Anda di halaman 1dari 17

CRITICAL APPRAISAL

EFEKTIFITAS PELATIHAN PERAWATAN DIRI TERHADAP DUKUNGAN EMOSIONAL


DAN INSTRUMENTAL KELUARGA PENDERITA KUSTA

Tugas Mata Kuliah : Riset Keperawatan


Dosen : Dr. Lilik Marifatul Azizah, S.Kep.Ns, M.Kes

Oleh :

Nama :
NIM :

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI
2021
CRITICAL APPRAISAL
FORM QUANTITATIVE STUDY (Eksperimen)

Judul : EFEKTIFITAS PELATIHAN PERAWATAN DIRI TERHADAP DUKUNGAN


EMOSIONAL DAN INSTRUMENTAL KELUARGA PENDERITA KUSTA
Oleh : Listyorini Wulandari, Dwi Linna Suswardany, Artika Fristi Firnawati Jurnal :
http://jks.fikes.unsoed.ac.id/index.php/jks/article/view/329/169

KUTIPAN Berikan kutipan lengkap untuk artikel ini dalam format APA

Penulisan kutipan dan daftar pustaka dalam jurnal ini menggunakan


format APA.

Uraikan tujuan penelitian. Bagaimana studi ini berlaku untuk anda,


TUJUAN STUDI pertanyaan penelitian?
Adalah tujuannya
dinyatakan dengan jelas Tujuan penelitian adalah untuk untuk mengevaluasi keefektifan
pelatihan perawatan diri terhadap peningkatan dukungan keluarga
( √ )Ya ( ) Tidak penderita kusta di Paguyuban Harapan Kita Kecamatan Padas
Kabupaten Ngawi

LITERATUR Jelaskan justifikasi untuk penelitian ini.


Apakah latar belakang
relevan ditinjau dari Peran keluarga sangat penting untuk setiap aspek perawatan anggota
literatur keluarga, terutama pada upaya kuratif (pengobatan).
(√ )Ya ( ) Tidak
DESAIN Jelaskan desain penelitian. Apakah desain sesuai untuk penelitian
pertanyaan? (mis., untuk tingkat pengetahuan tentang masalah ini, hasil,
( ) Randomized (RCT) etis, masalah, dll.
( ) Kohort
( ) Singe case design Desain penelitian yang digunakan adalah Pra-Eksperimen dengan
( ) Before and after rancangan penelitian Static Group Comparison
Hasil riset yang dilakukan diuraikan secara detail tentangKeefektifan
(√ ) Case-control
Pelatihan Perawatan Diri terhadap Dukungan Penghargaan Keluarga
( ) Cross-sectional
( ) Case study
Secara etis, publikasi yang dilakukan tidak melanggar etik riset karena
identitas pasien disembunyikan. Pasien tidakdiberikan persetujuan
(informed consent).

Hasil dari suatu riset tidak disebutkan dapat diterapkan pada pasien lain
dengan diagnose yang sama.

Tentukan segala bias yang mungkin telah beroperasi dan arahnya


pengaruh pada hasil

Dalam riset ini tidak ditemukan hasil yang berpotensi bias karena seluruh
intervensi yang dilakukan dituliskan
SAMPEL Pengambilan sampel (siapa; karakteristik; berapa banyak; bagaimana
pengambilan sampel dilakukan?) Jika lebih dari satu kelompok, adakah
Apakah sampel kesamaan antar kelompok.
dijelaskan secara rinci? (√
)Ya ( ) Tidak Pengambilan sampel pada penelitian inipada kelompok perlakuan
dengan teknik pengambilan sampel exhaustive sampling sedangkan pada
kelompok kontrol dengan teknik pengambilan sampel menggunakan

purposive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini pada kelompok


Apakah ukuran sampel perlakuan sebesar 43 responden dan pada kelompok kontrol sebesar 35
dibenarkan? respondendan . Sampel pada penelitian ini ditentukan berdasarkan
(√ )Ya ( ) Tidak kriteria inklusi

Jelaskan prosedur etika. Apakah persetujuan berdasarkan informasi


diperoleh?

Pada riset ini tidak disebutkan responden diberikan (informed consent)


OUTCOMES Tentukan frekuensi pengukuran hasil

Apakah hasilnya dapat Penelitian ini adalah case-control sehingga penilaian dilakukan pada
diandalkan? kelompok perlakuan dan kelompok control setelah dilakukan intervensi.
(√ )Ya ( ) Tidak Area Hasil. Buat daftar ukuran yang digunakan
( ) Tidak ditangani
Perawatan diri pada penderita Ya, hasil pengukuran dijelaskan
Apakah ukuran hasilnya kusta dan keluarganya di berdasarkan table. Paguyuban
valid? Harapan Kita efektif terhadap peningkatan dukungan
( )Ya (√ ) Tidak emosional dan dukungan instrumental keluarga, namun
( ) Tidak ditangani tidak efektif terhadap peningkatan dukungan informatif dan
dukungan penghargaan keluarga.

