Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN ANAK SAKIT

KERACUNAN DAN GIGITAN BINATANG

Oleh :

Kelompok I

1. Luh Gede Yuni Handayani (P07124217003)


2. Ni Putu Astariani Prajasari (P07124217004)
3. Ririn Handayani Suksmadewi (P07124217005)
4. Kadek Rini Gustiana (P07124217008)
5. Ni Made Opy Sutariani (P07124217009)
6. L. May Heleen (P07124217010)
7. Ni Komang Ayu Sudiartini (P07124217022)
8. Ni Made Krismonita Dwi Sujani (P07124217033)
9. Ni Nengah Tantri Diarsani (P07124217045)
10.Ni Luh Putu Mia Aprilia (P07124217070)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI SARJANA TERAPAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya makalah mata kuliah Asuhan Kebidanan Anak Sakit dapat diselesaikan
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Kami sangat berharap makalah ini dapat
berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan para pembaca.

Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun yang


nantinya dapat dipergunakan untuk menyempurnakan laporan selanjutnya. Dengan
demikin laporan ini penulis susun semoga dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu
melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan
dan menyelesaikan makalah ini.

Denpasar, Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan.......................................................................................................2
D. Manfaat.....................................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI
A. Keracunan Pada Anak.............................................................................3
B. Gigitan Binatang Berbisa .....................................................................13
BAB III KAJIAN KASUS
A.KASUS I..................................................................................................30
B.KASUS II.................................................................................................36
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................40
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan ...............................................................................................44
B. Saran .....................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Racun dapat mengganggu fungsi tubuh atau bahkan menghentikan fungsi tubuh.
Jika hal tersebut terjadi, maka mengakibatkan penurunan kesehatan yang akan
membahayakan jiwa terutama bila pertolongan terlambat diberikan ( Safitrih,2016).
Keracunan pada anak merupakan salah satu kegawatdaruratan pada praktik
pediatri. Anak sangat berisiko mengalami keracunan karena perilaku mereka yang
selalu ingin tahu dan suka berekplorasi, sering memasukkan tangan ke dalam mulut
dan semua yang dipegang. Perawatan pasien untuk anak dengan keracunan adalah
suatu bentuk pelayanan perawatan yang komprehensif pada pasien yang mengalami
keracunan dengan menggunakan proses perawatan yang bertujuan mempertahankan
vitalitas kehidupan pasien serta mencegah penyerapan racun dengan cara
menghambat absorbs dan menghilangkan racun dalam tubuh (Dharmawati dkk, 2012)
Pada dasarnya keracunan pada anak tidaklah berbeda dengan penanganan pada
orang dewasa, tapi oleh karena secara alamiah terdapat perbedaan akibat dari tingkat
perkembangan fisik yang masih sedang tumbuh, kepribadian dan emosi yang sedang
berkembang, sehingga terdapat beberapa perbedaan dalam kejadian, jenis, lokasi,
serta motif dari keracunan. Bukan hanya bahan pangan atau bahan kimia saja yang
dapat menyebabkan keracunan. Disekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada
beberapa tumbuhan dan hewan, salah satunya adalah gigitan hewan.
Gigitan hewan merupakan masalah kesehatan utama pada anak-anak serta
menyebabkan angka kesakitan dan angka kematian diseluruh dunia (WHO, 2013).
Presentasi kasus ini sebanyak 1% dari jumlah kasus yang tercatat di instalasi gawat
darurat rumah sakit Amerika Serikat dan menimbulkan kerugian mencapai lebih dari
50 juta dollar amerika setiap tahunnya (Eliss, 2014) .

1
Kasus gigitan hewan karena anjing paling tinggi terjadi. Di Jerman, 30.000 dari
50.000 kasus luka-luka disebabkan oleh gigitan anjing setiap tahunnya. Gigitan oleh
anjing mencapai 60-80% (Rothe, 2015).
Di Indonesia, pada tahun 2013 jumlah kasus Gigitan Hewan Penular Rabies
(GHPR) salah satunya yang disebabkan oleh anjing sebanyak 16.258 kasus. Kasus
tersebut terjadi pada 11 provinsi yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi,
Lampung, Bali, Nusa Tenggara Tengah, Kalimantan Selatan, Gorontalo, Sulawesi
Tengah, Maluku dan Maluku Utara kasus (Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes RI, 2013)

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah asuhan kebidanan pada anak sakit dengan keracunan?
2. Bagaimanakah asuhan kebidanan pada anak sakit dengan gigitan binatang?
C. Tujuan
1. Untuk dapat mengetahui cara memberikan asuhan kebidanan pada anak
sakit dengan keracunan
2. Untuk mengetahui cara memberikan asuhan kebidanan pada anak sakit
dengan gigitan binatang
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Untuk perkembangan ilmu dan memahami penerapan asuhan kebidanan
pada anak sakit dengan keracunan dan gigitan binatang
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi
Sebagai tambahan aplikasi di lahan praktik, kajian serta referensi bagi
mahasiswa terhadap materi asuhan kebidanan pada anak sakit dengan
keracunan dan gigitan binatang
b. Bagi Penulis
Untuk memahami cara memberikan asuhan kebidanan pada anak sakit
dengan keracunan dan gigitan binatang.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keracunan Pada Anak
1. Pengertian keracunan
Keracunan didefinisikan sebagai paparan terhadap zat berbahaya yang berpotensi
tidak dimaksudkan untuk digunakan oleh orang yang terpapar. Definisi dalam
konteks ulasan ini juga mencakup situasi di mana obat diambil melebihi dosis yang
ditentukan atau sesuai. Pada anak-anak yang lebih besar dan remaja, sebagian besar
kasus keracunan adalah penyalahgunaan obat atau upaya bunuh diri. Ulasan ini tidak
akan membahas masalah penyalahgunaan narkoba dan pencegahan bunuh diri. Ini
juga tidak akan membahas program yang ditujukan untuk masalah khusus seperti
toksisitas pestisida di antara pekerja pertanian dan keluarga mereka, detektor karbon
monoksida di rumah, dan pencegahan keracunan timbal.1
Kercunan merupakan suatu zat apa pun yang dapat menyebabkan kerusakan
organ parah atau kematian jika dicerna, dihirup, disuntikkan ke dalam tubuh atau
diserap melalui kulit. Banyak zat yang biasanya tidak menimbulkan masalah,
termasuk air dan sebagian besar vitamin, bisa beracun jika dikonsumsi dalam jumlah
berlebihan. Perawatan racun tergantung pada substansi.2
Keracunan pada balita dan bayi terjadi hampir karena tidak disengaja, hal ini
disebabkan oleh perilaku eksploratif mereka dan kesenangan menempatkan benda di
mulut mereka. Meskipun itu merupakan hal yang tidak disengaja, zat beracun sering
hadir dalam berbagai keadaan darurat. Oleh karena itu penting untuk menyadari
bahwa sekitar 97% dari kasus-kasus di dunia beberapa tidak atau menunjukkan efek
klinis pada anak. Sebaliknya, dalam negara berkembang, kasus keracunan karena
tidak disengaja yang sering terjadi pada anak-anak memiliki banyak kesulitan untuk
merawat para korban.3

1
Rodgers, George C.; Tania Condurache. 2011. Injury Prevention: Poisoning. University of Washington.
2
Shiel, William C. 2018. Medical Definision of Poisioning. Tersedia dalam www.medicinenet.com. Diakses
Tanggal 3 Maret 2020.
3
Ahmadabadi, Farida.;Arefeh Davoodi; Farzad Ahmadabadi; Hassan Rezazadeh. 2016. Unintentional Poisoning
in Children Admitted to Tabriz Pediatric Hospital. Pharmaceutical Science. (132-137).

3
2. Etiologi keracunan
Sumber racun bermacam-macam seperti polusi limbah industri yang
mengandung logam berat,bahan makanan yang terkontaminasi oleh kuman seperti
salmonella, sthapilococcus clostridiumbotulinum, jamur beracun. Begitu pula
berbagai macam obat jika diberikan melampaui dosis normal,  tidak
menyembuhkan penyakitnya melainkan memberikan efek samping yang merupakan
racun bagi tubuh. 4  Ada beberapa faktor yang turut mempengaruhi mengapa balita
mudah terpapar resiko keracunan, yaitu:
a. Anak sedang dalam fase oral. Fase ini membuat anak cenderung ingin
memasukkan benda apapun yang dipegangnya ke dalam mulut.
b. Anak hanya melakukan berbagai hal berdasarkan nalurinya saja, ia belum tahu
apa yang baik dan buruk atau belumbisa memilah mana hal yang aman dan
berbahaya.
c. Rasa ingin tahu anak yang sangat besar, sehingga sulit dibendung. Karena itu
ia selalu mencoba meraih benda apapun yang dia inginkan.
d. Ketika anak sedang dalam fase menemukan egonya, larangan orang tua akan
sulit diterima olehnya. Anak akan lebih cenderung bersikap egois dan tidak
memedulikan perkataan orang tua.

3. Patofisiologi keracunan
Makanan yang kita konsumsi dalam keseharian bermacam-macam baik ragam
maupun jenis makanan itu. Makanan yang sehat dapat dikatakan makanan yang layak
untuk tubuh dan tidak menyebabkan sakit, baik seketika maupun mendatang. Dalam
menkonsumsi makanan perlu diperhatikan tentang kebersihan makanan, kesehatan,
serta zat gizi yang terkandung di dalam makanan tersebut.Hendaknya kita harus
pandai dalam memilih makanan yang akan dikonsumsi supaya makanan tersebut
bebas dari zat-zat yang dapat merusak tubuh seperti toksik atau racun.
Makanan yang telah terkontaminasi toksik atau zat racun sampai di lambung,lalu
lambung akan mengadakan perlawanan sebagai adaptasi pertahanan diri terhadap

4
Kisanti, Annia. 2012. Panduan Lengkap Pertolongan Pertama Pada Darurat Klinis. Yogyakarta : Araska.

4
benda atau zat asing yang masuk ke dalam lambung dengan gejala mual, lalu
lambung akan berusaha membuang zat tersebut dengan cara
memuntahkannya.Karena seringnya muntah maka tubuh akan mengalami dehidrasi
akibat banyaknya cairan tubuh yang keluar bersama dengan muntahan. Karena
dehidrasi yang tinggi maka lama kelamaan tubuh akan lemas dan banyak
mengeluarkan keringat dingin5.
Banyaknya cairan yang keluar, terjadinya dehidrasi,dan keluarnya keringat
dingin akan merangsang kelenjar hipopisis anterior untuk mempertahankan
homeostasis tubuh dengan terjadinya rasa haus. Apabila rasa haus tidak segera diatasi
maka dehidrasi berat tidak dapat dihindari, bahkan dapat menyebabkan pingsan
sampai kematian.
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari keracunan bergantung pada agen yg terinfeksi.6 Berikut
ini adalah beberapa contoh :
a. Mual
b. Takikardi/bradikardi
c. Salifasi
d. Pupil berdilatasi
e. Diare
f. Asidosis metabolic
g. Hipertermi/hipotermia
h. Kejang
i. Letargi
j. Mulut kering
k. Stupor
l. Delirium
m. Koma

5
Hardisman. 2014. Gawat Darurat Medis Praktis. Padang : Gosyen Publishing.
6
Dayasiri, M. B. Kavinda Chandimal; Shaluka F. Jayamanne; Chamilka Y. Jayasinghe. 2017. Risk Factors for
Acute Unintentional Poisoning among Children Aged 1-5 Years in the Rural Community of Sri Lanka.
International Journal of Pediatrics.

