Anda di halaman 1dari 40

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................2
C. Tujuan ...................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Kegawatdaruratan.................................................................3
B. Pengertian Abortus.................................................................................3
C. Etiologi Abortus.....................................................................................3
D. Gejala Klinis...........................................................................................4
E. Mekanisme Abortus...............................................................................4
F. Patofisiologi Abortus..............................................................................4
G. Klasifikasi Abortus.................................................................................5
H. Kuretase..................................................................................................8
I. Teknik Kuretase...................................................................................14
J. Perawatan Paca Kuret...........................................................................15
K. Konseling Abortus Inkomplit...............................................................16
L. Dampak Setelah Kuretase....................................................................16
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengumpulan Data...............................................................................17
B. Pendokumentasian SOAP....................................................................25
C. Pembahasan .........................................................................................28
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................30
B. Saran...........................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kasus kegawatdaruratan merupakan kasus yang apabila tidak segera

ditangani akan berakibat kesakitan yang berat, bahkan kematian ibu dan

janinya. Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu, janin, dan bayi

baru lahir. Adapun 4 penyebab utama kematian ibu, janin, dan bayi baru lahir

adalah perdarahan, infeksi dan sepsis, hipertensi dan preeklampsia/eklampsia,

serta persalinan macet. Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah

terjadinya perdarahan. Perdarahan dapat terjadi pada masa kehamilan,

persalinan, dan juga pada masa nifas. Pada kehamilan, perdarahan bisa terjadi

pada kehamilan muda maupun kehamilan lanjut. Adapun perdarahan pada

kehamilan muda diantaranya adalah abortus, kehamilan ektopik, dan

kehamilan mola. Sedangkan pada kehamilan lanjut akan ditemui kasus

placenta previa dan solutio placenta. Adapaun yang diketagorikan sebagai

perdarahan dapat bermanifestasi mulai dari perdarahan berwujud bercak,

merembes, profus, sampai syok.

Pada kehamilan muda, perdarahan sering dikaitkan dengan kejadian

abortus, misscarriage, early pregnancy loss. Sekitar 75% kematian ibu


disebabkan perdarahan, sebagian besar perdarahan pasca persalinan 24 jam

pertama, infeksi (pasca salin), tekanan darah tinggi saat kehamilan (pre-

eklampsi/eklampsi) dan partus lama.

Mengenal kasus kegawatdaruratan secara dini sangat penting guna

mendapatkan pertolongan yang cepat dan tepat. Oleh karena itu dalam

penanganan kasus kegawatdaruratan diperlukan adanya penilaian awal guna

menentukan dengan cepat kasus-kasus yang dicurigai dalam keadaan

gawatdrurat dan membutuhkan pertolongan segera dengan mengidentifikasi

komplikasi/penyulit yang dihadapi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarakan uraian latar belakang diatas, masalah yang dapat dirumuskan

adalah “Bagaimana asuhan kebidanan kegawatdaruratan pada kasus

abortus ?”

C. Tujuan

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Mengetahui dan memahami tentang abortus serta dapat memberikan

asuhan kebidanan pada klien dengan abortus.

2. Tujuan Khusus

a. Menjelaskan Pengertian abortus

b. Menjelaskan Etiologi abortus

c. Menjelaskan Gejala Klinis Abortus


d. Menjelaskan Mekanisme Abortus

e. Menjelaskan Patofisiologi Abortus

f. Menjelaskan Klasifikasi abortus

g. Menjelaskan diagnosis untuk menilai abortus

h. Mengetahui penanganan abortus

i. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dengan abortus


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Kegawatdaruratan
Istilah kegawatdaruratan adalah suatu keadaan yang serius, yang harus
mendapatkan pertolongan segera. Kegawatdaruratan dalam kebidanan adalah
kegawatdaruratan yang terjadi pada wanita hamil, melahirkan atau nifas.
( Maryunani A. 2016:28)

Kasus kegawatdaruratan adalah kasus yang apabila tidak segera


ditangani akan berakibat kesakitan yang berat, bahkan kematian ibu dan
janinnya. (Sarwono P.2014:391)

B. Pengertian Abortus
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang
20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. (Sarwono P. 2014:460)

Miscarriage (abortus) adalah istilah yang digunakan untuk kehamilan


yang berakhir dengan sendirinya, dalam 20 minggu pertama kehamilan.
(americanpregnancy.org)

Abortus atau keguruan adalah berakhirnya kehamilan selama 13


minggu pertama kehamilan atau selama trimester pertama kehamilan.
(American College of Obstetricians and Gynecologists)

Menurut Eastman, abortus adalah keadaan terputusnya suatu


kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri di luar uterus. Belum
sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara 400 – 1000 gram,
atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu (Sinopsis Obsetri, Fisiologis,
Pathologis : 209).

