Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

TBC (TUBERCULOSIS)

DOSEN PEMBIMBING:

Ns. Dwi Nur Rahmantika P.S, M. Kep.

Disusun Oleh:

Kelompok 2

Kelas 3D

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2021/202
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah
memberikan kita rahmat, taufiq, hidayah dan anugerah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “TBC (TUBERCULOSIS)”. Sholawat serta salam tetaplah kita
curahkan kepada junjungan dan tauladan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing
kita pada jalan lurus yang di ridhai oleh Allah SWT.

Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk menambah dan mengembangkan


pengetahuan tentang “TBC (TUBERCULOSIS)”, Makalah ini disusun dengan urutan penyajian
sedemikian rupa sehingga pembaca akan merasa senang untuk memahaminya.

“Tiada Manusia Yang Sempurna” begitu pula dengan kami yang telah menyelesaikan
makalah ini dengan sebaik mungkin. Akan tetapi, segala kritik dan saran kami perlukan guna
memperbaiki isi dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan turut andil dalam
merncerdaskan para calon perawat indonesia, dan menjadikan para perawat Indonesia menjadi
perawat yang profesional.

Semarang, 13 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................................3

BAB I.............................................................................................................................4

PENDAHULUAN.........................................................................................................4

A. Latar Belakang....................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...............................................................................................5

C. Tujuan Penulisan................................................................................................5

D. Metode penulisan................................................................................................6

E. Sistematika Penulisan.........................................................................................6

BAB II...........................................................................................................................7

KONSEP DASAR.........................................................................................................7

A. Kasus..................................................................................................................7

B. Pengkajian Fokus................................................................................................7

C. Pengkajian yang perlu dilengkapi.......................................................................7

D. Analisa Data.......................................................................................................7

E. Patways...............................................................................................................9

F. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................11

G. Kriteria Hasil, Tujuan dan Intervensi...............................................................11

BAB III........................................................................................................................20

PERTANYAAN DAN JAWABAN ...........................................................................20

BAB IV........................................................................................................................20

PENUTUP...................................................................................................................20
A. KESIMPULAN................................................................................................20

B. SARAN.............................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................21
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium


Tuberculosis, yang paling umum mempengaruhi paru–paru. Sumber penularan adalah
penderita Tuberkulosis BTA positif, pada waktu batuk atau bersin, penderita
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (Droplet Nuclei)(Andriani
and Sukardin 2020)
Tuberkulosis menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi
komitmen global dalam MDG’s (Kementrian Kesehatan Republik indonesia 2015).
Penyakit Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia. Hal tersebut
menyebabkan gangguan kesehatan jutaan orang pertahun penyebab utama kematian
penyakit menular di dunia . Pada tahun 2014, diperkirakan 9,6 juta kasus TB baru yaitu
5,4 juta adalah laki-laki, 3,2 juta di kalangan perempuan dan 1,0 juta anak-anak.
Penyebab kematian akibat TB Paru pada tahun 2014 sangat tinggi yaitu 1,5 juta
kematian , dimana sekitar 890.000 adalah laki-laki, 480.000 adalah perempuan dan
140.000 anak-anak (WHO, 2015). Indikator yang digunakan dalam penanggulangan TB
salah satunya Case Detection Rate CDR), yaitu jumlah proporsi pasien baru BTA positif
yang ditemukan dan pengobatan terhadap jumlah pasien baru BTA positif, yang
diperkirakan dalam wilayah tersebut (Kemenkes, 2015). Pencapaian CDR (Case
Detection Rate-Angka Penemuan Kasus) TB di Indonesia tiga tahun terakhir
mengalami penurunan yaitu tahun 2012 sebesar 61 %, tahun 2013 sebesar 60 %, dan
tahun 2014 menjadi 46 % (Kemenkes RI, 2015).
Laporan TB dunia oleh World Health Organization (WHO) pada tahun 2015,
masih menempatkan Indonesia sebagai penyumbang TB terbesar nomor tiga di dunia
setelah India dan Cina, diperkirakan ada 1 juta kasus TB baru pertahun (399 per
100.000 penduduk) dengan 100.000 kematian pertahun (41 per 100.000). Penderita
TBC di Indonesia pada tahun 2016 mencapai 156.723 orang, Provinsi dengan peringkat
5 tertinggi yaitu Jawa Barat sebanyak 23.774 orang, Jawa Timur sebanyak 21.606
orang, Jawa Tengah sebanyak 14.139 orang, Sumatera Utara sebanyak 11.771 orang,
DKI Jakarta sebanyak 9.516 orang (Profil kesehatan Indonesia, 2016). Berdasarkan data
Dinas Kesehatan di Kabupaten Kampar pada tahun 2018 terdapat 1.079 kasus dengan
rincian perempuan 383 kasus dan laki-laki sebanyak 696 kasus (Dinas Kesehatan
Kabupaten Kampar, 2018).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengkajian focus TBC?
2. Apa data pengkajian yang perlu dilengkapi?
3. Bagaimana Patways?
4. Apa saja Diagnosa Keperawatan?
5. Apa saja Intervensi, tujuan dan kriteria hasil Keperawatan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Apa pengkajian focus TBC
2. Untuk mengetahui data pengkajian yang perlu dilengkapi
3. Untuk mengetahui Patways TBC
4. Untuk mengetahui Apa saja Diagnosa Keperawatan
5. Untuk mengetahui Apa saja Intervensi tujuan dan kriteria hasil Keperawatan

