Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Preeklamsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan


disertai dengan proteinuria. Penyebab penyakit ini sampai sekarang belum bisa
diketahui secara pasti. Namun banyak teori yang telah dikemukakan tentang
terjadinya hipertensi dalam kehamilan tetapi tidak ada satupun teori tersebut yang
dianggap benar-benar mutlak.
Pada kehamilan dengan preeklamsia dapat terjadi tekanan intra uterin atau
kelainan pada pembuluh darah sehingga aliran darah di uteri plasenta terganggu yang
akibatnya terjadi iskemia uteri. Hal ini dapat menimbulkan pengeluaran renin dan
terjadi penurunan aliran darah dari uterus mengalir keseluruh tubuh ibu dalam
merangsang angiotensi I dan II yang mempunyai khasiat dalam spasme pembuluh
darah dan menimbulkan hipertensi.
Istilah eklamsia berasal dari bahasa Yunani dan berarti “halilintar”. Kata
tersebut dipakai karena seolah-olah gejala-gejala eklamsia timbul dengan tiba-tiba
tanpa didahului oleh tanda-tanda lain. Secara defenisi eklamsia adalah preeklamsia
yang disertai dengan kejang tonik klonik disusul dengan koma.
Pre-eklampsia dan eklampsia merupakan kesatuan penyakit, yakni yang
langsung disebabkan oleh kehamilan, walaupun belum jelas bagaimana hal ini
terjadi, istilah kesatuan penyakit diartikan bahwa kedua peristiwa dasarnya sama
karena eklampsia merupakan peningkatan dari pre-eklamsia yang lebih berat dan
berbahaya dengan tambahan gejala-gejala tertentu. Pre-eklampsia berat dan
eklampsia merupakan risiko yang membahayakan ibu di samping membahayakan
janin melaluiplacenta.Setiap tahun sekitar 50.000 ibu meninggal di dunia karena
eklampsia. Insidens eklampsia di negara berkembang berkisar dari 1:100
sampai1:1700.
Beberapa kasus memperlihatkan keadaan yang tetap ringan sepanjang
kehamilan. Pada stadium akhir yang disebut eklampsia, pasien akan mengalami
kejang, Jika eklampsia tidak ditangani secara cepat akan terjadi kehilangan kesadaran
dan kematian karena kegagalan jantung, kegagalan ginjal, kegagalan hati atau

1
perdarahan otak. Oleh karena itu kejadian kejang pada penderita eklampsia harus
dihindari. Karena eklampsia menyebabkan angka kematian sebesar 5% atau lebih
tinggi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan preeklamsia dan eklamsia ?
2. Apa epidemologi dari preeklamsia dan eklamsia ?
3. Bagaimana patofisiologi preeklamsia dan eklamsia ?
4. Apa saja tanda dan gejala preeklamsia dan eklamsia ?
5. Bagaimana cara penanganan preeklamsia dan eklamsia ?
6. Apa saja klasifikasi dan etiologi preeklamsia  dan eklamsi ?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada preeklamsia dan eklamsia ?
8. Bagaimana prinsip pencegahan pada pre eklamsi dan eklamsi ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan preeklamsia dan eklamsia.
2. Untuk mengetahui epidemologi dari preeklamsia dan eklamsia.
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari preeklamsia dan eklamsia.
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari preeklamsia dan eklamsia.
5. Untuk mengetahui cara penanganan preeklamsia dan eklamsia.
6. Untuk mengetahui klasifikasi dan etiologi preeklamsi dan eklamsi.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari preeklamsia dan eklamsi.
8. Untuk mengetahui prinsip pencegahan pada preeklamsi dan eklamsi.

D. Manfaat
1. Menambah pengetahuan mengenai kegawatdaruratan yaitu pre-eklampsia dan
eklampsi dan hipertensi dalam kehamilan
2. Mengetahui penanganan kegawatdaruratan pre-eklampsia dan eklampsi dan
hipertensi dalam kehamilan

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PRE EKLAMSIA
1. Pengertian

Preeklampsia adalah hipertensi yang terjadi pada ibu hamil dengan usia
kehamilan 20 minggu atau setelah persalinan di tandai dengan meningkatnya tekanan
darah menjadi 140/90 mmHg. (Sitomorang, dkk 2016)
Preeklamsia merupakan hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan (Praworihadrjo, 2009). Preeklampsia adalah hipertensi pada
kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg setelah umur
kehamilan 20 minggu, disertai dengan proteinuria ≥ 300 mg/24 jam (Nugroho,
2012).
Hipertensi biasanya lebih dahulu timbul daripada tanda-tanda yang lain.
Untuk menegakkan diagnosa Pre-Eklamsia kenaikan tekanan sistolik harus 30
mmHg atau lebih. Kenaikan tekanan diagnostik lebih dapat dipercaya apabila
tekanan distolik meningkat 15 mmHg atau lebih atau menjadi 90 mmHg atau
lebih. Pemeriksaan tekanan darah dilakukan minimal 2x dengan jarak waktu 6 jam
pada keaadaan istirahat.
Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu dari pada tanda lain. Kenaikan
sistolik harus 30 mmHg atau lebih diatas tekanan yang biasanya ditemukan atau
mencapai 140 mmHg atau lebih.
Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan berlebih dalam jaringan
tubuh dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta embengkakan
kaki, jari tangan dan muka. Oedema Pretibal yang ringan sering terjadi pada
kehamilan biasa, sehingga tidak berarti untuk penentuan diagnosis pre-eklamsi.
Kenaikan berat badan ½ kg setiap minggu masih normal tetapi jika kenaikan berat
badan 1 kg atau lebih setiap minggu beberapa kali, hal ini perlu menimbulkan
kewaspadaan terhadap timbulnya pre-eklamsia (Marmi, 2011).

3
2. Epidimiologi

Prevalensi pre eklamsi berfariasi sesuai karakteristik populasi dan definisi


yang digunakan untuk menerangkanya ( Chappell et all,1999  ) terjadi kurang dari
5% dalam kebanyakan populasi, dan study prospektif menunjukan insiden
dibawah 2,2%, bahkan pada populasi primigravida yang diketahui prevalensinya
lebih tinggi ( Higgins et all, 1997 dalam asuhan kebidanan persalinan dan
kelahian,2006).

