PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
perdarahan otak. Oleh karena itu kejadian kejang pada penderita eklampsia harus
dihindari. Karena eklampsia menyebabkan angka kematian sebesar 5% atau lebih
tinggi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan preeklamsia dan eklamsia ?
2. Apa epidemologi dari preeklamsia dan eklamsia ?
3. Bagaimana patofisiologi preeklamsia dan eklamsia ?
4. Apa saja tanda dan gejala preeklamsia dan eklamsia ?
5. Bagaimana cara penanganan preeklamsia dan eklamsia ?
6. Apa saja klasifikasi dan etiologi preeklamsia dan eklamsi ?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada preeklamsia dan eklamsia ?
8. Bagaimana prinsip pencegahan pada pre eklamsi dan eklamsi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan preeklamsia dan eklamsia.
2. Untuk mengetahui epidemologi dari preeklamsia dan eklamsia.
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari preeklamsia dan eklamsia.
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari preeklamsia dan eklamsia.
5. Untuk mengetahui cara penanganan preeklamsia dan eklamsia.
6. Untuk mengetahui klasifikasi dan etiologi preeklamsi dan eklamsi.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari preeklamsia dan eklamsi.
8. Untuk mengetahui prinsip pencegahan pada preeklamsi dan eklamsi.
D. Manfaat
1. Menambah pengetahuan mengenai kegawatdaruratan yaitu pre-eklampsia dan
eklampsi dan hipertensi dalam kehamilan
2. Mengetahui penanganan kegawatdaruratan pre-eklampsia dan eklampsi dan
hipertensi dalam kehamilan
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PRE EKLAMSIA
1. Pengertian
Preeklampsia adalah hipertensi yang terjadi pada ibu hamil dengan usia
kehamilan 20 minggu atau setelah persalinan di tandai dengan meningkatnya tekanan
darah menjadi 140/90 mmHg. (Sitomorang, dkk 2016)
Preeklamsia merupakan hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan (Praworihadrjo, 2009). Preeklampsia adalah hipertensi pada
kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg setelah umur
kehamilan 20 minggu, disertai dengan proteinuria ≥ 300 mg/24 jam (Nugroho,
2012).
Hipertensi biasanya lebih dahulu timbul daripada tanda-tanda yang lain.
Untuk menegakkan diagnosa Pre-Eklamsia kenaikan tekanan sistolik harus 30
mmHg atau lebih. Kenaikan tekanan diagnostik lebih dapat dipercaya apabila
tekanan distolik meningkat 15 mmHg atau lebih atau menjadi 90 mmHg atau
lebih. Pemeriksaan tekanan darah dilakukan minimal 2x dengan jarak waktu 6 jam
pada keaadaan istirahat.
Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu dari pada tanda lain. Kenaikan
sistolik harus 30 mmHg atau lebih diatas tekanan yang biasanya ditemukan atau
mencapai 140 mmHg atau lebih.
Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan berlebih dalam jaringan
tubuh dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta embengkakan
kaki, jari tangan dan muka. Oedema Pretibal yang ringan sering terjadi pada
kehamilan biasa, sehingga tidak berarti untuk penentuan diagnosis pre-eklamsi.
Kenaikan berat badan ½ kg setiap minggu masih normal tetapi jika kenaikan berat
badan 1 kg atau lebih setiap minggu beberapa kali, hal ini perlu menimbulkan
kewaspadaan terhadap timbulnya pre-eklamsia (Marmi, 2011).
3
2. Epidimiologi
3. Patofisiologi
4
intestinal belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam.
Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan
pada glomerolus (Marmi,2011).
Teori lain yang lebih masuk akal adalah bahwa preeklampsia merupakan
akibat dari keadaan imun atau alergi pada ibu. Selain itu terdapat bukti bahwa
preeklampsi diawali oleh insufisiensi suplai darah ke plasenta, yang
mengakibatkan pelepasan substansi plasenta sehingga menyebabkan disfungsi
endotel vascular ibu yang luas (Hutabarat dkk, 2016).
