WABAH di PENGUNGSIAN
Dosen
Disusun oleh:
Kelompok 3
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG, 2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat
nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai
tugas dari mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Bapak Harry
Budiman sebagai dosen pembimbing kami di mata kuliah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terima kasih.
PENULIS
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….……
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………..……………
2.6 Upaya Pemberdayaan Masyarakat dan Potensi Masyarakat dalam Menangani Wabah…………………
3.1 Analisis……………………………………………………………………………………………………
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………………………….
4.2 Saran………………………………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
Ketika dokter mendiagnosa suatu penyakit yang tidak biasa, ketika dokter, perawat , atau petugas
laboraturium yang menyadari terjadinya serangkaian kluster kasus. Kluster kasus adalah kelompok kasus
penyakit atau peristiwa kesehatan lain yang terjadi dalm rentang waktu dan tempat yang berdekatan.
Didalam sautu kluster banyaknya kasus yang dapat atau tidak dapat melebihi jumlah yang diperkirakan,
umumnya jumlah yang diperkirakan tidak diketahui.Karena rate endemic penyakit nosokomial, cedera,
dan kejadian yang merugikan lainnya berbeda untuk masing-masing fasilitas pelayanan kesehatan, hanya
ada sedikit criteria pasti untuk menentukan kepada yang diperlukan upaya evaluasi pada suatu masalah
yang potensial atau memulai investigasi. Suatu wabah dapat terbatas pada lingkup kecil tertentu (disebut
outbreak, yaitu serangan penyakit) lingkup yang lebih luas (epidemi) atau bahkan lingkup global
(pandemi).
2.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ilmu kesehatan
masyarakat dan untuk menambah wawasan penulis khususnya pengetahuan tentang wabah penyakit di
pengungsian seperti munta berak, ISPA dan dermatitis, bagaimana cara penanggulangan wabah, serta
upaya pemberdayaaan masyarakat dan potensi masyarakat dalam menangani wabah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Benenson, 1985
Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada penduduk suatu daerah, yang
nyata-nyata melebihi jumlah yang biasa.
Last 1981
Wabah adgalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat berupa penderita penyakit,
perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, atau kejadian lain yang berhubungan dengan kesehatan,
yang jumlahnya lebih banyak dari keadaan biasa.
Penyakit Muntaber atau Vibrio Parahaemolyticus Enteritis adalah keadaan di mana seseorang
menderita muntah-muntah disertai buang air besar berkali-kali. Kejadian itu dapat berulang tiga sampai
lebih sepuluh kali dalam sehari. Terjadi perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, melembek sampai
mencair, yang kadang juga mengandung darah atau lendir.
B. Faktor Agent
Penyebab utama penyakit muntaber adalah peradangan usus oleh bakteri, virus, parasit lain (jamur,
cacing, protozoa), keracunan makanan atau minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun bahan kimia
serta kurang gizi, misalnya kelaparan atau kekurangan protein.
Bakteri E. coli adalah penyebab penyakit muntaber, E. coli yang merupakan penyingkatan dari
Escherichia coli sebenarnya adalah bakteri yang dari dahulu kala sudah ada di dalam tubuh manusia
khususnya di dalam sistem pencernaan dan tidak menimbulkan penyakit. Bakteri ini ditemukan oleh
seorang seorang pakar bakteriologi Jerman bernama Theodor Escherich pada tahun 1885. Sebagian besar
dari ratusan jenis E. coli ini hidup di dalam saluran pencernaan manusia tanpa menimbulkan gangguan
dan ‘hidup rukun’ ini dinamakan commensalism.
Namun pada tahun 1982 terjadi kegemparan di kalangan medis, karena E. coli ini sudah mengalami
mutasi (perubahan sifat) dan menimbulkan letupan kasus diare di Oregon dan Michigan (AS) dengan 47
orang penderita dewasa dan anak-anak. Dari hasil pemeriksaan laboratorium awal mulanya petugas
kesehatan mengalami kebingungan karena tidak ditemukan bakteri patogen (yang menyebabkan penyakit)
dan hanya didapatkan bakteri E. coli yang memang dianggap lumrah berada di saluran cerna.