3. Patofisiologi

Pada beberapa wanita hamil, terjadi peningkaan sensitifitas vaskuler


terhadap angiotensin II. Peningkatan ini menyebabkan hipertensi dan kerusakan
vaskuler, akibatnya akan terjadi vasospasme. Vasospasme menurunkan diameter
pembuluh darah kesemua organ, fungsi-fungsi organ, seperti plasenta, ginjal, hati,
dan otak menurun sampai 40-60%. Gangguan plasenta menimbukan degenerasi
pada plasenta dan kemungkinan terjadi IUGR dan IUFD pada fetus. Aktifitas
uterus dan sensitifitas terhadap oksitosin meningkat.
Penurunan perfungsi ginjal menurunkan GFR dan menimbulkan
perubahan glomerolus, protein keluar melalui urine, asam urat menurun, tekanan
osmotik plasma menurun, cairan keluar dari intravaskuler, menyebabkan
hemokonsentrasi peningkatan fiskositas darah dan edema jaringan berat dan
peningkatan hematokrit. Penurunan perfungsi hati menimbulkan gangguan fungsi
hati, edema hepar dan hemoragik sub-kapsular menyebabkan ibu hamil
mengalami nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadram atas.
Mochtar (1999;199) dalam Marmi (2011) menjelaskan bahwa pada pre-
eklamsi terjadi pada spasme pembuluh darah yang disertai dengan retensi garam
dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola Glomerolus. Pada
beberapa kasus, lumen arteriole sedemikian sempitnya sehingga nyata dilalui oleh
satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola didalam tubuh mengalami spasme
maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan
perifer agar oksigen jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan
edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan

4
intestinal belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam.
Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan
pada glomerolus (Marmi,2011).
Teori lain yang lebih masuk akal adalah bahwa preeklampsia merupakan
akibat dari keadaan imun atau alergi pada ibu. Selain itu terdapat bukti bahwa
preeklampsi diawali oleh insufisiensi suplai darah ke plasenta, yang
mengakibatkan pelepasan substansi plasenta sehingga menyebabkan disfungsi
endotel vascular ibu yang luas (Hutabarat dkk, 2016).

4. Tanda dan Gejala.

Tanda-tanda pre eklamsi biasanya timbul dalam urutan pertambahan berat


badan yang berlebihan, diikuti oedema, hipertensi dan akhirnya proteinuria. Pada
pre eklamsi ringan tidak ditemukan gejala-gejala subyektif, pada eklamsi
ditemukan sakit kepala didaerah frontal, skotoma, diploma, penglihatan kabur,
nyeri didaerah epigastrium, mual dan muntah-muntah. Gejala-gejala ini sering
ditemukan pada pre-eklamsi yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa
eklamsi akan timbul.
Ciri-ciri preeklamsi berat diantaranya yaitu:
a. Hipertensi dengan tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih diukur minimal
2x dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat
b. Proein urine 5 gram/24jam atau lebih, +++ atau ++++ pada pemeriksaan
kualitatif
c. Oliguria, urine 400ml/24 jam atau kurang
d. edema paru-paru, sianosis
e. tanda gejala lain yaitu sakit kepala berat, masalah penglihatan, padangnan
kabur dan spasme arteri retina funduskopi, nyeri episgastrium,mual muntah
serta emosi dan mudah marah
f. pertumbuhan janin intrauterin terlambat
g. adanya HEELLP syndrome ( H=Hemolysis, ELL=Elfatedliverenzym, p=low
platelet count ).

5
5. Klasifikasi.

Klasifikasi pre eklamsi dibagi menjadi 2 golongan:


a. Pre-eklamsia ringan.
1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau
lebih (diukur pada posisi berbaring terlentang) atau kenaikan sistolik 30
mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2x
pemeriksaan dengan jarak.
2) Proteinuria 0,3 gr/lt atau 1+ atau 2+.
3) Edema pada kaki, jari tangan, muka dan berat badan naik >1 kg/minggu.
b. Pre-eklamsia berat.
1) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
2) Proteinuria 5gr/lt atau lebih.
3) Oliguria (jumlah urine <500 cc per 2 jam.
4) Terdapat edema paru dan sianosis.
5) Adanya gangguan serebral, gangguan visus dan rasa nyeri di epigastrium.

6. Etiologi

Penyebab timbulnya preeklamsi pada ibu hamil belum diketahui secara


pasti, tetapi pada umumnya disebabkan oleh vasospasme arteriola. Faktor-faktor
lain yang diperkirakan akan mempengaruhi timbulnya preeklamsi antara lain:
primigravida, kehamilan ganda, hidramion, molahidatidosa, multigravida,
malnutrisi berat, usia ibu kurang dari 18 thun atau lebih dari 35 tahun serta
anemia.
Penyebab pre-eklamsia secara pasti belum diketahui, namun pre-eklamsia
sering terjadi pada:
a. Primigravida.
b. Tuanya kehamilan.
c. Kehamilan ganda.

6
7. Prinsip pencegahan pre eklamsia
a. Pencegahan/ANC yang baik: ukuran tekanan darah, timbangan berat badan,
ukur kadar protein tiap minggu.
b. Diagnosa dini/tepat: diet, kalau perlu pengakhiran kehamilan.

8. Penanganan
a. Penanganan pre eklamsia ringan:
1) Rawat jalan
a) Banyak istirahat (berbaring tidur miring).
b) Diet: cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
c) Sedative ringan (jika tidak bisa istirahat) tablet Fenobarbital 3x30 mg
peroral selama 2 hari.
d) Roboransia.
e) Kunjungan ulang tiap 1 minggu.
2) Jika dirawat di Puskesmas atau Rumah Sakit.
a) Pada kehamilan preterm (kurang dari 37 minggu).
(1) Jika tekanan darah mencapai normotensif selama perawatan persalinan
ditunggu sampai aterm.
(2) Bila tekanan darah turun tetapi belum mencapai normotensif selama
perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri pada kehamilan lebih
dari 37 minggu.
b) Pada kehamilan aterm (lebih dari 37 minggu).
Persalinan ditunggu spontan atau dipertimbangkan untuk melakukan
induksi persalinan pada taksiran tanggal persalinan.
3) Cara Persalinan
Persalinan dapat dilakukan spontan bila perlu memperpendek kala II
dengan bantuan bedah obstetri.

7
b. Penanganan pre eklamsia berat di rumah sakit:
Penanganan aktif:
1) Indikasi

Indikasi perawatan aktif ialah bila di dapatkan satu atau lebih keadaan
ini pada ibu:
a) Kehamilan lebih dari 37 minggu.
b) Adanya tanda-tanda impending.
c) Kegagalan terapi pada perawatan konservatif.

Pada janin:
a)        Adanya tanda-tanda fetal distres.
b)        Adanya tanda-tanda IUFD (Marmi,2011).

9. Pentalaksanaan

Prinsip penatalaksanaaan preeklamsia:


a. Melindungi ibu dari efek peningkatan darah
b. Mencegah progesifitas penyskit menjadi eklamsia
c. Mengtasi atau menurunkan resiko janin ( solusio plasenta, pertumbuhan janin
terhambat, hipoksia sampai kematian janin).
d. Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin
setelah matur atau imatur jka diketahui bahwa resiko janin atau ibu akan
lebih berat jika persalinan ditunda lebih lama.

Penatalaksanaan preeklamsi ringan ( TD <140/90 mmHg ):


a. Dapat dikatakan tidak beresiko bagi ibu dan janin
b. Tidak perlu segera diberi obat anti hipertensi dan tidak perlu dirawat, kecuali
tekanan darah meningka terus ( batas aman : 140-150/90-100mmHg
c. Istirahat yang cukup ( berbaring 4 jam pada siang hari dan 8 jam pada malam
hari ) diet rendah garam, tinggi protein.
d. Jika maturitas janin masih lama lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1minggu
e. Indikasi dirawat, jika ada pemburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2
minggu rawat jalan

8
f. Jika dalam perawatan tidak ada perbaikaN, tatalaksana sebagai preeklamsi
berat.

