Anda di halaman 1dari 54

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
THYPOID

DISUSUN OLEH :

KELAS: B-13B KELOMPOK 8

NI MADE ERA MAHAYANI (203221183)


I GEDE WAHYU PUTRA DINATA (203221184)
PUTU ADHELINA ISWARA DEVI (203221185)
NI PUTU INDRI SISMAYANTI (203221186)
NI MADE WINDA NURSANTI (203221187)
NI PUTU NOVELIA TREANA (203221188)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2020
KATA PENGANTAR

“Om Swastyastu”

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Aplikasi Komplementer Dalam Semua
Siklus Kehidupan”.

Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan


dari berbagai pihak dan sumber. Oleh karena itu kami sangat menghargai
bantuan dari semua pihak yang telah member kami bantuan dukungan kjuga
semangat, buku dan sumber lainnya sehingga tugas ini dapat terselesaikan. Oleh
karena itu melalui media ini kelompok menyampaikan ucapan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang
kelompok miliki. Oleh karena itu kelompok mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna untuk menyempurnakan makalah ini.

“Om Santih, Santih, Santih Om”

Denpasar, 7 Desember 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................2
D. Sistematika Penulisan...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
THYPOID............................................................................................................3
1. Pengkajian.................................................................................................3
2. Diagnosa Keperawatan..............................................................................5
3. Intervensi...................................................................................................6
4. Implementasi...........................................................................................12
5. Evaluasi...................................................................................................12
B. CONTOH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN THYPOID.....14
C. SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) THYPOID...........................40
1. Latar Belakang........................................................................................40
2. Tujuan......................................................................................................41
3. Materi......................................................................................................42
4. Waktu/ Tempat/Sasaran..........................................................................42
5. Setting Tempat........................................................................................42
6. Metode.....................................................................................................43
7. Media/Alat dan Bahan.............................................................................43
8. Setting Kegiatan......................................................................................43
9. Struktur Kegiatan....................................................................................44
10. Lampiran..............................................................................................45
BAB III PENUTUP...............................................................................................54
A. Simpulan.....................................................................................................54
B. Saran...........................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................55

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam typhoid merupakan penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai


saluran cerna, dengan gejala demam kurang lebih satu minggu, gangguan
pencernaan, dan gangguan kesadaran (Sodikin, 2011). Menurut data WHO (World
Health Organisation) tahun 2009 memperkirakan angka insidensi di seluruh dunia
sekitar 17 juta jiwa per tahun, angka kematian akibat demam typhoid mencapai
600.000 dan 70% nya terjadi di Asia. Di Indonesia, penyakit typhoid bersifat
endemik, menurut WHO angka penderita demam typhoid di Indonesia mencapai
81% per 100.000 (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013.
Demam typhoid merupakan salah satu penyakit sistemik yang disebabkan
oleh Salmonella Thypi, jika penyakit ini tidak segera di tangani akan sangat
membahayakan dan berdampak pada kematian. Angka kematian akibat demam
typhoid mencapai 600.000 dan 70% nya terjadi di Asia (Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, 2013). Penyakit demam typhoid apabila tidak
tertangani dengan baik akan menimbulkan berbagai komplikasi. Komplikasi yang
dapat muncul akibat demam typhoid yang tidak segera ditangani adalah dapat
terjadi perdarahan dan perforasi usus, yaitu sebanyak 0,5 – 3% yang terjadi setelah
minggu pertama sakit (Ranuh, 2013).
Demam typhoid dapat terjadi pada berbagai usia, tetapi yang paling sering
dan rentan terjadi yaitu pada anak, umur 5-9 tahun dan penderita demam typhoid
laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan perbandingan 3:1 (Sari, 2016).
Masalah yang akan muncul pada pasien demam typhoid diantaranya adalah
hipertermi, terjadinya penurunan kesadaran, nyeri pada ulu hati yang disebabkan
karena proses inflamasi pada usus, kekurangan volume cairan, gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan dan dapat terjadi resiko infeksi (Suriadi & Yuliani, 2010).
Masalah utama yang terjadi yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan thypoid?

1
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus thypoid?
3. Bagaimana satuan acara penyuluhan untuk kasus thypoid?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk menambah
pengetahuan dan wawasan mengenai konsep dasar asuhan keperawatan
mengenai penyakit thypoid dan askep fiktif mengenai penyakit thypoid
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus penulisan dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:

a) Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan mengenai


penyakit thypoid
b) Untuk mengetahui asuhan keperawatan dengan kasus fiktif pada
penyakit thypoid
c) Untuk mengetaui rancangan satuan acara penyuluhan pada kasus
thypoid
D. Sistematika Penulisan
1. Sistematika Teoritis
Dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan
medikal bedah, khususnya materi konsep dasar asuhan keperawatan dan
askep dengan kasus fiktif mengenai penyakit thypoid.
2. Sistematika Praktis
a) Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa Program Studi S1
Keperawatan mengenai keperawatan medikal bedah, khususnya materi
mengenai konsep dasar asuhan keperawatan dan askep dengan kasus
fiktif mengenai penyakit thypoid.
b) Memberikan pemahaman bagi mahasiswa lainnya mengenai
keperawatan medikal bedah, khususnya materi mengenai konsep dasar
asuhan keperawatan dan askep dengan kasus fiktif mengenai penyakit
thypoid.

2
c) Memberikan pemahaman bagi penulis mengenai keperawatan medikal
bedah, khususnya materi mengenai konsep dasar asuhan keperawatan
dan askep dengan kasus fiktif mengenai penyakit thypoid.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


THYPOID

1. Pengkajian
a. Identitas Klien, meliputi : nama, umur , jenis kelamin, agama,
suku/bangsa, alamat, tgl. MRS, dan penanggung jawab.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama: Tanyakan keluhan pasien masuk rumah sakit.
2) Riwayat penyakit sekarang
Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluahan utama pasien,
sehingga dapat ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang dapat
muncul.
3) Riwayat penyakit dahulu
Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama.
4) Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan apakah ada keluarga/ kerabat yang menderita penyakit yang
sama dengan pasien.
5) Riwayat Psikososial
Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas / sedih).
Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
6) Activity Daily Life (ADL)
a) Pola Nutrisi : Biasanya nafsu makan klien berkurang
karena terjadi gangguan pada usus halus, serta mual, muntah.
b) Pola Eliminasi : Kadang disertai diare.
c) Pola personal hygiene : Kurangnya kemampuan untuk
melakukan aktivitas perawatan diri.
d) Pola aktivitas : Kelemahan dan dalam beraktivitas
e) Pola istirahat tidur : Selama sakit pasien merasa tidak dapat
istirahat karena pasien merasakan sakit pada perutnya, mual,
muntah, kadang diare.

4
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : lemah
2) Kesadaran : composmentis
3) Berat Badan : biasanya terjadi penurunan BB karena
peningakatan gangguan nutrisi yang terjadi.
4) Tinggi Badan :
5) Tanda-tanda vital
a) Suhu : hipertermi (> 37,5oC)
b) Nadi : normal
c) RR : normal/meningkat (>28x/menit)
d) TD : normal (120/80 mmHg)
6) Head to toe
a) Wajah
Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak.
a) Rambut
Hitam, tidak ada ketombe, distribusi merata
b) Mata
Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak,
sklera ikterik/ tidak, keadaan pupil, palpebra dan apakah ada
gangguan dalam penglihatan.
c) Mulut
Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab, lidah
kotor/ tidak, apakah ada kemerahan/ tidak pada lidah, apakah
ada gangguan dalam menelan, apakah ada kesulitan dalam
berbicara.
d) Hidung
Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada
hidung serta cairan yang keluar, ada sinus/ tidak dan apakah ada
gangguan dalam penciuman
e) Thorak/ dada
Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola pernafasan,
apakah ada wheezing, apakah ada gangguan dalam pernafasan.

