Anda di halaman 1dari 8

LO

1. Bagaimana Teknik menyusui dan memeras asi yang benar?


2. Bagaimana epidemiologi dari mastitis?
3. Bagaimana tatalaksana dari mastitis?
4. Bagaimanakomplikasi yang dapat terjadi dari mastitis?
5. Bagaimana patofisiologi terjadinya kelainan tersebut? Serta kelainan lainnya?
6. Bagaimana cara melakukan edukasi kepad pasien yang mengalami mastitis?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang mastitis?

 Bagaimana Teknik menyusui dan memeras asi yang benar?

Persiapan menyusu saat masa kehamilan


Persiapan jauh-jauh hari ini tentu sedikit banyak akan membantu diri Anda
lebih siap sehingga bisa menyusui dengan cara yang benar. 

 Banyak bertanya dan bertukar cerita mengenai cara yang benar dengan
ibu yang telah mulai menyusui bayinya lebih dahulu. 
 Banyak bertanya dengan dokter untuk mendapatkan jawaban mengenai
kebingungan seputar cara menyusui. Mencari banyak informasi dari
buku, internet, maupun beragam sumber terpercaya lainnya.
 Diskusikan dengan dokter mengenai kondisi kesehatan tubuh Anda.
Terutama jika Anda pernah menjalani operasi, mengalami cedera,
maupun berbagai kondisi medis lainnya.
 Bicarakan juga dengan dokter jika Anda mengalami depresi atau
sedang rutin minum suplemen maupun obat-obatan tertentu agar
nantinya dapat menyusui dengan cara yang benar.
 Persiapkan beberapa hal yang sekiranya akan Anda butuhkan nantinya.
Persiapan bisa berupa bra menyusui, penutup menyusui
(cover atau nursing scarf), maupun bantal menyusui (nursing pillow).
 Rutin melakukan teknik relaksasi

Merawat Payudara Ketika Menyusui


Agar Anda dan Si Kecil dapat menikmati masa menyusui, rawat payudara Anda
dengan langkah-langkah seperti berikut ini:

 Pelajari bagaimana memosisikan Si Kecil dan mulutnya dengan benar ketika


menyusui. Pastikan mulut Si Kecil mencakup sebagian besar areola (area
gelap di sekitar puting) Anda, jangan hanya puting. Jika posisi mulut Si Kecil
benar, Anda pun akan merasa nyaman dan tidak pegal. Posisi mulut yang
tepat juga membantu mencegah puting terasa sakit dan melancarkan proses
menyusui.
 Cobalah posisi menyusui yang berbeda. Ada beberapa posisi menyusui yang
dapat Anda coba. Temukan posisi terbaik untuk Anda dan Si Kecil. Minta
saran dokter atau bidan tentang cara menggendong dan menyusui bayi
dengan benar.
 Cegah Si Kecil agar tidak menggigit puting. Pada usia 3-4 bulan, gigi pada
bayi mungkin sedang mulai tumbuh. Ketika memasuki fase ini, Bunda pasti
ingin tetap nyaman saat menyusui, kan? Untuk mencegah agar puting tidak
digigit, hentikan isapan ASI setelah Si Kecil selesai menyusui atau ketika
tertidur. Untuk menghentikan isapan ASI, selipkan jari Anda ke sisi mulut Si
Kecil.
 Menyusui Si Kecil secara teratur, setiap 2-3 jam. Anda mungkin perlu
membangunkan Si Kecil pada malam hari untuk memberinya ASI. Bayi harus
menyusu dari kedua payudara sama banyaknya selama sehari. Jika pada jam
8 Si Kecil menyusu dari payudara kanan, maka pada jam 10 tawarkan
payudara kiri Anda.
 Untuk melancarkan aliran ASI, bunda dapat mencoba memberi pijatan
payudara atau kompres hangat pada payudara untuk membuka saluran-
saluran kelenjar ASI. Untuk nyeri pada payudara, berikan kompres hangat
dan dingin secara bergantian untuk mengurangi nyeri.