Selain itu, penyakit muntaber juga dapat disebabkan oleh virus Vibrio parahaemolyticus yang
termasuk jenis vibrio halofilik dan telah diidentifikasi ada 12 grup antigen “O” dan sekitar 60 tipe antigen
“K” yang berbeda. Strain patogen pada umumnya (tetapi tidak selalu) dapat menimbulkan reaksi
hemolitik yang khas (fenomena Kanagawa). Masa inkubasi Vibrio parahaemolyticus biasanya antara 12 –
24 jam, tetapi dapat berkisar antara 4 – 30 jam.
C. Faktor Host
1. Usia: penyakit muntaber memang menyerang anak-anak, terutama pada usia dua hingga delapan
tahun. Mereka mudah tertular karena daya tahan tubuhnya belum sekuat orang dewasa.
2. Jenis Kelamin: laki-laki dan juga perempuan
3. Ras: Di negara yang lingkungannya kurang bersih,seperti negara berkembang
D. Faktor Environment
Kondisi lingkungan yang kurang bersih dan sehat sehingga masih ada penyebab bakteri muntaber
selain itu kurangnya kesadaran sosial terhadap kebersihan dan makanan yang dikonsumsi terkontaminasi
bakteri. Sistem sanitasi yang tidak terjaga dengan baik juga memudahkan kuman untuk berkembang biak.
Hujan yang terus menerus sehingga menimbulkan banjir dan lingkungan menjadi kotor, sangat potensial
menimbulkan wabah muntaber.
Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mencegah muntaber, antara lain :
1. Menkonsumsi makanan bergizi seimbang dan dalam jumlah yang cukup.
2. Penggunaan air bersih untuk minum.
3. Mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar.
4. Membuang tinja, termasuk tinja bayi pada tempatnya.
5. Menjaga kebersihan jamban keluarga.
6. Menjaga kebersihan rumah, terutama kamar mandi, WC dan dapur.
7. Menjaga kebersihan peralatan makan.
8. Mencuci sayuran, buah, dan bahan makanan sebelum dimasak.
9. Memisahkan perangkat anggota keluarga yang terkena muntaber supaya tidak menular kepada
yang lain.
10. Jika kita mempunyai bayi, maka berikan asi ekslusif sampai dengan 6 bulan dan melanjutkan
pemberian ASI sampai 2 tahun pertama kehidupan serta sebisa mungkin menghindari susu botol.
Untuk mengobati muntaber diperlukan antibiotika jenis metronidazol yang dikom-binasikan dengan
(Sulfametoksazol dan trimetoprim). Untuk golongan metronidazole bisa dipakai flagyl, trogyl, atau yang
lainnya. Yang penting berisi metronidazole. Yang generik pun juga tidak masalah. Sedangkan untuk obat
golongan sulfametoksazole dan trimetoprim, bisa dipakai sanprima atau yang lainnya.
Aturan minumnya :
Untuk metronidazole diminum sehari 3 kali satu tablet. Sedangkan sanprima diminum sehari 2 kali.
Usahakan diminumnya jangan bersamaan. Bisa diberi rentag waktu 1-2 jam.
Penyakit muntaber dapat di berantas jika manusia mau mencegah penyakit tersebut mulai dini dengan
cara :
1. Menkonsumsi makanan bergizi seimbang dan dalam jumlah yang cukup,agar bakteri tidak dapat
masuk ke tubuh kita karena tubuh kita sedang dalam keadaan shat
2. Penggunaan air bersih untuk minum,dan yang pastinya air minum yang benar-benar matang
3. Mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar.
4. Membuang tinja, termasuk tinja bayi pada tempatnya.
5. Menjaga kebersihan jamban keluarga.
6. Menjaga kebersihan rumah, terutama kamar mandi, WC dan dapurdan selokan air.
7. Menjaga kebersihan peralatan makan.
8. Mencuci sayuran, buah, dan bahan makanan sebelum dimasak.
9. Memisahkan perangkat anggota keluarga yang terkena muntaber supaya tidak menular kepada
yang lain.
