Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

WABAH di PENGUNGSIAN

Dosen

Hary Budiman, SKM, M.Kes

Disusun oleh:

Kelompok 3

Annisa Salsabila 2010070160019

Muhammad Hanif 2010070160003

Ryan Pratama Putra 2010070160014

Sindy Setia Pratiwi 2010070160009

Yolanda Putri W ulandani 2010070160007

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

PADANG, 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat
nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai
tugas dari mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Bapak Harry
Budiman sebagai dosen pembimbing kami di mata kuliah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terima kasih.

PADANG, 20 Oktober 2020

PENULIS
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….……

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………..…...

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………..……………

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………………….


1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………..
1.3 Tujuan …………………………………………………………………………………..

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………………

2.1 Pengertian Wabah……………………………………………………………………….


2.2 Penyakit Munta Berak………………………………………………………………
A. Definisi Penyakit Munta Berak………………………………………………………………
B. Faktor Agent…………………………………………………………………………………….
C. Faktor Host……………………………………………………………………………………..
D. Faktor Environment…………………………………………………………………………….
E. Port of Entry and Exit………………………………………………………………………….
F. Cara Mencegah Penyakit Muntaber…………………………………………………………….
G. Pengobatan Penyakit Muntaber…………………………………………………………………
H. Cara Memberantas Penyakit Muntaber…………………………………………………………
2.3 Infeksi Saluran Pernapasan Akut ( ISPA )……………………………………………………………..
A . Pengertian ISPA……………………………………………………………………………………
B. Penyebab ISPA……………………………………………………………………………………..
C. Gejala ISPA………………………………………………………………………………………..
D. Diagnosis ISPA……………………………………………………………………………………
E. Pengobatan ISPA…………………………………………………………………………………..
F. Pencegahan ISPA………………………………………………………………………………….
2.4 Penyakit Dermatitis…………………..………………………………………………………………...
A. Pengertian Penyakit Dermatitis…………………………………………………………………….
B. Tanda-tanda dan Gejala Penyakit Dermatitis……………………………………………………..
C. Penyebab Penyakit Dermatitis……………………………………………………………………
D. Faktor-faktor Resiko Penyakit Dermatitis……………………………………………………….
E. Pengobatan Penyakit Dermatitis………………………………………………………………..
F. Pencegahan Penyakit Dermatitis………………………………………………………………
2.5 Cara Penanggulangan Wabah……………………………………………………………………………

2.6 Upaya Pemberdayaan Masyarakat dan Potensi Masyarakat dalam Menangani Wabah…………………

BAB III PEMBAHASAN……….……………………………………………………………………………..

3.1 Analisis……………………………………………………………………………………………………

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………………………….
4.2 Saran………………………………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Wabah adalah suatu keadaan ketika dimana kasus penyakit atau peristiwa yang lebih banyak
daripada yang diperkirakan dalam suatu periode waktu tertentu di area tertentu atau diantara kelompok
tertentu. Disebuah fasilitas pelayanan kesehatan dugaan terhadap suatu wabah mungkin muncul ketika
aktivitas surveilans rutin mendeteksi adanya suatu isolate microbial atau kluster kasus yang tidak biasa
atau terjadinya peningkatan jumlah kasus yang signifikan dari jumlah biasanya.

Ketika dokter mendiagnosa suatu penyakit yang tidak biasa, ketika dokter, perawat , atau petugas
laboraturium yang menyadari terjadinya serangkaian kluster kasus. Kluster kasus adalah kelompok kasus
penyakit atau peristiwa kesehatan lain yang terjadi dalm rentang waktu dan tempat yang berdekatan.
Didalam sautu kluster banyaknya kasus yang dapat atau tidak dapat melebihi jumlah yang diperkirakan,
umumnya jumlah yang diperkirakan tidak diketahui.Karena rate endemic penyakit nosokomial, cedera,
dan kejadian yang merugikan lainnya berbeda untuk masing-masing fasilitas pelayanan kesehatan, hanya
ada sedikit criteria pasti untuk menentukan kepada yang diperlukan upaya evaluasi pada suatu masalah
yang potensial atau memulai investigasi. Suatu wabah dapat terbatas pada lingkup kecil tertentu (disebut
outbreak, yaitu serangan penyakit) lingkup yang lebih luas (epidemi) atau bahkan lingkup global
(pandemi).