Berikan deskripsi singkat tentang intervensi (fokus, siapa yang


menyampaikannya, seberapa sering, pengaturan). Bisakah intervensi
INTERVENSI direplikasi dalam praktik?
Apakah Intervensi
dijelaskan secara rinci? Kelompok pertama diberi perlakuan yaitu penderita kusta yang
(√ )Ya ( ) Tidak ( mengikuti pelatihan perawatan diri pada tanggal 7 s.d. 10 April 2011
) Tidak ditangani beserta keluarganya. Kelompok yang lain atau kelompok kontrol
Apakah kontaminasi merupakan responden yang tidak mengikuti pelatihan perawatan diri.
dihindari
( )Ya (√ ) Tidak Tindakan pencegahan infeksi tidak dilakukan dan intervensi lain tidak
( ) Tidak ditangani dijelaskan secara detail dan rinci.

Intervensi dapat direplikasikan kedalam praktek di puskesmas lain


sebagai perawatan diri penderita kusta..
HASIL Apa hasilnya? Apakah mereka signifikan secara statistik (mis., P <0,05)?
Hasilnya dilaporkan dalam Jika tidak signifikan secara statistik, apakah cukup besar untuk
ketentuan statistik? (√ )Ya menunjukkan yang penting.
( ) Tidak
( ) Tidak ditangani Perbedaan apakah yang terjadi? Jika ada beberapa hasil, apakah itu
diperhitungkan untuk analisis statistik?
Apakah metode analisisnya
tepat? Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel dukungan emosional
(√ )Ya ( ) Tidak keluarga secara statistik memiliki perbedaan yang signifikan antara
responden yang ikut pelatihan perawatandiri dengan responden yang
( ) Tidak ditangani
tidak ikut pelatihan perawatan diri (p = 0,025; CI95% = 0,118 s.d.
1,713), dimana jumlah responden yang ikut pelatihan perawatan diri dan
Pentingnya klinis mendapatkan dukungan emosional keluarga lebih besar dibandingkan
dilaporkan? responden yang tidak ikut pelatihan perawatan diri.
(√ )Ya ( ) Tidak
( ) Tidak ditangani Apa kepentingan klinis dari hasil? Ada perbedaan di antara keduanya
kelompok yang bermakna secara klinis? (jika ada)

Partisipan yang keluar Secara klinis, tindakan ini dapat direkomendasikan pada pasien sejenis
dilaporkan? tetapi harus mengikuti persyaratan yang dilakukan oleh periset
(√ )Ya ( ) Tidak
( ) Tidak ditangani Apakah ada peserta yang keluar dari penelitian? Mengapa? (Alasan
diberikandan apakah drop-out ditangani dengan tepat?)

Pada riset ini dijelaskan jumlah semula jumlah responden pada


kelompok perlakuan dan kelompok control berjumlah sama 43
responden tetapi pada waktu dilakukan penelitian responden yang
terlibat sebanyak 78 responden, dan yang dropout terjadi pada kelompok
control sebanyak 8 responden dikarenakan sedang kerja diluar kota dan
ada yang sedang sakit keras.

KESIMPULAN DAN Apa yang disimpulkan penelitian ini? Apa implikasi dari hasil ini untuk
IMPLIKASI latihan? Apa keterbatasan atau bias utama dalam penelitian ini?
Kesimpulannya studi yang
diberikan sesuai Perawatan diri pada penderita kusta dan keluarganya di Paguyuban
metode dan hasil (√ ) Harapan Kita efektif terhadap peningkatan dukungan emosional dan
Ya ( ) Tidak dukungan instrumental keluarga, namun tidak efektif terhadap
peningkatan dukungan informatif dan dukungan penghargaan keluarga.
Penelitian ini juga dapat dikembangkan dengan menggunakan anggota
keluarga penderita kusta sebagai respondennya agar mengetahui
dukungan keluarga yang diberikan kepada penderita kusta dari persepsi
keluarga penderita.

Referensi :
Mary Law, Debra Stewart, Nancy Pollock, Lori Letts, Jackie Bosch, Muriel Westmorland, Angela Philpot.
Quantitative Review Form. Evidence-Based Practice Research Group.
Retrieve from https://srs-mcmaster.ca/research/evidence-based-practice-researchgroup/#TIggapIQ

Wulandari, L., Suswardany, D. L., & Firnawati, A. F. (2011). Efektifitas pelatihan perawatan diri
terhadap dukungan emosional dan instrumental keluarga penderita kusta. Jurnal
Keperawatan Soedirman, 6(2), 62-71.

Source: https://srs-mcmaster.ca/research/evidence-based-practice-research-group/#TIggapIQ
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume6, No.2, Juli
2011

EFEKTIFITASPELATIHAN PERAWATAN DIRI TERHADAP DUKUNGAN


EMOSIONAL DAN INSTRUMENTAL KELUARGAPENDERITA KUSTA

Listyorini Wulandari1, Dwi Linna Suswardany2, Artika Fristi


Firnawati3
1,2,3 Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRACT
The leprosy patients in a deform condition arestill many, so that self care is
needed in order to prevent this aggravatingcondition. The aim of this research
was to evaluate theeffectiveness of self care training towards family support
improvement to leprosy patients in Harapan Kita Association, Padas
Subdistrict, Ngawi Regency. This research used pre experiment method with
static group comparation approach. There were treatment group and control
group inthis research. The treatment group were leprosy patients that
attended self care training as many as 43 respondentswhile the group of
control wereleprosy patients that did not attend self care training as many as
35 respondents. Thesamplingmethodfor treatmentgroup wasexhaustive
sampling while for group of control used purposive sampling. The
datawereanalysedusing ttest independent. The result indicated that self care
training was effective for improving emotional support (p= 0.025) and
instrumental support (p= 0.044) of the family. However, it was not effective for
improving informative support (p = 0.792) and appreciation support (p =
0.354) of the family.

