Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

Y DENGAN CA
THYROID DENGAN TINDAKAN TOTAL
TYROIDEKTOMY DI RUANGAN COT LANTAI 3
RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

BELLA OKASARI
DINI OKTOVIA
MANISHA NADILLA
MUTYA MUCHIZAH HASANAH
NURLINDA
LIDYA MELANI

Pembimbing
Ns. Sarika Dewi, S.Kep (Preseptor Klinik)
Ns. Nila Kusumawati, S.kep, M.P.H., CDWCN (Preseptor
Akademik)

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
RIAU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan

rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan

baik jasmani dan rohani sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat

pada waktunya. Makalah ini kami susun untuk Asuhan Keperawatan tahun ajaran

2021/2022. Makalah ini dibuat untuk menjelaskan mengenai penyakit Ca Thyroid

di Ruangan COT Lt.3 RSUD Arifin Achmad.

Banyak bantuan yang penulis terima dalam melakukan penyusunan

makalah ini, baik itu bantuan moril maupun materil. Untuk itu ucapan terima

kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada :

1. Ibu drg. Wan Fajriatil Mamnunah Sp.KG selaku direktur RSUD Arifin

Achmad.

2. Ibu Ns. Yenny Safitri. M. Kep selaku Ketua Program Studi Profesi Ners

Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai.

3. Ibu Ns. Riani, M.Kep selaku Koordinator Profesi KGD.

4. Ibu Ns. Nila Kusumawati, S.kep, M.P.H.,CDWCN selaku pembimbing

akademik.

5. Ibu Ns. Sarika Dewi, S. Kep selaku pembimbing ruangan COT Lt.3.

6. Seluruh Perawat dan Staf ruangan COT Lt.3

7. Teman-teman seperjuangan program profesi ners kelompok 1.A 2022-2023.


ii

DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar....................................................................................................i
Daftar Isi...............................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan......................................................................................3
A. Latar Belakang.............................................................................3
B. Rumusan Masalah.......................................................................6
C. Tujuan...........................................................................................6
D. Manfaat.........................................................................................6
BAB II Tinjauan Pustaka..............................................................................8
A. Konsep Dasar Medis Ca thyroid................................................8
B. Konsep Tindakan Ca thyroid.....................................................15
C. Konsep Asuhan Keperawatan Ca thyroid.................................17
BAB III Tinjauan Kasus..................................................................................21
A. Pengkajian....................................................................................21
B. Analisa Data.................................................................................26
C. Diagnosa Keperawatan...............................................................28
D. Intervensi......................................................................................28
E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.................................34
BAB IV Pembahasan.......................................................................................39
BAB V Penutup...............................................................................................42
A. Kesimpulan...................................................................................42
B. Saran.............................................................................................42
Daftar Pustaka.....................................................................................................62
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelenjar tiroid merupakan organ endokrin yang terletak di leher manusia,

fungsinya ialah mengeluarkan hormon tiroid. Antara hormon yang terpenting

ialah Thyroxine (T4) dan Triiodothyronine (T3). Hormon- hormon ini

mengawal metabolisme (pengeluaran tenaga) manusia. Kerusakan atau

kelainan pada kelenjar tiroid akan menyebabkan terganggunya sekresi

hormon-hormon tiroid (T3 & T4), yang dimana dapat menyebabkan berbagai

macam penyakit dan kelainan bagi manusia. Kerusakan atau kelainan pada

kelenjar tiroid disebabkan oleh beberapa faktor.

Untuk menemukan perubahan pada kelenjar tiroid, terdapat berbagai

metode pemeriksaan. Metode pemeriksaan dapat berupa metode pemeriksaan

laboratorium, dan radiologi. Apabila pada pemeriksaan kelenjar tiroid

ditemukan suatu kanker, maka pembesaran ini disebut kanker tiroid. Kanker

tiroid merupakan kanker pada kelenjar tiroid. Kanker tiroid menjadi kasus

keganasan yang paling banyak terjadi pada organ endokrin.

Untuk mengetahui seberapa banyak kanker dalam tubuh maka perlu

ditentukan stadium kanker tiroid. Stadium kanker tiroid berkisar dari stadium

1 sampai 4. Sebagai gambaran semakin rendah angka stadium, maka semakin

sedikit kanker yang menyebar, angka stadium yang lebih tinggi berarti kanker

telah menyebar lebih banyak. Menurut Putri dkk, tercatat 95% dari seluruh

3
keganasan pada organ endokrin merupakan kanker tiroid (Putri, Khambri, &

Rusjdi, 2017).

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), pada tahun

2020 kanker tiroid menempati urutan ke-7 kejadian terbanyak dari semua

jenis kanker dengan jumlah kasus di seluruh dunia sebanyak 586.202 kasus,

dan pada 5 tahun terakhir prevalensinya terus meningkat dengan akumulatif

kasus sebanyak 1.984.927 kejadian (Globocan., 2020). Beberapa negara

menyumbang data kanker tiroid terbaru seperti Amerika, Menurut America

Cancer Society pada tahun 2022 kanker tiroid di amerika sebanyak 43.800

kasus baru kanker tiroid (11.860 pada pria dan 31.940 pada wanita), 2.230

kematian akibat kanker tiroid (1.070 pria dan 1.160 wanita), sedangkan pada

tahun 2021 kasus kanker tiroid sebanyak 44.000 orang, dan sekitar 2.000

orang meninggal karena kanker tiroid setiap tahunnya.

Berdasarkan data dari Globocan Prevalensi kanker tiroid di Indonesia

pada 5 tahun terakhir tercatat sebanyak 38.650 kasus pada seluruh usia dan

jenis kelamin, dan pada tahun 2020 menempati urutan 12 dari seluruh jenis

kanker dengan total kasus sebanyak 13.114 kasus dan 2.224 kematian

(Globocan, 2021). Angka kematian tersebut disebabkan oleh kanker tiroid.

Berdasarkan BPS Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2015 prevalensi

kanker sebanyak 5.920 kasus (BPS, 2015). Berdasarkan Billroth dan Kocher

pada tahun 1870 tingkat kematian post operasi tiroidektomi mencapai 8%,

dan Menurut Theodor Kocher pada tahun 1909 tingkat kematian menurun

dengan angka 1% (Biello A, Kinberg EC, & Wirtz ED, 2021). Di Pekanbaru

4
menunjukkan bahwa prevalensi ca thyroid sebesar 46,1%, prevalensi

hipertiroidisme sebesar 0,7% dan prevalensi hipotiroidisme sebesar 1,1% .

Berdasarkan data dari Ruang COT lantai 3 RSUD Arifin Achmad tahun 2022

prevalensi ca thyroid di ruang COT lantai 3 meningkat dari tahun 2020

sebesar 0,24 % menjadi 0,27 %.

Sebagian besar kematian disebabkan oleh infeksi dan perdarahan. Menurut

Joaquin Gomez Ramirez et, al(2015) dalam beberapa tahun terakhir dari

30.495 pembedahan tiroidektomi, didapatkan sebanyak 20 kematian akibat

tiroidektomi. Adapun penyebab kematian adalah hematoma dan gangguan

pernafasan. Tiroidektomi secara umum merupakan tindakan pembedahan

yang cukup aman. Persiapan pra operasi yang baik akan mencegah

komplikasi post operasi pada angka yang sangat kecil, kurang dari 2-3%.

Komplikasi yang dapat terjadi pada pembedahan tiroidektomi yaitu suara

serak sementara atau permanen, kerusakan pada kelenjar paratiroid yang

dapat menyebabkan kadar kalsium darah rendah, pendarahan berlebihan atau

pembekuan darah besar (hematoma), dan infeksi. Kekritisan pada komplikasi

post operasi tiroidektomi tersebut dapat mengancam jiwa. Selain itu,

perawatan untuk pemulihan post operasi tiroidektomi diperlukan pemantauan

dan terapi intensif.

Keperawatan kritis adalah keahlian khusus di dalam ilmu keperawatan

yang menghadapi secara rinci dan bertanggung jawab atas masalah yang

mengancam jiwa. Pasien kritis adalah pasien yang berpotensial terancam

jiwanya terutama pada masalah kesehatan. Semakin kritis kondisi pasien

5
maka kondisinya akan menjadi sangat rentan, tidak stabil, dan kompleks

(Suparti, 2019).

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan pasien ca thyroid dengan tindakan

total tyroidektomy di ruangan COT lantai 3 RSUD Arifin Achmad Provinsi

Riau?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penulisan ini adalah penulis dapat memberikan

asuhan keperawatan pasien ca thyroid di Ruang COT lantai 3 RSUD

Arifin Achmad Provinsi Riau

2. Tujuan Khusus

Secara khusus penulisan ini bertujuan agar mahasiswa dapat :

a. Melakukan pengkajian pada pasien dengan ca thyroid.

b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan ca thyroid.

c. Menyusun intervensi keperawatan pada pasien dengan ca thyroid.

d. Melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan ca

thyroid.

e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan ca thyroid.

6
D. Manfaat

1. Bagi pelayanan kesehatan

Diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi bagi pelayanan

kesehatan dalam menyusun rencana dan asuhan keperawatan yang lebih

sitematis terhadap pasien dengan ca thyroid.

2. Bagi institusi pendidikan

Dijadikan sebagai sumber informasi untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan khususnya mengenai asuhan keperaawatan ca thyroid.

3. Bagi mahasiswa keperawatan

Dapat dijadikan referensi dalam melakukan asuhan keperawatan

pasien dengan ca thyroid.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Medis Ca Thyroid.

1. Definisi

Tiroid adalah kelenjar endokrin murni yang ada dalam tubuh dengan
ukuran terbesar pada bagian depan leher yang terdiri dari 2 lobus yaitu
kanan dan kiri, lobus tersebut dihubungkan oleh isthmus. Kedua lobus
tersebut memiliki panjang 5 cm (masing-masing) serta bersatu di garis
tengah, bentuk kelenjar tiroid menyerupai kupukupu. Tiroid jika dalam
kondisi normal tidak dapat diraba sedangkan jika dalam keadaan abnormal
akan terdapat pembesaran di kelenjar tiroid dan dapat diraba dengan
adanya benjolan yang terletak pada bagian bawah atau samping jakun.
Umumnya berat kelenjar tiroid normal ialah 10-30 gram. Menghasilkan
homon tiroid merupakan tugas utama dari kelenjar tiroid.
Guna dapat memproduksi hormon tiroid, kelenjar tiroid membutuhkan
yodium selaku komponen yang terkandung dalam makanan serta air.
Dengan proses kelenjar tiroid akan menyerap yodium serta kemudian
diolah membentuk hormon tiroid. Setelah hormon tiroid dipakai, kurang
lebih yodium yang ada di dalam hormon akan menuju kembali ke kelenjar
tiroid serta dirubah kembali dapat memproduksi hormon tiroid
2. Fungsi Kelenjar Tiroid
Di bawah ini terdapat beberapa fungsi dari kelenjar tiroid pada tubuh
manusia adalah sebagai berikut:
1. Memberi pengaruh pada pertumbuhan, perkembangan, dan
diferensiasi jaringan yang ada di dalam tubuh.
2. Memberi pengaruh pada metode produksi panas, reaksi kimiawi di
dalam sel, dan oksidasi di sel-sel yang ada tubuh.
3. Berpengaruh dalam mengubah tiroksin.

8
4. Kelenjar tiroid dapat melindungi tingkat metabolisme diberbagai
jaringan guna optimal, sehingga jaringan tersebut mampu berfungsi
dengan normal. Hormon tiroid dapat memikat konsumsi O2 di
sebagaian dari seluruh sel yang ada dalam tubuh, membantu menata
metabolisme lemak serta karbohidrat, dan esensial guna dalam
pertumbuhan serta pematangan secara normal.

3. Etiologi Tiroid
1. Jenis kelamin dan umur
Lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki,
biasa terjadi pada umur 20-30 tahun namun dapat terjadi pada semua
usia dan umur 60 tahun keatas berisiko terjadinya hipotiroid maupun
hipertiroid.
2. Genetik dan riwayat keluarga
Faktor genetik dianggap sebagai faktor pencetus utama terjadinya
autoimun pada kelenjar tiroid.
3. Stress
Stress dapat berkolerasi dengan antibodi terhadap antibodi TSH-
reseptor.
4. Merokok dan radiasi
Kurangnya oksigen di otak yang disebabkan oleh rokok dan juga
nikotin pada rokok menyebabkan peningkatan reaksi inflamasi,dan
radiasi berperan jelas pada kelainan tiroid.
5. Obat-obatan
Amiodaron, lithium karbonat, interferon alfa.
6. Lingkungan
Lingkungan dengan kadar iodium kurang atau lebih dapat beresiko
menyebabkan gangguan pada kelejar tiroid.
7. Ras
Ras kulit putih lebih dominan terkena dibandingkan dengan ras kulit
hitam.

9
4. Manifestasi Klinis Tiroid
Gejala kanker tiroid biasanya timbul setelah tumor
bertumbuh antara lain berupa benjolan atau nodul di leher depan,
suara serak atau sulit berbicara dengan suara normal, pembengkakan
kelenjar getah bening (KGB) terutama di leher, sulit menelan atau
bernafas, atau nyeri di tenggorokan atau leher. Secara klinis, nodul
tiroid dicurigai ganas apabila usia dibawah 20 tahun atau diatas 50
tahun, riwayat radiasi daerah leher sewaktu kanak-kanak, disfagia,
sesak nafas perubahan suara, nodul soliter, pertumbuhan cepat,
konsistensi keras, ada pembesaran kelenjar getah bening leher, ada
tanda-tanda metastasis jauh.

10
5. Pathway Tiroid

6. Patofisiologi Tiroid
Kanker tiroid mengalami progresi berdasarkan suatu model
progresi tumor. Kanker tiroid mulai berlangsung di dalam sel
folikular glandula tiroid. Kanker yang berasal dari sel-sel folikular
umumnya berupa DTC. Sekitar 85% pasien dengan kanker tiroid
datang dengan DTC, dan memiliki prognosis yang sangat baik.
Selanjutnya sekitar 79-90% DTC merupakan suatu PTC. Meskipun

11
DTC ini biasanya tidak agresif, DTC dapat juga bermutasi menjadi
varian yang lebih agresif (Janovsky, et al., 2016). Kanker tiroid
papiler cenderung bersifat multifokal dan menginvasi secara lokai di
dalam glandula tiroid serta melalui kapsul tiroid dan masuk ke
struktur yang berada di sekeliling leher. Karena pertumbuhan kanker
ini secara relatif rendah, beban metastatis pulmoner akan
terakumulasi, kadang-kadang dapat ditemukan beberapa gejala.
Sekitar 10%-15% tumor akan bermutasi menjadi varian kanker
tiroid yang lebih progresif. Ketika stimulus yang menginisisasi
kanker tetap berlanjut, kanker dapat bermutasi menjadi kanker yang
kurang terdiferensiasi (poorly differentiated cancer).

Sekitar 10% dari kanker tiroid datang dengan gambaran tersebut, dan
mereka akan memiliki prognosis yang lebih buruk. Kanker tiroid tersebut
mungkin datang dengan karakteristik biologis yang memerlukan intervensi
bedah yang lebih agresif dan terapi adjuvant
7. Pemeriksaan Fungsi Tiroid
Status fungsional dari kelenjar tiroid bisa diketahui secara pasti
dengan cara melakukan pemeriksaan pada fungsi dari tiroid. Pemeriksaan
berikut ini yang dibutuhkan guna mendiagnosis penyakit tiroid yaitu kadar
T3 dan T4 total serum, FT3 serta FT4 serum, kadar dari TSH serum, dan

12
ambilan yodium radiosotop.
Terdapat berbagai metode pengujian untuk pengukuran kadar T4 serta
T3 total ataupun kadar T4 dan T3 bebas. Total konsentrasi hormon tiroid
yang telah banyak persediaan serta akurat guna mendiagnosis pasien
bersama disfungsi tiroid secara jelas. Konsentrasi pada T4 bebas sendiri
sangat berguna dalam mendiagnosa disfungsi tiroid, dimana nilai dari
keadaan hipertiroid primer (sejati) atau hipotiroid harus dibedakan. Nilai
petunjuk untuk uji indeks T4 bebas (FT4I) yakni eutiroid = 3,7- 6,5 ng/dl ;
hipertiroid = 7,8- 20,2 ng/dl ; hipotiroid = 0,1-2,6 ng/dl

8. Penyakit Kelainan Tiroid


Penyakit tiroid atau kelainan pada tiroid merupakan keadaan abnormal
pada individu yang diakibatkan oleh terdapat gangguan yang terjadi pada
kelenjar tiroid, baik berupa berubahnya bentuk atau peralihan fungsinya.
Kelainan fungsi tiroid ialah salah satu gangguan pada endokrin yang
banyak kerap kali ditemukan. Gangguan tiroid menurut kelainan fungsinya
dibedakan menjadi 3 yaitu:
a. Hipotiroid
Hipotiroidime timbul ketika kelenjar tiroid tidak bisa memproduksi
atau mencukupi kebutuhan hormon tiroid pada tubuh. Hipotiroid
merupakan gangguan fungsi tiroid yang paling sering ditemukan.
Hipotiroid dapat dibedakan dengan 2 macam kondisi yaitu yang
pertama adalah hipotiroid primer (primary hypotyroidsm) merupakan
suatu gangguan dari kelenjar tiroid yang menyebabkan produksi dari
T4 dan T3 menurun serta umumnya diikuti dengan meningkatnya
kadar TSH. Yang kedua hipotiroid sekunder/sentral terjadi karena
disebabkan adanya gangguan pada hipofise (pituitary) atau
hipotalamus serta umumnya diikuti dengan kadar TSH yang rendah,
namun pada beberapa penderita didapatkan kadar TSH yang normal
atau bahkan tinggi.

13
b. Hipertiroid
Hipertiroidisme bisa disebut juga dengan tirotoksikosis.
Hipertiroidisme bisa diartikan sebagai respon pada jaringan tubuh
terhadap pengaruh metabolik dampak dari meningkatnya hormon
tiroid dengan besar. Kejadian yang sering terjadi ialah penyakit
gondok eksoftalmik (grave). Pada penyakit gondok eksoftalmik,
terdapat pembesaran tiroid dan hiperplastik secara difus serta
menimbulkan penonjolan pada bola mata dengan kata lain
eksoftalmus. Apabila hormon tiroksin diproduksi secara berlebihan
dan terjadi setelah usia dewasa, maka dapat mengakibatkan
melambungnya metabolisme pada tubuh, denyut jantung yang
meningkat, intoleransi terhadap panas, gugup, banyak berkeringat,
diare, berat badan menurun (kurus), kelemahan pada otot, mudah lelah,
susah tidur, tremor pada tangan serta cemas dan kelainan psikis
lainnya. Hipertiroidisme ini bisa diminimalisir dengan memberikan
obat anti tiroid, dengan cara membagikan iodine radio aktif yang
mampu melenyapkan sebagian dari sel-sel tiroid.
c. Eutiroid
Eutiroid ialah kondisi dimana fungsi dari kelenjar tiroid sedang
dalam kondisi yang normal, Namun keadaan bentuk dari kelenjar tiroid
yang mengalami kelainan seperti pembesaran kelenjar tiroid. Gejala
yang muncul jika seseorang sakit, mengalami kekurangan gizi atau
sudah melakukan operasi pembedahan, maka hormon T4 tidak diubah
menjadi T3. Sebagian besar hormon T3 akan tertimbun dan dalam
wujud tidak aktif. Walaupun T4 tidak diubah menjadi T3, namun
kelenjar ini mampu bisa berfungsi serta dapat menjalankan
metabolisme pada tubuh secara normal.

14
B. Konsep Tindakan Ca Thyroid.

a. Definisi

-Lobektomi

Lobektomi adalah operasi yang dilakukan pengangkatan salah satu

lobus, biasanya bersama dengan isthmus (bagian kecil dari kelenjar yang

bertindak sebagai jembatan antara lobus kiri dan kanan)

-Pengangkatan kelenjar getah bening

Jika kanker telah menyebar ke kelenjar betah bening terdekat

dileher, kelenjar getah bening akan diangkat bersamaan pada saat operasi

pada tiroid dilakukan. Pengangkatan ini sangat penting untuk pengobatan

kanker tiroid meduler dan untuk kanker anaplastic (bila operasi merupakan

pilihan). Untuk kanker papiler atau folikel di mana hanya 1 atau 2 kelenjar

getah bening yang dianggap mengandung kanker akan membesar, kelenjar

yang membesar dapat diangkat dan setiap simpanan kecil sel kanker yang

mungkin tertinggal kemudian diobati dengan yodium radioaktif.

- Tiroidektomi

Tiroidektomi adalah pembedahan untuk mengangkat kelenjar

tiroid.

b. Jenis Tindakan Ca Thyroid.

1. Operasi Tiroidektomi
  Operasi ini dilakukan untuk mengangkat sebagian kelenjar tiroid
(hemitiroidektomi) atau seluruh kelenjar tiroid (tiroidektomi total).
Keputusan jenis operasi yang digunakan akan disesuaikan dengan
ukuran serta persebaran kanker tiroid.
 

15
2. Pengaturan Kadar Kalsium
  Pengaturan kadar kalsium dilakukan setelah pasien
menjalani operasi pengangkatan tiroid. Hal ini karena prosedur
operasi sering kali berpengaruh pada kelenjar paratiroid sehingga
kadar kalsium dalam darah tidak stabil.
 

3. Radioterapi
  Radioterapi adalah pengobatan yang dilakukan dengan
memancarkan gelombang radiasi ke area leher untuk menangani
kanker tiroid tahap lanjut.
 

4. Kemoterapi
  Kemoterapi adalah pemberian obat-obatan yang bertujuan
membunuh sel-sel kanker agar tidak semakin menyebar ke bagian
tubuh lainnya. Jenis kanker tiroid anaplastik sering mendapatkan
pengobatan ini.
 

5. Terapi Pengganti Hormon


 
Terapi pengganti hormon pada kanker tiroid adalah
pengobatan yang dilakukan pada pasien setelah menjalani operasi
pengangkatan tiroid total. Karena, bila kelenjar tiroid diangkat
seluruhnya, maka produksi hormon tiroid juga akan berhenti.

d. Komplikasi Ca Thyroid.

- Perdarahan

Resiko ini minimum, namun hati-hati dalam mengamankan hemostatis dan

penggunaan drain pada pasien setelah operasi.

Masalah terbukanya vena besar (vena tiroidea superior) dan menyebabkan

embolisme udara.

16
- Trauma pada nervus laringeus rekurens

Ini dapat menimbulkan paralisis sebagian atau total pada laring.

- Sepsis yang meluas ke mediastinum

Seharusnya ini tidak boleh terjadi pada operasi bedah sekarang ini,

sehingga antibiotik tidak diperlukan sebagai pofilaksis lagi.

C. Konsep Asuhan Keperawatan Ca Thyroid.

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien. Pokok utama pengkajian, meliputi (1) Data subjektif
yaitu data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap
penyakitnya, situasi dan kejadian. Data ini di dapatkan dari riwayat
keperawatan termasuk persepsi klien, perasaan dan ide tentang status
kesehatannya. (2) Data objektif yaitu data yang didapatkan dari hasil
observasi dan pengakuan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.
a. Identitas Diri
Umur, jenis kelamin, asal: Penting sekali menanyakan asal
penderita, apakah penderita tinggal di daerah pegunungan atau
dataran rendah bertujuan apakah berasal dari daerah endemic
struma. Beberapa gangguan endokrin baru jelas dirasakan pada usia
tertentu meskipun proses patologis sudah berlangsung sejak lama.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Pada klien pre operasi mengeluh terdapat
pembesaran/benjolan pada leher. Kesulitan menelan dan
bernapas. Pada post operasi keluhan yang dirasakan pada
umumnya adalah nyeri akibat luka operasi.
2) Riwayat Penyakit sekarang

17
Keluhan yang dirasa biasanya rasa berat di leher. Sewaktu
menelan trakea naik untuk menutup laring dan epiglottis
sehingga terasa berat karena terfiksasi pada trakea. Biasanya
didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher yang
semakin membesar sehingga mengakibatkan terganggunya
pernafasan karena penekanan trakhea esofagus sehingga perlu
dilakukan operasi.
Keluhan klien pada post op nya adalah nyeri. Provokatif /
Paliatif : Apa kira-kira Penyebab timbulnya rasa nyeri...?
Quality / Quantitas : Seberapa berat keluhan nyeri terasa..?.
Bagaimana rasanya..? Region : Lokasi dimana keluhan nyeri
tersebut dirasakan / ditemukan..? Apakah juga menyebar ke
daerah lain / area penyebarannya..? Scale : skala nyeri /
ukuran lain yang berkaitan dengan keluhan? Timing : Kapan
keluhan nyeri tersebut mulai ditemukan / dirasakan..?
Seberapa sering keluhan nyeri tersebut dirasakan / terjadi...?
Apakah terjadi secara mendadak atau bertahap..? Akut atau
Kronis..?
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan
dengan penyakit gondok, sebelumnya pernah menderita
penyakit gondok. Hospitalisasi perlu dikaji alasan hospitalisasi
dan kapan kejadianya. Bila klien dirawat beberapa kali,
urutkan sesuai dengan waktu kejadianya. Juga perlu
memperoleh informasi tentang penggunaan obatobatan saat
sekarang dan di masa lalu. Penggunaan obat-obatan ini
mencakup obat yang diperoleh dari dokter atau petugas
kesehatan maupun yang diperoleh secara bebas. Jenis
obatobatan yang mengandung hormone atau dapat
merangsang aktifitas hormonal seperti hidrokortison,
levothyroxine, kontrasepsi oral dan obat-obatan

18
antihipertensif.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
dengan klien saat ini atau yang berhubungan secara langsung
dengan gangguan hormonal seperti : (a) Obesitas (b)
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan (c) Kelainan pada
kelenjar tiroid (d) DM dll.
5) Aktifitas sehari-hari
6) Integritas Ego
Gejala : perasaan takut akan kehilangan suara, khawatir bila
pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga atau
kemampuan kerja. Tanda : Ansietas, Depresi, marah dan
menolak.
7) Makanan atau cairan
Gejala : Kesulitan menelan Tanda : kesulitan menelan, mudah
tersedak, inflamasi / drainage oral, kebersihan gigi buruk
8) Hygiene
Tanda : kemunduran kebersihan gigi, kebutuhan perawatan
dasar.
9) Neurosensori
Gejala : penglihatan ganda, ketulian, kesemutan parastesia
otot wajah. Tanda : Hiperemis wajah (keterlibatan parotid dan
submandibularis), parau menetap atau kehilangan suara,
kesulitan menelan, ketulian konduksi, kerusakan membran
mukosa.
10) Nyeri / kenyamanan
Gejala : Sakit tenggorokan atau mulut (nyeri hebat menyertai
pembedahan leher dibandingkan nyeri sebelum pembedahan)
Tanda : perilaku berhati – hati, gelisah, gangguan tonus otot.
11) Pemeriksaan Fisik Persistem
Keadaan umum penderita lemah dan kesadarannya

19
composmentis dengan tanda-tanda vital yang meliputi tensi,
nadi, pernafasan dan suhu yang berubah.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas ( D.0080) berhubungan dengan rencana operasi
b. Resiko pendarahan ( D.0012) berhubungan dengan Tindakan
invasive ( operasi )
c. Resiko jatuh (D.0143) berhubungan dengan kondisi pasca operasi
d. Resiko infeksi ( ( D.0142) berhubungan dengan efek prosedur
invasif
e. Nyeri Kronis ( D.0078) berhubungan dengan inflamasi tumor ( Ca
Thyroid)
f. Defisit nutrisi (D.0019) berhubungan dengan intake nutrisi tidak
adekuat
g. Hiportemia ( D.0131) berhubungan dengan terpapar suhu
lingkungan rendah
h. Gangguan citra tubuh ( D.0083) berhubungan dengan efek
Tindakan/pengobatan
3. Tujuan dan Intervensi
Tujuan setelah di lakukan tindakan keperawatan diharapkan
keadaan pasien sesuai kriteria
Intervensi merupakan suatu perawatan yang dilakukan perawat
berdasarkan pada penilaian klinis dan pengetahuan perawat untuk
meningkatkan outcome pasien atau klien (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018).

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Ukuran implementasi
keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan,

20
pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk
klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang
muncul di kemudian hari. Tujuan dari implementasi adalah membantu
klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencangkup
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping, perencanaan asuhan keperawatan akan dapat
dilaksanakan dengan baik, jika klien mempunyai keinginan untuk
berpartisipasi dalam dalam implementasi. (Yustiana & Ghofur, 2016).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah hasil akhir dari tindakan yang sudah diberikan
pada pasien dengan menilai SOAP. Mengetahui perasaan pasien setelah
diberikan asuhan keperawatan, melihat ekspresi pasien, menilai
keberhasilan tindakan, dan melakukan rencana tindak lanjut jika
masalah pasien belum teratasi.

21
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

Tanggal pengkajian : 20 February 2023

Tanggal masuk RS : 18 February 2023

Diagnosa medis : Ca tyroid

No. Medical Record : 0117988

Tindakan : Total Thyroidektomy

1. Identitas pasien

Nama : Ny. Y

Usia : 37 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan : SMA

Alamat : Tambun Sari Utara Rotan Hulu

2. Riwayat penyakit

a. Keluhan utama

Pasien datang dengan keluhan benjolan pada leher yang dirasakan

semakin membesar sejak 3 bulan terakhir, benjolan telah disadari

pasien sejak 10 tahun yang lalu namun selama ini berukuran telur

puyuh, tidak nyeri dan tidak menyebabkan keluhan sehingga pasien

22
tidak pernah memeriksa . Pasien merasa khawatir takut karena akan

dilakukannya tindakan operasi karena ini operasi pasien yang pertama

kalinya.

b. Riwayat penyakit sekarang

Pasien di bawa ke RS saat benjolannya sudah membesar, pasien tidak

tau jika akan seperti saat ini

c. Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga pasien mengatakan tidak ada dari keluarganya yang

memiliki riwayat penyakit seperti yang diderita oleh pasien

3. Pemeriksaan fisik

 Keadaan umum : Lemah

 Kesadaran : Composmentis, E4V5M6

 TTV

TD : 132/89 mmHg N : 82x/menit

RR : 21x/menit S : 36,6 C

 BB/TB : 55kg/160cm

 Kepala

Bentuk kepala normal, rambut hitam dan terdapat uban, tidak ada

benjolan

Masalah keperawatan : tidak ada

 Mata

Konjungtiva tidak anemis, tidak ada gangguan penglihatan, sklera

tidak ikterik

23
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

 Hidung

Bentuk hidung simetris, tidak ada sumbatan, tidak ada gangguan

penciuman, hidung tampak bersih

Masalah keperawatan : tidak ada

 Mulut

Bersih, mukosa bibir lembab, tidak ada gangguan pengecapan

Masalah keperawatan : tidak ada

 Telinga

Bersih, tidak ada gangguan pendengaran

Masalah keperawatan : tidak ada

 Leher

ada pembesaran kelenjar tyroid, ada benjolan

Masalah keperawatan : ca tyroid

 Dada

Inspeksi : bentuk dada normal, pengembangan dada simetris, tidak

ada penggunaan otot bantu pernapasan.

Palpasi : tidak adanya tanda kesulitan bernafas, tidak ada

penggunaan otot bantu pernafasan.

Perkusi : suara dada kanan dan kiri sonor.

Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

24
 Payudara

Ukuran dan bentuk payudara simetris kanan dan kiri, warna

payudara dan areola normal warna kecoklatan, puting normal, axila

tidak ada pembengkakan dan clavicula simetris kanan dan kiri

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

 Abdomen

Tidak ada nyeri pada daerah abdomen

Inspeksi : bentuk abdomen simetris, tidak ada benjolan

Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan pada kuadran IV

Perkusi : terdengar timpani pada kuadran II dan III bagian usus,

pekak pada kuadran I bagian hepar dan pekak pada kuadran IV

bagian usus

Auskultasi : Bising usus 15×/mnt

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

 Ekstremitas

Pergerakan sendi bebas, tidak ada kelemahan otot ekstermitas atas

maupun bawah, tidak ada edema, tidak ada lesi

Masalah keperawatan : tidak ada

 Genitalia

Tidak ada perdarahan, tidak terpasang kateter dan tidak ada infeksi

Masalah keperawatan : tidak ada

 Aktivitas dan istirahat

Pasien mengatakan tidak ada kesulitan tidur, waktu tidur pasien

25
selama 7-8 jam

Masalah keperawatan : tidak ada.

 Psikologis

Pasien mengatakan cemas dengan keadaannya sekarang karena akan

menjalani operasi, pasien juga mengatakan nafsu makan menurun

karena memikirikan tentang operasinya.

Masalah keperawatan : Ansietas

26
B. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

keperawatan

1 Data subjektif : Ca tyroid Ansietas

- Pasien mengatakan merasa

kawatir takut terhadap Perubahan status

prosedur operasi yang akan kesehatan pasien

dijalani

- Pasien mengatakan baru Akan di lakukan

pertama kali operasi tindakan operasi

Klien bertanya – tanya

Data objektif : tentang lama waktu

- Pasien merasa sulit tidur operasi

- KU baik

- TD 132/76 mmHg Kurang pengetahuan

- N 101x/menit menyebabkan sttessor

- RR 22×/menit meningkat

- S 36,2ºC

Ansietas

27
2 Data subjektif : - Ca tyroid Risiko

Data objektif : Total tyroidrkyomy Perdarahan


Risiko Perdarahan
- Tampak terjadi

pendarahan pada pasien

600ml

- Transfusi darah 2

kantong/500 ml

- TD 132/76 mmHg

- N 101x/menit

- RR 22×/menit

- S 36,2ºC

3 Data subjektif : - Resiko jatuh

Data objektif : Penurunan tingkat

- Klien tampak lemas pasca kesadaran

operasi

- TD : 102/62 Kondisi pasca operasi

- N : 71x/menit

- S : 35,9 º Kekuatan otot menurun

- RR : 20x/menit

Efek agen farmakologis

28
C. Diagnosa Keperawatan

1. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi tumor (ca tyroid)

(D.0080)

2. Resiko perdarahan berhubungan dengan tindakan invasif (operasi)

(D.0012)

3. Resiko jatuh berhubungan dengan kondisi pasca operasi (D.0143)

D. Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi (SIKI)

keperawatan (SDKI) (SLKI)

29
1. Ansietas Setelah dilakukan tindakan Terapi Relaksasi (I.09326)

berhubungan dengan keperawatan 1x30 mnit Observasi :

kurang terpapar diharapkan - Identifikasi penurunan


Tingkat Ansietas
informasi tumor (ca tingkat energi,
(L.09093)
tyroid) (D.0080) ketidakmampuan
menurun dengan kriteria
berkonsentrasi, atau gejala
hasil :
lain yang mengganggu
- Verbalisasi
Definisi : kemampuan kognitif
kebingungan
Kondisi emosi dan - Identifikasi teknik
menurun
pengalaman relaksasi yang pernah
- Verbalisasi khawatir
subyektif individu efektif digunakan
akibat kondisi yang
terhadap objek - Identifikasi kesediaan,
dihadapi menurun
yang tidak jelas dan kemampuan, dan
- Perilaku gelilsah
spesifik akibat penggunaan teknik
menurun
antisipasi bahaya sebelumnya
- Perilaku tegang
yang - Periksa ketegangan otot,
menurun
memungkinkan frekuensi nadi, tekanan

individu melakukan darah, dan suhu sebelum

tindakan untuk dan sesudah latihan

menhadapi - Monitor respon terhadap

ancaman terapi relaksasi

Terapeutik :

30
- Ciptakan lingkungan

tenang dan tanpa

gangguan dengan

pencahayaan dan suhu

ruang nyaman, jika

memungkinkan

- Berikan informasi tertulis

tentang persiapan dan

prosedur teknik relaksasi

- Gunakan pakaian longgar

- Gunakan nada suara

lembut dengan irama

lambat dan berirama

- Gunakan relaksasi sebagai

strategi penunjang dengan

analgetik atau tindakan

medis lain, jika sesuai

Edukasi :

- Jelaskan tujuan, manfaat,

batasan, dan jenis

relaksasi yang tersedia

(mis. musik, meditasi,

31
napas dalam, relaksasi

otot progresif)

- Jelaskan secara rinci

intervensi relaksasi yang

dipilih

- Anjurkan mengambil

posisi nyaman

- Anjurkan rileks dan

merasakan sensasi

relaksasi

- Anjurkan sering

mengulangi atau melatih

teknik yang dipilih

- Demonstrasikan dan latih

teknik relaksasi (mis.

napas dalam, peregangan,

atau imajinasi terbimbing)

2. Resiko perdarahan Setelah dilakukan Pencegahan pendarahan

(D.0012) tindakan keperawatan (I.02067)

berhubungan dengan 1x30 mnit diharapkan Observasi :

tindakan invasif tingkat pendarahan - Monitor tanda dan gejala

(operasi). (L.14136) menurun pendarahan

32
dengan kriteria hasil: - Monitor tanda-tanda vital

Defenisi : - Membran mukosa ortostatik

beresiko mengalami lembab meningkat Terapeutik :

kehilangan darah - Kelembapan kulit - Pertahankan bedrest selama

baik internal(terjadi meningkat pendarahan

di dalam tubuh) - Hemobtisis menurun - Batasi tindakan invasif jika

maupun - Hematemesis perlu

eksternal( terjadi di menurun - Gunakan kasur pencegah

luar tubuh). - Hematuria menurun dekubitus

- Hemoglobin Edukasi :

membaik - Jelaskan tanda dan gejala

- Hematokrit pendarahan

membaik - Anjurkan menggunakan

kaos kaki saat ambulasi

- Anjurkan meningkatkan

asupan cairan untuk

menghindari konstipasi

- Gunakan pengaman

tempat tidur sesuai dengan

kebijakan fasilitas

pelayanan kesehatan

33
3. Risiko Jatuh Setelah diberikan asuhan Edukasi Keselamatan

berhubungan dengan keperawatan 1x30 mnit Lingkungan (I.12384)

kondisi pasca operasi diharapkan Observasi :

