LAPORAN PENDAHULUAN
TERAPI KOMPLEMENTER : LARUTAN JERUK NIPIS UNTUK BALITA
DENGAN ISPA
Dosen Pembimbing :
Rina Nur Hidayati.,M.Kep.,Sp.Kep.Kom
Nama Kelompok :
MOJOKERTO
2020
i
HALAMAN LOGO UNIVERSITAS
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. atas selesainya Makalah yang berjudul
“Laporan Pendahuluan Terapi Komplementer : Larutan Jeruk Nipis Untuk Balita
Dengan ISPA” atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam menyusun
makalah ini. Maka kami mengucapkan terimakasih kepada Bu Rina Nur
Hidayati.,M.Kep.,Sp.Kep.Kom. selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan
Komunitas II.
Terima kasih atas dukungannya, dalam penulisan ini sangat disadari bahwa Tugas
Makalah ini tentu masih jauh dari kata sempurna, dikarenakan sangat terbatasnya
pengetahuan penulis. Oleh sebab itu, kritik dan saran sangat diharapkan oleh penulis
untuk menyempurnakan tugas makalah ini.
07 April 2021
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................................i
HALAMAN LOGO UNIVERSITAS........................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah...........................................................................................1
1.2 Tujuan......................................................................................................................2
1.3 Rencana Kegiatan.....................................................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA.....................................................................................7
2.1 Infeksi Saluran Pernapasan Atas..............................................................................7
2.1.1 Definisi ISPA.............................................................................................................7
2.1.2 Klasifikasi ISPA..........................................................................................................7
2.1.3 Etiologi ISPA.............................................................................................................9
2.1.4 Tanda dan Gejala ISPA.............................................................................................9
2.1.5 Faktor Resiko ISPA.................................................................................................11
2.1.6 Cara Penularan Penyakit ISPA................................................................................13
2.1.7 Pencegahan dan Pemberantasan ISPA...................................................................13
2.1.8 Penatalaksanaan Kasus ISPA..................................................................................15
2.2 Terapi Modalitas....................................................................................................17
2.2.1 Definisi Terapi Modalitas.......................................................................................17
2.3 Jenis-Jenis Bentuk Terapi.......................................................................................19
2.4 Ratapan Mahasiswa 3............................................................................................32
2.5 Ratapan Mahasiswa 4............................................................................................32
2.6 Ratapan Mahasiswa 5............................................................................................32
BAB III PENUTUP...................................................................................................33
3.1 Kesimpulan............................................................................................................33
3.2 Saran......................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................33
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering terjadi pada
anak. Insidens menurut kelompok umur balita diperkirakan 0,29 episode per
anak/tahun di negara berkembang dan 0,05 episode per anak/tahun di negara maju.
ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan
oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun riketsia, tanpa atau disertai
radang parenkim paru (Alsagaf 2009). ISPA khususnya Pneumonia adalah pembunuh
utama balita di dunia, lebih banyak dibanding gabungan penyakit AIDS, malaria dan
campak. Di dunia setiap tahun diperkirakan lebih dari 2 juta Balita meninggal karena
Pneumonia (1 Balita/20 detik) dari 9 juta total kematian Balita. Diantara 5 kematian
Balita, 1 diantaranya disebabkan oleh pneumonia. Bahkan karena besarnya kematian
pneumonia ini, pneumonia disebut sebagai “pandemi yang terlupakan” atau “the
forgotten pandemic”.
1.2 Tujuan
Tujuan Umum :
1
2
Tujuan Khusus :
1.3.1 Topik :
1.3.2 Sasaran :
1.3.3 Hari/Tanggal :
Pukul 09.00-10.00
1.3.4 Tempat :
1.3.5 Media :
1.3.6 Metode :
1. Ceramah
3. Demonstrasi
a. Pelaksana Kegiatan
- Moderator
- Pemateri
- Fasilitator
- Observer
b. Uraian Tugas
- Moderator
Mengatur ritme acara dan waktu agar sesuai dengan jadwal yang
ditetapkan.