10. Jika kita mempunyai bayi, maka berikan asi ekslusif sampai dengan 6 bulan dan melanjutkan
pemberian ASI sampai 2 tahun pertama kehidupan serta sebisa mungkin menghindari susu
botol,karena mungkin botol bayi kurang bersih saat mencucinya sehingga banyak bakteri atau
kuman yang bersarang di botol tersebut.
11. kesadaran dari masing -masing orang jika tidak ingin sakit maka harus hidup bersih dan juga
sehat.
2.3 Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut ( ISPA )
A. Pengertian ISPA
Infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA adalah infeksi di saluran pernapasan, yang menimbulkan gejala
batuk, pilek, disertai dengan demam. ISPA sangat mudah menular dan dapat dialami oleh siapa saja, terutama
anak-anak dan lansia.
Sesuai dengan namanya, ISPA akan menimbulkan peradangan pada saluran pernapasan, mulai dari
hidung hingga paru-paru. Kebanyakan ISPA disebabkan oleh virus, sehingga dapat sembuh dengan
sendirinya tanpa pengobatan khusus dan antibiotik.
Ada beberapa jenis virus yang sering menyebabkan ISPA, yaitu:
Rhinovirus
Respiratory syntical viruses (RSVs)
Adenovirus
Parainfluenza virus
Virus influenza
B. Penyebab ISPA
Penyebab ISPA adalah infeksi virus atau bakteri pada saluran pernapasan. Walaupun lebih sering
disebabkan oleh infeksi virus, ada beberapa jenis bakteri yang juga bisa menyebabkan ISPA, yaitu:
Streptococcus
Haemophilus
Staphylococcus aureus
Corynebacterium diphteriae
Mycoplasma pneumoniae
Chlamydia
ISPA dapat menyerang saluran napas atas maupun saluran napas bawah. Beberapa penyakit yang
termasuk ke dalam ISPA adalah common cold, sinusitis, radang tenggorokan akut, laringitis akut,
pneumonia, dan COVID-19.
Penularan virus atau bakteri penyebab ISPA dapat terjadi melalui kontak dengan percikan air liur
orang yang terinfeksi. Virus atau bakteri dalam percikan liur akan menyebar melalui udara, masuk ke
hidung atau mulut orang lain.
Selain kontak langsung dengan percikan liur penderita, virus juga dapat menyebar melalui sentuhan
dengan benda yang terkontaminasi, atau berjabat tangan dengan penderita.
Walaupun penyebarannya mudah, ada beberapa kelompok orang yang lebih rentan tertular ISPA,
yaitu:
1. Anak-anak dan lansia
Anak-anak dan lansia memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah, sehingga rentan terhadap
berbagai infeksi. Selain itu, penyebaran virus atau bakteri ISPA di kalangan anak-anak dapat terjadi
sangat cepat karena anak-anak banyak berinteraksi secara dekat dan melakukan kontak dengan anak-anak
yang lain.
2. Orang dewasa dengan sistem kekebalan tubuh lemah
Sistem kekebalan tubuh sangat berpengaruh dalam melawan infeksi virus maupun bakteri. Ketika
kekebalan tubuh menurun, maka risiko terinfeksi akan semakin meningkat. Salah satunya adalah
penderita AIDS atau kanker.
3. Penderita gangguan jantung dan paru-paru
ISPA lebih sering terjadi pada orang yang sudah memiliki penyakit jantung atau gangguan pada paru-
paru sebelumnya.
4. Perokok aktif
Perokok lebih berisiko mengalami gangguan fungsi paru dan saluran pernapasan, sehingga rentan
mengalami ISPA dan cenderung lebih sulit untuk pulih.