Penatalaksanaan preeklamsi berat ( tekanan darah > 160/90 mmHg). Dapat


ditangani secara konservatif atau aktif:
a. Konservatif berarti kehamilan tetap dipertahankan bersaam dengan
pemberian pengobatan medisinal ( untuk kehamilan < 35 minggu tanpa
disertai tanda inpending eklamsia dengan keadaan janin baik.
b. Penanganan aktif

Apabila ibu memiliki satu atau lebih kriteria berikut:


1) Ada tanda-tanda impending eklamsia
2) Ada HELLP syndrom
3) Ada kegagalan penanganan konservatif
4) Ada tanda-tnda pertumbuhan janin terhambat
5) Usia kehamilan > 35 minggu
6) Mak ibu harus dirawat dirumah sakit, khususnya kamar bersalin
7) Pemberian pengobtan medisianal: anti kejang
8) Terminasi kehamilan : bila pasien belum inpartu dilakukan induksi
persalinan
9) Persalianan SC dilakukan apabila syarat induksi persalinan tidak terpenuhi
atau ada kontraindikasi persalinan pervaginam.

10. Komplikasi

Kejang (eklampsia) Eklampsia adalah keadaan ditemukannya serangan


kejang tibatiba yang dapat disusul dengan koma pada wanita hamil, persalinan
atau masa nifas yang sebelumnya menunjukan gejala preeklampsia
(Prawirohardjo, 2010).
Preeklampsia pada awalnya ringan sepanjang kehamilan, namun pada
akhir kehamilan berisiko terjadinya kejang yang dikenal eklampsia.Jika
eklampsia tidak ditangani secara cepat dan tepat, terjadilah kegagalan jantung,
kegagalan ginjal dan perdarahan otak yang berakhir dengan kematian

9
(Natiqotul,2016).

B. EKLAMSIA
1. Pengertian.

Istilah eklamsi berasal dari bahasa yunani berarti halilintar. Kata


tersebut dipakai karna seolah-olah gejala eklamsi timbul dengan tiba-tiba tanpa
didahului tanda-tanda lain. Eklamsi adalah kelainan akut pada wanita hamil,
dalampersalinan atau nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang atau koma.
Sebelumnya, wanita tersebut menunjukan gejala-gejala preeklamsi ( kejang-
kejang timbul bukan akibat kelainan neurologic ). ( PB POGI,1991 ). Eklamsi
adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam masa persalinan atau nifas yang
ditadai dengan timbulnya kejang atau demam ( Dr. Handaya,dkk ).
Eklamsia merupakan serangan konvulsi yang biasa terjadi pada
kehamilan, tetapi tidak selalu komplikasi dari pre eklamsi. Konvulsi dapat
terjadi sebelum, selama dan sesudah persalinan. Jika ANC dan INC mempunyai
standar yang tinggi, konvulsi postpartum akan lebih sering terhindar. Ini terjadi
lebih dari 48-72 jam setelahnya.  Monitor tekanan darah dan urin untuk
proteinuria harus dilakukan dan dilanjutkan selama periode postpartum
(Marmi,2011).

2. Epidemologi

Frekuensi eklamsi berfariasi. Frekuensi rendah ada umumnya


merupakan petunjuk tentang adanya pengawasan antenatal yang baik dan
penanganan preeklamsia yang sempurna dinegara yang sedang berkembang,
frekuensi dilaporkan berkisar anta 0,3-0,7%. Sedangkan dinegara maju anagka
tersebut lebih kecil, yaitu 0,05-0,1%.
3. Patofisiologi

Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan cairan


yang berlebihan dalam ruang interstitial. Bahwa pada eklampsi dijumpai kadar
aldosteron yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi dari pada
kehamilan normal. Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma

10
dan mengatur retensi air dan natrium. Serta pada eklampsia permehabilitas
pembuluh darah terhadap protein meningkat. Pada plasenta dan uterus terjadi
penurunan aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi plasenta.
Pada hipertensi pertumbuhan janin terganggu sehingga terjadi gawat-janin
sampai menyebabkan kematian karena kekurangan oksigenisasi. Kenaikan
tonus uterus dan kepekaan terhadap perangsangan sering terjadi pada
eklampsia, sehingga mudah terjadi partus prematurus.
Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah ke dalam ginjal
menurun, sehingga menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan pada
ginjal yang penting ialah dalam hubungan dengan proteinuria dan mungkin
dengan retensi garam dan air. Mekanisme retensi garam dan air akibat
perubahan dalam perbandingan antara tingkat filtrasi glomelurus dan tingkat
penyerapan kembali oleh tubulus. Pada kehamilan normal penyerapan ini
meningkat sesuai dengan kenaikan filtrasi glomerulus. Penurunan filtrasi
glomelurus akibat spasmus arteriolus ginjal menyebabkan filtrasi natrium
melalui glomerulus menurun, yang menyebabkan retensi garam dan retensi air.
Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal, sehingga
menyebabkan diuresis turun pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria atau
anuria. Pada retina tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh
pada  beberapa arteri jarang terlihat perdarahan atau eksudat. Pelepasan retina
disebabkan oleh edema intraokuler dan merupakan indikasi untuk pengakhiran
kehamilan . Setelah persalinan berakhir, retina melekat lagi dalam 2 hari sampai
2 bulan. Skotoma, diplopia, dan ambiliopia merupakan gejala yang
menunjukkan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh
perubahan aliran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam
retina.
Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita
eklampsia. Komplikasi disebabkan oleh dekompensasio kordis kiri. Perubahan
pada otak bahwa resistensi pembuluh darah dalam otak pada hipertensi dalam
kehamilan lebih tinggi pada eklampsia. Sehingga aliran darah ke otak dan
pemakaian oksigen pada eklampsia akan menurun. Metabaolisme dan elektrolit
yaitu hemokonsentrasi yang menyertai eklampsia sebabnya terjadi pergeseran

11
cairan dan ruang intravaskuler ke ruang interstisial. Kejadian ini, diikuti oleh
kenaikan hematokrit, peningkatan protein serum, dan bertambahnya edema,
menyebabkan volume darah berkurang, viskositet darah meningkat, waktu
peredaran darah tepi lebih lama. Karena itu, aliran darah ke jaringan diberbagai
bagian tubuh berkurang  akibatnya hipoksia. Dengan perbaikan keadaan,
hemokonsentrasi berkurang, sehingga turunnya hematokrit dapat dipakai
sebagai ukuran perbaikan keadaan penyakit dan berhasilnya pengobatan.
Pada eklampsia, kejang dapat menyebabkan kadar gula darah naik untuk
sementara. Asidum laktikum dan asam organik lain naik, dan bikarbonas
natrikus, sehingga menyebabkan cadangan alkali turun. Setelah kejang, zat
organik dioksidasi sehingga natrium dilepaskan untuk dapat bereaksi dengan
asam karbonik menjadi bikarbaonas natrikus. Dengan demikian, cadangan
alkali dapat pulih kembali. Pada kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen
meningkat. Waktu pembekuan lebih pendek dan kadang-kadang ditemukan
kurang dari 1 menit pada eklampsia.

