Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATARBELAKANG

Angka kematian ibu berkaitan erat dengan tingginya kasus kehamilan resiko tinggi, yaitu yang
menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi besar yang dapat mengancam keselamatan ibu dan
janin yang dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan maupun pada masa nifas
(Hadijanto,2008).
Adapun penyebab dari tingginya angka kematian ibu di dunia dapat dikelompokan menjadi dua
yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung meliputi perdarahan
(11%), partus lama (9%), dan penyebab lainnya (15%). Sedangkan penyebab tidak langsung
diantaranya: faktor pendidikan rendah, sosial, ekonomi rendah, sistem pelayanan kesehatan yang
kurang memadai dan lain-lain (Manuaba, 2008).
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menyatakan bahwa angka
kematian ibu di Indonesia mencapai 359/100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2012). Penyebab
langsung kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan sebesar 27%, eklamsia sebesar 23%, infeksi
sebesar 11%, partus lama macet sebesar 5%, emboli obstetrik sebesar 5%, komplikasi saat nifas
sebesar 8%, dan lain lain sebesar 11% (Depkes RI, 2007).
Penyebab langsung kematian ibu oleh karena perdarahan sampai saat ini masih memegang peran
penting sebagai penyebab utama kematian maternal, sekalipun dinegara maju, terutama pada
kelompok sosial ekonomi lemah. Perdarahan dapat terjadi sebelum persalinan (antepartum bleeding)
seperti abortus, plasenta previa, dan solusio plasenta, dan inversi uterus (Hadijanto, 2008).
Plasenta previa adalah plasenta yang implantasi atau letaknya tidak normal, tumbuh pada
segmen bawah rahim, pada zona dilatasi, sehingga menghubungkan atau menutupi seluruh atau
sebagian dari ostium uteri internum. Plasenta yang normal terletak atau berimplantasi lebih dari 2 cm
dari ostium uteri internum. Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen
bawah rahim kearah proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim setelah plasenta tersebut bermigrasi
(Wardana GA, Karkata MK, 2007).
Penyebab plasenta previa di Indonesia masih sangat tinggi karena di sebabkan oleh banyak
melahirkan anak menurut Wardana dan Karkata (2002). Paritas terhadap kejadian plasenta previa
lebih besar karena dipengaruhi oleh umur, paritas, riwayat abortus, dan riwayat seksio saesarea,
plasenta previa pada ibu yang berumur 35 tahun 2 kali lebih besar, multivaritas beresiko sebesar 1,3
kali, sedangkan riwayat abortus resiko plasenta previa sebesar 4 kali dan pada riwayat seksio saesarea
tidak ditemukan faktor resiko terjadinya plasenta previa (Sari,2008).

1
Solusio plasenta atau disebut juga abruptio placenta atau ablasio placentaadalah separasi
prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpusuteri) dalam masa kehamilan lebih
dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak pembuluh darah yang
memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu ke janin, jika plasenta ini terlepas dari implantasi
normalnya dalam masa kehamilan maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat. Hebatnya
perdarahan tergantung pada luasnya area plasenta yang terlepas.
Frekuensi solusio plasenta adalah sekitar 1 dari 200 pelahiran. Intensitas solusio plasenta sering
bervariasi tergantung pada seberapa cepat wanita mendapat pertolongan. Angka kematian perinatal
sebesar 25 %. Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta previa
oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina hampir tidak ada
atau tidak sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal yang sangat banyak. Pemandangan
yang menipu inilah sebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih berbahaya karena dalam keadaan
yang demikian seringkali perkiraan jumlah darah yang telah keluar sukar diperhitungkan, padahal
janin telah mati dan ibu berada dalam keadaan syok
            Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-kasus berat
didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskuler menahun, dan 15,5% disertai pula oleh
preeklamsia. Faktor lain yang diduga turut berperan sebagai penyebab terjadinya solusio plasenta
adalah tingginya tingkat paritas dan makin bertambahnya usia ibu.

1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami mengenai Placenta Previa dan Solusio Placenta
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi placenta previa dan solusio plasenta.
2. Untuk mengetahui klasifikasi dariplacenta previa dan solusio plasenta.
3. Untuk mengetahui etiologi placenta previa dan solusio plasenta.
4. Untuk mengetahui patofisiologi dariplacenta previa dan solusio plasenta.
5. Untuk mengetahui gambaran klinis dari placenta previa dan solusio plasenta.
6. Untuk mengetahui diagnosis untuk placenta previa dan solusio plasenta.
7. Untuk mengetahui komplikasi dari placenta previa dan solusio plasenta.
8. Untuk mengetahui prognosis dari placenta previa dan solusio plasenta.
9. Untuk mengetahui penanganan dari placenta previa dan solusio plasenta

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PLACENTA PREVIA


2.1.1 Definisi Plasenta Previa
Plasenta previa berasal dari kata prae yang berarti depan dan vias yang berarti
jalan, jadi artinya di depan jalan lahir atau menutupi jalan lahir (Marta adi soebrata, 2008).
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Jurnal kesehatan
Poltekkes Surakarta. Agustus(2015).
Sejalan dengan bertambah membesarnya segmen bawah rahim ke arah proksimal
memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut berpindah mengikuti
perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut bermigrasi. Ostium uteri yang secara
dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan kala satu bisa mengubah luas permukaan serviks
yang tertutup oleh plasenta (Ari,2009).

2.1.2 KlasifikasiPlasenta Previa


1. Plasentapreviatotalis :Seluruh ostium internumtertutup oleh plasenta.
2. Plasentapreviaparsialis :Hanya sebagian dari ostiumyang tertutup oleh plasenta.
3. Plasentapreviamarginalis :Hanya pada pinggirostium internum yang terdapat
jaringan plasenta.
4. Plasentaletakrendah :Plasenta yang berimplantasipada segmen bawah rahim
demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang dari 2cm
dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2cm dianggap sebagai plasenta
letak normal.

Menurut De Snoo, plasenta previa dibagi berdasarkan pada pembukaan 4-5 cm :

3
1. Plasenta pervia sentralis(totalis) : Bila pada pembukaan 4-5 cm teraba plasenta
menutupi seluruh ostium uteri internum.
2. Plasenta previalateralis :Bila pada pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan
ditutupi oleh plasenta.
3. Plasenta previa lateralis dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Plasenta lateralis posterior bila sebagian menutupi ostium bagian
belakang.
b. Plasenta previa leteralis anterior bila menutupi ostium bagiandepan.
c. Plasenta previa marginalis bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostium
yang ditutupi plasenta (Norma, dkk.,2013).

