda pneumonia seperti di atas.

2) Kelompok umur 2 bulan - < 5 tahun,diklasifikasikan atas :

a) Pneumonia sangat berat: batuk atau kesulitan bernafas yang disertai


dengan sianosis sentral, tidak dapat minum, adanya penatikan dinding
dada, anak kejang dan sulit dibangunkan.

b) Pneumonia berat: batuk atau kesulitan bernapas dan penarikan dinding


dada, tetapi tidak dissertai sianosis sentral dan dapat minum.

c) Pneumonia: batuk (atau kesulitan bernapas) dan pernapasan cepat


tanpa penarikan dinding dada

d) Bukan pneumonia (batuk pilek biasa): batuk (atau kesulitan bernapas)


tanpa pernapasan cepat atau penarikan dinding.

e) Pneumonia persisten: anak dengan diagnosis pneumonia tetap sakit


walaupun telah diobati selama 10-14 hari dengan dosis antibiotik yang
9

adekuat dan antibiotik yang sesuai, biasanya terdapat penarikan


dinding dada, frekuensi pernapasan yang tinggi, dan demam ringan.

2.1.3 Etiologi ISPA

Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan riketsia (Depkes RI,
2005). ISPA bagian atas umumnya disebabkan oleh virus, sedangkan ISPA bagian
bawah dapat disebabkan oleh bakteri umumnya mempunyai manifestasi klinis yang
berat sehingga, menimbulkan beberapa masalah dalam penanganannya.

Bakteri penyebab ISPA seperti : Diplococcus pneumonia, Pneumococcus,


Streptococcus hemolyticus, Streptococcus aureus, Hemophilus influenza, Bacillus
Friedlander. Virus seperti : Respiratory syncytial virus, virus influenza, adenovirus,
cytomegalovirus. Jamur seperti : Mycoplasma pneumoces dermatitides, Coccidioides
immitis, Aspergillus, Candida albicans.

2.1.4 Tanda dan Gejala ISPA

Penyakit ISPA pada anak dapat menimbulkan bermacam-macam tanda dan gejala
seperti batuk, kesulitan bernapas, sakit tenggorokan, pilek, sakit telinga dan demam.

a. Gejala dari ISPA Ringan

Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau
lebih gejala-gejala sewbagai berikut:

1) Batuk

2) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara


(misalnya pada waktu berbicara dan menangis)

3) Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung

4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37º C

b. Gejala dari ISPA Sedang


10

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari
ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala berikut:

1) Pernapasan cepat (fast breathing) sesuai umur yaitu : untuk kelompok


umur kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih dan
kelompok umur 2 bulan - <5tahun : frekuensi nafas 50 kali atau lebih
untuk umur 2-<12 bulan dan 40 kali permenit atau lebih pada umur 12
bulan -< 5tahun

2) Suhu lebih dari 39oC (diukur dalam thermometer)

3) Tenggorokan berwarna merah

4) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak

5) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga

6) Pernapasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur)

c. Gejala dari ISPA berat

Seseorang anak dinyatakn menderita ISPA berat jika dijumpai gejala-gejala


ISPA ringran atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai
berikut:

1) Bibir atau kulit membiru

2) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun

3) Pernapasan berbunyi seperti orang mengorok dan anak tampak gelisah

4) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas

5) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba

6) Tenggorokan berwarna merah


11

2.1.5 Faktor Resiko ISPA

a. Faktor Lingkungan

1) Pencemaran udara dalam rumah

Asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak
dengan konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme pertahanan paru
sehingga akan memudahkan timbulnya ISPA.

2) Ventilasi Rumah

Ventilasi yaitu proses penyediaan udara atau pengerahan udara ke atau


dari ruangan baik secara alami maupun secara mekanis.

3) Kepadatan hunian rumah

Kepadatan hunian rumah menurut keputusan menteri kesehatan nomor


829/MENKES/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan rumah, satu
orang minimal menempati luas rumah 8m2 (Maryunani, 2010).