D. Metode penulisan
Data dan informasi dikumpulkan dengan melakukan penelusuran terkait informasi
yang sama. Teknik pengumpulan data informasi dengan cara menganalisis sumber data,
memilih bahan informasi yang sesuai, dan juga menelusuri semua pembahasan data
yang terkait dengan sumber pendukung penulisan.

E. Sistematika Penulisan
1. Cover
2. Kata Pengantar
3. Daftar Isi
4. BAB I Pendahuluan berisi tentang :
a. Latar Belakang
b. Rumusan masalah
c. Tujuan Penulisan
d. Metode penulisan
e. Sistematika penulisan
5. BAB II berisikan Pembahasan
6. BAB III berisikan pertanyaan dan jawaban yang terkumpul saat Presentasi
7. BAB IV berisi kesimpulan dan saran
8. Daftar Pustaka
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kasus
Seorang laki-laki usia 44 tahun mengeluh batuk lebih dari 2 minggu. Batuk dirasakan lebih sering
pada malam hari sejak 3 bulan yang lalu. Keluhan lainnya adalah demam dan penurunan nafsu
makan disertai dengan penurunan berat badan, serta memiliki riwayat kontak dengan penderita TBC
Paru. Pada pemeriksaan fisik ditemukan berat badan 47 kg, tinggi badan 163 cm, dan IMT 18,0
(underweight), tanda-tanda vital ditemukan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 x/menit, frekuensi
napas 17 x/menit, suhu tubuh 37 C. Pemeriksaan toraks adanya suara nafas abnormal yaitu rhonki
pada pulmo dekstra dan sinistra. Pemeriksaan laboratorium ditemukan pada pemeriksaan BTA +2.
Pemeriksaan foto rontgen thorax Anterior Posterior (AP) ditemukan adanya cavitas pada pulmo
dekstra dan sinistra. Sebelumnya pasien pernah mendapatkan OAT FDC namun tidak teratur minum
obat.
B. Pengkajian Fokus Tuberculosis
1. PENGKAJIAN
a. Anamnesis
1) Identitas Diri Pasien : Yang terdiri dari nama pasien, umur, jenis kelamin, agama
dan lain-lain
2) Keluhan Utama : Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB Paru
meminta pertolongan pada tenaga medis dibagi menjadi 4 keluhan, yaitu :
a. Batuk
Keluhan batuk timbul paling awal dan paling sering dikeluhkan, apakah
betuk bersifat produktif/nonproduktif, sputum bercampur darah
b. Batuk Berdahak
Seberapa banyak darah yang keluar atau hanya blood streak, berupa garis
atau bercak-bercak darah
c. Sesak Nafas
Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena
ada hal-hal menyertai seperti efusi pleura, pneumotoraks, anemia, dll.
d. Nyeri Dada
Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleural terkena TB
3) Keluhan Sistematis
a. Demam
keluhan ini sering dijumpai yang biasanya timbul pada sore hari atau pada
malam hari mirip dengan influenza
b. Keluhan Sistematis Lain
keluhan yang timbul antara lain : keringat malam, anoreksia, penurunan berat
badan dan malaise
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang :
1) Keadaan pernapasan (napas pendek)
a) Nyeri dada
b) Batuk, dan
c) Sputum
2) Kesehatan Dahulu : Jenis gangguan kesehatan yang baru saja dialami, cedera
dan pembedahan
3) Kesehatan Keluarga : Adakah anggota keluarga yang menderita empisema,
asma, alergi dan TB
3. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum dan tanda – tanda vital
Hasil pemeriksaan tanda – tanda vital klien biasanya didapatkan peningkatan suhu
tubuh secara signifikan, frekuensi napas meningkat disertai sesak napas, denyut nadi
meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan dan
tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya penyakit penyulit seperti hipertensi.
2) Breathing
a) Inspeksi :