2.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan wabah?


2. apa itu penyakit munta berak?
3. Apa itu penyakit ISPA?
4. Apa itu penyakit dermatitis?
5. Bagaimana cara penanggulangan wabah?
6. Apa upaya pemberdayaan masyarakat dan potensi masyarakat dalam menangani wabah?

2.3 Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ilmu kesehatan
masyarakat dan untuk menambah wawasan penulis khususnya pengetahuan tentang wabah penyakit di
pengungsian seperti munta berak, ISPA dan dermatitis, bagaimana cara penanggulangan wabah, serta
upaya pemberdayaaan masyarakat dan potensi masyarakat dalam menangani wabah.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Wabah

Definisi wabah menurut beberapa pendapat :

 Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989)


Wabah berarti penyakit menular yang berjangkit dengan cepat, menyerang sejumlah besar orang di
daerah yang luas.

 Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan


Penyehatan Lingkungan Pemukiman (1981)
Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah meluas secara cepat, baik
jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit .

 Undang-undang RI No 4 th. 1984 tentang wabah penyakit menular


Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah
tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.

 Benenson, 1985
Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada penduduk suatu daerah, yang
nyata-nyata melebihi jumlah yang biasa.

 Last 1981
Wabah adgalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat berupa penderita penyakit,
perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, atau kejadian lain yang berhubungan dengan kesehatan,
yang jumlahnya lebih banyak dari keadaan biasa.

2.2 Penyakit Munta Berak

A. Definisi Penyakit Munta Berak

Penyakit Muntaber atau Vibrio Parahaemolyticus Enteritis adalah keadaan di mana seseorang
menderita muntah-muntah disertai buang air besar berkali-kali. Kejadian itu dapat berulang tiga sampai
lebih sepuluh kali dalam sehari. Terjadi perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, melembek sampai
mencair, yang kadang juga mengandung darah atau lendir.

B. Faktor Agent

Penyebab utama penyakit muntaber adalah peradangan usus oleh bakteri, virus, parasit lain (jamur,
cacing, protozoa), keracunan makanan atau minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun bahan kimia
serta kurang gizi, misalnya kelaparan atau kekurangan protein.
Bakteri E. coli adalah penyebab penyakit muntaber, E. coli yang merupakan penyingkatan dari
Escherichia coli sebenarnya adalah bakteri yang dari dahulu kala sudah ada di dalam tubuh manusia
khususnya di dalam sistem pencernaan dan tidak menimbulkan penyakit. Bakteri ini ditemukan oleh
seorang seorang pakar bakteriologi Jerman bernama Theodor Escherich pada tahun 1885. Sebagian besar
dari ratusan jenis E. coli ini hidup di dalam saluran pencernaan manusia tanpa menimbulkan gangguan
dan ‘hidup rukun’ ini dinamakan commensalism.

Namun pada tahun 1982 terjadi kegemparan di kalangan medis, karena E. coli ini sudah mengalami
mutasi (perubahan sifat) dan menimbulkan letupan kasus diare di Oregon dan Michigan (AS) dengan 47
orang penderita dewasa dan anak-anak. Dari hasil pemeriksaan laboratorium awal mulanya petugas
kesehatan mengalami kebingungan karena tidak ditemukan bakteri patogen (yang menyebabkan penyakit)
dan hanya didapatkan bakteri E. coli yang memang dianggap lumrah berada di saluran cerna.

Selain itu, penyakit muntaber juga dapat disebabkan oleh virus Vibrio parahaemolyticus yang
termasuk jenis vibrio halofilik dan telah diidentifikasi ada 12 grup antigen “O” dan sekitar 60 tipe antigen
“K” yang berbeda. Strain patogen pada umumnya (tetapi tidak selalu) dapat menimbulkan reaksi
hemolitik yang khas (fenomena Kanagawa). Masa inkubasi Vibrio parahaemolyticus biasanya antara 12 –
24 jam, tetapi dapat berkisar antara 4 – 30 jam.