5
5. Sumber Keracunan
Pada balita, sumber keracunan seringkali berasal dari lingkungan rumahnya
sendiri.Pemicunya adalah barang – barang berbahaya yang tidak diletakkan jauh dari
jangkauan anak. Contohnya alat kosmetik ibu, pembersih lantai, thinner, minuman
energi orang dewasa, obat – obatan tertentu, dan lain sebagainya. 7 Keracunan pada
anak bisa terjadi melalui saluran nafas dan saluran penceranaan, misalnya karena
menelan sesuatu, dan melalui kulit hingga menunjukkan gejala klinis.
6. Gejala Keracunan Pada Anak
Ada beberapa gejala keracunan yang umum pada anak yang bisa Anda amati
agar bisa membedakannya dengan gejala penyakit lainnya, yaitu:
a. Anak mengalami kram perut
b. Muntah – muntah
c. Jika buang air besar keluar darah dan lendir dalam frekuensi sering
d. Mengalami demam
e. Tidak nafsu makan
f. Lemah, lesu dan menggigil
Gejala keracunan makanan pada anak dapat terlihat dengan segera, yaitu
sekitar 24 jam setelah ia terekspos dengan bahan beracun tersebut. Gejalanya bisa
berlangsung selama beberapa hari, bahkan lebih lama jika anak terus terkontaminasi
racun tanpa diketahui.8
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan lengkap ( urin, gula darah,
cairan lambung, analisa gas darah, darah lengkap, osmolalitas serum, elektrolit, urea
N, kreatinin, glukosa, transaminase hati ), EKG, Foto toraks/ abdomen, Skrining
toksikologi untuk kelebihan dosis obat, tes toksikologi kuantitatif.9

7
NYU Langone Health. 2020. Types of Poisoning In Children. Tersedia dalam https://nyulangone.org/. Diakses
Tanggal 3 Maret 2020.
8
Queensland Health. 2017. What to Do If You or Your Children has been Poisoned. Tersedia dalam
www.health.qld.gov.au. Diakses Tanggal 3 Maret 2020.
9
Dine, Mark S; Mark E. McGovern. 2020. Intentional Poisoning of Children-An Overlooked Category of Child
Abuse : Report of Seven Cases and Review of the Literature. Official Journal of The American Academy of
Pediatric (70), 32.

6
8. Penatalaksanaan
a. Rangsangan muntah pada keracunan hidrokarbon masih merupakan kontroversi
karena bahaya terjadinya aspirasi pneumonia, karena itu rangsang muntah tidak
dianjurkan pada keracunan hidrokarbon,kecuali bila yang ditelan cukup banyak >
1 ml/kg BB atau bila hidrokarbon yang ditelan tercampur atau merupakan bahan
pelarut dari bahan beracun yang berbahaya seperti pada pestisida maka
rangsangan muntah atau kumbah lambung harus segera dilakukan dengan
perlindungan jalan nafas.
b. Berikan Norit 1 gram/kg BB
c. Pemberian oksigen kalau ada tanda-tanda distres nafas atau kalau berat
bisadilakukan intubasi dan pemberian nafas buatan dengan ventilator.
d. Antibiotika
e. Pemberian antibiotika masih merupakan kontroversi pada keracunan
hidrokarbon. Antibiotika hanya diberikan bila keadaan penderita memang sangat
berat, membutuhkan bantuan pernafasan dengan alat atau anak-anak dengan
immunocompromized.
f. Kortikosteroid. Pemberian kortikosteroid juga masih merupakan kontroversi,
hanya diberikan pada keadaan-keadaan yang sangat berat,sangat sesak atau
udema paru.10

9. Macam-macam keracunan
a. Keracunan Bahan Kimia
1. Keracunan Arsen
Lebih dari 20 abad yang lalu arsen digunakan baik oleh orang yunani maupun
roma untuk pengobatan maupun sebagai racun. Pada saat ini tidak banyak obat
mengandung arsen, akan tetapi kadang-kadang dipakai pada pembuatan beberapa
herbisida dan peptisida. Arsen dapat juga ditemukan sebagai hasil sampingan dari
peleburan timah, seng, dan logam lainnya. 11

10
Children’s Health. 2020. Poisoning. Tersedia dalam www.healthofchildren.com. Diakses Tanggal 3 Maret 2020.
11
Kuivenhoven, Matthew; Kelly Mason. 2019. Arsenic (Arsine) Toxicity. National Center for Biotechnology
Information.

7
a) Gejala klinis keracunan akut:
Dalam 1 jam setelah menelan arsen sudah timbul:
1) Rasa tidak enak dalam perut
2) Bibir terasa terbakar
3) Sukar menelan
Kemudian disusul dengan:
1) Sakit lambung dengan muntah-muntah dan diare berat
2) Adakalanya terdapat pula: oliguria sampai anuria, kejang otot dan rasa haus
b) Gejala klinis keracunan kronis:
1) Otot-otot lemah
2) Gatal-gatal
3) Pigmentasi
4) Keratosis kulit dan edema
c) Pengobatan:
1) Mencegah berlanjutnya masukan dan penyerapan arsen
2) Infus cairan jika ada tanda-tanda renajatan hipovolemik
3) Pemberian antidotum seperti dimercarpol (3mg/kg i.m setiap 4 jam sampai
sakit perut hilang dan fesesnya hitam karena norit)

2. Keracunan Asam Basa


Zat asam kuat seperti asam sulfat, asam klorida dan zat basa kuat seperti
KOH, NaOH banyak dipakai sebagai bahan kimia untuk keperluan rumah tangga,
seperti pembersih porselen, bahan anti sumbat saluran air, pembasmi serangga,
maupun unutk memasak seperti cuka bibit.12
a. Gejala : zat asam atau basa kuat dapat merusak epitel atau mukosa dan disebut
bahan korosif. Bahan ini akan membuat nekrosis di bagian tubuh yang terkena,
seperti kulit dan mata jika tersiram, saluran pernafasan jika terhirup , saluran
pencernaan seperti kulit mukosa mulut, esofagus, lambung jika terminum.

12
Children’s Hospital of Philadelphia. Irritating Chemical (Caustic). Tersedia dalam www.chop.edu. Diaakses
Tanggal 3 Maret 2020.

8
b. Dalam fase penyembuhan pada lokasi luka akan terbentuk jaringan granulasi
yang akan menyebabkan stiktura dan stenosis, sehingga menimbulkan kesukaran
menelan. Untuk menghindarkan kejadian ini maka pada keracunan
demikiantindakan cepat dan tepat sangat penting.
3. Keracunan Hidrokarbon
Kasus keracunan karena hidrokarbon ini biasanya menyebabkan iritasi pada
paru – paru anak. Bahan yang bisa menyebabkan keracunan hidrokarbon adalah
minyak tanah, thinner, bensin, minyak cat, dan lain – lain. Gejalanya adalah batuk
dan napas pendek – pendek dan sesak karena saluran nafas mengalami pengerutan,
kulit yang membiru, bahkan bisa mengalami batuk darah.Bisa juga terjadi penurunan
kesadaran, kejang, mual, muntah, diare dan nyeri perut. Bila anak menunjukkan
gejala keracunan seperti ini.Anda harus segera melakukan pertolongan pertama
kepada anak.13 Caranya sebagai berikut:
a. Buat anak muntah, hal ini penting agar zat beracun bisa segera keluar dari tubuh.
Rangsang keinginan muntah anak dengan menyentuh anak tekak di pangkal
tenggorokan anak dengan jari telunjuk. Lakukan dengan hati – hati agar tidak
mencederai tenggorokan anak. Cara lain yaitu dengan meminumkan telur mentah
kepada anak.
b. Berikan obat anti racun, obat anti racun yang dimaksud adalah pil norit.
Walaupun tidak selalu efektif karena tingkat pemakaian dosis norit tergantung
juga kepada tingkat keracunan, tetapi hal ini bisa dilakukan sebagai pertolongan
pertama untuk mengatasi keracunan pada anak.
c. Udara Segar, hal ini perlu dilakukan jika anak tampak mengalami kesulitan
bernafas. Buka pakaiannya dan biarkan ia mendapatkan udara segar, minta orang
– orang yang ada di dekatnya untuk menjauh agar anak leluasa bernafas.
Selanjutnya langsung bawa anak ke dokter.
4. Keracunan Insektisida
Konon kasus keracunan karena obat serangga lebih sering ditemui pada anak
karena dalam rumah banyak memakai bahan kimia, yang berupa penyemprot
13
The Royal Children’s Hospital Melbourne. Hydrocarbon Poisoning. Tersedia dalam www.rch.org.au. Diakses
Tanggal 3 Maret 2020.

9
serangga atau nyamuk yang biasanya memang tidak diletakkan dengan aman.
Gejalanya adalah terjadinya proses sekresi berlebih seperti air mata dan sering buang
air kecil, diare, sesak napas, mengeluarkan lendir, mulut berbusa, juga perlambatan
denyut jantung, kejang, penurunan kesadaran sampai mengalami koma.14
Pada umumnya pertolongan pertama cara mengatasi keracunan pada anak
balita yang terekspos insektisida adalah sama dengan pertolongan untuk mengatasi
keracunan hidrokarbon. Setelah dirangsang muntah dan pemberian norit, juga
memberi udara segar pada anak, tambahan untuk pertolongan pertama pada
keracunan insektisida ini, cuci atau siram tubuh anak dengan air mengalir dan sabun
untuk menghilangkan sisa racun yang mungkin masih menempel di kulit jika
memungkinkan. Jika kondisi anak sudah sangat memburuk dengan cepat, langsung
bawa anak ke unit gawat darurat atau dokter terdekat.
5. Keracunan Makanan
Tidak hanya benda atau cairan asing, makanan juga bisa menjadi sumber
keracunan pada anak. Faktor yang bisa menyebabkan keracunan makanan yaitu:
a. Zat kimia berbahaya yang berasal dari makanan itu sendiri, seperti jengkol,
singkong dan jamur yang tidak diolah dengan benar.
b. Makanan yang sudah kadaluarsa atau salah dalam proses penyimpanan.
c. Makanan yang tercemar bakteri pada saat proses pengolahan yang kurang
higienis.
d. Makanan yang berpengawet dan mengandung zat kimia tidak resmi, contohnya
jajanan pinggir jalan yang tidak diketahui bahan-bahannya.15
Adapun gejala dari keracunan makanan pada anak yaitu :
a. Anak yang mengalami keracunan makanan biasanya menunjukkan gejala mual,
pusing, diare, perut terasa panas, sesak napas, napas cepat dan berbau khas.
Selain itu juga ada kejang, berkeringat, mata menonjol dan bola mata membesar,
bisa juga mulut mengeluarkan darah dan warna kulit menjadi kebiruan.