5
f) Abdomen
Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak, apakah
terdapat nyeri tekan pada abdomen, apakah perut terasa
kembung, lakukan pemeriksaan bising usus, apakah terjadi
peningkatan bising usus/tidak.
g) Genitalia
Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin
,warna rambut kelamin. Pada laki-laki lihat keadaan penis,
apakah ada kelainan/tidak. Pada wanita lihat keadaan labia
minora, biasanya labia minora tertutup oleh labia mayora.
h) Integumen
Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering/
tidak, apakah ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba
panas.
i) Ekstremitas atas
Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri otot
serta kelainan bentuk.
2. Diagnosa Keperawatan
1. (D.0023) Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif, kegagalan mekanisme
regulasi, peningkatan permeabilitas kapiler, kekuarangan intake cairan,
evaporasi
2. (D.0019) Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan,
ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsobsi
nutrient, peningkatan kebutuhan metabolism, factor ekonomi, factor
psikologis
3. (D.0130) Hipertermia b.d dehidrasi, terpapar lingkungan panas, proses
penyakit, ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan, peningkatan
laju metabolism, respon trauma, aktivitas berlebihan, penggunaan
inkubator
4. (D.0077) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis, agen pencedera
kimiawi, agen pencedera fisik

6
5. (D.0056) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplain dan
kebutuhan oksigen, kelemahan, tirah baring, imobilitas, gaya hidup
monoton (PPNI, 2017)

7
3. Intervensi
(PPNI, 2018, 2019)
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 (D.0023) Hipovolemia Status Cairan (L.03028) Manajemen Hipvolemia (I.03116)
Setelah dilakukan intervensi selama …x 24 Observasi
jam, diharapkan status cairan membaik 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis.
dengan kriteria hasil frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
a. kekuatan nadi meningkat tekanan darah menurun, tekanan nadi
b. turgor kulit meningkat menyempit,turgor kulit menurun, membrane
c. output urine meningkat mukosa kering, volume urine menurun, hematokrit
d. frekuensi nadi membaik meningkat, haus dan lemah)
e. tekanan darah membaik 2. Monitor intake dan output cairan
f. tekanan nadi membaik Terapeutik
g. membrane mukosa membaik 1. Hitung kebutuhan cairan
h. kadar Hb membaik 2. Berikan asupan cairan oral
i. kadar Ht membaik 3. Berikan posisi modified trendelenburg
Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
2. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak

8
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis.
cairan NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis.
Glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
3. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. Albumin,
plasmanate)
4. Kolaborasi pemberian produk darah
2. (D.0019) Defisit nurtrisi Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi (I.03119)
Setelah dilakukan intervensi selama …x 24 Observasi:
jam, status nutrisi diharapkan membaik 1. Identifikasi status nutrisi
dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Porsi makanan yang dihabiskan membaik 3. Identifikasi makanan yang disukai
- Serum albumin meningkat 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
- Pengetahuan tentang pilihan makanan yang 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang
sehat meningkat nasogastrik
- Pengetahuan tentang pilihan minuman yang 6. Monitor asupan makanan
sehat meningkat 7. Monitor berat badan
- Frekuensi makan membaik 8. Monitor hasil pemeriksaan labolatorium

9
- Membran mukosa membaik Terapeutik :
- Nafsu makan membaik 1. Lakukan oral hygine sebelum makan , jika perlu
- Indeks masa tubuh membaik 2. Berikan makanan tinggi kalori dan protein
3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
sesuai
Edukasi :
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
(mis. pereda nyeri, antiemetik) jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan
3 (D.0130) Hipertermia Termoregulasi (L.14134) Manajemen hipertermia (I.15506)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Observasi
...x 24 jam diharapkan termoregulasi a. Identifikasi penyebab hipertermia (mis.dehidrasi,
membaik, dengan kriteria hasil: terpapar lingkungan panas, penggunaan incubator)
a. Menggigil menurun b. Monitor suhu tubuh
b. Suhu tubuh membaik c. Monitor kadar elektrolit

10
c. Suhu kulit membaik d. Monitor haluaran urine
e. Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
a. Sediakan lingkungan yang dingin
b. Longgarkan atau lepaskan pakaian
c. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
d. Berikan cairan oral
e. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
mengalami hyperhidrosis
f. Lakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut
hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
g. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
h. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
a. Ajarkan tirah baring
Kolaborasi
- a. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena jika perlu

11
4. (D.0077) Nyeri akut Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen nyeri (I.08238)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Observasi
...x 24 jam diharapkan tingkat nyeri menurun a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
dengan kriteria hasil: kualitas,imtensitas nyeri
a. Keluhan nyeri menurun b. Identifikasi skala nyeri
b. Meringis menurun c. Identifikasi nyeri nonverbal
c. Sikap protektif menurun d. Monitor efek samping penggunaan analgetik
d. Gelisah menurun Terapiutik
e. Kesulitan tidur menurun a. Berikan teknik nokfarmakologis untuk mengurangi
f. Frekuensi nadi membaik rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi
music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi termbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

5. (D.0056) Intoleransi Toleransi Aktivitas (L.05047) Terapi Aktivitas (I.05186)


aktivitas Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Observasi
… x 24 jam diharapkan toleransi aktivitas a. Identifikasi deficit tingkat aktivitas
Meningkat dengan kriteria hasil: Terapeutik

12
a. frekuensi nadi meningkat a. Fasilitasi focus pada kemampuan, bukan deficit
b. keluhan Lelah menurun yang dialami
c. dispnea saat aktivitas menurun b. Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu
d. dispnea setelah aktivitas menurun c. Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari

Edukasi
a. Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika
perlu
b. Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih

13
4. Implementasi
Setelah semua rencana tindakan keperawatan disusunm, maka langkah
selanjutnya melaksanakan dalam tindakan yang nyata yang bertujuan untuk
mengatasi masalah klien. Dalam pembuatan asuhan keperawatan,
implementasi merujuk kepada intervensi. Melaksanakan secara langsung,
bekerja sama dengan profesi lain, tenaga keperawatan lainnya. Umtuk
kelanjutan pelayanan keperawatan secara berkesinambungan.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan, dalam
konteks ini aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan dan terarah ketika
klien dan professional kesehatan menentukan kemajuan kemajuan klien
menuju pencapaian tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan.
Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang
ditarik dari evaluasi menentukan apakah evaluasi keperawatan harus diakhiri,
dilanjutkan, atau dirubah (Kozier et al., 2010).
Format yang dapat digunakan untuk evaluasi keperawatan menurut
(Dinarti et al., 2009) yaitu format SOAP yang terdiri dari :
a. Subjective, yaitu pernyataan atau keluhan dari pasien. Pada pasien
apendiktomi dengan nyeri akut diharapkan pasien tidak mengeluh nyeri
atau nyeri berkurang
b. Objektive, yaitu data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga. Pada
pasien dengan retensi urin indikator evaluasi menurut Moorhead et al.
(2013)
c. Analisys, yaitu kesimpulan dari objektif dan subjektif (biasaya ditulis
dala bentuk masalah keperawatan). Ketika menentukan apakah tujuan
telah tercapai, perawat dapat menarik satu dari tiga kemungkinan
simpulan :
1) Tujuan tercapai; yaitu, respons klien sama dengan hasil yang
diharapkan
2) Tujuan tercapai sebagian;, yaitu hasil yang diharapkan hanya
sebagian yang berhasil dicapai (4 indikator evaluasi tercapai)
3) Tujuan tidak tercapai

14
d. Planning, yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan
analog.
Berdasarkan implementasi yang di lakukan, maka evaluasi yang di harapkan
untuk klien dengan gangguan sistem pencernaan typhoid adalah :
a. Tanda-tanda vital stabil
b. Kebutuhan cairan terpenuhi
c. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
d. Tidak terjadi hipertermia
e. Klien dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri
f. Klien dan keluaga klien mengerti tentang penyakitnya.

15
E. CONTOH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN THYPOID

Asuhan Keperawatan pada Klien Tn.A dengan Thypoid


di Ruang Cermai RSUD Klungkung

1. Pengkajian
a. Biodata
1) Biodata Klien
Nama : Tn.A
Umur : 47 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat : Jln Jempiring Gg 5 No 7, Semarapura
Agama : Hindu
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku Bangsa : Bali
Status : Menikah
Tanggal masuk : 01 Desember 2020
Tanggal Pengkajian : 02 Desember 2020
No CM : 719972
b.    Biodata Penanggung Jawab
Nama : Tn. C
Umur : 29 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jln Jempiring Gg 5 No 7, Semarapura
Agama : Hindu
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan klien : Anak Klien
b. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengeluh demam

