HORMON TYROID
Disusun Oleh :
Puja dan puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatnya kami
dapat menyelesaikan tugas farmakologi ini tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa tugas ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami selalu membuka
diri untuk menerima kritik, saran atau masukan-masukan yang membangun agar makalah ini
menjadi lebih sempurna.
Kami berharap tugas ini bisa bermanfaat bagi para pembaca khususnya mahasiswa STIKes Bina
Sehat PPNI Mojokerto sebagaimana tujuan kami. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan................................................................................................... 15
3.2 Saran............................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kerja kelenjar tiroid ini dipengaruhi oleh kecukupan asupan iodium. Defisiensi
hormon tiroid ini dapat menimbulkan gangguan tertentu yang spesifik. Cretinism, misalnya,
yang ditandai dengan gangguan pertumbuhan dibawah normal disertai dengan retardasi
mental merupakan akibat dari hormon tiroid yang inadekuat pada saat perkembangan janin.
Kekurangan asupan yodium yang biasanya terjadi pada daerah goiter (gondok) endemis
banyak terjadi karena defisiensi yodium menyebabkan hipotiroidisme sehingga
mengakibatkan pembengkakan kelenjar.
1
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Hormon tiroid (bahasa Inggris: thyroid hormone, TH) adalah klasifikasi hormon yang
mengacu pada turunan senyawa asam amino tirosina yang disintesis oleh kelenjar tiroid
dengan menggunakan yodium. Terdapat dua jenis hormon dari klasifikasi ini yaitu tetra-
iodotironina dan tri-iodotironina. Kedua jenis hormon ini mempunyai peran yang sangat vital
di dalam metabolisme tubuh.
Istilah hormon tiroid juga sering digunakan untuk merujuk pada asupan senyawa
organik pada terapi hormonal berupa levotikroksin, atau isoform terkait; meskipun terhadap
dua hormon tiroid yang lain yaitu CT, dan PTH
Untuk menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid memerlukan yodium, yaitu suatu
eleman yang terdapat di dalam makanan dan air. Kelenjar tiroid menangkap yodium dan
mengolahnya menjadi hormon tiroid. Setelah hormon tiroid digunakan, beberapa yodium di
dalam hormon kembali ke kelenjar tiroid dan didaur-ulang untuk kembali menghasilkan
hormon tiroid. Tubuh memiliki mekanisme yang rumit untuk menyesuaikan kadar hormon
tiroid.
3
Hipotalamus (terletak tepat di atas kelenjar hipofisa di otak) menghasilkan thyrotropin-
releasing hormone, yang menyebabkan kelenjar hipofisa mengeluarkan thyroid-stimulating
hormone (TSH). Sesuai dengan namanya, TSH ini merangsang kelenjar tiroid untuk
menghasilkan hormon tiroid. Jika jumlah hormon tiroid dalam darah mencapai kadar tertentu,
maka kelenjar hipofisa menghasilkan TSH dalam jumlah yang lebih sedikit; jika kadar
hormon tiroid dalam darah berkurang, maka kelenjar hipofisa mengeluarkan lebih banyak
TSH. Hal ini disebut mekanisme umpan balik.
2.2.1 Tirosin adalah suatu asam amino yang disintesis oleh sel – sel tubuh dalam jumlah
yang cukup. Molekul – molekul tirosin yang diambil dari plasma kemudian masuk ke dalam
koloid dan terikat pada molekul tiroglobulin. Tiroglobulin disintesis oleh reticulum
endoplasma sel folikel yang kemudian disekresikan ke dalam koloid secara eksositosis.
Hormone tiroksin yang dihasilkan adalah hasil iodinisasi molekul tirosin yang terikat pada
tiroglobulin. Untuk dapat melakukan iodinisasi, diperlukan molekul iodium yang aktif.
2.2.2 Molekul iodium aktif berasal dari iodide yang diambil melalui proses transport aktif
yang memerlukan energi.
Proses pengambilan iodida secara aktif tersebut dikenal dengan proses idodida
trapping. Iodide yang telah ditangkap akan dioksidasi oleh enzim peroksida menjadi iodium
aktif sebelum berkonjugasi dengan gugus terminal tirosin-tiroglobulin. Proses ini
menggunakan suatu simporter atau pompa iodida yang disebut simporter NA+/I- (NIS) yang
mengangkut Na+ dan I- ke dalam sel melawan gradient elektrokimia untuk I.