C. Faktor Host

1. Usia: penyakit muntaber memang menyerang anak-anak, terutama pada usia dua hingga delapan
tahun. Mereka mudah tertular karena daya tahan tubuhnya belum sekuat orang dewasa.
2. Jenis Kelamin: laki-laki dan juga perempuan
3. Ras: Di negara yang lingkungannya kurang bersih,seperti negara berkembang

D. Faktor Environment

Kondisi lingkungan yang kurang bersih dan sehat sehingga masih ada penyebab bakteri muntaber
selain itu kurangnya kesadaran sosial terhadap kebersihan dan makanan yang dikonsumsi terkontaminasi
bakteri. Sistem sanitasi yang tidak terjaga dengan baik juga memudahkan kuman untuk berkembang biak.
Hujan yang terus menerus sehingga menimbulkan banjir dan lingkungan menjadi kotor, sangat potensial
menimbulkan wabah muntaber.

E. Port of Entry and Exit

Penularan penyakit muntaber adalah :

1. Melalui cairan dari mulut (muntah),yang kurang bersih membersihkanya.


2. Melalui secret dari anus yang belum bersih,dan air yang dikunakan ikut tercemar karena
muntaber menyebar melalui air.
F. Cara Mencegah Penyakit Muntaber

Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mencegah muntaber, antara lain :
1. Menkonsumsi makanan bergizi seimbang dan dalam jumlah yang cukup.
2. Penggunaan air bersih untuk minum.
3. Mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar.
4. Membuang tinja, termasuk tinja bayi pada tempatnya.
5. Menjaga kebersihan jamban keluarga.
6. Menjaga kebersihan rumah, terutama kamar mandi, WC dan dapur.
7. Menjaga kebersihan peralatan makan.
8. Mencuci sayuran, buah, dan bahan makanan sebelum dimasak.
9. Memisahkan perangkat anggota keluarga yang terkena muntaber supaya tidak menular kepada
yang lain.
10. Jika kita mempunyai bayi, maka berikan asi ekslusif sampai dengan 6 bulan dan melanjutkan
pemberian ASI sampai 2 tahun pertama kehidupan serta sebisa mungkin menghindari susu botol.

G. Pengobatan/ Penatalaksanaan Penyakit Muntaber

Untuk mengobati muntaber diperlukan antibiotika jenis metronidazol yang dikom-binasikan dengan
(Sulfametoksazol dan trimetoprim). Untuk golongan metronidazole bisa dipakai flagyl, trogyl, atau yang
lainnya. Yang penting berisi metronidazole. Yang generik pun juga tidak masalah. Sedangkan untuk obat
golongan sulfametoksazole dan trimetoprim, bisa dipakai sanprima atau yang lainnya.
Aturan minumnya :
Untuk metronidazole diminum sehari 3 kali satu tablet. Sedangkan sanprima diminum sehari 2 kali.
Usahakan diminumnya jangan bersamaan. Bisa diberi rentag waktu 1-2 jam.

Pengobatan lain untuk penyakit muntaber adalah :


1. Pemberian cairan oralit
Pertolongan pertama untuk penderita muntaber adalah dengan memberinya sebanyak mungkin cairan,
sebelum dibawa berobat ke dokter atau Rumah Sakit. Selama penderita masih sadar dan dapat minum,
berikanlah cairan oralit untuk mengganti cairan tubuh yang hilang.
2. Tetap berikan makanan dan minuman lain.
Bagi bayi yang masih menyusu ibunya terus berikan ASI,jika yang menderita adalah bayi
3. Segera bawa kedokter,apabila pertolongan pertama tidak berhasil atau belum membaik.
Agar penyakit muntaber lebih cepat sembuh maka seseorang harus mematuhi apa yang menjadi
pantangan penyakit muntaber. Pantangan orang terserang penyakit muntaber adalah makanan atau
minuman yang dapat merangsang dan memperparah penyakit tersebut makanan yang pedas
bercabai,tape,kopi,santan ,minuman dingin, dll.