5
5. Klasifikasi.
6. Etiologi
6
7. Prinsip pencegahan pre eklamsia
a. Pencegahan/ANC yang baik: ukuran tekanan darah, timbangan berat badan,
ukur kadar protein tiap minggu.
b. Diagnosa dini/tepat: diet, kalau perlu pengakhiran kehamilan.
8. Penanganan
a. Penanganan pre eklamsia ringan:
1) Rawat jalan
a) Banyak istirahat (berbaring tidur miring).
b) Diet: cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
c) Sedative ringan (jika tidak bisa istirahat) tablet Fenobarbital 3x30 mg
peroral selama 2 hari.
d) Roboransia.
e) Kunjungan ulang tiap 1 minggu.
2) Jika dirawat di Puskesmas atau Rumah Sakit.
a) Pada kehamilan preterm (kurang dari 37 minggu).
(1) Jika tekanan darah mencapai normotensif selama perawatan persalinan
ditunggu sampai aterm.
(2) Bila tekanan darah turun tetapi belum mencapai normotensif selama
perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri pada kehamilan lebih
dari 37 minggu.
b) Pada kehamilan aterm (lebih dari 37 minggu).
Persalinan ditunggu spontan atau dipertimbangkan untuk melakukan
induksi persalinan pada taksiran tanggal persalinan.
3) Cara Persalinan
Persalinan dapat dilakukan spontan bila perlu memperpendek kala II
dengan bantuan bedah obstetri.
7
b. Penanganan pre eklamsia berat di rumah sakit:
Penanganan aktif:
1) Indikasi
Indikasi perawatan aktif ialah bila di dapatkan satu atau lebih keadaan
ini pada ibu:
a) Kehamilan lebih dari 37 minggu.
b) Adanya tanda-tanda impending.
c) Kegagalan terapi pada perawatan konservatif.
Pada janin:
a) Adanya tanda-tanda fetal distres.
b) Adanya tanda-tanda IUFD (Marmi,2011).
9. Pentalaksanaan
8
f. Jika dalam perawatan tidak ada perbaikaN, tatalaksana sebagai preeklamsi
berat.
10. Komplikasi
9
(Natiqotul,2016).
B. EKLAMSIA
1. Pengertian.
2. Epidemologi
10
dan mengatur retensi air dan natrium. Serta pada eklampsia permehabilitas
pembuluh darah terhadap protein meningkat. Pada plasenta dan uterus terjadi
penurunan aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi plasenta.
Pada hipertensi pertumbuhan janin terganggu sehingga terjadi gawat-janin
sampai menyebabkan kematian karena kekurangan oksigenisasi. Kenaikan
tonus uterus dan kepekaan terhadap perangsangan sering terjadi pada
eklampsia, sehingga mudah terjadi partus prematurus.
Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah ke dalam ginjal
menurun, sehingga menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan pada
ginjal yang penting ialah dalam hubungan dengan proteinuria dan mungkin
dengan retensi garam dan air. Mekanisme retensi garam dan air akibat
perubahan dalam perbandingan antara tingkat filtrasi glomelurus dan tingkat
penyerapan kembali oleh tubulus. Pada kehamilan normal penyerapan ini
meningkat sesuai dengan kenaikan filtrasi glomerulus. Penurunan filtrasi
glomelurus akibat spasmus arteriolus ginjal menyebabkan filtrasi natrium
melalui glomerulus menurun, yang menyebabkan retensi garam dan retensi air.
Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal, sehingga
menyebabkan diuresis turun pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria atau
anuria. Pada retina tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh
pada beberapa arteri jarang terlihat perdarahan atau eksudat. Pelepasan retina
disebabkan oleh edema intraokuler dan merupakan indikasi untuk pengakhiran
kehamilan . Setelah persalinan berakhir, retina melekat lagi dalam 2 hari sampai
2 bulan. Skotoma, diplopia, dan ambiliopia merupakan gejala yang
menunjukkan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh
perubahan aliran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam
retina.
Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita
eklampsia. Komplikasi disebabkan oleh dekompensasio kordis kiri. Perubahan
pada otak bahwa resistensi pembuluh darah dalam otak pada hipertensi dalam
kehamilan lebih tinggi pada eklampsia. Sehingga aliran darah ke otak dan
pemakaian oksigen pada eklampsia akan menurun. Metabaolisme dan elektrolit
yaitu hemokonsentrasi yang menyertai eklampsia sebabnya terjadi pergeseran
11
cairan dan ruang intravaskuler ke ruang interstisial. Kejadian ini, diikuti oleh
kenaikan hematokrit, peningkatan protein serum, dan bertambahnya edema,
menyebabkan volume darah berkurang, viskositet darah meningkat, waktu
peredaran darah tepi lebih lama. Karena itu, aliran darah ke jaringan diberbagai
bagian tubuh berkurang akibatnya hipoksia. Dengan perbaikan keadaan,
hemokonsentrasi berkurang, sehingga turunnya hematokrit dapat dipakai
sebagai ukuran perbaikan keadaan penyakit dan berhasilnya pengobatan.
Pada eklampsia, kejang dapat menyebabkan kadar gula darah naik untuk
sementara. Asidum laktikum dan asam organik lain naik, dan bikarbonas
natrikus, sehingga menyebabkan cadangan alkali turun. Setelah kejang, zat
organik dioksidasi sehingga natrium dilepaskan untuk dapat bereaksi dengan
asam karbonik menjadi bikarbaonas natrikus. Dengan demikian, cadangan
alkali dapat pulih kembali. Pada kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen
meningkat. Waktu pembekuan lebih pendek dan kadang-kadang ditemukan
kurang dari 1 menit pada eklampsia.
12
lidah dapat tergigit, bola mata menonjol, dari mulut keluar ludah yang
berbusa, muka menunjukan kongesti dan sianosis, klien menjadi tidak sadar.
d. Tingkat koma. Lama kesadaran tidak selalu sama secara perlahan-lahan
penderita mulai sadar lagi, akan tetapi dapat terjadi pula bahwa sebelum itu
timbul serangan baru dan berulang sehingga ia tetap dalam koma. Selama
serangan, tekanan darah meninggi, nadi cepat, dan suhu meningkat sampai
40°C.
5. Klasifikasi
6. Etiologi
13
Ada satu tanda eklamsi, bernama konvulsi eklamsi. Empat fasenya
antara lain:
a) Tahap Premonitory. Pada tahap ini dapat terjadi kesalahan jika observasi
pada ibu tidak tetap. Mata dibuka, ketika wajah dan otot tangannya
sementara kejang.
b) Tahap Tonic. Hampir seluruh otot-otot wanita segera menjadi serangan
spasme. Genggamannya mengepal, tangan dan lengannya kaku. Dia
menyatukan gigi dan bisa saja menggigit lidahnya. Kemudian otot
respirasinya dalam spasme, dia berhenti bernafas dan warnanya berubah
sianosis. Spasme ini berlangsung sekitar 30 detik..
c) Tahap Klonik. Spasme berhenti, pergerakan otot menjadi tersendat-sendat
dan serangan menjadi meningkat. Seluruh tubuhnya bergerak-gerak dari
satu sisi kesisi yang lain, sementara terbiasa, sering saliva blood-strained
terlihat pada bibirnya.
d) Tahap Comatose. Wanita dapat tidak sadar dan mungkin nafasnya
berbunyi. Sianosis memudar, tapi wajahnya tetap bengkak. Kadang-
kadang sadar dalam beberapa menit atau koma untuk beberapa jam
(Marmi,2011).
14
c. Pelayanan kebidanan bermutu, yaitu pada tiap-tiap pemeriksaan kehamilan
diamati tanda-tansa preeklampsi dan mengobatinya sedini mungkin.
