Anda di halaman 1dari 4

TUGAS INDIVIDU

MAHASISWA PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN SEMESTER 5 TA


2021/2022
MATERI : MASALAH PEMBERIAN ASI
Dosen : Fitria Nurwulansari, SST., M.Keb

Petunjuk :
Kerjakan kasus dibawah ini berdasarkan literatur yang anda baca!

1. Seorang perempuan usia 20 tahun, postpartum 5 hari yang lalu datang ke BPM dengan
mengeluh nyeri pada puting susu, terlebih pada saat menyusui, ia tidak mengerti bagaimana
memegang bayi saat menyusui. Hasil pemeriksaan: TD: 110/70mmhg, Suhu: 37,5⁰C, RR:
20x/menit, nadi: 82x/menit, tampak puting susu retak, terbelah, terdapat pembentukan
celah-celah di puting susu.
a. Apa diagnosis yang tepat pada kasus tersebut?
b. Apa penyebab dari kasus tersebut?
c. Asuhan apa yang dilakukan bidan pada kasus tersebut?

Jawaban :
a. Keluhan yang paling sering dialami pasien dengan cracked nipple adalah nyeri pada
daerah sekitar puting susu yang bertambah jika menyusui bayi. Pasien bisa menyadari
adanya lecet atau retakan kulit, perdarahan, kulit terkelupas, serta keluar discharge dari
puting susu.
b. Cracked nipple dapat disebabkan oleh berbagai faktor dalam proses menyusui. Proses
menyusui yang normal tidak akan menyebabkan rasa sakit. Abnormalitas proses
menyusui yang dapat menyebabkan cracked nipple dapat berupa kesalahan posisi
menyusui, perlekatan yang tidak adekuat, atau kelainan pada bayi seperti short tongue,
ankyloglossia, dan palatum letak tinggi
c. Asuhan untuk cracked nipple dan inverted nipple harus meliputi konseling menyusui.
Terapi medika mentosa dapat berupa analgetik dan krim lanolin. Pada inverted nipple
dapat dilakukan penarikan puting secara manual, teknik spuit terbalik, atau pembedahan.
Konseling menyusui sangat penting pada pasien cracked nipple, karena kondisi ini
sering terkait dengan teknik menyusui yang kurang tepat. Teknik menyusui meliputi
posisi menyusui, posisi tangan saat memberikan puting ke mulut bayi, dan perlekatan
yang baik. Posisi menyusui dapat dilakukan dengan teknik cradle hold atau football
hold. Pada cradle hold, infant didekap ke payudara ibu dengan lengan ibu menahan
kepalanya, dan perut infant didekatkan ke abdomen bagian atas ibu. Pada football hold,
ibu merangkul bayi sambil menumpu kepala bayi dan kaki bayi diorientasikan ke siku
ibu.
2. Seorang perempuan, usia 24 tahun, melahirkan normal 5 hari yang lalu datang ke BPM
mengeluh payudara terasa berat, agak keras, dan sedikit nyeri jika disentuh, pemberian ASI
pada bayinya diajari oleh mertuanya. Hasil pemeriksaan: TD: 110/70mmhg, Suhu: 37,5⁰C,
RR: 20x/menit, nadi: 80x/menit, tampak payudara keras dan bengkak.
a. Apa diagnosis yang tepat pada kasus tersebut?
b. Apa penyebab dari kasus tersebut?
c. Asuhan apa yang dilakukan bidan pada kasus tersebut?