C. Etiologi Abortus
Penyebab abortus ( early pregnancy loss ) bervariasi dan sering
diperdebatkan. umumnya lebih dari satu penyebab. Penyebab terbanyak
diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang paling


umum menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum umur kehamilan 8
minggu. Beberapa faktor yang menyebabkan kelainan ini antara lain :
kelainan kromoson/genetik, lingkungan tempat menempelnya hasil
pembuahan yang tidak bagus atau kurang sempurna dan pengaruh zat zat
yang berbahaya bagi janin seperti radiasi, obat obatan, tembakau, alkohol
dan infeksi virus.
2. Kelainan pada plasenta. Kelainan ini bisa berupa gangguan
pembentukan pembuluh darah pada plasenta yang disebabkan oleh
karena penyakit darah tinggi yang menahun.
3. Faktor ibu. Seperti penyakit-penyakit khronis yang diderita oleh sang
ibu seperti radang paru paru, tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi
virus toxoplasma.
4. Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu. Seperti gangguan pada
mulut rahim, kelainan bentuk rahim terutama rahim yang lengkungannya
ke belakang (secara umum rahim melengkung ke depan), mioma uteri,
dan kelainan bawaan pada rahim.
D. Gejala Klinis
Adapun gejala klinis abortus adalah sebagai berikut :
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil
konsepsi
3. Rasa mulas atau nyeri yang hebat karena adanya kontraksi uterus
4. Rasa kram di daerah perut atau di daerah atas simfisis
5. Rasa tertekan pada punggung bagian belakang/pelvic
E. Mekanisme Abortus
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau
seluruh bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua.
Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut
menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan mengawali proses abortus.

F. Patofisiologi Abortus
Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis,
pelepasan embrio parsial atau komplit akibat prdarahan kecil didalam
desidua. Ketika terjadi kegagalan fungsi plasenta, uterus mulai berkontraksi
kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan disekitarnya. Hal tersebut
menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya. Pada
kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan
seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam.
Pada kehamilan antara 8-14 minggu villi koriales sudah menembus desidua
lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang
dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas
umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul
beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta
segera terlepas dengan lengkap.

Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk.


Adakalanya kantong amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil
tanpa bentuk yang jelas (blighted ovum) atau janin sudah lama mati (missed
abortion). Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu
singkat, maka mudigah tersebut dapat diliputi oleh lapisan bekuan daran. Isi
uterus disebut mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila pigmen
darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi, sehingga semuanya
tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberosa, dalam hal ini
amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan
korion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi
proses mumifikasi, yaitu janin mengering dan karena cairan amnion menjadi
kurang karena diserap, janin menjadi agak gepeng dan disebut fetus
kompressus. Dalam tingkat lebih lanjut janin menjadi tipis seperti kertas
perkamen yang disebut fetus papiraseus. Kemungkinan lain pada janin mati
yang tidak segera dikeluarkan adalah terjadinya maserasi, kulit terkelupas,
tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terisi cairan dan seluruh
janin berwarna kemerah-merahan.

G. Klasifikasi Abortus
Secara klinik dapat dibedakan antara abortus imminiens, abortus
insipiens, abortus inkompletus dan abortus kompletus.

1. Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus
pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam
uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks (Sarwono, 2007). Diagnosis abortus
imminens ditentukan apabila terjadi perdarahan melalui ostium uteri
eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar
sebesar tuanya kehamilan, serviks belum membuka, dan tes kehamilan
positif. Perdarahan implantasi biasanya sedikit, warnanya merah, dan cepat
berhenti, tidak disertai mules-mules.(Sarwono, 2007)

Penanganan abortus imminens meliputi :

a. Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam


pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah
ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
b. Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat
progestasional sintetik peroral atau secara intramuskular.Walaupun
bukti efektivitasnya tidak diketahui secara pasti.
c. Pemeriksaan ultrasonografi penting dilakukan untuk menentukan
apakah janin masih hidup.
Bentuk dan lamanya perdarahan menentukan prognosis kelangsungan
kehamilan. Prognosis menjadi kurang baik bila perdarahan berlangsung lama,
mules-mules yang disertai pendataran serta pembukaan serviks.

2. Abortus Insipiens
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat
tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus(Sarwono, 2007). Dalam hal ini rasa
mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah. Pengeluaran
hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam
ovum, disusul dengan kerokan.

Penanganan Abortus Insipiens meliputi :

a. Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, lakukan evakuasi uterus


dengan aspirasi vakum manual. Jika evakuasi tidak dapat, segera
dilakukan: Berikan ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau misoprostol
400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu).
b. Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari
uterus.
Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :

 Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evakuasi sisa-sisa hasil


konsepsi.
 Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena
(garam fisiologik atau larutan ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes
permenit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
c. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
3. Abortus Inkompletus
Abortus Inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi
pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal
dalam uterus (Sarwono, 2007). Pada pemeriksaan vaginal, kanalis
servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau
kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Perdarahan
pada abortus inkompletus dapat banyak sekali, sehingga menyebabkan
syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum seluruh hasil konsepsi
dikeluarkan. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan di
uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda
utama abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut, perdarahan
kadang-kadang sedemikian masih sehingga menyebabkan hipovolemia
berat.

Gambaran USG pada abortus inkompletus tidak spesifik,


tergantung dari usia kehamilan dan banyaknya sisa jaringan konsepsi.
Uterus mungkin masih membesar walaupun tidak sesuai lagi dengan usia
kehamilan. Kavum uteri mungkin berisi kantong gesatasi yang bentuknya
tidak utuh lagi atau mungkin berisi massa kompleks (struktur ekhogenik
dan anekhoik) yang tidak spesifik. Kadang-kadang terlihat kantong
gestasi yang terlepas dari dinding uterus dan berada di dalam kanalis
servikalis atau vagina.