Gugus tirosin yang menempel pada tiroglobulin di dalam koloid segera mengikat molekul –
molekul iodium (iodinisasi) :
Proses iodinisasi tiroglobulin-tirosin ini dikatalisis oleh enzim peroksidase tiroid dan dapat
dihambat oleh zat – zat kimia seperti tiourea dan propiltiourasil
4
Sintesis hormone kelenjar tiroid di atas dirangsang oleh TSH. Dalam tiroid manusia
normal, distribusi rata – rata senyawa beriodium adalah 23% MIT, 33% DIT, 35% T4, dan
7% T3. Sedangkan RT3 dan komponen lain hanya terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit.
1. Tiroksin (T4), merupakan bentuk yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid, hanya memiliki
efek yang ringan terhadap kecepatan metabolisme tubuh.
2. Tiroksin dirubah di dalam hati dan organ lainnya ke dalam bentuk aktif, yaitu tri-iodo-
tironin (T3).
Perubahan ini menghasilkan sekitar 80% bentuk hormon aktif, sedangkan 20% sisanya
dihasilkan oleh kelenjar tiroid sendiri.
Perubahan dari T4 menjadi T3 di dalam hati dan organ lainnya, dipengaruhi oleh berbagai
faktor, diantaranya kebutuhan tubuh dari waktu ke waktu.
Sebagian besar T4 dan T3 terikat erat pada protein tertentu di dalam darah dan hanya aktif
jika tidak terikat pada protein ini. Dengan cara ini, tubuh mempertahankan jumlah hormon
tiroid yang sesuai dengan kebutuhan agar kecepatan metabolisme tetap stabil.
4. Efek kronotropik dan Inotropik terhadap jantung yaitu menambah kekuatan kontraksi
otot dan menambah irama jantung.
5
Tirokalsitonin mempuyai jaringan sasaran tulang dengan fungsi utama menurunkan
kadar kalsium serum dengan menghambat reabsorpsi kalsium I tulang. Faktor utama yang
mempengaruhi sekresi kalsitonin adalah kadar kalsium serum. Kadar kalsium serum rendah
akan menekan pengeluaran tirokalsitonin dan sebaliknya peningkatan kalsium serum akan
merangsang pengeluaran tirokalsitonin. Faktor tamabahan adalah diet kalsium dan sekresi
gastrin di lambung.
Agar kelenjar tiroid berfungsi secara normal, maka berbagai faktor harus bekerjasama secara
benar:
1) hipotalamus
2) kelenjar hipofisa
3) hormon tiroid (ikatannya dengan protein dalam darah dan perubahan T4 menjadi
T3 di dalam hati serta organ lainnya).
1) Triodotironin
2) Tiroksin
3) Kalsitonin
Triodotironin dan Tiroksin mengatur laju metabolisme dengan cara mengalir bersama
darah dan memicu sel untuk mengubah lebih banyak glukosa.
Jika Tiroid mengeluarkan terlalu sedikit Triodotironin dan Tiroksin, maka tubuh akan
merasa kedinginan, letih, kulit mengering dan berat badan bertambah. Sebaliknya jika terlalu
banyak, tubuh akan berkeringat, merasa gelisah, tidak bisa diam dan berat badan akan
berkurang.
Sebuah sistem yang sangat maju dan teratur telah diciptakan untuk mengatur jumlah tiroksin
yang dilepaskan. Pelepasan tiroksin terjadi lagi sebagai hasil rantai perintah sekumpulan sel
tak sadar yang disusun dalam hirarki yang amat tertib.
6
Saat tiroksin dilepaskan, otak sistem hormonal - hipotalamus -mengirimkan sebuah perintah
(TRH, hormon pelepas tiroid) ke kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid, sebagai titik akhir rantai
perintah ini, segera menanggapi dengan melepaskan tiroksin dan menyebarkannya ke seluruh
tubuh melalui darah.
Saat jumlah tiroksin dalam darah naik di atas normal, hormon tiroksin mempengaruhi
kelenjar pituitari dan terkadang langsung ke hipotalamus: kelenjar ini mengurangi kepekaan
kelenjar pituitari terhadap hormon TRH.
Fungsi hormon TRH adalah mengaktifkan kelenjar pituitari agar mengirimkan perintah
(berbentuk hormon TSH) ke kelenjar tiroid. Perintah ini adalah titik kedua dalam rantai
perintah produksi hormon tiroksin.
