Anda di halaman 1dari 58

TUGAS MATA KULIAH

MANAJEMEN ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN


SEMESTER V
“LANGKAH - LANGKAH PENGORGANISASIAN DAN MANAJEMEN”

Dosen Pengampu : Dr. Mamik, SKM, M.Kes

Penyusun :
Aurina Dwi Febriani (P27824419007)
Dewi Shafaria (P27824419012)
Istiqomatul Laila (P27824419024)
Rizki Wulansari (P27824419039)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat
waktu.
Makalah ini merupakan tugas kelompok bagi mahasiswa Program Studi
D4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Surabaya untuk memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen dan Organisasi dan Kepemimpinan Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Astuti Setiyani, SST., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Surabaya
2. Dwi Purwanti, S.Kp., SST., M.Kes selaku Ketua Program Studi D4
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Surabaya
3. Dr. Mamik, SKM, M.Kes, selaku dosen mata kuliah Manajemen dan
Organisasi dan Kepemimpinan
4. Seluruh pihak yang turut membantu dan kerja sama dalam menyelesaikan
makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan
makalah ini dari awal sampe akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita, Amin.

Surabaya, 21 Juli 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan............................................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.4 Sistematika Penulisan....................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1 Manajemen.....................................................................................................3
2.1.1 Definisi....................................................................................................3
2.1.2 Langkah Langkah....................................................................................3
2.1.3 Fungsi Manajemen..................................................................................9
2.1.4 Langkah-langkah manajemen pelayanan kebidanan.............................33
2.1.5 Aplikasi Pengorganisasian dalam pelayanan Kebidanan......................36
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................44
3.1 Kesimpulan..................................................................................................44
3.2 Saran.............................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................46
SOAL DAN JAWABAN.......................................................................................47

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bidan dalam pelayanan kebidanan mempunyai peranan penting dalam
menurunkan angka kematian ibu dan anak dan sebagai ujung tombak pemberi
asuhan kebidanan. Dalam memberi asuhan, bidan sebagai individu yang
memegang tanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat. Bidan juga
berperan dalam memberi pendidikan kesehatan dan mengubah prilaku masyarakat
terhadap pola hidup dan gaya hidup yang tidak sehat. Jadi tidak hanya memberi
asuhan pada individu tapi juga terhadap keluarga, masyarakat, dan dalam
pelaksanaan diperlukan kerjasama antara semua pihak  baik masyarakat,
pemerintah, tenaga kesehatan dan juga instansi atau lembaga terkait.  Oleh karena
itu ,bidan harus mempunyai pendekatan manajemen agar dapat
mengorganisasikan semua unsur unsur yang terlibat dalam pelayanannya dengan
baik dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan anak .
Manajemen adalah ilmu atau seni bagaimana sumberdaya secara efisien,
efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya.Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan lulus
pendidikan bidan, mendapat izin dan terdaftar secara legal untukmelakukan
praktek kebidanan. (ICM/WHO ).Pelayanan Kebidanan merupakan bagian dari
integral daripelayanan kesehatan yang berfokus pada pelayanan kesehatan
perempuan, bayi baru lahir dan anak balita.
Bidan sebagai seorang pemberi layanan kesehatan harus dapat melaksanakan
pelayanan kebidanan dengan melaksanakan manajemen yang baik. Dalam hal ini
bidan berperan sebagai seorang manajer, yaitu mengelola atau memanage segala
sesuatu tentang kliennya sehingga tercapai tujuan yang di harapkan. Dalam
mempelajari manajemen kebidanan di perlukan pemahaman mengenai dasar-dasar
manajemen dan perencanaan pengorganisasian dalam pelayanan kebidanan
sehingga pelayanan yang diberikan berkualitas.
Dalam pelayanan kebidanan, manajemen adalah proses pelaksanaan
pemberian pelayanan kebidanan untuk memberikan asuhan kebidanan kepada

1
2

klien dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi ibu dan anak, kepuasan
pelanggan dan kepuasan bidan sebagai provider.

1.2 Tujuan
Mampu membuat langkah – langkah pengorganisasian dan manajemen dalam
pelayanan kebidanan
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan makalah ini “Bagaimana langkah – langkah pengorganisasian dan
manajemen dalam pelayanan kebidanan?”
1.4 Sistematika Penulisan
Bab 1 Pedahuluan
Bab 2 Tinjauan Pustaka
Bab 3 Penutup
Daftar Pustaka
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen
2.1.1 Definisi
Bidan merupakan salah satu profesi tertua sejak adanya peradaban umat
manusia. Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan
menolong ibu yang melahirkan. Peran dan posisi bidan dimasyarakat sangat
dihargai dan dihormati karena tugasnya yang sangat mulia, memberi semangat,
membesarkan hati, mendampingi, serta menolong ibu yang melahirkan sampai ibu
dapat merawat bayinya dengan baik.
Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang
memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Menurut Mary Parker Follet
manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini
berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain
untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen
sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan
pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien.
Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara
efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan
sesuai dengan jadwal. Istilah manajemen harus memenuhi syarat-syarat prinsip-
prinsip tertentu yaitu adanya kegiatan kerjasama yang dilakukan oleh sekelompok
manusia, adanya penataan/pengaturan dalam kerjasama, dan adanya tujuan yang
hendak dicapai dari kegiatan kerjasama tersebut.
Manajemen kebidanan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staff
kebidanan untuk memberikan asuhan kebidanan secara professional melalui
tahapan proses yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian (Gde Muninjaya, 2009).

2.1.2 Langkah Langkah


Proses manajemen kebidanan merupakan langkah sistematis yang
merupakan pola pikir bidan dalam melaksanakan asuhan kepada klien.

3
4

Diharapkan dengan pendekatan pemecahan masalah yang sistematis dan rasional


ini, maka seluruh aktifitas atau tindakan yang diberikan oleh bidan kepada klien
akan efektif. Terhindar dari tindakan yang bersifat coba-coba yang akan
merugikan klien. Manajemen pelayanan kebidanan tentu saja mengambil sistem
manajemen pada umumnya. Dalam pelayanannya juga melaksanakan aktifitas
manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, kordinasi ,dan
pengawasan (supervisi dan evaluasi).
1) Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan pegumpulan informasi yang akurat dan lengkap
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data
dilakukan dengan cara melakukan anamnesa. Anamnesa terdiri atas :
a. Biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan,
persalinan dan nifas yang lalu, biopsikososial spiritual dan ekonomi,
pengetahuan klien
b. Pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital
(TTV)
c. Pemeriksaan khusus Inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi.
d. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium, USG, catatan terbaru dan sebelumnya Bila klien mengalami
komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen
kolaborasi, bidan akan melakukan konsultasi. Pada langkah pertama ini
dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang
lengkap. Pada keadaan tertentu dapat terjadi langkah pertama akan overlap
dengan langkah 5 dan 6 (atau menjadi bagian dari langkah-langkah tersebut)
karena data yang diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan laboratorium
atau pemeriksaan diagnostik yang lain. Kadang-kadang bidan perlu memulai
manajemen dari langkah 4 untuk mendapatkan data dasar awal yang perlu
disampaikan kepada dokter.
2) Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah
berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang
5

telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan


masalah yang spesifik.
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam
lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa
kebidanan. Standar nomenklatur diagnosa kebidanan:
1) Diakui dan telah disahkan oleh profesi
2) Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan
3) Memiliki ciri khas kebidanan
4) Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan
5) Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan
Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak
dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan.
Masalah adalah hal-hal berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari
hasil pengkajian atau yang menyertai. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal
yang sedang dialami oleh wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan
hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosa. Selain masalah yang
tetap membutuhkan penanganan, klien juga memiliki kebutuhan. Kebutuhan
adalah hal-hal yang dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa
dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data.
3) Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah
ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil
mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah
potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan
asuhan yang aman.
Contoh masalah potensial : Seorang ibu hamil datang dengan pembesaran
uterus yang berlebihan (pembesaran perut tidak sesuai dengan umur kehamilan).
Bidan harus mempertimbangkan kemungkinan penyebab pembesaran uterus yang
berlebihan tersebut, misalnya:
 Ibu hamil dengan diabetes mellitus (DM)
 Kehamilan molahidatidosa
6

 Kehamilan kembar
Kemudian bidan harus mengantisipasi, melakukan perencanaan untuk
mengatasinya dan bersiap-siap terhadap kemungkinan tiba-tiba terjadi perdarahan
postpartum yang disebabkan oleh atonia uteri karena pembesaran uterus yang
berlebihan. Pada persalinan dengan bayi besar, bidan sebaiknya mengantisipasi
dan bersiap-siap terhadap kemungkinan terjadinya distosia bahu dan juga
kebutuhan untuk resusitasi.
Bidan juga sebaiknya waspada terhadap kemungkinan wanita menderita
infeksi saluran kencing yang menyebabkan tingginya kemungkinan terjadinya
peningkatan partus prematur atau bayi kecil. Persiapan yang sederhana adalah
dengan bertanya dan mengkaji riwayat kehamilan pada setiap kunjungan ulang,
pemeriksaan laboratorium terhadap simptomatik bakteri dan segera memberi
pengobatan jika infeksi saluran kencing terjadi.
4) Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan
Penanganan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang
lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan
kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya
selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama
wanita tersebut bersama bidan, terus-menerus, misalnya pada waktu wanita
tersebut dalam persalinan. Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan
dievaluasi. Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana
bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak
(misalnya perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah lahir, distosia bahu,
atau nilai APGAR yang rendah).
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu situasi yang
memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari
seorang dokter, misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainnya bisa saja tidak
merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan
dokter. Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre eklampsia,
7

kelainan panggul, adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah medik yang
serius, bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu seorang ibu mungkin juga akan memerlukan
konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya seperti
pekerja sosial, ahli gizi, atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam
hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan
kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen
asuhan klien.
5) Merencanakan Asuhan Secara Menyeluruh (Intervensi)
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada
langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi
juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap ibu tersebut seperti apa yang
diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling,
dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan
sosial,ekonomi, kultural atau masalah psikologis.
Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap
hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan haruslah
disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien, agar dapat
dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan
rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah
merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama
klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan yang menyeluruh ini harus
rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date
serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien.
Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi sesuai dengan keadaan klien dan
pengetahuan teori yang benar dan memadai atau berdasarkan suatu data dasar
8

yang lengkap, dan bisa dianggap valid sehingga menghasilkan asuhan klien yang
lengkap dan tidak berbahaya.
6) Melaksanakan Perencanaan (Implementasi)
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan
ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan
sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak
melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya. (misalnya: memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-
benar terlaksana). Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk
menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam
manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya
rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan
menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.
7) Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar
telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam
masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang
benar efektif dalam pelaksanaanya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana
tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif.
Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kontinum,
maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui
proses manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak
efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut.
Langkah-langkah proses manajemen pada umumnya merupakan pengkajian
yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta
berorientasi pada proses klinis. Karena proses manajemen tersebut berlangsung di
dalam situasi klinik dan dua langkah yang terakhir tergantung pada klien dan
situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini dievaluasi dalam tulisan
saja.
9

Langkah ini sebagai pengecekan apakah rencana asuhan tersebut efektif.


