Anda di halaman 1dari 9

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan darah tinggi merupakan

salah satu penyakit tidak menular (PTM) dimana tekanan darah seseorang

sama dengan atau lebih dari 140 mmHg untuk sistolik dan untuk diastolik

sama dengan atau lebih dari 90 mmHg (Nurarif & Kusuma, 2015). Penyakit

hipertensi ini sering disebut silent killer karena pada sebagian besar kasus,

penyakit mematikan ini tidak menunjukkan gejala apapun, hingga pada suatu

hari hipertensi menjadi stroke dan serangan jantung yang mengakibatkan

penderitanya meninggal dunia. Gejala klinis yang timbul akibat peningkatan

tekanan darah yaitu edema dependen, penglihatan kabur, mual, muntah dan

nyeri kepala. Nyeri kepala adalah perasaan sakit atau nyeri termasuk termasuk

rasa tidak nyaman yang menyerang tengkorak (kepala) mulai dari kening

kearah atas dan belakang kepala dan bagian wajah (Saputri, Ayubbana, &

Sari, 2022). Nyeri kepala pada penderita hipertensi disebabkan oleh kerusakan

vaskuler pada seluruh pembuluh perifer. Perubahan arteri kecil dan arteola

menyababkkan penyumbatan pembuluh darah, yang mengakibatkan aliran

darah akan terganggu.

Penatalaksaan hipertensi harus dilakukan secara tepat agar tidak

terjadi komplikasi akibat hipertensi. Penatalaksanaan hipertensi dapat

dibedakan menjadi 2 yaitu farmakologis (dengan obat-obatan) dan non


2

farmakologis (tanpa menggunakan obat-obatan) (Bachrudin & najib, 2016).

Penatalaksanaan nyeri terbagi menjadi dua, yaitu secara farmakologis dan

nonfarmakologis. Penatalaksanaan secara farmakologis dapat dilakukan

dengan memberikan analgesik. Secara nonfarmakologis penatalaksanaan nyeri

antara lain dengan menggunakan stimulasi dan massase kutaneus, stimulasi

kulit, transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS), distraksi, imajinasi

termbimbing, hipnosis, dan teknik relaksasi. Salah satu teknik relaksasi yang

dapat dilakukan untuk menurunkan nyeri adalah terapi Slow deep breathing.

Slow deep breathing merupakan salah satu relaksasi dan dapat

membantu menurunkan stress dan intensitas nyeri. Slow deep breathing

merupakan salah satu intervensi mandiri keperawatan dimana perawat

mengajarkan pada klien bagaimanana cara melakukan nafas dalam, nafas

lambat, dan bagaimana cara menghembuskan nafas secara perlahan (Utomo et

al., 2015). merupakan salah satu relaksasi dan dapat membantu menurunkan

stress dan tekanan darah. Slow deep breathing merupakan salah satu intervensi

mandiri keperawatan dimana perawat mengajarkan pada klien bagaimanana

cara melakukan nafas dalam, nafas lambat, dan bagaimana cara

menghembuskan nafas secara perlahan (Utomo et al., 2015). Slow Deep

breathing banyak digunakan pada pasien nyeri namun jarang sekali digunakan

dalam menangani hipertensi sehingga angka kejadian hipertensi terus

meningkat dan menjadi masalah global.

Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 sekitar 1,13

Miliar orang di dunia menderita hipertensi, artinya 1 dari 3 orang didunia


3

terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi juga terus meningkat

setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Milliar orang

yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang

meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya (Lisdianto, Ludiana, &

Pakarti, 2022).

Berdasarkan hasil Riskesdas 2018, prevalensi penduduk dengan

tekanan darah tinggi di Provinsi Jawa Timur sebesar 36,3%. Pevalensi

semakin meningkat seiring dengan pertambahan umur. Jika dibandingkan

dengan Riskesdas 2013 (26,4%), prevalensi tekanan darah tinggi mengalami

peningkatan yang cukup signifikan. Jumlah estimasi penderita hipertensi yang

berusia ≥ 15 tahun di Provinsi Jawa Timur sekitar 11.008.334 penduduk,

dengan proporsi laki-laki 48,83% dan perempuan 51,17%. Dari jumlah

tersebut, penderita Hipertensi yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebesar

35,60% atau 3.919.489 penduduk. Adapun capaian pelayanan kesehatan

penderita Hipertensi di Jawa Timur tahun 2020 (Dinkes Jatim Prov, 2020).