b. Faktor Individu anak

1) Umur anak

Bayi umur di bawah 3 bulan mempunyai angka infeksi yang rendah,


karena fungsi pelindung dari antibodi keibuan. Infeksi meningkat pada
umur 3-6 bulan, pada waktu ini antara hilangnya antibody keibuan dan
produksi antibodi bayi itu sendiri. Sisa infeksi dari virus berkelanjutan
pada waktu bayi dan prasekolah. Pada waktu anaka-anak berumur 5
tahun, infeksi pernafasan yang disebabkan virus akan berkurang
frekuensinya, tetapi pengruh infeksi mycoplasma pneumonia dan grup A
β-Hemolitic Streptococcus akan meningkat. Jumlah jaringan limfa
meningkat seluruhnya pada masa anak-anak dan diketahhui berulang-
ulang meningkatkan kekebalan pada anak yang sedang tumbuh dewasa.
12

Beberapa agen virus membuat sakit ringan pada anak yang kebih tua
tetapi menyebabakan sakit yang hebat di sistem pernafasan bagian bawah
atau batuk asma pada balita. Sebagai contoh, batuk rejan secara relatif
pada trakeabronkhitis tidak erbahaya pada masa kanakkanak namun
merupakan penyakir serius pada masa pertumbuhan (Hartono, 2012).

2) Berat badan lahir

Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) mempunyai resiko


kematian yang lebih besar dibandingkan dengan berat badan lahir normal,
karena pembentukan zat anti kekebalan kurang sempurna sehingga lebih
mudah terkena penyakit infeksi.

3) Status Gizi

Balita dengan gizi yang kurang akan lebih mudah terserang ISPA
dibandingkan balita dengan gizi normal karena faktor daya tahan tubuh
yang kurang. Penyakit infeksi sendiri akan menyebabkan balita tidak
mempunyai nafsu makan dan mengakibatkan kekurangan gizi. Hasil
penelitian Nuryanto (2012, dalam Gapar 2015) di Palembang
menyebutkan bahwa balita yang status gizinya kurang menyebabkan
ISPA sebesar 29,91 kali lebih tinggi dibandingkan dengan balita yang
mempunyai status gizi baik.

4) Vitamin A

Pemberian Vitamin A yang dilakukan bersamaan dengan imunisasi akan


menyebabkan peningkatan titer antibodi yang spesifik dan tampaknya
berada dalam nilai yang cukup tinggi.

5) Status imunisasi

Sebagian besar kematian ISPA dari jenis ISPA yang berkembang dari
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi campak dan pertusis.

c. Faktor Perilaku
13

Peran aktif keluarga dalam menangani ISPA sangat penting karena penyakit
ISPA merupakan penyakit yang ada sehari-hari di dalam
masyarakat/keluarga. Hal ini perlu mendapat perhatian serius, karena
penyakit ini banyak menyerang balita, sehingga ibu balita dan anggota
keluarga yang sebagian besar dekat dengan balita mengetahui dan terampil
menangani penyakit ISPA ini ketika anaknya sakit (Maryunani, 2010).

2.1.6 Cara Penularan Penyakit ISPA

Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit
penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit
ISPA ini termasuk golongan Air Borne Disease.

Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara penularan yang terjadi tanpa
kontak dengan penderita maupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian besar
penularan melalui udara dapat pula menular melalui kontak langsung, namun tidak
jarang penyakit yang sebagian besar penularannya adalah karena menghisap udara
yang mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab (WHO, 2007).

2.1.7 Pencegahan dan Pemberantasan ISPA

Pencegahan dapat dilakukan dengan :

a. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.

b. Imunisasi.

c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.

d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.

Pemberantasan yang dilakukan adalah :

a. Penyuluhan kesehatan yang terutama ditujukan pada para ibu.

b. Pengelolaan kasus yang disempurnakan.

c. Imunisasi
14

Pelaksana pemberantasan

Tugas pemberantasan penyakit ISPA merupakan tanggung jawab bersama. Kepala


Puskesmas bertanggung jawab bagi keberhasilan pemberantasan di wilayah kerjanya.
Sebagian besar kematian akibat penyakit pneumonia terjadi sebelum penderita
mendapat pengobatan dari petugas Puskesmas. Karena itu peran serta aktif
masyarakat melalui aktifitas kader akan sangat membantu menemukan kasus-kasus
pneumonia yang perlu mendapat pengobatan antibiotik (kotrimoksasol) dan kasus-
kasus pneumonia berat yang perlu segera dirujuk ke rumah sakit.