Dalam pendokumentasian/catatan asuhan kebidanan diterapkan dalam bentuk
SOAP. Data Subjektif (S), adalah data pasien yang didapat dari anamnesa. Data
Objektif (O), adalah data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik serta
diagnostik dan penunjang juga catatan medis lainnya. Assasment (A), adalah
anlisa dan interpretasi data yang terkumpul dan dibuat kesimpulan. Yang terdiri
dari:
1. Diagnosa
2. Antisipasi diagnosa / masalah potensial
3. Perlunya tindakan segera / kolaborasi
Planning/Perencanaan (P), adalah merupakan gambaran
pendokumentasian dari tindakan. Evaluasi didalamnya termasuk:
1. Asuhan mandiri
2. Kolaborasi
3. Tes diagnostik/lab
4. Konseling
5. Follow up

2.1.3 Fungsi Manajemen


Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis
Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan
lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah,
mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah
diringkas menjadi empat, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian (Planning, Organizing, actuating dan controlling) (Azrul Azwar,
2010).
a. Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara
matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang selama periode tertentu
dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sampai dengan menyusun
dan menetapkan rangkaian kegiatan untuk mencapainya. Melalui perencanaan
akan dapat ditetapkan tugas-tugas staff, dan dengan tugas-tugas ini seorang
10

pimpinan akan mempunyai pedoman untuk melaksanakan supervisi dan


menetapkan sumber daya yang dibutuhkan oleh staff untuk menjalankan tugas-
tugasnya. Suatu rencana yang baik harus berdasarkan pada sasaran, bersifat
sederhana, mempunyai standart, fleksibel, seimbang dan menggunakan sumber-
sumber yang tersedia lebih dulu. Dalam kebidanan, perencanaan membantu untuk
menjamin bahwa klien akan menerima pelayanan kebidanan yang mereka
butuhkan dengan memuaskan (Gde Muninjaya, 2009).
Menurut Azrul Azwar jenis-jenis perencanaan terdiri dari :
a. Rencana jangka panjang : perencanaan strategis yang disusun 12-20
tahun
b. Rencana jangka menengah : berlaku 5-7 tahun
c. Rencana jangka pendek : hanya untuk 1 tahun
Salah satu alasan utama menempatkan perencanaan sebagai fungsi organik
manajerial yang pertama ialah karena perencanaan merupakan langkah konkret
yang pertama-tama diambil dalam usaha pencapaian tujuan. Artinya, perencanaan
merupakan usaha konkretisasi langkah - langkah yang harus ditempuh yang dasar-
dasarnya telah diletakkan dalam strategi organisasi. Rencana yang disusun harus
dengan memperhatikan faktor-faktor efisiensi secara kontinyu dalam arti bahwa
dengan berbagai sumber dana dan daya yang terbatas diperoleh hasil yang
optimal, bahkan kalau mungkin yang maksimal. Menurut Gde Muninjaya, Suatu
rencana dapat dikatakan baik apabila memenuhi ciri yang berikut ini antara lain
adalah :
1. Rencana harus mempermudah tercapainya tuiuan yang ditentukan
sebelumnya, artinya, bahwa penyusunan suatu rencana tidak boleh
dipandang sebagai tujuan, melainkan sebagai cara yang sifatnya sistematik
untuk mencapai tujuan.
2. Perencana sungguh-sungguh memahami hakikat tujuan yang ingin dicapai,
artinya mereka yang sungguh-sungguh memahami secara mendalam dan
secara tepat hakikat tujuan yang ingin dicapai bahwa orang-orang yang
mendapat tugas menyusun rencana adalah orang-orang yang titik tolak
berpikir dan bertindaknya adalah yang sepenuhnya berorientasi kepada
11

organisasi dan bukan untuk menonjolkan kemahirannya dan menarik


perhatian orang lain kepada dirinya.
3. Pemenuhan persyaratan keahlian teknis. penyusunan suatu rencana untuk
kemudian disahkan oleh manajer seyogyanya diserahkan kepada orang
yang betul-betul memenuhi persyaratan keahlian teknis menyusun
rencana. Jadi diperlukan pemahaman yang tepat tentang hakikat berbagai
kegiatan yang akan dilaksanakan, sarana dan prasarana yang diperlukan,
sistem anggaran, sistem logistik, administrasi perkantoran, sistem
kearsipan, dan segi-segi teknis dari procedural serta mekanisme kerja.
4. Rencana harus disertai oleh suatu rincian yang cermat, artinya suatu
rencana tidak hanya mengandung jawaban terhadap pertanyaan apa,
dimana, bilamana, bagaimana, siapa, dan mengapa, tetapi juga
penjabarannya dalam bentuk program kerja yang mendetail yang
menyangkut semua segi kehidupan organisasional antara lain :
a. Tata ruang,
b. metode kerja.
c. sumber dana dan alokasinya target waktu
d. Target hasil,
e. Standar mutu yang harus terpenuhi,
f. Kriteria pengukuran hasil dan prestasi kerja.
g. Singkatnya, suatu rencana tidak hanya merupakan keputusan tentang
apa yang akan dikerjakan di masa depan, tetapi juga memberikan
petunjuk operasionarisasinya
5. Keterkaitan rencana dengan pelaksanaan, untuk mempermudah proses
pelaksanaan, data, saran, informasi, dan pendapat dari orang-orang dalam
organisasi menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan. Dalam bahasa
sehari-hari, hal ini dikenal dengan perencanaan bottom up
6. Kesederhanaan artinya berbagai hal seperti teknik penyusunan, bahasa yan
digunakan, sistematik, format, penekanan berbagai prioritas, dan
sebagainya harus jelas. Bahkan idealnya suatu rencana sudah harus
demikian jelasnya sehingga dapat dipahami oleh orang lain, terutama para
pelaksana dan memperoleh pengertian yang sama dengan yang
12

dimaksudkan oleh para perencana. Hanya saja penting diperhatikan bahwa


kesederhanaan tidak mengurangi pentingnya kelengkapan rencana
tersebut.
7. Fleksibilitas. Suatu rencana yang baik adalah rencana yang mempunyai
pola dasar yang relatif permanen. Sifat permanen mungkin diciptakan jika
dalam proses penyusunannya menggunakan teknik-teknik yang bersifat
ilmiah. Misalnya, mengenai format rencana. Asumsi dalam penentuan
berbagai kegiatan tertentu adalah tersedianya dana untuk kepentingan
pembiayaannya. Akan tetapi jika ternyata jumlah dana diperhitungkan
tidak tersedia, peninjauan pelaksanaan yang dilakukan sangat mungkin
berakibat padu berkurangnya jumlah kegiatan yang akan diselenggarakan.
Inilah antara lain yang dimaksud dengan fleksibilitas. Jelasnya,
fleksibilitas berarti memperhitungkan apa yang mungkin dilaksanakan,
tergantung pada keadaan nyata yang dihadapi. Ketergantungan pada
keadaan inilah yang mengharuskan organisasi memiliki apa yang disebut
dengan contingency plan
8. Rencana memberikan tempat pada pengambilan risiko. Pengambilan
keputusan dan pelaksanaannya selalu mengandung risiko. Kiranya perlu
ditekankan bahwa timbulnya risiko tidak selalu mencerminkan
kekurangmampuan para perencana. Betapapun telitinya berbagai
perhitungan dilakukan, tetap terbuka kemungkinan timbulnya situasi yang
sangat sukar diramalkan sebelumnya. Misalnya terjadinya bencana alam
jadi mampu memperhitungkan situasi masa depan. Artinya, penyusunan
rencana perdefinisi menggambarkan risiko. Hanya saja risiko itu harus
merupakan sesuatu yang telah diperhitungkan sebelumnya (calculated risk)
sehingga faktor ketidakpastian dalam menghadapi masa depan dapat
dikurangi hingga tingkat yang minimal.
9. Rencana yang pragmatik. Telah ditekankan di muka bahwa bentuk dan
sifat rencana merupakan pencerminan dari filsafat manajemen yang dianut
oleh pimpinan organisasi. Untuk kepentingan perencanaan, intinya terletak
pada penggabungan pandangan yang idealistik dengan yang pragmatik.
idealisme perlu dibarengi oleh sikap yang realistik dengan
13

memperhitungkan bukan hanya keterbatasan kemampuan organisasi, akan


tetapi juga dengan ecara teliti memperhitungkan faktor-faktor eksogenus
yang pasti mempunyai dampak terhadap jalannya roda organisasi yang
bersangkutan.
10. Rencana sebagai instrumen peramalan masa depan. Merencanakan tidak
berarti menggunakan bola kristal yang bentuk, jenis, dan sifat masa
depannya akan terlihat. Akan tetapi, rencana harus merupakan suatu
keputusan yang di dalamnya telah tergambar situasi dan kondisi yang
diperkirakan akan dihadapi di masa depan dan memberikan petunjuk
tentang cara-cara yang dipandang tepat untuk menghadapinya.

b. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun
semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkanya
secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi dengan mengintegrasikan semua
sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh sebuah organisasi (Gde muninjaya,
2009).
Menurut Azrul Azwar, 2010 Pengorganisasian adalah :
1. Pengelompokkan berbagai kegiatan yang diperlukan untuk
melaksanakan suatu rencana sedemikian rupa sehingga tujuan yang
telah ditetapkan dapat dicapai dengan memuaskan.
2. Pengaturan sejumlah personil yang dimiliki untuk memungkinkan
tercapainya suatu tujuan yang telah disepakati dengan jalan
mengalokasikan masing-masing fungsi dan tanggung jawabnya.
3. Pengkoordinasian secara rasional berbagai kegiatan dari sejumlah
orang tertentu untuk mencapai tujuan bersama, melalui pengaturan
pembagian kerja dan fungsi menurut penjenjangannya secara
bertanggung jawab. Pengorganisasian berarti menciptakan suatu
struktur dan bagian-bagian yg terintegrasi sehingga hubungan antar
bagian satu dengan yang lain dipengaruhi oleh keseluruhan struktur
tersebut (Naomi Mari Tando, 2013).
14

Jika diperhatikan beberapa batasan pengorganisasian ini, tampak dalam


pengertian pengorganisasian terdapat beberapa unsur pokok yang perlu dipahami.
Unsur-unsur pokok yang dimaksud jika disederhanakan dapat dibedakan atas tiga
macam yaitu :
1. Hal yang diorganisasikan
Sebenarnya hal-hal yang perlu diorganisasikan dari suatu rencana
banyak macamnya. Disesuaikan dengan pengertian
pengorganisasian sebagaimana dikemukakan diatas, yang
terpenting diantaranya hanya dua macam saja yakni:
a. Kegiatan
Pengorganisasian kegiatan yang dimaksudkan disini ialah
pengaturan berbagai kegiatan yang ada dalam rencana
sedemikian rupa sehingga terbentuk satu kesatuan yang
terpadu, yang secara keseluruhan diarahkan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
b. Tenaga pelaksana
Pengorganisasian tenaga pelaksana yang dimaksudkan disini
mencakup pengaturan struktur organisasi, susunan personalia
serta hak dan wewenang dari setiap tenaga pelaksana,
sedemikian rupa sehingga setiap kegiatan ada penanggung
jawabnya.
2. Proses pengorganisasian
Karena di dalam pengorganisasian terkandung kegiatan pengaturan
maka pekerjaan pengorganisasian pada dasarnya merupakan suatu
proses (process). Proses yang dimaksud disini adalah yang
menyangkut pelaksanaan langkah-langkah yang harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga semua kegiatan yang dilaksanakan serta
tenaga pelaksana yang dibuthkan, mendapat pengaturan yang
sebaik-baiknya, serta setiap kegiatan yang akan dilaksanakan
tersebut memiliki penanggung jawab pelaksanaannya.
3. Hasil pengorganisasian
15

