TUGAS MANDIRI
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
PADA KELUARGA TN.X KHUSUSNYA AN. A
DENGAN TETANUS DI KAMPUNG LAMAHOLOT
TIMOR
OLEH
M. BONI FASIUS BRIA
SB 15010
PROGRAM KEPERAWATAN B
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG
2016
1
Pokok Bahasan
: Penyakit Tetanus
Sasaran
: Tn. X
Tempat
: Rumah Tn.X
Waktu
: 30 menit
Hari/Tanggal
2.
3.
4.
5.
6.
C. Metode
Metode yang digunakan adalah ceramah dan tanya jawab/ diskusi
D. Materi
Terlampir
E. Kegiatan Penyuluhan
No.
Uraian Kegiatan
Kegiatan
Pembukaan
5 Menit
Penyuluhan
Perserta
Pre Interaksi
a. Memberi salam dan memperkenalkan
Menjawab salam
diri
b. Menjelaskan tujuan penyuluhan yang
akan dilakukan
c. Apersepsi
dengan
1.
menanyakan
Mendengarkan
Mendengarkan dan
Menjawab
Isi
10 Menit
2.
dan
minuman
yang
harus
tradisional
reumatik
serta
3.
Tanya
Mengajukan
jawab
pertanyaan
10 Menit
4.
Penutup
5 Menit
disampaikan
a. Memberikan pertanyaan akhir sebagai Menjawab
evaluasi
b. Menyimpulkan bersama-sama hasil
kegiatan penyuluhan
3
Mendengar
c. Menutup
penyuluhan
mengucapkan salam
dan
Menjawab Salam
F. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
G. MEDIA
1. Leaflet
2. Lembar Balik
H. EVALUASI
1. Menjelaskan kembali pengertian Tetanus
2. Menyebutkan 1 dari 3 tanda dan gejala Tetanus
3. Menyebutkan 2 dari 4penyebab Tetanus
4. Menyebutkan cara perawatan pada pasien dengan penyakit tetanus
5. Menyebutkan pengobatan yang harusdilakukan jika terdapat gejala Tetanus
6. Menyebutkan 2 dari 4 cara pencegahan terjadinya penyakit Tetanus
I. DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, C. Suzanne. (2001). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8
Volume 3. Jakarta: EGC..
Sabiston, (2001). Buku Ajar Bedah. Jakarta: Penerbit EGC
4
Komite medik RSUP Dr. Sardjito, (2000). Standar Pelayanan Medis, Edisi 2, Cetakan I,
Medika FK UGM, Yogyakarta
Sudoyo Aru, dkk. 2009. Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid 1, 2, 3, edisi keempat. Internal
Publising. Jakarta
WILLYAM, (2012). Asuhan pada pasien dengan Tetanus. http://lib-USU.ac. (diperoleh 10
juni, 2016)
Nurkasim, Ismail. (2015). Asuhan keperawatan keluarga pada pasien dengan panyakit
Tetanus. http://academia.edu.ac (diperoleh 11 juni, 2016)
KONSEP TEEORI
1. Pengertian Tetanus
Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman clostridium
tetani yang dimanifestasikan dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan
seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu nampak pada otot masester dan otot rangka
(Smeltzer, 2001).
Tetanus adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan meningkatnya tonus
otot dan spasme, yang disebabkan oleh tetanospasmin, suatu toksin protein yang kuat
yang dihasilkan oleh Clostridium Tetani (Sudoyo, 2006).
Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa
disertai gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan kuman secara langsung, tetapi
sebagai dampak eksotoksin (tetanoplasmin) yang dihasilkan oleh kuman pada sinaps
ganglion sambungan sumsum tulang belakang, sambungan neuro muscular (neuro
muscular jungtion) dan saraf autonom. (Smarmo 2002)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, Tetanus adalah penyakit infeksi
dan gangguan neorologis yang diakibatkan toksin protein tetanospasmin dari kuman
Clostridium Tetani, yang ditandai dengan meningkatnya tonus otot dan spasme.