Merawat Payudara Usai Menyusui


Selain melakukan perawatan saat menyusui, Anda dapat melanjutkan perawatan
usai menyusui dengan beberapa langkah sederhana yang bisa Anda lakukan ketika
Si Kecil sedang tidur, antara lain:

 Bersihkan puting dengan lembut tanpa menggunakan sabun atau sampo


hingga bersih. Jangan oleskan alkohol, lotion, atau parfum pada puting.
Gunakan salep antibakteri untuk mengatasi puting pecah-pecah.
 Biarkan puting kering dengan sendirinya tanpa perlu dilap.
 Oleskan salep pelembap yang mengandung lanolin pada puting setiap kali
selesai menyusui. Ini akan mengurangi rasa sakit atau nyeri dan mencegah
puting mengering dan pecah-pecah.
 Sering-seringlah mengganti bantalan payudara (breast pad).
 Jika payudara sakit ketika menyusui, berhenti menyusui secara langsung dan
gunakan pompa ASI selama beberapa hari.
 Jika merasa puting Anda datar atau masuk ke dalam, segera periksakan ke
dokter.
 Setiap selesai menyusui, oleskan beberapa tetes ASI pada puting Anda dan
biarkan hingga kering. ASI melembapkan dan melindungi puting dari infeksi.
 Selalu memegang payudara dengan tangan yang bersih.
Kelebihan  Teknik Marmet
Berikut beberapa keunggulan cara memerah ASI manual dengan teknik
Marmet dibanding menggunakan pompa ASI:

 Beberapa pompa ASI menimbulkan rasa tidak nyaman, juga tidak efektif.
Berbeda dengan memerah ASI menggunakan tangan yang bisa Moms
atur sendiri gerakan serta kekuatannya, sehingga bisa lebih efektif
mengeluarkan ASI.
 Banyak ibu lebih nyaman dengan cara memerah ASI manual dengan
alasan lebih alami.
 Kontak kulit dengan kulit lebih menstimulasi ASI daripada dengan
corong plastik pompa ASI Karena itu, cara memerah ASI manual
biasanya mempermudah refleks keluarnya susu.
 Lebih nyaman.
 Lebih ramah lingkungan
 Tak memerlukan alat khusus
 Gratis
 Letakkan wadah bersih di bawah payudara.
 Letakkan jempol di atas payudara dan jari-jari lain di bawah payudara.
 Rasakan area payudara, terutama di sekeliling areola (bagian berwarna gelap
yang mengelilingi puting payudara), adakah perubahan tekstur lembut
menyerupai gundukan kecil. Letakkan ibu jari di belakang gundukan ini dan
mulailah menekannya secara berulang hingga puting mengeluarkan ASI.
 Jika ASI kurang lancar, coba berikan kompres hangat pada payudara selama
beberapa menit untuk melancarkan aliran ASI.

MEMERAH ASI
 Siapkan tempat penampungan
 Siapkan btol atau plastic ASI
 Cuci tangan
 Pilih tempat dan posisi yang nyaman
 Melakukan pemijatan
 Memerah ASI
 Simpan ASI

Memerah ASI Menggunakan Pompa


Ada dua jenis pompa ASI yang dapat Bunda gunakan, yaitu:

Pompa elektrik
Bagi sebagian ibu menyusui, pompa elektrik merupakan pilihan yang mudah dan
praktis. Terlebih bila menggunakan pompa elektrik ganda yang bisa memerah ASI
dari kedua payudara sekaligus. Penggunaannya juga praktis, Bunda hanya perlu
menempelkan corong pompa ke payudara dan menyalakan mesin pompa ASI.
Pompa manual
Sebelum memerah ASI menggunakan pompa manual, Bunda perlu memijat
payudara terlebih dahulu. Setelah ASI mulai keluar, gunakan pompa manual sambil
terus memijat payudara. Cara ini bisa memungkinkan Bunda mendapatkan ASI lebih
banyak.
Memerah ASI menggunakan pompa manual memang membutuhkan banyak latihan.
Selain itu, Bunda berisiko tinggi terkena infeksi payudara jika cara memompanya
tidak benar atau jika alat pompanya tidak bersih.
Oleh karena itu, pompa jenis ini hanya cocok digunakan sebagai alternatif bila
pompa elektrik tidak dapat digunakan atau kondisi Bunda tidak memungkinkan untuk
memerah ASI dengan tangan.