14
English, Karin; Paul Jagals; Robert S. Ware; Carol Wylie; Peter D. Sly. 2016. Unintentional Insecticide
Poisoning by Age : An Analysis of Queensland Poisons Information Centre Calls. Australian and New Zealand
Journal of Public Health. 40(5) : 457-461.
15
M. Prashanth, Indranil C. 2016. Food Poisoning : Illness Ranges from Relative Mild Through to Life
Threatening. Journal of Medical and Health Science. 5(4) : 1-19.

10
b. Sedangkan jika mengalami keracunan makanan kadaluarsa maka gejala yang
timbul adalah antara lain kelumpuhan otot mata, kelumpuhan saraf otak, sulit
menelan, gangguan bicara, dan kelumpuhan general.16
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan untuk menangani kasus keracunan anak
yaitu :
a. Beri anak udara segar dengan membuka bajunya dan membuka jendela, beri
ruang pada anak untuk bernapas dengan lega.
b. Jika anak sudah bisa muntah dan diberi obat anti racun, pemberian air susu atau
air kelapa bisa menghambat racunnya sampai anak mendapatkan pertolongan
medis.
6. Keracunan Obat – obatan
Salisilat adalah salah satu zat yang umum menyebabkan keracunan pada anak
kecil, karena zat ini biasanya terdapat dalam obat – obatan seperti obat batuk, demam,
flu dan lain – lain. Jika obat – obatan ini mudah dijangkau anak, sangat mungkin
mereka mengalami kelebihan dosis karena meminumnya sendiri.Atau bisa juga
karena orang tua memberi anak dosis berlebih tanpa mereka sendiri mengetahui dosis
yang tepat.
Akibat minum salisilat berlebihan ini bisa menyebabkan iritasi lambung,
stimulasi saraf berlebihan, mempengaruhi metabolisme dari karbohidrat, kelainan
ginjal, kelainan pembekuan darah, kelainan asam basa dan elektrolit dalam tubuh,
masalah pada paru dan lain – lain.
Bila keracunan ini mengenai saluran pencernaan, maka gejala yang akan timbul
adalah mual, muntah, dehidrasi, nyeri pada perut dan pendarahan pada saluran
pencernaan. Jika yang terkena racun adalah susunan saraf pusat, gejala yang timbul
adalah napas cepat dan dalam, telinga seperti mendengar bunyi berdengung, tidak
bisa memusatkan perhatian, kejang, halusinasi dan bahkan bisa mengalami koma.17
16
Yusof, Aimi M. Mohd; Nor A. A. Rahman; Mainul Haque. 2018. Knowledge, Attitude, and Practice toward Food
Poisoning Handlers and Dietetic Students in a Public University in Malaysia. Journal of Pharmacy & BioAllied
Sciences. 10(4) : 232-239.

17
Wynn, Persephone M. et al. 2016. Prevention of Childhood Poisoning in The Home : Overview of Systematic
Reviews and A Systematic Review of Primary Studies. International Journal of Injury Control and Safety
Promotion. 23(1) : 3-28.

11
Setelah merangsang muntah pada anak dan memberi obar anti racun seperti norit,
beri anak minum air putih sebanyak – banyaknya untuk merangsang pengeluaran
racun melalui pembuangan cairan tubuh berupa air seni.
7. Keracunan yang berasal dari binatang
Selain berupa keracunan yang berasal dari zat yang masuk ke pencernaan
anak, gigitan binatang juga dapat menyebabkan anak keracunan. Walaupun akibat
yang ditimbulkan bisa berbeda tergantung dari jenis racun binatang yang masuk ke
tubuh anak, namun gejalanya secara umum sama yaitu tampak bentol, melepuh,
bengkak pada kulit, jantung berdebar keras, kehilangan fokus pandangan, rasa pusing
dan tubuh membiru.
Jika yang dialami anak hanya gigitan serangga maka kasus bisa dikatakan
tergolong ringan.Anda cukup mengoleskan obat gosok seperti minyak kayu putih atau
minyak tawon ke area yang digigit serangga tersebut. Namun jika kasusnya jauh lebih
berat seperti gigitan ular, umumnya orang akan membebat area yang digigit agar
aliran racunnya terhambat. Tetapi cara ini biasanya kurang efektif, karena itu jika
anak digigit ular, cara mengatasi keracunan pada anak adalah dengan segera
membawanya untuk mendapatkan pertolongan medis.
Pada umumnya gejala keracunan pada anak yang umum dan masih dalam
tahap ringan adalah muntah dan diare. Seringkali para orang tua menganggap hal ini
sebagai kasus muntah dan diare biasa, namun Anda harus mewaspadai jika anak
sudah menunjukkan tanda – tanda seperti ini:
a. Diare dan muntah sudah berlangsung lebih dari tiga hari
b. Anak mulai menunjukkan tanda dehidrasi, yaitu bibir kering, mata cekung,
tidak ada air mata, dan frekuensi buang air kecil sangat berkurang, lemah dan
lesu.
c. Anak mengalami demam yang tidak kunjung turun.
d. Buang air besar disertai darah atau warna kotoran anak menjadi hitam
e. Meningkatnya detak jantung anak atau pernapasan, pusing.
f. Anak tidak mau makan dan minum.

12
g. Segeralah bawa anak ke dokter jika ia sudah menunjukkan tanda – tanda vital
yang semakin melemah dan gawat.

B. Gigitan Hewan Berbisa


1. Definisi Gigitan Hewan Berbisa
Gigitan binatang berbisa adalah gigitan atau serangan yang di akibatkan oleh
gigitan hewan berbisa seperti anjing, kucing, monyet,dll. Rabies adalah  penyakit
infeksi akut susunan saraf pusat pada manusia dan mamalia yang berakibat fatal yang
salah satunya disebabkan oleh gigitan  binatang seperti anjing, monyet dan kucing.
Zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang
mrnghambat respon pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan
kesehatan, penyakit, bahkan kematian.

2. Etiologi Gigitan Binatang Berbisa


Binatang berbisa tidak akan menyerang kecuali kalau mereka digusar atau
diganggu. Kebanyakan gigitan dan sengatan digunakan untuk pertahanan. Gigitan
serangga untuk melindungi sarang mereka.Sebuah gigitan atau sengatan dapat
menyuntikkan bisa(racun) yang tersusun dari protein dan substansi lain yang
mungkin memicu reaksi alergi kepada penderita.
Gigitan serangga juga mengakibatkan kemerahan dan bengkak dilokasi yang
tersengat. Lebah, tawon, penyengat, dan semut api adalah anggota keluarga
Hymenoptera. Gigitan atau sengatan dari mereka dapat menyebabkan reaksi yang
cukup serius pada orang yang alergi terhadap mereka. Lebah, tawon dan semutapi,
anjing,ulang dan lain lain berbeda-beda dalam menyengat.

3. Jenis – Jenis Gigitan Binatang Berbisa dan Pertolongan Pertama


a. Ular
Ular adalah reptil yang tak berkaki dan bertubuh panjang. Ular memiliki sisik
seperti kadal dan sama-sama digolongkan ke dalam reptil bersisik (Squamata). Efek
Gigitan: Gigitan ular akan meninggalkan bekas yang dapat memberi petunjuk

13
tentang jenis ularnya. Gigitan ular berbisa meninggalkan bekas taring yang nyata.
Tetapi untuk identifikasi yang lebih pasti, lebih baik apabila ularnya dapat dibunuh.
Identifikasi ini penting untuk mengenali jenis bisa yang telah dimasukkannya
bersama gigitan. Bisa ular ada yang bersifat merusak dinding pembuluh darah (ular
pohon), dan ada yang bersifat merusak jaringan saraf (ular kobra, ular laut) contoh
gigitan Bekas gigitan ular A: Tidak berbisa (tanpa bekas taring). B: Ular berbisa
dengan taring di belakang. C: Ular berbisa dengan taring di depan (ular sendok-
Kobra; ular laut). D: Ular berbisa dengan taring di depan agak ke samping (ular
pohon).

14
Ciri-ciri ular berbisa :
1) Memiliki gigi taring kecil
2) Sebagian bentuk kepala dari ular berbisa memiliki kepala dengan bentuk segitiga
3) Jika digigit, maka bekas gigitan bisa berupa luka halus yang berbentuk sebuah
lengkungan
4) Ular berbisa memiliki warna yang terang dan mencolok jika diperhatikan secara
lebih detail
5) Ular berbisa memiliki mata yang lebih lonjong dengan pupil elips
6) Ular berbisa memiliki lubang di dekat lubang hidung yang berguna untuk
mencari para mangsa berdarah panas
7) Umumnya ular berbisa memiliki satu baris sisik
8) Pergerakan ular berbisa di dalam air saat berenang biasanya terlihat seluruh
badannya.

Sedangkan ciri-ciri ular tak berbisa sebagai berikut:


1) Memiliki dua taring besar di bagian rahang atas
2) Jika digigit maka ada bekas berupa dua lubang gigitan utama yang disebabkan
oleh gigi taring
3) Ular yang tidak berbisa pada umumnya memiliki sisik dengan pola sederhana
4) Ular yang tidak berbisa memiliki mata dan pupil bulat

Tanda dan gejala gigitan ular dapat dibagi menjadi beberapa kategori utama:
a) Efek lokal: Ini adalah efek pada kulit lokal dan jaringan sekitar daerah gigitan.
Gigitan ular berbisa dan beberapa kobra (Naja dan genera lainnya) dapat
menyakitkan dan nyeri. Mereka bisa sangat bengkak dan dapat berdarah dan
melepuh. Beberapa racun kobra juga bisa membunuh jaringan di sekitar tempat
gigitan.
b) Perdarahan: Gigitan oleh ular berbisa dan beberapa elapids Australia dapat
menyebabkan perubahan dalam sistem hematologi korban dan menyebabkan
perdarahan. Perdarahan ini dapat dilokalisasi atau difus. Organ dapat terlibat.