Klasifikasi beratnya tetanus oleh albert (Sudoyo Aru, 2009):
1. Derajat I (ringan): trismus (kekakuan otot mengunyah) ringan sampai sedang,
spasitas general, tanpa gangguan pernafasan, tanpa spasme, sedikit atau tanpa
disfagia
2. Derajat II (sedang): trismus sedang, rigiditas yang nampak jelas, spasme singkat
ringan sampai sedang, gangguan pernapasan sedang RR 30x/ menit, disfagia
ringan.
3. Derajat
III
(berat):
trismus
berat,
spastisitas
generaisata,
spasme
reflek
4. Derajat IV (sangat berat): derajat tiga dengan otomik berat melibatkan sistem
kardiovaskuler. Hipotensi berat dan takikardia terjadi perselingan dengan hipotensi
dan bradikardia, salah satunya dapat menetap.
2. Penyebab Tetanus
Penyakit tetanus ini disebabkan karena Clostridium tetani yang merupakan basil gram
positif obligat anaerobik yang dapat ditemukan pada permukaan tanah yang gembur dan
lembab dan pada usus halus dan feses hewan. Kuman ini bisa masuk melalui luka di
kulit. Spora yang ada tersebar secara luas pada tanah dan karpet, serta dapat diisolasi
pada banyak feses binatang pada kuda, domba, sapi, anjing, kucing, marmot dan ayam.
Tanah yang dipupuk dengan pupuk kandang mungkin mengandung sejumlah besar spora.
Di daerah pertanian, jumlah yang signifikan pada manusia dewasa mungkin mengandung
organisme ini. Spora juga dapat ditemukan pada permukaan kulit dan heroin yang
terkontaminasi. Spora ini akan menjadi bentuk aktif kembali ketika masuk ke dalam luka
dan kemudian berproliferasi jika potensial reduksi jaringan rendah. Spora ini sulit
diwarnai dengan pewarnaan gram, dan dapat bertahan hidup bertahun-tahun jika tidak
terkena sinar matahari. Bentuk vegetatif ini akan mudah mati dengan pemanasan 120 oC
selama 15-20 menit tapi dapat bertahan hidup terhadap antiseptik fenol, kresol.
Port of entry tak selalu dapat diketahui dengan pasti, namun dapat diduga melalui :
1. Luka tusuk, gigitan binatang, luka bakar.
2. Luka operasi yang tidak dirawat dan dibersihkan dengan baik.
3. Pemotongan tali pusat yang tidak steril.
4. Penjahitan luka robek yang tidak steril
(Smeltzer, 2001).
Masa inkubasi bervariasi antara 3 sampai 21 hari, biasanya sekitar 8 hari. Pada
umumnya tergantung pada lokasi dan jarak antara luka dengan sistem saraf pusat,
sehingga lokasi luka yang jauh dapat menyebabkan masa inkubasi yang lebih lama. Masa
inkubasi yang pendek mempunyai angka kematian yang cukup tinggi.
Karakteristik Dari Tetanus: (Smeltzer, 2001)
1. Kejang bertambah berat selama 3 hari pertama, dan menetap selama 5-7 hari.
2. Setelah 10 hari kejang mulai berkurang frekuensinya.
3. Setelah 2 minggu kejang mulai hilang.
4. Biasanya didahului dengan ketegangan otot terutama pada rahang dan leher.
5. Kemudian timbul kesukaran membuka mulut (trismus / lockjaw) karena spasme otot
masseter.
6. Kejang otot berlanjut ke kaku kuduk (nuchal rigidity)
7. Risus Sardonicus karena spasme otot muka dengan gambaran alis tertarik ke atas,
sudut mulut tertarik keluar dan kebawah, bibir tertekan kuat.
8. Gambaran umum yang khas berupa badan kaku dengan opistotonus, tungkai dengan
eksistensi, lengan kaku dengan mengepal, biasanya kesadaran tetap baik.