Jumlah penduduk usia ≧ 18 di Kabupaten Mojokerto sebanyak 783.157 jiwa.

Cakupan pemeriksaan tekanan darah tinggi di Kabupaten Mojokerto

sebanyak 152.902, dan yang mengalami hipertensi sebanyak 34.958

(22,86%). Cakupan pemeriksaan tekanan darah tinggi di Kabupaten

Mojokerto sebanyak 163.668 dan yang mengalami hipertensi sebanyak

30.017 (18,32 %) (Dinas Kesehatan Kab Mojokerto, 2020).


4

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 22

Maret di wilayah kerja Puskesmas Gedongan Kota mojokerto, sebanyak 5

orang penderita hipertensi (100%) tidak mengetahui nafas dalam (slow deep

breathing) dapat menurunkan intensitas nyeri kepala akibat hipertensi, mereka

hanya mengetahui bahwa nafas dalam bisa membuat rileks. Dari 5 responden

tersebut 3 responden (53,3%) jika tekanan darahnya tinggi dan terdapat tanda

darah tinggi seperti nyeri kepala hanya mengkonsumsi obat hipertensi untuk

menurunkan intensitas nyeri kepala, namun jika tidak ada tanda gejala seperti

nyeri kepala maka mereka tidak mengkonsumsi obat penurun tekanan darah

dan 2 responden (46,6%) menggunakan terapi lain seperti senam dan minum

obat hipertensi untuk menurunkan tekanan darah

Slow deep breathing merupakan latihan nafas yang terdiri atas

pernafasan abdominal (diafragma) dan purse lips breathing (Asmadi, 2012).

Slow Deep Breathing merupakan metode bernapas yang frekuensi napasnya

kurang atau sama dengan 10 kali per menit dengan fase ekshalasi yang

panjang (Breathesy, 2007) dalam (Sheren Kristmas, Dame Elysabeth, 2017).

Penelitian (Sheren Kristmas, Dame Elysabeth, 2017) menyatakan bahwa

latihan dan relaksasi seperti Slow Deep Breathing mempunyai pengaruh

terhadap penurunan intensitas nyeri kepala hipertensi. Slow Deep Breathing

memberikan efek kepada sistem syaraf dan dapat menstimulasi respon saraf

otonom melalui pengeluaran neurotransmitter endorphin yang berefek pada

penurunan respon saraf simpatif yang bekerja untuk meningkatkan aktivitas

tubuh dan peningkatan respon parasimpatis untuk menurunkan aktivitas


5

tubuh. Saraf-saraf ini pada Slow Deep Breathing berdampak pada vasodilatasi

pembuluh darah oleh sehingga mempermudah oksigen untuk dialirkan ke

bagian otak yang diharapkan lebih adekuat

Penelitian lain tentang pengaruh Slow Deep Breathing yang di

lakukan (Lisdianto et al., 2022) di wilayah kerja Puskesmas Metro

menyatakan pemberian intervensi latihan Slow Deep Breathing berpengaruh

terhadap penurunan skala nyeri kepala yang dirasakan pada penderita

hipertensi. Penelitian (Fernalia, Priyanti, Effendi, & Amita, 2017) di wilayah

kerja Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu menyatakan bahwa Ada

pengaruh relaksasi nafas dalam terhadap penurunan skala nyeri kepala pada

pasien hipertensi setelah diberikan intervensi Slow Deep Breathing.

Faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan slow deep breathing

diantara yaitu faktor internal (faktor yang bersal dari dalam diri seseorang)

seperti motivasi dan pendidikan. Faktor eksternal (faktor yang berasal dari

luar diri seseorang dukungan keluarga (Yulianto et al., 2018) Upaya untuk

menumbuhkan keinginan penderita hipertensi dalam terapi slow deep

breathing dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya yaitu dukungan

keluarga. Keluarga memiliki peran penting dalam memotivasi lansia dalam

melakukan pencegahan kekambuhan hipertensi (Susanti et al., 2019) dan

upaya yang dapat dilakukan perawat atau tenaga medis yaitu dengan

melakukan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan salah

satu pilihan yang dapat diberikan karena pendidikan kesehatan bertujuan

untuk membantu menyelesaikan masalah klien, salah satunya dengan


6

memperkenalkan terapi slow deep breathing untuk menurunkan Intensitas

skala nyeri kepala pada penderita hipertensi (Utomo et al., 2015).