4. Tanda dan gejala

Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya preeklamsi


dan terjadinya gejala-gejala nyeri kepala daerah frontal, gangguan penglihatan,
mual yang hebat, nyeri di epigastrium dan hiper refleksi. Bila keadaan ini tidak
segera diobati akan timbul kejang. Terutama pada persalinan, bahaya ini besar.
Konvulsi eklamsia dibagi dalam empat tingkat:
a. Tingkat awal ( aura ). Keadaan ini berlangsung kira-kira 30 detik, mata
penderita terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar. Demikian pula
tangannya dan kepala berputar kekiri atau kekanan.
b. Tingkat kejang tonik. Berlangsung kurang dari 30 detik. Dalam tingkat ini
seluruh otot menjadi kaku, wajahnya kelihatan kaku, tangan menggenggam,
kaki membengkok kedalam, pernafasan berhenti, muka mulai menjadi
sianotik, lidah dapat tergigit.
c. Tingkat kejang klonik, berlangsung antara 1-2menit. Semua otot berkontraksi
dan berulang-ulang dalam tempo yang cepat, mulut membuka dan menutup,

12
lidah dapat tergigit, bola mata menonjol, dari mulut keluar ludah yang
berbusa, muka menunjukan kongesti dan sianosis, klien menjadi tidak sadar.
d. Tingkat koma. Lama kesadaran tidak selalu sama secara perlahan-lahan
penderita mulai sadar lagi, akan tetapi dapat terjadi pula bahwa sebelum itu
timbul serangan baru dan berulang sehingga ia tetap dalam koma. Selama
serangan, tekanan darah meninggi, nadi cepat, dan suhu meningkat sampai
40°C.

5. Klasifikasi

Klasifikasi menurut saat terjadinya eklampsi dikenal dengan istilah:


a. Eklampsi antepartum ialah eklampsi yang terjadi sebelum persalinan (paling
sering setelah 20 minggu kehamilan)
b. Eklampsi intrapartum ialah eklampsi sewaktu persalinan.
c. Eklampsi postpartum ialah eklampsi setelah persalinan.

Klasifikasi ditinjau dari tuanya kehamilan


a. Kehamilan trimester pertama   : ( 0 – 12 minggu)
 

b. Kehamilan trimester kedua      : (12 – 28 minggu)


c. Kehamilan trimester ketiga      : (28 – 40 minggu)

6. Etiologi

Dalam eklamsi berat terdapat hipoksia serebral yang disebabkan karena


spasme kuat oedem. Hipoksia serebral menunjukkan kenaikan dysthytmia
serebral dan ini mungkin terjadi karena konvulsi. Beberapa pasien ada yang
mempunyai dasar dysrhytmia serebral dan oleh karena itu konvulsi terjadi
mengikuti bentuk yang lebih kuat dari pre eklamsi.

13
Ada satu tanda eklamsi, bernama konvulsi eklamsi. Empat fasenya
antara lain:
a) Tahap Premonitory. Pada tahap ini dapat terjadi kesalahan jika observasi
pada ibu tidak tetap. Mata dibuka, ketika wajah dan otot tangannya
sementara kejang.
b) Tahap Tonic. Hampir seluruh otot-otot wanita segera menjadi serangan
spasme. Genggamannya mengepal, tangan dan lengannya kaku. Dia
menyatukan gigi dan bisa saja menggigit lidahnya. Kemudian otot
respirasinya dalam spasme, dia berhenti bernafas dan warnanya berubah
sianosis. Spasme ini berlangsung sekitar 30 detik..
c) Tahap Klonik. Spasme berhenti, pergerakan otot menjadi tersendat-sendat
dan serangan menjadi meningkat. Seluruh tubuhnya bergerak-gerak dari
satu sisi kesisi yang lain, sementara terbiasa, sering saliva blood-strained
terlihat pada bibirnya.
d) Tahap Comatose. Wanita dapat tidak sadar dan mungkin nafasnya
berbunyi. Sianosis memudar, tapi wajahnya tetap bengkak. Kadang-
kadang sadar dalam beberapa menit atau koma untuk beberapa jam
(Marmi,2011).

7. Prinsip pencegahan eklamsi

Mencegah timbulnya eklampsi jauh lebih penting dari mengobatinya,


karena sekali ibu mendapat serangan, maka prognosis akan jauh lebih buruk.
Pada umumnya eklampsi dapat dicegah atau frekuensinya dapat diturunkan.
Upaya-upaya untuk menurunkannya adalah dengan ;
a. Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat, bahwa eklampsi
bukanlah suatu penyakit kemasukan (magis), seperti banyak disangka oleh
masyarakat awam.
b. Meningkatkan jumlah poliklinik (balai) pemeriksaan ibu hamil serta
mengusahakan agar semua ibu hamil memeriksakan kehamilannya sejak
hamil muda.

14
c. Pelayanan kebidanan bermutu, yaitu pada tiap-tiap pemeriksaan kehamilan
diamati tanda-tansa preeklampsi dan mengobatinya sedini mungkin.

8. Penangan eklamsi

Tujuan utama penanganan eklampsia adalah menghentikan berulangnya


serangan kejang dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman
setelah keadaan ibu mengizinkan. Penanganan yang dilakukan :
a. Beri obat anti konvulsan
b. Perlengkapan untuk penanganan kejang
c. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
d. aspirasi mulut dan tenggorokan
e. baringkan pasien pada sisi kiri
f. posisikan secar trandelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi
g. berikan oksigen 4 – 6 liter / menit.

Asuhan Ibu Dengan Eklampsi


Penatalaksanaan asuhan pada ibu dengan eklampsi adalah:
1. Segera istirahat baring selama ½-1 jam.
2. Nilai kembali tekanan darah, nadi, pernafasan, reflek patella, bunyi jantung
bayi, dan dieresis
3. Berikan infus terapi anti kejang ( misalnya MgSO4 ) dengan catatan reflek
patella harus (+), pernafasan lebih dari 16 kali per menit serta diuresis baik
(harus sesuai instruksi dokter)
4. Ambil contoh darah untuk pemeriksaan laboratorium, seperti : Hb, Ht,
leukosit, LED, ureum, kreatinin, gula darah, elektolit dan urin lengkap.
5. Bila dalam 2 jam setelah pemberian obat anti kejang (MgSO4), tekanan darah
tidak turun biasanyadiberikan antihipertensi parenteral atau oral sesuai
instruksi dokter.
6. Bila pasien sudah tenang, bisa dinilai keadaan kehamilan pasien dan monitor
DJJ.
7. Siapkan alat-alat pertolongan persalinan

15
8. Postpartum boleh diberikan uterotonika dan perinfus.

1. Penatalaksanaan
a. Menghentikan / mencegah kejang
b. Mempertahankan fungsi organ vital
c. Koreksi hipoksia / asidosis
d. Mengendalikan tekanan darah dalam batas aman
e. Pengakhiran kehamilan

Mencegah / mengatasi penyulit, khususnya krisis hipertensi, untuk


mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin.
Penatalaksanaan umum yang dilakukan pada ibu dengan eklampsia, adalah
sebagai berikut :
a. Ibu dirawat di rumah sakit dengan perawatan intensif.
b. Penanganan kejang :
1) Hindari pemeriksaan yang berulang-ulang untuk mengurangi rangsangan
kejang.
2) Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, suction, masker oksigen,
oksigen) untuk mempertahankan jalan nafas yang bebas, pemberian oksigen,
menghindari tergigitnya lidah).
c. Pemberian cairan intravena
d. Obat-obatan : anti kejang (MgSO4)
e. Sikap dasar : semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri tanpa
memandang umur kehamilan dan keadaan janin. Pertimbangannya adalah
keselamatan ibu. Kehamilan diakhiri bila sudah terjadi stabilisasi
hemodinamika dan metabolisme ibu, cara terminasi dengan prinsip trauma
ibu seminimal mungkin (dr. Handaya, dkk).