8. Penangan eklamsi
15
8. Postpartum boleh diberikan uterotonika dan perinfus.
1. Penatalaksanaan
a. Menghentikan / mencegah kejang
b. Mempertahankan fungsi organ vital
c. Koreksi hipoksia / asidosis
d. Mengendalikan tekanan darah dalam batas aman
e. Pengakhiran kehamilan
2. Komplikasi
a. Solusio plasenta
b. Hipofibrinogemia
c. Hemolisis
d. Perdarahan otak
16
e. Kelainan mata, kehilangan penglihatan untuk sementara yang berlangsung
sampai 1 minggu, perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina. Hal ini
merupakan tanda gawat akan terjadinya apofleksia serebri.
f. Edema baru
g. Nekrosis hati
h. Sindroma HELLP
i. Kelainan ginjal
j. Komplikasi lain: lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh dan DIC.
k. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intrauterine.
17
terjadinya kedua keadaan tersebut belum jelas, terapi faktor yang sangat
menentukan terjadinya edema paru dan oliguria ialah hipovolemia, vasospasme,
kerusakan sel endotel, penurunan gradien tekanan onkotik koloid/pulmonary
capillary wedge pressure.
Oleh karena itu, monitoring input cairan (melalui oral ataupun infus) dan output
cairan (melalui urin) menjadi sangat penting. Artinya harus dilakukan
pengukuran secara tepat berapa jumlah cairan yang dimasukkan dan dikeluarkan
melalui urin. Bila terjadi tanda-tanda edema paru, segera dilakukan tindakan
koreksi. Cairan yang diberikan dapat berupa (a) 5 % Ringer-dekstrose atau cairan
garam faali jumlah tetesan: < 125 cc/jam atau (b) Infus Dekstrose 5 % yang tiap 1
liternya diselingi dengan infus Ringer laktat (60-125 cc/jam) 500cc. Dipasang
Foley catheter untuk mengukur pengeluaran urin. Oliguria terjadi bila produksi
urin < 30 cc/jam dalam 2-3 jam atau < 500 cc/24 jam. Diberikan antasida untuk
menetralisir asam lambung sehingga bila mendadak kejang, dapat menghindari
risiko aspirasi asam lambung yang sangat asam. Diet yang cukup protein, rendah
karbohidrat, lemak, dan garam.
Pengelolaan kejang:
18
MAGNESIUM SULFAT UNTUK PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA
Alternatif I Dosis awal MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40% selama 5 menit
Segera dilanjutkan dengan 15 ml MgSO4 (40%) 6 g dalam
larutan Ringer Asetat / Ringer Laktat selama 6 jam
Jika kejang berulang setelah 15 menit, berikan MgSO4 (40%)
2 g IV selama 5 menit
Dosis Pemeliharaan MgSO4 1 g / jam melalui infus Ringer Asetat / Ringer Laktat
yang diberikan sampai 24 jam postpartum
Alternatif II Dosis awal MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40% selama 5 menit
Dosis pemeliharaan Diikuti dengan MgSO4 (40%) 5 g IM dengan 1 ml Lignokain
(dalam semprit yang sama)
Pasien akan merasa agak panas pada saat pemberian MgSO4
Sebelum pemberian Frekuensi pernafasan minimal 16 kali/menit
MgSO4 ulangan, Refleks patella (+)
lakukan Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir
pemeriksaan:
Hentikan pemberian Frekuensi pernafasan < 16 kali/menit
MgSO4, jika: Refleks patella (-), bradipnea (<16 kali/menit)
Siapkan antidotum Jika terjadi henti nafas:
Bantu pernafasan dengan ventilator
Berikan Kalsium glukonas 1 g (20 ml dalam larutan 10%)
IV perlahan-lahan sampai pernafasan mulai lagi
19
ANTI KONVULSAN
ANTI HIPERTENSI
1. Obat pilihan adalah Nifedipin, yang diberikan 5-10 mg oral yang dapat diulang
sampai 8 kali/24 jam
2. Jika respons tidak membaik setelah 10 menit, berikan tambahan 5 mg
Nifedipin sublingual.
3. Labetolol 10 mg oral. Jika respons tidak membaik setelah 10 menit, berikan
lagi Labetolol 20 mg oral.
