DAN KONSELING
MATA KULIAH
Disusun Oleh:
Luthfiatul Husnaini
Syafira Maulidiyah F
AKADEMI KEBIDANAN
DHARMA PRAJA
BONDOWOSO
2014
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Memiliki seorang anak yang baru lahir adalah sesuatu yang sangat menakjubkan, perubahan
kebiasaan hidup karena kehadiran buah hati pun terjadi, prioritas saat itu adalah memberikan ASI
sebagai makanan bagi bayinya. Banyak keuntungan yang dapat diperoleh terutama untuk
kesehatan dan perkembangan bayi ketika ia tetap diberi ASI sampai setidaknya berusia 4 bulan
( Howie et al. 1990 ).
Masa-masa menyusui tersebut seringkali membuat ibu mengalami pengerasan payudara hingga
berakibat mastitis. Mastitis ini tidak akan terjadi bila seorang ibu memberikan ASInya dengan
cara yang benar. Oleh karena itu, dalam mencegah terjadinya mastitis pada stadium lanjut maka
diperlukan adanya konseling.
1.2 Sasaran Konseling
2. Keluarga
3. Tenaga Medis
1.3 Tujuan Konseling
1. Membantu klien melihat masalah ( Mastitis ) supaya lebih jelas sehingga dapat memilih
jalan keluar sendiri
2. Klien dapat mengetahui apa yang akan dan harus dilakukan dalam menangani Mastitis
3. Klien dapat merasa lebih baik, tanpa adanya ketegangan dan tekanan
BAB II
PEMBAHASAN
Mastitis adalah infeksi yang disebabkan adanya sumbatan pada duktus hingga puting
susu pun mengalami sumbatan. Dalam hal ini, mastitis merupakan salah satu jenis peradangan
payudara dimana peradangan payudara tersebut suatu hal yang sangat biasa pada wanita yang
pernah hamil (mastitis gravidarum) atau dalam masa laktasi (mastitis puerperalis). Apabila tidak
dilakukan penanganan secara cepat dan tepat maka keadaan ibu dalam masa nifas tersebut akan
semakin memburuk bahkan dapat menyebabkan kematian.
Pada umumnya yang dianggap porte d’entrée dari kuman penyebab ialah puting susu yang luka
atau lecet, dan kuman perkontinuitatum menjalar ke duktulus – duktulus dan sinus. Sebagian
besar yang ditemukan pada pembiakan pus ialah stafilococus aureus.
Tingkat penyakit ini ada dua, yaitu : tingkat awal peradangan dan tingkat abses. Pada peradangan
dalam taraf permulaan penderita hanya merasa nyeri, dan biasanya cukup diberi antibiotika.
Dalam hal antibiotika dapat dikemukakan bahwa kuman dari abses yang dibiakkan dan diperiksa
resistensinya terhadap antibiotika, ternyata banyak yang resistensi terhadap penisilin dan
streptomesin.
Knight dan Nolan dari royal infirmary di Edinburgh mengemukakan bahwa stafilococus aureus
yang dibiakkan 93 % resisten terhadap penisilin dan 55 % terhadap streptomisin, akan tetapi
hampir tidak resisten terhadap linkosin dan oksasilin. Dianjurkan pemakaian linkosin
secukupnya selama 7 sampai 10 hari, dan kalau ternyata allergis terhadap[ obat –obat ini, diberi
tetrasiklin.
Tingkat mastitis yang diterangkan diatas jarang kita lihat di kamar praktek, hampir selalu orang
sakit datang sudah dalam tingkat abses. Dari tingkat radang ke abses berlangsung secara cepat
karena oleh radang duktulus – duktulus menjadi edematous, air susu terbendung dan air susu
yang terbendung itu segera bercampur dengan nanah. Gejala abses ini ialah nyeri bertambah
hebat di payudara, kulit diatas abses mengkilap dan suhu tinggi sekali (39o – 40 o C). dan bayi
dengan sendirinya tidak mau minum pada payudara yang sakit, seolah – olah dia tahu bahwa
susu disebelah itu bercampur nanah.