Dalam penanganannya, apabila abortus inkompletus disertai syok


karena perdarahan, harus segera diberikan infus cairan NaCl fisiologik
atau cairan RL yang disusul dengan transfusi. Setelah syok diatasi,
dilakukan kerokan. Pasca tindakan disuntikkan ergometrin secara IM
untuk mempertahankan kontraksi otot uterus.

Penanganan abortus inkomplit :

1. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari16


minggu, evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam
ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui
serviks.
2. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuleratau
misoprostol4 00 mcg per oral.
3. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan
kurang dari 16 minggu, evakuasi hasil konsepsi dengan :
 Aspirasi vakum manual merupakan metode evakuasi yang
terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya
dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
 Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin
0,2 mg intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu)
atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang setelah 4
jam bila perlu).
4. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
 Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena
(garam fisiologik atau ringer laktat) dengan kecepatan 40
tetes permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
 Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4
jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800
mcg)
 Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
 Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah
penanganan.
4. Abortus Kompletus
Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup,
dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila
hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya
sudah keluar dengan lengkap.

Penderita dengan abortus kompletus tidak memerlukan


pengobatan khusus, hanya apabila penderita anemia perlu diberikan
tablet sulfas ferrosus 600 mg perhari atau jika anemia berat maka perlu
diberikan transfusi darah.

H. Kuretase
1. Pengertian Kuretase
Kuretase adalah serangkaian proses pelepasan jaringan yang melekat
pada dinding kavum uteri dengan melakukan invasi dan memanipulasi
instrument (sendok kuret) ke dalam kavum uteri
Kuret adalah tindakan medis untuk mengeluarkan jaringan dari dalam
rahim. Jaringan itu sendiri bisa berupa tumor, selaput rahim, atau janin
yang dinyatakan tidak berkembang maupun sudah meninggal. Dengan
alasan medis, tidak ada cara lain jaringan semacam itu harus dikeluarkan.
(Dr. H. Taufik Jamaan, Sp. OG )
2. Tujuan Kuretase
Damayanti (2008, dalam Reni, 2014) mengatakan bahwa tujuan
kuretase terbagi atas :

a. Sebagai diagnostik suatu penyakit rahim


Yaitu mengambil sedikit jaringan lapis lendir rahim, sehingga
dapat diketahui penyebab dari perdarahan abnormal yang terjadi
misalnya perdarahan pervaginam yang tidak teratur, perdarahan hebat,
kecurigaan akan kanker endometriosis atau kanker rahim,
pemeriksaan kesuburan/fertilitas.
b. Sebagai Terapi
Yaitu bertujuan menghentikan perdarahan yang terjadi pada
keguguran kehamilan dengan cara mengeluarkan hasil kehamilan
yang telah gagal berkembang, menghentikan perdarahan akibat
mioma dan polip dari dalam rongga rahim, menghentikan perdarahan
akibat gangguan hormone dengan cara mengeluarkan lapisan dalam
rahim misalnya kasus keguguran, tertinggalnya sisa jaringan janin
didala rahim setelah proses persalinan, hamil anggur/ mola,
menghilangkan polip rahim.
3. Indikasi Kuretase
Kuretase bukan hanya dibutuhkan wanita yang baru saja
mengalami keguguran, tetapi juga pada kondisi lainnya. Berikut beberapa
kondisi yang membutuhkan tindakan kuret.
a. Abortus inkomplitus/ Insipiens
b. Perdarahan Pascapersalinan
c. Haid tidak teratur maupun terlalu panjang (bagi yang sudah menikah)
d. Pendarahan setelah lewat masa monoupose
e. Plasenta melekat pada rahim
f. Kehamilan yang bermasalah seperti hamil anggur atau Mola
4. Persiapan sebelum Kuretase
a. Memberi informed consent
b. Menjelaskan pada klien tentang penyakit yang diderita
c. Menerangkan kepada pasien tentang tindakan kuretase yang akan
dilakukan:
garis besar prosedur tindakan, tujuan dan manfaat tindakan
d. memeriksa keadaan umum pasien, bila memungkinkan pasien
dipuasakan.
5. Pemeriksaan Sebelum Kuretase
a. USG (ultrasonografi)
e. Mengukur tensi dan Hb darah
f. Memeriksa sistim pernafasan
g. Mengatasi perdarahan
h. Memastikan pasien dalam kondisi sehat dan fit
6. Persiapan Pasien
a. membersihkan genetalia eksterna
b. mengosongkan kandung kemih
c. membantu pasien naik ke meja ginekologi
d. Lakukanlah pemeriksaan umum : Tekanan Darah, Nadi, Keadaan
Jantung, dan Paru – paru dan sebagainya.
e. Pasanglah infuse cairan sebagai profilaksis
f. Pada umumnya diperlukan anestesi infiltrasi local atau umum secara
IV dengan ketalar
g. Sebelum masuk ke ruang operasi, terlebih dahulu pasien harus
dipersiapkan dari ruangan
h. Puasa: Saat akan menjalani kuretase, dilakukan puasa 4-6 jam
sebelumnya. Tujuannya supaya perut dalam keadaan kosong sehingga
kuret bisa dilakukan dengan maksimal
i. Cek adanya perdarahan
Dokter akan melakukan cek darah untuk mengetahui apakah
pasien mengalami gangguan perdarahan atau tidak. Jika ada indikasi
gangguan perdarahan, kuret akan ditunda sampai masalah perdarahan
teratasi. Namun tak menutup kemungkinan kuret segera dilakukan
untuk kebaikan pasien. Biasanya akan dibentuk tim dokter sesuai
dengan keahlian masing-masing, dokter kandungan, dokter bedah,
dokter hematologi, yang saling berkoordinasi. Koordinasi ini akan
dilakukan saat pelaksanaan kuret, pascakuret, dan sampai pasien
sembuh
6. Persiapan Petugas
a. mencuci tangan dengan sabun antiseptic