2.1.3 EtiologiPlasenta Previa


Plasenta previa merupakan implementasi di segmen bawah rahim dapat disebabkan
oleh endometrium di fundus uteri belum siap menerima implamantasi, endometrium yang tipis
sehingga diperluaskan plasenta untutk mampu memberikan nutrisi pada janin dan vili korealis
pada chorion leave yangpersisten.
Etiologi plasenta previa belum diketahui secara pasti. Frekuensi plasenta previa
menigkat pada grande multipara, primigravida tua, bekas secsio sesarea, bekas aborsi, kelainan
janin, dan leioma uteri. Penyebab secara pasti belum diketahui dengan jelas.
Menurut Sofian (2012), penyebab plasenta previa yaitu:
1. Endometrium yanginferior.
2. Chorion leave yangpersesiten
3. Korpus luteum yang bereksilambat.
Strassman mengatakan bahwa faktor terpenting adalah vaskularisasi yang kurang pada
desidua yang meyebabkan artofi dan peradangan, sedangkan Brown menekankan bahwa faktor
terpenting ialah vili korealis persisten pada desiduakapsularis.Etiologi plasenta previa belum
diketahui pasti namun menigkat pada grande muli para, primigravida tua, bekas secio sesarea,
bekas operasi dan leioma uteri. (Norma, dkk.,2013).

2.1.4 Faktor Resiko PlasentaPrevia


Menurut Mochtar yang dikutip pada buku Norma (2013), ada beberapa faktor resiko
yang berhubungan dengan plasenta previa, diantaranya :
1. Usia>35 tahun atau <20tahun.
2. Paritas.
3. Riwayat pembedahanrahim.
4. Jarak persalinan yang dekat<2tahun.
5. Hipoplasiaendometrium.

4
6. Korpus luteum bereaksilambat.

Menurut Sheiner yang dikutip pada buku Norma (2013), faktor resiko lainnya yang
berhubungan dengan plasenta previa yaitu:
1. Terdapat jaringanperut.
2. Riwayat plasenta previasebelumnya.
3. Tumor-tumor rahim seperti miomauteri.
4. Kehamilanganda.
5. Merokok.

2.1.5 Patofisiologi PlasentaPrevia


Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih melebar lagi, dan
serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus, pelebaran
segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat di
situ tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saat itu mulailah terjadi
perdarahan.
Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta dari
dinding uterus, atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tidak dapat
dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi
menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan
pada kala III dengan plasenta yang letaknya normal. Makin rendah letak plasenta, makin dini
perdarahan terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih
dini dari pada plasenta letak rendah yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai
(Sumapraja S, 2009).

2.1.6 Gambaran Kinik PlasentaPrevia


Tanda dan gejala plasenta previa menurut Sarwono Prawihardjo (2009) yaitu, Ciri yang
menonjol pada plasenta previa adalah perdarahan uterus keluar melalui vagina tanpa rasa nyeri.
Perdarahan biasanya baru terjadi akhir trimester kedua ke atas. Perdarahan pertama berlangsung
tidak banyak dan berhenti sendiri. Perdarahan kembali terjadi tanpa suatu sebab yang jelas
setelah beberapa waktu kemudian jadi berulang. Pada setiap pengulangan terjadi perdarahan
yang lebih banyak bahkan seperti mengalir.
Pada plasenta letak rendah perdarahan baru terjadi pada waktu mulai persalinan,
perdarahan bisa sedikit sampai banyak mirip pada solusio plasenta. Perdarahan diperhebat
berhubung segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi sekuat segmen atas rahim. Dengan
demikian, perdarahan bisa berlangsung sampai pasca persalinan. Perdarahan bisa juga
bertambah disebabkan serviks dan segmen bawah rahim pada plasenta previa lebih rapuh dan

5
mudah mengalami robekan. Robekan lebih mudah terjadi pada upaya pengeluaran
plasentadengan tangan misalnya pada retensio plasenta, sebagai komplikasi plasenta akreta.
Berhubung plasenta terletak pada bagian bawah, pada palpasi abdomen sering ditemui
bagian bawah janin masih tinggi diatas simfisis dengan letak janin tidak dalam letak
memanjang. Palpasi abdomen tidak membuat ibu hamil merasa nyeri dan perut tidak tegang.
Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang, perdarahan yang sedikit
demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat, dapat menimbulkan anemia
sampai syok. Pada janin turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas Panggul (PAP)
akan terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janin dalam rahim, dan dapat menimbulkan
asfiksia sampai kematian janin dalam rahim.

2.1.7 Diagnosis PlasentaPrevia


Untuk menegakkan diagnosia pasti kejadian plasenta previa. Hal- hal yang harus
dilakukan menurut Ai yeyeh,dkk. 2010:
1. Anamnesa
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan >22 minggu berlangsung tanpa nyeri, tanpa
alasan terutama pada multigravida. Perdarahan cenderung berulang pada volume
yang lebih banyak dari sebelumnya, perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu
maupun janin dalam rahim.
2. Inspeksi
Dapat dilihat pada perdarahan yang keluar pervaginam, banyak, sedikit atau darah
beku (stolsel). Bila terjadi perdarahan banyak maka ibu terlihat pucat atau anemis.
3. PemeriksaanFisik
Tekanan darah, nadi dan pernafasan dalam batas normal. Bila tekanan darah, nadi dan
pernapasan meningkat maka daerah akral menjadi dingin atau tampakanemis.
4. Pemeriksaan KhususKebidanan
a. PalpasiAbdomen
Janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan usia kehamilan,
bagian terendah janin masih tinggi karena
plasentaberadapadasegmenbawahrahim.Bilacukuppengalaman bisa dirasakan
suatu bantalan pada segmen bawah rahim (SBR) terutama pada ibu
yangkurus.
b. Denyut JantungJanin
Denyut jantung janin bervarisi dari normal menjadi asfiksia dan kemudian
kematian dalam rahim.
c. PemeriksaanInspekulo

6
Dengan memakai spekulum secara hati-hati dan dilihat asal perdarahan
apakah dari segmen bawah rahim atau kelainan serviks, vagina dan varises
pecah.
5. Pemeriksanpenunjang
a. Sitografi
Mula-mula kandung kemih dikosongkan lalu masukan 40 cc larutan NaCl
12,5% kepala janin ditekan ke arah pintu atas panggul (PAP), bila jarak
kepala janin dan kandung kemih 1cm, kemungkinan terdapat plasentaprevia.