15
Seorang korban dapat berdarah dari tempat gigitan atau berdarah secara spontan
dari mulut. Perdarahan yang tidak diperiksa dapat menyebabkan syok atau
bahkan kematian karena kehilangan darah secara diam-diam.
c) Efek sistem saraf: Efek pada sistem saraf dapat dialami secara lokal dekat
dengan daerah gigitan atau mempengaruhi sistem saraf langsung. Racun dari
elapids dan ular laut dapat mempengaruhi sistem saraf langsung. Racun ular
kobra (Naja dan genera lainnya) dan ular mamba (Dendroaspis) dapat bertindak
cepat dengan menghentikan otot-otot pernapasan, yang mengakibatkan kematian
tanpa pengobatan. Awalnya, korban mungkin memiliki masalah penglihatan,
sulit berbicara dan bernapas, dan mati rasa dekat dengan tempat gigitan maupun
mati rasa di area tubuh yang jauh dari gigitan.
d) Kematian otot: Venom (bisa ular) dari ular Russell (Daboia russellii), ular laut,
dan beberapa elapids Australia bisa langsung menyebabkan kematian otot di
beberapa area tubuh. Ada dapat efek lokal kematian otot (nekrosis), atau
keterlibatan otot yang jauh (rhabdomyolysis). Puing-puing dari sel-sel otot yang
mati dapat menyumbat ginjal, yang mencoba untuk menyaring protein. Hal ini
dapat menyebabkan gagal ginjal.
e) Mata: Kobra dan ringhals (ular dari Afrika yang seperti kobra) benar-benar dapat
mengeluarkan racun mereka cukup akurat ke dalam mata korban mereka dengan
cara disemprotkan, yang mengakibatkan rasa sakit di mata secara langsung dan
kerusakan jaringan mata.
Pertolongan pertama:
a) Segera baringkan penderita, dan letakkan bagian yang tergigit lebih rendah dari
letak jantung.
b) Penderita disuruh agar tetap tenang, karena kegelisahan akan mempercepat
penjalaran bisa.
c) Kenakan torniket (torniquet) di daerah di atas tempat luka yang digigit.(Torniket
ini dimaksudkan untuk mencegah aliran darah yang sudah tercemar bisa ke arah
jantung)

16
d) Denyut nadi di bagian yang terletak lebih rendah dari torniket harus merasa tetap
teraba. khusus untuk gigitan ular sendok (kobra), torniket dikencangkan seperti
para perdarahan nadi. Menyayat dan mengisap bisa pada bekas gigitan ular.
Dengan sebilah Pisau yang sudah disterilkan (misalnya dengan membakarnya),
buat irisan di kulit tepat di bekas taring ular. Irisan itu memanjang, sedalam 0,5
cm dan sepanjang 1,5 cm. Kemudian melalui irisan itu, bisa diisap dengan
mempergunakan mulut. Bisa ular tidak berbahaya bagi mulut yang sehat (tidak
ada luka).

Obat Tradisional Untuk Mengobati Gigitan Ular Berbisa


Mungkin saat ini sudah banyak obat-obatan herbal yang di gunakan sebagai
obat peradang bius yang bekerja efektif lebih cepat, namun memiliki efek samping
yang begitu berpengaruh terhadap tubuh. Selain cara-cara penanganan secara medis,
gigitan ular berbisa dapat diobati dengan cara tradisional. Adapun obat-obat
tradisional yang di gunakan sebagai obat pertolongan pertama untuk mengobati
gigitan ular antara lain :

a) Minyak Lavender
Tak hanya bermanfaat untuk mengobati insomnia, minyak ini juga bersifat
desinfektan sehingga mampu menghentikan efek buruk dari racun ular untuk
sementara waktu. Oleskan minyak lavender di atas luka yang sudah dibersihkan.
Selain melakukan pertolongan pertama dengan minyak, korban gigitan harus tetap
tenang. Sebab jika korban panik, maka racun akan menyebar ke dalam tubuh dengan
cepat karena kepanikan akan meningkatkan denyut jantung.
b) Minyak Oregano
Saat digigit ular, segera bilas dengan air mengalir. Kemudian oleskan minyak
oregano ke area gigitan ular. Tindakan ini membantu dalam menarik racun dan
mengeluarkan desinfektan pada luka. Kemudian ikat bagian tubuh diatas luka gigitan
ular agar racun yang masuk tidak menyebar.

17
c) Charcoal
Saat menemukan charcoal ketika digigit ular, tumbuklah. Kemudian oleskan
di atas area gigitan ular lalu ikat area tersebut. Selain dioleskan, charcoal juga bisa
dikonsumsi. Tindakan ini harus segera dilakukan setelah gigitan terjadi. Kandungan
karbon aktif di dalamnya akan melindungi sel darah dan menyerap racun.
d) Bunga Marigold
Bunga ini tinggi akan kandungan antioksidan yang disebut sebagai flavonoid.
Zat ini akan menawarkan perlindungan dari kontaminasi racun yang masuk ke tubuh,
mengurangi iritasi, dan membantu pemulihan secara cepat.
e) Daun Kari
Selain digunakan sebagai bumbu masak, ternyata daun kari juga bisa
digunakan sebagai obat pertama untuk mengatasi gigitan ular. Caranya adalah dengan
menumbuk daun kari dan kemudian oleskan di atas luka.

a. Gigitan Antropoda (Laba-laba, Tawon, Kelabang, Kalajengking)


Gigitan binatang golongan ini, walaupun tidak selalu membahayakan jiwa,
tetapi dapat menimbulkan reaksi alergi yang parah dan terkadang dapat berakibat
fatal. Cedera didapat akibat dari gigitan, pagutan, sengatan, atau mungkin atau hanya
sentuhan binatang atau bagian tubuhnya.
1) Tanda dan Gejala :
a) Bengkak dan kemerahan disekitar gigitan
b) Gatal – gatal
c) Nyeri dan terasa panas
d) Demam , menggigil kadang disertai sulit tidur
e) Dapat terjadi syok
2) Penanganan :
a) Amankan diri dan lingkungan sekitar
b) Nilai keadaan airway ,breathing , dan sirkulasi ( ABC )
c) Tenangkan penderita
d) Ambil sengatnya jika nampak  ( hati-hati jangan sampai menekan kantung bisa )

18
e) Cuci daerah gigitan dengan air sabun atau alkohol 70 % atau antiseptic
f) Kompres dingin ( kompres es )
g) Imobilisasikan daerah yang tergigit
h) Berikan analgetik
i) Bawa segera ke Rumah Sakit

b. Gigitan Tomcat
1) Gejala
Umumnya, tomcat memberikan rasa sakit ketika menggigit mangsanya
dengan racun paederin yang berasal dari cairan tubuhnya. Gejala orang yang tergigit
tomcat adalah berikut ini:
a) Kulit kemerahan, muncul warna kemerahan pada kulit. Sekilas warna merah
itu mitip dengan alergi  kulit di sebuah bagian tertentu yang merata.
b) Ruam merah itu diiringi dengan rasa gatal yang hebat.
c) Gigitan tomcat biasanya juga akan menyebabkan peradangan serta iritasi
kulit, rasa terbakar dan perih serta sakit ketika disentuh.
d) Kulit melepuh, dalam kasus yang parah atau jika tidak mendapatkan
perawatan dan penanganan secepatnya, gigitan ini akan menyebabkan kulit
melepuh dan bernanah. Kondisi tersebut sangat mirip dengan luka bakar ringan.

2) Pengobatan dan Penyembuhan


Ketika terkena gigitan tomcat, tidak perlu panik karena meskipun racunnya
disebut-sebut cukup berbahaya, racun tersebut tidak dapat menyebar ke bagian tubuh
yang lain serta dapat dengan mudah dilumpuhkan. Berikut adalah langkah-langkah
pengobatan yang bisa dilakukan sesegera mungkin setelah terkena gigitan tomcat :
a) Menyingkirkan Tomcat
Jika secara kebetulan menjumpai tomcat tengah hinggap dibagian tubuh,
tipulah dia jika bisa, agar jatuh dari kulit. Bisa juga menyingkirkannya menggunakan
alat perantara. Hindari kontak kulit langsung dengan binatang ini karena tomcat akan
mengeluarkan cairan yang dapat menyebabkan luka melepuh pada kulit.

19
b) Tidak Menggaruk Bagian yang Gatal
Untuk mencegah semakin menyebarnya kuman yang dibawa tomcat, mereka
yang terkena gigitan tomcat disarankan tidak menggaruk bagian yang gatal dan
segera melakukan pengobatan dan atau perawatan. Menggaruk bagian yang gatal
akan membuat lepuhan akibat gigitan tomcat menyebar dan meluas sama seperti
penyakit kurap yang menyebar jika digaruk.
c) Menggunakan Sabun
Penggunaan sabun ditujukan untuk menetralisir efek racun yang disuntikkan
tomcat ke dalam tubuh korbannya. Namun demikian, jangan menggunakan sabun
seperti ketika mencuci pakaian dengan cara menggosok-gosok bagian baju yang
kotor. Cukup oleskan sabun lalu tunggu sampai kering dan bilas
dengan air secukupnya.
d) Tanaman Herbal
Racikan tanaman herbal dapat diandalkan untuk mengobati gigitan tomcat.
Berikut ini adalah tanaman herbal yang bisa digunakan untuk menghilangkan gigitan
tomcat :
1) Bahan. Bahan-bahan yang dibutuhkan adalah satu kepal rimpang Bengle
(sejenis jahe), sepuluh lembar daun sirih hijau dan beberapa tetes minyak telon.
2) Cara. Parut semua bengle dan daun sirih, lalu tetesi dengan minyak telon.
Tempelken di bagian yang terkena gigitan tomcat. Untuk hasil lebih maksimal,
balutlah bagian tubuh yang terkena gigitan tomcat dengan perban setelah
ditempeli racikan herbal. Jika telah mengering, gantilah dengan ramuan baru.
Luka bekas gigitan atau kontak dengan tomcat biasanya akan sembuh ketika kulit
menghitam dan lepuhannya menipis. Tak perlu khawatir dengan kulit hitam
bekas gigitan karena warna hitamnya akan kembali normal setelah terkelupas
dan berganti sel kulit baru.

20
e) Menggunakan Salep
Penggunaan salep utamanya ditujukan untuk mengurangi rasa sakit yang
diakibatkan oleh gigitan tomcat. Salep untuk menghilangkan gigitan tomcat bisa
didapatkan di apotek terdekat. Penggunaan balsem harus dihindari karena akan
memperluas luka yang diderita. Berikut ini salep yang bisa digunakan dalam
mengobati bekas gigitan tomcat :
1) Betametasone
2) Acyclovir 5 %.
3) Hydrocorisone 1%.
4) Antibiotik Neomycin Sulfat.

f) Menggunakan Bahan Alami Tanah Liat


Tanah liat juga bisa menjadi alternatif pengobatan bagi yang terserang gigitan
tomcat. Caranya adalah dengan mencampur tanah liat dengan sedikit air hingga
berbentuk krim. Setelah itu, oleskan pada kulit yang terkena gigitan tomcat lalu
tunggulah sampai kering. Lakukan perawatan ini secara rutin sampai sakit yang
diderita menghilang.
3) Pencegahan Kontak dengan Tomcat
Solusi terbaik untuk menghindari gigitan tomcat adalah dengan memutus dan
menghindari kontak dengan binatang ini. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk
hal tersebut;
a) Menjaga Kebersihan Lingkungan
Selain menyukai tempat yang lembab, tomcat juga suka berada di tempat-
tempat yang kotor sehingga jika tidak rajin membersihkan lingkungan, akan menjadi
tempat favorit tomcat. Hal ini berlaku jika kediaman berdekatan dengan daerah
pepohonan, rawa-rawa atau hutan bakau. Banyak juga yang menganggap kehadiran
tomcat dalam jumlah besar disebabkan ketidakseimbangan ekosistem sehingga
manusia juga dihimbau untuk turut menjaga keseimbangan ekosistem.