H. Cara Memberantas Penyakit Muntaber

Penyakit muntaber dapat di berantas jika manusia mau mencegah penyakit tersebut mulai dini dengan
cara :
1. Menkonsumsi makanan bergizi seimbang dan dalam jumlah yang cukup,agar bakteri tidak dapat
masuk ke tubuh kita karena tubuh kita sedang dalam keadaan shat
2. Penggunaan air bersih untuk minum,dan yang pastinya air minum yang benar-benar matang
3. Mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar.
4. Membuang tinja, termasuk tinja bayi pada tempatnya.
5. Menjaga kebersihan jamban keluarga.
6. Menjaga kebersihan rumah, terutama kamar mandi, WC dan dapurdan selokan air.
7. Menjaga kebersihan peralatan makan.
8. Mencuci sayuran, buah, dan bahan makanan sebelum dimasak.
9. Memisahkan perangkat anggota keluarga yang terkena muntaber supaya tidak menular kepada
yang lain.
10. Jika kita mempunyai bayi, maka berikan asi ekslusif sampai dengan 6 bulan dan melanjutkan
pemberian ASI sampai 2 tahun pertama kehidupan serta sebisa mungkin menghindari susu
botol,karena mungkin botol bayi kurang bersih saat mencucinya sehingga banyak bakteri atau
kuman yang bersarang di botol tersebut.
11. kesadaran dari masing -masing orang jika tidak ingin sakit maka harus hidup bersih dan juga
sehat.
2.3 Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut ( ISPA )

A. Pengertian ISPA
Infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA adalah infeksi di saluran pernapasan, yang menimbulkan gejala
batuk, pilek, disertai dengan demam. ISPA sangat mudah menular dan dapat dialami oleh siapa saja, terutama
anak-anak dan lansia.
Sesuai dengan namanya, ISPA akan menimbulkan peradangan pada saluran pernapasan, mulai dari
hidung hingga paru-paru. Kebanyakan ISPA disebabkan oleh virus, sehingga dapat sembuh dengan
sendirinya tanpa pengobatan khusus dan antibiotik.
Ada beberapa jenis virus yang sering menyebabkan ISPA, yaitu:

 Rhinovirus
 Respiratory syntical viruses (RSVs)
 Adenovirus
 Parainfluenza virus
 Virus influenza

B. Penyebab ISPA
Penyebab ISPA adalah infeksi virus atau bakteri pada saluran pernapasan. Walaupun lebih sering
disebabkan oleh infeksi virus, ada beberapa jenis bakteri yang juga bisa menyebabkan ISPA, yaitu:

 Streptococcus
 Haemophilus
 Staphylococcus aureus
 Corynebacterium diphteriae
 Mycoplasma pneumoniae
 Chlamydia

ISPA dapat menyerang saluran napas atas maupun saluran napas bawah. Beberapa penyakit yang
termasuk ke dalam ISPA adalah common cold, sinusitis, radang tenggorokan akut, laringitis akut,
pneumonia, dan COVID-19.
Penularan virus atau bakteri penyebab ISPA dapat terjadi melalui kontak dengan percikan air liur
orang yang terinfeksi. Virus atau bakteri dalam percikan liur akan menyebar melalui udara, masuk ke
hidung atau mulut orang lain.
Selain kontak langsung dengan percikan liur penderita, virus juga dapat menyebar melalui sentuhan
dengan benda yang terkontaminasi, atau berjabat tangan dengan penderita.
Walaupun penyebarannya mudah, ada beberapa kelompok orang yang lebih rentan tertular ISPA,
yaitu:
1. Anak-anak dan lansia
Anak-anak dan lansia memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah, sehingga rentan terhadap
berbagai infeksi. Selain itu, penyebaran virus atau bakteri ISPA di kalangan anak-anak dapat terjadi
sangat cepat karena anak-anak banyak berinteraksi secara dekat dan melakukan kontak dengan anak-anak
yang lain.
2. Orang dewasa dengan sistem kekebalan tubuh lemah
Sistem kekebalan tubuh sangat berpengaruh dalam melawan infeksi virus maupun bakteri. Ketika
kekebalan tubuh menurun, maka risiko terinfeksi akan semakin meningkat. Salah satunya adalah
penderita AIDS atau kanker.
3. Penderita gangguan jantung dan paru-paru
ISPA lebih sering terjadi pada orang yang sudah memiliki penyakit jantung atau gangguan pada paru-
paru sebelumnya.
4. Perokok aktif
Perokok lebih berisiko mengalami gangguan fungsi paru dan saluran pernapasan, sehingga rentan
mengalami ISPA dan cenderung lebih sulit untuk pulih.