2.1.8 Komplikasi plasenta previa


Ada beberapa komplikasi utama yang bisa terjadi pada ibu hamil yang menderita
plasenta previa menurut Saifuddin AB (2008), yakni:
1. Padaibu
a. Anemia
Oleh karena pembekuan segmen rahim terjadi secara ritmik, maka pelepasan
plasenta dari tempat melekatnya diuterus dapat berulang dan semakin banak,
dan perdarahan yang terjadi itu tidak dapat dicegah sehingga penderita
menjadi anemia bahkan syok.
b. Perdarahan
Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah
sangat potensial untuk robek disertai oleh perdarahan yang banyak. Oleh
karena itu, harus sangat berhati-hati pada semua tindakan manual di tempat
ini biasanya pada waktu mengeluarkan anak melalui insisi pada segmen
bawah rahim ataupun waktu mengeluarkan plasenta dengan tangan pada
retensio plasenta.
Apabila oleh salah satu sebab terjadi perdarahan banyak yang tidak terkendali
dengan cara-cara yang lebih sederhana seperti penjahitan segmen bawah rahim, ligasi
arteria uterina, ligasi arteria ovarika, pemasangan tampon, atau ligasi arteria hipogastrika,
maka pada keadaan yang sangat gawat seperti ini jalan keluarnya adalah melakukan
histerektomi total. Morbiditas dari semua tidakan tentu merupakan komplikasi tidak
langsung dari plasentaprevia.
2. Komplikasi padajanin
a. Kelainanletak
Pada plasenta previa lebih sering terjadi kelainan letak janin. Hal ini
memaksa lebih sering diambil tidakan opersi dengan segala konsekuensinya.
b. Kelahiran prematur dengan gawatjanin.

7
Kelahiran prematur dan gawat janin sering tidak terhindarkan sebagian ooleh
karena tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam
kehamilan belum aterm. Pada kehamilan >37 minggu dapat dilakukan
amniosentesis untukmengetahui kematangan paru, janindan pemberian
kortikosteroid untuk mempercepat pematangan paru janin sebagai
upayaantisipasi.

2.1.9 Penatalaksanaan Placenta Previa


1. Terapi ekspektatif (pasif)
Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita dirawat tanpa
melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan
secara non invasif. Pemantauan klinis dilakukan secara ketat dan baik (Prawirohardjo,
2006).
Syarat-syarat terapi ekspektatif :
a. Perdarahan sedikit kadar Hb > 8 gr%, dengan keaddan umum baik.
b. Usia kehamilan < 37 minggu.
c. Janin Hidup
d. Belum inpartu.
Tindakan :
a. Tirah baring mobilisasi bertahap
b. Steroid pada kehamilan <32 minggu :
 12 mg/24 jam IV/IM : 2 X
 6 mg/12 jam IV/IM : 4 X
c. Melakukan USG
2. Terapi aktif
Kriteria :
a. Perdarahan banyak, KU jelek dan syok
b. Inpartu
c. Usia kehamilan > 37 minggu atau taksiran berat janin > 2500 gr.
d. Janin mati.
Tindakan :
a. Perbaiki KU : infus, atasi syok dan transfusi darah.
b. Bila KU jelek setelah syok teratasi segera seksio sesar, sedangkan bila KU baik
PDMO.

8
Penatalaksanaan untuk kasus plasenta previa totalis dengan usia kehamilan 38
minggu, harus di Seksio sesarea, karena letak plasenta yang menutupi jalan lahir secara
menyeluruh yang mengakibatkan kepala tidak bisa turun ke rongga panggul.
Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan ibu,
sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap
dilakukan (Prawirohardjo, 2006).
Tujuan seksio sesarea antaralain:
a) Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan
menghentikanperdarahan.
b) Menghindari kemungkinan terjadinya robekan pada cervikuteri, jika janin
dilahirkanpervaginam. Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi
sehingga cerviks uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek. Selain
itu, bekas tempat implantasi plasenta sering menjadi sumber perdarahan karena adanya
perbedaan vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan korpusuteri.

Menurut Prof. DR. Dr. Sarwono Prawirohardjo. SpOG.2009. jakarta, penanganan


placenta previa adalah :

1. Perdarahan dalam trimester dua atau trimester tiga harus dirawat di rumah sakit.
Pasien diminta baring dan dikalukan pemeriksaan darah lengkap termasuk golongan
darah dan faktor Rh.pada kehamilan 24 minggu sampai 34 minggu diberikan steroid
dalam perawatan antenatal untuk perawatan paru janin.
2. Jika perdarahan terjadi pada trimester dua perlu diwanti-wanti karena perdarahan
ulangan biasanya lebih banyak. Jika ada gejala hipovelemik seperti hipotensi, pasien
tersebut mungkin mengalami perdarahan yang cukup berat, lenih berat dari pada
penampakannya secara klinis. Transfusi darah yang banyak perlu segera diberikan.
3. Pada kondisi yang terlihat stabil di dalam rawatan di luar rumah sakit, hubungan
suami istri dan tumah tangga dihindari kecuali setelah pemeriksaan ultrasonografi
ulangan dianjurkan minimal setelah 4 minggu, memperlihatkan ada migrasi plasenta
menjauhi ostiun uteri internum (OUI).
4. Perdarahan dalam trimester tiga perlu pengawasan lebih ketat dengan istirahat baring
yang lebih lama dalam rumah sakit dan dalam keadaan yang cukup serius untuk
merawatnya sampai melahirkan.
5. Pada pasien dengan riwayat secsio sesaria perlu diteliti dengan ultrasonografi, color
doppler atau MRI untuk melihatkemungkinan adanya plasenta akreta, inkreta atau
perkreta.
6. Secsio sesaria juga dilakukan apabilaada perdarahan banyak yang menghawatirkan

9
Semua pasien dengan perdarahan pervaginam pada trimester tiga dirawat di rumah
sakit tanpa periksa dalam. Bila pasien dalam keadaan syok karena perdarahan yang banyak,
harus segera perbaiki keadaan umumnya dengan pemberian infus atau transfusi darah.
Selanjutnya penanganan plasenta previa bergantung pada keadaan umum pasien, kadar Hb,
jumlah perdarahan, umur kehamilan, taksiran janin, jenis plasenta previa dan paritas.