Sistem ini dirancang begitu rumit sehingga kelebihan tiroksin mengambil tindakan amat
cerdas agar sumber-sumber yang menghasilkan hormon ini tak membuat terlalu banyak, serta
campur tangan dan menghambat rantai perintah yang dibangun untuk menghasilkan dirinya.
Dengan cara ini, saat tiroksin di dalam darah meningkat di atas normal, produksinya otomatis
dihentikan
Jumlah tiroksin yang dilepaskan ditentukan oleh sistem menakjubkan yang telah kami
gambarkan di atas. Namun, di samping semua ini, ada sistem menakjubkan lainnya yang
menjaga agar jumlah tiroksin dalam darah mantap di masa genting.
Molekul tiroksin dilepaskan oleh kelenjar tiroid ke dalam darah dan harus segera menempel
ke molekul yang dirancang khusus untuk mengangkutnya dalam darah. Saat menempel pada
molekul ini, molekul tiroksin tak dapat menjalankan fungsinya. Dari ribuan molekul tiroksin,
hanya sedikit yang beredar bebas dalam darah. Hanya sekitar empat dari sepuluh ribu
molekul tiroksin yang mempengaruhi keepatan metabolisme dalam sel.
Setelah molekul tiroksin bebas memasuki sel-sel yang dituju, molekul tiroksin lainnya yang
melepaskan diri dari molekul pembawanya menggantikan. Molekul-molekul pembawa
bekerja sebagai tangki penyimpanan untuk memastikan bahwa tersedia cukup tiroksin bila
dibutuhkan.
Kita telah melihat betapa cermat pengelolaan keseimbangan jumlah tiroksin yang dibutuhkan
untuk mempengaruhi sel-sel ini dan masalah-masalah kesehatan yang timbul jika jumlah itu
7
naik atau turun. Keseimbangan yang teliti ini melibatkan kadar empat molekul bebas dari
sepuluh ribu molekul tiroksin terikat.
Hormon tiroid berfungsi menstimulasi metabolisme dari sel-sel tubuh. Tapi ada kalanya
jumlah hormon ini tidak sesuai dengan yang dibutuhkan. Apa saja tanda-tanda kelebihan dan
kekurangan hormon tiroid?
Tiroid adalah kelenjar yang terletak di leher bagian depan yang berbentuk seperti kupu-kupu
dan seringkali mudah untuk diraba. Gangguan yang terjadi pada kelenjar ini bisa akibat
ukurannya atau produksi hormonnya yang tidak seimbang.
Produksi hormon yang tidak seimbang ini bisa diakibatkan oleh kelebihan hormon tiroid
(hipertiroid) atau kekurangan hormon tiroid (hipotiroid). Gangguan hormonal ini bisa terjadi
seumur hidup, meski pada saat-saat tertentu kadar hormonnya bisa kembali normal tapi tidak
ada yang tahu penyebab gangguan hormon tersebut muncul kembali.
Gangguan tiroid lebih banyak dialami oleh perempuan dibanding laki-laki (bisa sampai 5-7
kali lipat) dan mewakili sebagian besar penyakit endokrin atau yang berhubungan dengan
hormon.
Untuk mengetahui apakah seseorang memiliki hipotiroid atau hipertiroid biasanya dilakukan
tes darah dengan mengetahui jumlah dari hormon T3 (triiodothyronine), T4 (thyroxine) dan
TSH (Thyroid Stimulating Hormone).