 Bagaimana epidemiologi dari mastitis?


 Bagaimana tatalaksana dari mastitis?
 TATALAKSANA

Penatalaksanaan medis dari sisi pemberiaan obat-obatan (analgesik dan antibiotik) IDAI MASTITIS:
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN

Meskipun ibu menyusui sering enggan untuk mengkonsumsi obat, ibu dengan mastitis dianjurkan
untuk mengkonsumsi beberapa obat sesuai indikasi.

Analgesik (untuk mengurangi rasa nyeri)

Rasa nyeri merupakan faktor penghambat produksi hormon oksitosin yang berguna dalam proses
pengeluaran ASI. Analgesik diberikan untuk mengurangi rasa nyeri pada mastitis. Analgesik
yang dianjurkan adalah obat anti inflamasi seperti ibuprofen. Ibuprofen lebih efektif dalam
menurunkan gejala yang berhubungan dengan peradangan dibandingkan parasetamol atau
asetaminofen. Ibuprofen sampai dosis 1,6 gram per hari tidak terdeteksi pada ASI sehingga
direkomendasikan untuk ibu menyusui yang mengalami mastitis.

Antibiotik

Jika gejala mastitis masih ringan dan berlangsung kurang dari 24 jam, maka perawatan
konservatif (seperti mengalirkan ASI dan perawatan suportif) sudah cukup membantu. Tapi jika
tidak terlihat perbaikan gejala dalam 12 - 24 jam atau jika ibu tampak sakit berat, antibiotik harus
segera diberikan. Jenis antibiotik yang biasa digunakan adalah dikloksasilin atau flukloksasilin
500 mg setiap 6 jam secara oral. Dikloksasilin mempunyai waktu paruh yang lebih singkat dalam
darah dan lebih banyak efek sampingnya ke hati dibandingkan flukloksasilin. Kenapa diberikan
secara oral? karena pemberian secara intravena sering menyebabkan peradangan pembuluh darah.
Sefaleksin biasanya juga aman untuk ibu hamil yang alergi terhadap penisillin tetapi untuk kasus
hipersensitif penisillin yang berat lebih dianjurkan klindamisin.

Antibiotik diberikan paling sedikit selama 10 - 14 hari. Tetapi perlu pula diingat bahwa
pemberian antibiotik yang cukup lama dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi jamur pada
payudara dan vagina.

Dan juga sebagai tambahan, pada penelitian yang dilakukan Jahanfar diperlihatkan bahwa
pemberian antibiotik disertai dengan pengosongan payudara pada mastitis mempercepat
penyembuhan bila dibandingkan dengan pengosongan payudara saja.

 Cukup istirahat dan banyak minum air putih untuk mencegah


dehidrasi sekaligus membantu menurunkan demam
 Minumlah obat pereda rasa sakit sesuai anjuran dokter, seperti
parasetamol atau ibuprofen, untuk mengurangi rasa sakit atau demam
 Hindari pakaian ketat termasuk bra sampai gejala mastitis membaik
 Kompres payudara dengan air hangat atau kain yang dibasahi air hangat
pada bagian yang lecet sebelum memberikan ASI
 Pijatlah payudara dengan lembut selagi memberikan ASI pada bayi
 Jika sedang menyusui, teruskan pemberian ASI meskipun payudari
mengalami abses atau pembengkakan dan pastikan bayi mengisap
payudara dengan benar
 Sering mengubah posisi menyusui untuk membantu mengurangi
sumbatan ASI
 Berusahalah memberi ASI lebih sering dari biasanya, peraslah ASI yang
tersisa setelah dan selama menyusui.
 Bagi wanita yang tidak menyusui dengan mastitis dan ibu menyusui
yang diduga terinfeksi mastitis, tablet antibiotik biasanya akan
diresepkan untuk mengendalikan infeksi.

 Bagaimana komplikasi yang dapat terjadi dari mastitis?