16
b. Riwayat Kesehatan sekarang
Klien datang ke IGD RSUD Klungkung pada tanggal 02 Desember 2020
pukul 10.00 WITA dengan keluhan demam disertai mual, pusing, lesu, susah
BAB dan nyeri pada abdomen bagian bawah. Selain itu klien mengeluh
menggigil pada malam hari yang disertai keringat dingin. Saat pengkajian
didapatkan hasil TTV klien yaitu TD: 110/90 mmHg, S: 39℃, N: 80x/mnt, R:
22x/mnt. Pasien mengatakan demam sejak 6 hari yang lalu tidak kunjung
sembuh, pasien mengeluh nyeri pada perut bagian kiri bawah, nyeri seperti
diremas - remas, nyeri dirasakan hilang timbul saat pasien bergerak, skala
nyeri 5. Setelah itu pasien dilakukan pemeriksaan lab didapatkan hasil Hb:
14,3 g/dL, hematokrit 39%, Leukosit 21.170/mm3, Trombosit 337.000/mm3,
Eristrosit 4,49juta/mm3, pemeriksaan widal : typhi O (+) 1/40, typi S (+)
1/80 .selanjutnya pasien dirawat di ruang cermai untuk mendapatkan
penanganan lebih lanjut. Pasien mendapatkan terapi Infuse RL 20 tetes/menit,
Cefotaxim 2.1 gram, Ranitidine 2.1 amp, Ketorolax 2.1 amp, PCT 3.500 gram,
Curcuma 3.1.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan sebelumnya tidak perah mengalami penyakit seperti
saat ini, namun klien mempunyai penyakit gastritis yang telah lama
dideritanya. Biasanya klien hanya mengeluh pusing dan demam dan di obati
dengan obat dari warung. Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi,
Klien mengatakan tidak merokok hanya mengkonsumsi minuman seperti teh,
susu dan kopi
d. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit keturunan,
seperti Diabete mellitus, Hepatitis TBC dan lain sebagainya.
c. Pola Kebutuhan Dasar (Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan dirinya merasa lebih tenang sekarang karena sudah
mendapatkan perawatan di rawat di RS.

17
b. Pola Nutrisi-Metabolik
Sebelum sakit : Sebelum sakit pasien makan 3x/hari, dengan komposisi nasi,
sayur, dan lauk, minum ± 7 gelas/hari. pasien mengatakan tidak memiliki
alergi apapun pada makanan.
Saat sakit : Saat sakit pasien makan 2x/hari, dengan diit yang diberikan oleh
RS tetapi pasien hanya bisa makan ½ porsi kemudian berhenti karena merasa
mual dan tidak nafsu makan. Minum ± 5 gelas/hari.
c. Pola Eliminasi
1) BAB
Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAB lancar sebelum sakit
Saat sakit : Pasien mengatakan BAB terus menerus dengan
konsistensi cair.
2) BAK
Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAK lancar sebelum sakit dengan
bau
yang khas dan berwarna kuning.
Saat sakit : Pasien mengatakan BAK tetap lancar saat sakit dengan
bau
yang khas dan berwarna kuning.
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Aktivitas
Kemampuan 0 1 2 3 4
perawatan diri
Makan dan √
minum
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
Keterangan :

18
0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = dibantu orang lain
dan alat, 4 = tergantung total
2) Latihan
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sehari-hari beraktivitas, bekerja sebagai penjahit baju.
Pasien juga melakukan segala aktivitas secara mandiri tanpa hambatan.
Saat sakit :
Pasien mengatakan selama dirawat hanya istirahat untuk memulihkan
kesehatan. Pasien mengatakan merasa meriang dan menggigil, badannya
lemas dan terasa nyeri pada perut kiri bawah seperti ditusuk-tusuk. Nyeri
dirasakan hilang timbul, skala nyeri 3(0-10). Pasien mengatakan nyeri
dirasakan saat terlalu banyak bergerak/ saat melakukan aktivitas, pasien
tampak gelisah, wajah pasien tampak meringis.
e. Pola kognitif dan Persepsi
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik. Pandangan pasien baik dan jelas,
pasien dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh perawat dengan baik.
f. Pola Persepsi-Konsep diri
1) Identitas diri : Pasien mampu mengenali dirinya dengan baik. Pasien
mengatakan memiliki 2 orang saudara laki-laki yaitu kakak pasien. Pasien
mengatakan dirinya sudah menikah dan memiliki 2 orang anak, pekerjaan
sebagai penjahit.
2) Gambaran diri : Pasien merasa kalau dirinya sakit dan memerlukan
pertolongan.
3) Ideal diri : Pasien mengatakan ingin segera sembuh dan dapat
berkumpul dengan keluarganya di rumah.
4) Harga diri : Pasien tidak merasa rendah diri dengan keadaan yang
sekarang dan tampak selalu kooperatif terhadap perawat yang merawatnya.
5) Peran diri : Selama ini pasien berperan sebagai kepala rumah tangga
di dalam keluarganya. Pasien mengatakan berperan dalam perekonomian
keluarganya. Pasien mengatakan tinggal di rumah bersama istri dan kedua
anak nya. Kakak kandung pasien sudah memiliki keluarga.
g. Pola Tidur dan Istirahat Sebelum sakit :

19
Pasien mengatakan sebelum sakit setiap hari pasien mendapatkan istirahat
yang cukup ±8 jam/hari, biasa tidur dari jam 22.00 wita. Pasien tidak
memiliki kebiasaan tidur siang.
Saat sakit :
Pasien mengatakan sejak dirawat di rumah sakit pasien tidak mengalami
gangguan tidur, walaupun nyeri pada perut kiri kadang terasa hilang timbul.
h. Pola Peran-Hubungan
Pasien mengatakan hubungan di keluarga sangat baik dan harmonis. Pasien
tampak ditemani istri dan salah satu anaknya di kamar rawat. Anak pertama
pasien menjadi penanggung jawab pasien selama MRS. Pasien dan keluarga
tampak ramah dengan perawat dan penunggu pasien yang lain.
i. Pola Seksual-Reproduksi
Pasien mengatakan dirinya berjenis kelamin laki-laki dan sudah menikah.
j. Pola Toleransi Stress-Koping
Pasien mengatakan hobinya yaitu merajut baju. Pasien mengatakan saat
merajut pikiran dan perasaan menjadi jauh lebih nyaman.
k. Pola Nilai-Kepercayaan
Pasien mengatakan beragama Hindu. Pasien memiliki keyakinan bahwa
Hyang Widhi akan selalu mendengarkan doanya. Pasien berharap cepat
sembuh dari penyakit yang diderita sekarang.
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Kesadaran : compos mentis
Penampilan umum : Klien tampak lemah
2) Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/90 mmHg
Nadi : 80x/mnt
Respirasi : 22x/mnt
Suhu : 39℃
3) Inteugumen
a) Inteugumen dan kulit kepala
Warna rambut

20
Distribusi : Hitam
Kuantitas : Merata
Tekstur : Tipis
Kebersihan : Bersih, tidak tampak adanya kotoran
Lesi : Tidak ada lesi
b) Kulit
Warna : Kuning langsat
Kelembaban : Lembab
Tekstur : Halus
Turgor : Baik, saat ditekan dapat kembali ke keadaan semula yaitu
< 2 detik
Kebersihan : Bersih, tidak tampak adanya kotoran
c) Kuku
Warna dasar : Transparan
Tekstur : Halus
Bentuk : Cembung
Kebersihan : Bersih, tidak tapak adanya kotoran
CRT : Baik, saat ditekan sirkulasi darah kembali dalam
waktu < dari 2 detik
4) Kepala
Kebersihan : simetris
Bentuk : Oval
Kondisi : tidak terdapat benjolan
Kebersihan : Bersih tidak tampak adanya kotoran
5) Mata
1) Alis mata
Kesimetrisan : simetris antara alis kiri dan alis kanan
Warna : Hitam
Distribusi bulu: Merata
Benjolan : Tidak terdapat benjolan
Nyeri : Tidak ada nyeri
2) Kelopak mata dan bulu mata

21
Kesimetrisan : selaras antara kelopak mata kiri dan
kanan
Warna kelopak mata : sama dengan kulit sekitar
Distribusi bulu mata : merata
Warna bulu mata : Hitam, melengkung ke atas
Keadaan : Tidak terdapat edema
3) Bola mata
Konjuntiva : Merah muda
Sclera : Putih
Kornea : Jernih
4) Pupil
Bentuk : Isokor
Reaksi pupil terhadap cahaya: Baik, pada saat cahaya di dekatkan pupil
mengecil dan melebar saat cahaya
dijauhkan
Reaksi kornea : Baik, saat lidi wotten di dekatkan ke mata,
mata langsung berkedip
5) Ketajaman penglihatan : Baik, klien dapat melihat pada jarak 35 cm
dengan cara membaca koran
6) Lapang pandang : Baik, pada jarak 60 cm klien dapat dengan
jelas melihat telunjuk perawat
7) Gerakan ekstra okuler mata : Baik, klien dapat mengikuti arah
telunjuk perawat
6) Telinga
Posisi : simetris antara telinga kiri dan
kanan
Warna : sama dengan kulit sekitar
tekstur : Halus
Fungsi pendengaran : Baik, klien dapat mendengar suara
perawat
dan menjawab pertanyaan perawat
dengan