C. Gejala ISPA
Gejala dari infeksi saluran pernapasan akut berlangsung antara 1-2 minggu. Sebagian besar penderita
akan mengalami perbaikan gejala setelah minggu pertama. Gejala tersebut adalah:
Batuk
Bersin
Pilek
Hidung tersumbat
Nyeri tenggorokan
Sesak napas
Demam
Sakit kepala
Nyeri otot
D. Diagnosis ISPA
Ketika pasien mengalami gangguan pernapasan, maka dokter akan memeriksa gejala dan penyakit
lain yang pernah dialami. Selanjutnya, dokter akan memeriksa hidung, telinga, dan tenggorokan untuk
mendeteksi kemungkinan infeksi. Dokter juga akan memeriksa suara napas dengan stetoskop untuk
memantau apakah ada penumpukan cairan atau peradangan pada paru-paru.
Jika pasien mengalami sesak napas, dokter akan melakukan pemeriksaan kadar (saturasi) oksigen di
dalam tubuh dengan alat pulse oxymetry.
Bila ISPA disebabkan oleh virus, dokter tidak akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut, karena dapat
sembuh sendiri setelah beberapa minggu. Meski begitu, perbaikan maupun perburukan gejala perlu tetap
dipantau.
Bila dicurigai terdapat kuman khusus yang menyebabkan ISPA, dokter akan melakukan pengambilan
sampel dahak atau usap tenggorokan untuk diperiksa di laboratorium. Bila infeksi menyerang paru-paru,
dokter akan melakukan pemeriksaan foto Rontgen dada atau CT scan, untuk memeriksa kondisi paru-
paru.
E. Pengobatan ISPA
Seperti telah disebutkan sebelumnya, ISPA paling sering disebabkan oleh virus, sehingga akan
sembuh sendiri tanpa perlu penanganan khusus. Beberapa tindakan untuk meredakan gejala dapat
dilakukan secara mandiri di rumah, yaitu dengan:
Memperbanyak istirahat dan konsumsi air putih untuk mengencerkan dahak, sehingga lebih
mudah untuk dikeluarkan.
Mengonsumsi minuman lemon hangat atau madu untuk membantu meredakan batuk.
Berkumur dengan air hangat yang diberi garam, jika mengalami sakit tenggorokan.
Menghirup uap dari semangkuk air panas yang telah dicampur dengan minyak kayu putih atau
mentol untuk meredakan hidung yang tersumbat.
Memposisikan kepala lebih tinggi ketika tidur dengan menggunakan bantal tambahan, untuk
melancarkan pernapasan.
Jika gejala yang dialami tidak membaik, Anda perlu berkonsultasi dengan dokter. Dokter dapat
memberikan obat-obatan untuk meredakan gejala, antara lain:
F. Pencegahan ISPA
Tindakan pencegahan utama ISPA adalah menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Beberapa cara
yang dapat dilakukan, yaitu:
Dermatitis bukan penyakit kulit menular. Meski begitu, gejalanya perlu dikenali sejak dini. Penyakit
ini bisa dikendalikan dengan baik melalui kombinasi pengobatan dan pencegahan kontak terhadap hal-hal
yang memicu peradangan kulit.
B. Tanda-tanda dan gejala penyakit dermatitis
Penyakit kulit ini terdiri dari beberapa jenis. Tanda-tanda dan gejalanya sangat tergantung pada jenis
yang Anda miliki. Dari sekian banyak yang ada, tiga macam dermatitis yang paling umum dan perlu
dikenali adalah:
Setiap jenis dermatitis memiliki gejala dan penyebab yang berbeda. Ada yang muncul dalam waktu
lama dan ada yang hanya muncul sementara jika terpapar zat tertentu.
Penyakit dermatitis atopik (eksim) muncul pertama kali saat bayi dan dapat berlanjut hingga dewasa.
Peradangan kulit biasanya muncul pada bagian tubuh seperti siku bagian dalam, belakang lutut, dan
bagian depan leher.
