Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

HORMON TYROID

Disusun Oleh :

1. Nadisty Wance Indriasih S (201801136)


2. Maya Ayu Wandari (201801146)
3. Vivi Nur Wijayanti (201801147)
4. Misye orno (201801176)
5. Nur Isnaini (201801164)
6. Kurniawan Hadi P (201801165)
7. Amos Naheson D (201801172)
8. Paulina (201801182)
9. M Fuat Anwar (201801178)

PROGAM STUDI S1.KEPERAWATAN


STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN AJARAN 2018/2019
Jalan Jabon Km.6 Mojokerto Telp/Fax. (0321)3902032
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatnya kami
dapat menyelesaikan tugas farmakologi ini tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa tugas ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami selalu membuka
diri untuk menerima kritik, saran atau masukan-masukan yang membangun agar makalah ini
menjadi lebih sempurna.

Kami berharap tugas ini bisa bermanfaat bagi para pembaca khususnya mahasiswa STIKes Bina
Sehat PPNI Mojokerto sebagaimana tujuan kami. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Mojokerto, 13 November 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

JUDUL

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 1

1.3 Tujuan........................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hormon Tiroid............................................................................ 3

2.2 Pembentukan Hormon Kelenjar Tiroid......................................................... 4

2.3 Fungsi Hormon Tiroid.................................................................................. 5

2.4 Mekanisme Kerja Hormon Tiroid................................................................ 6

2.5 Tanda-Tanda Kelebihan & Kekurangan Hormon Tiroid.............................. 7

2.6 Penyakit yang Menyerang Tiroid................................................................. 8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................................... 15

3.2 Saran............................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Struma adalah perbesaran kelenjar tiroid yang menyebabkan pembengkakan di bagian


depan leher (Dorland, 2002). Kelenjar tiroid terletak tepat dibawah laring pada kedua sisi dan
sebelah anterior trakea. Tiroid menyekresikan dua hormon utama, tiroksin (T4), dan
triiodotironin (T3), serta hormon kalsitonin yang mengatur metabolisme kalsium bersama
dengan parathormon yang dihasilkan oleh kelenjar paratiroid (Guyton and Hall, 2007).

Kerja kelenjar tiroid ini dipengaruhi oleh kecukupan asupan iodium. Defisiensi
hormon tiroid ini dapat menimbulkan gangguan tertentu yang spesifik. Cretinism, misalnya,
yang ditandai dengan gangguan pertumbuhan dibawah normal disertai dengan retardasi
mental merupakan akibat dari hormon tiroid yang inadekuat pada saat perkembangan janin.
Kekurangan asupan yodium yang biasanya terjadi pada daerah goiter (gondok) endemis
banyak terjadi karena defisiensi yodium menyebabkan hipotiroidisme sehingga
mengakibatkan pembengkakan kelenjar.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari hormon tiroid?

2. Bagaimana pembentukan hormon tiroid?

3. Apa saja fungsi hormon tiroid?

4. Bagaimana mekanisme kerja hormon tiroid?

5. Bagaimana akibat kekurangan dan kelebihan hormon tiroid?

6. Apa saja penyakit yang menyerang tiroid?

1
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian hormon tiroid.

2. Untuk mengetahui pembentukan hormon tiroid.

3. Agar dapat mengetahui fungsi hormon tiroid.

4. Agar dapat mengetahui mekanisme kerja hormon tiroid.

5. Untuk mengetahui akibat kekurangan dan kelebihan hormon tiroid.

6. Untuk mengetahui penyakit yang menyerang tiroid.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hormon Tiroid

Hormon tiroid (bahasa Inggris: thyroid hormone, TH) adalah klasifikasi hormon yang
mengacu pada turunan senyawa asam amino tirosina yang disintesis oleh kelenjar tiroid
dengan menggunakan yodium. Terdapat dua jenis hormon dari klasifikasi ini yaitu tetra-
iodotironina dan tri-iodotironina. Kedua jenis hormon ini mempunyai peran yang sangat vital
di dalam metabolisme tubuh.