22
baik
Kebersihan : Bersih, tidak tampak adanya
serumen
7) Hidung
Bentuk : simetris antara lubang kiri dan kanan
Warna : sama dengan kulit sekitar
Mukosa hidung : tidak ada pembengkakan
Kebersihan : Bersih, tidak tampak adanya kotoran
Fungsi penciuman : Baik, klien dapat membedakan bau parfum
dan bau minyak kayu putih
8) Mulut
1) Bibir
Warna : Merah muda
Tekstur : Halus
Kelembaban : Lembab
Keadaan : Tidak tampak adanya stomatitis
Kebersihan : Bersih tidak tampak adanya kotoran
2) Gigi
Warna : Putih kekuning-kuningan
Jumlah gigi : 30 buah
Kebersihan : tidak tampak adanya kotoran
Keadaan : tidak tampak adanya carries gigi
3) Lidah
Warna : adanya bercak – bercak putih
Tekstur : Halus
Pergerakan : Baik, dapat digerakan kesegala arah
Kebersihan : tampak adanya kotoran
Fungsi pengecapan : Baik, klien dapat membedakan rasa asin,
manis dan pahit
9) Leher
Warna : Sama dengan kulit sekitar
Kesimetrisan : simetris antara kedua bahu

23
Pergerakan : Baik, dapat digerakan ke segala arah
JVP : tidak Ada peninggian JVP
KGB : tidak ada pembesaran KG
Kelenjar tyroid : saat menelan tidak ada pembesaran tyroid
Kebersihan : Bersih
10) Dada
Posisi : simetris antara dada kiri dan kanan
Bunyi jantung : Reguler
Bunyi paru-paru : Vasikuler
Kebersihan : Bersih
11) Abdomen
Warna : Sama dengan kulit tubuh
Palpasi : adanya nyeri tekan pada abdomen bagian kiri
bawah
Skala : skala nyeri 5 dari rentang 0 - 10
Auskultasi : suari bising usus aktif 28x/menit
12) Genetalia tidak terkaji
13) Ekstremitas
Atas : Pergerakan tangan kanan klien terbatas karena terpasang
infuse, dan tangan kiri dapat digerakan ke segala arah
Bawah : Baik, kaki kanan dan kaki kiri klien dapat digerakan ke
segala arah
e. Data penunjang
a. Data penunjang
1) Darah rutin
No Jenis Hasil Nilai Normal Interpretasi
Pemeriksaan
1. Hemoglobin 14.3 g/dL 13.0 – 18.0 /dL Normal
2 Hematokrit 39 % 40 – 52 % Menurun
3 Leukosit 21.170 /mm3 3.800 – 10.600 /mm3 Meningkat
4 Trombosit 222.000 150.000 – 440. Normal
5 eritrasit /mm3 000 /mm3 Normal

24
4.49 juta / 3.5 – 6.5 juta /mm3
mm3
     

2) Kimia Klinik
No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi
1. Ureum 33 mg/dL 15 – 50 mg/dL Normal
2. Kreatinin 0.7 mg/dL 0.7 – 1.2 mg/dL Normal

b. Diagnose medis
Thypoid fever
c. Therapy
1) Infuse RL 20 tetes/menit IV
2) Cefotaxim 2.1 gram IV
3) Ranitidine 2.1 amp IV
4) Ketorolax 2.1 amp IV
5) PCT 3.500 gram
6) Curcuma 3.1

25
2. Analisa data
No Data Fokus Etiologi Problem
1. Ds: Kuman salmonella thypi (D.0130)
Klien mengeluh menggigil dan Hipertermia
meriang, merasa demam Masuk tubuh melalui mulut
Do: bersama makanan dan
Klien tampak pucat, kulit teraba minuman
hangat dan berwarna merah. TTV
Masuk sampai ke usus halus
TD : 110/90 mmHg
Nadi : 80x/mnt
Bakteri mengadakan
Respirasi: 22x/mnt
multipikasi diusus
Suhu : 39℃

Peradangan

Peningkatan suhu tubuh

(D.0130) Hipertermia
2. Ds : Kuman salmonella thypi (D.0077) Nyeri Akut
Klien mengeluh nyeri pada
abdomen bagian kiri bawah Masuk tubuh melalui mulut
P: Nyeri Ketika bergerak bersama makanan dan
Q: Nyeri seperti ditusuk – tusuk minuman
R: Nyeri pada perut bagian kiri
bawah Masuk sampai ke usus halus
S: 3
T: Nyeri dirasakan hilang timbul Bakteri mengadakan
saat pasien bergerak multipikasi diusus
Do :
      Klien tampak meringis Peradangan
dan pucat
TTV: Nyeri Tekan

26
TD : 110/90 mmHg
Nadi : 80x/mnt (D.0077) Nyeri Akut
Respirasi: 22x/mnt
Suhu : 39℃

3. Diagnosa Keperawatan
a. (D.0130) Hipertermia b.d proses penyakit d.d Klien mengeluh menggigil
dan meriang, merasa demam, klien tampak pucat, kulit teraba hangat dan
berwarna merah. TTV: TD: 110/90 mmHg, Nadi: 80x/mnt, Respirasi:
22x/mnt, Suhu: 39℃
b. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisiologis d.d Klien mengeluh nyeri pada
abdomen bagian kiri bawah
P: Nyeri Ketika bergerak
Q: Nyeri seperti ditusuk – tusuk
R: Nyeri pada perut bagian kiri bawah
S: 5 (0-10)
T: Nyeri dirasakan hilang timbul saat pasien bergerak
Klien tampak meringis dan pucat, TTV: TD: 110/90 mmHg, Nadi:
80x/mnt, Respirasi: 22x/mnt, Suhu: 39℃

27
4. Intervensi
No Tanggal Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional Nama/T
td
1 2 Desember Hipertermia b.d proses Termoregulasi (L.14134) Manajemen hipertermia Manajemen hipertermia Perawat
2020 penyakit d.d Klien mengeluh Setelah dilakukan asuhan (I.15506) (I.15506)
menggigil dan meriang, merasa keperawatan selama 3 x 24 Observasi Observasi
demam, klien tampak pucat, jam diharapkan a. Monitor suhu tubuh a. suhu tubuh yang terlalu
kulit teraba hangat dan termoregulasi membaik, tinggi dapat menyebabkan
berwarna merah. TTV: TD: dengan kriteria hasil: kejang
b. Monitor kadar elektrolit
110/90 mmHg, Nadi: 80x/mnt, a. Menggigil menurun b. elektrolit yang tidak
Respirasi: 22x/mnt, Suhu: b. Suhu tubuh membaik seimbang mengakibatkan
c. Monitor keluaran urine
39℃ dehidrasi
c. Suhu kulit membaik
d. Kulit merah menurun d. Monitor komplikasi f. Output urine </ 1500 ml
menandakan dehidrasi
akibat hipertermia
g. salah satu komplikasi dari
Terapeutik hipertermi adalah kerusakan
a.Sediakan lingkungan yang otak dan nyeri kepala
Terapeutik
dingin
a.suhu lingkungan yang
dingin membantu
b. Longgarkan atau lepaskan
penguapan suhu tubuh
pakaian
b.terjadinya evaporasi suhu
c. Basahi dan kipasi
tubuh
permukaan tubuh
c. membantu terjadinya
d. Berikan cairan oral
evaporasi suhu tubuh
d. mengganti cairan yang
e. Lakukan pendinginan
keluar berupa keringat
eksternal (mis. Selimut

28
hipotermia atau e. kompres dingin membantu
kompres dingin pada mengeluarkan panas suhu
dahi, leher, tubuh
dada, abdomen, aksila) Edukas
Edukasi a.istirahat yang cukup
a. Ajarkan tirah baring membantu memulihkan
kondisi pasien