Keyword : self caretraining, family support, emotional support, instrumental


support
PENDAHULUAN bahwa penyakit kusta merupakan
Penyakit kusta saat ini penyakit keturunan kutukan Tuhan,
masih menjadi salah satu masalah dan najis. Akibat anggapan yang
kesehatan dunia. Dampak sosial salah ini penderita kusta merasa
terhadap penyakit kusta ini cukup putus asa sehingga tidak tekun
besar sehingga tidak hanya untuk berobat dan melakukan
berdampak pada penderita sendiri, perawatan diri (Zulkifli, 2003).
tetapi juga terhadap keluarga, Penyakit kusta adalah
masyarakat, dan negara. Hal ini penyakit menular, menahun dan
mempengaruhi konsep perilaku disebabkan oleh Mycobacterium
penerimaan penderita terhadap leprae (Depkes RI, 2007) yang
penyakitnya dimana beberapa pertama menyerang saraf tepi,
penderita masih menganggap selanjutnya dapat menyerang kulit,

62
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume6, No.2, Juli
2011

mukosa mulut, saluran napas tahun 2010 (Profil Kesehatan


bagian atas, sistem Provinsi Jawa Timur, 2011). Di
retikuloendotelial, mata, otot, Provinsi Jawa Timur jumlah kasus
tulang, dan testis, kecuali susunan baru kusta tahun 2009 (5.923
saraf pusat (Amirudin dkk, 2003). kasus) ini mengalami peningkatan
Tanda klinisnya muncul bercak- 0,21% jika dibandingkan pada
bercak putih di permukaan kulit tahun 2008 (4.912 kasus) (Depkes
dalam berbagai bentuk, sebagian RI, 2009) yang terdiri dari 4.979
besar berbentuk area yang kasus kusta tipe Multi basilar
berwarna keputihan (mirip panu) (84,06%) dan 944 kasus kusta tipe
dan mati rasa(Soewono, 2009). Pausi basilar (15,94%)
Pada awal tahun 2010 (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
prevalensi kusta di seluruh dunia Prevalensi Rate (PR) kusta tahun
sebanyak 211.903 kasus dan 2010 di Jawa Timur sebesar 1,64
prevalensi ini mengalami per 10.000 penduduk (Profil
penurunan 0,54% dibandingkan Kesehatan Provinsi Jawa
awal tahun 2009 sebanyak 213.036 Timur, 2011). Kabupaten Ngawi
kasus (WHO, 2009). Mayoritas merupakan salah satu daerah di
penderita kusta berasal dari negara Jawa Timur yang memiliki angka
India sebesar 133.717 kasus, penemuan kasus yang tinggi
Brazil 37.610 kasus, dan di dengan Prevalensi Rate (PR)
Indonesia sebanyak 17.260 kasus sebesar 0,5 per 10.000 penduduk.
(WHO, 2010). Pada tahun 2009, di Pada tahun 2010 ditemukan jumlah
Indonesia dilaporkan terdapat penderita baru sebanyak 42 orang
kasus baru tipe Multi basilar (MB) (Dinkes, 2011).
sebanyak 14.227 kasus dan tipe Kejadian kasus baru dan
Pausi basilar (PB) sebanyak 3.033 lama di Paguyuban Harapan Kita
dengan Newly Case Detection Kecamatan Padas hingga bulan
Rate (NCDR) sebesar 7,49 per Agustus tahun 2011 sebesar 125
100.000 penduduk (Kementerian kasus dengan proporsi cacat
Kesehatan RI, 2010). tingkat 2 sebesar 32%. Jumlah
Tingginya jumlah penderita penderita Multi basilar sebesar
kusta di Indonesia hampir tersebar 70,4% dan penderita kusta tipe
di setiap provinsi. Pada tahun 2009 Pausi basilar sebesar 29,6%.
provinsi yang memiliki proporsi Dengan ditemukannya penderita
cacat tingkat 2 tertinggi adalah kusta di Kecamatan Padas maka
Provinsi Jawa Timur dengan timbul pula masalah penderita
proporsi sebesar 10,37% kusta dimana penderita kusta perlu
(Kemeterian Kesehatan Republik melakukan upaya pencegahan
Indonesia, 2010). Proporsi tersebut kecacatan agar tidak memperburuk
meningkat menjadi 13% pada keadaan bahkan timbul adanya