2. Komplikasi
a. Solusio plasenta
b. Hipofibrinogemia
c. Hemolisis
d. Perdarahan otak

16
e. Kelainan mata, kehilangan penglihatan untuk sementara yang berlangsung
sampai 1 minggu, perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina. Hal ini
merupakan tanda gawat akan terjadinya apofleksia serebri.
f. Edema baru
g. Nekrosis hati
h. Sindroma HELLP
i. Kelainan ginjal
j. Komplikasi lain: lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh dan DIC.
k. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intrauterine.

C. PENANGANAN UMUM PRE EKLAMPSI DAN EKLAMPSI

Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa


persalinan harus berlangsung dalam 6 jam setelah timbulnya kejang pada
eklampsia.
 Monitoring selama di rumah sakit, Pemeriksaan sangat teliti diikuti dengan
observasi harian tentang tanda-tanda klinik berupa: nyeri kepala, gangguan
visus, nyeri epigastrium, dan kenaikan cepat berat badan. Selain itu, perlu
dilakukan penimbangan berat badan, pengukuran proteinuria, pengukuran
tekanan darah, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan USG dan NST.
 Manajemen umum perawatan preeklampsia berat, Perawatan preeklampsia
berat sama halnya dengan perawatan preeklampsia ringan, dibagi menjadi dua
unsur:
1. Sikap terhadap penyakitnya, yaitu pemberian obat-obat atau terapi
medisinalis.
2. Sikap terhadap kehamilannya ialah: Aktif: manajemen agresif, kehamilan
diakhiri (terminasi) setiap saat bila keadaan hemodinamika sudah stabil.
 Sikap terhadap penyakit: pengobatan medikamentosa Penderita preeklampsia
berat harus segera masuk rumah sakit untuk rawat inap dan dianjurkan tirah
baring miring ke satu sisi (kiri). Perawatan yang penting pada preeklampsia berat
ialah pengelolaan cairan karena penderita preeklampsia dan eklampsia
mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya edema paru dan oliguria. Sebab

17
terjadinya kedua keadaan tersebut belum jelas, terapi faktor yang sangat
menentukan terjadinya edema paru dan oliguria ialah hipovolemia, vasospasme,
kerusakan sel endotel, penurunan gradien tekanan onkotik koloid/pulmonary
capillary wedge pressure.
Oleh karena itu, monitoring input cairan (melalui oral ataupun infus) dan output
cairan (melalui urin) menjadi sangat penting. Artinya harus dilakukan
pengukuran secara tepat berapa jumlah cairan yang dimasukkan dan dikeluarkan
melalui urin. Bila terjadi tanda-tanda edema paru, segera dilakukan tindakan
koreksi. Cairan yang diberikan dapat berupa (a) 5 % Ringer-dekstrose atau cairan
garam faali jumlah tetesan: < 125 cc/jam atau (b) Infus Dekstrose 5 % yang tiap 1
liternya diselingi dengan infus Ringer laktat (60-125 cc/jam) 500cc. Dipasang
Foley catheter untuk mengukur pengeluaran urin. Oliguria terjadi bila produksi
urin < 30 cc/jam dalam 2-3 jam atau < 500 cc/24 jam. Diberikan antasida untuk
menetralisir asam lambung sehingga bila mendadak kejang, dapat menghindari
risiko aspirasi asam lambung yang sangat asam. Diet yang cukup protein, rendah
karbohidrat, lemak, dan garam.

Pengelolaan kejang:

1. Beri obat anti kejang (anti konvulsan)


2. Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, penghisap lendir,
masker oksigen, oksigen)
3. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
4. Aspirasi mulut dan tenggorokan
5. Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi Trendelenburg untuk mengurangi
risiko aspirasi
6. Berikan O2 4-6 liter/menit
7. Pengelolaan umum
8. Jika tekanan diastolik ≥ 110 mmHg, berikan antihipertensi sampai tekanan
diastolik antara 90-100 mmHg
9. Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar no.16 atau lebih
10. Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload

18
MAGNESIUM SULFAT UNTUK PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA
Alternatif I Dosis awal MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40% selama 5 menit
Segera dilanjutkan dengan 15 ml MgSO4 (40%) 6 g dalam
larutan Ringer Asetat / Ringer Laktat selama 6 jam
Jika kejang berulang setelah 15 menit, berikan MgSO4 (40%)
2 g IV selama 5 menit
Dosis Pemeliharaan MgSO4 1 g / jam melalui infus Ringer Asetat / Ringer Laktat
yang diberikan sampai 24 jam postpartum
Alternatif II Dosis awal MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40% selama 5 menit
Dosis pemeliharaan Diikuti dengan MgSO4 (40%) 5 g IM dengan 1 ml Lignokain
(dalam semprit yang sama)
Pasien akan merasa agak panas pada saat pemberian MgSO4
Sebelum pemberian Frekuensi pernafasan minimal 16 kali/menit
MgSO4 ulangan, Refleks patella (+)
lakukan Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir
pemeriksaan:
Hentikan pemberian Frekuensi pernafasan < 16 kali/menit
MgSO4, jika: Refleks patella (-), bradipnea (<16 kali/menit)
Siapkan antidotum Jika terjadi henti nafas:
  Bantu pernafasan dengan ventilator
  Berikan Kalsium glukonas 1 g (20 ml dalam larutan 10%)
IV perlahan-lahan sampai pernafasan mulai lagi

1. Kateterisasi urin untuk pengukuran volume dan pemeriksaan proteinuria


2. Infus cairan dipertahankan 1.5 - 2 liter/24 jam
3. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin
4. Observasi tanda vital, refleks dan denyut jantung janin setiap 1 jam
5. Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru. Adanya krepitasi merupakan
tanda adanya edema paru. Jika ada edema paru, hentikan pemberian cairan dan
berikan diuretik (mis. Furosemide 40 mg IV)
6. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan. Jika pembekuan tidak terjadi
setelah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulopati

19
ANTI KONVULSAN

Magnesium sulfat merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi


kejang pada preeklampsia dan eklampsia. Alternatif lain adalah Diasepam, dengan
risiko terjadinya depresi neonatal.

DIAZEPAM UNTUK PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA


Dosis awal Diasepam 10 mg IV pelan-pelan selama 2 menit
Jika kejang berulang, ulangi pemberian sesuai dosis awal
Dosis pemeliharaan Diasepam 40 mg dalam 500 ml larutan Ringer laktat
melalui infus
Depresi pernafasan ibu baru mungkin akan terjadi bila
dosis > 30 mg/jam
Jangan berikan melebihi 100 mg/jam

ANTI HIPERTENSI

1. Obat pilihan adalah Nifedipin, yang diberikan 5-10 mg oral yang dapat diulang
sampai 8 kali/24 jam
2. Jika respons tidak membaik setelah 10 menit, berikan tambahan 5 mg
Nifedipin sublingual.
3. Labetolol 10 mg oral. Jika respons tidak membaik setelah 10 menit, berikan
lagi Labetolol 20 mg oral.