Kolaborasi

Kolaborasi
a.mencegah terjadinya
a. Kolaborasi pemberian dehidrasi
cairan dan elektrolit
intravena jika perlu
2 2 Desember Nyeri Akut b.d agen pencedera Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen nyeri (I.08238) Manajemen nyeri (I.08238) Perawat
2020 fisiologis d.d Klien mengeluh Observasi Observasi
Setelah dilakukan asuhan
nyeri pada abdomen bagian kiri a.Identifikasi lokasi, a.menentukan intervensi
keperawatan selama 3 x 24
bawah karakteristik, durasi, yang akan di lakukan
jam diharapkan tingkat nyeri
frekuensi, kualitas,imtensitas
P : nyeri ketika bergerak menurun dengan kriteria hasil
nyeri
Q : Nyeri seperti perut seperti
di remas - remas a.keluhan nyeri menurun b.menentukan skala nyeri
R : Nyeri pada perut bagian b. meringis menurun b.Identifikasi skala nyeri
pasien
kiri bawah c. sikap protektif menurun
S : 5 (0-10) d. frekuensi nadi membaik c.Identifikasi nyeri nonverbal c.mengetahui nyeri secara
T : Nyeri dirasakan hilang non verbal
timbul saat pasien bergerak
Klien tampak meringis dan d.Monitor efek samping d. efek samping penggunaan
pucat penggunaan analgetik analgetik adalah sakit kepala

29
Terapiutik kulit mudah memar
a .Berikan teknik
nonfarmakologis untuk Terapiutik
mengurangi rasa nyeri a.teknik non farmakologi
(mis. TENS, hypnosis, seperti relaksasi nafas dalam
akupresur, terapi music, dapat membantu meredakan
biofeedback, terapi pijat, nyeri
aromaterapi, teknik
imajinasi termbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
Edukasi

Jelaskan penyebab, periode,


dan pemicu nyeri Edukasi

Pasien dan keluarga bisa


Kolaborasi memberikan perawatan nyeri
secara mandiri
Kolaborasi pemberian
analgetik Kolaborasi
Untuk mengativasi reseptor
obat pada SSP untuk
mengurangi rasa nyeri

30
1. Implementasi

Tanggal Jam Dx Implementasi Evaluasi Paraf/


Ttd
02 08.15 1 Mengukur TTV dan Mengecek S : pasien mengatakan masih merasakan Perawat
desember suhu tubuh pasien menggigil
2020 O : S: 390c, N:86, TD: 110/70, RR: 20, kulit
pasien teraba hangat
08.18 1
Mengidentifikasi komplikasi dari S: pasien mengatakan kepalanya terasa nyeri, dan Perawat
hipertermia matanya terasa panas
O : pasien terlihat memegang kepalanya yang
sakit

08.20 1 Menyediakan lingkungan yang S: pasien mengatakan ingin mematikan AC dan


dingin untuk pasien menggunakan selimut Perawat
O : pasien masih menggunakan selimut, suhu
Ruangan pasien 26OC

08.22 1 Menganjurkan pasien untuk tirah S: pasien mengatakan badannya terasa lemas Perawat
baring O : pasien beristirahat dengan posisi terlentang

08.25 1 Menganjurkan pasien untuk S : pasien mengatakan bersedia untuk di basahi Perawat
membasahi atau mengkipasi tubuh tubuhnya oleh keluarga
O: keluarga pasien menyiapkan perlengkapan
untuk mengelap pasien.
09.00 2 Mengidentifikasi lokasi, S : Klien mengeluh nyeri pada abdomen bagian Perawat
karakteristik, durasi, frekuensi, kiri bawah
kualitas,imtensitas nyeri O :klien tampak meringis

31
P: Nyeri Ketika bergerak
Q: Nyeri seperti ditusuk – tusuk
R: Nyeri pada perut bagian kiri bawah
S: 5 (0-10)
T: Nyeri dirasakan hilang timbul saat pasien
bergerak

09.15 2 Mengidentifikasi skala nyeri S : klien mengeluh nyeri dirasakan tiap bergerak Perawat
O : skala nyeri yang di rasakan 5 (0-10)

09.20 2 Memberikan teknik S : klien bersedia untuk dipijat Perawat


nonfarmakologis untuk O : klien tampak rileks ketika di pijat
mengurangi rasa nyeri ( terapi
pijat)

09.30 2 Menjelaskan penyebab, periode, S : klien dan keluarga mengatakan mengerti Perawat
dan pemicu nyeri dengan yang di jelaskan perawat
O : klien dan keluarga tampak mendengarkan
03 08.25 1 Mengukur TTV dan Mengecek S : pasien mengatakan sudah mulai membaik Perawat
desember suhu tubuh pasien O : S: 38,0c, N:86, TD: 110/70, RR: 20, kulit
2020 pasien teraba hangat

1 Menyediakan lingkungan yang S: pasien mengatakan ingin mematikan AC dan Perawat


08.30 dingin untuk pasien menggunakan selimut
O : pasien masih menggunakan selimut, suhu
Ruangan pasien 26OC

1 Menganjurkan pasien untuk tirah S: pasien mengatakan badannya masih merasa Perawat
08.40 baring lemas sedikit
O : pasien beristirahat dengan posisi terlentang
1 Menganjurkan pasien untuk
08.45 membasahi atau mengkipasi tubuh S : pasien mengatakan bersedia untuk di basahi

32
tubuhnya oleh keluarga Perawat
O: keluarga pasien menyiapkan perlengkapan
untuk mengelap pasien.

09.00 2 Mengidentifikasi lokasi, S : Klien mengeluh nyeri sudah mulai berkurang Perawat
karakteristik, durasi, frekuensi, O :klien tampak memegang perut nya
kualitas,imtensitas nyeri P: Nyeri Ketika bergerak
Q: Nyeri seperti ditusuk – tusuk
R: Nyeri pada perut bagian kiri bawah
S: 4(0-10)
T: Nyeri dirasakan hilang timbul saat pasien
bergerak

S : klien mengeluh nyeri dirasakan tiap bergerak Perawat


09.15 2 Mengidentifikasi skala nyeri sudah berkurang
O : skala nyeri yang di rasakan 4 (0-10)

09.20 2 Memberikan teknik S : klien bersedia untuk dipijat Perawat


nonfarmakologis untuk O : klien tampak rileks ketika di pijat
mengurangi rasa nyeri ( terapi
pijat)

09.30 2 Menjelaskan penyebab, periode, S : klien dan keluarga mengatakan mengerti Perawat
dan pemicu nyeri dengan yang di jelaskan perawat
O : klien dan keluarga tampak mendengarkan
04 08.25 1 Mengukur TTV dan Mengecek S : pasien mengatakan sudah tidak panas dan Perawat
desember suhu tubuh pasien tidak menggigil
2020 O : S: 37,0c, N:86, TD: 110/70, RR: 20

08.30 1 Menyediakan lingkungan yang S: pasien mengatakan sudah merasa sehat Perawat
dingin untuk pasien O : KU. baik

33
08.40 2 Mengidentifikasi lokasi, S : Klien mengatakan nyeri sudah jauh berkurang Perawat
karakteristik, durasi, frekuensi, O : KU. Baik
kualitas,imtensitas nyeri

08.45 2 Mengidentifikasi skala nyeri S : klien mengatakan tidak lagi merasa nyeri Perawat
ketika bergerak
O : klien tampak tenang

08.50 2 Menjelaskan penyebab, periode, S : klien dan keluarga mengatakan sudah mengerti Perawat
dan pemicu nyeri dengan yang di jelaskan perawat
O : klien dan keluarga tampak sudah melakukan
semua anjuran perawat

34
2. Evaluasi

Tgl/Jam No Evaluasi Hasil TTD


Dx
04 desember 2020 1 S : pasien mengatakan sudah tidak panas dan tidak menggigil Perawat
08.30 O : KU .baik
S: 37,0 , N:86, TD: 110/70, RR: 20
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien

04 desember 2020 2 S : Klien mengatakan nyeri sudah jauh berkurang Perawat


08.50 O : KU. Baik
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien

35
F. SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) THYPOID

1. Latar Belakang
Typhoid merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang
disebabkan oleh makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman
Salmonella thypi (Widoyono, 2011). Manusia adalah satu-satunya penjamu
yang alamiah dan merupakan reservoir untuk Salmonella typhi. Bakteri
tersebut dapat bertahan hidup selama berhari-hari di air tanah, air kolam, atau
air laut dan selama berbulan-bulan dalam telur yang sudah terkontaminasi atau
tiram yang dibekukan. Pada daerah endemik, infeksi paling banyak terjadi
pada musim kemarau atau permulaan musim hujan. Infeksi dapat ditularkan
melalui makanan atau air yang terkontaminasi oleh feses.
Menurut data WHO (World Health Organisation) memperkirakan angka
insidensi di seluruh dunia sekitar 17 juta jiwa per tahun, angka kematian
akibat demam tifoid mencapai 600.000 dan 70% nya terjadi di Asia. Di
Indonesia sendiri, penyakit tifoid bersifat endemik, menurut WHO angka
penderita demam tifoid di Indonesia mencapai 81% per 100.000 (Depkes RI,
2013). Berdasarkan data yang di peroleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah berdasarkan system surveilans terpadu beberapa penyaki terpilih pada
tahun 2010 penderita Demam Tifoid ada 44.422 penderita, termasuk urutan
ketiga dibawah diare, TBC dan selaput otak, sedangkan pada tahun 2011
jumlah penderita demam tifoid meningkat menjadi 46.142 penderita. Hal ini
menunjukan bahwa kejadian demam tifoid di Jawa Tengah termasuk tinggi.
(Depkes RI, 2013). Di Indonesia, insidens demam tifoid banyak dijumpai
pada populasi yang berusia 3-19 tahun. Selain itu, demam tifoid di Indonesia
juga berkaitan dengan rumah tangga, yaitu adanya anggota keluarga dengan
riwayat terkena demam tifoid, tidak adanya sabun untuk mencuci tangan,
menggunakan piring yang sama untuk makan, dan tidak tersedianya tempat
buang air besar dalam rumah.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah merekomendasikan penggunaan
vaksin tifoid dalam program pengendalian tifoid di daerah endemis sejak
tahun 1998. Beberapa negara, seperti Vietnam, Cina, dan India telah
melaksanakan kegiatan vaksinasi secara rutin. Di Indonesia, peran pemerintah

36
pusat dan daerah merupakan peluang sekaligus kekuatan untuk meningkatkan
dan memperkuat program pengendalian tifoid dalam mencegah dan
menurunkan angka kesakitan dan kematian tifoid, yaitu diterbitkannya
Permenkes tentang Struktur Organisasi, pedoman manajemen pengendalian
tifoid, rencana aksi kegiatan pengendalian tifoid, tersedianya sarana dan
prasarana KIE, adanya kerjasama lintas program mencakup PHBS, air bersih,
jamban dan sanitasi darurat, serta kegiatan penyuluhan (KIE) tentang
pencegahan tifoid. Dalam upaya tata laksana, adanya Kepmenkes tentang
Pedoman Pengendalian Tifoid, dan tersedianya pedoman dan petunjuk teknis
program pengendalian dan tata laksana tifoid, obat program, dukungan
Komite Ahli (Komli) dalam tata laksana tifoid.
Melalui studi yang mendalam, vaksin dianggap alat pencegah yang paling
cost effective, disusul oleh pengadaan air bersih. Pemberian vaksin untuk
pencegahan tifoid dianjurkan untuk wisatawan, anak sekolah, dan petugas
laboratorium yang bekerja dengan kuman. Membuat tubuh kebal merupakan
upaya penting agar masyarakat khususnya kelompok berisiko tinggi terhindar
dari penularan tifoid. Program vaksinasi tifoid juga diimplementasikan
bersamaan dengan upaya pengendalian lain, seperti promosi kesehatan,
pelatihan petugas medis untuk diagnosis dan pengobatan serta peningkatan
kualitas air dan sanitasi.
6. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 20 menit diharapkan sasaran dapat
memahami dan mengerti mengenai demam thypoid lebih dalam dan
mengetahui cara menangani dan mencegah demam thypoid.
b. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 1x20 menit, diharapkan sasaran
mampu:
1) Menjelaskan pengertian demam thypoid.
2) Menyebutkan penyebab demam thypoid.
3) Menyebutkan tanda dan gejala demam thypoid.
4) Menjelaskan penyebaran bakteri demam thypoid.

37
5) Menjelaskan penatalaksanaan demam thypoid.
6) Menjelaskan pencegahan demam thypoid
7. Materi
a. Pengertian demam thypoid.
b. Penyebab demam thypoid.
c. Tanda dan gejala demam thypoid.
d. Penyebaran bakteri demam thypoid.
e. Penatalaksanaan demam thypoid.
f. Pencegahan demam thypoid.
8. Waktu/ Tempat/Sasaran
Penyuluhan diadakan pada:
Hari/tgl : Jumat, 11 Desember 2020
Waktu : 07.30-07.50 WITA
Sasaran : Pengunjung Puskesmas III Denpasar Utara.
9. Setting Tempat
Puskesmas III Denpasar Utara

1 Penyaji 2 Fasilitator

3 3 3 3 3 3

3 3 3 3 3 3

3 3 3 3 3 3

( Sasaran )

2 2 2 2

Keterangan Gambar:
1. Penyaji
2. Fasilitator
3. Sasaran

38
10. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya Jawab
11. Media/Alat dan Bahan
a. Media
Adapun media yang penulis siapkan dalam pelaksanaan penyuluhan
diantaranya adalah leaflet.
12. Setting Kegiatan
No Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan
. Audience
1 Pembukaan 1. Memberi salam 1. Menjawab
2. Perkenalan diri salam
3. Jelaskan tujuan 2. Mendengar
4. Kontrak waktu 3. Menjawab
5. Persepsi
2 Penyampaian Menjelaskan materi 1. Mendengar
Materi penyuluhan secara 2. Mencatat
beraturan dan teratur 3. Bertanya
dengan materi:
1. Pengertian demam
thypoid.
2. Penyebab demam
thypoid.
3. Tanda dan gejala
demam thypoid.
4. Penyebaran bakteri
demam thypoid.
5. Penatalaksanaan
demam thypoid.
6. Pencegahan demam
thypoid.
3 Evaluasi 1. Membuat pertanyaan 1. Mendengarkan

39
2. Memberi pertanyaan pertanyaan
kepada audience 2. Menjawab
pertanyaan
4 Penutup 1. Mengucapkan salam 1. Membalas
2. Mengucapkan salam
terimakasih

13. Struktur Kegiatan


a. Struktur Persiapan Penyuluhan
1) Persiapan Media
Media yang akan digunakan dalam penyuluhan semuanya lengkap dan
siap digunakan. Media yang digunakan adalah leaflet.
2) Persiapan Materi
Materi yang akan diberikan dalam penyuluhan telah disiapkan dan
serta akan disebarluaskan dalam bentuk leaflet, yang berisi gambar dan
tulisan.
b. Struktur Proses
1) Kegiatan penyuluhan yang akan diberikan diharapkan berjalan lancar
dan sasaran memahami tentang penyuluhan yang diberikan.
2) Didalam proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antara
penyuluh dan sasaran.
3) Kehadiran diharapkan 100%, mengingat dampak dari thypoid ini
sangat membahayakan manusia dan semua peserta memperhatikan
serta tidak ada yang meninggalkan tempat penyuluhan.
c. Struktur Evaluasi
1) Jangka pendek
Sasaran mengerti sekitar 85% dari materi yang diberikan.
2) Jangka panjang
a) Meningkatkan pengetahuan sasaran mengenai demam thypoid
sehingga dapat meminalisir kejadian kasus tersebut.
b) Sasaran dapat meningkatkan dan menerapkan perilaku perbaikan
sanitasi lingkungan dan imunisasi.

40
14. Lampiran
Lampiran I
a. Pengertian Demam Thypoid
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan
oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim
dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis (Syaifullah
Noer, 1996). Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1
minggu, terjadi gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran
(Ngastiyah, 2005).
Demam tifoid atau sering disebut dengan tifus abdominalis adalah
penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan yang berpotensi menjadi
penyakit multi sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhi (Muttaqin
& Kumala, 2011).
Demam tifoid memperlihatkan gejala lebih berat dibandingkan
demam enterik yang lain (Widagdo, 2011).
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan
bahwa demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut pada saluran
pencernaan yang disebabkan oleh bakteri salmonella typhi.
b. Penyebab Demam Thypoid
Menurut Ngastiyah (2005) dalam buku Perawatan Anak Sakit,
penyebab demam tifoid adalah salmonella typhi, basil gram negatif yang
bergerak dengan bulu getar, tidak berspora, yang mempunyai sekurang-
kurangnya mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O (Onhe somatic
terdiri dari lipopolisakarida), antigen H (Houch, terdapat flagella yang
termolabil), antigen Vi (kapsul, merupakan kapsul yang meliputi tubuh
kuman dan melindungi antigen O terhadap fagositosis). Dalam serum
pasien terdapat zat antiaglutinin terhadap ketiga macam antigen tersebut.
Menurut Widagdo (2011), penyebab dari typoid fever adalah
salmonella typhi, termasuk dalam genus salmonella yang tergolong dalam
famili enterobacteriaceae. Salmonela bersifat bergerak, berbentuk batang,
tidak membentuk spora, tidak berkapsul, gram (-). Tahan terhadap