63
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume6, No.2, Juli
2011

kecacatan baru. Salah satu upaya Muhammadiyah Surakarta dan


pencegahan dapat dilakukan peneliti dilaksanakan pada tanggal
dengan perawatan diri penderita 7 s.d. 10 April 2011 dengan
kusta. peserta penderita kusta dan
Menurut Firnawati (2010), didampingi oleh satu anggota
perawatan diri memiliki hubungan keluarga, sehingga keluarga
yang signifikan terhadap tingkat mengetahui perawatan diri yang
kecacatan penderita kusta di harus dilakukan oleh penderita
Puskesmas Padas Kabupaten penyakit kusta. Dari kegiatan
Ngawi. Penderita kusta di tersebut diharapkan keluarga
Puskesmas Padas Kabupaten mampu mendukung upaya
Ngawi banyak melakukan perawatan diri penderita kusta.
perawatan diri secara tidak tepat Peran keluarga sangat penting
disebabkan oleh penderita yang untuk setiap aspek perawatan
malas melakukan perawatan diri, anggota keluarga, terutama pada
melakukan perawatan diri tidak upayakuratif (pengobatan). Apabila
secara menyeluruh, tidak ada anggota keluarga yang sakit,
memeriksa diri sendiri secara rutin keluarga juga akan memperhatikan
ada tidaknya luka setelah individu tersebut secara total dan
melakukan kegiatan, dan hanya memberikan perawatan yang
melakukan perawatan diri apabila dibutuhkan untuk mencapai
terdapat luka saja. Menurut Afandi keadaan sehat sampai tingkat
(2010), sebesar 72,9% penderita optimum. Bentuk dukungan yang
kusta di Kabupaten Ngawi diberikan oleh keluarga adalah
mendapatkan dukungan keluarga semangat, motivasi, pemberian
dengan baik. Peran keluarga ini nasihat, atau mengawasi tentang
berhubungan dengan upaya pengobatan.
pencegahan kecacatan dimana Menurut Moksin (2010),
penderita dengan dukungan terdapat empat jenis dukungan
anggota keluarga yang baik keluarga, yaitu dukungan
melakukan upaya pencegahan emosional, dukungan
sebanyak 54,2%. Dengan instrumental, dukungan informatif,
demikian, perlu adanya pelatihan dan dukungan penghargaan.
perawatan diri terhadap penderita Dukungan emosional keluarga
kusta dan keluarganya di dimana keluarga sebagai tempat
Paguyuban Harapan Kita, yang aman dan damai untuk
Kecamatan Padas, Kabupaten istirahat dan pemulihan serta
Ngawi. membantu penguasaan terhadap
Pelatihan perawatan diri emosi meliputi ungkapan empati,
yang dilakukan oleh tim Program kepedulian, dan perhatian terhadap
Kreativitas Mahasiswa Universitas penderita dalam perawatan diri.
Dukungan instrumental keluarga

64
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume6, No.2, Juli
2011

dimana keluarga merupakan melalui wawancara dan observasi.


sumber pertolongan praktis dan Pada tahapan result (hasil)
konkrit yang mencakup bantuan mengukur dampak pelatihan
langsung seperti dalam bentuk terhadap pelatihan yang telah
uang, peralatan, waktu maupun diberikan. Pada tahapan ini
modifikasi lingkungan. Dukungan mengukur peningkatan pada diri
informatif keluarga dimana individu setelah mendapatkan
keluarga berfungsi sebagai sebuah pelatihan. Penelitian ini bertujuan
kolektor dan penyebar informasi untuk mengevaluasi keefektifan
tentang dunia mencakup memberi pelatihan perawatan diri terhadap
nasihat, petunjukpetunjuk, sarana- peningkatan dukungan keluarga
sarana atau umpan balik. penderita kusta di Paguyuban
Dukungan penghargaan keluarga Harapan Kita Kecamatan Padas
dimana keluarga bertindak sebagai Kabupaten Ngawi. Dukungan
sebuah bimbingan umpan balik, keluarga dilihat dari besarnya
membimbing dan menengahi dukungan emosional, instrumental,
pemecahan masalah informatif, dan dukungan
(menambah penghargaan diri). penghargaan keluarga yang
Menurut Widodo (2004), dirasakan oleh penderita kusta.
keefektifan pelatihan dapat diukur
dalam empat tahapan, yaitu METODEPENELITIAN
reaction, learning, behaviour, dan Penelitian ini merupakan
result. Pada tahapan reaction penelitian pra eksperimental
(reaksi) ini dilakukan evaluasi dengan rancangan penelitian Static
reaksi dan pendapat dari peserta Group Comparison, dimana
mengenai pelatihan dan rancangan penelitian ini
pembelajaran yang mereka terima menggunakan dua kelompok
yang dapat diukur melalui isian subjek yang tidak dilakukan secara
hasil kuesioner yang dibagikan random. Kelompok pertama diberi
setelah pelatihan. Pada tahapan perlakuan yaitu penderita kusta
learning (belajar) bertujuan untuk yang mengikuti pelatihan
mengukur pengetahuan setelah perawatan diri pada tanggal 7 s.d.
berakhirnya masa pelatihan dan 10 April 2011 beserta keluarganya.
bisa dilakukan sebelum dan Kelompok yang lain atau kelompok
kontrol merupakan responden yang
setelah pelatihan, yakni bisa
tidak mengikuti pelatihan
melalui wawancara maupun
perawatan diri. Jumlah sampel
observasi. Pada tahapan
pada kelompok perlakuan sebesar
behaviour (perilaku) yaitu
43 responden dengan teknik
mengevaluasi perilaku yang
pengambilan sampel exhaustive
dilaksanakan setelah pelatihan sampling sedangkan jumlah
berlangsung dan bisa diukur sampel pada kelompok kontrol

