untuk mengetahui apa yang terjadi pada pasien tersebut perlu menegakan suatu
dengan cara anamnesis , pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang , tapi sesuai
skenario dimana pasien mengeluhkan nyeri payudara kanan , di sertai bengkak ,
pasien juga mengeluhkan terdapat nyeri pada payudaranya , dan mengalami demam
. dari keluhan tersebut dapat di simpulkan bahwa pasien mengalami mastitis dimana
gejala dari mastitis ini adalah :
sebagai berikut: lemah, nyeri kepala seperti gejala flu, demam suhu > 38,5
derajat celcius, ada luka pada puting payudara, kulit payudara tampak menjadi
kemerahan atau mengkilat, terasa keras dan tegang, payudara membengkak,
mengeras, dan teraba hangat, dan terjadi peningkatan kadar natrium sehingga bayi
tidak mau menyusu karena ASI yang terasa asin.
Untuk memastikan apa yang terjadi , WHO menganjurkaan untuk melakukan
uji sensitivitas dan kultur sebagai pemeriksaan penunjang mastitis . Bahan kultur
diambil dari ASI yang diperah menggunakan tangan dan ditampung menggunakan
penampung urin steril. Sebelum dilakukan pemeriksaan dipastikan puting
dibersihkan terlebih dahulu dan bibir tempat menampung tidak bersentuhan dengan
puting supaya tidak terkontiminasi dengan kuman-kuman pada kulit sehingga
mendapatkan hasil yang positif
3. Terapi antibiotik
Terapi antibiotik diindikasikan pada:
a. Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan infeksi
b. Gejala berat sejak awal
c. Terlihat puting pecah-pecah
d. Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI diperbaiki
maka Laktamase harus ditambahkan agar efektif terhadap Staphylococcus
aureus. Untuk organisme gram negatif, sefaleksin/amoksisillin mungkin paling
tepat. Jika mungkin, ASI dari payudara yang sakit sebaiknya dikultur dan
sensivitas bakteri antibiotik ditentukan.
Antibiotik Dosis
Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam
Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam
Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral
Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam
Sefaleksin 250-500 setiap 6 jam
4. Terapi simtomatik
a. Mastitis (Payudara tegang / indurasi dan kemerahan)
Berikan klosasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. Bila diberikan
sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang.
Sangga payudara.
Kompres dingin.
Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada PUS.
Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan.
b. Abses Payudara (Terdapat masa padat, mengeras di bawah kulit yang
kemerahan).
Diperlukan anestesi umum.
Insisi radial dari tengah dekat pinggir aerola, ke pinggir supaya tidak
mendorong saluran ASI.
Pecahkan kantung PUS dengan klem jaringan (pean) atau jari tangan.
Pasang tampon dan drain, diangkat setelah 24 jam.
Berikan Kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari.
Sangga payudara.
Kompres dingin.
Berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan.
Ibu dianjurkan tetap memberikan ASI walau ada pus.
Lakukan follow up setelah peberian pengobatan selama 3 hari.
Jika terjadi abses, biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah, serta
dianjurkan untuk berhenti menyusui.Untuk mengurangi nyeri dapat diberikan obat
pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau ibuprofen).Kedua obat tersebut aman
untuk ibu menyusui dan bayinya.
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam
tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>38,0C).
Penyebab eksogen demam antara lain bakteri, jamur, virus dan produk-produk
yang dihasilkan oleh agen-agen tersebut (misal: endotoksin). Kerusakan jaringan
oleh sebab apapun (misal: cedera tergencet) dapat menyebabkan demam, dan
keadaan hipersensitif (misal: reaksi otot atau tranfusi darah). kalau pada mastitis
bisa disebabkan keruskan jaringan karna air susu tidak keluar atau karna puting susu
terluka sehingga menyebabkan bakteri mudah masuk .
Seluruh penyebab di atas menyebabkan selsel fagosit mononuklear, monosit,
makrofag jaringan atau sel kupfer membuat pirogen dengan EP (endogenous
pirogen). EP adalah suatu protein kecil yang mirip interleukin 1, yang merupakan
suatu mediator proses imun antar sel yang penting. EP menginduksi demam mulai
pengaruhnya pada area preoptik dihipotalamus anterior. EP melepaskan asam
arakhidonat di hipotalamus selanjutnya diubah menjadi prostaglandin. Hipotalamus
anterior mengandung banyak neuron termosensitif. Area ini juga kaya dengan
serotonin dan norepinefrin yang memperantai terjadinya demam. EP meningkatkan
konsentrasi mediator tersebut, selanjutnya kedua mono amino ini akan
meningkatkan adenosin monofosfat siklik (AMP siklik) dan prostaglandin di susunan
syaraf pusat (Wash, 1997).