C. Gejala ISPA
Gejala dari infeksi saluran pernapasan akut berlangsung antara 1-2 minggu. Sebagian besar penderita
akan mengalami perbaikan gejala setelah minggu pertama. Gejala tersebut adalah:

 Batuk
 Bersin
 Pilek
 Hidung tersumbat
 Nyeri tenggorokan
 Sesak napas
 Demam
 Sakit kepala
 Nyeri otot

D. Diagnosis ISPA
Ketika pasien mengalami gangguan pernapasan, maka dokter akan memeriksa gejala dan penyakit
lain yang pernah dialami. Selanjutnya, dokter akan memeriksa hidung, telinga, dan tenggorokan untuk
mendeteksi kemungkinan infeksi. Dokter juga akan memeriksa suara napas dengan stetoskop untuk
memantau apakah ada penumpukan cairan atau peradangan pada paru-paru.
Jika pasien mengalami sesak napas, dokter akan melakukan pemeriksaan kadar (saturasi) oksigen di
dalam tubuh dengan alat pulse oxymetry.
Bila ISPA disebabkan oleh virus, dokter tidak akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut, karena dapat
sembuh sendiri setelah beberapa minggu. Meski begitu, perbaikan maupun perburukan gejala perlu tetap
dipantau.
Bila dicurigai terdapat kuman khusus yang menyebabkan ISPA, dokter akan melakukan pengambilan
sampel dahak atau usap tenggorokan untuk diperiksa di laboratorium. Bila infeksi menyerang paru-paru,
dokter akan melakukan pemeriksaan foto Rontgen dada atau CT scan, untuk memeriksa kondisi paru-
paru.

E. Pengobatan ISPA
Seperti telah disebutkan sebelumnya, ISPA paling sering disebabkan oleh virus, sehingga akan
sembuh sendiri tanpa perlu penanganan khusus. Beberapa tindakan untuk meredakan gejala dapat
dilakukan secara mandiri di rumah, yaitu dengan:
 Memperbanyak istirahat dan konsumsi air putih untuk mengencerkan dahak, sehingga lebih
mudah untuk dikeluarkan.
 Mengonsumsi minuman lemon hangat atau madu untuk membantu meredakan batuk.
 Berkumur dengan air hangat yang diberi garam, jika mengalami sakit tenggorokan.
 Menghirup uap dari semangkuk air panas yang telah dicampur dengan minyak kayu putih atau
mentol untuk meredakan hidung yang tersumbat.
 Memposisikan kepala lebih tinggi ketika tidur dengan menggunakan bantal tambahan, untuk
melancarkan pernapasan.

Jika gejala yang dialami tidak membaik, Anda perlu berkonsultasi dengan dokter. Dokter dapat
memberikan obat-obatan untuk meredakan gejala, antara lain:

 Ibuprofen atau paracetamol, untuk meredakan demam dan nyeri otot.


 Diphenhydramine dan pseudoephedrine, untuk mengatasi pilek dan hidung tersumbat.
 Obat batuk.
 Antibiotik, jika dokter menemukan bahwa ISPA disebabkan oleh bakteri.

F. Pencegahan ISPA
Tindakan pencegahan utama ISPA adalah menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Beberapa cara
yang dapat dilakukan, yaitu:

 Cuci tangan secara teratur, terutama setelah beraktivitas di tempat umum.


 Hindari menyentuh wajah, terutama bagian mulut, hidung, dan mata, untuk menghindari
penularan virus dan bakteri.
 Gunakan sapu tangan atau tisu untuk menutup mulut ketika bersin atau batuk. Hal ini dilakukan
untuk mencegah penyebaran penyakit ke orang lain.
 Perbanyak konsumsi makanan kaya vitamin, terutama vitamin C, untuk meningkatkan daya tahan
tubuh.
 Olahraga secara teratur.
 Berhenti merokok.
 Lakukan vaksinasi, baik vaksin MMR, influenza, atau pneumonia. Diskusikan dengan dokter
mengenai keperluan, manfaat, dan risiko dari vaksinasi ini.