65
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume6, No.2, Juli
2011

sebesar 35 responden dengan 2011, berselang lima bulan dari


teknik pengambilan sampel pelaksanaan pelatihan guna
menggunakan purposive sampling memberi waktu pada keluarga
dari total populasi kelompok kontrol untuk memberi dukungan pada
sebesar 78 responden yang tidak penderita kusta setelah mengikuti
mengikuti pelatihan. Semula pelatihan.
kelompok kontrol direncanakan
berjumlah sama dengan kelompok HASILDAN BAHASAN
perlakuan, namun karena saat Responden penelitian ini
penelitian berlangsung banyak adalah penderita kusta yang
penderita yang sedang bekerja di sebagian besar berjenis kelamin
luar kota dan atau sedang sakit laki-laki (69,2%), bekerja sebagai
keras maka tidak dapat menjadi petani (78,2%), berpendidikan
responden dalam penelitian ini. tamat SD atau sederajat (51,3%)
Instrumen penelitian menggunakan yang menderita kusta tipe Multi
kuesioner yang telah diuji validitas basilar (74,4%) dengan tingkat
dan reliabilitasnya, sedangkan kecacatan terbanyak adalah
analisis data dilakukan adalah tingkat 0 (46,2%). Hasil
menggunakan uji t-test analisis univariat selengkapnya
independent. Penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 1.
dilakukan pada bulan September
Dukungan emosional dukungan emosional keluarga dan
dinilai berdasarkan jumlah responden yang tidak
Dukungan Ya
0,025 0.916 0.400 0,118 1,713
emosional Tidak
Dukungan Ya
0,044 0,441 0,215 0,012 0,869
instrumental Tidak
Dukungan Ya
0,792 -0,098 0,369 -0,832 0,637
informatif Tidak
Dukungan Ya
0,145 N 0,696% N
0,473 -0,25% 1,639
penghargaan Tidak
Dukungan emosional
ungkapan 39 50 39 50
Dukungan
empati, instrumental
kepedulian, 57
dan perhatian 73,1 21 26,9
Dukungan informative 48 61,5 30 38,5
Dukungan penghargaan 33 42,3 45 57,7
keluarga terhadap perawatan diri mendapatkan dukungan emosional
responden. Hasil penelitian keluarga dalam perawatan diri
menunjukkan secara umum, jumlah memiliki persentase yang sama
responden yang mendapatkan yaitu 50%. Dukungan instrumental
Tabel 1.Gambaran Dukungan Keluarga terhadap Penderita Kusta
Dukungan keluarga Tidak Mendukung Mendukung

66
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume6, No.2, Juli
2011

keluarga dinilai berdasarkan (61,5%). Dukungan penghargaan


bantuan uang, peralatan, dan keluarga dinilai berdasarkan
waktu yang diberikan keluarga umpan balik keluarga
terhadap perawatan diri responden. terhadap perawatan diri responden
Dukungan informatif keluarga dengan hasil penelitian sebesar
dinilai berdasarkan pemberian 57,7% responden mendapatkan
informasi, nasihat, maupun dukungan penghargaan keluarga.
petunjuk dari keluarga terhadap Hasil analisis bivariat
perawatan diri responden. Hasil menggunakan t-test independent
penelitian menunjukkan sebagian dukungan keluarga terhadap
besar responden tidak pelatihan perawatan diri responden
mendapatkan dukungan dapat dilihat dalam Tabel 2.
instrumental keluarga (73,1%)
dan dukungan informatif keluarga
Hasil uji t-test independent Berdasarkan hasil tersebut maka
menunjukkan bahwa nilai signifikan dapat disimpulkan bahwa pelatihan
dukungan emosional keluarga perawatan diri tidak efektif
sebesar 0,025 dan dukungan terhadap peningkatan dukungan
instrumental keluarga sebesar informatif keluarga dan dukungan
0,441 maka terdapat adanya penghargaan keluarga.
perbedaan dukungan emosional
keluarga dan dukungan Keefektifan Pelatihan Perawatan
instrumental keluarga antara Diri terhadap Peningkatan
responden yang ikut pelatihan Dukungan Emosional Keluarga
dengan responden yang tidak ikut pada Penderita Kusta di
pelatihan perawatan diri. Paguyuban Harapan Kita
Berdasarkan hasil tersebut maka Hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa pelatihan menunjukkan bahwa variabel
perawatan diri efektif terhadap dukungan emosional keluarga
peningkatan dukungan emosional secara statistik memiliki
keluarga dan dukungan perbedaan yang signifikan
instrumental keluarga. Nilai antara responden yang ikut
signifikan pada dukungan informatif pelatihan perawatan diri dengan
keluarga sebesar 0,792 dan pada responden yang tidak ikut pelatihan
dukungan penghargaan keluarga perawatan diri (p = 0,025; CI95%=
sebesar 0,145, maka tidak terdapat 0,118 s.d. 1,713), dimana jumlah
perbedaan dukungan informatif responden yang ikut pelatihan
keluarga dan dukungan perawatan diri dan mendapatkan
penghargaan keluarga antara dukungan emosional keluarga lebih
responden yang ikut pelatihan besar dibandingkan responden
dengan responden yang tidak ikut yang tidak ikut pelatihan perawatan
pelatihan perawatan diri. diri. Dengan demikian dapat