4. Penatalaksanaan Tetanus
a. Umum
Tujuan terapi ini berupa mengeliminasi kuman tetani, menetralisirkan peredaran
toksin, mencegah spasme otot dan memberikan bantuan pernafasan sampai pulih. Dan
tujuan tersebut dapat diperinci sbb : (Smeltzer, 2001)
a. Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya, berupa: membersihkan luka,
irigasi luka, debridement luka (eksisi jaringan nekrotik), membuang benda asing
dalam luka. Dalam hal ini penatalaksanaan, terhadap luka tersebut dilakukan 1-2
jam setelah ATS dan pemberian Antibiotika. Sekitar luka disuntik ATS.
b. Diet cukup kalori dan protein, bentuk makanan tergantung kemampuan membuka
mulut dan menelan. Bila ada trismus, makanan dapat diberikan personde atau
parenteral.
c. Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan terhadap
penderita
d. Pemberian oksigen bila terjadi dispnea, asfiksia dan sianosis, pernafasan buatan
dan tracheostomi bila perlu.
e. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
f. Hiperbarik, diberikan oksigen murni pada tekanan 5 atm
Tujuan pengobatan ialah mecegah terjadinya kematian terutama akibat komplikasi, gagal
napas secara spontan, meringkankan keadaan penderita, mengurangi dan menangani
komplikasi dan menetralkan toksin yang masih dapat dicapai, mengobati luka pemicu,
dan mencegah relaps (kekambuhan). (Sabiston, 2001)
5. Komplikasi Tetanus
Komplikasi tetanus terjadi akibat penyakitnya seperti : (Sabiston, 2001)
1. Spasme otot faring yang menyebabkan terkumpulnya air liur (saliva) didalam rongga
mulut dan hal ini memungkinkan terjadinya aspirasi sehingga dapat terjadi pnemonia
aspirasi.
2. Asfiksia ini terjadi karena adanya kekakuaan otot-otot pernafasan sehingga
pengembangan paru tidak dapat maksimal
3. Atelektasis karena obstruksi oleh secret. Hal ini dapat terjadi karena seseorang
dengan tetanus akan mengalami trismus (mulut terkunci) sehingga klien tidak dapat
mengeluarkan sekret yang menumpuk di tenggorokan ataupun menelannya.
4. Fraktura kompresi ini dapat terjadi bila saat kejang klien difiksasi kuat sehingga
tubuh tidak dapat menahan kekuatan luar.
10
6. Pencegahan Tetanus
1. Imunisasi aktif toksoid tetanus, yang diberikan yaitu DPT pada usia 3, 4 dan 5 bulan.
Booster diberikan 1 tahun kemudian selanjutnya tiap 2-3 tahun. Ibu hamil
mendapatkan suntikan TT (Tetanus Toxoid) minimal 2x.
2. Bila mendapat luka :
a) Perawatan luka yang baik : luka tusuk harus di buka secara lebar dan dibersihkan
dengan cara aseptik
b) Pemberian ATS 1500 iu secepatnya.
c) Tetanus toksoid sebagai boster bagi yang telah mendapat imunisasi dasar.
d) Bila luka berat berikan pp selama 2-3 hari (50.000 iu/kg BB/hari). (Komite medic,
2000)
7. Prognosis
Faktor yang mempengaruhi hasil akhir yang paling penting adalah kualitas
perawatan pendukung. Mortalitas paling tinggi pada anak yang amat muda dan pada
orang yang amat tua. prognosis yang paling baik dihubungkan dengan masa inkubasi
yang lama, tanpa demam, dan dengan penyakit terlokalisasi. Prognosis yang tidak baik
dihubungkan dengan antara jejas dan
dengan tiga hari atau kurang antara trimus dan spasme tetanus menyeluruh. Angka
kematian kasus yang dilaporkan untuk tetanus menyeluruh berkisar antara 5% dan 35%
dan untuk tetanus neonatorum meluas dari <10% dengan penanganan perawatan intensif
sampai >75% tanpa perawatan tersebut. Pronosis penyakit tetanus dipengaruhi oleh
beberapa faktor: (Komite medic, 2000)
1) Masa inkubasi
Makin panjang masa inkubasi biasanya penyakit makin ringan, sebaliknya makin
pendek masa inkubasi penyakit makin berat. Pada umumnya bila inkubasi kurang dari
7 hari maka tergolong berat.