Istilah hormon tiroid juga sering digunakan untuk merujuk pada asupan senyawa
organik pada terapi hormonal berupa levotikroksin, atau isoform terkait; meskipun terhadap
dua hormon tiroid yang lain yaitu CT, dan PTH

Hormon tiroid merupakan pengendali utama metabolisme dan pertumbuhan dengan,


deiodinasi tetra-iodotironina yang memicu respirasi pada kompleks I rantai pernapasan
mitokondria,yang menjadi salah satu faktor laju metabolisme basal; dan modulasi transkripsi
genetik melalui pencerap tri-iodotironina yang terdapat pada inti sel. Pentingnya peran TH
mulai dikenali pada abad ke 19 saat sebuah kasus pembesaran kelenjar tiroid dengan simtoma
hipertiroidisme mengakibatkan gagal jantung, exophthalmos dan percepatan laju
metabolisme basal. Studi lebih lanjut yang kemudian dilakukan, memberikan pengetahuan
bahwa kedua hormon tiroid T4 dan molekulnya yang lebih reaktif, yaitu T3 mempunyai efek
pleiotropik. Konversi T4 menjadi T3, pada plasma darah disebut monodeiodinasi, terjadi oleh
enzim ID-I yang banyak terdapat pada hati dan ginjal, dan ID-2 yang terdapat pada otak,
hipofisis dan jaringan adiposa cokelat. Kedua jenis enzim deiodinase tersebut mengandung
senyawa Selenium, dengan glukokortikoid sebagai senyawa promoter.

Hormon tiroid mempengaruhi kecepatan metabolisme tubuh melalui 2 cara :

1. Merangsang hampir setiap jaringan tubuh untuk menghasilkan protein

2. Meningkatkan jumlah oksigen yang digunakan oleh sel.

Untuk menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid memerlukan yodium, yaitu suatu
eleman yang terdapat di dalam makanan dan air. Kelenjar tiroid menangkap yodium dan
mengolahnya menjadi hormon tiroid. Setelah hormon tiroid digunakan, beberapa yodium di
dalam hormon kembali ke kelenjar tiroid dan didaur-ulang untuk kembali menghasilkan
hormon tiroid. Tubuh memiliki mekanisme yang rumit untuk menyesuaikan kadar hormon
tiroid.

3
Hipotalamus (terletak tepat di atas kelenjar hipofisa di otak) menghasilkan thyrotropin-
releasing hormone, yang menyebabkan kelenjar hipofisa mengeluarkan thyroid-stimulating
hormone (TSH). Sesuai dengan namanya, TSH ini merangsang kelenjar tiroid untuk
menghasilkan hormon tiroid. Jika jumlah hormon tiroid dalam darah mencapai kadar tertentu,
maka kelenjar hipofisa menghasilkan TSH dalam jumlah yang lebih sedikit; jika kadar
hormon tiroid dalam darah berkurang, maka kelenjar hipofisa mengeluarkan lebih banyak
TSH. Hal ini disebut mekanisme umpan balik.

2.2 Pembentukan Hormon Kelenjar Tiroid

2.2.1 Tirosin adalah suatu asam amino yang disintesis oleh sel – sel tubuh dalam jumlah
yang cukup. Molekul – molekul tirosin yang diambil dari plasma kemudian masuk ke dalam
koloid dan terikat pada molekul tiroglobulin. Tiroglobulin disintesis oleh reticulum
endoplasma sel folikel yang kemudian disekresikan ke dalam koloid secara eksositosis.
Hormone tiroksin yang dihasilkan adalah hasil iodinisasi molekul tirosin yang terikat pada
tiroglobulin. Untuk dapat melakukan iodinisasi, diperlukan molekul iodium yang aktif.

2.2.2 Molekul iodium aktif berasal dari iodide yang diambil melalui proses transport aktif
yang memerlukan energi.

Proses pengambilan iodida secara aktif tersebut dikenal dengan proses idodida
trapping. Iodide yang telah ditangkap akan dioksidasi oleh enzim peroksida menjadi iodium
aktif sebelum berkonjugasi dengan gugus terminal tirosin-tiroglobulin. Proses ini
menggunakan suatu simporter atau pompa iodida yang disebut simporter NA+/I- (NIS) yang
mengangkut Na+ dan I- ke dalam sel melawan gradient elektrokimia untuk I.

2.2.3 Iodinisasi tiroglobulin/organic binding

Gugus tirosin yang menempel pada tiroglobulin di dalam koloid segera mengikat molekul –
molekul iodium (iodinisasi) :

1) 1 molekul iodium + tirosin-globulin à monoiodotirosin (MIT)

2) 2 molekul iodium + tirosin-tiroglobulin à diiodotirosin (DIT)

Proses iodinisasi tiroglobulin-tirosin ini dikatalisis oleh enzim peroksidase tiroid dan dapat
dihambat oleh zat – zat kimia seperti tiourea dan propiltiourasil

2.2.4 Kondensasi oksidatif

1 molekul MIT + 1 molekul DIT à 1 molekul triiodotironin (T3) + alanin

1 molekul DIT + 1 molekul MIT à 1 molekul reverse triiodotironin (rT3) + alanin

1 molekul DIT + 1 molekul DIT à 1 molekul tetraiodotironin (T4) + alanin

4
Sintesis hormone kelenjar tiroid di atas dirangsang oleh TSH. Dalam tiroid manusia
normal, distribusi rata – rata senyawa beriodium adalah 23% MIT, 33% DIT, 35% T4, dan
7% T3. Sedangkan RT3 dan komponen lain hanya terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit.