1. Bentuk dada dan gerakan pernapasan klien dengan TB Paru


biasanya terlihat kurus sehingga pada bentuk dada terlihat adanya
penurunan proporsi anterior-posterior bading proporsi diameter
lateral
2. Batuk dan sputum Batuk produktif disertai adanya peningkatan produksi
sekret dan sekresi sputum yang purulen
b) Palpasi :
Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi pernapasan. TB Paru tanpa
komplikasi pada saat dilakukan palpasi, gerakan dada biasanya normal dan
seimbang bagian kiri dan kanan. Adanya penurunan gerakan dinding
pernapasan biasanya ditemukan pada klien TB Paru dengan kerusakan
parenkim paru yang luas.
c) Perkusi :
Pada klien TB Paru tanpa komplikasi biasanya ditemukan resonan atau
sonor pada seluruh lapang paru. pada klien dengan komplikasi efusi pleura
didapatkan bunyi redup sampai pekak pada sisi yang sakit sesuai dengan
akumulasi cairan
d) Aukultasi :
Pada klien TB Paru bunyi napas tambahan ronki pada sisi yang sakit

1) Brain
Kesadaran biasanya komposmentis, ditemukan adanya sianosis perifer
apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pengkajian objektif, klien
tampak wajah meringis, menangis, merintih. Pada saat dilakukan
pengkajian pada mata, biasanya didapatkan konjungtiva anemis pada TB
Paru yang hemaptu, dan ikterik pada pasien TB Paru dengan gangguan
fungsi hati.
2) Bledder
Pengukuran volume output urin berhubungan dengan intake cairan.
Memonitor adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal
syok.
3) Bowel
Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan dan
penurunan berat badan
4) Bone
Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien TB Paru. gejala yang
muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup menetap.
3. Pemeriksaan Fisik Head To Toe

(a) Kepala : Kaji keadaan Kulit kepala bersih/tidak, ada benjolan/tidak,


simetris/tidak

(b) Rambut :Kaji pertumbuhan rata/tidak, rontok, warna rambut

(c) Wajah: Kaji warna kulit, struktur wajah simetris/tidak

(d) Sistem Penglihatan : Kaji kesimetrisan mata, conjungtiva anemia/tidak, sclera


ikterik/tidak )

(e) Wicara dan THT

1. Wicara : Kaji fungsi wicara, perubahan suara,afasia, dysfonia

2. THT

a) Inspeksi hidung : kaji adanya obtruksi/tidak simetris/tidak ada


secret/tidak

b) Telinga : Kaji Telinga Luar bersih/tidak, membran tympani, ada


secret/tidak

c) Palpasi : Kaji THT ada/tidak nyeri tekan lokasi dan penjalaran


(Handayani 2019)
C. Data yang perlu dilengkapi pada kasus Skenario
1) Identitas Diri Pasien : Yang terdiri dari nama pasien, umur, jenis kelamin, agama dan
lain-lain
2) Riwayat penyakit Kesehatan Dahulu : Jenis gangguan kesehatan yang baru saja dialami,
cedera dan pembedahan
3) Riwayat Penyakit Kesehatan Keluarga : Adakah anggota keluarga yang menderita
empisema, asma, alergi dan TB

D. Analisa Data

DATA (DS dan DO) MASALAH ETIOLOGI (E)


(P)
DS Bersihan Sekresi yang tertahan
 Pasien mengeluh batuk lebih dari 2 Jalan nafas D.0001
minggu, tidak efektif
 Pasien mengatakan Batuk dirasakan
lebih sering pada malam hari sejak 3
bulan yang lalu.
DO :
 TTV
TD: 110/70 mmHg,
N: 80 x/menit,
RR: 17 x/menit,
S: 37 C
 Pemeriksaan toraks: bunyi rhonki pada
pulmo dekstra dan sinistra.
 Pemeriksaan laboratorium ditemukan
pada pemeriksaan BTA +2.