b. memakai perlengkapan : baju kamar tindakan, apron, masker, kacamata


pelindung, handscoen steril, dan alasa kaki / “boot”
c. Perawat instrumen memastikan kembali kelengkapan alat-alat yang akan
digunakan dalam tindakan kuret
7. Persiapan Ruangan
a. Ranjang ginekologi dengan penopang kaki

b. Meja Mayo

c. Lampu sorot

8. Persiapan Alat
a. Alat-alat kuretase hendaknya telah tersedia alam bak alat dalam keadaan
aseptic berisi :

 Speculum SIMS (2 buah), untuk membantu membuka vagina


saat pelaksanann kuret
 Sonde (penduga) uterus (1 buah):
 untuk mengukur kedalaman rahim
 untuk mengetahui lebarnya lubang vagina

 Tenakulum (1 buah)

 Klem ovum/fenster (2 buah), untuk membersihkan portio


 Berbagai ukuran busi (dilatator) Hegar, untuk merangsang
pembukaan portio pada pasien abortus inkomplitus dan
insipiens

 Bermacam – macam ukuran sendok kerokan (kuret 1 SET),


untuk mengumpulkan hasil sisa jaringan konsepsi yang
tertinggal di dalam rahim

i. Menyiapkan alat kuret AVM


 Wadah instrumen khusus ( untuk prosedur AVM )
 AVM Kit (tabung, adaptor, dan kanula)
 Mangkok logam

 Dilagator/ busi hegar (1 set)

 Kain atas bokong dan penutup perut bawah


 Larutan anti septik (klorheksidin, povidon iodin, lkohol)
9. Persiapan Obat-Obatan
 Analgetika ( Pethidin 1-2 mg/kg BB, Ketamin HCL 0,5% mg/kg
BB, Tramadol 1-2 mg/kg BB)
 Sedativa (Diazepam 10 mg)
 Atropin Sulfas 0,25-0,50 mg/ml
 Larutan antiseptik (Povidon iodin 10%)
I. Teknik Kuretase
a. Tentukan Letak Rahim
Yaitu dengan melakukan pameriksaan dalam. Alat-alat yang
yang dipakai umumnya terbuat dari metal dan biasanya melengkung
karena itu memasukkan alat-alat ini harus disesuaikan dengan letak
rahm. Gunanya supaya jaringan jangan terjadi salah arah (Fase route)
dan perforasi.
b. Penduga Rahim
Masukan penduga rahim sesuai dengan letak rahim dan
tentukan panjang atau dalamnya penduga rahim. Caranya adalah,
setelah ujung penduga rahim membentur fundus uteri, telunjuk tangan
kanan diletakkan atau dipindahkan pada portio dan tariklah sonde
keluar, lalu baca berapa cm dalamnya rahim.
c. Kuretase
Seperti yang dikatakan, pakailah sendok kuret yang agak
besar. Jangan memasukan sendok kuret dengan kekuatan, dan
pengerokan biasanya dimulai di bagian tengah. Pakailah sendok kuret
yang tajam (ada tanda gerigi) karena lebih efektif dan lebih terasa
sewaktu melakukan kerokan pada dinding rahim dalam ( seperti bunyi
mengukur kelapa). Dengan demikian, kita tahu bersih atau tidaknya
hasil kerokan (Sofian, 2011)
d. Cunam Abortus
Pada abortus insipiens, dimana sudah terlihat jaringan,
pakailah cunam abortus untuk mengeluarkannya yang biasanya diikuti
oleh jaringan lainnya. Dengan demikian sendok kuret hanya dipakai
untuk membersihkan sisa-sisa yang ketinggalan saja. Memegang,
memasukan dan menarik alat hruslah hati-hati. Lakuka dengan
lembut. (with lady’s hand) sesuai dengan arah dan letak rahim
J. Perawatan Pasca Kuretase
1. Setelah pasien sudah dirapikan, petugas mengobservasi keadaan pasien
dan terus memastikan apakah pasien sudah bernafas spontan atau belum
2. Memindahkan pasien ke recovery room
3. Melakukan observasi keadaan umum pasien seperti TTV
4. Memasangkan oksigen 2 liter/menit melalui nasal kanule dan tetap
observasi keadaan pasien sampai dipindahkan ke ruangan perawatan
5. Cek perdarahan
6. Pemberian terapi : paracetamol 500 mg per oral jika perlu, beri antibiotik
profilaksis, termasuk tetatus profilaksis jika tersedia.
7. Memberikan dukungan dan konseling pada pasien serta keluarga pasca
tindakan
8. Melakukan dekontaminasi alat dan bahan bekas operasi
9. Anjurkan pasien segera kembali ke dokter jika terdapat gejala :
 Nyeri perut (lebih dari bebrapa hari)
 Perdarahan berlanjut ( lebih 2 minggu)
 Perdarahan lebih dari haid
 Demam
 Menggigil
 Pingsan
Perawatan usai kuretase pada umumnya sama dengan operasi-operasi
lain. Harus menjaga bekas operasinya dengan baik, tidak melakukan aktivitas
yang terlalu berat, tidak melakukan hubungan intim untuk jangka waktu
tertentu sampai keluhannya benar-benar hilang, dan meminum obat secar
teratur. Obat yang diberikan biasanya antibotik dan penghilang rasa sakit.
Jika ternyata muncul keluhan, sakit yang terus berkepanjangan atau muncul
perdarahan, segeralah memeriksakan diri ke dokter. Mungkin perlu dilakukan
tindakan kuret yang kedua karena bisa saja ada sisa jaringan yang tertinggal.
Jika keluhan tak muncul biasanya kuret berjalan dengan baik dan pasien
tinggal menunggu kesembuhannya.