Dokter puskesmas mempunyai tugas sebagai berikut :

a. Membuat rencana aktifitas pemberantasan ISPA sesuai dengan dana atau


sarana dan tenaga yang tersedia.

b. Melakukan supervisi dan memberikan bimbingan penatalaksanaan standar


kasus-kasus ISPA kepada perawat atau paramedis.

c. Melakukan pemeriksaan pengobatan kasus- kasus pneumonia berat/penyakit


dengan tanda-tanda bahaya yang dirujuk oleh perawat/paramedis dan
merujuknya ke rumah sakit bila dianggap perlu.

d. Memberikan pengobatan kasus pneumonia berat yang tidak bisa dirujuk ke


rumah sakit.

e. Bersama dengan staf puskesmas memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu


yang mempunyai anak balita. perihal pengenalan tanda-tanda penyakit
pneumonia serta tindakan penunjang di rumah.

f. Melatih semua petugas kesehatan di wilayah puskesmas yang di beri


wewenang mengobati penderita penyakit ISPA.

g. Melatih kader untuk bisa mengenal kasus pneumonia serta dapat memberikan
penyuluhan terhadap ibu- ibu tentang penyaki ISPA.
15

h. Memantau aktifitas pemberantasan dan melakukan evaluasi keberhasilan


pemberantasan penyakit ISPA. mendeteksi hambatan yang ada serta
menanggulanginya termasuk aktifitas pencatatan dan pelaporan serta
pencapaian target.

2.1.8 Penatalaksanaan Kasus ISPA

Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :

a. Pemeriksaan

Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak dengan


mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan mendengarkan
anak. Hal ini penting agar selama pemeriksaan anak tidak menangis (bila
menangis akan meningkatkan frekuensi napas), untuk ini diusahakan agar
anak tetap dipangku oleh ibunya. Menghitung napas dapat dilakukan tanpa
membuka baju anak. Bila baju anak tebal, mungkin perlu membuka sedikit
untuk melihat gerakan dada. Untuk melihat tarikan dada bagian bawah, baju
anak harus dibuka sedikit. Tanpa pemeriksaan auskultasi dengan steteskop
penyakit pneumonia dapat didiagnosa dan diklasifikasikan.

b. Pengobatan

1) Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral,


oksigen dan sebagainya.

2) Pneumonia : Diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita


tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian
kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik
pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.

3) Bukan pneumonia : tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan


di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat
batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein,
dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun
16

panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada
pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai
pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang
tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik
(penisilin) selama 10 hari. Setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya
harus diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya.

c. Perawatan dirumah

Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya
yang menderita ISPA.

1) Mengatasi panas (demam)

Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun demam diatasi dengan


memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan
dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6
jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan
dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres,
dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).

2) Mengatasi batuk

Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu
jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh,
diberikan tiga kali sehari.

3) Pemberian makanan

Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang


yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI
pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.

4) Pemberian minuman
17

Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih
banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak,
kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.

5) Lain- lain

Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan
rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung
yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari
komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang
sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama
perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk
membawa kedokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita yang
mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang
diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk
penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak
dibawa kembali ke petugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.

2.2 Terapi Komplementer


2.2.1 Definisi Terapi Komplementer

Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan komplementer adalah


pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan.
Jadi untuk Indonesia, jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer
tetapi merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud
adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara
turun –  temurun pada suatu negara.

Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai


pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan
lain diluar pengobatan medis yang konvensional.

Jadi terapi komplementer adalah tindakan yang diberikan sebagai  bagian dari
keperawatan kesehatan, terdiri dari berbagai macam bentuk  praktik kesehatan selain
18

tindakan konpensional, ditunjukkan untuk meningkatkan derajat kesehatan ditahap


pencegahan primer, sekunder dan tersier yang diperoleh melalui pendidikan khusus
yang didasari oleh ilmu –  ilmu kesehatan

2.3 Terapi Komplementer pada ISPA


a. Larutan Jahe Madu

Penelitian oleh Department of Pediatrics di Amerika, madu merupakan


salah satu pengobatan tradisional yang unggul untuk gejala ISPA,
diantaranya dapat menurunkan keparahan batuk dan dapat meningkatkan
kualitas tidur anak pada malam hari (Yulfina, 2011 dalam Ramadhani,
2014), pemberian minuman jahe juga efektif untuk menurunkan
keparahan batuk pada anak dengan ISPA.