21
b) Menutup Pintu dan Jendela
Pada malam hari ketika lampu-lampu di rumah menyala, tutuplah semua pintu
dan jendela karena tomcat suka berada di tempat-tempat yang terang. Tomcat yang
memasuki kediaman tidak hanya akan mendatangkan ancaman dalam jangka pendek,
akan tetapi juga dalam jangka waktu panjang karena kebiasaannya meninggalkan
cairan di pakaian, handuk, seprei, korden dan di barang-barang yang sering
digunakan atau disentuh.

c. Lebah
1) Gejala
Bentuk sengatan lebah pada kulit dapat ditandai dengan titik putih kecil di
tengah benjolan yang muncul di area pusat sengatan. Gejala sengatan lebah bisa
bermacam-macam dan bentuknya tidak selalu sama, mulai dari rasa sakit yang
berlangsung sementara hingga reaksi alergi yang serius. Sebagian dari gejala
serangan berikut dianggap umum terjadi, dimulai dari gejala yang ringan hingga
serius.
a) Rasa sakit yang muncul seketika setelah seseorang tersengat lebah dan dapat
mereda setelah beberapa jam.
b) Bilur merah di sekitar area sengatan. Pada sebagian kasus, bilur dapat
berwarna merah tua.
c) Area di sekitar sengatan yang akan terlihat sedikit membengkak dibandingkan
area lain dan biasanya kembali mengempis setelah beberapa jam. Pembengkakan
dapat membesar secara bertahap hingga dua hingga tiga hari ke depan.
d) Reaksi dari sengatan yang kuat biasanya berlangsung selama 5-10 hari.
Penderita reaksi yang kuat bukan berarti akan mengalami reaski alergi yang
parah pada sengatan berikutnya. Walau demikian, biasanya penderita akan
mendapat reaski yang sama kuatnya ketika disengat lebah kembali.
Walau sebagian besar kasus sengatan lebah tergolong ringan dan tidak
memerlukan penanganan dokter, seseorang yang reaksi alerginya menjadi makin
parah sebaiknya tetap waspada. Reaksi alergi yang parah dapat berkembang menjadi

22
reaksi alergi anafilaksis yang akhirnya dapat membahayakan nyawa. Segera ke dokter
untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Gejala anafilaksis yang mungkin dialami,
antara lain:
a) Reaksi pada kulit berupa biduran yang gatal
b) Kulit yang pucat
c) Pembengkakan lidah dan tenggorokan
d) Sulit bernapas yang bisa diakibatkan oleh pembengkakan pada tenggorokan
e) Denyut nadi yang lemah dan tidak beraturan
f) Tekanan darah yang turun tiba-tiba
g) Mual, muntah, atau diare
h) Pusing atau pingsan
i) Hilang kesadaran
Seseorang yang berulang kali tersengat lebah juga kemungkinan akan merasa
sakit akibat penumpukan racun/bisa di dalam tubuh. Begitu juga dengan seseorang
yang mendapat sengatan lebah secara bertubi-tubi harus segera dibawa ke dokter.
Kondisi ini bisa menjadi kasus gawat darurat terutama pada anak-anak, lansia, dan
penderita gangguan pernapasan atau jantung.

2) Diagnosis
Beberapa jenis pemeriksaan yang umumnya digunakan untuk mendiagnosis
reaksi gigitan atau alergi serangga adalah tes alergi pada kulit dan tes darah. Tes ini
dapat digunakan juga untuk mendiagnosis reaksi alergi dari sengatan lebah (tawon)
pada umumnya, termasuk lebah jenis lain, misalnya yellow jacket.
Tes kulit dilakukan dengan cara menyuntikkan sejumlah kecil racun/bisa
lebah di area lengan atau punggung bagian atas. Sebuah benjolan kecil akan muncul
di area suntikan jika penderita terbukti memiliki alergi terhadap sengatan lebah.
Pada sisi lain, tes darah dilakukan dengan cara mengambil sampel darah untuk
kemudian dites dengan beberapa alergen yang memiliki kemungkinan menjadi
penyebab alergi. Penderita dinyatakan alergi ketika terdapat jumlah antibodi yang
signifikan di dalam darahnya.

23
3) Pengobatan
Sengatan lebah umumnya bisa ditangani di rumah untuk meredakan sakit
yang ditimbulkannya, namun bagi yang mendapat sengatan lebah secara berkali-kali
dan memiliki alergi terhadap sengatan lebah (tawon), maka penderita harus segera
mendapatkan tindakan darurat medis di Instalasi Gawat Darurat (IGD).
Dokter dapat merekomendasikan epinefrin dalam bentuk suntik otomatis.
Suntikan antialergi, atau imunoterapi yang diberikan secara berkala selama beberapa
tahun juga mungkin dianjurkan untuk mengurangi reaksi alergi akibat racun/bisa dari
sengatan lebah. Ketika serangan anafilaksis terjadi beberapa obat mungkin akan
diberikan, yaitu:
a) Adrenalin (epinephrine) untuk mengatasi situasi anafilaksis dan mengurangi
reaksi tubuh terhadap alergi.
b) Oksigen untuk melancarkan pernapasan yang terganggu akibat gejala alergi.
c) Obat dari kelompok beta-agonis untuk meringankan gejala yang berhubungan
dengan gangguan pernapasan.
d) Infus obat kortison dan antihistamin untuk mengurangi peradangan pada
saluran udara dan memperbaiki kondisi pernapasan.
Penderita alergi yang mengalami reaksi anafilaksis juga akan mendapatkan
bantuan resusitasi jantung paru (CPR) terlebih dulu dari tenaga medis sebagai
tindakan darurat medis pertama. Gelang peringatan bisa digunakan untuk
menginformasikan orang-orang di sekeliling Anda tentang alergi atau kondisi
kesehatan tertentu yang dimiliki dan apa yang harus dilakukan jika terjadi situasi
darurat medis.

24
d. Gigitan Anjing
1) Cara Penularan
Cara penularan rabies melalui gigitan dan non gigitan (goresan cakaran atau
jilatan pada kulit terbuka/mukos) oleh hewan yang terinfeksi virus rabies. Virus
rabies akan masuk ke dalam tubuh melalui kulit ang terbuka atau mukosa namun
tidak dapat masuk melalui kulit yang utuh.
Masa inkubasi penyakit rabies sangat bervariasi yaitu antara 2 minggu sampai
2 tahun, tetapi pada umumnya 3-8 minggu. Menurut WHO (2007) disebutkan bahwa
masa inkubasinya rata-rata 30-90 hari.
Perbedaan masa inkubasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
a) Jenis/strain virus rabies
b) Jumlah virus yang masuk
c) Kedalaman luka gigitan, semakin dalam luka gigitan kemungkinan virus rabies
mencapai sistem saraf semakin besar
d) Lokasi luka gigitan, semakin dekat jarak luka gigitan ke otak, maka gejala
klinis akan lebih cepat muncul. Oleh karena itu luka gigitan di daerah bahu ke
atas merupakan luka risiko tinggi
e) Banyaknya persarafan di wilayah luka
f) Imunitas dari penderita
Gejala klinis rabies akan timbul setelah virus mencapai susunan saraf pusat
dan menginfeksi seluruh neuron terutama di sel-sel limbik, hipotalamus dan batang
otak. Virus rabies bersifat neurotrofik, ang berarti predileksinya pada sistem saraf.
Virus ini berjalan melalui sistem saraf, sehingga tidak terdeteksi melalui pembuluh
darah. Sampai saat ini belum ada teknologi yang bisa mendiagnosis dini sebelum
muncul gejala klinis rabies.
2) Patogenesis
Setelah virus rabies masuk melalui luka gigitan/cakaran, virus akan menetap
selama 2 minggu di sekitar luka gigitan dan melakukan replikasi di jaringan otot
sekitar luka gigitan. Kemudian virus ini akan berjalan menuju susunan saraf pusat
melalui saraf perifer tanpa ada gejala klinis. Setelah mencapai otak, virus akan

25
melakukan replikasi secara cepat dan menyebar luas ke seluruh sel-sel saraf
otak/neuron terutama sel-sel seistem limbik, hipotalamus dan batang otak
Setelah memperbanyak diri dalam neuron-neuron otak, virus berjalan ke arah
perifer melalui serabut saraf eferen baik sistem saraf volunter maupun otonom.
Dengan demikian virus ini menyerang hampir tiap organ dan jaringan di dalam tubuh,
dan virus akan berkembang biak dalam jaringan-jaringan seperti kelenjar ludah, ginjal
dan sebagainya.
3) Tipe-tipe rabies :
a) Tipe ganas : tipe ganas apabila didominasi tahap eksitasi dimana anjing akan
terlihat beringas serta akan menyerang semua benda yang bergerak
b) Tipe dumb (Tenang) : tipe tenang apabila hewan yang terinfeksi rabies setelah
gejala prodormal langsung masuk ke tahap paralisis
4) Gejala Klinis anak terkena rabies
Gejala prodomal biasanya non spesifik berlangsung 1-4 hari dan ditandai
dengan demam, sakit kepala, malaise, mialgia, gejala gangguan saluran pernafasan,
dan gejala gastrointestinal. Gejala prodomal yang sugestif rabies adalah keluhan
parestesia, nyeri, gatal, dan atau fasikulasi pada atau sekitar tempat inokulasi virus
yang kemudian akan meluas ke ekstremitas yang terkena tersebut. Sensasi ini
berkaitan dengan multiplikasi virus pada ganglia dorsalis saraf sensorik yang
mempersarafi area gigitan dan dilaporkan pada 50-80% penderita. Setelah timbul
gejala prodromal, gambaran klinis rabies akan berkembang menjadi salah satu dari 2
bentuk, yaitu ensefalitik (furious) atau paralitik (dumb). Bentuk ensefalitik ditandai
aktivitas motorik berlebih, eksitasi, agitasi, bingung, halusinasi, spasme muskular,
meningismus, postur epistotonik, kejang dan dapat timbul paralisis fokal.
Gejala patognomonik, yaitu hidrofobia dan aerofobia, tampak saat penderita
diminta untuk mencoba minum dan meniupkan udara ke wajah penderita. Keinginan
untuk menelan cairan dan rasa ketakutan berakibat spasme otot faring dan laring yang
bisa menyebabkan aspirasi cairan ke dalam trakea. Hidrofobia timbul akibat adanya
spasme otot inspirasi yang disebabkan oleh kerusakan batang otak saraf penghambat
nukleus ambigus yang mengendalikan inspirasi.