K. Konseling Abortus Inkomplit


1. Nutrisi : makanan yang mengandung zat besi tinggi untuk menambah
pembentukan sel darah merah seperti bayam, kangkung dan sumplemen
penambah darah
2. Istirahat : istirahat yang diperlukan pasca kurate hanya sekitar 1-2 hari.
Setelah itu dapat beraktifitas kembali secara normal
3. Personal Hygine : Cukup bilas dengan air biasa tanpa diolesi dengan
cairan apapun, gunakan pembalut biasa, hindari menggunakan tampon
untuk mencegah infeksi
4. Mobilisasi : berdiri dan berjalan perlahan untuk mencegah pengumpalan
darah di sekitar kaki dan membuat otot kaki tetap kuat.
5. Konseling keluarga berencana. Tidak ada batasan kapan sebaiknya
merencanakan kehamilan pasca keguguran. Namun, penelitian
menunjukan dalam rentang waktu 3-6 bulan post abortus dapat
memperkecil keguguran selanjutnya. Dibutuhkan penundaan kehamilan
dalam masa pemulihan post kurate dengan menggunakan alat
kontrasepsi. Jika tidak ada indikasi, dapat memakai alat kontrasepsi
hormonal ataupun non hormonal.
L. Dampak Setelah Kuretase
1. Perdarahan
2. Perforasi daging rahim
3. Gangguan haid
4. Infeksi
5. Kanker trofobalst akibat sisa plasenta yang ada di dinding
BAB III

TINJAUAN KASUS

No Medrec/Register : 03111103

Tgl masuk/Kunjungan : 18 April 2018

Tanggal Pengkajian : 18 April 2018

Pukul : 11.00 WIB

A. PENGUMPULAN DATA

1. DATA SUBJEKTIF

a. Biodata

Nama Ibu : Ny. F Nama Suami : Tn. H

Umur : 25 tahun Umur : 27


Tahun

Agama : Islam Agama :


Islam

Suku/Bangsa : Minang /Indonesia Suku/Bangsa :


sunda/Indonesia
Pendidikan : D III Pendidikan :S1

Pekerjaan : Karyawan swasta Pekerjaan : PNS

Alamat : Cimanggu II Blok U no.311 Alamat :


Cimanggu II

Blok U
no.311

b. Keluhan Utama Saat Masuk :

Ibu datang ke RB. Ananda pada tanggal 18 April 2018 pukul 11.00 WIB
ibu datang ke RB. Ananda ingin memeriksakan kehamilannya, mengaku hamil 3
bulan anak pertama dengan mengeluh nyeri perut bagian bawah dan
mengeluarkan darah sebanyak satu pembalut tidak penuh disertai sedikit
gumpalan seperti daging dari kemaluannya sejak pukul 10.00 WIB.

c. Tanda-tanda Bahaya Kehamilan :

1) nyeri kepala yang hebat : tidak ada

2) mata berkunang – kunang : tidak ada

3) nyeri perut bagian bawah : ada

4) oedem : tidak ada

5) keluar air-air : tidak ada

6) perdarahan : ada

d. Data Kebidanan

1) Riwayat Menstruasi

Menearche : 14 tahun Sifat : teratur

Siklus : 28 hari Warna : merah

Lama : 7 hari Dismenorhea : tidak ada


Jumlah : 2x ganti pembalut

2) Riwayat Kehamilan Sekarang

a) HPHT : 22 Januari 2018

b) TP : 29 Oktober 2018

c) Pergerakan Janin Pertama Kali : Tidak ada

d) Pergerakan Janin Yang Dirasakan Dalam 24 jam terakhir : Tidak ada

e) Obat yang di konsumsi (termasuk jamu) : tidak ada

e. Riwayat Imunisasi TT

Imunisasi TT1 : -

Imunisasi TT2 : -

f. Kekhawatira-kekhawatiran khusus : khawatir terjadi keguguran

g. Pemeriksaan Kehamilan :