Hasil dari pekerjaan pengorganisasian adalah terbentuklah suatu


wadah (entity), yang pada dasarnya merupakan suatu perpaduan
antara kegiatan yang akan dilaksanakan serta tenaga pelaksana
yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Wadah
yang terbentuk ini dikenal dengan nama organisasi (organization).
Tergantung dari rencana yang dimiliki, maka hal yang diorganisasikan
serta hasil dari pekerjaan pengorganisasian sangat bervariasi. Tetapi tidak
demikian halnya dengan proses, Karena program apapun yang dihadapi, proses
yang ditempuh pada pengorganisasian tetap sama. Dari uraian ini menjadi jelas,
jika membicarakan unsur-unsur pengorganisasian, yang terpenting adalah unsur
proses pengorganisasian. Apabila proses pengorganisasian tersebut dapat
dipahami dengan baik, dapatlah diharapkan terlaksananya pekerjaan
pengorganisasian dengan baik.
Pengorganisasian adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk
menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan
memanfaatkanya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi dengan
mengintegrasikan semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh sebuah
organisasi.
Istilah organisasi mempunyai dua pengertian umum yaitu :
1. Organisasi diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok fungsional,
misalnya sebuah rumah sakit, puskesmas, sebuah perkumpulan, badan-
badan pemerintahan dan lain sebagainya.
2. Merujuk pada proses pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan
diatur dan dialokasikan di antara para anggota, sehingga tujuan
organisasi itu dapat tercapai secara efektif.
Sedangkan organisasi itu sendiri diartikan sebagai kumpulan orang dengan
sistem kerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam sistem kerja sama
secara jelas diatur siapa menjalankan apa, siapa bertanggung jawab atas siapa,
arus komunikasi dan memfokuskan sumber daya pada tujuan (Siswanto, 2009).
Agar organisasi dapat berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan secara efektif,
maka dalam fungsi organisasi harus terlihat pembagian tugas dan tanggung jawab
orang-orang atau karyawan yang akan melakukan kegiatan masing-masing.
16

Menurut Gde Muninjaya dalam penyelenggaraan fungsi pengorganisasian,


terdapat lima pertanyaan yang harus terjawab dengan baik, antara lain adalah :
a. Siapa melakukan apa?, dalam rangka pengorganisasian harus terdapat
kegiatan menciptakan atau merumuskan klasifikasi jabatan, analisis
pekerjaan, deskripsi pekerjaan. Analisis ini akan dapat ditafsirkan
jumlah orang yang dibutuhkan dengan tingkat kepastian yang tinggi.
Ketidakjelasan jawaban tentang hal ini dapat berakibat pada beraneka
ragam kesulitan, seperti jumlah tenaga yang tidak sesuai dengan
kebutuhan, atau tenaga kerja yang ada tidak mencukupi persyaratan
kualitatif dan penempatan orang yang tidak sesuai dengan tuntutan
tugasnya, dan lainnya.
Ada dua hal sorotan pandangan, untuk menentukan analisis
penempatan orang, yaitu kemampuan teknis dan kemampuan
manajerial. Kemampuan teknis biasanya tercermin pada keterampilan
tertentu. keterampilan teknis dituntut dari mereka yang ditugaskan
menyelenggarakan berbagai kegiatan operasional. Kemampuan
manajerial dituntut dari mereka yang menduduki berbagai jenjang
jabatan kepemimpinan dalam organisasi.
b. Siapa bertanggung jawab kepada siapa?, suatu organisasi terdiri dari
satuan-satuan kerja tertentu. Artinya, organisasi harus menggambarkan
pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya, antara lain demi
kepentingan koordinasi dan sinkronisasi, mutlak perlu terdapat
kejelasan tentang hal-hal tersebut. Ketidakjelasan tentang wewenang
dan tanggung jawab akan berakibat pada tumpang tindih dan duplikasi
kegiatan yang menimbulkan berbagai jenis konflik dan pemborosan
yang tidak akan pernah dapat diselesaikan
c. Siapa yang berhubungan dengan siapa dan dalam hal apa ?, interaksi
antara berbagai satuan kerja pasti dan memang harus terjadi. Interaksi
timbul karena adanya saling ketergantungan antara satu satuan kerja
dengan satuan kerja lainnya. Tidak ada satuan kerja yang demikian
tinggi tingkat otonominya sehingga ia tidak usah berinteraksi dengan
yang lain. Karena saling ketergantungan dalam hubungan berbagai
17

satuan kerja itu, hubungan dan interaksi yang terjadi haruslah


didasarkan pada pendekatan yang simbiosis mutualisme.
d. Saluran komunikasi apa yang terdapat dalam organisasi, bagaimana
cara memanfaatkannya, dan untuk kepentingan apa ?. Lancar tidaknya
jalannya roda suatu organisasi sangat tergantung pada bentuk dan jenis
saluran komunikasi yang terdapat dalam organisasi tersebut. Ditinjau
dari segi arahnya, komunikasi dalam suatu organisasi berlangsung
secara vertikal, horizontal, dan diagonal. Komunikasi yang bersifat
vertikal terjadi antara atasan dengan para bawahannya yang digunakan
untuk berbagai kepentingan, seperti penyampaian keputusan, perintih,
instruksi, informasi, petunjuk, bahan pembinaan, pengarahan,
pedoman kerja, pujian, teguran, dan sebagainya, sebaliknya,
komunikasi vertikal ke atas, yaitu antara para bawahan dengan
pimpinannya, terjadi dalam hal penyampaian laporan, informasi, saran,
masalah, keluhan, dan hal-hal lain yang dipandang perlu diketahui oleh
atasan yang bersangkutan. Komunikasi horizontal terjadi antara orang-
orang yang menduduki jpbatan setingkat, tetapi terlibat dalam
pelaksanaan kegiatan yang berbeda. Komunikasi horizontal terjadi
untuk kepentingan penyampaian informasi, permintaan bahan, tukar-
menukar pengalaman, yang kesemuanya bermanfaat untuk
kepentingan koordinasi dan sinkronisasi kogiatan organisasional.
Komunikasi diagonal terjadi antara sekelompok orang yang berada
jenjang hierarki yang lebih tinggi dengan sekelompok orang yang
berada pada jenjang hierarki yang lebih rendah, tetapi terlibat dalam
penanganan kegiatan yang sejenis. Contohnya ialah penyampaian
berbagai hal seperti kebijakan kepegawaian, petunjuk operasional,
penyampaian informasi, permintaan laporan dan sebagainya. Agar
pesan dapat disampaikan dengan cara yang paling efektif, sumber
pesan harus memutuskan bentuk sarana dan wahana yang hendak
digunakannya dalam penyampaian pesan tersebut.
Pengelompokan Tugas Jabatan
Rumusan pengelompokan tugas antara lain :
18

1. Job analysis (analisis tugas) di analisa sesuai dengan keahliannya


2. Job diskription (uraian tugas) apa saja jenis tugas yang diberikan
3. Job spesifikation (syarat tugas) syarat dan persiapan yang harus
dipenuhi
4. Job evaluation (evaluasi tugas) mengidentifikasi apakah jenis tugas
sesuai
Otoritas organisasi
Adalah kekuasaan /hak untuk bertindak / memberi perintah kepada
orang lain. Otoritas ini harus tercantum dengan jelas baik pada job
deskription maupun struktur organisasi, misalnya ketentuan perundangan,
posisi dalam kontiilasi (kedudukan dalam organisasi), pelimpahan
otoritas /mandat, perintah atasan
Staffing
Proses staffing meliputi
1. Mempelajari organisasi
2. Memperkirakan kebutuhan staff: kualifikasi tenaga dan jumlah staf
3. Rekrutment staf
4. Seleksi penerimaan dan penempatan staf
5. Job training : Preservice Training (sebelum kerja) In service
training (selama kerja)
6. Facilitating, memberi bekal/ facilitas antara lain peralatan,
material, keuangan

Proses Organisasi
Dua aspek utama struktur organisasi adalah pembagian kerja dan
departementalisasi. Pembagian kerja merupakan pemecahan suatu tugas
kerga sehingga setiap anggota dalam organisasi tanggung jawab dan
melaksanakan seperangkataktivitas yang terbatas dan bukan keseluruhan
tugas. Sedangkan departementalisasi adalah pengelompokkan aktivitas
pekerjaan sehingga aktivitas dan hubungan yang serupa dan logis dapat
diselenggarakan secara serempak (Siswanto, 2009).
Tujuan utama dua aspek diatas adalah :
19

a. Proses komunikasi
Komunikasi dapat didefenisikan sebagai penyampaian informasi
dan oengertian dengan menggunakan tanda yang sama. Komunikasi
sangat penting karena para menejer suatu organisasi jarang bekerja
dengan menggunakan barang tetapi lebih sering menggunakan
informasi mengenai barang itu. Komunikasi tidak dapat dihindarkan
dalam setiap fungsi organisasi karena setiap menejer harus menjadi
seorang widiasuara (komunikator).
Proses komunikasi dalam suatu organisasi harus memberi
kemungkinan dalam empat arah yang berbeda yaitu :
1. Komunikasi ke bawah
Komunikasi kebawah mengalir dari orang pada hierarki yang
lebih tinggi kejenjang yang lebih rendah
2. Komunikasi ke atas
Porsi komunikasi keatas sebenarnya dituntut untuk seimbang
dengan komunikasi kebawah. Berbeda dengan komunikasi
kebawah, komunikasi ke atas mengalir dari orang pada hierarki
yang lebih rendah kejenjeng yang lebuh tinggi.
3. Komunikasi horizontal
Meskipun arus komunikasi ke atas dan ke bawah (vertikal)
merupakan pertimbangan utama dalam desain organisasi,
namun organisasi yang efektif memerlukan juga komunikasi
horizontal. Komunikasi horizintal sangat perlu bagi koordinasi
dan integrasi dari beraneka ragam fungsi keorganisasian.
4. Komunikasi diagonal
Meskipun mungkin merupakn jalur komunikasi yang paling
jarang digunakan, komunikasi diagonal penting dalam situasi
ketika para anggota tidak dapat borkomunikasi secara efektif
melalui jalur lain.