Berdasarkan fenomena tersebut penulis tertarik untuk meneliti tentang

“Efektifitas Slow Deep Breathing Terhadap Nyeri Kepala Pada Penderita

Hipertensi”

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas peneliti ingin

mengetahui bagaimana efektifitas slow deep breathing terhadap nyeri kepala

pada penderita hipertensi?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengidentifikasi efektifitas terapi slow deep breathing terhadap

penurunan intensitas nyeri kepala pada penderita hipertensi wilayah

kerja Puskesmas Gedongan Kota mojokerto.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi skala nyeri kepala sebelum dilakukan slow deep

breathing pada penderita hipertensi wilayah kerja Puskesmas

Gedongan Kota mojokerto. .

2. Mengidentfikasi skala nyeri kepala sesudah dilakukan slow deep

breathing pada penderita hipertensi wilayah kerja Puskesmas

Gedongan Kota mojokerto.

3. Menganalisis pengaruh slow deep breathing terhadap efektifitas

penenurunan intensitas nyeri kepala pada penderita hipertensi


7

wilayah kerja Puskesmas Gedongan Kota mojokerto.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti

Untuk mengetahui sejauh mana efektifitas slow deep breathing

terhadap penurunan intensitas nyeri kepala pada penderita hipertensi,

serta menjadi pengalaman berharga bagi peneliti dalam menangani

pasien nyeri kepala karena hipertensi.

1.4.2 Manfaat Bagi Masyarakat

1. Penelitian ini dapat dimanfaatkan dan diterapkan oleh masyarakat

terutama penderita hipertensi sebagai acuan untuk memilih terapi

yang efektif untuk menurunkan intensitas nyeri kepala pada

penderita hipertensi.

2. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat slow

deep breathing sehingga dapat digunakan sebagai salah satu

pilihan terapi untuk nyeri kepala penderita hipertensi.

1.4.3 Manfaat bagi institusi.

Memberikan informasi tentang penurunan intensitas nyeri kepala

pada pasien dengan melakukan terapi slow deep breathing.


8

Daftar pustaka

Dinkes Jatim Prov. (2020). Capaian Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi di

Provinsi Jawa Timur. Retrieved March 23, 2022, from

https://dinkes.jatimprov.go.id/userfile/dokumen/PROFIL KESEHATAN

2020.pdf

Fernalia, Priyanti, W., Effendi, S., & Amita, D. (2017). Pengaruh Relaksasi Nafas

Dalam Terhadap Skala Nyeri Kepala Pada Pasien Hipertensi Di Wilayah

Kerja Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu. Malahayati Nursing, 1, 25–

34.

Lisdianto, J. T., Ludiana, & Pakarti, A. T. (2022). Penerapan Relaksasi Nafas

Dalam Terhadap Nyeri Kepala Pada Penderita Penyakit Hipertensi Di

Wilayah Kerja Puskesmas Metro. Jurnal Cendikia Muda, 2(September),

325–330.

Saputri, R., Ayubbana, S., & Sari, S. A. (2022). Penerapan Relaksasi Nafas Dalam

Terhadap Nyeri Kepala Pasien Hipertensi Di Ruang Jantung Rsud Jend.

Ahmad Yani Kota Metro Implementation of Odeep Breath Relaxation on

Head Pain in Hypertension Patients in the Heart Room of Rsud Jend. Ahmad

Yani Metro City. Jurnal Cendikia Muda, 2(4), 506–513.

Sheren Kristmas, Dame Elysabeth, Y. F. (2017). Slow Deep Breathing Dalam

Menurunkan Nyeri Kepala Pada Penderita PENGARUH SLOW DEEP

BREATHING DALAM MENURUNKAN NYERI KEPALA PADA


9

PENDERITA HIPERTENSI. Jurnal Keperawatan, 87(June 2014), 7.

Anda mungkin juga menyukai