26
Pada pemeriksaan fisik, temperatur dapat mencapai 39°C. Abnormalitas pada
sistem saraf otonom mencakup pupil dilatasi ireguler, meningkatnya lakrimasi,
salivasi, keringat, dan hipotensi postural. Gejala kemudian berkembang berupa
manifestasi disfungsi batang otak. Keterlibatan saraf kranial menyebabkan diplopia,
kelumpuhan saraf fasial, neuritis optik, dan kesulitan menelan yang khas. Kombinasi
salivasi berlebihan dan kesulitan dalam menelan menyebabkan gambaran klasik,
yaitu mulut berbusa. Disfungsi batang otak yang muncul pada awal penyakit
membedakan rabies dari ensefalitis virus lainnya. Bentuk paralitik lebih jarang
dijumpai. Pada bentuk ini tidak ditemukan hidrofobia, aerofobia, hiperaktivitas, dan
kejang.
Gejala awalnya berupa ascending paralysis atau kuadriparesis. Kelemahan
lebih berat pada ekstremitas tempat masuknya virus. Gejala meningeal (sakit kepala,
kaku kuduk) dapat menonjol walaupun kesadaran normal. Pada kedua bentuk, pasien
akhirnya akan berkembang menjadi paralisis komplit, kemudian menjadi koma, dan
akhirnya meninggal yang umumnya karena kegagalan pernafasan. Tanpa terapi
intensif, umumnya kematian akan terjadi dalam 7 hari setelah onset penyakit.
(Jackson, 2008.WHO, 2010).
5) Gejala klinis hewan rabies
Manifestasi klinis pada hewan dimulai dengan gejala prodromal tidak spesifik
seperti lemah dan malas. Rabies dapat berkembang menjadi rabies yang ganas atau
rabies yang tenang. Kematiannya umumnya disebabkan kelumpuhan pernafasan dan
akan timbul dalam waktu 7- 10 hari setelah gejala prodromal.
Pada rabies yang tenang, anjing tampak senang bersembunyi di tempat yang
gelap dan dingin, serta tampak letargi. Dapat ditemukan kelumpuhan otot
tenggorokan yang tampak dari banyaknya air liur yang keluar karena sulit menelan.
Bisa juga ditemukan kejang-kejang singkat. Pada rabies yang ganas, terdapat
perubahan sifat dan perilaku hewan. Hewan yang awalnya jinak menjadi ganas, tidak
menuruti perintah pemiliknya lagi, dapat menyerang manusia terutama adanya
rangsang cahaya dan suara, suka menggigit apa saja yang dijumpai. Suara akan
menjadi parau, mudah terkejut, gugup, air liur banyak keluar, ekor dilengkungkan ke

27
bawah perut di antara kedua paha. Anjing kejangkejang, kemudian menjadi lumpuh,
dan akhirnya mati. (Jackson,2008).
6) Penanganan rabies
Terdapat 3 unsur yang penting dalam PEP (Post Exposure Praphylaxis), yaitu:
a) Perawatan luka,
b) Serum antirabies (SAR)
c) Vaksin antirabies (VAR).
Tindakan pertama yang harus dilaksanakan adalah membersihkan luka dari
saliva yang mengandung virus rabies. Luka segera dibersihkan dengan cara disikat
dengan sabun dan air (sebaiknya air mengalir) selama 10-15 menit kemudian
dikeringkan dan diberi antiseptik (merkurokrom, alkohol 70%, povidon-iodine, 1-4%
benzalkonium klorida atau 1% centrimonium bromida). Luka sebisa mungkin tidak
dijahit. Jika memang perlu sekali, maka dilakukan jahitan situasi dan diberi SAR
yang disuntikkan secara infiltrasi di sekitar luka sebanyak mungkin dan sisanya
disuntikkan secara intramuskuler ditempat yang jauh dari tempat inokulasi vaksin.
Disamping itu, perlu dipertimbangkan pemberian serum/vaksin antitetanus, antibiotik
untuk mencegah infeksi, dan pemberian analgetik.
Rekomendasi WHO mencegah rabies tergantung adanya kontak:
a) Kategori 1 : menyentuh, memberi makan hewan atau jilatan hewan pada kulit
yang intak karena tidak terpapar tidak perlu profilaksis, apabila anamnesis dapat
dipercaya.
b) Kategori 2 : termasuk luka yang tidak berbahaya adalah jilatan pada kulit luka,
garukan, atau lecet (erosi ekskoriasi), luka kecil disekitar tangan, badan, dan
kaki. Untuk luka resiko rendah diberi VAR saja.
c) Kategori 3: jilatan/ luka pada mukosa, luka diatas daerah bahu
(muka,kepala,leher),luka pada jari tangan/ kaki, genitalia, luka yang lebar/dalam
dan luka yang banyak (multiple)/ atau ada kontak dengan kelelawar, maka
gunakan VAR dan SAR. Vaksin rabies dianjurkan diberikan pada semua orang
dengan riwayat kontak dengan hewan pengidap rabies. Vaksin rabies yang lazim
saat ini adalah tissue culture vaccine, suatu inactivated vaccine yang

28
ditumbuhkan pada kultur sel seperti human diploid cell vaccine (HDCV),
diproduksi sejak tahun 1964, purivied vero cell rabies vaccine (PVRV),
diproduksi mulai tahun 1985, purified chick embryo cell vaccine (PCEC) yang
mulai dipasarkan tahun 1985. Vaksin generasi lama seperti suckling mouse brain
vaccine (SMBV), suatu nerve tissue vaccine dan duck embryo vaccine (DEV),
suatu non-nerve tissue vaccine, tidak digunakan lagi karena dapat menimbulkan
komplikasi ensefalomielitis post-vaksinasi dan reaksi anafilaksis. Namun
demikian nerve tissue vaccine masih diproduksi dan dipergunakan di beberapa
negara Asia. (WHO,2009).

29
BAB III
TINJAUAN KASUS
Kasus 1: Keracunan zat kimia pada anak

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PRODI DIII KEBIDANAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA An.DC USIA 2 TAHUN


DENGAN KERACUNAN ZAT KIMIA

Waktu pelayanan : Selasa, 3 Maret 2020, pukul 09.30 WITA.


Tempat pelayanan : Puskesmas Sukamaju
A. SUBYEKTIF
1. Identitas
Anak
Nama : D.C
Umur/tanggal lahir : 1 Tahun / 2 Maret 2019
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Hindu
Anak ke- : 1

Ibu Ayah
Nama : Ny. KN Tn. JK
Umur : 28 Tahun 30 Tahun
Agama : Hindu Hindu
Status perkawinan : Sah Sah
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Pegawai Toko karyawan villa
Penghasilan : Rp. 1.500.000,- Rp. 3.000.000,-
Jaminan Kesehatan : BPJS kelas II BPJS kelas II
No Telp/HP : 087861412XXX 087662921XXX
Alamat Rumah : Jln. Tukad Yeh Aya VI
No.1 Denpasar

30
2. Keluhan utama/alasan kunjungan : Ibu mengatakan tadi pagi sekitar pukul
09.00 WITA anaknya tidak sengaja menelan cairan sabun dan mengalami
mual muntah serta keluar keringat dingin dan wajah terlihat pucat serta
tampak lemas.

3. Riwayat penyakit sekarang


Ibu mengatakan An.DC mengalami mual muntah serta tampak lemas setelah
tidak sengaja menelan cairan sabun yang diletakkan di depan kamar mandi
yang dengan mudah dijangkau oleh An.DC.

4. Riwayat penyakit dahulu


Ny.KN mengatakan anaknya sebelumnya tidak pernah mengalami keracunan.

5. Data bio-psiko-sosial-spiritual
a. Bernafas : Tidak ada kesulitan.
b. Nutrisi :
1) Makan :
Ibu mengatakan anaknya terakhir makan pada pukul 07.00 WITA,
dengan komposisi nasi, sayuran, daging, tempe dan tahu sebanyak 1
piring
2) Minum :
Ibu mengatakan anaknya terakhir minum pada pukul 08.30 WITA
sebanyak 2 gelas.

c. Eliminasi :
1) Buang air besar
Ibu mengatakan anaknya terakhir BAB pada pukul 06.30 WITA
dengan konsistensi lembek dengan warna kuning kecoklatan.
2) Buang air kecil

31
Ibu mengatakan anaknya terakhir BAK pada pukul 06.30 WITA
dengan warna kuning jernih.

d. Aktifitas
Ibu mengatakan anaknya aktif suka berlari-larian dan selalu mencoba
memasukkan benda yang ada di tangannya ke dalam mulut.

e. Psikologi
Ibu mengatakan pola asuh anak dominan oleh orang tua, dan kehadiran
anak diterima dalam keluarga.

f. Sosial
Ibu mengatakan hubungan anak dengan anggota keluarga harmonis, tidak
ada kebiasaan orangtua yang mempengaruhi tumbuh kembang anak.

B. OBJEKTIF
1. Pemeriksaan fisik umum
a. Keadaan umum : Lemah
b. Warna kulit : Pucat
c. Kesadaran : Composmentis
2. Tanda vital : Suhu 38 0C, RR 30 x/menit, Nadi : 80 x/menit,
3. Antopometri : BB : 10 kg,TB : 76 cm
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala dan leher
1) Muka : pucat
2) Mata
a) Konjungtiva : merah muda
b) Sclera : putih
c) Kelainan : tidak ada.
3) Hidung

32
a) Nafas cuping hidung : tidak ada .
b) Pengeluaran pada hidung : tidak ada.
c) Kelainan : tidak ada.
4) Mulut
a) Mukosa mulut : kering
b) Lidah : bersih
c) Kelainan : tidak ada
5) Telinga
a) Simetris
b) Kebersihan : bersih
c) Pengeluaran : tidak ada
d) Kelainan : tidak ada
6) Leher
a) Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada
b) Pembesaran kelenjar limfe : tidak ada
c) Bendungan vena jugularis : tidak ada
d) Kelainan : tidak ada
a. Dada dan aksila
1) Tarikan intercostal: tidak ada
2) Suara nafas : normal
3) Pembesaran kelenjar limfe aksila : tidak ada
4) Kelainan : tidak ada
b. Abdomen
1) Bentuk perut : simetris
2) Peristaltic usus : ada
3) Distensi : tidak ada
4) Kelainan yang ditemukan : tidak ada
c. Ekstremitas
1) Tangan
Warna : normal

33
Kelainan : tidak ada.
2) Kaki
Warna : normal
Kelainan :tidak ada

5. Pemeriksaan Penunjang: Belum dilakukan

C. ANALISIS
An. DC usia 2 tahun dengan keracunan karena zat kimia
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu tentang keadaan anaknya, bahwa didapatkan hasil Suhu
380C, RR 30 x/menit, Nadi : 100 x/menit, Ibu mengerti dengan informasi
yang diberikan.
2. Memberikan susu dan air putih sesegera mungkin untuk mengencerkan
racun yang ada pada lambung, susu dan air putih telah diberikan sebanyak
1 gelas.
3. Melakukan penanganan awal dengan menghindari terjadinya muntah,
kecuali yang ditelan lebih dari 1ml/kg BB atau bila yang tertelan
tercampur bahan beracun(seperti pestisida), An.DC tidak mengalami
muntah.
4. Memberikan terapi obat berupa antibiotik sesuai dosis. Obat telah
diberikan.
5. Menganjurkan An.DC untuk beristirahat dan memberitahu ibu agar
memberi rasa hangat pada An.DC untuk mencegah terjadinya kedinginan,
An.DC dapat beristirahat dan tidak mengalami kedinginan.
6. Melakukan rujukan ke Rumah Sakit untuk mendapatkan penanganan lebih
lanjut serta melakukan monitoring vital sign setiap 15 menit dan tanda-
tanda seperti muntah dan nyeri abdomen selama perjalanan merujuk,
An.DC telah dirujuk ke Rumah Sakit dan tidak ada komplikasi selama
rujukan.