2.1.10Tindakan Segera Bidan


1. Jika klien terdeteksi dengan plasenta previa, segera lakukan kolaborasi dengan dokter
spesial obgyn untuk dilakukan tindakan.
Dasarnya : Segera melakukan rujukan/kolaborasi dengan dokter untuk penanganan
kasus ini agar dapat dilakukan secsio sesarea ataupun dilakukan terminasi.
2. Pemberian cairan Intravena
Dasarnya : Dilakukan apabila ibu tampak lelah dan kekurangan cairan.
3. Mengatasi syok dan perdarahan pada ibu.
Dasarnya : Segera mengatasi syok dan perdarahan pada ibu agar tidak terjadi
perdarahan yang semakin banyak.
4. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan donor darah.
Dasarnya : Karena mengalami perdarahan yang banyak maka ibu dengan plasenta
previa membutuhkan pendonor darah untuk mengganti darah yang telah banyak
dikeluarkan.
5. Persiapan untuk melakukan rujukan .
Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan disingkat
“BAKSOKUDA” yang diartikan sebagi berikut :
1) B (Bidan) : Pastikan ibu/ bayi/ klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang
kompeten dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan.
2) A (Alat) : Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan seperti spuit,
infus set, tensimeter dan stetoskop.
3) K (keluarga) : Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan
alasan mengapa ia dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain harus
menerima ibu (klien) ke tempat rujukan.
4) S (Surat) : Beri sura ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien),
alasan rujukan, uraian hasil rujuka, asuhan atau obat-obat yang telah diterima
ibu.
5) O (Obat) : Bawa obat-obat esensial yang diperlukan selama perjalanan
merujuk.

10
6) K (Kendaraan) : Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan
ibu (klien) dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan
dalam waktu cepat.
7) U (Uang) : Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang
cukup untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang diperlukan di tempar
rujukan.
8) DA (Darah) : Siapkan darah untuk sewaktu-waktu membutuhkan transfusi
darah apabila terjadi perdarahan.

2.2 SOLUSIO PLACENTA

2.2.1 Definisi Solusio Pacenta

Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari implantasi
normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin lahir. (9)
Cunningham dalam bukunya mendefinisikan solusio plasenta sebagai separasi prematur
plasenta dengan implantasi normalnya korpus uteri sebelum janin lahir .(1)Solusio plasenta
adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasi normalnya sebelum janin lahir, dan definisi
ini hanya berlaku apabila terjadi pada kehamilan di atas 22 minggu atau berat janin di atas 500
gram (2).

2.2.2 Klasifikasi Solusio Pacenta

a. Trijatmo Rachimhadhi membagi solusio plasenta menurut derajat pelepasan plasenta (2)
1. Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas seluruhnya.

11
2. Solusio plasenta partialis, plasenta terlepas sebagian.
3. Ruptura sinus marginalis, sebagian kecil pinggir plasenta yang terlepas.
b. Pritchard JA membagi solusio plasenta menurut bentuk perdarahan  (4)
1. Solusio plasenta dengan perdarahan keluar
2. Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, yang membentuk hematoma
retroplacenter
3. Solusio plasenta yang perdarahannya masuk ke dalam kantong amnion .
c. Cunningham dan Gasong masing-masing dalam bukunya mengklasifikasikan solusio
plasenta menurut tingkat gejala klinisnya, yaitu: (5,6)
1. Ringan : perdarahan <100-200 cc,uterus tidak tegang, belum ada tanda renjatan,
janin hidup,pelepasan plasenta <1/6 bagian permukaan,kadar fibrinogen plasma
>150 mg%
2. Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda pre renjatan,
gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta 1/4-2/3 bagian permukaan,
kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%.
3. Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan, janin mati,
pelepasan plasenta dapat terjadi lebih 2/3 bagian atau keseluruhan.

2.2.3 Etiologi Solusio Pacenta

Penyebab primer belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi
predisposisi :

1. Faktor kardio-reno-vaskuler
Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan eklamsia.
Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada separuh
kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut
mempunyai penyakit hipertensi kronik, sisanya hipertensi yang disebabkan oleh
kehamilan.(7,8)
2. Faktor trauma
a. Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.
b. Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang
banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan
c. Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.
3. Faktor paritas ibu
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Beberapa penelitian
menerangkan bahwa  makin tinggi paritas ibu makin kurang baik keadaan
endometrium (7,8)

12
4. Faktor usia ibu
Makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.(2)
5. Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan solusio
plasenta apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung
leiomioma (1,7)
6. Faktor pengunaan kokain
Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan peningkatan
pelepasan katekolamin yang bertanggung jawab atas terjadinya vasospasme
pembuluh darah uterus dan berakibat terlepasnya plasenta. Namun, hipotesis ini
belum terbukti secara definitive
7. Faktor kebiasaan merokok
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta
sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari. Ini
dapat diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih
luas dan beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya
8. Riwayat solusio plasenta sebelumnya
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio
plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan
berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak memiliki
riwayat solusio plasenta.
9. Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena
cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan, dan
lain-lain.(8)

2.2.4 Patofisiologi Solusio Pacenta

Terjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarahan ke dalam desidua basalis yang
kemudian terbelah dan meningkatkan lapisan tipis yang melekat pada mometrium sehingga
terbentuk hematoma desidual yang menyebabkan pelepasan, kompresi dan akhirnya
penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut.

Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retro plasenta yang
akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah, hingga pelepasan plasenta makin luas dan
mencapai tepi plasenta, karena uterus tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak
mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut. Selanjutnya darah yang
mengalir
keluar dapat melepaskan selaput ketuban.

13
Sesungguhnya solusio plasentra merupakan hasil akhir dari suatu proses yang bermula
dari suatu keadan yang mampu memisahkan vili-vili korialis plasenta dari tempat implantasinya
pada desidua basalis sehingga terjadi perdarahan. Oleh karena itu patosiologinya bergantung
pada etilogi. Pada trauma abdomen etiologinya jelas karena robeknya pembuluh darah
desidua.

Dalam banyak kejadian perdarahan berasal dari kematian sel (apoptosis) yang
disebabkan oleh iskemia dan hipoksia. Semua penyakit ibu 8 yang dapat meneyebabkan
pembekuan trombosis dalam pembuluh darah desidua atau dalam vaskular vili dapat berujung
kepada iskemia dan hipoksia setempat yang menyebabkan kematian sejumlah sel dan
mengakibatkan perdarahan sebagai hasil akhir. Perdarahan tersebut menyebabkan desidua
basalis terlepas kecuali selapisan tipis yang tetap melekat pada miometrium.

Dengan demikian, pada tingkat permulaan sekali dari proses terdiri atas pembentukan
hematom yang bisa menyebabkan pelepasan yang lebih luas, kompresi dan kerusakan pada
bagian plasenta kecuali terdapat hematom pada bagian belakang plasenta yang baru lahir.
Dalam beberapa kejadian pembentukan hematom retroplasenta disebabkan oleh putusnya
arteria spiralis
dalam desidua. Hematoma retroplasenta mempengaruhi penyampaian nutrisi dan oksigen dari
sirkulasi maternal/plasenta ke sirkulasi janin. Hematoma yang terbentuk dengan cepat meluas
dan melepaskan plasenta lebih luas/banyak sampai ke pinggirnya sehingga darah yang keluar
merembes antara selaput ketuban dan miometrium untuk selanjutnya keluar melalui serviks ke
vagina (revealed hemorrhage). Perdarahan tidak bisa berhenti karena uterus yang lagi
mengandung tidak mampu berkontraksi untuk menjepit pembuluh arteria spiralis yang terputus.
Walaupun jarang, terdapat perdarahan tinggal terperangkap di dalam uterus (concealed
hemorrhage).