2) Umur
Makin muda umur penderita seperti pada neonatus maka prognosanya makin jelek.
11
3) Period of onset
Period of onset adalah waktu antara timbulnya gejala tetanus, misalnya trismus sampai
terjadi kejang umum. Kurang dari 48 jam, prognosa jelek.
4) Panas
Pada tetanus febris tidak selalu ada. Adanya hiperpireksia maka prognosanya jelek.
5) Pengobatan
Pengobatan yang terlambat prognosa jelek.
6) Ada tidaknya komplikasi
7) Frekuensi kejang
Semakin sering kejang semakin jelek prognosanya.
12
DATA UMUM
A. Identitas Kepala Keluarga
1. Nama kepala keluarga (KK)
2. Umur
3. Pekerjaan kepala keluarga
4. Pendidikan KK
5. Alamat dan telefon
: Tn. X
: 42 Tahun
: Buruh
: Tamat Smp
: Kampung Oesao RT.01/ RW.03 Desa
Lamaholot / 082210140659
No
1.
2.
3.
Nama
Tn. X
AN. E
AN. A
Umur
42
21
15
JK
P
P
L
Hubungan dengan KK
Kepala Keluarga
Anak
Anak
C. Genogram :
Keterangan :
13
Pendidikan
Tamat SMP
Tamat SMA
SMP
Pekerjaan
Buruh/ Petani
SPG
Pelajar
Laki-laki
Perempuan
Meninggal dunia
Tinggal serumah
Kawin
Cerai
Anak adopsi
D. Tipe Keluarga
Merupakan tipe keluarga tradisional dimana Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu
keluarga hanya dengan satu orang yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah atau
ditinggalkan.
E. Suku Bangsa
1. Asal suku bangsa : Timor
2. Bahasa yang dipakai : Indonesia dan Timor
3. Kebiasaan keluarga yang dipengaruhi suku yang dapat mempengaruhi kesehatan :
keluarga Tn. Xselalu mengkonsumsi minuman herbal
F. Agama
1. Agama yang dianut keluarga : Islam
2. Kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan : keluarga klien percaya bahwa
kesehatan diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa
G. Status social ekonomi keluarga :
1. Rata- rata penghasilan seluruh anggota keluarga
Pekerjaan : Dahulu Tn. X bekerja sebagai Buruh , pernah bekerja sebagai penjahit
namun kurang memenuhi kebutuhan rumah tangga sehingga Tn. X meninggalkan
rumah dan bekerja di soreang sebagai pembantu rumah tangga. Penghasilan :
sumber penghasilan keluarga tidak tetap. Penghasilan hanya dari pembantu rumah
14
15
dan harus segera dirawat. Namun Keluarga menolak karena alasan takut akan
biaya dan waktu yang perawatan yang lama nantinya
D. Riwayat keluarga sebelumnya :
Keluarga Tn. X tidak mempunyai penyakit keturunan
16
III.
Pengkajian lingkungan
A. Karakteristik rumah
Keluarga Tn. X tinggal serumah bersama anaknya An. A dengan luas rumah
sekitar 16 m2, merupakan rumah permanen, dinding rumah tembok, atap
genting dan lantai semen. Kondisi dalam rumah cukup bersih
dan rapi
dengan pembagian ruangan yang sederhana, bagian dalam rumah terdiri dari
1 ruangan yang dibagi 3 dengan menggunakan sekat berupa kain gorden,
dibagi menjadi ruang tamu, ruang ntn TV, dapur dan kamar tidur.
Pada siang hari bagian dalam rumah terlihat terang dan sedikit pengap,
ventilasi rumah hanya dari pintu depan dan jendela. Jendela hanya terdapat di
dibakar.
Belakang rumah merupakan kebun yang digunakan Tn.X untuk bertani dan
beternak.. Halaman belakang terdirri atas kebun dan tempat beternak, Banyak
R. Tamu
R. TV
Kamar
tidur4x3m
2
4x5m2
Dapur 3x 2
m2
suku yang lain di luar timor, budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan
adalah menggunakan bahan herbal saat sakit.
C. Mobilitas geografis keluarga :
Keluarga selalu tinggal menetap dan tidak pernah berpindah rumah.
D. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga tidak pernah mengadakan perkumpulan keluarga secara khusus. Kegiatan
masyarakat yang secara rutin diadakan adalah pengajian dan gotong-royong.
E. System pendukung keluarga
Sumber pendukung keluarga saat pasien mengalami kesulitan adalah keluarga dan
tetangga sekitar.
IV.
Struktur keluarga
A. Pola komunikasi keluarga :
Komunikasi dalam keluarga lebih banyak menggunakan bahasa Timor, biasanya
Tn. X lebih banyak membicarakan masalah keluarga pada anak secara langsung.
Frekuensi komunikasi dalam keluarga sering karena dikeluarga Tn. Xbanyak anggota
keluarga yang tinggal berdekatan dirumah.
B. Struktur kekuatan keluarga:
Yang sering membuat keputusan dalam keluarga adalah Tn. Xdan pengambilan
keputusan sebelumnya sudah dimusyawarahkan lebih dahulu dengan anggota
keluarga. Kekuatan yang dimiliki keluarga adalah Tn. Xselain bekerja sebagai
pembantu rumah tangga, Tn. Xjuga bekerja sebagai penjahit di rumah Tn. Xsendiri.
C. Struktur peran:
Tn. X: Berperan sebagai kepala keluarga, sebagai pengambil keputusan, orang tua
An E: Berperan sebagai anggota keluarga (anak) sekaligus bertugas mencari nafkah
An. A : Berperan sebagai anggota keluarga (anak) yang masih tergantung kepada
orang tua, membantu Tn. X bertani dan beternak.
D. Nilai dan norma keluarga:
Tidak ada nilai atau norma khusus yang diterapkan dalam keluarga, secara umum
berlaku sikap untuk menghormati dan taat pada orang tua dan saling menghormati
antara anggota keluarga lain.
V.
Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif:
18
Tn. X cukup dekat dengan anaknya karena sering kumpul di rumah, Tn. X. Anggota
keluarga saling menghormati satu sama lain, dan saling memperhatikan serta saling
mendukung satu sama lain.
b. Fungsi sosialiasi:
Tn. X mempunyai tanggung jawab untuk peran membesarkan anak/ fungsi sosialisasi,
dan tidak ada faktor sosial-budaya tertentu yang mempengaruhi pola membesarkan
anak dalam keluarga.
c. Fungsi perawatan kesehatan:
Bagi keluarga, kesehatan dianggap sebagai anugerah Tuhan dan mahal biayanya
namun dalam prilaku keluarga sering tidak menunjukkan sikap untuk menjaga
kesehatan dikarenakan ketidaktahuan dan ketidakmampuan. Keluarga tidak
mengetahui An.A menderita penyakit tetanus. Hanya mengira demam biasa, setelah
terjadi kejang barulah keluarga membawa anak ke RS
VI.
19
VII.
Pemeriksaan fisik
a. Tanggal pemeriksaan :
b. Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga
No
1.
2.
3.
Keluarga
Tn.X
An. A
CM
CM
Kesadaran
Tanda-TandaVital:
a. TD (mmHg)
120/90
110/90
b. Nadi
64x/mnt
100x/mnt
c. Suhu
36,50c
380c
d. Respirasi
Kepala
18x/mnt
24x/mnt
a.
Bentuk
Simetris
Simetris
b.
Rambut :
Warna
Putih
Hitam
Distribusi
Merata
Merata
20
4.
Bersih
Bersih
c. Kulit Kepala
Mata :
Lesi (-)
Lesi (-)
a. Bentuk
Simetris
Simetris
b. Conjungtiva
Anemis-
Anemis-
c. Sklera
Ikterik
Ikterik
Isokor
Isokor
e. Rabun
Hidung :
Tdk ada
Tdk ada
a. Bentuk
Simetris
Simetris
Baik
Baik
c. Hygiene
Bersih
Bersih
d. Keluhan
Tdk ada
Hygiene
d. Reflek Pupil
5.
b. Fungsi penciuman
Telinga :
a. Bentuk
Simetris
Simetris
Baik
Baik
Bersih
Bersih
d. Keluhan
Mulut dan Bibir
Tdk ada
Tdk ada
a. Bentuk bibir
Simetris
Simetris
Baik
Baik
c. Warna lidah
Merah
Merah
d. Hygiene
Bersih
Bersih
Lengkap
Lengkap
Bebas
Bebas
Tdk ada
Tdk ada
b. Fungsi pendengaran
c. Hygiene
7.
b. Fungsi pengecapan
8.
e. Gigi
Leher :
a. Pergerakan
b. Pembesaran KGB
21
9.