b. Proses pengambilan keputusan


20

Pengambilan keputusan adalah serangkain aktifitas yang dilakukan


oleh seseorang dalam usaha memecahkan permasalahan yang dihadapi,
kemudian menetapkan salah satu alternatif yang dianggap paling
rasional dan sesuai dengan sistim. Dalam suatu organisasi yang
mengambil keputusan adalah menejer. Kualitas keputusan yang
diambil oleh menejer merupakan ukuran dari efektifitas mereka.
Setiap keputusan adalah proses yang dinamis yang dipengaruhi oleh
kekuatan yang
banyak sekali. Proses pengambilan keputusan merupakan aktivitas
yang berurutan dan bukannya sebagi serangkaian langkah. Kajian
mengenai desain umum tentang proses pengambulilan keputusan
biasanya ditekankan pada keputusan yang tak terprogram. Pada
permasalahan yang timbul jarang dengan hasil yang sangat tidak pasti,
menejer perlu mempertimbangkan seluruh proses keputusan yang
dimaksud adalah :
1) Menetapkan tujuan dan sasaran khusus dan mengatur hasilnya.
2) Identifikasi permasalahan
3) Mengembangkan alternatif
4) Mengevaluasi alternatif
5) Memilih alternatif
6) Melaksanakan keputusan
7) Pengendalian dan penimbangan

c. Proses evaluasi hasil karya


Evaluasi dirancang untuk memberikan kepada orang yang dinilai dan
orang yang menilai atau menejer, informasi mengenai hasil karya.
Secara umum bahwa tujuan evaluasi hasil karya adalah untuk
mencapai kesimpulan yang evaluatif atau yang memberi pertimbangan
mengenai hasil karya dan untuk mengembangkan karya lewat
program. Secara khusus hasil karya dapat memberi dampak sebagai
berikut.
21

1. Program evaluasi hasil karya yang dirancang dan dilaksanakan


dengan baik dapat memiliki pengaruh motivasional terhadap para
bawahan, antara lain dapat, merangsang peningkatan,
mengembangkan rasa tanggung jawabn dan menaikkan keterikatan
kepada organisasi.
2. Meningkatan pengertian manajerial (manajerial understanding)
3. Memberi dasar bagi perencanaan (planing), pelatihan (training),
den mengembangkan (development)
4. Mengurangi pilih kasih dalam menggambil keputusan manajerial
yang penting.

d. Proses imbalan
Cara menetapkan waktu pembagian imbalan merupakan permasalahan
yang penting yang harus dihadapi oleh para menejer sehari-hari,
imbalan yang dibagi oleh menejer meliputi upah, mutasi, promosi,
pujian dan penghargaan. Imbalan tersebut dapat juga membantu
menciptakan suasana yang menimbulkan pekerjaan yang menantang
dan yan memuaskan. Karena imbalan dipandang penting oleh para
bawahan, imbalan memiliki dampak penting terhadap perilaku dan
hasil karya.
Tujuan umun dari program imbalan adalah :
Untuk menarik orang yang memenuhi syarat sehingga bersedia
memasuki organisasi
 Menjaga supaya bawahan datang ke pekerjaan.
 Memotivasi para bawahan untuk bekerja lebih giat sehingga
mencapai tingkat hasil karya yang lebih tinggi.

e. Proses sosialisasi dan proses karier


Soialisasi keorganisasian adalah proses yang dialami individu untuk
menghargai nilai, kemampuan, prilaku yang diharapkan, dan
pengetahuan sosial yang diperlukan untuk mengasumsikan peran
keorganisasian dan untuk berpartisipasi sebagai anggota organisasi.
22

c. Actuating (Pengarahan/Penggerakan)
Pengarahan adalah proses memberikan bimbingan kepada staff agar
mereka mampu bekerja secara optimal dalam melaksnaakan tugas-
tugasnya sesuai dengan ketrampilan yang mereka miliki. Pengarahan ini
termasuk didalamnya adalah kejelasan komunikasi, pengembangan
motivasi yang efektif (Gde Muninjaya, 2009).
Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi yang paling fundamental
dalam manajemen, karena merupakan pengupayaan berbagai jenis
tindakan itu sendiri, agar semua anggota kelompok mulai dari tingkat
teratas sampai terbawah, berusaha mencapai sasaran organisasi sesuai
rencana yang telah ditetapkan semula, dengan cara terbaik dan benar.
Hakikat dari pengarahan adalah sebagai keseluruhan usaha, cara,
teknik dan metode untuk mendorong para anggota organisasi agar mau dan
ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya tujuan organisasi
dengan efisien, efektif dan produktif.
Pengarahan diruang kebidanan klinik dapat dilakukan dilakukan
dalam beberapa kegiatan yaitu operan pasien, program motivasi,
manajemen konflik, dan melakukan supervisi dan lainnya.
a. Program motivasi dimulai dengan membudayakan cara berfikir
positif bagi setiap sumber daya manusia dengan
mengungkapkannya melalui pujian (reinforcement) pada setiap
orang yang bekerja bersama-sama. Kebersamaan dalam mencapai
visi, dan misi merupakan pendorong kuat untuk fokus pada
potensi masing-masing anggota.
b. Manajemen konflik, perubahan kemungkinan menimbulkan
konflik yang disebabkan oleh persepsi, pandangan dan pendapat
yang berbeda. Untuk itu dilakukan pelatihan tentang sistem
pelayanan dan asuhan kebidanan bagi semua sumber daya
manusia yang ada (MPKP). Komunikasi yang terbuka diarahkan
kepada penyelesaian konflik dengan win-win solution.
23

c. Supervisi/pengawasan merupakan hal yang penting dilakukan


untuk memastikan pelayanan dan asuhan kebidanan berjalan
sesuai standar mutu yang ditetapkan. Pelayanan tidak diartikan
sebagai pemeriksaan dan mencari kesalahan, tetapi lebih pada
pengawasan partisipatif yaitu bidan yang mengawasi pelaksanaan
kegiatan memberikan penghargaan pada pencapaian atau
keberhasilan dan memberi jalan keluar pada hal-hal yang belum
terpenuhi. Dengan demikian pengawasan mengandung makna
pembinaan. Pengawasan dapat dilakukan secara langsung dan
tidak langsung. Pengawasan langsung dilakukan saat tindakan atau
kegiatan sedang berlangsung, misalnya bidan pelaksa sedang
melakukan ganti balutan, maka kepala tim mengobservasi tentang
pelaksanaan dengan memperhatikan apakah standar kerja
dijalankan. Pengawasan terkait pula dengan kinerja dan kompetisi
bidan, yang akan berguna dalam program jenjang karir bidan
bersangkutan. Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui
pelaporan atau dokumen yang menguraikan tindakan dan kegiatan
yang telah dilakukan.
Pengawasan biasanya dilakukan oleh bidan yang lebih
berpengalaman, ahli atau atasan kepada bidan dalam pelaksanaan kegiatan
atau tindakan. Agar hasil pengawasan dapat ditindaklanjuti maka
sebaliknya disediakan instrumen pengawasan. Tindak lanjut dapat berupa
penghargaan, penambahan pengetahuan atau keterampilan, promosi untuk
tahap kemampuan lanjutan. Pelaksanaan pengawasan dapat direncanakan
harian, mingguan, bulanan, atau tahunan dengan fokus yang telah
ditetapkan. Di ruang rawat pengawasan dilakukan kepada kepala ruangan,
ketua tim dan bidan pelaksana. Pengawasan terhadap kepala ruangan
dilakukan oleh kepala bidang keperawatan kebidanan. Pengawasan
terhadap ketua tim dilakukan oleh kasubdepbid, dan kepala ruangan.
Pengawasan terhadap bidan pelaksana dilakukan oleh kasubdepbid, kepala
ruangan dan katim.
Penggerakan terdiri dari :
24

a. Rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas yang bisa


mempengaruhi orang lain agar mereka suka melaksanakan usaha
sesuai tujuan.
b. Alat-alat Penggerakan bisa berupa;
- Perintah
- Surat edaran
- Petunjuk
- Rapat koordinasi
- Bimbingan - Pertemuan loka karya ( workshop)
c. Motivasi
Proses pemberian motive penggerak bekerja kepada bawahannya
sehingga mereka mau bekerja sebaik-baiknya sesuai kehendak
pimpinan, karenanya manager harus mengetahui basic personal Need
bagi anggotanya. Basic Personal Need (kebutuhan Dasar manusia)
adalah kebutuhan material : makan , perumahan, pakaian, Kebutuhan
material ; yang bersifat biologic adalah kebutuhan untuk keperluan
hidup survival ) untuk keperluan perkembangan dan pertumbuhan,
Kebutuhan Noon Material: bisa berupa pengakuan (recoqnation),
kasih sayang (affection), keharuman nama (prestige), kehormatan
(honor), nama baik (reputation), sosiaologik, jaminan keamanan,
persahabatan, semangat solidaritas.

Teknik Motivasi
1) Motivasi Tidak Langsung
Sinkronisasi aspirasi individu dengan tujuan organisasi. adalah
:
a. Pengertian mendalam tentang tujuan organisasi akan
memberi manfaat pada pekerja
b. Pengertian bahwa organisasi tidak bertentangan dengan
aspiarasi individu
c. Pemberian kesempatan pekerja untuk menentukan cara
pencapaian tujuan
25

d. Kondisi organisasi menciptakan keadaan favourible


berprestasi : misalnya Sosial condition, associatio
condition, customary condition
2) Motivasi Langsung
a. Intensi Material : dasar pemberian terhadap :
- waktu ; misalnya cuti.
- Hasil kerja yang berprestasi baik diberi imbalan
- Gabungan keduanya
- Jaminan sosial : bisa berupa : rumah dinas, ONH, biaya
tugas belajar, pengobatan gratis
b. Intensif Material : Pemberian gelar, tanda jasa,/medali,
pujian lesan atau tertulis, dipromosikan, diberi hak
menggunakan atribut jabatan
Rangkaian kesimpulan yang dapat ditarik dari target proses
pengarahan adalah sebagai berikut :
1) Para anggota organisasi akan bersedia mengerahkan segala
kemampuan, tenaga, keahlian, keterampilan, dan waktunya
bagi kepentingan pencapaian tujuan organisasi apabila
kepada mereka diberikan penjelasan yang lengkap tentang
hakikat, bentuk, dan sifat tujuan yang hendak dicapai.
2) Usaha meyakinkan para anggota organisasi untuk
memahami dan menerima tujuan dan berbagai sasaran
tersebut diperkirakan akan lebih mudah apabila para
manajer berhasil pula meyakinkan para bawahannya bahwa
dalam mengemudikan organisasi, para manajer tersebut
akan menggunakan gaya manajerial yang mencerminkan
pengakuan atas harkat dan mahabat para bawahannya
sebagai insan yang ada
3) Pimpinan organisasi perlu menjelaskan kebijaksanaan-
kebijaksanaan yang akan ditempuh oleh organisasi dalam
usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasaran
26