2.2.5 Gambaran Klinis Solusio Pacenta


1. Solusio plasenta ringan
Solusio plasenta ringan ini disebut juga ruptura sinus marginalis, dimana terdapat
pelepasan sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak. Apabila terjadi
perdarahan pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman dan sedikit sakit. Perut
terasa agak sakit, atau terasa agak tegang yang sifatnya terus menerus. Walaupun
demikian, bagian-bagian janin masih mudah diraba. Uterus yang agak tegang ini
harus selalu diawasi, karena dapat saja menjadi semakin tegang karena perdarahan
yang berlangsung.
2. Solusio plasenta sedang

14
Dalam hal ini plasenta terlepas lebih dari 1/4  bagian, tetapi belum 2/3 luas
permukaan Tanda dan gejala dapat timbul perlahan-lahan seperti solusio plasenta
ringan, tetapi dapat juga secara mendadak dengan gejala sakit perut terus menerus,
yang tidak lama kemudian disusul dengan perdarahan pervaginam. Walaupun
perdarahan pervaginam dapat sedikit, tetapi perdarahan sebenarnya mungkin telah
mencapai 1000 ml. Ibu mungkin telah jatuh ke dalam syok, demikian pula janinnya
yang jika masih hidup mungkin telah berada dalam keadaan gawat. Dinding uterus
teraba tegang terus-menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin sukar
untuk diraba. Jika janin masih hidup, bunyi jantung sukar didengar. Kelainan
pembekuan darah dan kelainan ginjal mungkin telah terjadi,walaupun hal tersebut
lebih sering terjadi pada solusio plasenta berat
3. Solusio plasenta berat
Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3 permukaannnya. Terjadi sangat tiba-tiba.
Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan syok dan janinnya telah meninggal. Uterus
sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri. Perdarahan pervaginam tampak tidak
sesuai dengan keadaan syok ibu, terkadang perdarahan pervaginam mungkin saja
belum sempat terjadi. Pada keadaan-keadaan di atas besar kemungkinan telah terjadi
kelainan pada pembekuan darah dan kelainan/gangguan fungsi ginjal.

2.2.6 Diagnosis Solusio Pacenta


1. Anamnesis
a. Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut
b. Perdarahan pervaginam yang sifatnya dapat hebat dan sekonyong-
konyong(non-recurrent) terdiri dari darah segar dan bekuan-bekuan darah
yang berwarna kehitaman
c. Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti
d. Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-kunang.
e. Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.
2. Inspeksi
a. Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.
b. Pucat, sianosis dan berkeringat dingin.
c. Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu).
3. Palpasi
a. Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
b. Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in  bois  (wooden
uterus) baik waktu his maupun di luar his.
c. Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas.

15
d. Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus) tegang.
4. Auskultasi
Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila DJJ terdengar biasanya di atas 140,
kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas lebih
dari 1/3 bagian.
5. Pemeriksaan dalam
1. Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup.
2. Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan tegang
3. Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini akan
turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus placenta
6. Pemeriksaan umum
Tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita
penyakit vaskuler, tetapi akan turun dan pasien jatuh dalam keadaan syok. Nadi
cepat dan kecil
7. Pemeriksaan laboratorium
a. Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan
leukosit.
b. Darah : Hb menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-
match test.  Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan
pembekuan darah hipofibrinogenemia
8. Pemeriksaan plasenta.
Plasenta biasanya tampak tipis dan cekung di bagian plasenta yang terlepas (kreater)
dan terdapat koagulum atau darah beku yang biasanya menempel di belakang
plasenta, yang disebut hematoma retroplacenter.
9. Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)
Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain :Terlihat daerah
terlepasnya plasenta, Janin dan kandung kemih ibu, Darah, Tepian plasenta

2.2.7 Komplikasi Solusio Pacenta


Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu :  
1. Syok perdarahan
Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak dapat
dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila persalinan telah
diselesaikan, penderita belum bebas dari perdarahan postpartum karena
kontraksi uterus yang tidak kuat untuk menghentikan perdarahan pada kala III .
Pada solusio plasenta berat keadaan syok sering tidak sesuai dengan jumlah
perdarahan yang terlihat(1,10,17)

16
2. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio
plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan
yang terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang umumnya
masih dapat ditolong dengan penanganan yang baik. (1,2)
3. Kelainan pembekuan dara
(2)
Kelainan pembekuan darah biasanya disebabkan oleh hipofibrinogenemia.
4. Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan di
bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum. Perdarahan ini
menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah menjadi
biru atau ungu yang biasa disebut Uterus  couvelaire.

Komplikasi yang dapat terjadi pada janin :


1. Fetal distress
2. Gangguan pertumbuhan/perkembangan
3. Hipoksia
4. Anemia
5. Kematian

2.2.8 PrognosisSolusio Pacenta


Prognosis ibu tergantung luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus, banyaknya
perdarahan, ada atau tidak hipertensi menahun atau preeklamsia, tersembunyi tidaknya
perdarahan, dan selisih waktu terjadinya solusio plasenta sampai selesainya persalinan. Angka
kematian ibu pada kasus solusio plasenta berat berkisar antara 0,5-5%. Sebagian besar kematian
tersebut disebabkan oleh perdarahan, gagal jantung dan gagal ginjal.
Hampir 100% janin pada kasus solusio plasenta berat mengalami kematian. Tetapi ada
literatur yang menyebutkan angka kematian pada kasus berat berkisar antara 50-80%. Pada kasus
solusio plasenta ringan sampai sedang, keadaan janin tergantung pada luasnya plasenta yang lepas
dari dinding uterus, lamanya solusio plasenta berlangsung dan usia kehamilan. Perdarahan lebih
dari 2000 ml biasanya menyebabkan kematian janin. Pada kasus-kasus tertentu tindakan seksio
sesaria dapat mengurangi angka kematian janin

2.2.9 Penatalaksanaan Solusio Placenta


1. Konservatif
Menunda pelahiran mungkin bermamfaat pada janin masih imatur serta bila solusio
plasenta hanya berderajat ringan. Tidak adanya deselerasi tidak menjamin

17
lingkungan intra uterine aman. Harus segera dilakukan langkah-langkah untuk
memperbaiki hipovolemia, anemia dan hipoksia ibu sehingga fungsi plasenta yang
masih berimplantasi dapat dipulihkan. Tokolisis harus dianggap kontra indikasi
pada solusio plasenta yang nyata secara klinis
2. Aktif
Pelahiran janin secara cepat yang hidup hampir selalu berarti seksio caesaria. Seksio
sesaria kadang membahayakan ibu karena ia mengalami hipovolemia beratdan
koagulopati konsumtif. Apabila terlepasnya plasenta sedemikian parahnya sehingga
menyebabkan janin meninggal lebih dianjurkan persalinan pervagina kecuali apabila
perdarahannya sedemikian deras sehingga tidak dapat di atasi bahkan dengan
penggantian darah secara agresif atau terdapat penyulit obstetric yang menghalangi
persalinan pervaginam.