1. KOMPLIKASI (mastitis: pencegahan dan penanganan IDAI)


Abses Payudara
Abses merupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi karena pengobatan terlambat atau
tidak adekuat. Bila terdapat daerah payudara teraba keras, merah, dan tegang walaupun ibu telah
diterapi, maka kita harus pikirkan kemungkinan terjadinya abses. Kurang lebih 3% dari kejadian
mastitis berlanjut menjadi abses. Pemeriksaan USG payudara juga diperlukan untuk
mengidentifikasi adanya cairan yang terkumpul. Cairan ini dapat dikeluarkan dengan aspirasi
jarum halus yang berfungsi sebagai diagnostik sekaligus terapi, bahkan mungkin diperlukan
aspirasi jarum secara serial. Pada abses yang sangat besar terkadang diperlukan tindakan bedah.
Selama tindakan ini dilakukan ibu harus mendapat antibiotik. ASI dari sekitar tempat abses juga
perlu dikultur agar antibiotik yang diberikan sesuai dengan jenis kumannya.

Mastitis berulang/kronis
Mastitis berulang biasanya disebabkan karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat. Ibu harus
benar-benar beristirahat, banyak minum, makanan dengan gizi berimbang, serta mengatasi stress.
Pada kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri diberikan antibiotik dosis rendah yaitu
eritromisin 500 mg sekali sehari selama masa menyusui

Infeksi jamur
Infeksi jamur merupakan infeksi oleh jamur seperti candida albicans. Infeksi jamur biasanya
didiagnosis berdasarkan nyeri berupa rasa terbakar yang menjalar di sepanjang saluran ASI dan
juga waktu menyusui permukaan payudara terasa gatal, namun pada puting mungkin tidak
nampak kelainan. Pengobatan terbaik adalah mengoles nistatin krim yang juga mengandung
kortison ke puting dan areola setiap selesai bayi menyusu dan bayi juga harus diberi nistatin oral
pada saat yang sama.

 Bagaimana patofisiologi terjadinya kelainan tersebut? Serta kelainan lainnya?

Patologis dan gambaran klinisnya


1. Bendungan
Ketika ASI asli mulai di produksi dan payudara mulai penuh. Aliran vena dan limfstik
tersumbat dan aliran susu jadi terhambat dan tekanan 0ada saluran Asi dan alveoli
meningkat. Payudara menjadi bengkak dan edematus.
2. Sumbatan saluran payudara
Dapat berakibat dari obstruksi benda padat atau pengeluaran asi yg tdak efisien.

3. Mastitis non infeksiosa

Akumulasi sisa ASI yg tidak habis dikeluarkan menyebabkan respin peradangan.

4. Faktor imun dalam asi


Kandungan asi seperti igA, sekretorik, laktoferin,lisozi?, dan C3 dan juga leukosit yg memiliki
fungsi dan tujuan untuk perlindungan tubuh bayi. Namu kandungan2 ini juga berfungsi
sebagai oelindung payudara. Adapun kasus seorg wanita di gambia yg mengalami mastitis
berulang2 kali dan kemudian ditemukan bahwa kandungan faktor nya tdi itu rendah.
Sehinggan dapt disimpukan bahwa kekurangan ataupun remdah nya kandungan2 dri ASI
dapat menurunkan proteksi dari payudara

5. Mastitis subklinis
Adanya peningkatan rasio natrium-kalium dalam Asi dan juga interleukin -8. Dimana
nantinya ditemukan bayinya mengalami oenibgkatan berat badan yg drastis namun
pengeluarain asi yg tidak adekuat sehingga produksinya juva berkurang.

6. Mastitis infeksiosa
Dapat terjadi bila stasis ASI tidak sembuh dan proteksi faktor imun dana respons inflamasi
dakan ASI kalah. Hal ini dapat diatasi dengan semakin banyak nya pengeluaran asi maka
akan semamin banyak bakteri yg ikut terkeluar juga.
Adapun gejala2 nya satu payudaranya merah, sangat nyeri, membengkak dan keras.
7. Abses payudara
Adalah keadaan ketika payudara laktasi yg terinfeksi dimana kemudian dia itu membentuk
sawar jaringan granulasi.yg akan terbrntuk swpeeti kapsul abses yg terisi dengan pus.

 Bagaimana cara melakukan edukasi kepad pasien yang mengalami mastitis?

 Bagaimana pemeriksaan penunjang mastitis?

Anda mungkin juga menyukai