Berbagai tanda dan gejala umum yang dialami penderita yakni sebagai berikut.
Rasa gatal yang parah terutama di kulit yang tertekuk seperti dalam siku, depan leher, dan
belakang lutut.
Ruam yang berkerak dan berair jika tergores.
Bercak merah, kasar, pecah, atau kulit bersisik.
Berbagai gejalanya bisa timbul tenggelam. Biasanya gejala muncul saat kulit terpapar oleh zat
tertentu yang meningkatkan risikonya.
2. Dermatitis kontak
Dermatitis kontak adalah peradangan kulit yang muncul akibat kontak langsung antara kulit dengan
zat yang menyebabkan reaksi alergi atau iritasi. Gejala penyakit ini biasanya hanya muncul pada area
kulit yang terkena saja zat alergen saja. Gejalanya antara lain:
3. Dermatitis seboroik
Dermatitis seboroik ditandai dengan kulit seperti bercak bersisik yang memerah dan menyerupai
ketombe. Kondisi ini biasanya menyerang bagian tubuh yang berminyak, seperti wajah, kulit kepala, dada
bagian atas, dan punggung.
Adapun berbagai gejala dermatitis seboroik yaitu:
Jenis penyakit kulit ini kemungkinan disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:
kulit kering,
perbedaan kondisi genetik,
kesalahan pada sistem imun,
bakteri pada kulit,
faktor lingkungan,
adanya riwayat eksim dalam keluarga, serta
adanya riwayat alergi atau asma.
2. Dermatitis kontak
Penyakit ini terbagi menjadi dermatitis alergi kontak dan dermatitis iritan kontak. Dermatitis kontak
alergi disebabkan karena sentuhan langsung dengan pemicu alergi, sedangkan dermatitis kontak iritan
terjadi akibat kontak dengan zat penyebab iritasi. Beberapa alergen dan iritan yang sering menjadi
penyebabnya yakni:
tanaman poison ivy atau tanaman beracun yang berasal dari tanaman obat, bunga, buah-
buahan, dan sayuran,
perhiasan dengan nikel,
zat kimia dalam produk pembersih,
parfum,
kosmetik, serta
zat pengawet pada krim dan losion.
3. Dermatitis seboroik
Peradangan kronis pada kulit kepala umumnya disebabkan oleh pertumbuhan jamur Malassezia pada
kelenjar minyak yang tersebar di kulit. Sistem imun kemungkinan bereaksi secara tidak wajar terhadap
jamur tersebut sehingga jamur dan minyak berkembang tanpa terkendali.
Ada banyak faktor yang meningkatkan risiko Anda terkena peradangan kulit, di antaranya adalah
sebagai berikut :
Usia
Penyakit kulit ini dapat muncul pada usia berapa pun, tapi dermatitis atopik (eksim) lebih banyak
dijumpai pada bayi. Oleh sebab itu, bayi dan anak-anak lebih berisiko terkena eksim.
Orang yang menderita asma dan alergi lebih berisiko terkena dermatitis atopik. Namun, tidak
diketahui hubungan pasti antara alergi dan asma dengan dermatitis atopik.
Pekerjaan yang membuat Anda terpapar langsung dengan logam, pelarut, atau produk pembersih
tertentu meningkatkan risiko dermatitis kontak. Orang yang bekerja dalam bidang kesehatan juga rentan
terkena eksim, terutama pada tangan.
Anda berisiko lebih tinggi terkena peradangan kronis pada kulit kepala bila menderita penyakit gagal
jantung kongestif, penyakit Parkinson, dan HIV.
Riwayat keluarga
Dermatitis adalah salah satu penyakit kulit yang diturunkan dari orangtua ke anak. Maka dari itu,
seseorang yang lahir dari keluarga dengan riwayat penyakit ini biasanya lebih rentan terkena penyakit
yang sama.