Penanganan Solusio Placenta didasarkan kepada berat atau ringannya gejala klinis,
yaitu:
1. Solusio plasenta ringan
 Bila usiakehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada perbaikan
(perdarahan berhenti, perut tidak sakit, uterus tidak tegang, janin hidup)
dengan tirah baring dan observasi ketat, kemudian tunggu persalinan
spontan.
 Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, gejala solusio plasenta
makin jelas, pada pemantauan dengan USG daerah solusio plasenta
bertambah luas), maka kehamilan harus segera diakhiri. Bila janin hidup,
lakukan seksio sesaria, bila janin mati lakukan amniotomi disusul infus
oksitosin untuk mempercepat persalinan
3. Solusio plasenta sedang dan berat(2)
 Apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas ditemukan, penanganan di
rumah sakit meliputi transfusi darah, amniotomi, infus oksitosin dan jika perlu
seksio sesaria
 Apabila diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan berarti perdarahan telah
terjadi sekurang-kurangnya 1000 ml. Maka transfusi darah harus segera
diberikan. Amniotomi akan merangsang persalinan dan mengurangi tekanan
intrauterin.
 Dengan melakukan persalinan secepatnya dan transfusi darah dapat mencegah
kelainan pembekuan darah. Persalinan diharapkan terjadi dalam 6 jam sejak
berlangsungnya solusio plasenta. Tetapi jika tidak memungkinkan, walaupun

18
sudah dilakukan amniotomi dan infus oksitosin, maka satu-satunya cara
melakukan persalinan adalah seksio sesaria
 Apoplexi uteroplacenta (uterus couvelaire) tidak merupakan indikasi
histerektomi. Akan tetapi, jika perdarahan tidak dapat dikendalikan
setelah dilakukan seksio sesaria maka tindakan histerektomi perlu
dilakukan.

2.2.10Tindakan Segera Bidan


1. Jika klien terdeteksi dengan solusio placenta, segera lakukan kolaborasi dengan
dokter spesial obgyn untuk dilakukan tindakan.
Dasarnya : Segera melakukan rujukan/kolaborasi dengan dokter untuk penanganan
kasus ini agar dapat dilakukan secsio sesarea ataupun dilakukan terminasi.
2. Pemberian cairan Intravena
Dasarnya : Dilakukan apabila ibu tampak lelah dan kekurangan cairan.
3. Mengatasi syok dan perdarahan pada ibu.
Dasarnya : Segera mengatasi syok dan perdarahan pada ibu agar tidak terjadi
perdarahan yang semakin banyak.
4. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan donor darah.
Dasarnya : Karena mengalami perdarahan yang banyak maka ibu dengan plasenta
previa membutuhkan pendonor darah untuk mengganti darah yang telah banyak
dikeluarkan.
5. Persiapan untuk melakukan rujukan .
Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan disingkat
“BAKSOKUDA” yang diartikan sebagi berikut :
1) B (Bidan) : Pastikan ibu/ bayi/ klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang
kompeten dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan.
2) A (Alat) : Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan seperti spuit,
infus set, tensimeter dan stetoskop.
3) K (keluarga) : Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan
alasan mengapa ia dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain harus
menerima ibu (klien) ke tempat rujukan.
4) S (Surat) : Beri sura ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien),
alasan rujukan, uraian hasil rujuka, asuhan atau obat-obat yang telah diterima
ibu.
5) O (Obat) : Bawa obat-obat esensial yang diperlukan selama perjalanan
merujuk.

19
6) K (Kendaraan) : Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan
ibu (klien) dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan
dalam waktu cepat.
7) U (Uang) : Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang
cukup untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang diperlukan di tempar
rujukan.
8) DA (Darah) : Siapkan darah untuk sewaktu-waktu membutuhkan transfusi
darah apabila terjadi perdarahan.

20
Asuhan Kebidanan Ibu Hamil pada Ny.R dengan Solutio Placenta

di RSUD Arosuka

Tahun 2019

Hari/ tanggal : Jumat/16 Agustus 2019


Waktu : 15:00 WIB
I. Pengkajian Data Subjektif Dan Objektif

A. Subjektif

1. Biodata

a. Istri b. Suami
Nama : Ny. R Nama : Tn. B
Umur : 27 th Umur : 27 th
Agama : islam Agama : islam
Suku/bangsa : minang Suku/ bangsa : minang
Pendidikan : SMK Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Sopir
Alamat : Sr.Pinang Alamat : Sr.Pinang
No.HP : 082387194760 No.HP :-
2. Alasan kunjungan : ibu ingin memeriksakan kehamilannya, usia kehamilan 8

bulan lebih, hamil anak ke 1.

Keluhan : nyeri pada bagian perut sebelah bawah dan terdapat

pengeluaran darah kehitaman dari kemaluan sejak jam 13:00 WIB, perdarahan

membasahi 1 buah pembalut, ibu juga merasa pusing.

3. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

Tidak ada (hamil anak pertama)

4. Riwayat kontrasepsi

Tidak ada (hamil anak pertama)

5. Riwayat kehamilan sekarang

HPHT : 16-11-2018

21
TP : 23-9-2019

1) Trimester I

ANC : 3x

Tempat : Praktek Mandiri Bidan

Keluhan : mual, muntah

Anjuran : makan sedikit tapi sering, hindari makanan yang berminyak,

konsumsi makanan kering seperti roti.

Terapi : antasid, vitamin B6, Kl

Suntik TT : TT4

2) Trimester II

ANC : 2x

Tempat : Praktek Mandiri Bidan

Keluhan : sakit pinggang

Anjuran : banyak istirahat, kurangi kerja yang berat, banyak

minum air putih

Terapi : vitonal F, KL, beneuron

Pergerakan janin : petama kali dirasakan pada usia kehamilan 5 bulan.