Hormon tiroid terdapat dalam 2 bentuk:

1. Tiroksin (T4), merupakan bentuk yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid, hanya memiliki
efek yang ringan terhadap kecepatan metabolisme tubuh.

2. Tiroksin dirubah di dalam hati dan organ lainnya ke dalam bentuk aktif, yaitu tri-iodo-
tironin (T3).

Perubahan ini menghasilkan sekitar 80% bentuk hormon aktif, sedangkan 20% sisanya
dihasilkan oleh kelenjar tiroid sendiri.

Perubahan dari T4 menjadi T3 di dalam hati dan organ lainnya, dipengaruhi oleh berbagai
faktor, diantaranya kebutuhan tubuh dari waktu ke waktu.

Sebagian besar T4 dan T3 terikat erat pada protein tertentu di dalam darah dan hanya aktif
jika tidak terikat pada protein ini. Dengan cara ini, tubuh mempertahankan jumlah hormon
tiroid yang sesuai dengan kebutuhan agar kecepatan metabolisme tetap stabil.

2.3 Fungsi Hormon Tiroid

1. Mengatur laju metabolisme tubuh. Baik T3 dan T4 kedua-duanya meningkatkan


metabolisme karena peningkatan konsusmsi oksigen dan produksi panas. Efek ini
pengecualian untuk otak, lien, paru-paru dan testis. Kedua hormon ini tidak berbeda dalam
fungsi namun berbeda dalam intensitas dan cepatnya reaksi. T3 lebih cepat dan lebih kuat
reaksinya tetapi waktunya lebih singkat dibanding dengan T4. T3 lebih sedikit jumlahnya
dalam darah. T4 dapat diubah menjadi T3 setelah dilepaskan darifolikel kelenjar.

2. Memegang peranan penting dalam pertumbuhan fetus khususnya pertumbuhan saraf


dan tulang.

3. Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin

4. Efek kronotropik dan Inotropik terhadap jantung yaitu menambah kekuatan kontraksi
otot dan menambah irama jantung.

5. Merangsang penbentukan sel dalam darah.

6. Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernapasan sebagai komp[ensasi tubuh terhadap


kebutuhan oksigen akibat metabolisme.

7. Bereaksi terhadap antagonis insulin.

5
Tirokalsitonin mempuyai jaringan sasaran tulang dengan fungsi utama menurunkan
kadar kalsium serum dengan menghambat reabsorpsi kalsium I tulang. Faktor utama yang
mempengaruhi sekresi kalsitonin adalah kadar kalsium serum. Kadar kalsium serum rendah
akan menekan pengeluaran tirokalsitonin dan sebaliknya peningkatan kalsium serum akan
merangsang pengeluaran tirokalsitonin. Faktor tamabahan adalah diet kalsium dan sekresi
gastrin di lambung.

Agar kelenjar tiroid berfungsi secara normal, maka berbagai faktor harus bekerjasama secara
benar:

1) hipotalamus

2) kelenjar hipofisa

3) hormon tiroid (ikatannya dengan protein dalam darah dan perubahan T4 menjadi
T3 di dalam hati serta organ lainnya).

² Tiroid mengeluarkan tiga hormon penting, yaitu:

1) Triodotironin

2) Tiroksin

3) Kalsitonin

Triodotironin dan Tiroksin mengatur laju metabolisme dengan cara mengalir bersama
darah dan memicu sel untuk mengubah lebih banyak glukosa.

Jika Tiroid mengeluarkan terlalu sedikit Triodotironin dan Tiroksin, maka tubuh akan
merasa kedinginan, letih, kulit mengering dan berat badan bertambah. Sebaliknya jika terlalu
banyak, tubuh akan berkeringat, merasa gelisah, tidak bisa diam dan berat badan akan
berkurang.

2.4 Mekanisme Kerja Hormon Tiroid

Saat cukup hormon tiroid telah dihasilkam, hipotalamus menghentikan pembentukan


hormon pelepas tiroid.

Sebuah sistem yang sangat maju dan teratur telah diciptakan untuk mengatur jumlah tiroksin
yang dilepaskan. Pelepasan tiroksin terjadi lagi sebagai hasil rantai perintah sekumpulan sel
tak sadar yang disusun dalam hirarki yang amat tertib.
6
Saat tiroksin dilepaskan, otak sistem hormonal - hipotalamus -mengirimkan sebuah perintah
(TRH, hormon pelepas tiroid) ke kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid, sebagai titik akhir rantai
perintah ini, segera menanggapi dengan melepaskan tiroksin dan menyebarkannya ke seluruh
tubuh melalui darah.