2.4 Penyakit Dermatitis


A. Pengertian Penyakit Dermatitis
Penyakit kulit dermatitis adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh peradangan akibat kontak
langsung dengan zat iritan (mudah mengiritasi kulit) atau alergen (pemicu alergi) di lingkungan sekitar.
Masalah kulit ini juga dapat dipengaruhi oleh faktor genetik.
Gejala utamanya adalah ruam bengkak kemerahan yang tampak sangat kering dan terasa gatal. Kulit
yang terdampak biasanya terasa nyeri ketika disentuh serta dipenuhi lepuhan kecil yang dapat mengelupas
mengeluarkan cairan.

Dermatitis bukan penyakit kulit menular. Meski begitu, gejalanya perlu dikenali sejak dini. Penyakit
ini bisa dikendalikan dengan baik melalui kombinasi pengobatan dan pencegahan kontak terhadap hal-hal
yang memicu peradangan kulit.
B. Tanda-tanda dan gejala penyakit dermatitis

Penyakit kulit ini terdiri dari beberapa jenis. Tanda-tanda dan gejalanya sangat tergantung pada jenis
yang Anda miliki. Dari sekian banyak yang ada, tiga macam dermatitis yang paling umum dan perlu
dikenali adalah:

1. dermatitis atopik (eksim)


2. dermatitis kontak (kontak iritan atau kontak alergi), serta
3. dermatitis seboroik.

Setiap jenis dermatitis memiliki gejala dan penyebab yang berbeda. Ada yang muncul dalam waktu
lama dan ada yang hanya muncul sementara jika terpapar zat tertentu.

1. Dermatitis atopik (eksim)

Penyakit dermatitis atopik (eksim) muncul pertama kali saat bayi dan dapat berlanjut hingga dewasa.
Peradangan kulit biasanya muncul pada bagian tubuh seperti siku bagian dalam, belakang lutut, dan
bagian depan leher.

Berbagai tanda dan gejala umum yang dialami penderita yakni sebagai berikut.

 Rasa gatal yang parah terutama di kulit yang tertekuk seperti dalam siku, depan leher, dan
belakang lutut.
 Ruam yang berkerak dan berair jika tergores.
 Bercak merah, kasar, pecah, atau kulit bersisik.

Berbagai gejalanya bisa timbul tenggelam. Biasanya gejala muncul saat kulit terpapar oleh zat
tertentu yang meningkatkan risikonya.

2. Dermatitis kontak

Dermatitis kontak adalah peradangan kulit yang muncul akibat kontak langsung antara kulit dengan
zat yang menyebabkan reaksi alergi atau iritasi. Gejala penyakit ini biasanya hanya muncul pada area
kulit yang terkena saja zat alergen saja. Gejalanya antara lain:

 ruam merah atau benjolan,


 lepuhan berisi air,
 sensasi terbakar dan panas pada ruam,
 kulit terasa gatal, serta
 kulit membengkak.

3. Dermatitis seboroik

Dermatitis seboroik ditandai dengan kulit seperti bercak bersisik yang memerah dan menyerupai
ketombe. Kondisi ini biasanya menyerang bagian tubuh yang berminyak, seperti wajah, kulit kepala, dada
bagian atas, dan punggung.
Adapun berbagai gejala dermatitis seboroik yaitu:

 sisik putih seperti ketombe,


 sisik kekuningan atau kerak pada kulit kepala, telinga, wajah, dan bagian tubuh lainnya, serta
 kulit merah.

C. Penyebab Penyakit Dermatitis

Berikut berbagai penyebab dermatitis sesuai dengan jenisnya.

1. Dermatitis atopik (eksim)

Jenis penyakit kulit ini kemungkinan disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:

 kulit kering,
 perbedaan kondisi genetik,
 kesalahan pada sistem imun,
 bakteri pada kulit,
 faktor lingkungan,
 adanya riwayat eksim dalam keluarga, serta
 adanya riwayat alergi atau asma.