organisasional yang sekaligus berusaha memuaskan


berbagai kebutuhan para bawahan tersebut.
4) Para manajer perlu menjelaskan bentuk pewadahan
kegiatan yang dianggap paling tepat untuk digunakan
dalam penekanan diberikan pada interaksi positif antara
orang-orang dalam satu satuan kerja dan antar satuan kerja
dalam organisasi berdasarkan kebiasaan, norma-nonna, dan
kultur organisasi yang telah disepakati bersama,
5) Dalam menggerakkan para bawahan, para manajer harus
selalu mempertimbangkan pandangan para bawahan
tentang organisasi kemampuan yang dimiliki oleh
organisasi, dan situasi lingkungan yang turut berpengaruh.
Dengan demikian, seluruh jajaran organisasi akan siap
menyelenggarakan semua kegiatan operasional yang
diharapkan atau diharuskan untuk dilakukan.
d. Controling (Pengawasan)
Controlling adalah proses untuk mengamati secara terus-menerus
pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi
terhadap penyimpangan yang terjadi. Pengawasan (controlling) dapat
dianggap sebagai aktivitas untuk menemukan, mengoreksi penyimpangan-
penyimpangan penting dalam hasil yang dicapai dari aktivitas aktivitas
yang direncanakan. Wajar jika terjadi kekeliruan-kekeliruan tertentu,
kegagalan-kegagalan dan petunjuk-petunjuk yang tidak efektif hingga
terjadi penyimpangan yang tidak diinginkan terhadap tujuan yang ingin
dicapai. Pengawasan dalam arti manajemen yang diformalkan tidak akan
eksis tanpa adanya perencanaan, pengorganisasian dan penggerakan
sebelumnya (Gde muninjaya, 2009).
Pengawasan bisa berjalan secara efektif diperlukan beberapa kondisi
yang harus diperhatikan yaitu:
1) Pengawasan harus dikaitkan dengan tujuan, dan kriteria yang
dipergunakan dalam sistem
27

Pelayanan kesehatan, yaitu relevansi, efektivitas, efisiensi, dan


produktivitas.
2) Sulit, tetapi standar yang masih dapat dicapai harus ditentukan.
Ada dua tujuan pokok, yaitu : (1) untuk memotivasi, dan (2) untuk
dijadikan patokan guna membandingkan dengan prestasi. Artinya
jika pengawasan ini efektif akan dapat memotivasi seluruh
anggota untuk mencapai prestasi yang tinggi. Karena tantangan
biasanya menimbulkan berbagai reaksi, maka daya upaya untuk
mencapai standar yang sulit mungkin dapat membangkitkan
semangat yang lebih besar untuk mencapainya daripada kalau
yang harus dipenuhi itu hanya standar yang mudah. Namun
demikian, jika target terlampau tinggi atau terlalu sulit
kemungkinan juga akan menimbulkan patah semangat. Oleh
karena itu tidak menetapkan standar yang terlampau sulit sehingga
bukan meningkatkan prestasi belajar/pendidikan, malah
menurunkan prestasi
3) Pengawasan hendaknya disesuaikan dengan sifat dan kebutuhan
organisasi. Di sini perlu diperhatikan pola dan tata organisasi,
seperti susunan, peraturan, kewenangan dan tugas tugas yang telah
digariskan dalam uraian tugas (job discription).
4) Banyaknya pengawasan harus dibatasi. Artinya jika pengawasan
terhadap karyawan terlampau sering, ada kecenderungan mereka
kehilangan otonominya dan dapat dipersepsi pengawasan itu
sebagai pengekangan.
5) Sistem pengawasan harus dikemudi (steering controls) tanpa
mengorbankan otonomi dan kehormatan manajerial tetapi
fleksibel, artinya sistem pengawasan menunjukkan kapan, dan
dimana tindakan korektif harus diambil.
6) Pengawasan hendaknya mengacu pada tindakan perbaikan, artinya
tidak hanya mengungkap penyimpangan dari standar, tetapi
penyediaan alternatif perbaikan, menentukan tindakan perbaikan.
28

7) Pengawasan hendaknya mengacu pada prosedur pemecahan


masalah, yaitu: menemukan masalah, menemukan penyebab,
membuat rancangan penanggulangan, melakukan perbaikan,
mengecek hasil perbaikan, mengecek timbulnya masalah yang
serupa.
Dalam bidang keperawatan/kebidanan pengendalian
merupakan upaya mempertahankan mutu, kualitas atau standar.
Output (hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar memenuhi
keinginan (standar) yang telah ditetapkan. Pengendalian difokuskan
pada proses yaitu pelaksanaan asuhan keperawatan dan pada output
(hasil) yaitu kepuasan pelanggan, keluarga, perawat, bidan dan dokter.
Kepala ruangan akan membuat laporan hasil kerja bulanan tentang
semua kegiatan yang dilakukan proses evaluasi = audit proses) terkait
dengan MPKP. Data tentang indikator mutu dapat bekerja sama
dengan tim rumah sakit atau ruangan membuat sendiri. Audit
dokumentasi keperawatan kebidanan dilakukan pada rekam medik
yang pulang atau yang sedang dirawat lalu dibuat rekapitulasinya
untuk ruangan. Survey masalah pasien yang diambil dari pasien baru
yang dirawat pada bulan yang bersangkutan untuk menganalisa
apakah ada masalah baru yang belum dibuat standar asuhannya. Ketua
tim akan memberi kontribusi data yang dibutuhkan oleh kepala
ruangan dalam menilai pencapaian kegiatan MPKP.
Agar kegiatan pengawasan membuahkan hasil yang
diharapkan, perhatian serius perlu diberikan kepada berbagai dasar
pemikiran yang sifatnya fundamental, beberapa di antaranya dibahas
berikut ini.
a. Orientasi kerja dalam setiap organisasi adalah efisiensi.
Bekerja secara efisien berarti menggunakan sumber-
sumber yang tersedia seminimal mungkin untuk membuahkan
hasil tertentu yang telah ditetapkan dalam rencana. Sudah
umum diterima sebagai kebenaran ilmiah dan kenyataan dalam
praktik menunjukkan pula bahwa sumber-sumber yang tersedia
29

atau mungkin disediakan oleh organisasi apa pun untuk


mencapai tujuannya selalu terbatas, yaitu berupa dana, tenaga,
sarana, prasarana, dan waktu. Keterbatasan demikian menuntut
penggunaan yang sehemat-hematnya dari semua dana dan daya
yang dimiliki dengan tetap menghasilkan hal-hal yang
ditargetkan untuk dihasilkan.
b. Adanya efektifitas kerja dalam organisasi
Jika seseorang berbicara tentang efektivitas sebagai orientasi
kerja, artinya yang menjadi sorotan perhatiannya adalah
tercapainya berbagai sasaran yang telah ditentukan tepat pada
waktunya dengan menggunakan sumber-sumber tertentu yang
sudah dialokasikan untuk melakukan berbagai kegiatan.
Artinya, jumlah dan jenis sumber sumber yang akan digunakan
sudah ditentukan sebelumnya dan dengan pemanfaatan
sumber-sumber itulah, hasil-hasil tertentu harus dicapai dalam
batas waktu yang telah ditetapkan pula. Efektivitas menyoroti
tercapainya sasaran tepat pada waktunya untuk disediakan
sumber dan sarana kerja tertentu yang dianggap memadai.
c. Produktivitas merupakan orientasi kerja
Ide yang menonjol dalam membicarakan dan mengusahakan
produktivitas maksimal simalisasi hasil yang harus dicapai
berdasarkan dan dengan memanfaatkan sumber dana dan daya
yang telah dialokasikan sebelumnya. Dalam praktik, ketiga
orientasi kerja tersebut diterapkan sekaligus dalam
menjalankan roda organisasi.
d. Pengawasan dilakukan pada waktu berbagai kegiatan sedang
berlangsung Kegiatan ini untuk mencegah jangan sampai
terjadi penyimpangan, penyelewengan, dan pemborosan.
Dengan perkataan lain pengawasan akan bersifat preventif
untuk mencegah berbagai hal negatif. manajer sebagai
pelaksana fungsi pengawasan harus mampu mendeteksi
berbagai petunjuk kemungkinan timbulnya berbagai hal negatif
30

dalam menjalankan roda organisasi. Demikian pula halnya


dengan setiap manajer yang harus selalu mengamati segala
sesuatu yang terjadi dalam organisasi sehingga apa yang terjadi
tidak lagi dipandang sebagai pendadakan.
e. Tidak ada manajer yang dapat mengelak dari tanggung
jawabnya melakukan pengawasan.
Para pelaksana adalah manusia yang tidak sempurna.
Dengan sifat dasar ketidaksempurnaan ini para pelaksana
kegiatan tidak akan luput dari kemungkinan berbuat khilaf
bahkan juga berbuat kesalahan, sehingga setiap saat perlu
pengawasan dan bimbingan. Penyimpangan dan pemborosan
belum tentu terjadi karena kesengajaan, terjadi ada faktor
lainnya yang menjadi penyebabnya antara lain kekurangan
ketrampilan, kurang pengetahuan dan faktor lain yang sejenis,
sehingga perlu bimbingan serta pengawasan setiap saat.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
pengendalian/pengontrolan meliputi :
1) Menetapkan standar dan menetapkan metode
mengukur prestasi kerja
2) Melakukan pengukuran prestasi kerja
3) Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan
standart
4) Mengambil tindakan korektif
Peralatan atau instrument dipilih untuk mengumpulkan bukti dan
untuk menunjukkan standar yang telah ditetapkan atau tersedia. Audit
merupakan penilaian pekerjaan yang telah dilakukan.
Apakah segala sesuatu tercapai atau berjalan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan, atau intruksi-intrujsi yang telah ditetapkan.
Pengawasan bertujuan menunjukkan atau menemukan kelemahan-
kelemahan agar dapat diperbaiki dan mencegah terulangnya kelemahan
tersebut (Fayol).
31

Dengan demikian dapat diartikan bahwa pengawasan adalah suatu


proses untuk menetapkan pekerjaan yang sudah dilaksanakan serta
mengoreksi apakah pekerjaan dimaksud telah dikerjakan sesuai dengan
rencana.
1. Syarat/ prinsip pengawasan.
a. Harus ada rencana yang jelas
b. Harus mampu menjamin adanya tindakan perbaikan
c. Harus bersifat fleksibel
d. Dapat dimengerti
e. Dapat merefleksikan pola organisasi
2. Proses Pengawasan Meliputi
a. Menetapkan alat pengukur (standar) dan mengumpulkan
data / fakta
b. Mengadakan penilaian dengan membandingkan hasil
kegiatan dengan standar yang telah ditetapkan
c. Sekaligus mengadakan perbaikan pada setiap alpha
3. Standar Yang Digunakan Dalam Pengawasan
a. Norma: Standar yang ditetapkan atas dasar pengalaman
yang lalu, proyek yang lalu atau proyek yang lain yang
bentuk dan situasi sama
b. Kriteria : Standar yang ditetapkan dan diharapkan sebagai
ukuran pelaksanaan program secara memuaskan. Dalam hal
ini penyimpangan terhadap standar masih dalam tahap
toleransi
4. Jenis kategorisasi Pengawasan
a. Waktu
- Preventif Bersifat mencegah penyimpangan
- Repressif : Bersifat menekan terjadinya penyimpangan
b. Subyek pengwasan
- Intern (dari dalam organisasi)
- Ektern (dari luar organisasi)
c. Obyek pengawasan
32