Kebiasaan tertentu ternyata bisa meningkatkan risiko seseorang terkena peradangan kronis,
contohnya terlalu sering mencuci dan mengeringkan tangan. Pasalnya, kebiasaan ini bisa menghilangkan
minyak alami kulit dan mengubah keseimbangan pH-nya.
1. Mengompres dingin
Kompres dingin bertujuan untuk meredakan gatal tanpa menggaruknya. Bungkuslah beberapa buah es
dengan handuk, lalu tempelkan ke kulit selama 20 menit sebanyak 3-4 kali sehari.
Mandi air hangat juga membantu meredakan gatal-gatal yang mengganggu. Namun, jangan mandi
terlalu lama atau dengan air yang terlalu panas karena hal ini justru membuat kulit makin kering sehingga
memperparah gejala.
3. Jangan menggaruk kulit
Agar kondisi kulit tidak bertambah parah, jangan menggaruk terlalu keras bagian kulit Anda yang
terkena dermatitis. Sebagai gantinya, cobalah menepuk-nepuk, mencubit lembut, atau menggunakan
kompres untuk meredakan gatal.
Pakaian berbahan katun membantu mencegah iritasi akibat eksim. Selain menyerap keringat, bahan
ini juga aman dan lembut di kulit sehingga tidak akan melukai area yang terkena dermatitis.
Stres adalah salah satu hal yang memperparah gejala dermatitis. Anda bisa mencoba menghalaunya
dengan kegiatan menyenangkan seperti yoga, melakukan hobi baru, mendengarkan musik, atau sekadar
menarik napas dalam-dalam agar tubuh rileks.
Tea tree oil mengandung zat antijamur, dan antiradang sehingga membantu mengatasi dermatitis
seboroik. Cukup campurkan beberapa tetes tea tree oil dengan minyak kelapa atau zaitun, lalu oleskan ke
kulit kepala Anda secara rutin.
Lidah buaya termasuk tanaman dengan kandungan antiradang yang tinggi. Sebuah studi yang
diterbitkan dalam Indian Journal of Dermatology bahkan menyebutkan bahwa ekstrak tanaman ini bisa
meringankan gejala dermatitis seboroik.
Suplemen minyak ikan membantu menekan gejala dermatitis yang dipicu oleh alergi. Selain itu,
suplemen yang satu ini juga membantu menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan karena mengandung
asam lemak omega 3.
2.6 Upaya Pemberdayaan Masyarakat dalam Menangani Wabah dan Potensi Masyarakat
dalam Menangani Wabah
Undang-Undang Republik Indonesia No 40 Tahun 1991 tentang wabah, Bab III pasal 17
“ Penyuluhan kepada masyarakat mengenai upaya penanggulangan wabah dilakukan oleh pejabat
kesehatan dengan mengikutsertakan pejabat instansi lain, lembaga swadaya masyarakat, pemuka agama
dan pemuka masyarakat. Penyuluhan kepada masyarakat dilakukan dengan mendayagunakan berbagai
media komunikasi massa baik pemerintah maupun swasta”.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Analisis
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Blasi, F. (2018). Lung Diseases: Chronic Respiratory Infekctions. Internasional Journal of Molecular
Sciences, 19(10), doi:10.3390/ijims19103051.
Djuanda S, Sularsito. (2005). SA. Dermatitis In: Djuanda A, ed Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi III.
Jakarta: FK UI: 126-31.
Kementrian Kesehatan RI (2013). Pusat Data dan Informasi. Riset Kesehatan Dasar.
Komite Medis RSUP Dr. Sardjito, Standar Pelayanan Medis, Medika, FK UGM Yogyakarta
Rajab Wahyudin, M,Epid . 2008. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan . Jakarta: EGC.
http://epid-infokes.blogspot.com/2007/08/investigasi-wabah.html
http://kesehatan.us/2012/06/apa-muntaber-itu-dan-bagaimana-gejalanya/
http://www.balispot.co.id/mediadetail.php?module=detailberitaminggu&kid=24&id=55211