Pada masyarakat sendiri sudah umum menggunakan campuran madu dan


jahe dalam mengatasi batuk dan pilek pada anak. Pilihan ini selain murah
juga memang terasa khasiatnya.

b. Jeruk nipis dan kecap manis untuk meredakan batuk

Air perasan jeruk nipis dicampur dengan kecap manis juga menjadi
pilihan masyarakat dalam meredakan batuk dan melegakan tenggorokan.
Pilihan ini juga telah tercantum di dalam MTBS (Manajemen Terpadu
Balita Sakit) dalam mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah.
Caranya adalah dengan memotong satu buah jeruk nipis, peras airnya,
taruh dalam gelas/cangkir. Tambahkan kecap manis, aduk. Takaran
minum untuk anak, 3 kali sendok teh per hari. Cara lain, kecap manis bisa
digantikan dengan madu murni (Rasmaliah, 2004)

c. Terapi sentuhan atau pemijatan

Terapi sentuhan atau massage (pemijatan) adalah salah satu teknik yang
mengkombinasikan manfaat fisik sentuhan manusia dengan manfaat
emosional seperti ikatan batin (bounding). Di Indonesia terapi memijat
sebagai terapi dalam penyembuhan penyakit sudah lama berkembang dan
19

diperhatikan oleh masyarakat. Pemijatan yang dilakukan disertai dengan


pemberian minyak kayu putih atau minyak dari ramuan-ramuan
tradisional lainnya seperti campuran minyak sayur dengan irisan bawang
merah. Pijatan yang dilakukan cukup sederhana yaitu dengan
mengoleskan minyak ke area tangan, kaki, leher, punggung dan dada
sambil melakukan pijatan lembut. Pemijatan ini memungkinkan
kandungan-kandungan aktif minyak terserap ke dalam kulit. Minyak-
minyak esensial yang terserap dalam cara ini membantu meringankan
infeksi-infeksi dan peradangan-peradangan karena mereka seringkali
dikeluarkan dari tubuh melalui paru-paru. Selain itu terapi pemijatan ini
juga dapat memberikan rasa nyaman dan relaksasi pada tubuh (Hoffman,
2002).

d. Steam inhalation (inhalasi uap)

Steam inhalation atau terapi uap merupakan terapi menggunakan air


panas. Uap air dan mandi air panas adalah cara menyembuhkan flu yang
paling umum. Beberapa orang berdiri di kamar mandi dengan siraman air
panas tetapi ada juga yang menghirup uap di atas panci dengan air
mendidih. Tindakan ini memiliki sejumlah efek terapeutik, di antaranya
berguna untuk mengencerkan lendir di saluran hidung dan sinus serta di
bawah saluran pernapasan (Nuraeni, 2012). Cara pemberian terapinya
adalah dengan menuangkan air panas ke dalam panci/baskom tahan
panas. Lalu tutup kepala dengan menggunakan handuk kecil dan kepala
didekatkan di atas baskom dan kumpulkan uap dan hiruplah dalam-dalam.
Terapi ini juga boleh ditambahkan dengan mencampurkan minyak-
minyak atau herbal herbal segar seperti pepermint atau Asian mint
(Hoffmann, 2002).

2.4 Cara Pembuatan Larutan Jeruk Nipis-Kecap


Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan larutan jeruk nipis–kecap adalah:

1) Beberapa buah jeruk nipis yang masih segar.


20

2) Setengah sendok teh kecap manis.

3) Satu buah gelas minum ukuran elimbing.

4) Satu buah sendok makan

Cara pembuatan larutan jeruk nipis – kecap adalah sebagai berikut:

1) Peras jeruk nipis dan tempatkan dalam gelas.

2) Campurkan dengan ½ - 1 sendok kecap manis, aduk rata.

3) Segera minumkan pada klien

Aturan pakai larutan jeruk nipis – kecap adalah:

1) Bagi orang dewasa, minum 3 x 1 sdm larutan tanpa dicampur air.

2) Bagi anak-anak, minumkan larutan 3 x ½ sdm larutan tanpa dicampur air.

3) Bila ingin minum air setelah minum larutan, minumlah air matang yang
masih hangat.

4) Bila batuk tidak berkurang, segera periksakan diri ke pusat pelayanan


kesehatan terdekat.

5) Mengatasi pilek bisa dengan cara inhalasi uap/penguapan sederhana


(tradisional)
21

Naskah Role Play

Moderator : Assalamualaikumsalam wr wb. Disini saya sebagai moderator yang


akan mengatur jalannya diskusi pada hari ini, sebelumnya saya akan
memperkenalkan anggota kami yaitu 1. Sinta 2. Cynthia 3. Sagita 4. Hera dll.