Trimester I : 2 x dengan bidan dengan keluhan : pusing, mual dan lemas

h. Riwayat Kehamilan Persalinan Dan Nifas Yang Lalu

i. Riwayat penyakit yag perah diderita

1) TBC : tidak ada

2) Ginjal : tidak ada

3) Malaria : tidak ada

4) DM : tidak ada

5) Hipertensi : tidak ada

6) Jantung : tidak ada

j. Riwayat Operasi

1) SC : tidak ada
2) Apendiks : tidak ada

3) Lain-Lain : tidak ada

k. Riwayat Penyakit Keluarga

1) Hipertensi : tidak ada

2) Jantung : tidak ada

3) DM : tidak ada

4) Retardasi Mental : tidak ada

5) Kelainan darah : tidak ada

6) Masalah Herediter : tidak ada

7) Kelahiran Kembar : tidak ada

l. Riwayat KB

1) Pernah Mendengar Tentang KB : pernah

2) Pernah Menjadi Akseptor KB : tidak pernah

3) Jenis Alat Kontrasepsi Yang Pernah Dipakai : tidak ada

4) Lamanya Ber-KB : -

5) Alasan Berhenti : -

6) Jumlah Anak Yang Diinginkan : 2 orang anak

m. Riwayat Psikososial

Status Pernikahan : Menikah

Suami Yang ke : pertama

Istri yang ke : pertama

Lamanya menikah : 1 tahun

Respon ibu/keluarga terhadap kehamilan : senang


Jenis kelamin yang diharapkan : laki-laki

Bentuk dukungan keluarga : ikut menjaga kesehatan


ibu

Adat istiadat yang berhubungan dengan kehamilan : tidak ada

Pengambil keputusan dalam keluarga :suami

Rencana persalinan : tempat : BPS/RB

- penolong persalinan : bidan

- pendamping persalinan : suami / keluarga

Persiapan persalinan : uang untuk biaya persalinan

n. Kebisaan Sehari-Hari

1) Nutrisi

Pola makan : 3 x sehari

Jenis makanan yang dikonsumsi : nasi, lauk, sayuran


Jenis makan yang tidak disukai : tidak ada
Perubahan porsi makan : tidak ada
Alergi terhadap makanan (jenis) : tidak ada
Pantangan : tidak ada
Makanan yang terakhir dimakan : bubur nasi
2) Eliminasi

BAK : 8x sehari
Warna : kuning
BAB : 1 x sehari
Konsistesi : lunak
Terakhir BAB jam : 7 pagi
3) Pola istirahat dan tidur

Tidur siang :-
Masalah : bekerja
Tidur malam : 8 jam
Masalah : tidak ada
4) Pola Aktivitas

Aktiftas sehari-hari : bekerja dan mengurus keluarga

5) Personal hygiene

Gosok Gigi : 2x sehari


Mandi : 2x sehari
Ganti pakai dalam : 2x sehari
5. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : baik


Kesadaran : CMC
Tekanaa Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 82 x / menit
Pernafasan : 20 x / menit
Suhu : 36,5 0c
2. Pemeriksaan Fisik

1) Kepala

a. Rambut : hitam, tidak berketombe

b. Muka :Cloasma tidak ada Oedema: tidak ada

c. Mata :Konjungtiva : tidak anemis

d. Sclera : tidak ikterik

e. Hidung :Pengeluaran : tidak ada

f. Polip : tidak ada

g. Telinga :Kebersihan : bersih

h. Mulut/Gigi :Stomatitis : tidak ada


i. Gusi : normal

j. Caries : tidak ada

2) Leher

a. Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran

b. Pembesaran kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran

c. Pembesaran vena jugularis : tidak ada pelebaran

3) Dada

a. Retraksi Diding dada : tidak ada

b. Bunyi pernafasan : normal tidak ada wheezing dan ronchi

c. Bunyi jantung : normal

d. Irama : teratur

4) Payudara

a. Bentuk : simetris

b. Putting susu : menonjol

c. Areola : hiperpigmentasi

d. Pengeluaran : tidak ada

e. Tanda-tanda Retraksi : tidak

f. Kebersihan : baik

5) Abdomen

a. Pembesaran : sesuai masa kehamilan

b. Luka bekas operasi : tidak ada

c. Striae Albican/ Livide : albican

d. Linea Alba/ Nigra : nigra

e. TFU : kecil dari usia kehamilan / tidak teraba


f. TBJ : -

g. Kontraksi : ada

h. DJJ : -

Teratur/ tidak : -
Punctum maksimum : -
6) Ekstremitas

Atas :
a. Kebersihan : bersih

b. Pucat pada kuku : tidak ada

c. Edema : tidak ada

Bawah :

a. Kebersihan : bersih

b. Pucat pada kuku : tidak ada

c. Edema : tidak ada

d. Varices : tidak ada

e. Tanda homan : negatif

f. Reflek patella : positif kanan dan kiri

7) Pemeriksaan Genitalia

Pemeksaan genitalia eksternal


a. Labi mayora : normal tidak ada kelainan

b. Labia minora : normal tidak ada kelainan

c. Urifisium uretra : normal

d. Vulva : membuka

e. Varices : tidak ada

f. Pengeluaran : darah
g. Bau : amis darah

h. Kelejar skene : normal

i. Kelejar bartholin : normal

j. Lain-lain : tidak ada

Pemeriksaan genitalia Interna (bila ada indikasi)


a. dinding vagina : normal

b. serviks dan vagina : serviks dan vagina membuka

8) Pemeriksaan penunjang

a. Plano Test (+)

b. HB : 10,5 gr %

c. Golongan Darah : B

d. USG : hasil pemeriksaaan USG menunjukkan kavum uteri berisi kantong

gestasi yang sudah terlepas sebagian dan bentuknya tidak utuh lagi
B. Pendokumentasian SOAP

Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Ny. F G1 P0 A0 H0 Usia Kehamilan 12-13 Minggu

dengan Abortus Inkomplet di Rumah Bersalin Ananda.