3) Trimester III

ANC : 2x

Tempat : Praktek Mandiri Bidan

Keluhan : tidak ada

Anjuran : tingkatkan asupan nutrisi, lakukan jalan pagi

Terapi : vitonal F, Kl, beneuron

a. Riwayat kesehatan ibu

1) Riwayat penyakit sistemik : tidak ada

22
2) Riwayat penyakit menular : tidak ada

3) Riwayat penyakit keturunan : tidak ada

4) Riwayat alergi : tidak ada

5) Riwayat operasi : tidak ada

6) Riwayat keturunan kembar : tidak ada

B. Objektif

1. Pemeriksaan Umum

a. Kesadaran/KU ibu : composmentis/kurang baik

b. BB : sebelum hami (55kg), sekarang (67kg)

c. TB : 160 cm

d. LILA : 23,5 cm

e. Reflek Patella : +/+

f. TTV

1) Tekanan Darah : 90/70 mmhg

2) Nadi : 85x/i

3) Pernapasan : 30x/i

4) Suhu : 370C

2. Pemeriksaan Fisik

a. Wajah : pucat, tidak terdapat oedema, tidak terdapat cloasma

gravidarum

b. Mata

Conjungtiva : pucat

Sklera : putih

c. Abdomen

23
1) Inspeksi : tidak terdapat luka bekas operasi, pembesaran perut

memanjang sesuai usia kehamilan

2) Palpasi

Perut ibu terasa tegang dan tidak teraba bagian-bagian janin.

TFU dlm cm : 30 cm, TBBJ : (30-13)x155 = 2635gr

3) Auskultasi

a) DJJ

(1) Punctum maxsimum : kuadran 2

(2) Intensitas : kuat

(3) Irama : teratur

(4) Frekuensi : 165x/i

d. Ekstremitas

1) Kaki : tidak terdapat oedema, tidak terdapat varices

2) Tangan : tidak terdapat oedema.

3. Pemeriksaan Penunjang

- Hb : 9 gr/dl

- Golongan darah : B

- USG : terdapat kelainan pada plasenta yaitu terdapat pelepasan pada

sebagian jaringan plasenta. Posisi dan letak janin normal.

II.   Interpretasi Data

1. Diagnosa : ibu G1P0A0H0, usia kehamilan 36-37 minggu, janin hidup,

tunggal, intrauterine, puki, letkep V, dengan solutio plasenta

2. Masalah : ibu merasa nyeri dan pusing

3. Kebutuhan

24
a. Informasi hasil pemeriksaan

b. Inform consent dan inform choice

c. Stabilisai pasien

d. Persiapan persalinan dengan SC

III. Mengidentifikasi Masalah /Diagnosa Potensial

- Pada ibu : perdarahan, syok hipovolemik

- Pada janin : gawat janin

IV. Mengidentifikasi masalah yang membutuhkan tindakan sergera, kolaborasi dan

rujukan

Terminasi kehamilan dengan SC

V. Perencanaan Asuhan

1. Informasikan hasil pemeriksaan

2. Infrom consent dan inform choice

3. Stabilisasi pasien

4. Persiapan persalinan dengan SC

25
Catatan pelaksanaan

Waktu Kegiatan Evaluasi Paraf


15:30 1. Menjelaskan hasil 1. Hasil pemeriksaan
WIB pemeriksaan yang telah telah dijelaskan
dilakukan kepada ibu kepada ibu dan ibu
bahwa kondisi ibu dalam telah mengetahuinya.
keadaan yang kurang
baik, TTV ibu (TD:90/70
mmHg, P:30x/i, N:85x/i,
S:370C) dan hasil
pemeriksaan USG
menunjukkan adanya
kelainan plasenta berupa
pelepasan sebagian
jaringan plasenta.
15:45 2. Menjelaskan tindakan 2. Ibu dan keluarga
WIB yang akan dilakukan paham dengan
terhadap ibu dan janin penjelasan dan
berupa tindakan operasi menyetujui tindakan
caesar dan lainnya yang akan dilakukan.
kepada keluarga serta
meminta persetujuan atas
tindakan yang akan
dilakukan tersebut.
16:00 3. Melakukan stabilisasi 3. Infus dan oksigen
WIB pasien dengan sudah terpasang
pemasangan infus dan
pemasangan oksigen
16:10 4. Melakukan persiapan pre 4. Persiapan persalinan
WIB operasi caesar yaitu skin SC sudah dilakukan
test, fibriding, dan pasien sudah di
pemasangan kateter, dan ruangan operasi.
memindahkan pasien ke
ruangan operasi.

26
27
Asuhan Kebidanan Ibu hamil pada Ny. R dengan Solutio Plasenta

Di RSUD Arosuka

Hari/tanggal : Sabtu/17 Agustus 2019

Jam : 00.10 WIB

S O A P Jam Catatan Pelaksanaan Paraf


Kegiatan Evaluasi
1. Ibu merasakan a. Data umum 1. Diagnosa : ibu 1. Informasikan 15:30 1. Menjelaskan hasil 1. Hasil
nyeri pada 1. Kesadaran / KU ibu:
perut sebelah composmentis/ G1P0A0H0, hasil WIB pemeriksaan kepada pemeriksaan
bawah dan kurang baik
terdapat 2. TTV usia kehamilan pemeriksaan ibu bahwa kondisi telah
pengeluaran TD: 90/70 mmHg
darah P : 30x/i 36-37 minggu, pemeriksaan ibu dalam keadaan disampaikan
kehitaman dari N : 85x/i
kemalauan S : 370C janin hidup, kurang baik, TTV kepada ibu, dan
sejak jam b. Data khusus
13:00 dan 1. Wajah : pucat, tidak tunggal, ibu dalam batas ibu telah
membasahi 1 terdapat oedema
buah pembalut 2. Mata intrauterine, normal (TD: 90/70 mengetahui
2. Ibu merasa Conjungtiva : anemis
pusing Sklera : putih letkep, V mmHg, P:30x/i, kondisinya
3. HPHT : 16-12- 3. Abdomen
2019 Inspeksi : tidak terdapat dengan solutio N:85x/i, S:37,10C),
4. TP : 23-9-2019 luka bekas operasi,
pembesaran perut placenta hasil usg ditemukan
sesuai usia kehamilan
Palpasi 2. Masalah : ibu adanya kelainan