1. tiba tiba muncul rasa gatal pada puting dan berkembang menjadi adanya rasa nyeri saat
bayi menyusui
5. Daerah payudara menjadi merah, tegang, nyeri, disertai benjolan yang keras
Beristirahat dengan benar ( misal : tidur, duduk lama selama beberapa jam tanpa
melakukan aktifitas ) Mengkonsumsi Echinacea dan vitamin C untuk meningkatkan system imun
dan membantu melawan infeksi
Mengompres daerah yang mengalami sumbatan duktus dengan air hangat sambil dipijat
Mengurangi kelelahan dan stress Memakai bra yang dapat menyokong payudara Menggunakan
pancuran air hangat (shower hangat) untuk mandi, akan sangat membantu mempercepat
menghilamgkan sumbatan Tetap memberikan ASI kepada bayi, bila gagal coba lagi, susui
terutama panyudara yang sakit sesering dan selama mungkin sehingga sumbatan tersebut lama-
kelamaan akan menghilang. Bila gagal gunakan kompres dot Mengurangi asupan cairan
Memberikan antibiotik :
2. Sefalusporin
Ilustrasi : seorang ibu A berusia 28 tahun dalam masa nifas, beliau ingin bertemu Bidan
Arva untuk menyampaikan masalahnya (Mastitis) dan meminta bantuan pemikiran
Bidan : Mari silakan masuk. Bu, bu boleh saya tutup pintunya supaya
tidak : terganggu ?
Bidan : Maksudnya saya tidak cerita pada siapa pun. Sudah menjadi hak ibu :
untuk mendapatkan konseling yang terjaga kerahasiaannya. : Baiklah
sekarang utarakan keluhan ibu untuk memecahkan masalah : yang ibu hadapi dengan
metode yang sesuai. Apa yang bisa saya : bantu, Bu?
Pasien : Iya ni bu, sepertinya tubuh saya demam, ya….. dingin gitu
rasanya, : trus puting saya gatal dan nyeri saat menyusui Lola, mmm…
kadang- : kadang juga sakit kepala, dan ini bu, bagian payudara saya kok
merah, : bahkan tegang. Ada apa ya Bu?
Pasien : Iya Bu Bidan, sebenarnya ada apa dengan payudara saya, Bu?
Saya : takut terkena kanker payudara, Bu?
: alami dan seringkali terjadi pada ibu-ibu yang hamil maupun dalam : masa nifas yang
sekarang sedang di alami oleh Ibu fira.
Pasien : Ooo begitu ya Bu, tapi kok nyeri-nyeri gitu ya, Bu?
Pasien : Apa salah satunya karena saya sering terburu-buru waktu menyusui : Lola
ya Bu?
Pasien : Wah berarti sangat mempengaruhi sekali ya, Bu? Bu Bidan, kalau :
sudah terlanjur seperti ini, bagaimana cara mengurangi nyeri-nyeri : payudara yang sangat
mengganggu ini?
Bidan : Ooo tidak harus, bila ibu memang dapat melakukan semuanya itu akan : lebih
baik.
Bidan : Nanti obat ini diminum sehari 4 kali sesudah makan. Coba bu bisa :
diulangi lagi?
Pasien : Jadi sehari saya minum obat ini 4 kali dan setelah makan ya bu?
Bidan : iya benar sekali, bu Cinta. Dan nanti pak Rangga dapat membantu :
mengingatkan waktunya minum obat ya, Pak?. Baiklah apakah ada : pertanyaan lain yang
mungkin masih kurang jelas bu Cinta, pak : Rangga?
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mastitis merupakan salah satu tanda bahaya dalam masa nifas. Karena bila tidak segera
diatasi hal ini akan berakibat fatal pada ibu yaitu timbulnya kanker payudara akibat mastitis
berkelanjutan. Sehingga perlu diadakannya kunjungan ulang (konseling) yang memfokuskan
tentang cara mencegah maupun mengatasi mastitis. Selain memberikan dampak negative pada
ibu, mastitis ini juga akan mengakibatkan bayi kurang mendapatkan kepuasan asupan ASI
karena keadaan mastitis yang sudah terinfeksi akan menyebabkan ASI bercampur nanah.
Konseling Mastitis harus diberikan oleh tenaga medis (Bidan atau Ahli kandungan) yang
berkompeten sehingga konseling dapat berjalan dengan baik, dimana sebagi konseli dapat puas
dan nyaman setelah melakukan konseling.
3.2 Saran