Saat tiroksin dibutuhkan, hipotalamus mengirimkan perintah ke kelenjar pituitari (TRH).


Kelenjar pituitari yang menerima perintah ini memahami bahwa kelenjar tiroid harus
diaktifkan. Kelenjar pituitari segera mengirimkan perintah ke kelenjar tiroid (TSH). Sesuai
dengan perintah yang diterima, kelenjar tiroid segera menghasilkan tiroksin, dan
menyebarkannya ke seluruh tubuh lewat aliran darah.

Saat jumlah tiroksin dalam darah naik di atas normal, hormon tiroksin mempengaruhi
kelenjar pituitari dan terkadang langsung ke hipotalamus: kelenjar ini mengurangi kepekaan
kelenjar pituitari terhadap hormon TRH.

Fungsi hormon TRH adalah mengaktifkan kelenjar pituitari agar mengirimkan perintah
(berbentuk hormon TSH) ke kelenjar tiroid. Perintah ini adalah titik kedua dalam rantai
perintah produksi hormon tiroksin.

Sistem ini dirancang begitu rumit sehingga kelebihan tiroksin mengambil tindakan amat
cerdas agar sumber-sumber yang menghasilkan hormon ini tak membuat terlalu banyak, serta
campur tangan dan menghambat rantai perintah yang dibangun untuk menghasilkan dirinya.
Dengan cara ini, saat tiroksin di dalam darah meningkat di atas normal, produksinya otomatis
dihentikan

Empat dari Sepuluh Ribu Molekul

Jumlah tiroksin yang dilepaskan ditentukan oleh sistem menakjubkan yang telah kami
gambarkan di atas. Namun, di samping semua ini, ada sistem menakjubkan lainnya yang
menjaga agar jumlah tiroksin dalam darah mantap di masa genting.

Molekul tiroksin dilepaskan oleh kelenjar tiroid ke dalam darah dan harus segera menempel
ke molekul yang dirancang khusus untuk mengangkutnya dalam darah. Saat menempel pada
molekul ini, molekul tiroksin tak dapat menjalankan fungsinya. Dari ribuan molekul tiroksin,
hanya sedikit yang beredar bebas dalam darah. Hanya sekitar empat dari sepuluh ribu
molekul tiroksin yang mempengaruhi keepatan metabolisme dalam sel.

Setelah molekul tiroksin bebas memasuki sel-sel yang dituju, molekul tiroksin lainnya yang
melepaskan diri dari molekul pembawanya menggantikan. Molekul-molekul pembawa
bekerja sebagai tangki penyimpanan untuk memastikan bahwa tersedia cukup tiroksin bila
dibutuhkan.

Kita telah melihat betapa cermat pengelolaan keseimbangan jumlah tiroksin yang dibutuhkan
untuk mempengaruhi sel-sel ini dan masalah-masalah kesehatan yang timbul jika jumlah itu

7
naik atau turun. Keseimbangan yang teliti ini melibatkan kadar empat molekul bebas dari
sepuluh ribu molekul tiroksin terikat.

2.5 Tanda-tanda Orang yang Kelebihan dan Kekurangan Hormon Tiroid

Hormon tiroid berfungsi menstimulasi metabolisme dari sel-sel tubuh. Tapi ada kalanya
jumlah hormon ini tidak sesuai dengan yang dibutuhkan. Apa saja tanda-tanda kelebihan dan
kekurangan hormon tiroid?

Tiroid adalah kelenjar yang terletak di leher bagian depan yang berbentuk seperti kupu-kupu
dan seringkali mudah untuk diraba. Gangguan yang terjadi pada kelenjar ini bisa akibat
ukurannya atau produksi hormonnya yang tidak seimbang.

Produksi hormon yang tidak seimbang ini bisa diakibatkan oleh kelebihan hormon tiroid
(hipertiroid) atau kekurangan hormon tiroid (hipotiroid). Gangguan hormonal ini bisa terjadi
seumur hidup, meski pada saat-saat tertentu kadar hormonnya bisa kembali normal tapi tidak
ada yang tahu penyebab gangguan hormon tersebut muncul kembali.

Gangguan tiroid lebih banyak dialami oleh perempuan dibanding laki-laki (bisa sampai 5-7
kali lipat) dan mewakili sebagian besar penyakit endokrin atau yang berhubungan dengan
hormon.

Untuk mengetahui apakah seseorang memiliki hipotiroid atau hipertiroid biasanya dilakukan
tes darah dengan mengetahui jumlah dari hormon T3 (triiodothyronine), T4 (thyroxine) dan
TSH (Thyroid Stimulating Hormone).