PERSALINAN
20
a. Tidak terdapat koagulopati. (koagulopati merupakan kontra indikasi anestesi
spinal).
b. Anestesia yang aman / terpilih adalah anestesia umum untuk eklampsia dan
spinal untuk PEB. Dilakukan anestesia lokal, bila risiko anestesi terlalu tinggi.
5. Jika serviks telah mengalami pematangan, lakukan induksi dengan Oksitosin 2-
5 IU dalam 500 ml Dekstrose 5% mulai 8 tetes/menit yang dinaikan 4 tetes/15
menit sampai didapat his yang adekuat atau dengan cara pemberian
prostaglandin / misoprostol
1. Anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau kejang yang terakhir
2. Teruskan terapi hipertensi jika tekanan diastolik masih > 90 mmHg
3. Lakukan pemantauan jumlah urin
RUJUKAN
21
5. Bila dalam 2 jam setelah pemberian obat anti kejang (MgSO4), tekanan darah
tidak turun biasanyadiberikan antihipertensi parenteral atau oral sesuai instruksi
dokter.
6. Bila pasien sudah tenang, bisa dinilai keadaan kehamilan pasien dan monitor
DJJ.
7. Siapkan alat-alat pertolongan persalinan
8. Postpartum boleh diberikan uterotonika dan perinfus.
PROSEDUR RUJUKAN
22
preeklampsia
2. HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
Hipertensi Tekanan diastolik ≥ 90 mmHg atau Proteinuria (-)
kenaikan 15 mmHg dalam 2 pengukuran Kehamilan > 20 minggu
berjarak 1 jam
Preeklampsia ringan udem Proteinuria 1+
Preeklampsia berat Tekanan diastolik > 110 mmHg Proteinuria 2+
Oliguria
Hiperrefleksia
Gangguan penglihatan
Nyeri epigastrium
Eklampsia Hipertensi Kejang
BAB III
STUDI KASUS
23
hasilpemeriksaan klien dalam rekaman medis sebagai catatan perkembangan kemajuan
yaitu:
1. Data Subjektif (S)
Data atau fakta yang merupakan informasi termasuk biodata, mencakup nama, umur,
tempat tinggal, status perkawinan, pendidikan serta keluhan-keluhan, diperoleh dari
hasil wawancara langsung pada pasien atau dari keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya.
2. Data Objektif (O)
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik mencakup inspeksi, palpasi,
auskultasi, peserta pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan radio diagnostik.
3. Assesment (A)
Merupakan keputusan yang ditegakkan dari hasil perumusan masalah yang
mencakup kondisi, masalah dan prediksi terhadap kondisi tersebut.Penegakan
diagnosa kebidanan dijadikan sebagai dasar tindakan dalam upaya menanggulangi
ancaman keselamatan pasien / klien.
4. Planning (P)
Rencana kegiatan mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan oleh bidan dalam
melakukan intervensi untuk memecahkan masalah pasien/klien
A. Pengumpulan data
1. Identitas/biodata
24
Nama ibu : Ny”F”
Umur : 41 tahun
Suku/kebangsaan : Minang/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Alamat rumah : Dusun tabu lamo, desa kumbayau, kec. Talawi, Kota
sawahlunto
25
b. Taksiran persalinan : 11 september 2019
c. Keluhan pada
1) Trimester 1 : tidak ada
2) Trimester 2 : pusing dan sakit kepala
3) Trimester 3 : pusing, sakit kepala dan pembengkakan pada kaki
d. Pergerakan janin pertama kali dirasakan ibu : ± usia kehamilan
4 bulan ( 16 minggu )
e. Berapa kali pergerakan janin dalam 24 jam terakhir : ± 20 kali
f. Keluhan yang dirasakan (jelaskan bila ada )