34
7. Melakukan kolaborasi dengan dokter, dokter memberikan penanganan
yang sesuai.

35
Kasus 2: Gigitan hewan berbisa

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PRODI DIV KEBIDANAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA AN. AW USIA 2 TAHUN


DENGAN GIGITAN ANJING

Waktu pelayanan : Selasa, 3 Maret 2020, pukul 10.00 WITA.


Tempat pelayanan : Puskesmas I Denpasar Barat
A. SUBYEKTIF
1. Identitas
Anak
Nama : A.W
Umur/tanggal lahir : 2 Tahun / 1 Maret 2018
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Hindu
Anak ke- : II

Ibu Ayah
Nama : Ny. WP Tn. MJ
Umur : 30 Tahun 32 Tahun
Agama : Hindu Hindu
Status perkawinan : Sah Sah
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Pedagang Pedagang
Jaminan Kesehatan : BPJS Kelas II BPJS Kelas II
No Telp/HP : 085737457XXX 087761443XXX
Alamat Rumah : Jalan Gunung Agung Gg
Bumi Ayu x No.3

36
2. Keluhan utama/alasan kunjungan: Ibu mengatakan tadi pagi sekitar pukul 09.30
WITA anaknya digigit anjing liar yang sering berkeliaran di lingkungan rumahnya
pada saat bermain di depan rumah pada paha kiri.

3. Riwayat penyakit sekarang


Anak AW digigit anjing pagi tadi sekitar pukul 09.30 WITA pada paha kiri.
Sudah dilakukan penanganan awal di rumah dengan mencuci luka bekas gigitan
dengan sabun dan air mengalir selama kurang lebih 5 menit.

4. Riwayat penyakit dahulu


Ny. WP mengatakan anaknya sebelumnya tidak pernah digigit anjing dan anak
AW juga belum pernah mendapatkan serum anti-rabies atau vaksin anti-rabies.

5. Data bio-psiko-sosial-spiritual
a. Bernafas : Tidak ada kesulitan anak AW saat bernafas.
b. Nutrisi :
1) Makan : Ibu mengatakan anaknya terakhir makan pada
pukul 08.00 WITA, dengan komposisi nasi, sayur sop,
ayam, tempe sebanyak setengah piring
2) Minum : Ibu mengatakan anaknya terakhir minum pada
pukul 09.45 WITA sebanyak 1 gelas susu dan 1 gelas air.
e. Eliminasi :
1) Buang air besar : Ibu mengatakan anaknya terakhir
BAB pada pukul 07.00 WITA dengan konsistensi
lembek dengan warna kuning kecoklatan.
2) Buang air kecil : Ibu mengatakan anaknya terakhir
BAK pada pukul 09.00 WITA dengan warna
kuning jernih.
f. Aktifitas : Ibu mengatakan anaknya aktif, suka bermain kejar-kejaran
bersama dengan teman-teman sebayanya.

37
g. Psikologi : Ibu mengatakan pola asuh anak dominan dilakukan oleh
orangtua, dan kehadiran anak diterima dalam keluarga.
h. Sosial ; Ibu mengatakan hubungan anak dengan anggota keluarga
harmonis, tidak ada kebiasaan orangtua yang mempengaruhi
tumbuh kembang anak.

B. OBJEKTIF
1. Pemeriksaan fisik umum
a. Keadaan umum : Lemas
b. Warna kulit : Warna kulit keseluruhan normal dan tampak kemerahan
pada daerah gigitan.
c. Kesadaran : Compos mentis
2. Tanda vital : Suhu 37,8 0C, RR 30 x/menit, Nadi : 88 x/menit,
3. Atropometri : BB 13 Kg , TB 87 cm
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala dan leher
Muka tampak pucat, rambut terlihat bersih dan tidak rontok,
konjungtiva berwarna merah muda, sklera tampak putih, tidak terdapat
pernafasan cuping hidung, mukosa mulut lembab, telinga tampak bersih,
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe, vena jugularis.
b. Dada dan aksila
Tidak ada tarikan intercostal, suara nafas normal dan tidak ada
pembesaran kelenjar limfe aksila
c. Abdomen
Bentuk perut simetris, tidak ada distensi pada abdomen
d. Ekstremitas
Warna kulit normal, tampak bengkak dan kemerahan pada luka bekas
gigitan di paha kiri

5. Pemeriksaan Penunjang : Belum dilakukan

38
C. ANALISIS
An. AW usia 2 tahun dengan gigitan anjing pada paha bagian kiri

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu tentang keadaan anaknya, bahwa didapatkan hasil Suhu 38
0
C, RR 30 x/menit, Nadi : 100 x/menit. Ibu mengerti dan informasi yang
diberikan.
2. Mencuci bekas luka gigitan anjing dengan sabun dan air mengalir selama 10-15
menit, luka sudah dicuci dengan air
3. Memberikan antiseptic yaitu betadine pada bekas luka gigitan anjing, betadin
telah dioleskan pada luka bekas gigitan
4. Membalut luka secara longgar untuk mencegah terjadinya infeksi, luka sudah
ditutup perban
5. Menyuntikkan vaksin rabies kepada anak, tidak ada reaksi alergi
6. Memberitahu ibu untuk menangkap anjing yang menggigit Anak AW untuk
diisolasi dan dilakukan identifikasi, ibu paham
7. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada tanggal 10 maret
2020 untuk mendapatkan dosis kedua vaksin rabies atau jika ada keluhan, ibu
paham dan bersedia untuk melakukannya.

39
BAB IV
PEMBAHASAN

KASUS 1
Setelah melakukan Asuhan Kebidanan Pada Anak Sakit yalni pada An.DC
umur 1 tahun di Puskesmas 1 Dentim pada tanggal 2 Maret 2020, dikaji data yang
telah di kumpulkan sesuai dengan pendokumentasia Asuhan Kebidanan Pada Anak
Sakit dengan menggunakan metode Subjektif (S), Objektif (O), Analis (A), dan
Penatalaksanaan (P) data yang di kaji sesuai dengan terori dapat dijelaskan sebagai
berikut :
Data subjektif adalah data yang diperoleh dari keluhan-keluhan yang
disampaikan oleh klien, termasuk sensasi klien,perasaan, nilai-nilai, kepercayaan,
pengetahuan, dan persepsi terhadap status kesehatan dan situasi kehidupan
Berdasarkan hasil pengkajian data, An.DC lahir pada tanggal 2 Maret 2019 dan
berusia 1 tahun. Ibu An.DC mengatakan bahwa anaknya mengalami keracunan akibat
meminum sabun cair, ibu An.DC mengatakan anaknya rewel, muntah-muntah dan
keluar keringat dingin. sejak tanggal 3 Maret 2020 . Anak meminum sabun cair yang
baru saja di beli ibunya yang di letakkan di atas meja, karena ibu lupa untuk menaruh
sabun lantai pada tempatnya, kemudian ibu tidak menyadari An.DC meminum sabun
cair tersebut.
Racun adalah suatu zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorpsi, menempel
pada kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil dapat
mengakibatkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Racun merupakan zat
yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan fisiologik yang dalam dosis toksik akan
menyebabkan gangguan kesehatan atau mengakibatkan kematian. Racun dapat
diserap melalui pencernaan, hisapan, intravena, kulit, atau melalui rute lainnya.
Reaksi dari racun dapat seketika itu juga, cepat, lambat atau secara kumulatif .
berdasarkan keracunan yang di alami An.DC termasuk keracunan yang di sebabkan
oleh zat kimia yang tertelan dan akibatnya menyebabkan An.DC mual muntah dan
keringat dingin .

40
Keracunan zat-zat kimia pada tubuh manusia dapat membahayakan
kelangsungan hidup. Bahan kimia beracun tersebut akan merusak jaringan tubuh
terpenting sehingga menggangu atau bahkan menghentikan fungsinya. Beberapa
jaringan tubuh yang rentan terhadazp keracunan diantaranya kulit, susunan syaraf,
sumsum tulang, ginjal, hati, dan alat-alat pencernaan. Jika organ tersebut terganggu,
terjadilah penurunan tingkat kesehatan yang akan membahayakan jiwa manusia,
terutama bila pertolongan terlambat diberikan.
Data objektif adalah data yang diobservasi dari hasil pemeriksaan oleh bidan
atau tenaga kesehatan lainnya. Untuk mengumpulkan data objektif dari klien,
dilakukan beberapa pemeriksaan yaitu: pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan khusus sebagai pengumpulan data terhadap keluhan klien serta
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium.
Pada pemeriksaan umum didapatkan keadaan umum pasien lemah kesadaran
composmentis, berat badan kg, Suhu 38 0C, RR 30 x/menit, Nadi : 80x/menit . tanda-
tanda vital sesuai dengan hasil pemeriksaan terdapat gangguan pada termoregulasi
sehingga mengkibatkan suhu tubuh An.DC meningkat, An.DC terlihat mengeluarkn
keringat dingin, terlihat pada bagian wajah An.DC tampak pucat, konjungtiva merah
muda, sklera putih , pada bagian bibir tampak pucat , pada bagian abdomen An.DC
tampak Normal, pada bagian ekstermitas keseluruhan tampak normal.
Analisa adalah penegakan masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan
data atau informasi subjektif maupun objektif yang telah dikumpulkan dan
disimpulkan An. DC usia 1 tahun dengan keracunan zat kimia.
Penatalaksanaan adalah penggambaran rencana asuhan dan evaluasi yang
dilakukan kepada klien sesuai dengan analisa yang telah ditegakkan. Penatalaksanaan
pada kasus An.DC dilakukan sesuai dengan diagnosa dan masalah yang ditegakkan.
Selain itu penatalaksanaan tersebut juga memperhatikan kewenangan mandiri
dan kolaborasi. Adapun penanganan yakni dengan memberitahu ibu tentang keadaan
anaknya, bahwadidapatkan hasil Suhu 380C, RR 30 x/menit, Nadi : 100 x/menit, Ibu
mengerti dengan informasi yang diberikan. Selanjutnya memberikan susu dan air
putih sesegera mungkin untuk mengencerkan racun yang ada pada lambung, susu dan