Produksi, keuangan, waktu, manusianya


d. Cara pengumpulan datanya.
- personal observasi : pengawasan perorangan
- oral report : laporan lisan
- writen report : laporan tertulis
- control by exeption : pengawasan khusus terhadap hal-
hal khusus

e. EVALUATION (Penilaian)
Evaluasi/penilaian adalah prosedur penilaian pelaksanaan hasil
kerja dampak secara systematik, dengan membandingkannya dengan
standar dan mengikuti kreteria/metode/tujuan guna menilai dan sekaligus
pengambilan keputusan selanjutnya.
Tujuan dari evaluasi :
1. Sebagai alat untuk memperbaiki pelaksanaan program dan
perencanaan program
2. Sebagai alat untuk memperbaiki pelaksanaan suatu kegiatan yang
sedang berjalan
3. Sebagai alat untuk memperbaiki alokasi sumber daya
4. Sebagai alat untuk mengadakan perencanaan kembali yang lebih baik
dari semula
Berdasarkan waktunya, evaluasi dapat digolongkan;
a. Evaluasi formative
Yaitu evaluasi yang dilaksanakan saat kegiatan sedang berlangsung :
ini dibagi 2 bentuk Critical review evaluation yaitu kegiatan evaluasi
dengan cara menanyakan bagian penting sebelum kegiatan dimulai
dan Midterm Evaluasi yaitu evaluasi saat kegiatan sedang berjalan
b. Evaluasi Sumative : adalah evaluasi dilakukan saat kegiatan telah
selesai dilakukan. Evaluasi ini dikelompokan menjadi 2 macam yaitu
evaluasi Output : yaitu evaluasi untuk menilai hasil kegiatan program
dan evaluasi dampak/ impact/ outcome : yaitu evaluasi untuk menilai
dampak dari hasil pelaksanaan program
33

ProsesEvaluasi : tahapan-tahapannya
a. Kegiatan berfikir konseptual
b. Formulasi tujuan, sasaran dan manfaat evaluasi
c. Formulasi sumber dan jenis informasi yang diperlukan
d. Formulasi kriteria evaluasi
e. Formulasi modal/kerangka kerja/rancang bangun
f. Kegiatan Operasional
g. Pengumpulan data informasi
Kegiatan penilaian
a. Formulasi derajat keberhasilan
b. Formulasi faktor penunjang / penghambat
c. Kegiatan tindak lanjut
d. Formulasi tindakan pemecahan masalah
e. Feed back evaluasi kepada user
f. Follow up/ corective action/ tindakan perbaikan
Kriteria Evaluasi
Relevansi Relevansi dipakai untuk memeriksa rasionalisasi suatu
program antara lain: masalah, kebijaksanaan, tujuan jawaban masalah,
kegiatan, unit kerja.
Relevansi juga dapat dipakai untuk menilai pengadaan/penghentian
suatu program yang didasarkan pada :
a. Harus diadakan program
1. Adanya relevansi Sosial
- Tujuan program sesuai dengan tujuan nasional
kesehatan
- Terdapatnya kontribusi yang jelas dari program
tersebut terhadap kesehatan masyarakat
- Metode cukup sederhana
- Program tersebut dapat menjawab need/ kebutuhan
2. Adanya program negatif jika program tiada
b. Penghentian Program didasarkan :
 Bila masalah sudah hiang sama sekali
34

 Usaha yangdilakukan tidak memberi hasil sama sekali


c. Ukuran Tingkat Kemajuan program adalah penilaian dengan
cara membandingkan rencana kenyataan suatu program secara
berkala pada waktu program sedang berjalan guna mengetahui
monitoring tingkat kemajuan pelaksanaan, identifikasi dan
koreksi hambatan pelaksanaan
Keempat fungsi manajemen ini merupakan suatu rangkaian
(proses) kegiatan yang berhubungan satu sama lain. Jika tujuan
organisasi belum tercapai atau masih ada kesenjangan pihak
manajemen harus mampu menganalisa kembali kelemahan
pelaksanaan salah satu atau beberapa fungsi manajemen. Untuk itu
fungsi manajemen ini memerlukan perumusan standart unjuk kerja
yang jelas yang digunakan untuk menilai hasil kegiatan staf atau
unit kerja. Apakah ada penyimpangan ? jika ada penyimpangan
kegiatan manajerial ditujukan untuk melakukan koreksi terhadap
penyimpangan yang telah terjadi.

2.1.4 Langkah-langkah manajemen pelayanan kebidanan


Langkah – langkah Manajemen Pelayanan Kebidanan dibagi 3 yaitu :
1. PI (Perencanaan)
2. P2 ( Pengorganisasian)
3. P3 (Penggerakan, Pelaksanaan, Pengawasan dan Pengendalian)

P1 (PERENCANAAN)
Perencanaan adalah proses untuk merumuskan masalah kegiatan,
menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan
kegiatan yang paling pokok dan menyusun langkah-langkah untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan ( landasan dasar)
Contoh :
 Jadwal Pelayanan ANC di Posyandu, Puskesmas.
 Rencana Pelatihan untuk kader, nakes
Perencanaan dalam manajemen pelayanan kebidanan
35

Seorang Bidan haruslah berfikir logis, anallitis,


sistematik,teruji secara empiris, memenuhi sifat pengetahuan
umum yaitu : objektif, umum dan memiliki metode ilmiah.
Penerapan di dalam Manajemen Pelayanan Kebidanan. Unsur-
unsur dalam perencanaan Pelayanan Kebidanan meliputi :
1. IN-PUT
Merujuk pada sumber-sumber yang diperlukan untuk
melaksanakan aktifitas yang meliputi :
 Man
Tenaga yang dimanfaatkan,
Contoh : Staf atau Bidan yang kompeten
 Money : Anggaran yang di butuhkan atau dana
untuk program
 Material : Bakau atau materi ( sarana dan
prasarana ) yang dibutuhkan
 Metode : Cara yang di pergunakan dalam bekerja
atau prosedur kerja
 Minute / Time : Jangka waktu pelaksanaan kegiatan
program
 Market : Pasar dan pemasaran atau sarana program
2. PROSES
Memonitor tugas atau kegiatan yang dilaksanakan. Meliputi
Manajemen Operasional dan Manajemen asuhan.
 Perencanaan ( PI )
 Pengorganisasian (P2)
 Penggerakan dan pelaksanaan, Pengawasan dan
Pengendalian (P3)
3. OUT-PUT
Cakupan Kegiatan Program :
 Jumlah kelompok masyarakat yang sudah menerima
layanan kebidanan (memerator), di bandingkan dengan
36

jumlah kelompok masyarakat yang menjadi sasaran


program kebidanan. (Denominator)
 Pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar
pelayanan kebidanan (Mulai dari KIE, Asuhan
Kebidanan, dsb)
 Contoh : Untuk BPS : Out - Putnya adalah
 Kesejahteraan ibu dan janin
 Kepuasan Pelanggan
 Kepuasan bidan sebagai provider
4. EFFECT
Perubahan pengetahuan, sikap, dan prilaku masyarakat
yang diukur dengan peran serta masyarakat untuk
memanfaatkan pelayanan kebidanan yang ada di sekitarnya
(Posyandu, BPS, Puskesmas dsb) yang tersedia.
5. OUT - COME (IMPACT)
Di pergunakan untuk menilai perubahan atau dampak
( impact ) suatu program, perkembangan jangka panjang
termasuk perubahan status kesehatan masyarakat
P2 (PENGORGANISASIAN)
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan
menggolonggolongkan, dan mengatur berbagai kegiatan, penetapan tugas-
tugas dan wewenang seseorang dan pendelegasian wewenang dalam
rangka pencapaian tujuan layanan kebidanan.
Inti dari pengorganisasian adalah merupakan alat untuk
memadukan atau sinkronisasi semua kegiatan yang berasfek personil,
finansial, material dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan pelayanan
kebidanan yang telah di tetapkan.
Contoh : P2 (Pelaksanaan)
 Puskesmas
 Puskesmas Pembantu
 Polindes dan Pembantu
 Balai Desa
37

P3 (PENGGERAKAN DAN PELAKSANAAN PENGAWASAN DAN


PENGENDALIAN)
Penggerakan dan Pelaksanaan adalah suatu usaha untuk
menciptakan iklim kerja sama di antara pelaksanaan program pelayanan
kebidanan sehingga tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Fungsi manajemen ini lebih menekankan bagaimana seseorang
manajer pelayanan kebidanan mengarahkan dan menggerakkan semua
sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pelayanan kebidanan yang
telah di sepakati.
Contoh :
 Pencatatan dan pelaporan ( SP2TP)
 Supervisi
 Stratifikasi Puskesmas
 Survei

2.1.5 Aplikasi Pengorganisasian dalam pelayanan Kebidanan


Lima langkah pengelolaan program perbaikan gizi ibu hamil dan balita
 langkah pertama yaitu identifikasi masalah
 langkah kedua analisa masalah
 langkah ke tiga menentukan kegiatan perbaikan gizi
 langkah ke empat melaksanakan program perbaikan gizi
 langkah ke lima pemantauan dan evaluasi
Langkah pertama dan langkah kedua biasa dikenal dengan
perencanaan (planning). Langkah ke tiga disebut juga pengorganisasian
(organizing). Langkah ke empat disebut pelaksanaan atau actuating
sedangkan langkah ke lima disebut dengan controling and evaluation
1. Perencanaan
a. Identifikasi masalah
Dalam identifikasi masalah gizi, langkah yang perlu
diperhatikan adalah mempelajari data berupa angka atau
keterangan keterangan yang berhubungan dengan identifikasi
masalah gizi ibu hamil dan balita, kemudian dilakukan validasi
38

terhadap data yang tersedia, maksudnya menilai kembali data,


selanjutnya mempelajari bersasaran dan sebaran masalah gizi,
dibandingkan dengan ambang batas atau target kemudian
rumuskan masalah.
Setelah masalah teridentifikasi, kemudian dilanjutkan
dengan penentuan prioritas masalah dengan langkah langkah :
a. Tentukan prioritaas masalah (1), kelayakan tekhnologi (
T), sumber daya yang tersedia (R). Untuk
mempermudah digunakan rumus P-IR
b. Nilainya dapat dibuat dengan beberapa kategori
misalnya untuk I dipakai 3 kategori yaitu nilai 1 dengan
kategori kurang penting, nilai 2 dengan kategori penting
dan kategori 3 dinyatakan sangat penting
c. Untuk nilai T dipakai juga dengan tiga kategori yaitu
mulai 1 adalah mudah, nilai 2 adalah sulit dan nilai 3
adalah sangat sulit, dan untuk nilai R dapat
dipaakai"ya" dengan nilai 2 dan tidak dengan nilai 1.
Sebagai contoh menentukan prioritas masalah gizi
terdapat 4 masalah gizi utama, kurang enenrgi protein
(KEP), gangguan akibat kekurangan yodium 9 GAKY),
kurang vitamin A (KVA) dan anemia gizi, seperti yang
diperlihatkan pada contoh tabel rumusan prioritas
masalah. Prioritas masalah juga dapat dilihat dari
komponen dari empat masalah gizi utama utama
misalnya gizi kurang dengan penyebab utamanya
komsumsi kalori dan protein yang kurang, pola asuh
yang salah dan tingginya penyakit infeksi ( cacingan )
pada balita.
Untuk menentukan besaran dan sebaran masalah
gizi, sebaiknya diketahui juga ambang batas besaran
masalah gizi.
39