1) Rasa 5 L ( lemah, letih, lesu, lunglai, lelah ) : Tidak ada
2) Mual muntah yang lama : Tidak ada
3) Panas menggigil : Tidak ada
4) Nyeri perut : Tidak ada
5) Sakit kepala yang hebat : Tidak ada
6) Penglihatan kabur : Tidak ada
7) Rasa nyeri/panas waktu BAK : Tidak ada
8) Rasa gatal pada vulva, vagina dan sekitarnya : Tidak ada
9) Pengeluaran cairan pervaginam : Tidak ada
10) Nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai : Tidak ada
11) Oedema : Tidak ada
12) Obat-obatan yang dikonsumsi : Tidak ada
5. Pola makan
Makan sehari-hari
- Pagi : 1 piring sedang nasi + 1 potong lauk + 1 mangkok
kecil sayur + 2 gelas air putih
- Siang : 1 piring sedang nasi + 1 potong lauk + 1 mangkok
kecil sayur + 2 gelas air putih + 1 bh pisang
- Malam : 1 piring sedang nasi + 1 potong lauk + 2 gelas air
putih
6. Perubahan pola makan yang dialami
( termasuk ngidam, nafsu makan, dll) : Tidak ada
7. Pola eliminasi
a. BAB
1) Frekuensi : 1 x sehari
2) Warna : Coklat kehitaman
26
3) Intensitas : lembek- keras
4) Keluhan : Tidak ada
b. BAK
1) Frekuensi : 7-8 x sehari
2) Warna : Jernih kekuningan
3) Intensitas : Cair
4) Keluhan : Tidak ada
8. Aktivitas sehari-hari
a. Pekerjaan : Tidak Terganggu
b. Seksualitas : Tidak Terganggu
9. Pola istirahat dan tidur
a. Siang : + 1 jam
b. Malam : + 7 jam
10. Imunisasi
a. TT 1 : ada
b. TT 2 : ada
27
3) Ginjal : Tidak ada
4) DM : Tidak ada
5) Asma : Tidak ada
6) TBC : Tidak ada
7) Epilepsi : Tidak ada
8) PMS : Tidak ada
b. Riwayat alergi
1) Jenis makanan : Tidak ada
2) Jenis obat-obatan : Tidak ada
c. Riwayat transfusi darah : Tidak ada
d. Riwayat pernah mengalami kelainan jiwa : Tidak ada
14. Riwayat kesehatan keluarga
a. Penyakit yang pernah di derita
1) Jantung : Tidak ada
2) Hipertensi : Tidak ada
3) Ginjal : Tidak ada
4) DM : Tidak ada
5) Asma : Tidak ada
6) TBC : Tidak ada
7) Epilepsi : Tidak ada
b. Riwayat kehamilan
1) Gemeli ( kembar ) : Tidak ada
2) Lebih dari dua : Tidak ada
c. Kelainan psikologi : Tidak ada
15. Keadaan sosial
a. Status perkawinan : Sah
b. Perkawinan ke :1
c. Kawin I tahun : 1998
d. Setelah kawin berapa lama baru hamil : 8 bulan
e. Kehamilan ini
1) Direncanakan : Iya
2) Diterima : Iya
f. Hubungan dengan anggota keluarga : Baik
g. Hubungan dengan tetangga dan masyarakat : Baik
h. Jumlah anggota keluarga : 5 orang
28
16. Keadaan ekonomi
a. Penghasilan perbulan : ± 2.000.000
b. Penghasilan perkapita : ± 400.000
17. Kegiatan spiritual : ibu melaksanakan
shalat 5 waktu
3) Payudara
a) Bentuk : Simetris
b) Puting susu : Menonjol
c) Benjolan : Tidak ada
d) Pengeluaran : Ada
e) Rasa nyeri : Tidak ada
29
4) Abdomen
a) Pembesaran : Sesuai usia kehamilan
b) Bekas luka operasi : Tidak ada
c) Linea : Nigra
d) Striae : Tidak ada
5) Genitalia
a) Vulva dan Vagina
- Varices : Tidak dilakukan
- Oedema: Tidak dilakukan
- Luka : Tidak dilakukan
- Kemerahan : Tidak dilakukan
6) Ekstremitas
a) Atas
- Oedema : Tidak ada
- Sianosis : Tidak ada
b) Bawah
- Oedema : Terdapat oedema pada kedua kaki
- Sianosis : Tidak ada
b. Palpasi
1) Leopold
- Leopold I : TFU 1 jari di bawah px, teraba bulat, lunak,
tidak melenting, kemungkinan bokong janin.