67
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume6, No.2, Juli
2011

disimpulkan bahwa pelatihan tentang kusta memiliki hubungan


perawatan diri efektif meningkatkan yang bermakna dengan proses
dukungan emosional keluarga penyembuhan penderita kusta.
terhadap perawatan diri penderita Meningkatnya pengetahuan
kusta di Paguyuban Harapan Kita. keluarga setelah mengikuti
Anggota keluarga yang ikut pelatihan perawatan diri dalam
mendampingi penderita kusta penelitian ini juga menimbulkan
dalam pelatihan perawatan diri dukungan emosional bagi
memberikan dukungan secara penderita kusta. Estiningsih (2006)
emosional terhadap perawatan diri juga menyimpulkan ada hubungan
penderita kusta, meliputi peran keluarga dengan perawatan
pemberian semangat, motivasi, diri dalam upaya pencegahan
mengingatkan, dan ungkapan kecacatan penderita kusta di
kepedulian terhadap penderita Puskesmas Kalinyamatan
kusta di Paguyuban Harapan Kita Kabupaten Jepara.
untuk tetap melakukan perawatan
diri secara tepat dan teratur. Hasil Keefektifan Pelatihan Perawatan
pelatihan perawatan diri oleh Diri terhadap Dukungan
peneliti dan Pratiwi dkk (2011) Instrumental
menunjukkan bahwa satu bulan Hasil penelitian
setelah pelatihan dilakukan, 72% menunjukkan bahwa variabel
anggota keluarga memiliki nilai dukungan instrumental keluarga
pengetahuan tentang penyakit secara statistik memiliki
kusta di atas rata-ratanya dan 56% perbedaan yang signifikan
anggota keluarga menyatakan antara responden yang ikut
mendukung untuk mengingatkan pelatihan perawatan diri dengan
penderita melakukan perawatan responden yang tidak ikut pelatihan
diri. Semua anggota keluarga baru perawatan diri (p = 0,044; CI95%=
pertama kali mengikuti pelatihan 0,012 s.d. 0,869), dimana jumlah
perawatan diri. Setelah mengetahui responden yang ikut pelatihan
pentingnya perawatan diri pada perawatan diri dan mendapatkan
penderita kusta ini maka keluarga dukungan instrumental keluarga
pendeita kusta kemungkinan lebih besar dibandingkan
terdorong untuk mendukung responden yang tidak ikut pelatihan
keberhasilan pengobatan kusta perawatan diri. Anggota keluarga
pada penderita, yang salah responden yang ikut pelatihan
satunya dengan mengingatkan perawatan diri menemani,
penderita untuk rutin dan tepat membantu menyiapkan
dalam melakukan perawatan diri. perlengkapan perawatan diri, dan
Mukhlis (2010) menyimpulkan pula membantu menyediakan
bahwa tingkat pengetahuan perlengkapan perawatan diri
penderita kusta. Hal ini dipengaruhi