PERSALINAN

1. Pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam, sedangkan


pada eklampsia dalam 6 jam sejak gejala eklampsia timbul
2. Jika terjadi gawat janin atau persalinan tidak dapat terjadi dalam 12 jam (pada
eklampsia), lakukan bedah Caesar
3. Jika dipilih persalinan pervaginam, dilakukan upaya untuk memperingan kala
II
4. Jika bedah Caesar akan dilakukan, perhatikan bahwa:

20
a. Tidak terdapat koagulopati. (koagulopati merupakan kontra indikasi anestesi
spinal).
b. Anestesia yang aman / terpilih adalah anestesia umum untuk eklampsia dan
spinal untuk PEB. Dilakukan anestesia lokal, bila risiko anestesi terlalu tinggi.
5. Jika serviks telah mengalami pematangan, lakukan induksi dengan Oksitosin 2-
5 IU dalam 500 ml Dekstrose 5% mulai 8 tetes/menit yang dinaikan 4 tetes/15
menit sampai didapat his yang adekuat atau dengan cara pemberian
prostaglandin / misoprostol

PERAWATAN POST PARTUM

1. Anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau kejang yang terakhir
2. Teruskan terapi hipertensi jika tekanan diastolik masih > 90 mmHg
3. Lakukan pemantauan jumlah urin

RUJUKAN

1. Rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap, jika:


a. Terdapat oliguria (< 400 ml/24 jam)
b. Terdapat sindroma HELLP (Hemolysis, Elevated Liver Enzymes & Low
Platelets)
c. Koma berlanjut lebih dari 24 jam setelah kejang

Asuhan Ibu Dengan Eklampsi


Penatalaksanaan asuhan pada ibu dengan eklampsi adalah:
1. Segera istirahat baring selama ½-1 jam.
2. Nilai kembali tekanan darah, nadi, pernafasan, reflek patella, bunyi jantung bayi,
dan dieresis
3. Berikan infus terapi anti kejang ( misalnya MgSO4 ) dengan catatan reflek
patella harus (+), pernafasan lebih dari 16 kali per menit serta diuresis baik
(harus sesuai instruksi dokter)
4. Ambil contoh darah untuk pemeriksaan laboratorium, seperti : Hb, Ht, leukosit,
LED, ureum, kreatinin, gula darah, elektolit dan urin lengkap.

21
5. Bila dalam 2 jam setelah pemberian obat anti kejang (MgSO4), tekanan darah
tidak turun biasanyadiberikan antihipertensi parenteral atau oral sesuai instruksi
dokter.
6. Bila pasien sudah tenang, bisa dinilai keadaan kehamilan pasien dan monitor
DJJ.
7. Siapkan alat-alat pertolongan persalinan
8. Postpartum boleh diberikan uterotonika dan perinfus.

PROSEDUR RUJUKAN

1. Rawat jalan dengan pengawasan pada kasus preeklampsia ringan


2. Rujukan konsultatif dan perawatan medis ke Puskesmas PONED pada
kasus preeklampsia ringan yang tidak menunjukkan perbaikan dengan
istirahat
3. Rujukan konsultatif ke Puskesmas PONED pada kasus dengan hipertensi
kronis dengan/tanpa tanda klinis preeklampsia
4. Rujukan perawatan medis ke rumah sakit kabupaten pada kasus dengan
preeklampsia berat / eklampsia setelah pemberian MgSO4 dosis inisial (4
g iv) maupun dosis pemeliharaan (6 g / 6 jam dalam 500 ml RL)
5. Rujukan perawatan medis diikuti tenaga kesehatan dengan perlengkapan
pencegahan kejang dan kegawatdaruratan medis
6. Pada setiap kasus yang dirujuk harus dilakukan komunikasi terlebih
dahulu / secara bersamaan dengan institusi pelayanan kesehatan tujuan
rujukan

D. KLASIFIKASI HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

DIAGNOSIS TEKANAN DARAH TANDA LAIN


1. HIPERTENSI KRONIK
Hipertensi kronik Hipertensi Kehamilan < 20 minggu
Superimposed preeclampsia Hipertensi kronik Proteinuria dan tanda lain dari

22
preeklampsia
2. HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
Hipertensi Tekanan diastolik ≥ 90 mmHg atau Proteinuria (-)
kenaikan 15 mmHg dalam 2 pengukuran Kehamilan > 20 minggu
berjarak 1 jam
Preeklampsia ringan udem Proteinuria 1+
Preeklampsia berat Tekanan diastolik > 110 mmHg Proteinuria 2+
Oliguria
Hiperrefleksia
Gangguan penglihatan
Nyeri epigastrium
Eklampsia Hipertensi Kejang

BAB III
STUDI KASUS

A. Manajemen Asuhan Kebidanan dalam Bentuk SOAP


Metode 4 langkah pendokumentasian yang disebut SOAP ini dijadikan proses
pemikiran penatalaksanaan kebidanan dipakai untuk mendokumentasikan

23
hasilpemeriksaan klien dalam rekaman medis sebagai catatan perkembangan kemajuan
yaitu:
1. Data Subjektif (S)
Data atau fakta yang merupakan informasi termasuk biodata, mencakup nama, umur,
tempat tinggal, status perkawinan, pendidikan serta keluhan-keluhan, diperoleh dari
hasil wawancara langsung pada pasien atau dari keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya.
2. Data Objektif (O)
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik mencakup inspeksi, palpasi,
auskultasi, peserta pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan radio diagnostik.
3. Assesment (A)
Merupakan keputusan yang ditegakkan dari hasil perumusan masalah yang
mencakup kondisi, masalah dan prediksi terhadap kondisi tersebut.Penegakan
diagnosa kebidanan dijadikan sebagai dasar tindakan dalam upaya menanggulangi
ancaman keselamatan pasien / klien.
4. Planning (P)
Rencana kegiatan mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan oleh bidan dalam
melakukan intervensi untuk memecahkan masalah pasien/klien

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY”F”


DENGAN PREEKLAMSIA RINGAN DI RSUD SAWAHLUNTO TANGGAL 12
AGUSTUS 2019

A. Pengumpulan data
1. Identitas/biodata

24
Nama ibu : Ny”F”
Umur : 41 tahun
Suku/kebangsaan : Minang/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Alamat rumah : Dusun tabu lamo, desa kumbayau, kec. Talawi, Kota
sawahlunto

Nama suami : Tn. “s”


Umur : 42 tahun
Suku/kebangsaan : Minang/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani
B. DATA SUBJEKTIF
Pasien masuk pada tanggal : 4 agustus 2019
Pukul : 11.00 WIB
1. Alasan kunjungan ini : ibu datang dengan surat rujukan dari puskesmas
2. Keluhan utama : sakit kepala, pusing, dan pembengkakan pada kaki
3. Riwayat menstruasi
a. Haid pertama : 13 tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Banyaknya : 2-3 x ganti pembalut
d. Lama : 6-7 hari
e. Sifat darah : Encer dan gumpalan kecil hitam
f. Teratur/tidak : Teratur
g. Dismenorhea : Tidak ada

4. Riwayat kehamilan ini


a. Riwayat kehamilan sekarang
HPHT : 04 desember 2018
Haid bulan sebelumnya : 1 november 2018
Siklus : 28 hari
ANC :4x
Keluhan lain : tidak ada