Jawaban :
a. Diagnosisnya yaitu Ibu mengalami Bendungan ASI atau breast engorgement,
Bendungan ASI terjadi terutama karena adanya peningkatan aliran darah dan suplai ASI
di payudara. Biasanya kondisi ini dialami pada hari hari awal setelah melahirkan.
b. Faktor yang menyebabkan terjadinya bendungan ASI adalah, ASI yang tidak segera
dikeluarkan menyebabkan penyumbatan pada aliran vena dan limfe, sehingga aliran ASI
menjadi terhambat.
c. Bidan memberikaan KIE untuk mengosongkan ASI yaitu :
Mencukupi kebutuhan cairan dengan minum 9 gelas air mineral dalam sehari
Mengonsumsi makanan yang bergizi dan menyehatkan
Mencukupi pola tidur yang baik sekitar 6 hingga 7 jam
Mengompres dan memijat bagian payudara
Memerhatikan posisi pelekatan bayi pada saat menyusu
Melakukan variasi posisi pada saat menyusui
Jangan lupa untuk menghindari stres dan banyak pikiran

3. Seorang perempuan, usia 28 tahun, melahirkan 10 yang lalu datang ke BPM mengeluh
payudara bengkak, demam sudah 3 hari. Hasil pemeriksaan: TD:110/70 mmhg, pernapasan
22x/menit, nadi 90x/menit, suhu 38⁰C, warna kulit payudara tampak merah mengkilap,
keras, dan nyeri bila ditekan.
a. Apa diagnosis yang tepat pada kasus tersebut?
b. Apa penyebab dari kasus tersebut?
c. Asuhan apa yang dilakukan bidan pada kasus tersebut?

Jawaban :
a. Diagnosisnya yaitu Mastitis
b. Pada ibu menyusui, mastitis sering kali disebabkan saluran susu yang tersumbat. Hal ini
menyebabkan keadaan stasis dari ASI, di mana ASI yang diproduksi tidak dapat
dikeluarkan dari payudara. Keadaan stasis sendiri dapat dipengaruhi beberapa faktor.
Misalnya latch on yang kurang baik saat menyusui, bayi yang kesulitan menyedot ASI
dari payudara, dan kebiasaan menyusui yang tidak teratur.
Selain itu, dapat terjadi sumbatan saluran ASI akibat tekanan pada payudara. Misalnya
akibat pakaian yang terlalu ketat. Keadaan stasis menyebabkan rentan muncul infeksi
pada payudara. ASI sendiri tidak mengandung bakteri, namun bakteri dari permukaan
kulit dapat masuk ke dalam jaringan payudara dan menyebabkan infeksi.
c. Asuhan yang diberikan yaitu dimulai dengan memperbaiki teknik menyusui ibu. Aliran
ASI yang baik merupakan hal penting dalam tata laksana mastitis karena stasis ASI
merupakan masalah yang biasanya mengawali terjadinya mastitis. Ibu dianjurkan agar
lebih sering menyusui dimulai dari payudara yang bermasalah. Tetapi bila ibu merasa
sangat nyeri, ibu dapat mulai menyusui dari sisi payudara yang sehat, kemudian sesegera
mungkin dipindahkan ke payudara bermasalah, bila sebagian ASI telah menetes (let
down) dan nyeri sudah berkurang. Posisikan bayi pada payudara sedemikian rupa
sehingga dagu atau ujung hidung berada pada tempat yang mengalami sumbatan. Hal ini
akan membantu mengalirkan ASI dari daerah tersebut.
Ibu dan bayi biasanya mempunyai jenis pola kuman yang sama, demikian pula pada saat
terjadi mastitis sehingga proses menyusui dapat terus dilanjutkan dan ibu tidak perlu
khawatir terjadi transmisi bakteri ke bayinya. Tidak ada bukti terjadi gangguan
kesehatan pada bayi yang terus menyusu dari payudara yang mengalami mastitis. Ibu
yang tidak mampu melanjutkan menyusui harus memerah ASI dari payudara dengan
tangan atau pompa. Penghentian menyusui dengan segera memicu risiko yang lebih
besar terhadap terjadinya abses dibandingkan yang melanjutkan menyusui. Pijatan
payudara yang dilakukan dengan jari-jari yang dilumuri minyak atau krim selama proses
menyusui dari daerah sumbatan ke arah puting juga dapat membantu melancarkan aliran
ASI.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah ibu harus beristirahat, mengkonsumsi cairan
yang adekuat dan nutrisi berimbang. Anggota keluarga yang lain perlu membantu ibu di
rumah agar ibu dapat beristirahat. Kompres hangat terutama saat menyusu akan sangat
membantu mengalirkan ASI. Setelah menyusui atau memerah ASI, kompres dingin
dapat dipakai untuk mengurangi nyeri dan bengkak. Pada payudara yang sangat bengkak
kompres panas kadang membuat rasa nyeri bertambah. Pada kondisi ini kompres dingin
justru membuat ibu lebih nyaman. Keputusan untuk memilih kompres panas atau dingin
lebih tergantung pada kenyamanan ibu.
Bidan juga berkolaborasi dengan dokter untuk diberikan obat Analgesik dan Antibiotik
4. Seorang perempuan, umur 32 tahun P2A0 post partum 10 hari datang ke klinik dengan
keluhan payudara terasa bengkak dan nyeri. Hasil pemeriksaan T TD: 100/70 mmHg,
S:38°C, N:100x/menit, P:22x/menit, payudara bengkak, tampak merah, tegang, mengalir
nanah.
a. Apa diagnosis yang tepat pada kasus tersebut?
b. Apa penyebab dari kasus tersebut?
c. Asuhan apa yang dilakukan bidan pada kasus tersebut?