41
air putih telah diberikan sebanyak 1 gelas. Kemudian melakukan penanganan awal
dengan menghindari terjadinya muntah, kecuali yang ditelan lebih dari 1ml/kg BB
atau bila yang tertelan tercampur bahan beracun(seperti pestisida), An.DC tidak
mengalami muntah. Kemudian memberikan terapi obat berupa antibiotik sesuai dosis.
Obat telah diberikan. Setelah itu menganjurkan An.DC untuk beristirahat dan
memberitahu ibu agar memberi rasa hangat pada An.DC untuk mencegah terjadinya
kedinginan, An.DC dapat beristirahat dan tidak mengalami kedinginan. Setelah itu
melakukan rujukan ke Rumah Sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut serta
melakukan monitoring vital sign setiap 15 menit dan tanda-tanda seperti muntah dan
nyeri abdomen selama perjalanan merujuk, An.DC telah dirujuk ke Rumah Sakit dan
tidak ada komplikasi selama rujukan. Kemudianmelakukan kolaborasi dengan dokter,
dokter memberikan penanganan yang sesuai.

KASUS II
Setelah melakukan Asuhan Kebidanan Pada Anak Sakit yakni pada An.AW umur
2 tahun di Puskesmas I Denpasar Barat pada tanggal 3 Maret 2020, dikaji data yang
telah dikumpulkan sesuai dengan pendokumentasian asuhan kebidanan pada anak
sakit dengan menggunakan metode Subjektif (S), Objektif (O), Analisa (A), dan
Penatalaksanaan (P). Data yang dikaji sesuai dengan teori dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Berdasarkan hasil pengkajian data subjektif didapat yaitu An.AW lahir pada
tanggal 1 Maret 2018 dan berusia 2 tahun. Ibu An. AW mengatakan bahwa anaknya
mengalami gigitan anjing tadi pagi sekitar 09.30 WITA pada saat bermain di depan
rumah dan anjing yang menggigit adalah anjing liar yang sering berkeliaran di
lingkungan rumahnya. Riwayat penyakit sekarang yaitu An. AW digigit anjing pada
awal di rumah dengan mencuci luka bekas gigitan dengan sabun dan air mengalir
selama kurang lebih 5, berdasarkan data bio-psiko-sosial-spiritual An Aw tidak
memiliki masalah.
Pada pemeriksaan umum, di dapatkan keadaan umum pasien lemas dengan
kesadaran composmentis, Berat Badan 13 kg, Tinggi Badan 87 cm, ,Respirasi

42
30kali/menit, Nadi 88 kali/menit suhu aksila 37,80C. Tanda-tanda vital sesuai dengan
hasil pemeriksaan namun sedikit mengalami peningkatan suhu. Pada pemeriksaan
fisik dilakukan pemeriksaan head to toe dengan teknik inspeksi, palpasi dan
auskultasi. Setelah dilakukan pemeriksaan di dapat hasil dalam batas normal namun
pada muka terlihat pucat dan pada pemeriksaan ekstremitas tampak bengkak dan
kemerahan pada luka bekas gigitan di paha bagian kiri.
Analisa adalah penegakan masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan
data atau informasi subjektif maupun objektif yang telah dikumpulkan dan
disimpulkan. Berdasarkan data subjektif dan data objektif yang telah dikumpulkan,
An. AW usia 2 tahun dengan gigitan anjing pada paha bagian kiri
Penatalaksanaan adalah penggambaran rencana asuhan dan evaluasi yang
dilakukan kepada klien sesuai dengan analisa yang telah ditegakkan. Penatalaksanaan
pada kasus An.AW dilakukan sesuai dengan diagnose dan masalah yang ditegakkan.
Selain itu penatalaksanaan tersebut juga memperhatikan kewenangan mandiri dan
kolaborasi. Adapun penangananya yakni dengan 1) Memberitahu ibu tentang keadaan
anaknya, bahwa didapatkan hasil Suhu 38 0C, RR 30 x/menit, Nadi : 100 x/menit. Ibu
mengerti dengan informasi yang diberikan. 2) Mencuci bekas luka gigitan anjing
dengan sabun dan air mengalir selama 10-15 menit, luka sudah dicuci dengan air. 3)
Memberikan antiseptic yaitu betadine pada bekas luka gigitan anjing, betadin telah
diobelskan pada luka bekas gigitan. 4) Membalut luka secara longgar untuk
mencegah terjadinya infeksi, luka sudah ditutup perban. 5) Menyuntikan vaksin
rabies kepada anak, tidak ada reaksi alergi. 6) Memberitahu ibu untuk menangkap
anjing yang mengigit anak AW untuk diisolasi dan dilakukan identifikasi, ibu paham.
7) Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada tanggal 10 Maret 2020
untuk mendapatkan dosisi kedua vaksin rabies atau jika ada keluhan, ibu paham dan
bersedia untuk melakukannya.

43
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keracunan adalah kondisi yang mengikuti masuknya suatu zat psikoaktif
yang menyebabkangangguan kesadaran, kognisi, persepsi, afek, perlaku, fungsi, dan
repon psikofisiologis. Gigitan binatang berbisa adalah gigitan atau serangan yang di
akibatkan oleh gigitan hewan berbisa seperti anjing, kucing, monyet,dll. Dari data di
atas kami mengangkat kasus tentang An. DC usia 1 tahun dengan keracunan zat
kimia.
Gigitan binatang berbisa adalah gigitan atau serangan yang di akibatkan oleh
gigitan hewan berbisa seperti anjing, kucing, monyet,dll. Kami mengangkat kasus
mengenai An.AW umur 2 tahun dengan gigitan anjing.

B. Saran
Sebagai tenaga kesehatan sudah menjadi kewajiban untuk memahami bagaimana
asuhan kebidanan pada anak yang terkena keracunan dan gigitan binatang berbisa
sehingga dapat memberikan penanganan kuratif sehingga dapat ditangani lebih awal.

44
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadabadi, Farida.;Arefeh Davoodi; Farzad Ahmadabadi; Hassan Rezazadeh.


2016. Unintentional Poisoning in Children Admitted to Tabriz Pediatric
Hospital. Pharmaceutical Science. (132-137).
Children’s Health. 2020. Poisoning. Tersedia dalam www.healthofchildren.com.
Diakses Tanggal 3 Maret 2020.
Children’s Hospital of Philadelphia. Irritating Chemical (Caustic). Tersedia dalam
www.chop.edu. Diaakses Tanggal 3 Maret 2020.
Dayasiri, M. B. Kavinda Chandimal; Shaluka F. Jayamanne; Chamilka Y.
Jayasinghe. 2017. Risk Factors for Acute Unintentional Poisoning
among Children Aged 1-5 Years in the Rural Community of Sri Lanka.
International Journal of Pediatrics.
Dharmawati, dkk. 2011. Profil Kasus Keracunan Pada Anak di IRD RSUD DR
Soetomo Surabaya Tahun 2011. Jurnal Ners Vol. 7 No.1 .
Dine, Mark S; Mark E. McGovern. 2020. Intentional Poisoning of Children-An
Overlooked Category of Child Abuse : Report of Seven Cases and
Review of the Literature. Official Journal of The American Academy of
Pediatric (70), 32.
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes
RI. 2013. Penularan Rabies di Indonesia Sudah Mencapai Hingga
16.258 kasus. ppl.depkes.go.id/berita diakses pada tanggal 3 Maret
2020.
Eliss. 2014. Dog and Cat Bites. American Academy Of Family Pshycians Volume 90
Number 4 www.aafp.org/afp diunduh pada tanggal 3 Maret 2020.
English, Karin; Paul Jagals; Robert S. Ware; Carol Wylie; Peter D. Sly. 2016.
Unintentional Insecticide Poisoning by Age : An Analysis of
Queensland Poisons Information Centre Calls. Australian and New
Zealand Journal of Public Health. 40(5) : 457-461.
Hardisman. 2014. Gawat Darurat Medis Praktis. Padang : Gosyen Publishing.
Kemenkes RI. 2016. Buku Saku Petunjuk Teknis Penatalaksanaan Kasus Gigitan
Hewan Penularan Rabies di Indonesia.
Kisanti, Annia. 2012. Panduan Lengkap Pertolongan Pertama Pada Darurat Klinis.
Yogyakarta : Araska.
Kuivenhoven, Matthew; Kelly Mason. 2019. Arsenic (Arsine) Toxicity. National
Center for Biotechnology Information.
M. Prashanth, Indranil C. 2016. Food Poisoning : Illness Ranges from Relative Mild
Through to Life Threatening. Journal of Medical and Health Science.
5(4) : 1-19.
NYU Langone Health. 2020. Types of Poisoning In Children. Tersedia dalam
https://nyulangone.org/. Diakses Tanggal 3 Maret 2020.
Queensland Health. 2017. What to Do If You or Your Children has been Poisoned.
Tersedia dalam www.health.qld.gov.au. Diakses Tanggal 3 Maret 2020.
Rodgers, George C.; Tania Condurache. 2011. Injury Prevention: Poisoning.
University of Washington.
Safitrih, dkk. 2016. Angka Kejadian dan Penatalaksanaan Keracunan di Instalansi
Gawat Darurat RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto
Tahun 2012-2014. Media Litbangkes, Vol.26 No. 3.
Shiel, William C. 2018. Medical Definision of Poisioning. Tersedia dalam
www.medicinenet.com. Diakses Tanggal 3 Maret 2020.
Tanzul, Kunadi. 2014. Penyakit Rabies dan Penatalaksanaanya. E-journal Widya
Kesehatan dan Lingkungan.
The Royal Children’s Hospital Melbourne. Hydrocarbon Poisoning. Tersedia dalam
www.rch.org.au. Diakses Tanggal 3 Maret 2020.
WHO. 2013. Animal Bites. http://www.who.int/mediacentre/ diakses pada tanggal 3
Maret 2020.
Wynn, Persephone M. et al. 2016. Prevention of Childhood Poisoning in The Home :
Overview of Systematic Reviews and A Systematic Review of Primary
Studies. International Journal of Injury Control and Safety Promotion.
23(1) : 3-28.
Yudha. 2019 .10 Pertolongan Pertama Saat Digigit Ular Berbisa . Tersedia dalam
www.idntimes.com. Diakses pada tanggal 3 Maret 2020.

Anda mungkin juga menyukai