S O A P
Waktu Tindakan Paraf
Tanggal : 18 April 2018 A. Pemeriksaan Umum: G1 P0 A0 H0 11.15 1. Memberikan informasi kepada ibu
Pukul : 11 .00 WIB 1) Keadaan Umum : Usia kehamilan tentang keadaan dirinya dalam keadaan
baik 12-13 Minggu baik–baik saja, tapi ada sedikit masalah
ibu mengatakan : 2) Kesadaran : CM dengan Abortus pada kehamilannya, yaitu janin tidak
1. hamil anak 3) Tekanaa Darah : Inkomplit dapat dipertahankan dan terjadi abortus
pertama usia 120/80 mmHg inkomplit, dengan hasil pemeriksaan
kehamilan 3 4) Nadi : 82 x / menit TD : 120/80 mmHg, N : 82 x/mnt, S :
bulan 5) Pernafasan : 20 x / 36,5°C, dan RR : 22 x/mnt.
2. Nyeri perut menit Ev: Ibu mengerti dan memahami
bagian bawah 6) Suhu : 36,5 0c semua penjelasan dari dokter obgyn
3. Mengeluarkan dan bidan
darah dari B. Pemeriksaan Khusus 11.20
kemaluan 1) Pemeriksaan 2.Memberikan informasi tentang
sebanyak satu Khusus : dalam penatalaksanaan abortus inkomplit
pembalut dan batas normal bahwa
disertai sedikit 2) TFU : kecil dari akan dilakukan tindakan evakuasi hasil
gumpalan berupa usia kehamilan / konsepsi secara digitalis oleh dokter
daging sejak tidak teraba obgyn
pukul 10.00 wib Ev: Ibu bersedia dilakukan tindakan
4. belum pernah Inspesksi genitalia : pengeluaran hasil konsepsi secara
keguguran perdarahan 11.25 digital oleh dokter obgyn
5. HPHT : 22 - 01 - Pengeluaran :
2018 darah dan sedikit 3. Meminta pasien menandatangani
gumpalan daging surat persetujuan tindakan medis
(informed consent) untuk menyatakan
C. Pemeriksaan pasien menyetujui tindakan medik
Penunjang yang akan dilakukan
e. Plano Test (+) 11.30 Ev: Ibu bersedia menanda tangani
f. HB : 10,5 gr % tindakan medis yang dilakukan
g. Golongan Darah : terhadap dirinya dan janinnya
B
h. USG : hasil 4. Memberikan dukungan emosional
pemeriksaaan USG pada ibu dan meminta keluarga
menunjukkan 11.35 untuk mendampingi ibu
kavum uteri berisi Ev: Ibu cukup merasa tenang dan
kantong gestasi ibu didampingi oleh suami
yang sudah terlepas
sebagian dan 11.40 5. Memberikan cairan infus RL
bentuknya tidak Ev: Infus RL telah terpasang di
utuh lagi tangan sebelah kiri ibu 20 tpm

6. Melakukan kolaborasi dengan


dokter obgyn dalam melakukan
evakuasi hasil konsepsi secara
11.50 digitalis dan dalam pemberian terapi
Ev: Tindakakn kolaborasi telah
dilakukan

7. Memberikan ergometrin 0,2 mg


11.55 secara IM
Ev: Ergometrin telah diberikan,
tidak ada reaksi alergi

8. Melakukan observasi TTV pada ibu


12.00 dan memantau kondisi ibu pasca
tindakan
Ev: Keadaan Umum ibu baik

9. Memberikan Vit K 1x1 tablet untuk


mencegah perdarahan, dan 1 tablet
Fe untuk mencegah terjadinya
anemia pada ibu serta memberikan
12.10 antibiotik amoxilin 1 x 500 mg dan
asam mefenamat 1 x 500 mg per
oral
Ev: Obat telah diberikan dan
tidak ada reaksi alergi

10. Menjelaskan pada ibu untuk


istirahat berbaring ditempat tidur
selama 6 jam
Ev: Ibu beristirahat dengan baik,
keadaan ibu baik
28
C. Pembahasan

Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan bidan, Ny. F di diagnosa


mengalami abortus inkompletus. Abortus Inkompletus adalah pengeluaran sebagian
hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal
dalam uterus. Ny. F datang pada pukul 11.00 WIB untuk memeriksakan
kehamilannya, mengaku hamil 3 bulan anak pertama dengan mengeluh nyeri perut
bagian bawah dan mengeluarkan darahsebanyak satu pembalut tidak penuh disertai
sedikit gumpalan dari kemaluannya sejak pukul 10.00 WIB.

Pada pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat


diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri
eksternum. Dari hasil pemeriksaan vaginal yang dilakukan oleh bidan teraba kanalis
servikalis membuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri. Berdasrkan hasil
pemeriksaan USG diperoleh hasil pemeriksaaan USG menunjukkan kavum uteri
berisi kantong gestasi yang sudah terlepas sebagian dan bentuknya tidak utuh lagi.