DS : Resiko Penyakit Kronis


 Pasien mengeluh demam Infeksi (Tuberculosis)
 Pasien mengeluh mengalami D.0142
penurunan nafsu makan disertai
dengan penurunan berat badan
DO :
 Pemeriksaan fisik
BB: 47 kg,
TB: 163 cm,
IMT 18,0 (underweight),
 TTV
TD: 110/70 mmHg,
N: 80 x/menit,
RR: 17 x/menit,
S: 37 C
 Pemeriksaan foto rontgen thorax
Anterior Posterior (AP) ditemukan
adanya cavitas pada pulmo dekstra dan
sinistra.
E. Patways

Infeksi bakteri TBC

Infeksi primer

Bakteri muncul beberapa minggu yang lalu

Reaksi infeksi/inflamasi, cavitas dan merusak parenkim paru

Batuk Demam

Suara nafas abnormal Penurunan nafsu makan

Terdengar ronkhi pada pulmo Berat badan menurun


dextra dan sinistra

Risiko infeksi
Bersihan jalan napas tidak efektif
F. Diagnosa Keperawatan Tuberculosis

1. Bersihan janlan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan d.d Pasien mengeluh batuk
lebih dari 2 minggu, frekuensi napas 17 x/menit, rhonki pada pulmo dekstra dan sinistra,
Pemeriksaan laboratorium ditemukan pada pemeriksaan BTA +2.

2. Resiko Infeksi b.d Penyakit Kronis (Tuberculosis) d.d Pasien mengeluh demam dan
penurunan nafsu makan disertai dengan penurunan berat badan IMT 18,0 (underweight) suhu
tubuh 37 C. cavitas pada pulmo dekstra dan sinistra.

(PPNI, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1, 2018)

G. Kriteria Hasil, Tujuan Dan Intervensi Keperawatan

No Tujuan dan Kriteria Intervensi rasional


dx hasil
1 Setelah dilakukan Latihan batuk efektif Observasi
tindakan keperawatan (I.01006)  untuk
selama 3x24 jam Tindakan mengetahui
diharapkan bersihan Tindakan kemampuan
jalan nafas efektif Observasi batuk pasien
meningkat dengan  Identifikasikemampuan  untuk
kriteria hasil: batuk mengetahui
 batuk efektif  Monitor adanya retensi retensi sputum
meningkat sputum pasien
 produksi  Monitor tanda dan gejala  untuk
sputum infeksi saluran napas mengetahui
menurun  Monitor input dan output gejala infeksi
 Frekuensi Nafas cairan (mis. jumlah dan saluran nafas
Membaik karakteristik) pasien
 Hasil Terapeutik  untuk
pemeriksaan  Atur posisi semi-Fowler atau memonitor
BTA menurun Fowler kadar cairan
 Ronchi pada Edukasi pasien
pulmo menurun  Jelaskan tujuan dan prosedur Terapeutik
batuk efektif  untuk
(PPNI, Standar Luaran  Anjurkan tarik napas dalam memudahkan
Keperawatan Indonesia: melalui hidung selama 4 pasien untuk
Definisi dan Kriteria Hasil detik, ditahan selama 2 detik, relaksasi
Keperawatan, Edisi 1, kemudian keluarkan dari Edukasi
2018) mulut dengan bibir mencucu  agar pasien
(dibulatkan) selama 8 detik tau tentang
 Anjurkan mengulangitarik batuk efektif
napas dalam hingga 3 kali  untuk
 Anjurkan batuk dengan kuat mengurangi
langsung setelah tarik napas retensi batuk
dalam yang ke-3  agar
Kolaborasi pernafasan
 Kolaborasi pemberian menjadi lancer
mukolitik atau ekspektoran,  agar dahak
jika aada bias keluar
(PPNI, Standar Intervensi Keperawatan
Kolaborasi
Indonesia : Definisi dan Tindakan
 untuk
Keperawatan, Edisi 1, 2018)
mengurangi
batuk
2. Setelah dilakukan Manajemen imunisasi Observasi
tindakan keperawatan (I.14508)  agar
selama 3x24 jam Observasi mengetahui
diharapkan tingkat Riwayat
infeksi menurun  Identifikasi riwayat
penyakit
dengan kriteria hasil: kesehatan dan riwayat alergi
 Demam  Identifikasi kontraindikasi pasien
menurun pemberian imunisasi  -untuk
 Suhu Tubuh mengetahui
Terapeutik
Normal (36,5o) adanya reaksi
 Nafsu makan hipersensitivit
 Dokumentasikan informasi
membaik as
vaksinasi
 IMT normal Terapeutik
(18,5) Edukasi  agar

