Anda di halaman 1dari 2

Bendungan Payudara

January 27, 2016 Medicinesia0 Comments bendungan payudara, frekuensi menyusui, ibu
menyusui, lama menyusui, masalah nifas, mastitis, mengatasi nyeri payudara, menyusui

Artikel ini sudah dibaca 91 kali!

dr. Johny Bayu Fitantra

Pada masa persalinan, seorang wanita mengalami perubahan hormon dalam tubuh untuk
mendukung produksi dan sekresi (pengeluaran) air susu ibu (ASI). ASI seringkali tidak
langsung keluar sesaat setelah melahirkan. Akan tetapi, seiring dengan adanya rangsangan
seperti keinginan ibu untuk memberikan ASI maupun gerakan menyusu dari bayi pada
payudara ibu, produksi ASI akan semakin banyak. Namun, produksi ASI yang berlebih juga
terkadang menimbulkan permasalahan.

Sebagian wanita menyusui mengalami keluhan nyeri pada payudara yang disebabkan oleh
bendungan payudara. Bendungan tersebut terjadi pada kelenjar payudara akibat ekspansi dan
tekanan dari produksi dan penampungan ASI. Biasanya keadaan ini terjadi pada hari ketiga
hingga kelima setelah persalinan meskipun dapat juga terjadi lebih cepat atau lama
tergantung produksi dan pengeluaran ASI. Selain nyeri, payudara mengalami pembengkakan
dan keras.

Kondisi ini secara umum disebabkan oleh ketidakseimbangan antara produksi dan
pengeluaran ASI. Hal tersebut dapat terjadi apabila ibu menyusui dengan posisi yang tidak
baik, membatasi menyusui, membatasi waktu bayi dengan payudara, memberikan suplemen
susu formula untuk bayi, menggunakan pompa payudara tanpa indikasi sehingga suplai
berlebih, maupun adanya implan pada payudara.

Untuk mencegah hal tersebut, hal yang penting untuk dilakukan adalah memastikan bahwa
ASI yang sudah diproduksi akan diminum oleh bayi sehingga tidak terbendung di dalam
payudara. Ibu perlu menyusui bayinya secara teratur. Bayi perlu disusukan tiap 2-3 jam sekali
sesuai keinginan bayi. Juga, perlu dipastikan bahwa perlekatan bayi dan payudara ibu sudah
baik.

Menyusui sebaiknya dilakukan dengan bergantian payudara kanan dan kiri. Masing-masing
payudara sekitar 10-15 menit. Pada bayi yang baru lahir, waktu menyusui di masing-masing
payudara bisa lebih lama, sekitar 20 menit. Pada masa awal atau bila bayi yang menyusu
tidak mampu mengosongkan payudara, bisa dilakukan penggunaan pompa atau pengeluaran
ASI secara manual dari payudara. Selain itu, bra atau beban yang dikenakan ibu haruslah
memiliki ukuran yang pas dan tidak terlalu ketat karena dapat menghambat aliran ASI.

Apabila sudah terlanjur terjadi bendungan atau nyeri payudara, perlu dilakukan upaya untuk
mengurangi bengkak serta mengeluarkan sisa ASI yang masih ada di payudara. Untuk
mengurangi bengkak, kompres payudara dengan kain basah/hangat selama sekitar 5 menit.
Payudara diurut dari arah pangkal menuju puting. Keluarkan ASI dari bagian depan payudara
sehingga puting menjadi lunak. Setelah menyusui, kompres payudara dengan kain dingin
setelah menyusui atau setelah payudara dipompa. Sementara itu, upaya untuk menyusui bayi
secara teratur dan bergantian payudara kanan-kiri harus tetap dilakukan. Jika perlu, dapat
diberikan obat pereda nyeri seperti paracetamol.

Apabila dalam tiga hari tidak ada perbaikan atau terdapat gejala seperti demam, payudara
merah serta nyeri, perlu dilakukan evaluasi untuk kemungkinan adanya mastitis atau
peradangan pada payudara akibat infeksi.

Referensi

WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan.
Jakarta: WHO Country Office for Indonesia; 2013. P.227-8.

Anda mungkin juga menyukai