Berikut ini gejala yang muncul jika tubuh kelebihan atau justru kekurangan hormon tiroid, seperti
dikutip dari Thyroid.about.com, Rabu (24/8/2011) yaitu:

Hipertiroidisme Hipotiroidisme
Denyut jantung yang cepat Denyut nadi yang lambat
Tekanan darah tinggi Suara serak
Kulit lembat dan berkeringat banyak Berbicara menjadi lambat
Gemetaran Alis mata rontok
Gelisah Kelopak mata turun
Nafsu makan bertambah disertai penambahan Tidak tahan cuaca dingin
berat badan
Sulit tidur Sembelit
Sering buang air besar dan diare Penambahan berat badan
Lemah Rambut kering, tipis ,kasar
Kulit diatas tulang kering menebal dan Kulit kering, bersisik, tebal, kasar,
menonjol Kulit diatas tulang kering menebal dan
menonjol
Mata membengkak memerah dan menonjol Sindroma terowongan karpal

8
Mata peka terhadap cahaya Kebingungan
Mata seakan menatap Depresi
K ebingungan Demensia

2.6 Penyakit Yang Menyerang Tiroid

1. Hipotirosis

Pada hipotirosis atau hipofungsi tiroid aktivitas kelenjar lebih rendah dari normal dan
produksi hormon-hormonnya berkurang. Misalnya pada penyakit myxedema yang berciri
anemia, rasa lesu, dingin & kantuk, tak mampu memprestasikan sesuatu, muka busung
(udem), pucat dan berat badan meningkat, sedangkan denyut nadi diperlambat, begitu pula
buang air besar kurang lancar karena peristaltik berkurang. Pada wanita seringkali suaranya
menjadi agak serak dan haid lebih deras. Bila hipofungsi dimulai sedari lahir, maka terjadilah
penyakit kretinisme, dimana pertumbuhan tubuh dan mental terganggu, mendekati pandir
(idiot) dengan tubuh kerdil dan seringkali dengan struma (gondok) di leher karena tiroid
membesar. Penyakit-penyakit ini dapat disebabkan oleh tidak adanya iod dalam air atau
pangan, juga karena tubuh tidak sanggup membentuk mono- dan di-iodtiroksin atau pula
tidak dapat mempersenyawakannya menjadi T3 dan T4.

Ø Pengobatan Hipotirosis

Hormon tiroid dalam Penggunaan Klinis, penggunaan satu-satunya yang tepat dari
hormon-hormon tiroid adalah pada terapi-substitusi dari hipotirosis. Biasanya digunakan
serbuk organ atau tiroksin, yang mulai kerjanya lambat, setelah sejumlah hari (masa latensi)
dengan efek maksimal baru tercapai setelah lebih kurang 10 hari. T3 kerjanya lebih cepat,
tetapi berhubung khasiatnya yang lebih kurang 5 kali lebih kuat dan resiko efek samping
yang lebih besar maka hanya digunakan pada keadaan-keadaan genting, seperti koma
(pingsan), myxudema.

Pengobatannya dilakukan dengan terapi-substitusi dengan serbuk tiroid atau hormonnya.

a) Serbuk tiroid (thyranon)

Serbuk organ diperoleh dari tiroid binatang menyusui, lasimnya domba, karena kadar
hormonnya tinggi, yang telah dibebaskan dari lemak dan jaringan-jaringan pengikatnya dan
kemudian dikeringkan. Serbuk ini mengandung T3 dan T4 dalam perbandingan tak tertentu,
yang aktivitasnya berhubungan erat dengan kadar-iod dari serbuk. Selama resorpsi dari usus
yang berlangsung perlahan, T3 & T4 dibebaskan dengan jalan enzimatis. Berhubung adanya
masa latensi, maka efeknya baru nyata setelah 3 – 7 hari. Biasanya dimulai dengan dosis
rendah yang berangsur-angsur dinaikkan hingga tercapai efek sampingan seperti takikardi

9
dan kegelisahan, kemudian dosis ini dikurangi dengan 25 mg dan digunakan untuk
pemeliharaan. Dosis oral pemula 12,5 – 50 mg, perlahan-lahan dinaikkan sampai 150
mg/hari. Dosis dapat diberikan sebagai single dosis pada pagi hari, tablet harus di kunyah
atau dilarutkan dalam air

b) Tiroksin (T4)

Hormon ini dibuat secara sintetis. Penggunaannya tidak ada keuntungan di atas serbuk
organ (yg harganya lebih murah & kini paling banyak digunakan), kecuali dapat digunakan
sebagai injeksi; resiko over-dose & eso lebih besar. Dosis oral pemula 2 – 3 kali/hari 5 – 10
mcg, yang berangsur-angsur dinaikkan sampai 60 – 100 mcg/hari.