 Pemeriksaan memudahkan
 Informasikan vaksinasi untuk informasi pada
 Cavitas pulmo
kejadian khusus pasien
dextra dan
 Informasikan penyedia
sinistra
layanan pekan imunisasi Edukasi
menurun]
nasional yang menyediakan  untuk
vaksin gratis memberikan
(PPNI, Standar Luaran
Keperawatan Indonesia: informasi
(PPNI, Standar Intervensi Keperawatan
Definisi dan Kriteria Hasil vaksinasi yag
Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1, akan
Keperawatan, Edisi 1, 2018)
2018) dilakukan
 anjurkan
vaksinasi
yang di
programkan
BAB III

PERTANYAAN DAN JAWABAN

PERTANYAAN DAN JAWABAN

Kelompok 1

1. Mengapa pada penderita TBC terdengar bunyi ronki? (Herra Oktavia)

Jawab : Karena adanya peningkatan produksi secret pada saluran pernapasan. Ronki dapat
disebabkan oleh hilangnya stabilitas dalam nafas perifer yang mengalami kolaps pada saaat
ekspirasi. Jadi, pada saat inspirasi yang tinggi akibat terjadinya pemasukan udara yang cepat
kedalam unit unit udara distal. Makan akan terjadi pembukaan yang cepat di alveoli dan
bronkus yang kecil atau bronkus sedang yang mengandung secret pada bagian paru paru

2. Apa gunanya obat mukolotik dan bagaimana jangka konsumsinya? (Risnatun Hasanah)

Jawab : Obat mukolotik adalah obat yang berkerja dengan mengurangi kekentalan dahak
sehingga diharapkan dahak yang dirasakan pasien menjadi lebih mudahh dikeluarkan.
Jangka konsumsi bisa diminum sampai batuk yang dirasakan pasien berkurang, bila setelah
4 minggu pemberian obat tidak ada manfaat yang dihasilkan, pemberian obat harus
dihentikan dan bisa dilakukan pemeriksaan lebih lanjut pada pasien.

Kelompok 2

1. apakah orang yg sudah sembuh dr TBC bisa terjangkit kembali? (Resa Syalaisa Sabila)

Jawab: Kambuhnya TBC bisa terjadi karena pasien terinfeksi bakteri M. tuberculosis dari
strain yang berbeda. Artinya, bakteri TBC yang baru memiliki susunan gen yang berbeda
dari bakteri yang sebelumnya menginfeksi.

2. apakah TBC bisa menurun secara genetik? (Devani)

Jawab: TBC bukanlah penyakit keturunan. Jika terdapat beberapa orang yang tinggal dalam
satu rumah mengidap penyakit ini, hal tersebut dikarenakan penularan bakteri dan bukan
karena genetis.

3. apakah TBC dpt menular lgsg/ harus kontak? (Novita Putri)

Jawab: Penyakit TBC tidak menular melalui kontak fisik (seperti berjabat tangan) atau
menyentuh peralatan yang telah terkontaminasi bakteri TB. Selain itu, berbagi makanan atau
minuman dengan penderita tuberkulosis juga tidak menyebabkan seseorang tertular penyakit
ini.

4. bagaimana adaptasi dengan lingkungan yg terkena tbc? (Siti Juhro)

Jawab : adaptasi dg lingkungan yg terkena tbc yaitu dg cara memfasilitasi ventilasi yg baik,
pencahayaan yg baik di dlm ruangan, tdk terlalu padat hunian dirumah/bangunan dirumah.