41
berbagai bahan kimia, tahan beberapa hari/ minggu pada suhu kamar,
bahan limbah, bahan makanan kering, bahan farmasi dan tinja. Salmonella
mati pada suhu 54.4º C dalam 1 jam, atau 60º C dalam 15 menit.
Salmonela mempunyai antigen O (stomatik), adalah komponen dinding sel
dari lipopolisakarida yang stabil pada panas, dan anti gen H (flagelum)
adalah protein yang labil terhadap panas. Pada S. typhi, juga pada S.
Dublin dan S. hirschfeldii terdapat anti gen Vi yaitu poli sakarida kapsul.
c. Tanda dan Gejala Demam Thypoid
1) Masa Inkubasi
Masa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari, walaupun pada
umumnya adalah 10-12 hari. Pada awal penyakit keluhan dan gejala
penyakit tidaklah khas, berupa :
a) Anoreksia
b) Rasa malas
c) Sakit kepala bagian depan
d) Nyeri otot
e) Lidah kotor
f) Gangguan perut (perut kembung dan sakit)
2) Gambaran klasik demam tifoid (Gejala Khas)
Biasanya jika gejala khas itu yang tampak, diagnosis kerja pun
bisa langsung ditegakkan. Yang termasuk gejala khas Demam tifoid
adalah sebagai berikut.
a) Minggu Pertama (awal terinfeksi)
Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu
pada awalnya sama dengan penyakit infeksi akut yang lain, seperti
demam tinggi yang berpanjangan yaitu setinggi 39ºc hingga 40ºc,
sakit kepala, pusing, pegal-pegal, anoreksia, mual, muntah, batuk,
dengan nadi antara 80-100 kali permenit, denyut lemah,
pernapasan semakin cepat dengan gambaran bronkitis kataral,
perut kembung dan merasa tak enak, sedangkan diare dan sembelit
silih berganti. Pada akhir minggu pertama, diare lebih sering
terjadi. Khas lidah pada penderita adalah kotor ditengah, tepi dan

42
ujung merah serta bergetar atau tremor. Epistaksis dapat dialami
oleh penderita sedangkan tenggorokan terasa kering dan beradang.
Jika penderita ke dokter pada periode tersebut, akan menemukan
demam dengan gejala-gejala di atas yang bisa saja terjadi pada
penyakit-penyakit lain juga. Ruam kulit (rash) umumnya terjadi
pada hari ketujuh dan terbatas pada abdomen disalah satu sisi dan
tidak merata, bercak-bercak ros (roseola) berlangsung 3-5 hari,
kemudian hilang dengan sempurna. Roseola terjadi terutama pada
penderita golongan kulit putih yaitu berupa macula merah tua
ukuran 2-4 mm, berkelompok, timbul paling sering pada kulit
perut, lengan atas atau dada bagian bawah, kelihatan memucat bila
ditekan. Pada infeksi yang berat, purpura kulit yang difus dapat
dijumpai. Limpa menjadi teraba dan abdomen mengalami distensi
b) Minggu Kedua
Jika pada minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur
meningkat setiap hari, yang biasanya menurun pada pagi hari
kemudian meningkat pada sore atau malam hari. Karena itu, pada
minggu kedua suhu tubuh penderita terus menerus dalam keadaan
tinggi (demam). Suhu badan yang tinggi, dengan penurunan sedikit
pada pagi hari berlangsung. Terjadi perlambatan relatif nadi
penderita. Yang semestinya nadi meningkat bersama dengan
peningkatan suhu, saat ini relative nadi lebih lambat dibandingkan
peningkatan suhu tubuh. Gejala toksemia semakin berat yang
ditandai dengan keadaan penderita yang mengalami delirium.
Gangguan pendengaran umumnya terjadi. Lidah tampak kering,
merah mengkilat. Nadi semakin cepat sedangkan tekanan darah
menurun, sedangkan diare menjadi lebih sering yang kadang-
kadang berwarna gelap akibat terjadi perdarahan. Pembesaran hati
dan limpa. Perut kembung dan sering berbunyi. Gangguan
kesadaran. Mengantuk terus menerus, mulai kacaujika
berkomunikasi dan lain-lain.
c) Minggu Ketiga

43
Suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali di akhir
minggu. Hal itu jika terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati.
Bila keadaan membaik, gejala-gejala akan berkurang dan
temperature mulai turun. Meskipun demikian justru pada saat ini
komplikasi perdarahan dan perforasi cenderung untuk terjadi,
akibat lepasnya kerak dari ulkus. Sebaliknya jika keadaan makin
memburuk, dimana toksemia memberat dengan terjadinya tanda-
tanda khas berupa delirium atau stupor, otot-otot bergerak terus,
inkontinensia alvi dan inkontinensia urin. Meteorisme dan timpani
masih terjadi, juga tekanan abdomen sangat meningkat diikuti
dengan nyeri perut. Penderita kemudian mengalami kolaps. Jika
denyut nadi sangat meningkat disertai oleh peritonitis lokal
maupun umum, maka hal ini menunjukkan telah terjadinya
perforasi usus sedangkan keringat dingin, gelisah, sukar bernapas
dan kolaps dari nadi yang teraba denyutnya memberi gambaran
adanya perdarahan. Degenerasi miokardial toksik merupakan
penyebab umum dari terjadinya kematian penderita demam tifoid
pada minggu ketiga.
d) Minggu keempat
Merupakan stadium penyembuhan meskipun pada awal minggu ini
dapat dijumpai adanya pneumonia lobar atau tromboflebitis vena
femoralis.
d. Penyebaran Bakteri Demam Thypoid
Demam tifoid adalah penyakit yang penyebarannya melalui saluran
cerna (mulut, esofagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar,
dstnya). S typhi masuk ke tubuh manusia bersama bahan makanan atau
minuman yang tercemar. Penularan salmonella thypi dapat ditularkan
melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan),
Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat) dan melalui
Feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman
salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan
melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan

44
dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang
memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan
yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat
melalui mulut. Saat kuman masuk ke saluran pencernaan manusia,
sebagian kuman mati oleh asam lambung dan sebagian kuman masuk ke
usus halus. Di usus ini kuman menularkan endtoksin sehingga bakteriema
primer sebagian akan difagosit dan sebagian tidak di fagosit. Bakteri yang
difagosit akan mati sedangkan yang tidak difagosit berkembang biak dan
meradang pada jaringan sekitar. Kuman yang masuk ke aliran darah
kapiler prosecia pada kulit dan tidak hipertermi. Kuman selanjutnya masuk
usus halus dan terjadi peradangan menyebabkan mual muntah atau
anoreksia intake tidak adekuat sehingga terjadi kebutuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh selain itu menyebabkan hiperperistaltik pada usus
sehingga klien dengan typoid sering terjadi diare tindakan bedrest untuk
mencegah kondisi klien menjadi buruk. Kuman masuk ke hepar dan
kandung empedu menyebabkan endotoksin meningkat dan kuman
merusak hepar sehingga terjadi SGOT / SGPT meningkat. Kuman yang
mencapai hipotalamus akan menekan system syaraf termoregulator
menyebabkan hipertermi sehingga klien cepat lelah menjadi intoleransi
aktifitas. Selain itu kuman pada organ intestinal menyebabkan perdarahan
usus, peritonitis sedangkan di ekstraintestinal menyebabkan pneumoni
serta meningitis. Jika demikian keadaannya, kotoran dan air seni penderita
bisa mengandung kuman S. typhi yang siap menginfeksi manusia lain
melalui makanan ataupun minuman yang dicemari. Pada penderita yang
tergolong carrier (pengidap kuman ini namun tidak menampakkan gejala
sakit), kuman Salmonella bisa ada terus menerus di kotoran dan air seni
sampai bertahun-tahun. S. thypi hanya berumah di dalam tubuh manusia.
Oleh karena itu, demam tifoid sering ditemui di tempat-tempat dimana
penduduknya kurang menjaga kebersihan pribadi dan sanitasi lingkungan.
Sekali bakteria S. thypi dimakan atau diminum, ia akan masuk ke dalam
saluran darah dan tubuh akan merespons dengan menunjukkan beberapa
gejala seperti demam.