25
b. Taksiran persalinan : 11 september 2019
c. Keluhan pada
1) Trimester 1 : tidak ada
2) Trimester 2 : pusing dan sakit kepala
3) Trimester 3 : pusing, sakit kepala dan pembengkakan pada kaki
d. Pergerakan janin pertama kali dirasakan ibu : ± usia kehamilan
4 bulan ( 16 minggu )
e. Berapa kali pergerakan janin dalam 24 jam terakhir : ± 20 kali
f. Keluhan yang dirasakan (jelaskan bila ada )
1) Rasa 5 L ( lemah, letih, lesu, lunglai, lelah ) : Tidak ada
2) Mual muntah yang lama : Tidak ada
3) Panas menggigil : Tidak ada
4) Nyeri perut : Tidak ada
5) Sakit kepala yang hebat : Tidak ada
6) Penglihatan kabur : Tidak ada
7) Rasa nyeri/panas waktu BAK : Tidak ada
8) Rasa gatal pada vulva, vagina dan sekitarnya : Tidak ada
9) Pengeluaran cairan pervaginam : Tidak ada
10) Nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai : Tidak ada
11) Oedema : Tidak ada
12) Obat-obatan yang dikonsumsi : Tidak ada

5. Pola makan
Makan sehari-hari
- Pagi : 1 piring sedang nasi + 1 potong lauk + 1 mangkok
kecil sayur + 2 gelas air putih
- Siang : 1 piring sedang nasi + 1 potong lauk + 1 mangkok
kecil sayur + 2 gelas air putih + 1 bh pisang
- Malam : 1 piring sedang nasi + 1 potong lauk + 2 gelas air
putih
6. Perubahan pola makan yang dialami
( termasuk ngidam, nafsu makan, dll) : Tidak ada
7. Pola eliminasi
a. BAB
1) Frekuensi : 1 x sehari
2) Warna : Coklat kehitaman

26
3) Intensitas : lembek- keras
4) Keluhan : Tidak ada
b. BAK
1) Frekuensi : 7-8 x sehari
2) Warna : Jernih kekuningan
3) Intensitas : Cair
4) Keluhan : Tidak ada
8. Aktivitas sehari-hari
a. Pekerjaan : Tidak Terganggu
b. Seksualitas : Tidak Terganggu
9. Pola istirahat dan tidur
a. Siang : + 1 jam
b. Malam : + 7 jam

10. Imunisasi
a. TT 1 : ada
b. TT 2 : ada

11. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu


N Tgl lahir Usia Jenis Tempat Peno Komplikasi Bayi Nifas
o keham persalinan persalin long Ibu Bayi Sek PB/BB Keada loche Lakt
ilan an s an a asi

1. 1999 38-39 Spontan rumah duku - - ♀ 49/290 Baik Norm Ada


mgg n 0 al

2. 2003 39-40 Spontan puskesm Bida - - ♂ 50/330 Baik Norm Ada


mgg as n 0 al

3 2009 39-40 spontan puskesm bidan - - ♂ 49/300 baik Nor Ada


mgg as 0 mal

12. Kontrasepsi yang pernah digunakan dan lamanya menggunakan : KB suntik 3


bulan
13. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit
1) Jantung : Tidak ada
2) Hipertensi : Tidak ada

27
3) Ginjal : Tidak ada
4) DM : Tidak ada
5) Asma : Tidak ada
6) TBC : Tidak ada
7) Epilepsi : Tidak ada
8) PMS : Tidak ada
b. Riwayat alergi
1) Jenis makanan : Tidak ada
2) Jenis obat-obatan : Tidak ada
c. Riwayat transfusi darah : Tidak ada
d. Riwayat pernah mengalami kelainan jiwa : Tidak ada
14. Riwayat kesehatan keluarga
a. Penyakit yang pernah di derita
1) Jantung : Tidak ada
2) Hipertensi : Tidak ada
3) Ginjal : Tidak ada
4) DM : Tidak ada
5) Asma : Tidak ada
6) TBC : Tidak ada
7) Epilepsi : Tidak ada
b. Riwayat kehamilan
1) Gemeli ( kembar ) : Tidak ada
2) Lebih dari dua : Tidak ada
c. Kelainan psikologi : Tidak ada
15. Keadaan sosial
a. Status perkawinan : Sah
b. Perkawinan ke :1
c. Kawin I tahun : 1998
d. Setelah kawin berapa lama baru hamil : 8 bulan
e. Kehamilan ini
1) Direncanakan : Iya
2) Diterima : Iya
f. Hubungan dengan anggota keluarga : Baik
g. Hubungan dengan tetangga dan masyarakat : Baik
h. Jumlah anggota keluarga : 5 orang

28
16. Keadaan ekonomi
a. Penghasilan perbulan : ± 2.000.000
b. Penghasilan perkapita : ± 400.000
17. Kegiatan spiritual : ibu melaksanakan
shalat 5 waktu

A. DATA OBJEKTIF (Pemeriksaan Fisik )

1. Status emosional : Baik


2. Tanda vital
a. Tekanan darah : 150/100 mmHg
b. Nadi : 84 x/menit
c. Pernafasan : 20 x/menit
d. Suhu : 36,7°C
e. BB sebelum hamil : 68 Kg
f. BB sekarang : 77 Kg
g. TB : 158 Cm
h. Lila : 26 Cm
3. Pemeriksan khusus
a. Inspeksi
1) Kepala
a) Rambut : Bersih, hitam, tidak ada ketombe
b) Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak
ikterik, pergerakan bola mata baik
c) Muka : Tidak oedema dan tidak pucat
d) Mulut : Bersih, tidak ada stomatitis
2) Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjat tiroid
dan kelenjar limfe

3) Payudara
a) Bentuk : Simetris
b) Puting susu : Menonjol
c) Benjolan : Tidak ada
d) Pengeluaran : Ada
e) Rasa nyeri : Tidak ada

29
4) Abdomen
a) Pembesaran : Sesuai usia kehamilan
b) Bekas luka operasi : Tidak ada
c) Linea : Nigra
d) Striae : Tidak ada
5) Genitalia
a) Vulva dan Vagina
- Varices : Tidak dilakukan
- Oedema: Tidak dilakukan
- Luka : Tidak dilakukan
- Kemerahan : Tidak dilakukan
6) Ekstremitas
a) Atas
- Oedema : Tidak ada
- Sianosis : Tidak ada
b) Bawah
- Oedema : Terdapat oedema pada kedua kaki
- Sianosis : Tidak ada
b. Palpasi
1) Leopold
- Leopold I : TFU 1 jari di bawah px, teraba bulat, lunak,
tidak melenting, kemungkinan bokong janin.
- Leopold II : Pada sisi kanan perut ibu teraba panjang,
keras, memapan, kemungkinan punggung janin, sisi
kiri perut ibu teraba tonjolan-tonjolan kecil,
kemungkinan ekstremitas janin.
- Leopold III : Pada bagian bawah perut ibu teraba bulat,
keras, memapan, kemungkinan kepala janin, masih
bisa digoyangkan, kemungkinan belum masuk PAP.
- Leopold IV : -
- Mc. Donald : 34 cm
- TBJ : 3255 gr
c. Auskultasi
DJJ
- Frekuensi : 140 X/Menit
- Irama : Teratur
- Intensitas : Kuat