28
Perut ibu terasa tegang merasa pusing pada placenta ibu.
dan tidak teraba bagian-
bagian janin. 3. Kebutuhan 2. Inform 15:45 2. Menjelaskan 2. Ibu dan
Nyeri tekan (+)
TFU dalam cm : 30 cm a. Informasi hasil consent dan WIB tindakan yang akan keluarga
TBBJ : (30-11)x155 =
2945 gr. pemeriksaan inform choice dilakukan terhadap paham
Auskultasi (DJJ)
Punctum maximum : b. Inform consent ibu dan janin berupa dengan
kuadran 2
Intensitas : kuat dan inform choice tindakan operasi penjelasan
Irama : teratur
Frekuensi : 165x/i c. Persiapan caesar dan lainnya dan
4. Ekstremitas
Kaki : tidak terdapat persalinan dengan kepada keluarga menyetujui
oedema, tidak terdapat
varices SC serta meminta tindakan
Tangan : tidak terdapat
oedema. d. Pemantau post persetujuan atas yang akan
5. Vagina :
Inspeksi : tampak darah operasi SC tindakan yang akan dilakukan.
dar kemaluan berwarna
merah kecoklatan 4. Mengidentifikas dilakukan tersebut.
membasahi ½ pembalut
C.Pemeriksaan i masalah dan 3. Stabilisasi 16:00 3. Melakukan 3. Infus dan
penunjang
- Hb : 9 gr/dl diagnosa pasien WIB pemasangan infus oksigen sudah
- Golongan darah : B
- USG : terdapat potensial : dan oksigen terpasan
kelainan pada plasenta
yaitu terdapat pelepasan perdarahan, 4. Persiapan SC 16:10 4. Melakukan persiapan 4. Persiapan SC
pada sebagian jaringan

29
plasenta. Posisi dan syok WIB pre operasi caesar telah dilakukan
letak janin normal.
hipovolemik, yaitu skin test, dan pasien

gawat janin, fibriding, sudah di

5. Mengidentifikas pemasangan kateter, ruangan operasi.

i masalah yang dan memindahkan Pasien masuk

membutuhkan pasien ke ruangan ruangan operasi

tindakan segera, operasi. pukul 16:10.

kolaborasi dan Pasien Keluar


ruangan operasi
rujukan :
pukul 18:10
terminasi

kehamilan 5. Mempersiapkan 5. Darah telah


5. Persiapan 16.10
darah untuk di disiapkan
dengan SC transfusi
WIB
darah transfusikan

6. Melakukan
6. Hasil
6. Pemantauan 18:10
pemantauan Kala IV
WIB pemantauan
Kala IV Post post operasi
kala IV Post
Operasi SC SC:

30
18:10 WIB
TD:
110/70mmHg
N: 80x/i
S : 36,50C
P: 25x/i
TFU: 2 jari di
bawah pusat
Kontraksi : baik
Blass : minimal
Perdarahan :
nomal
18:25 WIB
TD: 120/80
mmHg
N: 81x/i
S: 36,50C
P: 23x/i
TFU : 2 jari
bawah pusat
Kontraksi : baik
Blass: minimal
Perdarahan :
normal
18.40 WIB
TD: 110/70
mmHg
N: 80x/i
S: 36,50C
P: 22x/i
TFU : 2 jari
bawah pusat

31
Kontraksi : baik
Blass: minimal
Perdarahan :
normal
18.55 WIB
TD: 120/70
mmHg
N: 81x/i
S: 36,50C
P: 22x/i
TFU : 2 jari
bawah pusat
Kontraksi : baik
Blass: minimal
Perdarahan :
normal
19.25
TD: 120/80
mmHg
N: 80x/i
S: 36,60C
P: 23x/i
TFU : 2 jari
bawah pusat
Kontraksi : baik
Blass: minimal
Perdarahan :
normal
19.55
TD: 120/80
mmHg
N: 81x/i

32
S: 36,50C
P: 23x/i
TFU : 2 jari
bawah pusat
Kontraksi : baik
Blass: minimal
Perdarahan :
normal

33
BAB III
PENUTUP

3.1KESIMPULAN
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Jurnal kesehatan
Poltekkes Surakarta. Agustus(2015).
KlasifikasiPlasenta Previa adalahPlasentapreviatotalis(Seluruh ostium internumtertutup oleh
plasenta), Plasentapreviaparsialis (Hanya sebagian dari ostiumyang tertutup oleh
plasenta)Plasentapreviamarginalis (Hanya pada pinggirostium internum yang terdapat jaringan
plasenta.), Plasentaletakrendah (Plasenta yang berimplantasipada segmen bawah rahim demikian
rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang dari 2cm dari ostium uteri internum.
Jarak yang lebih dari 2cm dianggap sebagai plasenta letak normal.
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari implantasi
normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin lahir. (9) Cunningham
dalam bukunya mendefinisikan solusio plasenta sebagai separasi prematur plasenta dengan
implantasi normalnya korpus uteri sebelum janin lahir .(1)Solusio plasenta adalah terlepasnya
plasenta dari tempat implantasi normalnya sebelum janin lahir, dan definisi ini hanya berlaku
apabila terjadi pada kehamilan di atas 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram (2).
Klasifikasikan solusio plasenta menurut tingkat gejala klinisnya, yaitu: (5,6)Ringan :
perdarahan <100-200 cc,uterus tidak tegang, belum ada tanda renjatan, janin hidup,pelepasan
plasenta <1/6 bagian permukaan,kadar fibrinogen plasma >150 mg%. Sedang : Perdarahan lebih
200 cc, uterus tegang, terdapat tanda pre renjatan, gawat janin atau janin telah mati, pelepasan
plasenta 1/4-2/3 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%.Berat : Uterus tegang
dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan, janin mati, pelepasan plasenta dapat terjadi
lebih 2/3 bagian atau keseluruhan.

3.2 SARAN
Jika terjadi perdarahan antepartum sebagai tenaga kesehatan harus melakukan penanganan sesegera
mungkin. Bila perlu harus melakukan rujukan ke Rumah sakit yang memiliki fasilitas operasi dan
tranfusi darah.

34
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, F. Gary [et.al..]. 2005. Obstetri Williams. Jakarta : EGC


2. Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP – SP
3. Gasong MS, Hartono E, Moerniaeni N. Penatalaksanaan Perdarahan Antepartum. Bagian
Obstetri dan Ginekologi FK UNHAS; 1997. 3-8.
4. Pritchard JA, MacDonald PC, Gant NF. Williams Obstetrics, 20th ed. R Hariadi, R Prajitno
Prabowo, Soedarto, penerjemah. Obstetri Williams. Edisi 20. Surabaya: Airlangga University
Press, 2001; 456-70.
5. Brudenell, Michael. 1996. Diabetes pada Kehamilan. Jakarta : EGC
6. Gray, Huon H [et.al..]. 2009. Kardiologi. Jakarta : Penerbit Erlangga
7. Moechtar R. Pedarahan Antepartum. Dalam: Synopsis Obstetri, Obstetri Fisiologis dan Obstetri
Patologis, Edisi II. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1998; 279
8. Chalik TMH. Hemoragi Utama Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika, 1997; 109-
26

35

Anda mungkin juga menyukai