-) Mekanisme/kerja :

Menggantikan kadar serum normal T4 dan T3 (T4 dikonversi menjadi T3 oleh


deyoinasi di perifer).

-) Indikasi :

Obat pilihan untuk hipoiroid.

-) Efek tak diinginkan :

Tidak ada toksisitas pada kadar penggantian. Over dosis menyebabkan efek
hipertiroid.

-) Farmakokinetik :

PO/IV. 70% diabsorpsi, aitan kerja lambat, waktu paruh = 1 minggu.

Catatan :

Pengobatan lama. Pasien jangan menghentikan terapi penggantian bila hipotiroid


hilang.

Dosis oral 0,2 – 0,4 mg/hari, setelah dimulai dengan dosis rendah 0,05 – 0,1 mg/hari yg
berangsur-angsur dinaikkan; ada kalanya dicampur dengan 25% liotironin untuk meniru efek
serbuk tiroid. Dosis ekuivalen 0,1 mg tiroksin=50 mg serbuk tiroid=0,02 mg liotironin.

c) Liotironin (Triidtironin T3)

Hormon ini juga dibuat secara sintetis, khasiatnya lebih kurang 5 kali lebih kuat
daripada tiroksin; mulai kerjanya juga lebih cepat (setelah beberapa jam), tetapi hanya
singkat. Bahaya efek sampingnya lebih tinggi, terutama infark jantung, maka hanya
digunakan bila dibutuhkan kerja yg pesat dan kuat, misal pada coma myxudem.
10
-) Mekanisme/kerja :

Menggantikan T3.

-) Indikasi :

Digunakan pada pasien hipotiroid yang sulit mengabsorpsi levotiroksin.

-) Efek tak diinginkan :

Tidak ada toksisitas pada kadar penggantian. Over dosis menyebabkan efek
hipertiroid.

-) Farmakokinetik :

PO/IV. 100% diabsorpsi, awitan kerja cepat, waktu paruh = beberapa jam.

Catatan :

Karena waktu paruh pendek, kadar serum berbeda-beda sesuai pemberian dosis.

-) Mekanisme kerja :

Menggantikan T4 dan T3

-) Indikasi :

Bila konversi T4 dan T3 rendah abnormal (koma miksedema) , liotriks dapat lebih
berguna daripada levotiroksin.

-) Efek tak diinginkan :

Tidak ada toksisitas pada kadar penggantian. Over dosis menyebabkan efek
hipertiroid.

-) Efek Samping

- Sama dengan hipertirosis, kecuali exoftalmus, terutama denyut-nadi pesat, rasa gelisah &
sulit tidur

- Pada pentakaran yg terlalu mendadak tinggi, dapat terjadi angina pectoris & infark
jantung; guna menghindarkan hal ini dosis harus dimulai rendah sekali & berangsur-angsur
dinaikkan

- Semakin keras keadaan hipotirosis, semakin besar kepekaan organisme terhadap


hormon-hormon tiroid & semakin rendah pula hendaknya dosis awal.

2. Hipertirosis

11
Pada hipertirosis/hiperfungsi tiroid justru terdapat overproduksi hormon-2 tiroid,
sebagaimana halnya penyakit Basedow/Grave, gejalanya takikardi, struma dan eksoftalmus
(mata menonjol keluar), meskipun kedua gejala terakhir tidak selalu Nampak. Selanjutnya
tremor (tangan gemetaran) dan berkeringat, gelisah, sering buang air besar dan cair karena
peristaltik diperkuat. Pada lansia seringkali gejalanya berupa kelemahan jantung : takikardi,
udem, banyak berkemih, jantung & hati membesar. Sebab hipertirosis dalam kebanyakan hal
adalah stimulasi tiroid oleh suatu globulin darah yang memiliki aktivitas TSH, yakni LATS
(long acting thyroid stimulator). Seringkali juga disebabkan adanya banyak benjol-2 kecil
dalam kelenjar (noduli) yang secara otonom membentuk hormon-hormon berkelebihan di
luar pengaruh sistem hipotalamus-hipofisis. Dapat pula diakibatkan oleh pemasukan iodida
atau iod selama waktu yang lama, misalnya banyak makan terlalu banyak obat batuk yang
mengandung kaliumiodida atau garam dapur yang mengandung iodide.