(D.0143) Tingkat Jatuh - Identifikasi kesiapan dan

(L.14138) kemampuan menerima

Definisi : dengan Kriteria Hasil : informasi

Berisiko mengalami - Jatuh dari tempat tidur - Identifikasi kebutuhan

kerusakan fisik dan menurun keselamatan berdasarkan

gangguan kesehatan - Jatuh saat berdiri tingkat fungsi fisik, kognitif

akibat terjatuh menurun dan kebiasaan

- Jatuh saat duduk - Identifikasi bahaya

menurun keamanan di lingkungan

- Jatuh saat berjalan (mis. fisik. biologis. dan

menurun kimia)

- Jatuh saat dipindahkan

menurun Terapeutik :

- Sediakan materi dan media

pendidikan Kesehatan

- Jadwalkan pendidikan

kesehatan sesuai kesepakatan

- Berikan kesempatan untuk

bertanya

34
Edukasi :

- Anjurkan menghilangkan

bahaya lingkungan

- Anjurkan menyediakan alat

bantu (mis. pegangan

tangan, keset anti slip)

- Anjurkan menggunakan alat

pelindung (mis. restrain, rel

samping, penutup pintu,

pagar, pintu gerbang)

- Informasikan nomor

telepon darurat

- Anjurkan melakukan

program skrining

lingkungan (mis. timah,

radon)

- Ajarkan individu dan

kelompok berisiko tinggi

tentang bahaya lingkungan

E. Implementasi dan evaluasi keperawatan

No dx Implementasi Evaluasi

35
1 - Mengajarkan teknik relaksasi S :

20/02/23 efektif yang digunakan ( Teknik - Pasien mengatakan tidak merasa

09.10 napas dalam ) kawatir dan takut terhadap

- Memonitor ketegangan otot, prosedur operasi yang akan dijalani

frekuensi nadi, tekanan darah, dan - Pasien mengatakan baru pertama

suhu sebelum dan sesudah latihan kali operasi

- Memonitor respon terhadap terapi

relaksasi O:

- Menjelaskan secara rinci - Tidak merasa gelisah saat operasi

intervensi relaksasi yang dipilih - Pasien nyaman posisi semiflower

- Menganjurkan mengambil posisi - KU baik

nyaman - TD 120/80 mmHg

- Menganjurkan sering mengulangi - N 95x/menit

atau melatih teknik yang dipilih - RR 20×/menit

- Mendemonstrasikan dan latih - S 36ºC

teknik relaksasi (mis. napas A :

dalam, peregangan, atau imajinasi Masalah ansietas teratasi

terbimbing) P:

Intervensi dihentikan

- Verbalisasi khawatir akibat

kondisi yang dihadapi

menurun

- Perilaku gelisah menurun

36
- Perilaku tegang menurun

- Konsentrasi membaik

2 S:-

20/02/23 - Membatasi tindakan invasif jika O :

12.35 perlu - Tidak terjadi perdarahan

- Menganjurkan meningkatkan - Banyak minum air putih/cairan

asupan cairan untuk menghindari - Meberikan pengaman pada

konstipasi tempat tidur

- Menggunakan pengaman tempat - Transfusi darah 2 kantong/500 ml

tidur sesuai dengan kebijakan - TD 110/78 mmHg

fasilitas pelayanan kesehatan - N 98x/menit

- RR 19×/menit

- S : 36,2ºC

A:

- Resiko Perdarahan Teratasi

- Menggunakan pengaman tempat

tidur sesuai dengan kebijakan

fasilitas pelayanan kesehatan

- Menganjurkan meningkatkan

asupan cairan untuk menghindari

konstipasi

P:

37
- Intervensi dihentikan

3 S:-

20/02/23 - Mengidentifikasi bahaya keamanan O :

13.05 di lingkungan (mis. fisik. biologis. - Klien sudah tidak lemas pasca

dan kimia) operasi

- Menyediakan materi dan media - TD : 120/60

pendidikan Kesehatan - N : 78x/menit

- Menjadwalkan pendidikan - S : 36.4 º

kesehatan sesuai kesepakatan - RR : 20x/menit

- Memberikan kesempatan untuk A :

bertanya Masalah resiko jatuh Teratasi

- Menganjurkan menghilangkan P :

bahaya lingkungan Intervensi dihentikan

- Menganjurkan menyediakan alat - Jatuh dari tempat tidur

bantu (mis. pegangan tangan, keset menurun

anti slip) - Jatuh saat duduk menurun

- Menganjurkan menggunakan alat - Jatuh saat dipindahkan

pelindung (mis. restrain, rel menurun

samping, penutup pintu, pagar, pintu

gerbang)

38
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas kesenjangan antara tinjauan teoritis dan

tinjauan kasus dengan ca tiroid di ruangan COT Lt.3 RSUD Arifin Achmad

Provindi Riau. Tinjauan kasus merupakan permasalahan yang ditemukan di

ruang COT Lt.3 pada tanggal 20 February 2023. Pembahasan ini dibuat

39
dengan langkah proses keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi

meliputi :

-Pengkajian

Tahap ini merupakan langkah awal dilakukan dalam melakukan

asuhan keperawatan pada klien dengan ca tyroid. Di dalam melakukan

pengkajian ini tidak menemukan kendala yang berarti, meskipun dalam

keadaan sakit, pasien cukup kooperatif dalam menjawab pertanyaan yang

ditanyakan.

Tidak ditemukan adanya kesenjangan yang berarti antara teroritis dan

kasus yang ditemukan dilapangan, perawat mengkaji kebutuhan pasien yang

berkaitan dengan perawatan klien dengan ca tyroid.

-Diagnosa keperawatan

Berdasarkan data pengkajian yang diperoleh pada klien kelolaan

didapatkan 3 diagnosa keperawatan, kelompok memprioritaskan 3 diagnosa

keperawatan saja, meliputi :

- Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi tumor (ca tyroid)

(D.0080)

- Resiko perdarahan (D.0012) berhubungan dengan tindakan invasif

(operasi).