Berikut ini gejala yang muncul jika tubuh kelebihan atau justru kekurangan hormon tiroid, seperti
dikutip dari Thyroid.about.com, Rabu (24/8/2011) yaitu:
Hipertiroidisme Hipotiroidisme
Denyut jantung yang cepat Denyut nadi yang lambat
Tekanan darah tinggi Suara serak
Kulit lembat dan berkeringat banyak Berbicara menjadi lambat
Gemetaran Alis mata rontok
Gelisah Kelopak mata turun
Nafsu makan bertambah disertai penambahan Tidak tahan cuaca dingin
berat badan
Sulit tidur Sembelit
Sering buang air besar dan diare Penambahan berat badan
Lemah Rambut kering, tipis ,kasar
Kulit diatas tulang kering menebal dan Kulit kering, bersisik, tebal, kasar,
menonjol Kulit diatas tulang kering menebal dan
menonjol
Mata membengkak memerah dan menonjol Sindroma terowongan karpal
8
Mata peka terhadap cahaya Kebingungan
Mata seakan menatap Depresi
K ebingungan Demensia
1. Hipotirosis
Pada hipotirosis atau hipofungsi tiroid aktivitas kelenjar lebih rendah dari normal dan
produksi hormon-hormonnya berkurang. Misalnya pada penyakit myxedema yang berciri
anemia, rasa lesu, dingin & kantuk, tak mampu memprestasikan sesuatu, muka busung
(udem), pucat dan berat badan meningkat, sedangkan denyut nadi diperlambat, begitu pula
buang air besar kurang lancar karena peristaltik berkurang. Pada wanita seringkali suaranya
menjadi agak serak dan haid lebih deras. Bila hipofungsi dimulai sedari lahir, maka terjadilah
penyakit kretinisme, dimana pertumbuhan tubuh dan mental terganggu, mendekati pandir
(idiot) dengan tubuh kerdil dan seringkali dengan struma (gondok) di leher karena tiroid
membesar. Penyakit-penyakit ini dapat disebabkan oleh tidak adanya iod dalam air atau
pangan, juga karena tubuh tidak sanggup membentuk mono- dan di-iodtiroksin atau pula
tidak dapat mempersenyawakannya menjadi T3 dan T4.
Ø Pengobatan Hipotirosis
Hormon tiroid dalam Penggunaan Klinis, penggunaan satu-satunya yang tepat dari
hormon-hormon tiroid adalah pada terapi-substitusi dari hipotirosis. Biasanya digunakan
serbuk organ atau tiroksin, yang mulai kerjanya lambat, setelah sejumlah hari (masa latensi)
dengan efek maksimal baru tercapai setelah lebih kurang 10 hari. T3 kerjanya lebih cepat,
tetapi berhubung khasiatnya yang lebih kurang 5 kali lebih kuat dan resiko efek samping
yang lebih besar maka hanya digunakan pada keadaan-keadaan genting, seperti koma
(pingsan), myxudema.
Serbuk organ diperoleh dari tiroid binatang menyusui, lasimnya domba, karena kadar
hormonnya tinggi, yang telah dibebaskan dari lemak dan jaringan-jaringan pengikatnya dan
kemudian dikeringkan. Serbuk ini mengandung T3 dan T4 dalam perbandingan tak tertentu,
yang aktivitasnya berhubungan erat dengan kadar-iod dari serbuk. Selama resorpsi dari usus
yang berlangsung perlahan, T3 & T4 dibebaskan dengan jalan enzimatis. Berhubung adanya
masa latensi, maka efeknya baru nyata setelah 3 – 7 hari. Biasanya dimulai dengan dosis
rendah yang berangsur-angsur dinaikkan hingga tercapai efek sampingan seperti takikardi
9
dan kegelisahan, kemudian dosis ini dikurangi dengan 25 mg dan digunakan untuk
pemeliharaan. Dosis oral pemula 12,5 – 50 mg, perlahan-lahan dinaikkan sampai 150
mg/hari. Dosis dapat diberikan sebagai single dosis pada pagi hari, tablet harus di kunyah
atau dilarutkan dalam air
b) Tiroksin (T4)
Hormon ini dibuat secara sintetis. Penggunaannya tidak ada keuntungan di atas serbuk
organ (yg harganya lebih murah & kini paling banyak digunakan), kecuali dapat digunakan
sebagai injeksi; resiko over-dose & eso lebih besar. Dosis oral pemula 2 – 3 kali/hari 5 – 10
mcg, yang berangsur-angsur dinaikkan sampai 60 – 100 mcg/hari.
-) Mekanisme/kerja :
-) Indikasi :
Tidak ada toksisitas pada kadar penggantian. Over dosis menyebabkan efek
hipertiroid.
-) Farmakokinetik :
Catatan :
Dosis oral 0,2 – 0,4 mg/hari, setelah dimulai dengan dosis rendah 0,05 – 0,1 mg/hari yg
berangsur-angsur dinaikkan; ada kalanya dicampur dengan 25% liotironin untuk meniru efek
serbuk tiroid. Dosis ekuivalen 0,1 mg tiroksin=50 mg serbuk tiroid=0,02 mg liotironin.
Hormon ini juga dibuat secara sintetis, khasiatnya lebih kurang 5 kali lebih kuat
daripada tiroksin; mulai kerjanya juga lebih cepat (setelah beberapa jam), tetapi hanya
singkat. Bahaya efek sampingnya lebih tinggi, terutama infark jantung, maka hanya
digunakan bila dibutuhkan kerja yg pesat dan kuat, misal pada coma myxudem.
10
-) Mekanisme/kerja :
Menggantikan T3.
-) Indikasi :
Tidak ada toksisitas pada kadar penggantian. Over dosis menyebabkan efek
hipertiroid.
-) Farmakokinetik :
PO/IV. 100% diabsorpsi, awitan kerja cepat, waktu paruh = beberapa jam.
Catatan :
Karena waktu paruh pendek, kadar serum berbeda-beda sesuai pemberian dosis.
-) Mekanisme kerja :
Menggantikan T4 dan T3
-) Indikasi :
Bila konversi T4 dan T3 rendah abnormal (koma miksedema) , liotriks dapat lebih
berguna daripada levotiroksin.
Tidak ada toksisitas pada kadar penggantian. Over dosis menyebabkan efek
hipertiroid.
-) Efek Samping
- Sama dengan hipertirosis, kecuali exoftalmus, terutama denyut-nadi pesat, rasa gelisah &
sulit tidur
- Pada pentakaran yg terlalu mendadak tinggi, dapat terjadi angina pectoris & infark
jantung; guna menghindarkan hal ini dosis harus dimulai rendah sekali & berangsur-angsur
dinaikkan
2. Hipertirosis
11
Pada hipertirosis/hiperfungsi tiroid justru terdapat overproduksi hormon-2 tiroid,
sebagaimana halnya penyakit Basedow/Grave, gejalanya takikardi, struma dan eksoftalmus
(mata menonjol keluar), meskipun kedua gejala terakhir tidak selalu Nampak. Selanjutnya
tremor (tangan gemetaran) dan berkeringat, gelisah, sering buang air besar dan cair karena
peristaltik diperkuat. Pada lansia seringkali gejalanya berupa kelemahan jantung : takikardi,
udem, banyak berkemih, jantung & hati membesar. Sebab hipertirosis dalam kebanyakan hal
adalah stimulasi tiroid oleh suatu globulin darah yang memiliki aktivitas TSH, yakni LATS
(long acting thyroid stimulator). Seringkali juga disebabkan adanya banyak benjol-2 kecil
dalam kelenjar (noduli) yang secara otonom membentuk hormon-hormon berkelebihan di
luar pengaruh sistem hipotalamus-hipofisis. Dapat pula diakibatkan oleh pemasukan iodida
atau iod selama waktu yang lama, misalnya banyak makan terlalu banyak obat batuk yang
mengandung kaliumiodida atau garam dapur yang mengandung iodide.
Ø Pengobatan Hipertirosis
Senyawa-senyawa-iod radio aktif, yakni isotop-isotop iod 125, 131 atau132, setelah diserap
oleh tiroid merusak sebagian jaringan dengan penyinaran radioaktif (sinar-sinar beta). Obat-
obat lain adakalanya digunakan untuk mengurangi gejala-gejalanya (terutama takikardia dan
kegelisahan) adalah beta-bloker propranolol, guanetidin dan reserpin, yang mengurangi efek
tiroksin di jaringan-jaringan perifer dengan jalan blokade susunan saraf simpatis.
² Antitiroid
Antitiroid atau tiroistatik adalah zat yang berkhasiat menekan produksi hormon-
hormon tiroid dan digunakan pada keadaan-keadaan hiperfungsi tiroid (hipertirosis)
2. Iodida (NaI & KI) yg merintangi pembebasan hormon ke dlm da-rah; mulai
kerjanya cepat tanpa masa latensi sebagai tioamida, juga tidak mengakibatkan
hiperplasia, pertumbuhan berlebihan dari tiroid; berhubung kurang efektif, kini tak
banyak digunakan
12
3. Kalium perkelorat (KClO4) yang merintangi penangkapan iodida dan
pemadatannya oleh tiroid; meskipun kerjanya efektif, jarang digunakan berhubung efek
sampingnya (agranulositosis)
Selain itu dikenal pula sejumlah obat lain yang dapat menyebabkan hipotirosis, antara lain
PAS, fenilbutason, sulfonilurea (tolbutamid) dan garam-garam litium.