Ø Pengobatan Hipertirosis

Terapi ditujukan terhadap mengurangi aktivitas tiroid, yakni dengan mengeluarkan


atau merusak sebagian kelenjar (operasi atau iod radio-aktif), atau dengan mengurangi
produksi hormon-hormonnya dengan tiroistatika. Operasi (strumectomi) dilakukan bila
struma demikian besar hingga pembuluh nadi leher atau batang tenggorok terancam dengan
penyumbatan hanya sebagian tiroid dikeluarkan untuk memudahkan pembedahan,
sebelumnya operasi dilakukan terapi dengan tiroistatik dan iod guna mengurangi
vaskularisasi (memadatkan) kelenjar.

Senyawa-senyawa-iod radio aktif, yakni isotop-isotop iod 125, 131 atau132, setelah diserap
oleh tiroid merusak sebagian jaringan dengan penyinaran radioaktif (sinar-sinar beta). Obat-
obat lain adakalanya digunakan untuk mengurangi gejala-gejalanya (terutama takikardia dan
kegelisahan) adalah beta-bloker propranolol, guanetidin dan reserpin, yang mengurangi efek
tiroksin di jaringan-jaringan perifer dengan jalan blokade susunan saraf simpatis.

² Antitiroid

Antitiroid atau tiroistatik adalah zat yang berkhasiat menekan produksi hormon-
hormon tiroid dan digunakan pada keadaan-keadaan hiperfungsi tiroid (hipertirosis)

Secara kimia dapat dibagi dalam beberapa kelompok :

1. Derivat-derivat tioamida yang terdiri dari derivat-tiourea (metil- &


propiltiourasil) serta derivat-tioimidazol (karbimazol & tiamazol).

2. Iodida (NaI & KI) yg merintangi pembebasan hormon ke dlm da-rah; mulai
kerjanya cepat tanpa masa latensi sebagai tioamida, juga tidak mengakibatkan
hiperplasia, pertumbuhan berlebihan dari tiroid; berhubung kurang efektif, kini tak
banyak digunakan

12
3. Kalium perkelorat (KClO4) yang merintangi penangkapan iodida dan
pemadatannya oleh tiroid; meskipun kerjanya efektif, jarang digunakan berhubung efek
sampingnya (agranulositosis)

Selain itu dikenal pula sejumlah obat lain yang dapat menyebabkan hipotirosis, antara lain
PAS, fenilbutason, sulfonilurea (tolbutamid) dan garam-garam litium.

² Iodida

Kaliumiodida adalah obat pertama yang digunakan untuk menyembuhkan struma


(penyakit gondok) dan hipertirosis. Khasiat iodida terhadap tiroid adalah kompleks, dalam
dosis rendah dibubuhi pada garam dapur (2 : 100.000) guna mencegah dan mengobati
penyakit iod-basedow dan kretinisme. Sebaliknya dosis besar yang digunakan untuk waktu
lama, misalnya dalam obat batuk pada bronchitis dapat mengakibatkan struma dan
hipertirosis. Kerjanya cepat, tanpa masa latensi, tetapi tidak semua gejala dihilangkan dan
setelah beberapa waktu kerapkali tidak efektif lagi, malah gejala-gejala memburuk. Maka
sekarang tidak banyak digunakan lagi. Kebutuhan tubuh akan iodida ±150 mcg/hari. Dosis ;
oral 2 kali sehari 60 mg kaliumiodida sebagai larutan jenuhnya atau sebagai larutan lugol

² Propiltiourasil

Turunan dari metiltiourasil dan merupakan senyawa tioamida pertama yang


digunakan sebagai tiroistatikum

a) Nama generik : Propiltiourasil

b) Nama dagang di Indonesia : Propiltiouracil (generik)

c) Indikasi : hipertiroidisme

d) Kontraindikasi : hipersensisitif terhadap Propiltiourasil, blocking replacement


regimen tidak boleh diberikan pada kehamilan dan masa menyusui.

e) Bentuk sediaan : Tablet 50 mg dan 100 mg

Dosis dan aturan pakai : untuk anak-anak 5-7 mg/kg/hari atau 150-200 mg/ m2/hari,
dosis terbagi setiap 8 jam. Dosis dewasa 3000 mg/hari, dosis terbagi setiap 8 jam. untuk
hipertiroidisme berat 450 mg/hari, untuk hipertiroidisme ocasional memerlukan 600-900
mg/hari; dosis pelihara 100-150 mg/hari dalam dosis terbagi setiap 8-12 jam. Dosis untuk
orangtua 150-300 mg/hari (Lacy, et al, 2006)

f) Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala, ada
kecendrungan pendarahan, mual muntah, hepatitis.

g) Mekanisme Obat: menghambat sintesis hormon tiroid dengan memhambatoksidasi


dari iodin dan menghambat sintesistiroksin dan triodothyronin (Lacy, et al, 2006)

h) Resiko khusus : .
13
Hati-hati penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena PTU bisa menyebabkan
hipoprotrombinnemia dan pendarahan, kehamilan dan menyusui, penyakit hati.