Di samping itu juga ambang batas penentuan


besaran masalah gizi berdasarkan cakupan yang didasarkan
pada standaar pelayanan minimal :
1. Pemberian kapsul yodium, untuk anak sekolah
cakupannnya 80% dan untuk ibu hamil cakupannya
100%
2. Pemberian vitamin A dosis tinggi cakupannya 80%%
3. Pemberian tablet tambah darah untuk ibu hamil satu
butir satu haari 90 haricakupannya 80%
4. D/S cakupannya 80%
5. Balita BGM diposyandu tidak boleh lebih dari 5%
b. Analisis masalah
Analisa masalah didasarkan pada penenlaahan hasil
identifikasi dengan menganalisis faktor penyebab
terjadinya masalah sebagaimana disebutkan diatas,
tujuannya untuk dapat memahami masalah secara jelas dan
spesifik serta terukur sehingga mempermudah penentuan
alternatif masalah. Caranya dapat dilakukan dengan analisa
hubungan, analisa perbandingan, analisa kecenderungan
dan lain lain.
Langkah analisa masalah dapat dilakukan sebagai
berikut :
1. Tentukan masalah gizi yang menjadi prioritas
2. Lakukan telaahan pada faktor penyebab dengan melihat berbagai data
3. Tetapkan wilayah yang menjadi prioritas dalam penangulangan
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pengelompokan berbagai kegiatan
yang diperlukan untuk melaksanakan suatu rencana sedemikian
rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai
dengan memuaskan (Azrul Azwar, 2010).
Unsur pokok yang harus ada dalam pengorganisasian :
1. Hal yang diorganisasikan
40

a. Kegiatan
Pengorganisasian kegiatan yang dimaksudkan ialah
pengaturan berbagai kegiatan yang ada dalam rencana.
Contoh :
Nama kegiatan : penanggulangan kurang gizi pada ibu
hamil dan balita
Tujuan : menurunkan prevalensi ibu hamil dan balita
gizi kurang
Strategi : peningkatan mutu dan cakupan pelayanan gizi
Kegiatan :
 Pelacakan kasus kurang gizi atau gizi buruk
 Sosialisasi dan advokasi lintas sektor dan
program
 Pelatihan kader
 Kemitraan dengan LSM
 Pelayanan gizi dirumah
 Pemantauan dan evaluasi
Biaya : identifikasi sumber dan besarnya biaya
yang dibutuhkan
 Jadwal
b. Tenaga pelaksana
Tugas pokok :
1. Kepala Puskesmas
Bertugas memimpin, mengawasi dan
mengkoordinasikan kegiatan puskesmas yang dapat
dilakukan dalam jabatan structural, dan jabatan
fungsional
2. Kepala urusan tata usaha
Bertugas dibidang kepegawaian, keuangan
perlengkapan dan surat menyurat serta pencatatan
dan pelaporan.
3. Unit 1
41

Bertugas melaksanakan kegiatan kesejahteraan ibu


dan anak, keluarga berencana dan perbaikan gizi
4. Unit II
Melaksanakan kegiatan pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular khususnya
imunisasi, kesehatan lingkungan dan laboratorium
sederhana.
5. Unit III
Melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut,
kesehatan tenaga kerja dan manula.
6. Unit IV
Melaksanakan kegiatan perawatan kesehatan
masyarakat, kesehatan sekolah dan olahraga,
kesehatan jiwa, kesehatan mata dan kesehatan
khusus lainnya.
7. Unit V
Melaksanakan kegiatan pembinaan dan
pengembangan upaya masyarakat dan penyuluhan
kesehatan masyarakat, kesehatan remaja dan dana
sehat.
8. Unit VI
Melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan
rawat inap
9. Unit VII
Melaksanakan kegiatan kefarmasian.

3. Penggerakan (Actuating)
Mewujudkan rencana dengan mempergunakan organisasi
yang terbentuk menjadi kenyataan ini berarti rencana tersebut
diaktualisasikan.
Diantara kegiatan yang akan dilakukan adalah :
1. Advokasi
42

Adalah proses mempengaruhi perilaku, opini dari seseorang


melaui penyampaian informasi, dalam advokasi yang perlu
diperhatikan adalah penyajian besar dan luas masalah,
siapa, dimana, konsekkuensi bagaimanan menangulangi,
sarana yang diperlukan dan biya yang diperlukan
2. Sosialisasi
Yaitu memasyarakatkan suatu informasi atau kegiatan
dengan tujuan guna memperoleh pemahaman yang baik
sehingga dapat berperan aktif dalam menunjang
pelaksanaan kegiatan, maka perlu disosialisasikan kepada
stakeholder
3. Capacity building
Yaitu untuk mempersiapkan pelaksanaan, perlu
peningkatan kemampuan petugas melaui mini lokakrya,
[elatihan kader, pelatihan pemberdayaan keluarga dasar
gizi.
4. Pemberdayaan masyarakat dan keluarga
Kegiatan yang diarahkan pada pememcahan masalah gizi
berdasarkan potensi yang dimiliki oleh masyarakat dan
keluarga misalnya melalui revitalisasi posyandu dan UPGK
( upaya perbaikan gizi keluarga )
5. Penyiapan sarana dan prasarana
a. KMS
b. Materi KIE
c. Food model
d. ATK
6. Penyuluhan gizi dan pelayan gizi
Penyuluhan adalah kegiatan yang ditujukan untuk
memasyarakatkan pengetahuan gizi secara luas, guna
menanamkan sikap dan perilaku yang mendukung
kebiasaan hidup sehat dengan makan yang bermutu gizi
seimbang makro dan mikro nurien, tidak hanya dalam
43

kuanitas namun yang paling penting adalah kualitas


mencakup nilai gizinya, kalori yang dibutuhkan, jenis
makanan, cara mendapatkan, mengolah dan menyajikan.
Penyuluhan gizi dapat diperoleh sewaktu ANC, posyandu,
dll. Sedangakan pelayanan gizi adalah kegiatan yang
dilakukan kepada individu yang membutuhkan layanangizi
berupa pemberian tablet Fe, kapsul vitamin A, kapsul
yodium, pemberian makanan tambahan. Pojok gizi,
pememriksaan Hb, deteksi dini.
7. Famili folder
Data kesehatan dalam suatu folder sehingga dapat di pantau
sekaligus kesehatan keluarga.
8. Pelayanan home visit
Kegiatan jemput bola terhadap sasaran yang tidak datang
berkunjung.
4. Pengawasan (Controlling)
Kegiatan pemantauan yang baik selalu dimulai sejak
langkah awal perencanaan dibuat sampai dengan suatu kegiatan
telah selesai dilaksanakan, sedangkan evaluasi hanya melihat
bagian bagian tertentu dari kegiatan yang dilaksanakan.
Pemantauan adalah pengawasan secara periodik terhadap
pelaksanaan kegiatan perbaikan gizi dalam menentukan
besarnya INPUT yang diberikan, PROSES yang berjalan
maupun OUTPUT yang dicapai. Tujuan untuk menindak
lanjuti kegiatan selama pelaksanaan dilaksanakan untuk
menjamin bahwa PROSES pelaksanaan sesuai dengan
ACTION PLAN dan jadwal.
Kegiatan pemantauan dapat dilakaukan melalui sistem
pencatatan dan pelaporan termasuk laporan khusus,
pelaksanaan quality assurance pelayanan gizi, hasil kegiatan
pemantauan kemudian dibuat lagi kegiatan tindak lanjut
pemantauan yang dilakukan melaui :
44

 Umpan balik
 Supervisi dan bimbingan tekhnik
Evaluasi adalah suatu proses untuk mengukur
keterkaitan, efektifitas, efisiensi dan dampak dari kegiatan,
dilakukan dengan tujuan memperbaiki rancangan, menntukan
suatu bentuk kegiatan yang tepat. Memperoleh masukan untuk
digunakan dalam proses perencanaan yang akan datang dan
mengukur keberhasilan suatu
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara
efektif dan efesien. Fungsi dari menejemen yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian (Planning, Organizing, actuating dan controlling).
Langkah – langkah Manajemen Pelayanan Kebidanan dibagi 3 yaitu : PI
(Perencanaan), P2 ( Pengorganisasian), P3 (Penggerakan, Pelaksanaan,
Pengawasan dan Pengendalian).
Pada dasarnya untuk melakukan manajemen kebidanan memang harus
melewati beberapa tahap. Seperti dikemukakan Hellen Varney ada 7 langkah
sedangkan dari depkes menyatakan 5 langkah. Pada prinsipnya masing-masing
pendapat sama, hanya berbeda dalam cara pendokumentasiannya. Namun dalam
penerapannya nanti tidaklah harus kaku menggunakan 5 langkah atau 7 langkah
yang perlu diingat bahwa dalam manajemen kebidanan tersebut dilakukan secara
sistematis dengan metode pendekatan tertentu dalam membantu pemecahan
masalah kesehatan ibu dan anak.
Secara umum konsep manajemen kebidanan berkualitas meliputi :
Manajemen dilakukan melalui pendekatan dengan mengidentifikasi kebutuhan
konsumen, meliputi seluruh kegiatan, meliputi seluruh aspek pelayanan dan
dedikasi aktif seluruh staf untuk mengidentifikasi seluruh konsumen, memberikan
pelayanan secara berkesinambungan, memonitor kepuasan konsumen, memahami
kebutuhan dan memantau perubahan yang terjadi melalui pemantauan ulang,
meningkatkan sumber daya untuk mengembangkan kualitas tindakan dab
pelayanan khusus secara tetap melalui prosedur dan system informasi yang
fleksibel.