2. Dermatitis kontak

Penyakit ini terbagi menjadi dermatitis alergi kontak dan dermatitis iritan kontak. Dermatitis kontak
alergi disebabkan karena sentuhan langsung dengan pemicu alergi, sedangkan dermatitis kontak iritan
terjadi akibat kontak dengan zat penyebab iritasi. Beberapa alergen dan iritan yang sering menjadi
penyebabnya yakni:

 tanaman poison ivy atau tanaman beracun yang berasal dari tanaman obat, bunga, buah-
buahan, dan sayuran,
 perhiasan dengan nikel,
 zat kimia dalam produk pembersih,
 parfum,
 kosmetik, serta
 zat pengawet pada krim dan losion.

3. Dermatitis seboroik

Peradangan kronis pada kulit kepala umumnya disebabkan oleh pertumbuhan jamur Malassezia pada
kelenjar minyak yang tersebar di kulit. Sistem imun kemungkinan bereaksi secara tidak wajar terhadap
jamur tersebut sehingga jamur dan minyak berkembang tanpa terkendali.

D. Faktor-faktor Resiko Penyakit Dermatitis

Ada banyak faktor yang meningkatkan risiko Anda terkena peradangan kulit, di antaranya adalah
sebagai berikut :
 Usia

Penyakit kulit ini dapat muncul pada usia berapa pun, tapi dermatitis atopik (eksim) lebih banyak
dijumpai pada bayi. Oleh sebab itu, bayi dan anak-anak lebih berisiko terkena eksim.

 Menderita alergi dan asma

Orang yang menderita asma dan alergi lebih berisiko terkena dermatitis atopik. Namun, tidak
diketahui hubungan pasti antara alergi dan asma dengan dermatitis atopik.

 Sering terkena alergen di tempat kerja

Pekerjaan yang membuat Anda terpapar langsung dengan logam, pelarut, atau produk pembersih
tertentu meningkatkan risiko dermatitis kontak. Orang yang bekerja dalam bidang kesehatan juga rentan
terkena eksim, terutama pada tangan.

 Menderita penyakit tertentu

Anda berisiko lebih tinggi terkena peradangan kronis pada kulit kepala bila menderita penyakit gagal
jantung kongestif, penyakit Parkinson, dan HIV.

 Riwayat keluarga

Dermatitis adalah salah satu penyakit kulit yang diturunkan dari orangtua ke anak. Maka dari itu,
seseorang yang lahir dari keluarga dengan riwayat penyakit ini biasanya lebih rentan terkena penyakit
yang sama.

 Terlalu sering mencuci tangan

Kebiasaan tertentu ternyata bisa meningkatkan risiko seseorang terkena peradangan kronis,
contohnya terlalu sering mencuci dan mengeringkan tangan. Pasalnya, kebiasaan ini bisa menghilangkan
minyak alami kulit dan mengubah keseimbangan pH-nya.

E. Pengobatan Penyakit Dermatitis

pengobatan alami sebagai berikut :

1. Mengompres dingin

Kompres dingin bertujuan untuk meredakan gatal tanpa menggaruknya. Bungkuslah beberapa buah es
dengan handuk, lalu tempelkan ke kulit selama 20 menit sebanyak 3-4 kali sehari.

2. Mandi air hangat

Mandi air hangat juga membantu meredakan gatal-gatal yang mengganggu. Namun, jangan mandi
terlalu lama atau dengan air yang terlalu panas karena hal ini justru membuat kulit makin kering sehingga
memperparah gejala.
3. Jangan menggaruk kulit

Agar kondisi kulit tidak bertambah parah, jangan menggaruk terlalu keras bagian kulit Anda yang
terkena dermatitis. Sebagai gantinya, cobalah menepuk-nepuk, mencubit lembut, atau menggunakan
kompres untuk meredakan gatal.

4. Gunakan pakaian berbahan katun

Pakaian berbahan katun membantu mencegah iritasi akibat eksim. Selain menyerap keringat, bahan
ini juga aman dan lembut di kulit sehingga tidak akan melukai area yang terkena dermatitis.