- Leopold II : Pada sisi kanan perut ibu teraba panjang,
keras, memapan, kemungkinan punggung janin, sisi
kiri perut ibu teraba tonjolan-tonjolan kecil,
kemungkinan ekstremitas janin.
- Leopold III : Pada bagian bawah perut ibu teraba bulat,
keras, memapan, kemungkinan kepala janin, masih
bisa digoyangkan, kemungkinan belum masuk PAP.
- Leopold IV : -
- Mc. Donald : 34 cm
- TBJ : 3255 gr
c. Auskultasi
DJJ
- Frekuensi : 140 X/Menit
- Irama : Teratur
- Intensitas : Kuat
30
d. Perkusi
1) Reflek Patella Kanan : Positif
2) Reflek Patella Kiri : Positif
e. Pemeriksaan panggul luar
1) Distansia spinarum : normal sesuai dengan persalinan
yang lalu
2) Distansia cristarum : normal sesuai dengan persalinan
yang lalu
3) Conjunggata eksterna : normal sesuai dengan persalinan
yang lalu
4) Distansia intertuberum : normal sesuai dengan persalinan
yang lalu
5) Lingkar panggul : normal sesuai dengan persalinan
yang lalu
f. Pemeriksaan laboratorium
1) Kadar Hb : 11,4 gr% / dl
2) Gol. Darah : AB
3) Proteine Urine : (+) pemeriksaan di PUSKESMAS
4) Glukosa urine : (-) pemeriksaan di PUSKESMAS
31
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL NY”F” G4P3A0H3
USIA KEHAMILAN 35-36 MINGGU DENGAN PRE EKLAMPSIA RINGAN
DI RSUD SAWAHLUNTO KOTA SAWAHLUNTO
S O A P Paraf
Tanggal 1. Keadaan umum : Diagnosa : 11.05 1. Menginformasikan pada ibu dan
: 04 baik G4P3A0H3 WIB keluarga bahwa kondisi ibu dan janin
agustus a. TTV : usia baik dengan mengalami preeklamsia
2018 - TD : kehamilan ringan
Pukul : 140/100 35-36
11.00 mmHg minggu, E : Ibu mengerti dengan informasi
WIB - S : 36,7 janin yang diberikan
°C hidup, 11.08 2. Memberikan dukungan psikologis
1. Ibu - P : 20 tunggal, WIB dan spiritual pada ibu dan keluarga
mengata x/menit intra
kan - N: 84 uterine, E : ibu merasa lebih tenang dan
HPHT x/menit Pres-kep, senantiasa berdoa kepada Tuhan
tanggal - BB pu-ka, KU Yang
04 Sebelum : ibu dan Maha Esa
desembe 68 kg janin baik
r 2016 - BB dengan 11.13 3. Menjelaskan pada ibu bahwa pola
2. Ibu Sekarang : pre WIB istirahat yang baik bagi ibu hamil
mengata 77 kg eklampsia adalah tidur siang 1-2 jam, dan
kan - TB : 158 ringan malam 7-8 jam, agar ibu tidak
hamil cm Masalah : kelelahan, karena kelelahan bisa
keempat - Lila : 26 - Ibu berdampak tidak baik bagi ibu dan
dan cm susah tidur janin.
tidak
32
pernah 2. Inspeksi : dalam Kebutuhan
kegugur batas normal : antisipasi 11.17 E : Ibu mengerti tentang pola
an masalah WIB istirahat ibu hamil
3. Ibu 3. Palpasi : yang ada
mengata a. L I :
kan TFU 1 jari
umur di bawah Px, 4. Menganjurkan ibu jika tidur posisi
kehamila teraba bulat, 11.20 miring kiri yang bertujuan untuk
nnya lunak, tidak WIB melancarkan oksigen ke janin.
sekarang melenting, E : ibu mengerti dan akan
±8 bulan kemungkina melakukannya.