Dada :
a. Bentuk dan pergerakan
Simetris
Simetris
b. Keluhan
Tdk ada
10. Abdomen :
a. Turgor
11.
Baik
Baik
b. Bising usus
(+)
(+)
c. Keluhan
Ektremitas atas :
Tdk ada
Tdk ada
a. Bentuk
Simetris
Simetris
Bebas
Bebas
Tdk ada
Tdk ada
d. Kekuatan Otot
Baik
Baik
e. Keadaan kuku
Pendek, cukup
bersih
Tdk ada
b. Pergerakan
c. Oedem
12
f. Keluhan
Ekstremitas Bawah :
Tdk ada
a. Bentuk
Simetris
Simetris
b. Pergerakan
Bebas
Bebas
c. Oedem
Tdk ada
Tdk ada
d. Kekuatan Otot
Kurang
Baik
e. Keadaan Kuku
Bersih
Kurang bersih
Tdk ada
f. Keluhan
Kulit :
a. Suhu permukaan
Hangat
panas
Baik
Baik
Lembab
Kering
d. Fungsi perabaan
Baik
Baik
e. Lesi
(-)
(+)
f. Hygiene
Cukup
Cukup
g. Keluhan
Tdk ada
Tdk ada
b. Turgor
c. Kelembaban
22
23
ANALISA DATA
DATA
INTERPRETASI DATA
1. Klien mengatakan kurang
DS:
-
Tn.
mengatakan
dan
kejang
Tn.
pulang
dalam
penyakit Tetanus
penyakit
mengenal
masalah
sehingga
mengambil keputusan
3. Klien sudah memanfaatkan
membawa
anaknya
dirawat
dibawa ke RS
-
MASALAH
Ketidakmampuan
keluarga
saja
fasilitas kesehatan
untuk
dirumah,
menunggu
berunding
RR 24x/menit
Retraksi (+)
Gelisah (+)
Keringat (+)
DS:
Demam (380C)
Tn.
untuk
memodifikasi lingkungan
yang bersih
itu
mengatakan
keluarga
mengetahui cara
cuman
Ketidakmampuan
lahan
dimilikinya
-
anaknya
membersihkan
untuk
halaman
belakang
DO:
24
memodifikasi
Halaman
belakang
DS:
-
Keluarga klien
mengatakan tidak
Ketidaktahuan
penyakit asma
Diagnosa dari RS +
Tetanus
25
keluarga
3.
Skor
Jumlah
Pembenaran
Sifat masalah:
3/3 x 1
26
penyakit
asma
merupakan keadaan
yang
menyimpang
agar
tidak
masuk
ke
dalam
2/2 x 1
dapat
di
ubah :
masih
menunggu pendapat
keluarga lainya dan
Cukup
penyakit
Tetanus
Potensial
masalah 2/3 x 1
2/3
untuk dicegah:
Komplikasi
keparahan
dan
terhadap
Cukup
dicegah
apabila
mendapatkan
perawatan yang baik
dan segeraa dibawa
ke RS
Menonjolnya
1/2x 1
masalah:
Masalah
tetapi
dirasakan
tidak
Keluarga
merasa
keadaan
tersebut
seperti
demam
perlu
segera ditangani
yang mengakibatkan
suatu kondisi yang
27
lebih parah
Total Skor
3 1/6
Skor
Jumlah
Pembenaran
Sifat masalah:
3/3 x 1
Tetanus
merupakan keadaan
yang tidak baik dan
kondisi
itu
perlu
tindak
lanjut
agar
tidak
masuk
ke
dapat
2/2 x 2
di
ubah :
28
Kemungkinan
masalah
dapat
diubah
karena
cukup
keluarga
belum
mengetahui
dan
membersihkan
lingkungan belakang
rumah dan tugas itu
diberikan
pada
anakya
Potensial
masalah 3/3 x 1
untuk dicegah:
Kepekaan
kondisi
terhadap
lingkungan
dapat
Cukup
dicegah
belakang
dan
diberi
perlengkapan
yang
bersifat perlindugan
diri
Menonjolnya
0x 1
masalah:
Masalah
tetapi
Keluarga
menyadari
yang
perlu
bersih
merupakan masalah
segera ditangani
yang
penting
Total Skor
bahwa
masalah lingkungan
dirasakan
tidak
tidak
29
tidak
terlalu
3.