² Iodida
² Propiltiourasil
c) Indikasi : hipertiroidisme
Dosis dan aturan pakai : untuk anak-anak 5-7 mg/kg/hari atau 150-200 mg/ m2/hari,
dosis terbagi setiap 8 jam. Dosis dewasa 3000 mg/hari, dosis terbagi setiap 8 jam. untuk
hipertiroidisme berat 450 mg/hari, untuk hipertiroidisme ocasional memerlukan 600-900
mg/hari; dosis pelihara 100-150 mg/hari dalam dosis terbagi setiap 8-12 jam. Dosis untuk
orangtua 150-300 mg/hari (Lacy, et al, 2006)
f) Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala, ada
kecendrungan pendarahan, mual muntah, hepatitis.
h) Resiko khusus : .
13
Hati-hati penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena PTU bisa menyebabkan
hipoprotrombinnemia dan pendarahan, kehamilan dan menyusui, penyakit hati.
Khasiatnya lebih kurang sama, tetapi zat ini lebih jarang menyebabkan efek sampingan
alergis daripada derivat metilnya; sehingga propiltiourasil banyak digunakan
² Karbimazol (neo-mercazol)
Turunan tiomidazol lebih kurang 10 kali kuat dari propiltiourasil, kerjanya lebih cepat
dan lama
-) Dosis dan aturan pakai : untuk anak 0,4 mg/kg/hari (3 x sehari); dosis pelihara 0,2
mg/kg/hari (3 x sehari). maksimum 30 mg dalam sehari.
-) Untuk dewasa: hipertiroidisme ringan 15 mg/hari; sedang 30-40 mg/hari; hipertiroid berat
60 mg/ hari; dosis pelihara 5-15 mg/hari.
-) Efek samping : sakit kepala, vertigo, mual muntah, konstipasi, nyeri lambung, edema.
-) Resiko khusus : pada pasien diatas 40 tahun hati-hati bisa meningkatkan myelosupression,
kehamilan
² Tiamazol (metimazol)
-) Indikasi : hipertiroidisme
-) Kontraindikasi : blocking replacement regimen tidak boleh diberikan pada kehamilan dan
masa menyusui.
-) Dosis dan aturan pakai : 30-60 mg/hari sampai dicapai eutiroid, lalu dosis diturunkan
menjadi 5-20 mg/hari; biasanya terapi berlangsung 18 bulan.
Untuk dosis anak mulai dengan 15 mg/hari kemudian disesuaikan dengan respon.
14
-) Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala, ada
kecendrungan pendarahan, mual muntah, leukopenia.
-) Resiko khusus : penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena PTU bisa
menyebabkan hipoprotrombinemia dan pendarahan, kehamilan dan menyusui (Lacy, et al,
2006).
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hormon tiroid (bahasa Inggris: thyroid hormone, TH) adalah klasifikasi hormon yang
mengacu pada turunan senyawa asam amino tirosina yang disintesis oleh kelenjar tiroid
dengan menggunakan yodium. Terdapat dua jenis hormon dari klasifikasi ini yaitu tetra-
iodotironina dan tri-iodotironina. Kedua jenis hormon ini mempunyai peran yang sangat vital
di dalam metabolisme tubuh.
Istilah hormon tiroid juga sering digunakan untuk merujuk pada asupan senyawa organik
pada terapi hormonal berupa levotikroksin, atau isoform terkait; meskipun terhadap dua
hormon tiroid yang lain yaitu CT, dan PTH.
2. Diagnosis hipertiroidisme mengacu pada hasil pemeriksaan TSH, FT4, FT3, TSI,
dan indeks Wayne dan indeks New Castle berdasarkan gejala klinis yang timbul.
4. Efek samping pembedahan yang mungkin timbul bisa saja terjadi akibat letak
kedua kelenjar yang berdekatan dan fungsinya yang antagonis.
3.2 Saran
16
3. Mahasiswa dapat megetahui tentang pembentukan hormon tiroid
DAFTAR PUSTAKA
http://badudamudabali.blogspot.com/2013/12/fungsi-dan-mekanisme-kerja-dari-
hormon.html
17
http://rizqahayatirazqha.blogspot.com/2011/11/makalah-kelenjar-tiroid.html
18