- Risiko Jatuh berhubungan dengan kondisi pasca operasi (D.0143)

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang muncul tidak terdapat

kesenjangan antara teori dan kasus.

-Intervensi

40
Penyusunan intervensi keperawatan dilakukan sesuai dengan diagnosa

keperawatan yang telah ditegakkan. Adapun acuan dalam penyusunan

intervensi keperawatan menggunakan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan

Indonesia) oleh DPP-PPNI, serta buku keperawatan lainnya yang dimana

sesuai dengan keadaan pasien dan situasi serta kondisi yang ada di ruangan

COT Lt.3 RSUD Arifin Achmad Riau.

Penyusunan intervensi antara teori dan tinjauan kasus tidak terdapat

kesenjangan, sebab intervensi yang dilakukan kepada Ny. Y sama dengan

teori yang muncul dalam tinjauan teori.

-Implementasi

Implementasi dilakukan selama 3 jam. Tidak semua implementasi

yang dilakukan pada pasien kelolaan berdasarakan intervensi yang telah

dibuat. Implementasi yang dilakukan berdasarkan prioritas masalah yang

diangkat. Implementasi dapat dilakukan dengan baik, hal ini dikarenakan

adanya kerja sama yang baik antara perawat dan pasien dalam pelaksanaan

tindakan keperawatan yang telah disusun sebelumnya. Dalam hal ini juga

mendapatkan bimbingan dan kesempatan yang baik dari pembimbing dan

perawat dalam pelaksanaan tindakan sehingga tindakan keperawatan dapat

terlaksana sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam mengatasi masalah.

-Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi sumatif yaitu evaluasi yang

dilakukan setelah tindakan keperawatan dilaksanakan. Dari 3 diagnosa

keperawatan 3 diagnosa sudah teratasi yaitu ansietas, risiko perdarahan, risiko

41
jatuh

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kelenjar tiroid merupakan organ endokrin yang terletak dileher

manusia, fungsinya ialah mengeluarkan hormon tiroid. Antara hormon yang

terpenting ialah Thyroxine (T4) dan Triiodothyronine (T3). Hormonhormon

42
ini mengawal metabolisme (pengeluaran tenaga) manusia. Kerusakan atau

kelainan pada kelenjar tiroid akan menyebabkan terganggunya sekresi

hormon-hormon tiroid (T3 & T4), yang dimana dapat menyebabkan berbagai

macam penyakit dan kelainan bagi manusia. Kerusakan atau kelainan pada

kelenjar tiroid disebabkan oleh beberapa faktor.

Adapun dalam menegakkan diagnose terdapat perbedaan antara teori

dan dilapangan, perbedaan terletak pada etiologi penyebab terjadinya

masalah. Hal ini dikarenakan masalah timbul disesuaikan dengan keadaan

klien pada saat perawat melaksanakan pengkajian.

Dalam menyusun intervensi, serta melakukan implementasi dilakukan

berdasarkan intervensi yang telah dibuat dalam tinjauan kasus dengan Ca.

Thyroid.

B. Saran

1) Bagi penulis

Hasil studi kasus yang penulis dapatkan dalam karya tulis ini dapat

memberikan informasi lebih lanjut sehingga dapat memperluas

pengetahuan tentang Ca. Tyroid. Bagi penulis selanjutnya diharapkan

dapat melakukan asuhan keperawatan komprehensif dalam waktu yang

lama sehingga mendapatkan hasil yang lebih maksimal.

2) Bagi tempat pelaksanaan studi kasus

Instansi rumah sakit dapat menjadikan hasil studi ini sebagai dasar

pertimbangan untuk memberikan asuhan keperawatan secara

komprehensif sehingga meningkatkan pelayanan kepada pasien sehingga

43
pasien merasa puas dengan pelayanan yang diberikan dan dapat

meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

3) Bagi perkembangan ilmu keperawatan

Karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan ajar untuk

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan sebagai pertimbangan untuk

mengambil kebijakan dalam upaya memberikan asuhan keperawatan

secara komprehensif.

44
DAFTAR PUSTAKA

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator

Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan

Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil

Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Putri, E., Khambri, D., & Rusjdi, S. R. (2017). Hubungan Daerah Tempat Tinggal

dengan Gambaran Histopatologi Karsinoma Tiroid pada Masyarakat

Sumatera Barat. Jurnal Kesehatan Andalas, 171-174.

Ramirez, J. G., Serra, A. S., Llorente, P. M., Zambudio, A. R., Serrano, J. O.,

Rodriguez, M. T., & Moral, J. V. (2015). Mortality After Thyroid Surgery,

Insignificant or Still an Issue? Langenbecks Arch Surg, 517-22.

Ratnawati, & Sianturi. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Kepatuhan Perawat Dengan Kepatuhan Perawat Dalam Menerapkan Hand

Hygiene. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 148-154.

Ridho, M., Qodir, N., & Triwani. (2018). Karakteristik Pasien Karsinoma Tiroid

Papiler di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Periode

Januari-Desember 2016. Majalah Kedokteran Sriwijaya, 166-174.

RNSpeak. (2021 , August 14). Thyroidectomy Nursing Care Plan and 8 Most

Common Nursing Diagnoses. Retrieved from RNSpeak:

https://rnspeak.com/thyroidectomy-nursing-care-plan-2/

Romli, L. Y., & Indrawati, U. (2018). Keperawatan Kritis. Jombang: STIKES

45
Insan Cendekia Medika

Siriwa, M. R. (2021). Karakteristik Sosiodemografi dan Klinis Penderita Kanker

Tiroid di RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo dan RSP Universitas

Hasanuddin Tahun 2018-2021. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Siswandi, A., Fitriyani, N., Artini, I., & Krista Monitira. (2020). Karakteristik

Penderita Kanker Tiroid Di Bagian Bedah Onkologi Di Rumah Sakit

Umum Daerah Dr. H. Abdul Moelek Provinsi Lampung Tahun 2017-

2019. Medika Malahayati, 244-248.

Society, A. C. (2019, March 14). Sign and Symptoms of Thyroid Cancer.

Retrieved from American Cancer Society:

https://www.cancer.org/cancer/thyroid-cancer/detection-diagnosisstaging/

signs-symptoms.html

46

Anda mungkin juga menyukai