Khasiatnya lebih kurang sama, tetapi zat ini lebih jarang menyebabkan efek sampingan
alergis daripada derivat metilnya; sehingga propiltiourasil banyak digunakan

² Karbimazol (neo-mercazol)

Turunan tiomidazol lebih kurang 10 kali kuat dari propiltiourasil, kerjanya lebih cepat
dan lama

-) Indikasi : agent antitiroid

-) Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap methimazole dan wanita hamil.

-) Bentuk sediaan : tablet 5 mg, 10 mg, 20 mg

-) Dosis dan aturan pakai : untuk anak 0,4 mg/kg/hari (3 x sehari); dosis pelihara 0,2
mg/kg/hari (3 x sehari). maksimum 30 mg dalam sehari.

-) Untuk dewasa: hipertiroidisme ringan 15 mg/hari; sedang 30-40 mg/hari; hipertiroid berat
60 mg/ hari; dosis pelihara 5-15 mg/hari.

-) Efek samping : sakit kepala, vertigo, mual muntah, konstipasi, nyeri lambung, edema.

-) Resiko khusus : pada pasien diatas 40 tahun hati-hati bisa meningkatkan myelosupression,
kehamilan

² Tiamazol (metimazol)

-) Nama generik : Karbimazole

-) Nama dagang di Indonesia : Neo mecarzole (nicholas).

-) Indikasi : hipertiroidisme

-) Kontraindikasi : blocking replacement regimen tidak boleh diberikan pada kehamilan dan
masa menyusui.

-) Bentuk sediaan : tablet 5 mg

-) Dosis dan aturan pakai : 30-60 mg/hari sampai dicapai eutiroid, lalu dosis diturunkan
menjadi 5-20 mg/hari; biasanya terapi berlangsung 18 bulan.

Sebagai blocking replacement regimen, karbamizole 20 – 60 mg dikombinasikan dengan


tiroksin 50 -150 mg.

Untuk dosis anak mulai dengan 15 mg/hari kemudian disesuaikan dengan respon.
14
-) Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala, ada
kecendrungan pendarahan, mual muntah, leukopenia.

-) Resiko khusus : penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena PTU bisa
menyebabkan hipoprotrombinemia dan pendarahan, kehamilan dan menyusui (Lacy, et al,
2006).

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hormon tiroid (bahasa Inggris: thyroid hormone, TH) adalah klasifikasi hormon yang
mengacu pada turunan senyawa asam amino tirosina yang disintesis oleh kelenjar tiroid
dengan menggunakan yodium. Terdapat dua jenis hormon dari klasifikasi ini yaitu tetra-
iodotironina dan tri-iodotironina. Kedua jenis hormon ini mempunyai peran yang sangat vital
di dalam metabolisme tubuh.

Istilah hormon tiroid juga sering digunakan untuk merujuk pada asupan senyawa organik
pada terapi hormonal berupa levotikroksin, atau isoform terkait; meskipun terhadap dua
hormon tiroid yang lain yaitu CT, dan PTH.

1. Fungsi utama hormon tiroid adalah meningkatkan aktivitas metabolik seluler,


sebagai hormon pertumbuhan, dan mempengaruhi mekanisme tubuh yang spesifik seperti
sistem kardiovaskuler dan regulasi hormon lain.

2. Diagnosis hipertiroidisme mengacu pada hasil pemeriksaan TSH, FT4, FT3, TSI,
dan indeks Wayne dan indeks New Castle berdasarkan gejala klinis yang timbul.

3. Penyebab terjadinya hipertiroidisme adalah TSI yang mengambil alih regulasi


yang seharusnya dilaksanakan oleh TSH.]

4. Efek samping pembedahan yang mungkin timbul bisa saja terjadi akibat letak
kedua kelenjar yang berdekatan dan fungsinya yang antagonis.

5. Penatalaksanaan hipertiroidisme meliputi tindakan bedah dan pemberian bahan


penghambat sintesis tiroid, seperti antitiroid, penghambat ion iodida, yodium konsentrasi
tinggi, dan yodium radioaktif.

3.2 Saran

1. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui fungsi hormone tiroid.

2. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tetang mekanisme kerja hormone tiroid.

16
3. Mahasiswa dapat megetahui tentang pembentukan hormon tiroid

DAFTAR PUSTAKA

http://badudamudabali.blogspot.com/2013/12/fungsi-dan-mekanisme-kerja-dari-
hormon.html
17
http://rizqahayatirazqha.blogspot.com/2011/11/makalah-kelenjar-tiroid.html

18

Anda mungkin juga menyukai