Jawaban :
a. Diagnosisnya yaitu Abses payudara, payudara bengkak, tampak merah, tegang, mengalir
nanah.
b. Penyebabnya yaitu peradangan jaringan payudara (mastitis) yang tidak segera diobati
atau yang disebabkan oleh sumbatan di kelenjar payudara, merupakan penyebab utama
berkumpulnya nanah (abses) di payudara. Infeksi payudara dapat terjadi karena beberapa
hal. Salah satunya adalah masuknya bakteri dari mulut bayi ke saluran susu melalui
retakan di puting. Meski lebih sering terjadi pada ibu menyusui, wanita yang tidak
menyusui dan sebagian kecil pria juga dapat mengalami abses payudara.
c. Untuk menangani abses payudara pada ibu menyusui,bidan berkolaborasi dengan dokter,
dan dokter akan memberikan antibiotik, seperti cephalexin. Ibu menyusui dapat tetap
menyusui anaknya walaupun menggunakan obat tersebut. Cephalexin dikonsumsi
selama 10-14 hari dengan dosis 500 mg, tiap 6 jam sekali.
Abses payudara juga dapat terjadi pada wanita yang sedang tidak menyusui. Untuk
mengatasinya, dokter dapat memberikan salah satu dari obat-obatan berikut:
Clindamycin 300 mg, yang diminum tiap 6 jam sekali.
Amoxicillin/clavulanate 500 mg, yang diminum 3 kali sehari.
Selain pengobatan dengan antibiotik, ada prosedur lain yang dapat dilakukan untuk
mengatasi abses payudara, yaitu:
Mengeluarkan nanah dengan jarum suntik.
Mengalirkan nanah keluar dengan bantuan kateter.
Mengatasi abses payudara dengan tindakan khusus bernama vacuum assisted biopsy.
Sementara itu, rasa nyeri akibat abses payudara biasanya ditangani dengan mengonsumsi
obat paracetamol dan mengompres payudara dengan handuk yang sudah direndam dalam
air hangat atau air es.
Dalam penyembuhan abses payudara, penderita yang sedang menyusui perlu tetap
mengeluarkan ASI setiap 2 jam dari payudara yang sakit. Hal itu dilakukan untuk
mencegah infeksi lanjutan. Akan tetapi, anak tidak boleh menyusui dari payudara yang
sakit karena berisiko tertular infeksi.
Sebagai tambahan, penderita abses payudara juga perlu beristirahat dengan cukup,
mengonsumsi makanan bergizi, memperbanyak minum air putih, dan mengelola stres
dengan baik. Hal-hal tersebut dilakukan untuk mempercepat penyembuhan abses
payudara.

***Selamat Mengerjakan***

Anda mungkin juga menyukai