68
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume6, No.2, Juli
2011

oleh sikap dan pengetahuan berbeda yaitu sama-sama tidak


anggota keluarga terhadap mendapatkan dukungan keluarga,
perawatan diri penderita kusta. meliputi dukungan berupa
Penelitian Affandi (2010) pemberian informasi perawatan
menyimpulkan bahwa ada diri, petunjuk dan cara-cara
hubungan yang signifikan antara perawatan diri penderita kusta.
peran keluarga dengan upaya Persamaan pemberian dukungan
pencegahan kecacatan penderita informatif keluarga terjadi karena
kusta di Kabupaten Ngawi, dimana anggota keluarga yang ikut serta
penderita dengan dukungan dalam pelatihan perawatan diri
anggota keluarga yang baik akan baru pertama kali mendapatkan
melakukan upaya pencegahan pengetahuan tentang perawatan
dengan baik pula. Adanya diri kusta. Hasil penelitian ini tidak
perbedaan dalam pemberian sejalan dengan Pratiwi dkk (2011),
dukungan instrumental keluarga dimana hasil pengetahuan anggota
antara responden yang ikut keluarga terhadap perawatan diri
pelatihan dengan responden yang 72% di atas rata-ratanya. Hal ini
tidak ikut pelatihan perawatan diri dapat terjadi karena anggota
menunjukkan keefektifan pelatihan keluarga masih mengingat materi
perawatan diri terhadap dukungan tentang perawatan diri setelah
instrumental keluarga penderita sebulan berselang dari
kusta di Paguyuban Harapan Kita. pelaksanaan pelatihan, namun
setelah lima bulan berselang dari
Keefektifan Pelatihan Perawatan pelatihan (saat penelitian ini
Diri terhadap Peningkatan dilakukan) pengetahuan tentang
Dukungan perawatan diri mereka sudah
Informatif berkurang.
Hasil penelitian Menurut Japardi ( 2002),
menunjukkan bahwa variabel ingatan dibedakan menjadi ingatan
dukungan informatif keluarga jangka pendek (short term
secara statistik tidak memiliki memory) dan ingatan jangka
perbedaan yang signifikan antara panjang (long term memory).
responden yang ikut pelatihan Ingatan jangka pendek merupakan
perawatan diri dengan responden suatu proses aktif yang
yang tidak ikut pelatihan perawatan berlangsungnya terbatas dan
diri (p = 0,792; CI95%= -0,832 s.d. bersifat sementara sedangkan
0,637). Hal ini menunjukkan bahwa ingatan jangka panjang dihasilkan
jumlah responden yang ikut oleh perubahan struktural pada
pelatihan maupun tidak ikut sistem saraf yang terjadi karena
pelatihan perawatan mendapatkan aktifasi berulang. Dari teori tersebut
dukungan informatif yang tidak jauh dapat disimpulkan pelatihan

69
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume6, No.2, Juli
2011

perawatan diri meningkatkan yang tidak ikut pelatihan perawatan


pengetahuan anggota keluarga diri (p = 0,145; CI95%= -0,246 s.d.
yang bersifat sementara karena 1,639). Hal ini menunjukkan jumlah
baru pertama kali mendapatkan responden yang ikut dan
materi penyuluhan dan pelatihan responden yang tidak ikut dalam
perawatan diri. Pengetahuan pelatihan perawatan diri
tersebut dapat ditingkatkan jika mendapatkan dukungan
anggota keluarga diberikan penghargaan yang sama dari
pelatihan yang berkelanjutan dan anggota keluarganya. Dengan kata
berulang. Pembina Paguyuban lain, pelatihan ini tidak efektif
Harapan Kita memberikan terhadap peningkatan dukungan
penyuluhan bulanan kepada penghargaan keluarga kepada
penderita tentang perawatan diri penderita kusta.
penderita kusta yang tepat, namun Dukungan penghargaan
tidak bagi keluarga penderita kusta. yang diberikan keluarga ini
Oleh karena itu komunikasi dan tergantung dari sikap individu
edukasi terhadap keluarga masing-masing keluarga tersebut.
penderita kusta dapat dilakukan Dalam pelatihan perawatan diri
melalui media pembagian leaflet, yang dilakukan dalam penelitian ini
buku saku, siaran radio, maupun memang tidak mengajarkan
video tentang perawatan diri bagaimana cara memberikan
penderita kusta sehingga baik dukungan penghargaan terhadap
penderita maupun keluarga di penderita, namun dalam pelatihan
rumah mampu mengakses ini diberikan materi yang
informasi tentang perawatan diri menekankan harapan pada
penderita kusta ini dan pada keluarga untuk ikut serta
akhirnya dapat selalu mendukung mendukung perawatan diri
penderita kusta untuk melakukan penderita kusta tersebut. Penelitian
perawatan diri dengan tepatdan ini tidak sejalan dengan penelitian
teratur. Widyastuti (2008) di Rawat Inap
RSUD Tugurejo dimana penelitian
Keefektifan Pelatihan Perawatan tersebut menyimpulkan terdapat
Diri terhadap Dukungan hubungan yang bermakna antara
Penghargaan Keluarga dukungan keluarga dengan harga
Hasil penelitian diri penderita kusta. Dukungan
menunjukkan bahwa variabel penghargaan keluarga ini meliputi
dukungan penghargaan keluarga dukungan yang diberikan keluarga
secara statistik tidak memiliki dalam umpan balik keluarga dan
perbedaan yang signifikan antara pemberian rasa nyaman serta
responden yang ikut pelatihan aman dalam melakukan perawatan
perawatan diri dengan responden diri penderita. Dari hasil penelitian