45
e. Penatalaksanaan Demam Thypoid
Menurut Kepmenkes RI No. 364/Menkes/SK/V/2006, penderita
demam tifoid dengan gambaran klinis jelas sebaiknya dirawat di rumah
sakit atau sarana kesehatan lain yang ada fasilitas perawatan.
Tujuan perawatan adalah:
1) Optimalisasi pengobatan dan mempercepat penyembuhan
2) Observasi terhadap perjalanan penyakit
3) Minimalisasi komplikasi
4) Isolasi untuk menjamin pencegahan terhadap pencemaran dan atau
kontaminasi
a) Tirah Baring
Penderita yang dirawat harus tirah baring dengan sempurna untuk
mencegah komplikasi, terutama perdarahan dan perforasi. Bila klinis
berat, penderita harus istirahat total. Bila terjadi penurunan kesadaran
maka posisi tidur pasien harus diubah-ubah pada waktu tertentu untuk
mencegah komplikasi pneumonia hipostatik dan decubitus. Penyakit
membaik maka dilakukan mobilisais secara bertahap, sesuai dengan
pulihnya kekuatan penderita. Buang air besar dan kecil sebaiknya
dibantu oleh perawat. Hindari pemasangan kateter urine tetap, bila
tidak indikasi betul.
b) Nutrisi
(1) Cairan
Penderita harus mendapat cairan yang cukup, baik secara oral
maupun parenteral. Cairan parenteral diindikasikan pada penderita
sakit berat, ada komplikasi, penurunan kesadaranserta yang sulit
makan. Cairan harus mengandung elektrolit dan kalori yang
optimal.
(2) Diet
Diet harus mengandung kalori dan protein yang cukup. Sebaiknya
rendah selulosa (rendah serat) untuk mencegah perdarahan dan
perforasi. Diet untuk penderita tifoid, biasanya diklasifikasikan
atas : diet cair, bubur, lunak, tim dan nasi biasa. Bila keadaan

46
penderita baik, diet dapat dimulai dengan diet padat atau tim (diet
padat dini). Tapi bila penderita dengan klinis berat sebaiknya
dimulai dengan bubur atau diet cair yang selanjutnya dirubah
secara bertahap sampai padat sesuai dengan tingkat kesembuhan
penderita.
Penderita dengan kesadaran menurun diberi diet secara enteral
melalui pipa lambung. Diet parenteral dipertimbangkan bila ada
tanda-tanda komplikasi perdarahan dan atau perforasi.
(3) Terapi Simptomatik
(a) Reboransia/vitamin
(b) Antipiretik
Antipiretik untuk kenyamanan penderita, terutama untuk anak-
anak
(c) Anti emetic
Anti emetic diperlukan bila penderita muntah hebat
c) Terapi Defenitif
Terapi defenitif yang diberikan adalah pemberian antibiotik,
antibiotic ini yang pertama diberikan adalah
(1) Kloramfenikol
(2) Ampisilin atau amoksisilin ( aman untuk penderita yang sedang
hamil)
(3) Trimetroprin- sulfametoxazole (Kotrimoxazole)
Bila pemberian antibiotic ini pertama dinilai tidak efektif, dapat
diganti dengan golongan antibiotic yang lain atau dipilih antibiotic ini
kedua yaitu: Seftriakson, Sefiksim, Kuinolon (tidak dianjurkan untuk
nak < 18 tahun karena dinilai mengganggu pertumbuhan tulang).
Bila penderita dengan riwayat pernah mendapat tifoid serta
predisposisi untuk carier, maka pengobatan pertama adalah pemberian
quinolone selama 4 minggu (Ciprofloxaxia 2x 750 mg atau
Norfloxacin 2x 400 mg).
Tabel 1.1 Antibiotik untuk penderita Tifoid
Antibiotik Dosis Kelebihan dan keuntungan
Kloramfenikol Dewasa : 4X 500 mg (2 - Merupukan obat yang sering

47
gr) selama 14 hari dugunakan dan telah lama
Anak: 50-100 mg/kg dikenal efektif untuk tifoid
BB/hr max 2 gr selama - Murah dan dapat diberi peroral
10-14 hr dibagi 4 dosis. sensitivitas masih tinggi
- Pemberian PO/IV
- Tidak diberikan bila lekosit
<2000/mm3
Seftriakson Dewasa: (2-4)gr/hr - Cepat menurunkan suhu lama
selama 3-5 hari pemberian pendek dan dapat
Anak : 80 mg/kg/BB/hr dosis tunggal serta cukup aman
dosistunggal selama 5 untuk anak.
hari - Pemberian IV
Ampisilin dan amoksisilin Dewasa (3-4 ) kg/hr - Aman untuk penderita hamil
selama 14 hari - Tidak mahal
Anak : 100 mg/Kg/BB/hr - Pemberian PO/IV
selama 10 hari
Cefixime Anak : 15-20 mg/Kg - Aman untuk anak
BB/hr dibagi 2 dosis - Efektif
selama 10hari - Pemberian peroral
Tiamfenikol Dewasa : 4x500 mg - Dapat untuk anak dan dewasa
Anak : 50 mg/kgbb/hr - Dilaporkan cukup sensitive pada
selama 5-7 hari bebas beberapa daerah
panas.

f. Pencegahan Demam Thypoid


Menurut Nelwan (2012), pencegahan demam thypoid dibagi menjadi
dua cara, yaitu:
1) Perbaikan Sanitasi Lingkungan
a) Selalu menyediakan makanan dan minuman yang tidak
terkontaminasi
b) Higiene perorangan terutama menyangkut kebersihan tangan dan
lingkungan
c) Sanitasi yang baik (jamban keluarga dan pengelolaan air limbah)
d) Tersedianya air bersih sehari-hari.

48
2) Pencegahan dengan Imunisasi
a) Vaksin Vi Polysaccharide
Vaksin ini diberikan pada anak dengan usia di atas 2 tahun dengan
dinjeksikan secara subkutan atau intra-muskuler. Vaksin ini efektif
selama 3 tahun dan direkomendasikan untuk revaksinasi setiap 3
tahun. Vaksin ini memberikan efikasi perlindungan sebesar 70-
80%.
b) Vaksin Ty21a
Vaksin oral ini tersedia dalam sediaan salut enterik dan cair yang
diberikan pada anak usia 6 tahun ke atas. Vaksin diberikan 3 dosis
yang masing-masing diselang 2 hari. Antibiotik dihindari 7 hari
sebelum dan sesudah vaksinasi. Vaksin ini efektif selama 3 tahun
dan memberikan efikasi perlindungan 67-82%.
c) Vaksin Vi-conjugate
Vaksin ini diberikan pada anak usia 2-5 tahun di Vietnam dan
memberikan efikasi perlindungan 91,1% selama 27 bulan setelah
vaksinasi. Efikasi vaksin ini menetap selama 46 bulan dengan efi
kasi perlindungan sebesar 89%.

49
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

G. Saran
Dengan ditulisnya makalah ini nantinya dapat dimanfaatkan secara
optimal terkait dengan pengesusngan mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah. Dan penulis menyarankan materi-materi yang ada dalam tulisan ini
dipelajari lebih lanjut agar dapat nantinya menghasilkan tulisan-tulisan sejarah
yang bermutu. Demikianlah makalah ini penulis persesushkan, semoga dapat
bermanfaat.

50
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC

Depkes RI. (2013). Riset Kesehatan Data (RISKESDAS 2013). Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Dinarti, Aryani, R., Nurhaeni, H., & Chairani, R. (2009). Dokumentasi


Keperawatan (Jusirman (Ed.); 1st ed.). Cv. Trans Info Media.

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2010). Fundamental
Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. In Fundamental Keperawatan
Konsep, Proses, dan Praktik (7th ed.). EGC.

Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika.

Kepmenkes RI No. 364/Menkes/SK/V/2006. 2006. Pedoman Pengendalian


Demam Tifoid. [Online] Available at: www.peraturan.bkpm.go.id (Diakses
pada 9 Desember 2020).

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (Eds.). (2013). Nursing
Outcomes Classification (NOC) (5th ed.). Elsevier.

Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi


Asuhan

Nelwan, RHH. 2012. Tata Laksana Terkini Demam Tifoid. [Online] Available at:
www.kalbemed.com (Diakses pada 9 Desember 2020).

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi 2. Jakarta: EGC.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Ti. Pokja (Ed.)).

PPNI. (2018). Standar Intervensi keperawatan Indonesia (I). DPP PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (II). Dewan Pengurus


Pusat PPNI.

Widagdo. (2011). Masalah dan Tatatlaksana Penyakit Infeksi pada Anak. Jakarta:
Sagung Seto

Widoyono. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan


Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga; 2011.

51

Anda mungkin juga menyukai