Tujuan dari penyuluhan pada hari ini yaitu audiens atau masyarakat mampu
mengetahui, mengerti dan memahami tentang penyakit ISPA dan pengobatan
tradisional untuk balita yang menderita ISPA. Sehingga dapat diambil suatu
tindakan, penanganan, dan pengobatan terhadap penderita ISPA

Untuk selanjutnya saya serahkan kepada ketua kelompok untuk memberikan sedikit
sambutan

Ketua : Baik terimakasih waktu dan kesempatannya. Disini saya mewakili


kelompok kami pada hari ini akan melakukan kegiatan cara pencegahan ispa pada
balita dengan membuat larutan jeruk nipis. Semoga bisa bermanfaat untuk kita semua
terimakasih, selanjutnya saya serakan kepada moderator

Moderator : Baik terimakasih kepada ketua kelompok, nanti penyuluhan dan


demonstrasi ini dilakukan kira-kira 45 menit. Baik sebelum memulai ada pertanyaan
dari bapak, ibu ?

Warga : Tidak

Moderator : Untuk mempersingkat waktu selanjutnya saya serahkan kepada


pemateri untuk menjelaskan materinya.

Pemateri : Terimaksih moderator disini saya akan mempaparkan materi. (ppt)

Baik, telah saya sampaikan materi kepada masyarakat semua. Apakah ada yang ingin
ditanyakan ?

Warga 1 : Untuk pengobatan tradisionalnya bagaimana ?

Pemateri : Nah untuk pengobatan tradisionalnya disini kami akan


mendemonstrasikan bagaimana cara membuat larutan jeruk nipis-kecap

Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan larutan jeruk nipis–kecap adalah:

1. Buah jeruk nipis yang masih segar.

2. Setengah sendok teh kecap manis.


22

3. Satu buah gelas minum ukuran elimbing.

4. Satu buah sendok makan

Cara pembuatan larutan jeruk nipis – kecap adalah sebagai berikut:

1. Peras jeruk nipis dan tempatkan dalam gelas.

2. Campurkan dengan ½ - 1 sendok kecap manis, aduk rata.

3. Segera minumkan pada klien

Aturan pakai larutan jeruk nipis – kecap adalah:

1. Bagi orang dewasa, minum 3 x 1 sdm larutan tanpa dicampur air.

2. Bagi anak-anak, minumkan larutan 3 x ½ sdm larutan tanpa dicampur air.

3. Bila ingin minum air setelah minum larutan, minumlah air matang yang
masih hangat.

Bagaimana bapak ibu apakah sudah paham mengenai pembuatan larutan jeruk nipis
dan kecap?

Warga : Iya sudah paham

Pemateri : Apakah ada yang ingin ditanyakan lagi ?

Warga 2 : Saya ingin bertanya mbak, saya sering merokok di rumah kan tadi
dibilang bisa menyebabkan ISPA, trus saya harus merokok dimana?

Pemateri : Yah bapak bisa merokok di luar rumah pak, agar asap rokoknya
tidak mengganggu sirkulasi udara dirumah. Atau bapak bisa cari tempat
yang banyak pohonnya, agar sirkulasi udara lebih cepat berputar sehinga
tidak mencemari rumah dengan asap rokok yang dapat mencetus terjadinya ISPA.

Apakah sudah paham ?

Warga 2 : Iya sudah paham

Pemateri : Baik mungkin itu saja materi penyuluhan yang dapat saya sampaikan
kurang lebihnya mohon maaf. Selanjutnya saya serahkan kepada moderator
23

Moderator : Terimakasih pemateri. Selanjutnya pembacaaan hasil observasi


tentang jalannya penyuluhan ini. Saya persilahkan

Observer : Saya selaku observer, disini hasil observasi saya (bicarakan hasil

observasi jalannya penyuluhan). Mungkin itu saja yang dapat saya sampaikan.
Terimakasih

Moderator : Baik,.dengan berakhirnya observasi dari observer, berakhir pula


penyuluhan kali ini,. Sebelum menutup acara, silakan untuk membagikan leafletnya.

Saya ucapkan terimakasih kepada seluruh warga masyarakat desa Wonoayu atas
partisipasinya pada penyuluhan ini. Saya dan teman-teman mohon maaf apabila ada
salah kata. Semoga penyuluhan ini bisa bermanfaat kedepannya.

Wassalamualaikum wr.wb

Anda mungkin juga menyukai