Skor
Jumlah
Pembenaran
Sifat masalah:
3/3 x 1
Harus dibawa ke RS
karena memerlukan
penanganan
khusus
dapat
2/2 x 2
di
ubah :
Kemungkinan
masalah
dapat
diubah
karena
keluarga
Mudah
memiliki
keingintahuan
mengenai penyakit
Potensial
masalah 3/3 x 1
untuk dicegah:
Potensial
masalah
Cukup
kepekaan terhadapa
masalah pada An. A
Menonjolnya
0x 1
masalah:
Keluarga
menyadari
30
tidak
bahwa
Masalah
tetapi
dirasakan
tidak
penyakit
perlu
Tetanus
merupakan masalah
segera ditangani
yang
tidak
terlalu
31
lebih
No
Diagnosa
Keperawatan
1.
Ketidakmampuan
keluarga
mengenal
Tn
NOC
Setelah
NIC
dilakukan
pendidikan
masalah
umum
dan
melaksanakan
An A
p e n c e g a h a n s e r t a p e n a n g a n a n ya .
kriteria hasil : keluarga Tn.X
mampu
Rasional
Penyuluhan
menggunakan
pendekatan
penangnan
Memberikan
pertanyaan
dan
kondusif
terhadap keluarga
tampilan visual dan audio
dari penerima edukasi
dengan pengetahuan yang
cukup dalam penggunaan
fasilitas
kesehatan
meminimalisasi
akan
terjadiya
memberikan
parahnya penyakit
dan
terkait
yang ada
Mengembangkan
yang
keluarga Tn. X
Memfasilitasi atau mengarahkan keluarga
Tn.X untuk menggunakan layaan kesehatan
penyakit tetanus
yang terdekat
2
Ketidakmampuan
Keluarga
Koping
ketidakmampuan
terhadap
keluarga
tidak
akan
koping
mengalami
yag
ditandai
Dengan
pengungkapan
25
terhadap perawatan An A
terapeutik
masalah
yang
yang ada
Memperdulikan
keluarga (An.A)
Menyadari kebutuhan An. A
diskusi
kebutuhan
anggota
Mencegah
terjadinya
kesalahpahaman
mengancam
dalam
dan
memancing
emosi keluarga
Dengan
berkumpullya
Dorong
pertemuan
keluarga
maka
kelompok keluarga
Bantu memotivasi keluarga untuk berubah
Bantu keluarga untuk klarifikasi apa yang
didalam
keluarga
partisipasi
utnuk
yang
untuk
permasalahan selanjutnya
Dengan dokumentasi maka
hal
3
Kolaborasi melakukan rujukan anak A ke
RS terdkat untuk mendapatkan pelayanan
secepatnya
25
baik
dapat
masalah
yang
disampaikan
valid
Merujuk adalah salah satu
tindakan yang tepat pada
kasus yang membutuhkan
pelayanan khusus dari pihak
Rumah Sakit.
Tn.
mengelolah
lingkungan rumah
Meningkatkan pengetahuan
keluarga
mengenai
Kriteria hasil :
Mengikuti
rencana
khusus
untuk
keluarga
Keluargaakan
memiliki
rumah
Libatkan
keluarga
dalam
menentukan
merasa
peran
menigkatkan
dalam
kesehatan
dilingkungan rumah
dapat
dilakukan
25
25