70
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume6, No.2, Juli
2011

ini, responden sama-sama penderita kusta sebagai


mendapatkan rasa percaya diri dan respondennya agar mengetahui
nyaman yang tinggi dari keluarga dukungan keluarga yang diberikan
dalam melakukan perawatan diri. kepada penderita kusta dari
persepsi keluarga penderita.
SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan yang dapat DAFTAR PUSTAKA
diambil dari penelitian ini adalah Afandi, A. 2010. Analisis Faktor
bahwa pelatihan perawatan diri yang Berhubungan dengan
pada penderita kusta dan Upaya
keluarganya di Paguyuban Pencegahan Kecacatan
Harapan Kita efektif terhadap Penderita Kusta di
peningkatan dukungan emosional Kabupaten Ngawi
dan dukungan instrumental (Skripsi). Surakarta:
keluarga, namun tidak efektif Fakultas Ilmu Kesehatan
terhadap peningkatan dukungan Universitas
informatif dan dukungan Muhammadiyah
penghargaan keluarga. Pembina Surakarta.
Paguyuban Harapan Kita yang Amiruddin, M. D., Zainal, H., Emil,
berdinas di Puskesmas Padas D. 2003. Diagnosis Penyakit
Kabupaten Ngawi diharapkan Kusta. Dalam Daili, E. S. S.,
dapat memberikan komunikasi dan Sri, L. M., Srie, P. I., Hanny,
edukasi bagi keluarga penderita N (ed). Kusta. Jakarta:
kusta agar keluarga dapat Fakultas Kedokteran
memberikan dukungan informatif Universitas Indonesia.
pada penderita. Media yang Depkes RI. 2007. Buku Pedoman
digunakan dapat berupa pemberian Nasional
leaflet, pemberian buku saku, Pengendalian Kusta.
siaran radio, maupun video Jakarta: Depkes RI, Dirjen
perawatan diri kusta disesuaikan P2PL.
dengan kemampuan membaca dan Depkes RI. 2009. Profil Kesehatan
kepemilikan radio maupun video Indonesia 2008. Jakarta:
player. Peneliti lain dapat Departemen Kesehatan RI.
menggunakan metode eksperimen Dinkes. 2011. Data Pokok
murni atau cohort prospektif agar Penemuan Penderita
mendapatkan jawaban yang kuat Baru Lima Tahun
tentang keefektifan pelatihan Terakhir. Ngawi: Dinas
perawatan diri terhadap dukungan Kesehatan Kabupaten
keluarga. Penelitian ini juga dapat Ngawi.
dikembangkan dengan Dinkes Provinsi Jawa Timur. 2011.
menggunakan anggota keluarga Profil

71
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume6, No.2, Juli
2011

Kesehatan Provinsi Jawa Kementrian Kesehatan RI. 2010.


Timur Tahun 2010. Jawa Profil
Timur: Dinas Kesehatan Kesehatan Indonesia Tahun
Provinsi Jawa Timur. 2009. Jakarta: Kementrian
Estiningsih, Y. 2006. Faktor-Faktor Kesehatan RI.
yang Berhubungan dengan Mukhlis. 2010. Hubungan
Perawatan Diri dalam Pengetahuan dan Sikap
Upaya Pencegahan Keluarga dengan Proses
Kecacatan Penderita Kusta Penyembuhan Penderita
di Puskesmas Kalinyamatan Kusta di Kabupaten
Kabupaten Jepara (Skripsi). Bengalis Riau tahun 2010
Medan: Fakultas Kesehatan (Skripsi). Medan:
Masyarakat Universitas Fakultas Kesehatan
Sumatra Utara. Masyarakat Universitas
Firnawati, A. F. 2010. Analisis Sumatra Utara.
Faktor Pratiwi, Q., Nasrudin, P., Bherta E.
Risiko Tingkat Kecacatan A. 2011. Pelatihan
pada Penderita Kusta di Keterampilan Merawat Diri
Puskesmas pada Penderita Kusta dan
Padas Kabupaten Ngawi Keluarganya di Wilayah
Kerja Puskesmas
(Skripsi).
Kecamatan Padas
Surakarta: Fakultas Ilmu
Kabupaten Ngawi Jawa
Kesehatan Universitas
Timur. Surakarta: Fakultas
Muhammadiyah Surakarta.
Ilmu Kesehatan
Japardi, I. 2002. Learning and Universitas
Memory. Medan: Fakultas Muhammadiyah Surakarta.
Kedokteran Bagian Bedah
Soewono, J. P. H. 2009. Lepra
Universitas
Siapa
Sumatra Utara.
Takut? (Apakah Kusta
Moksin, M. K. 2010. Hubungan
Penyakit Kutukan). Bekasi:
antara Dukungan
Yayasan
Keluarga dengan
Pemanfaatan Puskesmas Transformasi Lepra
dalam Indonesia.
Pengobatan di Desa Widodo, T. 2004. Analisis
Gondangmanis Kecamatan Pengaruh Faktor Situasional
Bae Kabupaten Kudus dan Faktor Individual
(Skripsi). Semarang: terhadap Pelatihan
Fakultas Keperawatan Perawatan Diri (Thesis).
Universitas Semarang: Universitas
Muhammadiyah Semarang. Diponegoro.

72
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume6, No.2, Juli
2011

Widyastuti, S. 2008. Hubungan


antara Dukungan Keluarga
dengan Harga Diri
Penderita Kusta di Rawat
Inap
RSUD Tugurejo (Skripsi).
Semarang: Fakultas Ilmu
Keperawatan dan
Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang.
World Health Organization. 2009.
Global
Leprosy Situation 2009.
Weekly Epidemiological
Record. No. 33, 2009, 84,
333-340.
World Health Organization. 2010.
Global
Leprosy Situation 2010.
Weekly Epidemiological
Record. No. 35, 2010, 85,
337-348.
Zulkifli. 2003. Penyakit Kusta dan
Masalah yang
Ditimbulkannya. Sumatra
Utara: Fakultas
Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatra Utara.

73

Anda mungkin juga menyukai