5. Kenapa tidak mengambil diagnosis defisit nutrisi? (Rikayatul)

Jawab : dalam kasus ini kita mengambil diagnosis yg lebih fokus untuk ke kondisi pasien
dan kenyamanan pasien supaya saat menerapkan definisi nutrisi pasien dapat mengonsumsi
dengan nyaman

Kelompok 3

1. Pemeriksaan fisik pada paru apa yg terjadi saat intervensi pertama dilakukan (Malinda)
Jawab : Pemeriksaan fisik yg pertama kali dilakukan pemeriksaan keadaan umum yg
meliputi : TD, nadi, pernafasan, dan suhu. Kemudian dilanjut dengan breathing yang
meliputi : inspeksi (bentuk dada dan gerakan pernapasan klien dengan TB paru biasanya
terlihat kurus, batuk dan sputum mengalami peningkatan produksi sekret dan sekresi sputum
yang purulen), palpasi (TB paru normal : gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi
pernapasan seimbang antara kiri & kanan, TB paru kerusakan parenkim paru yg luas :
penurunan gerakan dinding pernapasan), perkusi (TB paru tanpa komplikasi : resonan/sonor
pd seluruh lapang paru, TB dengan komplikasi efusi pleura : bunyi redup sampai pekak pd
sisi sakit sesuai akumulasi cairan), auskultasi (TB paru bunyi napas tambahan ronkhi pada
sisi yg sakit : Brain (keadaan komposmentis, ditemukan adanya sianosis Perifer apabila
gangguan perfusi jaringan berat), bledder (pengukuran volume output urine berhubungan
dengan intake cairan), bowel (biasanya mengalami muntah, mual, penurunan bb dan nafsu
makan), dan Bone (aktivitas harian berkurang karena terjadi kelemahan, kelelahan,
insomnia)
2. Kenapa tidak mengambil defisit nutrisi (Kharisma)
Jawab: Karena Kalau mengambil defisit nutrisi di slki dg status nutrisi itu hanya untuk
kebutuhan metabolisme, Sedangkan diagnosa resiko infeksi di slki mnjdi tingkat infeksi itu
kriteria hasilnya ada untuk menambah nafsu makan dan mengurangi demam Sebagaimana di
kasus di jelaskan merasakan demam dan kurangnya nafsu makan
3. Bika tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit TBC, apakah ada salah satu
keluarga yang bisa menderita TBC (Vito)
Jawab: Bisa karna penyakit tbc bisa menular dengan cara bersin, batuk, berbicara, dan
nyanyian Lebih cepat penularan daripada covid -19
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
TB (Tuberkulosis) merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis yang menyerang paru-paru. Mycobacterium tuberculosis ini pertama kali
ditemukan pada tahun 1882 oleh Roberth Koch dan akhirnya seiring berjalannya waktu
penyakit ini mulai menyebar ke berbagai belahan dunia, salah satunya di Indonesia. Dimana
Indonesia merupakan negara ketiga setelah India dan China yang memiliki persentase
penderita TB terbesar didunia. Asuhan keperawatan pada pasien dengan tuberculosis paru
memberikan pengalaman nyata untuk penulis dengan menerapkan konsep teoritis pada
aplikasinya.
B. SARAN

Kepada pihak institusi yang diharapkan dapat memberikan pembekalan materi maupun
praktik laboratorium bagi mahasiswa dan mengadakan pelatihan pelatihan yang menunjang
keilmuan untuk meningkatkan skill dan pengetahuan keperawatan sehingga ketika memulai
penelitian karya tulis ilmiah mahasiswa sudah siap dengan segala kondisi dan situasi,
sehingga dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam penerapan penyuluhan
kesehatan terutama pada pasien yang menderita tuberculosis paru, dengan mengadakan
latihan/lab mandiri pada mahasiswa, sehingga pada praktik di rumah sakit mahasiswa bisa
memberikan penyuluhan yang baik untuk menambah pengetahuan tentang penyakit
tuberculosis paru
DAFTAR PUSTAKA

Handayani. 2019. Metode Deteksi Tuberculosis - Handayani H, S.Si.,M.Kes - Google Buku.


https://books.google.co.id/books?
id=Q4OGDwAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false (October 14, 2022).

PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai