Dosen Pengampu :
Novia Zulfa Hanum, SKM, M.KM
OLEH KELOMPOK 3 :
Muthia Azzahra 2010070160001
Muhammad Hanif 2010070160003
Yolanda Putri Wulandani 2010070160007
Annisa Salsabila 2010070160019
Litfi Hudayah 2010070160022
i
KATA PENGANTAR
2 April 2022
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
kesehatan, mendorong rumah sakit dan puskesmas melakukan perubahan visi, misi
dan strategi dalam melakukan program pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Visi
merupakan impian atau cita-cita yang ingin diwujudkan, yang dapat mengantisipasi
perubahan yang sedang dan akan terjadi. Apabila suatu program tidak memiliki visi
maka perubahan lingkungan yang tidak diduga sebelumnya sering dirasakan sebagai
suatu musibah. Sedangkan misi dan strategi dibuat dalam rangka merealisasikan visi
yang telah ditetapkan. Manajemen yang diterapkan di bidang kesehatan, juga
mengacu kepada konsep yang disampaikan G. Terry, yaitu melalui fungsi-fungsi ;
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan pelaksanaan
(actuating), pengawasan dan pengendalian (controlling).
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui tentang pengawasan
b. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pengawasan
c. Untuk mengetahui tentang pengendalian
d. Untuk mengetahui asas-asas pengendalian
e. Untuk mengetahui proses-proses pengendalian
f. Untuk mengetahui tentang pengawasan dan pengendalian pada
puskesmas
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengawasan
Kegiatan pelayanan kesehatan harus terus di awasi pelaksanaannya agar
mencapai target yang telah ditetapkan.Pengawasan dibedakan atas 2 macam, yakni
pengawasan internal dan pengawasan eksternal. Pengawasan internal dilakukan
secara melekat oleh atasan langsung. Pengawasan eksternal dilakukan oleh
masyarakat, Dinas kesehatan kabupaten/kota serta berbagai institusi pemerintah
terkait.Pengawasan mencakup aspek administratif, keuangan dan teknis pelayanan.
Pengawasan di Puskesmas adalah salah satu fungsi manajemen Puskesmas.
Personil Puskesmas yang memiliki tugas,wewenang dan menjalankan
pelaksanaannya perlu dilakukanpengawasan agar berjalan sesuai dengan tujuan, visi
dan misi Puskesmas. Pengawasan merupakan fungsi manajemen yangtidak kalah
pentingnya dalam suatu organisasi. semua fungsi manajemen yang lain, tidak akan
efektif tanpa disertai fungsi pengawasan.
Sementara itu, Robert J. Mocker sebagaimana disampaikan oleh Hani
Handoko (1995) mengemukakan definisi pengawasan yang di dalamnya memuat
unsur esensial proses pengawasan,bahwa: “pengawasan adalah suatu usaha sistimatik
untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan,
merancang sistim informasi umpan balik,membandingkan kegiatan nyata dengan
standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukurpenyimpangan-
penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin
bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan
efsien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan. “Dengan demikian, pengawasan
Puskesmas merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar
pelaksanaan kegiatan Puskesmas dapat berjalan sesuai dengan rencana dan
memastikan apakah tujuan Puskesmas tercapai. Apabila terjadipenyimpangan di
mana letak penyimpangan itu dan bagaimanapula tindakan yang diperlukan untuk
mengatasinya.
3
Berdasarkan pengalaman, proses pengawasan dilakukan melalui tahapan-
tahapan penetapan standar dan operasional prosedur pengawasan, penentuan domain
dan indikator pengawasan, pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata,pembandingan
pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan penyimpangan-
penyimpangan, dan pengambilan tindakan perbaikan, bila diperlukan. Dalam
melaksanakan pengawasan di Puskesmas, ada beberapa prinsip dasar yang harus
dipahami, antara lain:
a. Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan Puskesmas harus dimengerti oleh
staf dan hasilnya mudah diukur. Misalnya tentang waktu dan tugas-tugas
pelayanan yang harus diselesaikan oleh staf.
b. Fungsi pengawasan harus dipahami pimpinan Puskesmas sebagai suatu
kegiatan yang sangat penting dalam upaya mencapai tujuan Puskesmas.
c. Standar unjuk kerja harus dijelaskan kepada seluruh staf karena kinerja staf
akan terus dinilai oleh pimpinan sebagai pertimbangan untuk memberikan
reward kepada mereka yang dianggap mampu bekerja.
4
2.2 Prinsip-Prinsip Pengawasan
a. Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan harus dimengerti oleh staf dan
hasilnya mudah diukur. Misalnya tentang waktu dan tugas-tugas pokok yang
harus diselesaikan oleh staf.
b. Fungsi pengawasan harus difahami pimpinan sebagai suatu kegiatan yang
sangat penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
c. Standar unjuk kerja harus dijelaskan kepada seluruh staf karena kinerja staf
akan terus dinilai oleh pimpinan sebagai pertimbangan untuk memberikan
reward kepada mereka yang dianggap mampu bekerja.
2.3 Pengendalian
Pelayanan yang sudah optimal tetap perlu dikendalikan arahnya agar tidak
menyimpang dari tujuan kegiatan.Pengendalian terbaik dalam organiasasi adalah
berorientasi pada strategi dan hasil, dapat dipahami, mendorong pengendalian
diri(self-control), berorientasi secara waktu, bersifat positif, setara dan objektif,
fleksibel.
Ada beberapa tipe pengendalian. Tipe pengendalian awal (preliminary),
kadang-kadang disebut kendali feed forrward,merupakan pengendalian yang
dilakukan sebelum suatu kegiatan dimulai. Kendali ini menyakinkan bahwa arah yang
tepat telah disusun dan sumber-sumber yang tepat tersedia untuk memenuhinya. Tipe
pengendalian saat kegiatan berlangsung (concurrent) berfokus pada hal-hal yang
terjadi selama kegiatan berlangsung. Kadang-kadang disebut kendali
steering,merupakan pengendalian operasional dan aktivitas yang sedang berjalan
untuk menjamin sesuatu yang sedang dikerjakan sudah tepat. tipe pengendalian akhir
(post-action), kadang-kadang disebut kendali feedback , merupakan pengendalian
yang dilaksanakan setelah suatu kegiatan dilaksanakan yang berfokus pada hasil
akhir.
Manajer memiliki dua pilihan luas dengan memperhatikan pengendalian.
Mereka dapat mengandalkan orang-orang untuk melatih pengendalian diri (internal)
atas tingkah lakunya sendiri. Alternatif lain, manajer dapat mengambil tindakan
langsung (external) untuk mengendalikan tingkah laku orang lain.
5
Pengendalian internal menghasilkan individu yangtermotivasi untuk melatih
pengendalian diri dalam memenuhi harapan pekerjaan. Potensi untuk pengendalian
diri dikembangkan ketika orang yang mampu memiliki kinerja yang jelas dengan
dukungan sumberdaya yang tepat. Pengendalian eksternal terjadi melalui supervisi
personal dan penggunaan sistim administrasi formal antara lain sistim penilaian
kinerja,sistim kompensasi dan keuntungan, sistim disiplin kepegawaian,dan
manajemen berdasarkan tujuan (management by objectives).
6
Pengendalian harus dilakukan sesuai dengan struktur organisasi. Manajer
dengan bawahannya merupakan sarana untuk melaksanakan rencana. Dengan
demikian pengendalian yang efektif harus disesuaikan dengan besarnya
wewenang manajer sehingga mencerminkan struktur organisasi.
8) Asas Pengendalian Individual
Pengendalian dan teknik pengendalian harus sesuai dengan kebutuhan
manajer. Teknik pengendalain harus ditujukan terhadap kebutuhan-kebutuhan
akan informasi setiap manajer.
9) Asas Standar
Pengendalian yang efektif dan efisien memerlukan standar yang tepat yang
akan dipergunakan sebagai tolok ukur pelaksanan dan tujuan yang akan
dicapai.
10) Asas Pengendalian Terhadap Strategis
Pengendalian yang efektif dan efisien memerlukan adanya perhatian yang
ditujukan terhadap faktor-faktor yang strategis dalam perusahaan.
11) Asas kekecualian
Efisiensi dalam pengendalian membutuhkan adanya perhatian yang ditujukan
terhadap faktor kekecualian.
12) Asas Pengendalian Fleksibel
Pengendalian harus luwes untuk menghindari kegagalan pelaksanaan rencana.
13) Asas Peninjauan Kembali
Sistem pengendalian harus ditinjau berkali-kali agar sistem yang digunakan
berguna untuk mencapai tujuan.
14) Asas Tindakan
Pengendalian dapat dilakukan apabila ada ukuran-ukuran untuk mengoreksi
penyimpangan-penyimpangan rencana, organisasi, staffing, dan directing.
7
6) Meningkatkan kinerja organisasi
7) Memberikan opini atas kinerja organisasi
8) Mengarahkan manajemen untuk melakukan koreksi atas masalah-masalah
pencapaian kerja yang ada
9) Menciptakan terwujudnya pemerintahan yang bersih
8
dan terus-menerus. Ada berbagai cara untuk melakukan pengukuran
pelaksanaan yaitu pengamatan (observasi), laporan-laporan (lisan dan
tertulis), pengujian (tes), atau dengan pengambilan sampel.
d) Pembandingan pelaksanaan dengan standar dan analisa penyimpangan
Tahap kritis dari proses pengawasan adalah pembandingan
pelaksanaan nyata dengan pelaksanaan yang direncanakan atau standar
yang telah ditetapkan.
e) Pengambilan tindakan koreksi bila diperlukan
Bila hasil analisa menunjukkan perlunya tindakan koreksi, tindakan ini
harus diambil. Tindakan koreksi mungkin berupa:
Mengubah standar mulu-mulu (barangkali terlalu tinggi atau
terlalu rendah)
Mengubah pengukuran pelaksanaan
Mengubah cara dalam menganalisa dan menginterpretasikan
penyimpangan-penyimpangan
9
berbagai kewajiban yang berlaku perlu dilakukan pembinaan sesuaidengan ketentuan
yang berlaku. Pengawasan dilakukan melalui kegiatan supervisi yang dapat dilakukan
secara terjadwal atau sewaktu-waktu.
Pengendalian adalah serangkaian aktivitas untuk menjamin kesesuaian
pelaksanaan kegiatan dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya dengan cara
membandingkan capaian saat ini dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Jika terdapat ketidaksesuaian, maka harus dilakukan upaya perbaikan (corrective
action). Kegiatan pengendalian ini harus dilakukan secara terus menerus.
Pengendalian dapat dilakukan secara berjenjang oleh Dinas kesehatan
Kabupaten/kota, Kepala Puskesmas, maupun penanggung jawab program.
Tujuan dari pengawasan dan pengendalian adalah sebagai berikut:
a) Mengetahui sejauh mana pelaksanaan pelayanan kesehatan,apakah sesuai
dengan standar atau rencana kerja, apakahsumber daya telah ada dan
digunakan sesuai dengan yangtelah ditetapkan secara efektif dan efisien.
b) Mengetahui adanya kendala, hambatan/tantangan dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan, sehingga dapat ditetapkan pemecahan masalah
sedini mungkin.
c) Mengetahui adanya penyimpangan pada pelaksanaanpelayanan kesehatan
sehingga dapat segera dilakukan klarifikasi.
d) Memberikan informasi kepada pengambil keputusan tentang adanya
penyimpangan dan penyebabnya, sehingga dapat mengambil keputusan
untuk melakukan koreksi pada pelaksanaan kegiatan atau program terkait,
baik yang sedang berjalan maupun pengembangannya di masa mendatang.
e) Memberikan informasi/laporan kepada pengambil keputusan tentang
adanya perubahan-perubahan lingkungan yang harus ditindaklanjuti
dengan penyesuaian kegiatan.
f) Memberikan informasi tentang akuntabilitas pelaksanaan dan hasil kinerja
program/kegiatan kepada pihak yang berkepentingan, secara kontinyu dan
dari waktu ke waktu.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengawasan dan Pengendalian (controlling) sebagai fungsi manajemen bila
diikerjakan dengan baik, akan menjamin bahwa semua tujuan dari setiap orang atau
kelompok konsisten dengan tujuan jangka pendek maupun jangka panjang dalam
sebuah program. Hal ini membantu menyakinkan bahwa tujuan dan hasil tetap
konsisten satu sama lain dengan dalam organisasi.
Controlling berperan juga dalam menjaga pemenuhan (kompliansi) aturan dan
kebijakan yang esensial.Pengendalian terbaik dalam program kesehatan masyarakat
adalah berorientasi pada strategi dan hasil, dapat dipahami, mendorong pengendalian
diri (self-control), berorientasi secara waktu dan eksepsi, bersifat positif, setara dan
objektif, fleksibel.
3.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan
makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi
penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
12