5. Lakukan kegiatan menyenangkan

Stres adalah salah satu hal yang memperparah gejala dermatitis. Anda bisa mencoba menghalaunya
dengan kegiatan menyenangkan seperti yoga, melakukan hobi baru, mendengarkan musik, atau sekadar
menarik napas dalam-dalam agar tubuh rileks.

6. Mengoleskan tea tree oil

Tea tree oil mengandung zat antijamur, dan antiradang sehingga membantu mengatasi dermatitis
seboroik. Cukup campurkan beberapa tetes tea tree oil dengan minyak kelapa atau zaitun, lalu oleskan ke
kulit kepala Anda secara rutin.

7. Menggunakan aloe vera

Lidah buaya termasuk tanaman dengan kandungan antiradang yang tinggi. Sebuah studi yang
diterbitkan dalam Indian Journal of Dermatology bahkan menyebutkan bahwa ekstrak tanaman ini bisa
meringankan gejala dermatitis seboroik.

8. Minum suplemen minyak ikan

Suplemen minyak ikan membantu menekan gejala dermatitis yang dipicu oleh alergi. Selain itu,
suplemen yang satu ini juga membantu menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan karena mengandung
asam lemak omega 3.

pengobatan medis sebagai berikut :

1. Mengoleskan salep kortikosteroid untuk menghilangkan gatal dan peradangan.


2. Mengoleskan krim atau losion tertentu yang memengaruhi sistem imun (calcineurin inhibitors).
3. Minum antihistamin (diphenhydramine) untuk mengurangi reaksi alergi dan gatal.
4. Minum antibiotik atau antijamur jika eksim sudah terinfeksi.
5. Melakukan fototerapi atau terapi cahaya.

F. Pencegahan Penyakit Dermatitis


Bisa mencegah kambuhnya penyakit ini dengan menjaga kulit tetap lembap dan terawat. Berikut
kiat-kiatnya :

 Membatasi waktu mandi hanya selama 5-10 menit.


 Menggunakan sabun yang tidak menghasilkan banyak busa.
 Mengeringkan tubuh dengan handuk yang halus.
 Menggunakan minyak atau krim pelembap kulit.
 Menghindari zat penyebab alergi atau iritasi.
 Memakai sarung tangan bila hendak menggunakan produk pembersih.

2.5 Cara Penanggulangan Wabah

 Tindakan untuk penderita yang telah ditemukan


 Tindakan untuk penderita yang belum ditemukan
 Tindakan untuk masyarakat yang belum sakit ( pemberian imunisasi )
 Pemusnahan sumber penyakit

2.6 Upaya Pemberdayaan Masyarakat dalam Menangani Wabah dan Potensi Masyarakat
dalam Menangani Wabah

Undang-Undang Republik Indonesia No 40 Tahun 1991 tentang wabah, Bab III pasal 17

“ Penyuluhan kepada masyarakat mengenai upaya penanggulangan wabah dilakukan oleh pejabat
kesehatan dengan mengikutsertakan pejabat instansi lain, lembaga swadaya masyarakat, pemuka agama
dan pemuka masyarakat. Penyuluhan kepada masyarakat dilakukan dengan mendayagunakan berbagai
media komunikasi massa baik pemerintah maupun swasta”.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Analisis

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
Blasi, F. (2018). Lung Diseases: Chronic Respiratory Infekctions. Internasional Journal of Molecular
Sciences, 19(10), doi:10.3390/ijims19103051.

Djuanda S, Sularsito. (2005). SA. Dermatitis In: Djuanda A, ed Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi III.
Jakarta: FK UI: 126-31.

Kementrian Kesehatan RI (2013). Pusat Data dan Informasi. Riset Kesehatan Dasar.

Komite Medis RSUP Dr. Sardjito, Standar Pelayanan Medis, Medika, FK UGM Yogyakarta

Rajab Wahyudin, M,Epid . 2008. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan . Jakarta: EGC.

http://epid-infokes.blogspot.com/2007/08/investigasi-wabah.html

http://kesehatan.us/2012/06/apa-muntaber-itu-dan-bagaimana-gejalanya/

http://www.balispot.co.id/mediadetail.php?module=detailberitaminggu&kid=24&id=55211

Anda mungkin juga menyukai