- Pemateri
- Fasilitator
- Observer
a. Mengucapkan salam
f. Mendemonstrasikan terapi
komplementer : larutan jeruk nipis
3. Evaluasi : 09.50-09.55
1. Evaluasi Struktur
6
2. Evaluasi Proses
3. Evaluasi hasil
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Infeksi saluran pernapasan akut adalah infeksi yang terutama mengenai struktur
saluran pernapasan diatas laring, tetapi kebanyakan, penyakit ini mengenai bagian
saluran atas dan bawah secara simultan atau berurutan. Gambaran patofisioliginya
meliputi infiltrat peradangan dan edema mukosa, kongesti vaskuler, bertambahnya
sekresi mukus, dan perubahan dan struktur fungsi siliare (Behrman, 1999).
ISPA adalah infeksi yang terutama mengenai saluran pernafasan atas maupun bawah
disebabkan oleh virus, bakteri, atipikal (mikroplasma), tanda dan gejalanya sangat
bervariasi antara lain demam, pusing, lemas, tidak nafsu makan, muntah, batuk,
keluar sekret, stridor (suara napas), dyspnea (kesulitan bernapas), retraksi
suprasternal (adanya tarikan dada), hipoksia (kurang oksigen).
Dengan demikian ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang dapat berlangsung
sampai 14 hari, dimana secara klinis tanda dan gejala akut akibat infeksi terjadi di
setiap bagian saluran pernafasan tidak lebih dari 14 hari. Menurut Alsagaff dkk,
ISPA adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan
oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun riketsia, tanpa atau disertai
radang parenkim paru.
Infeksi yang menyerang hidung sampai bagian faring, seperti pilek, otitis
media, faringitis.
Infeksi yang menyerang mulai dari bagian epiglotis atau laring sampai
dengan alveoli, dinamakan sesuai dengan organ saluran nafas, seperti
epiglotitis, laringitis, laringotrakeitis, bronkitis, bronkiolitis, pneumonia.
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan riketsia (Depkes RI,
2005). ISPA bagian atas umumnya disebabkan oleh virus, sedangkan ISPA bagian
bawah dapat disebabkan oleh bakteri umumnya mempunyai manifestasi klinis yang
berat sehingga, menimbulkan beberapa masalah dalam penanganannya.
Penyakit ISPA pada anak dapat menimbulkan bermacam-macam tanda dan gejala
seperti batuk, kesulitan bernapas, sakit tenggorokan, pilek, sakit telinga dan demam.
Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau
lebih gejala-gejala sewbagai berikut:
1) Batuk
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari
ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala berikut:
5) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba
a. Faktor Lingkungan
Asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak
dengan konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme pertahanan paru
sehingga akan memudahkan timbulnya ISPA.
2) Ventilasi Rumah
1) Umur anak
Beberapa agen virus membuat sakit ringan pada anak yang kebih tua
tetapi menyebabakan sakit yang hebat di sistem pernafasan bagian bawah
atau batuk asma pada balita. Sebagai contoh, batuk rejan secara relatif
pada trakeabronkhitis tidak erbahaya pada masa kanakkanak namun
merupakan penyakir serius pada masa pertumbuhan (Hartono, 2012).
3) Status Gizi
Balita dengan gizi yang kurang akan lebih mudah terserang ISPA
dibandingkan balita dengan gizi normal karena faktor daya tahan tubuh
yang kurang. Penyakit infeksi sendiri akan menyebabkan balita tidak
mempunyai nafsu makan dan mengakibatkan kekurangan gizi. Hasil
penelitian Nuryanto (2012, dalam Gapar 2015) di Palembang
menyebutkan bahwa balita yang status gizinya kurang menyebabkan
ISPA sebesar 29,91 kali lebih tinggi dibandingkan dengan balita yang
mempunyai status gizi baik.
4) Vitamin A
5) Status imunisasi
Sebagian besar kematian ISPA dari jenis ISPA yang berkembang dari
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi campak dan pertusis.
c. Faktor Perilaku
13
Peran aktif keluarga dalam menangani ISPA sangat penting karena penyakit
ISPA merupakan penyakit yang ada sehari-hari di dalam
masyarakat/keluarga. Hal ini perlu mendapat perhatian serius, karena
penyakit ini banyak menyerang balita, sehingga ibu balita dan anggota
keluarga yang sebagian besar dekat dengan balita mengetahui dan terampil
menangani penyakit ISPA ini ketika anaknya sakit (Maryunani, 2010).
Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit
penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit
ISPA ini termasuk golongan Air Borne Disease.
Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara penularan yang terjadi tanpa
kontak dengan penderita maupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian besar
penularan melalui udara dapat pula menular melalui kontak langsung, namun tidak
jarang penyakit yang sebagian besar penularannya adalah karena menghisap udara
yang mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab (WHO, 2007).
b. Imunisasi.
c. Imunisasi
14
Pelaksana pemberantasan
g. Melatih kader untuk bisa mengenal kasus pneumonia serta dapat memberikan
penyuluhan terhadap ibu- ibu tentang penyaki ISPA.
15
a. Pemeriksaan
b. Pengobatan
panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada
pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai
pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang
tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik
(penisilin) selama 10 hari. Setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya
harus diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya.
c. Perawatan dirumah
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya
yang menderita ISPA.
2) Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu
jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh,
diberikan tiga kali sehari.
3) Pemberian makanan
4) Pemberian minuman
17
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih
banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak,
kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.
5) Lain- lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan
rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung
yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari
komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang
sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama
perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk
membawa kedokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita yang
mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang
diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk
penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak
dibawa kembali ke petugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.
Jadi terapi komplementer adalah tindakan yang diberikan sebagai bagian dari
keperawatan kesehatan, terdiri dari berbagai macam bentuk praktik kesehatan selain
18
Air perasan jeruk nipis dicampur dengan kecap manis juga menjadi
pilihan masyarakat dalam meredakan batuk dan melegakan tenggorokan.
Pilihan ini juga telah tercantum di dalam MTBS (Manajemen Terpadu
Balita Sakit) dalam mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah.
Caranya adalah dengan memotong satu buah jeruk nipis, peras airnya,
taruh dalam gelas/cangkir. Tambahkan kecap manis, aduk. Takaran
minum untuk anak, 3 kali sendok teh per hari. Cara lain, kecap manis bisa
digantikan dengan madu murni (Rasmaliah, 2004)
Terapi sentuhan atau massage (pemijatan) adalah salah satu teknik yang
mengkombinasikan manfaat fisik sentuhan manusia dengan manfaat
emosional seperti ikatan batin (bounding). Di Indonesia terapi memijat
sebagai terapi dalam penyembuhan penyakit sudah lama berkembang dan
19
3) Bila ingin minum air setelah minum larutan, minumlah air matang yang
masih hangat.
Tujuan dari penyuluhan pada hari ini yaitu audiens atau masyarakat mampu
mengetahui, mengerti dan memahami tentang penyakit ISPA dan pengobatan
tradisional untuk balita yang menderita ISPA. Sehingga dapat diambil suatu
tindakan, penanganan, dan pengobatan terhadap penderita ISPA
Untuk selanjutnya saya serahkan kepada ketua kelompok untuk memberikan sedikit
sambutan
Warga : Tidak
Baik, telah saya sampaikan materi kepada masyarakat semua. Apakah ada yang ingin
ditanyakan ?
Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan larutan jeruk nipis–kecap adalah:
3. Bila ingin minum air setelah minum larutan, minumlah air matang yang
masih hangat.
Bagaimana bapak ibu apakah sudah paham mengenai pembuatan larutan jeruk nipis
dan kecap?
Warga 2 : Saya ingin bertanya mbak, saya sering merokok di rumah kan tadi
dibilang bisa menyebabkan ISPA, trus saya harus merokok dimana?
Pemateri : Yah bapak bisa merokok di luar rumah pak, agar asap rokoknya
tidak mengganggu sirkulasi udara dirumah. Atau bapak bisa cari tempat
yang banyak pohonnya, agar sirkulasi udara lebih cepat berputar sehinga
tidak mencemari rumah dengan asap rokok yang dapat mencetus terjadinya ISPA.
Pemateri : Baik mungkin itu saja materi penyuluhan yang dapat saya sampaikan
kurang lebihnya mohon maaf. Selanjutnya saya serahkan kepada moderator
23
Observer : Saya selaku observer, disini hasil observasi saya (bicarakan hasil
observasi jalannya penyuluhan). Mungkin itu saja yang dapat saya sampaikan.
Terimakasih
Saya ucapkan terimakasih kepada seluruh warga masyarakat desa Wonoayu atas
partisipasinya pada penyuluhan ini. Saya dan teman-teman mohon maaf apabila ada
salah kata. Semoga penyuluhan ini bisa bermanfaat kedepannya.
Wassalamualaikum wr.wb