4. Ibu n bokong
mengelu janin. 5. Menganjurkan ibu untuk
h kadang menghitung gerakan janinnya untuk
mengala b. L II : memantau kesehatan janinnya yaitu
mi Pada sisi 11.23 minimal 1 gerakan dalam 1 jam.
pusing kanan perut WIB
dan sakit ibu teraba E : ibu mengerti cara menghitung
kepala panjang, gerakan janinnya.
5. Ibu keras,
mengata memapan,
kan 6. Menganjurkan ibu untuk memantau
kemungkina
khawatir tanda-tanda terjadinya preeklamsia
n punggung
dengan berat yaitu :
janin. Pada
kehamila - sakit kepala
sisi kiri
nnya - rasa nyeri di daerah perut
teraba
- penglihatan kabur
tonjolan-
- mual sampai muntah dan
tonjolan 11.26 gangguan kesadaran
kecil
33
kemungkina WIB
n E : Ibu mengerti dengan penjelasan
ekstremitas yang diberikan dan mau ke fasilitas
janin. kesehatan terdekat apabila terjadi
c. L III : tanda-tanda preeklamsia berat.
pada bagian
bawah perut 7. Menjelaskan pada ibu tentang 9
ibu teraba tanda bahaya pada kehamilan
bulat, keras, seperti:
melenting, - Sakit kepala yang menetap
kemungkina - Gangguan penglihatan
n kepala - Oedema pada wajah dan tungkai
janin, masih - Mual dan muntah yang
bisa di berlebihan
goyangkan, - Nyeri perut yang hebat
kemungkina - Penurunan gerakan janin
n belum 11.30 - Pendarahan pervaginaam
masuk PAP. WIB - Demam yang hebat
d. L IV : - Kejang
posisi
tangan E : ibu mengerti dan mampu
konvergen. menyebutkan tanda bahaa kehamilan
e. Mc.
Donald : 34
cm 8. Menjelaskan pada ibu tentang tanda-
f. TBBJ : tanda persalinan dan segera ke
3255 gr fasilitas kesehatan bila hal tersebut
telah ada
11.34 - Keluar air-air dari jalan
4. Aukultasi
lahir
34
- DJJ : WIB - Keluar lendir bercampur
positif darah dari jalan lahir
- Frek : - Nyeri pinggang menjalar
140 x/menit ke ari-ari
- Irama :
teratur E : Ibu mengerti dan akan segera ke
- Intensita fasilitas kesehatan bila hal tersebut
s : kuat telah ada
- Punc. 9. Menginformasikan pada ibu untuk
Maksimum : mempersiapkan persalinan seperti:
kuadran
kanan - Biaya persalinan
bawah perut - Perlengkapan ibu dan bayi
ibu 11.38
- Pendamping persalinan
WIB
- Transportasi
5. Perkusi
- Reflek E : Ibu mengerti dan mengatakan
patella :
telah mempersiapkan sebagian dan
positif kiri
dan kanan akan melengkapinya.
- Ekstremi
tas : oedema 10. Memberikan ibu obat nifedipin 10
pada kedua ml (2x1) sehubungan dengan
kaki tekanan darah ibu yang tinggi dan
11.41 menganjurkan ibu untuk meminum
WIB setiap hari dan teratur dengan
6. Pemeriksaan labor : jadwal minum yang telah diberikan
- Hb :
11,4 gr % / E : ibu mengerti dan mengatakan
35
dl akan meminum obatnya sesuai
- Protein jadwal.
urine : +
11. Menganjukan ibu untuk datang
memeriksakan diri 1 minggu lagi
atau bila ada keluhan yang dirasakan
ibu
36
37
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria akibat
kehamilan, setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan.
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan
atau nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang atau koma.
Eklampsi merupakan salah satu dari tiga besar penyebab kematian ibu di
seluruh dunia, bukan hanya di Indonesia. Di Negara-
negara berkembang, frekuensi PE-E dilaporkan berkisar antara 0,3%-
0,7%, sedangkan di negara-negara maju angka tersebut lebih kecil
yaitu 0,05% 0,1%.
B. Saran
38