Perdarahan pada abortus inkompletus dapat banyak sekali, sehingga


menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum seluruh hasil
konsepsi dikeluarkan. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan di uterus,
cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus
inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian
masif sehingga menyebabkan hipovolemia berat. Ny. F megalami perdarahan
sedang, yaitu sebanyak satu pemalut tidak penuh dalam waktu 1 jam dan disertai
sdikit gumpalan seperti daging.

Dalam penanganannya, apabila abortus inkompletus disertai syok karena perdarahan,


harus segera diberikan infus cairan NaCl fisiologik atau cairan RL yang disusul
dengan transfusi. Setelah syok diatasi, dilakukan kerokan. Pasca tindakan
disuntikkan ergometrin 0,2 mg secara IM umtuk mempertahankan kontraksi otot
uterus. Meskipun Ny. F tidak mengalami syok karena perdarahan, terapi pemberian
cairan infus RL tetap di berikan untuk mempertahankan keadaan umum ibu tetap
baik.

28
Setelah berkolaborasi dengan dokter obgyn dan melihat umur kehamilan yang
baru 12 minggu dan hasil USG menunjukkan kavum uteri berisi kantong gestasi
yang sudah terlepas sebagian dan bentuknya tidak utuh lagi, disarankan evakuasi
hasil konsepsidilakukan secara digital untuk mengeluarkan hasil konsepsi. Setelah
mendapatkan persetujuan tindakan evakuasi secara digital dari Ny. F dan keluarga,
tindakan tersebut segera dilakukan oleh dokter obgyn. Setelah perdarahan berhenti,
diberikan ergometrin 0,2 mg intramuskuler. Kemudian memastikan tetap memantau
kondisi ibu setelah penanganan dengan melakukan observasi TTV.

Pada kasus Ny. F Hamil 12 Minggu dengan Abortus Inkomplit tidak


dilakukan tindakan kuretase karena hasil konsepsi dapat segera dikeluarkan secara
digitalis dengan berkolaborasi dengan dokter obgyn di RB. Ananda dan perdarahan
pun dapat segera berhenti sehingga tidak diperlukan rujukan ke rumah sakit.

29
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penulis telah melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny F usia


kehamilan 12-13 minggu dengan Abortus Inkomplit di Rumah Bersalin
Ananda Tanggal 18 April 2018. Adapun asuhan kebidanan yang meliputi:

1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada


kasus ibu hamil Ny F usia kehamilan 12-13 minggu dengan Abortus
Inkomplit dengan faktor predisposisi yaitu riwayat kehamilan, persalinan dan
nifas yang lalu, paritas, riwayat abortus sebelumnya dan faktor nutrisi ibu.
2. Mahasiswa mampu menginterpretasikan data (diagnosa, masalah, serta
menentukan kebutuhan pasien) berdasarkan data-data yang telah
dikumpulkan pada kasus ibu hamil Ny F usia kehamilan 12-13 minggu
dengan Abortus Inkomplit dengan masalah ibu merasa cemas.
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial yang
mungkin akan terjadi pada kasus ibu hamil Ny F usia kehamilan 12-13
minggu dengan Abortus Inkomplit yaitu perdarahan
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera pada kasus
ibu hamil Ny F usia kehamilan 12-13 minggu dengan Abortus Inkomplit
yaitu penanganan perdarahan, penangan syok, dan penangan pencegahan
infeksi
5. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan sesuai dengan diagnosa, masalah
dan kebutuhan pasien pada kasus ibu hamil Ny F usia kehamilan 12-13
minggu dengan Abortus Inkomplit secara efektif berdasarkan kebutuhan.
6. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan yang telah direncanakan baik
secara mandiri, kolaborasi ataupun rujukan pada kasus ibu hamil Ny F usia
kehamilan 12-13 minggu dengan Abortus Inkomplit secara efisien dan aman
yang sesuai dengan rencana asuhan.

30
7. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil asuhan yang telah dilakukan pada
kasus ibu hamil Ny Fusia kehamilan 12-13 minggu dengan Abortus
Inkomplit dengan keadaan umum ibu baik, perdarahan berwarna merah
kecoklatan, tidak terjadi syok dan terminasi kehamilan dengan kolaborasi
tindakan curetase.

8. Mahasiswa mampu mendokumentasikan manajemen asuhan yang telah


dilaksanakan pada kasus ibu hamil Ny F usia kehamilan 12-13 minggu
dengan Abortus Inkomplit dengan SOAP.
B. Saran
Diharapkan bagi institusi pendidikan Poltekkes Kemenkes RI Padang
untuk dapat meningkatkan sarana dan prasarana, fasilitas buku tentang kasus
abortus dan jaringan internet untuk menunjang penulis dalam meningkatkan
pengetahuan dan mencari referensi terbaru tentang kasus abortus inkomplit.

31
DAFTAR PUSTAKA

http://amricanpregnancy.org

http://creasoft.wordpress.com/2010/01/01/konsep-managemen-asuhan-kebidanan-
pada-abortus-imminens/

http://digilib.unsri.ac.id/download/MASALAH%20ABORTUS%20DAN
%20KESEHATAN.pdf

http://id.wikipedia.org/wiki/Gugur_kandungan

http://situs.kesrepro.info/gendervaw/jul/2002/utama02.htm www.abortiono.org

Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP

Sarwono, Prawirohardjo.2014.Ilmu Kebidanan. Jakarta:PT Sarwono Prawirohardjo

Winkjosastro, hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP

32

Anda mungkin juga menyukai