3.2 Saran
Kami sadar bahwa makalah yang kami susun masih banyak terdapat
kesalahan. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca

45
46

yang positif dan membangun, guna penyusunan makalah kami berikutnya agar
dapat tersusun lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Mamik, 2014. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan dan Kebidanan. Zitama


Publisher : Sidoarjo
Nursing and Midwifery Career Pathways Manager Guide. (2010). Office of The
Principal
Nursing Adviser Review, Nothern territory.
al, A. S. (2013). Good Practice Guide To Performance Management For Nurses
and Midwives in Victorian Public Health Service Melbourne. Victorian.
Siswanto. (2009). Pengantar Manajemen. Jakarta : Bumi Aksara.
Tando, N. M. (2013). Organisasi Manajemen Pelayanan Kesehatan, Jakarta:
Inmedia.
Varney's Midwiferi 3 Rd, Ed. 2004 Ilmu Kebidanan. Bandung : Intermedia Pub
Usher

47
SOAL DAN JAWABAN

1. Seorang G2P1A0 hamil 12 minggu, datang ke PMB Bidan Ani untuk


pemeriksaan kehamilan. Ibu mengatakan tidak ada keluhan. Berdasarkan
hasil pemeriksaan KU : baik, TD : 110/70 mmHg, N : 80 kali/menit, RR :
20 kali/menit, suhu afebris. Bidan Ani selanjutnya memberikan asuhan.
Dalam memberikan asuhan kebidanan, Bidan Ani dituntut berpikir kritis
dalam membuat kepurtusan klinis yang logis untuk memberikan asuhan
kebidanan sesuai dengan diagnosa dan masalah yang dialami klien.
Apakah proses yang sedang dilakukan bidang tersebut?
A. Asuhan kebidanan
B. 7 langkah varney
C. Manajemen kebidanan
D. Pelayanan kebidanan yang berkualitas
E. Keputusan klinis

2. Apa tujuan bidan melakukan manajemen kebidanan…


A. Menjamin kualitas asuhan
B. Melakukan standar profesi
C. Memberikan pelayanan
D. Menyelesaikan masalah
E. Memberikan asuhan

3. Perhatikan pernyataan dibawah ini!


(1) Diakui dan telah disahkan oleh profesi
(2) Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan
(3) Memiliki ciri khas kebidanan
(4) Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan
(5) Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan
Pernyataan diatas merupakan ciri-ciri dari..
A. Standar asuhan kebidanan
B. Standar patologis kebidanan

48
49

C. Standar nomenklatur kebidanan


D. Standar penyakit kebidanan
E. Standar masalah kebidanan

4. Pada bagian apa dilakukannya identifikasi pada diagnosa atau masalah…


A. Interpretasi data
B. Intervensi masalah
C. Penanganan segera
D. Rencana tindakan
E. Rencana asuhan

5. Proses pertolongan yang dilakukan seseorang yang berprofesi sebagai


bidan secara sistematis untuk membantu menyelesaikan persoalan
kesehatan seorang pasien dengan tepat. Merupakan pengertian dari…
A. Intervensi masalah
B. Manajemen kebidanan
C. Asuhan kebidanan
D. Konseling kebidanan
E. Implementasi

6. Langkah-langkah dalam Manajemen Pelayanan, yaitu ?


A. Perencanaan , Pelaksanaan , Pengawasan, Pengendalian, Penilaian
B. Perencanaan , Pelaksanaan , Pengawasan
C. Perencanaan , Pelaksanaan , Pengawasan, Penilaian
D. Perencanaan , Pelaksanaan Pengendalian, Penilaian
E. Perencanaan ,Pengorganisasian, Pelaksanaan , Pengawasan

7. Manfaat monitoring, yaitu ?


A. Untuk mengontrol tekanan
B. Memberikan masukan dalam manajemen (diketahuinya masalah
sedini mungkin), Memberikan gambaran hasil evaluasi (dapat
menaksir hasil akhir pelaksananaan suatu program)
50

C. Memberikan kemampuan kepada pengguna


D. Upaya untuk mengamati kinerja seseorang
E. Untuk mengawasi rangkaian kegiatan

8. Input dalam manajemen pelayanan kebidanan metode, yang artinya...


A. Cara yang digunakan dalam bekerja atau prosedur kerja
B. Tenaga yang dimanfaatkan
C. Pasar dan pemasaran atau sarana program
D. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan
E. Jangka waktu pelaksanaan kegiatan program

9. Yang merupakan fungsi manajemen adalah ?


A. Fungsi social, Fungsi pengendalian, Fungsi Pengarahan
B. Fungsi social, Fungsi Koordinasi, Fungsi Pengarahan
C. Fungsi perencanaan, Fungsi pelaksanaan, Fungsi sosisal
D. Fungsi pengendalian, Fungsi social, Fungsi pengarahan
E. Fungsi perencanaan, Fungsi pengorganisasian, Fungsi pengarahan,
Fungsi pengendalian

10. Bentuk organisasi di mana tugas kepemimpinan dan tugas tertentu


dilaksanakan secara kolektif oleh kelompok pejabat yang berupa komite
atau dewan dengan pluralistik manajemen merupakan pengertian dari?
A. organisasi fungsional
B. organisasi lini dan staff
C. organisasi fungsional dan lini
D. organisasi matrik
E. Organisasi komite

11. Pengarahan adalah proses memberikan bimbingan kepada staff agar


mereka mampu bekerja secara optimal dalam melaksnaakan tugas-
tugasnya sesuai dengan ketrampilan yang mereka miliki merupakan
pengertian dari ……
51

A. Planning
B. Actuating
C. Controlling
D. Directing
E. Organizing

12. 4 Fungsi dari menejemen adalah…


A. Perencanaan , pengorganisasian , pengarahan, pengendalian
B. Perencanaan,, pengorganisasian,kepemimpinan, pengawasan
C. Merencanakan, mengorganisir, memerintah, mengevaluasi
D. Merencanakan, mengordinasikan, melaksanakan, mengawasi
E. Merencanakan, melaksanakan, mengawasi, mengevaluasi

13. Apa saja unsur – unsur dalam perencanaan Pelayanan Kebidanan?


A. Input, proses, output,effect, eval
B. Input, proses, efeect, impact,eval
C. Input, proses, output, outcome
D. Input, proses, impact,eval
E. Input, proses, output, effect, outcome

14. Rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya


(potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkanya secara
efisien untuk mencapai tujuan organisasi dengan mengintegrasikan
semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh sebuah organisasi
merupakan pengertian dari…
F. Directing
G. Planning
H. Actuating
I. Organizing
J. Controlling

15. Fungsi manajemen menurut Henry Fayol adalah….


52

A. Planning, Staffing, Coordinating, Reporting, Budgeting, Organizing,


Directing
B. Planning, Organizing, Actuating,Controlling
C. Planning, Organizing,Motivating,Conditioning, Controlling
D. Planning, Organizing, Comanding,Coordinating, Controlling
E. Planning, Organizing, Staffing, Directing,Controlling

16. Keahlian untuk berkomunikasi, bekerjasama dan memotivasi orang lain


disebut?
A. Communication
B. Konseptual
C. Teknis
D. Simpati
E. Interpersonal

17. planning, organizing, motivating, controlling, evaluating merupakan


fungsi managemen menurut?
A. M. Gullick
B. Harlod Koontz
C. George R. Terry
D. Sondang P.Siagalan
E. Henry Fayol

18. Penentuan tujuan yang jelas, pembagian kerja, pelimpahan wewenag,


kesatuan komando, rentangan kekuasaan merupakan prinsip-prinseip
dari?
a. Directing
b. Planning
c. Actuating
d. Organizing
e. Controlling
53

19. Fungsi managemen yang pertama kali harus dilakukan manajemen untuk
menjalankan organisasi secara efektif dan effisien adalah?
a. Pengendalian
b. Pengorganisasian
c. Perencanaan
d. Pengawasan
e. Pengarahan

20. Salah satu fungsi organisasi adalah?


a. Adanya tanggung jawab yang sinergi antara masing-masing bagian
dalam perusahaan
b. Membagi pekerjaan, menetapkan tugas dan tanggungjawab
c. Membentuk susunan jabatan dan peranan
d. Adanya pendelegasian wewenang dari manajemen puncak kepada
manajemen pelaksana
e. Adanya pembagian kekuasaan antar masing-masing departemen

Alasan Jawaban dipilih


1. Karena berdasarkan teori yang ada, asuhan yang diberikan oleh Bidan Ani
sesuai dengan langkah-langkah yang ada pada manajemen kebidanan.
2. Menurut Varney (1997) Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan
masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran
dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan -penemuan, ketrampilan
dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan
yang terfokus pada klien.
3. Standar nomenklatur kebidanan:
(1) Diakui dan telah disahkan oleh profesi
(2) Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan
(3) Memiliki ciri khas kebidanan
(4) Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan
(5) Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan
54

4. Interpretasi data adalah suatu data yang telah dikumpulkan yang kemudian
diidentifikasi tentang diagnosa atau masalah
5. Manajemen kebidanan adalah proses pertolongan yang dilakukan
seseorang yang berprofesi sebagai bidan secara sistematis untuk
membantu menyelesaikan persoalan kesehatan seorang pasien dengan
tepat.
6. Langkah-langkah dalam Manajemen Pelayanan dalam kebidanan yaitu
Perencanaan (P1), Pelaksanaan (P2), dan Pengawasan, Pengendalian,
Penilaian (P3)
7. Manfaat monitoring yaitu Memberikan masukan dalam manajemen
(diketahuinya masalah sedini mungkin), memberikan gambaran hasil
evaluasi (dapat menaksir hasil akhir pelaksananaan suatu program), dapat
menilai pelaksanaan program
8. Metode adalah Cara yang digunakan dalam bekerja atau prosedur kerja
yang merupakan input dalam managemen kebidanan
9. Fungsi Managemen yaitu Fungsi perencanaan, Fungsi pengorganisasian,
Fungsi pengarahan, Fungsi pengendalian
10. Organisasi komite adalah Bentuk organisasi di mana tugas kepemimpinan
dan tugas tertentu dilaksanakan secara kolektif oleh kelompok pejabat
yang berupa komite atau dewan dengan pluralistik manajemen
11. Pengarahan adalah proses memberikan bimbingan kepada staff agar
mereka mampu bekerja secara optimal dalam melaksnaakan tugas-
tugasnya sesuai dengan ketrampilan yang mereka miliki.
12. Menurut Henry Fayol pada awal abad ke-20 menyebutkan lima fungsi
manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi,
dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas
menjadi empat, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian (Planning, Organizing, actuating dan controlling) (Azrul
Azwar, 2010).
13. Unsur-unsur dalam perencanaan Pelayanan Kebidanan meliputi : IN-PUT,
PROSES, OUT-PUT, EFFECT, OUT - COME (IMPACT)
55

14. Pengorganisasian adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk


menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi
dan memanfaatkanya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi
dengan mengintegrasikan semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh
sebuah organisasi.
15. Menurut Henry Fayol pada awal abad ke-20 menyebutkan lima fungsi
manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi,
dan mengendalikan
16. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang
atau lebih, biasanya tidak teratur secara formal. Dalam komunikasi
interpersonal, setiap partisipan menggunakan semua elemen dari proses
komunikasi.
17. Menurut Sondang P.Siagalan perencanaan dapat didefinisikan sebagai
keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang daripada hal-
hal yang akann dikerjakan dimasa yang akan datang dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditentukan
18. Organizing merupakan suatu proses untuk penentuan, pengelompokan,
pengaturan dan pembentukan pola hubungan kerja dari orang-orang untuk
mencapai tujuan organisasinya.
19. Perencanaan merupakan rangkaian urutan rasional didalam penyusunan
rencana, yang memiliki sifat :
1. Dapat disesuaikan dengan tujuan
2. Dapat disesuaikan dengan keterbatasan yang ada
3. Dapat dikembangkan sesuai dengan teknik dan kebutuhan tertentu
20. Agar dapat memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi dan tidak hanya
mengandalkan kemampuan orang lain

Anda mungkin juga menyukai