30
d. Perkusi
1) Reflek Patella Kanan : Positif
2) Reflek Patella Kiri : Positif
e. Pemeriksaan panggul luar
1) Distansia spinarum : normal sesuai dengan persalinan
yang lalu
2) Distansia cristarum : normal sesuai dengan persalinan
yang lalu
3) Conjunggata eksterna : normal sesuai dengan persalinan
yang lalu
4) Distansia intertuberum : normal sesuai dengan persalinan
yang lalu
5) Lingkar panggul : normal sesuai dengan persalinan
yang lalu
f. Pemeriksaan laboratorium
1) Kadar Hb : 11,4 gr% / dl
2) Gol. Darah : AB
3) Proteine Urine : (+) pemeriksaan di PUSKESMAS
4) Glukosa urine : (-) pemeriksaan di PUSKESMAS

31
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL NY”F” G4P3A0H3
USIA KEHAMILAN 35-36 MINGGU DENGAN PRE EKLAMPSIA RINGAN
DI RSUD SAWAHLUNTO KOTA SAWAHLUNTO

S O A P Paraf
Tanggal 1. Keadaan umum : Diagnosa : 11.05 1. Menginformasikan pada ibu dan
: 04 baik G4P3A0H3 WIB keluarga bahwa kondisi ibu dan janin
agustus a. TTV : usia baik dengan mengalami preeklamsia
2018 - TD : kehamilan ringan
Pukul : 140/100 35-36
11.00 mmHg minggu, E : Ibu mengerti dengan informasi
WIB - S : 36,7 janin yang diberikan
°C hidup, 11.08 2. Memberikan dukungan psikologis
1. Ibu - P : 20 tunggal, WIB dan spiritual pada ibu dan keluarga
mengata x/menit intra
kan - N: 84 uterine, E : ibu merasa lebih tenang dan
HPHT x/menit Pres-kep, senantiasa berdoa kepada Tuhan
tanggal - BB pu-ka, KU Yang
04 Sebelum : ibu dan Maha Esa
desembe 68 kg janin baik
r 2016 - BB dengan 11.13 3. Menjelaskan pada ibu bahwa pola
2. Ibu Sekarang : pre WIB istirahat yang baik bagi ibu hamil
mengata 77 kg eklampsia adalah tidur siang 1-2 jam, dan
kan - TB : 158 ringan malam 7-8 jam, agar ibu tidak
hamil cm Masalah : kelelahan, karena kelelahan bisa
keempat - Lila : 26 - Ibu berdampak tidak baik bagi ibu dan
dan cm susah tidur janin.
tidak

32
pernah 2. Inspeksi : dalam Kebutuhan
kegugur batas normal : antisipasi 11.17 E : Ibu mengerti tentang pola
an masalah WIB istirahat ibu hamil
3. Ibu 3. Palpasi : yang ada
mengata a. L I :
kan TFU 1 jari
umur di bawah Px, 4. Menganjurkan ibu jika tidur posisi
kehamila teraba bulat, 11.20 miring kiri yang bertujuan untuk
nnya lunak, tidak WIB melancarkan oksigen ke janin.
sekarang melenting, E : ibu mengerti dan akan
±8 bulan kemungkina melakukannya.
4. Ibu n bokong
mengelu janin. 5. Menganjurkan ibu untuk
h kadang menghitung gerakan janinnya untuk
mengala b. L II : memantau kesehatan janinnya yaitu
mi Pada sisi 11.23 minimal 1 gerakan dalam 1 jam.
pusing kanan perut WIB
dan sakit ibu teraba E : ibu mengerti cara menghitung
kepala panjang, gerakan janinnya.
5. Ibu keras,
mengata memapan,
kan 6. Menganjurkan ibu untuk memantau
kemungkina
khawatir tanda-tanda terjadinya preeklamsia
n punggung
dengan berat yaitu :
janin. Pada
kehamila - sakit kepala
sisi kiri
nnya - rasa nyeri di daerah perut
teraba
- penglihatan kabur
tonjolan-
- mual sampai muntah dan
tonjolan 11.26 gangguan kesadaran
kecil

33
kemungkina WIB
n E : Ibu mengerti dengan penjelasan
ekstremitas yang diberikan dan mau ke fasilitas
janin. kesehatan terdekat apabila terjadi
c. L III : tanda-tanda preeklamsia berat.
pada bagian
bawah perut 7. Menjelaskan pada ibu tentang 9
ibu teraba tanda bahaya pada kehamilan
bulat, keras, seperti:
melenting, - Sakit kepala yang menetap
kemungkina - Gangguan penglihatan
n kepala - Oedema pada wajah dan tungkai
janin, masih - Mual dan muntah yang
bisa di berlebihan
goyangkan, - Nyeri perut yang hebat
kemungkina - Penurunan gerakan janin
n belum 11.30 - Pendarahan pervaginaam
masuk PAP. WIB - Demam yang hebat
d. L IV : - Kejang
posisi
tangan E : ibu mengerti dan mampu
konvergen. menyebutkan tanda bahaa kehamilan
e. Mc.
Donald : 34
cm 8. Menjelaskan pada ibu tentang tanda-
f. TBBJ : tanda persalinan dan segera ke
3255 gr fasilitas kesehatan bila hal tersebut
telah ada
11.34 - Keluar air-air dari jalan
4. Aukultasi
lahir

34
- DJJ : WIB - Keluar lendir bercampur
positif darah dari jalan lahir
- Frek : - Nyeri pinggang menjalar
140 x/menit ke ari-ari
- Irama :
teratur E : Ibu mengerti dan akan segera ke
- Intensita fasilitas kesehatan bila hal tersebut
s : kuat telah ada
- Punc. 9. Menginformasikan pada ibu untuk
Maksimum : mempersiapkan persalinan seperti:
kuadran
kanan - Biaya persalinan
bawah perut - Perlengkapan ibu dan bayi
ibu 11.38
- Pendamping persalinan
WIB
- Transportasi
5. Perkusi
- Reflek E : Ibu mengerti dan mengatakan
patella :
telah mempersiapkan sebagian dan
positif kiri
dan kanan akan melengkapinya.
- Ekstremi
tas : oedema 10. Memberikan ibu obat nifedipin 10
pada kedua ml (2x1) sehubungan dengan
kaki tekanan darah ibu yang tinggi dan
11.41 menganjurkan ibu untuk meminum
WIB setiap hari dan teratur dengan
6. Pemeriksaan labor : jadwal minum yang telah diberikan
- Hb :
11,4 gr % / E : ibu mengerti dan mengatakan

35
dl akan meminum obatnya sesuai
- Protein jadwal.
urine : +
11. Menganjukan ibu untuk datang
memeriksakan diri 1 minggu lagi
atau bila ada keluhan yang dirasakan
ibu

E : Ibu mengatakan akan


memeriksakan diri 1 minggu lagi
atau bila ada keluhan

36
37
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria akibat
kehamilan, setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan.
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan
atau nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang atau koma.
Eklampsi merupakan salah satu dari tiga besar penyebab kematian ibu di
seluruh dunia, bukan hanya di Indonesia. Di Negara-
negara berkembang, frekuensi PE-E dilaporkan berkisar antara 0,3%-
0,7%, sedangkan di negara-negara maju angka tersebut lebih kecil
yaitu 0,05% 0,1%.

B.  Saran

1. Untuk pemerintah hendaknya program untuk menurunkan angka kematian


ibu benar-benar dijalankan bukan hanya selogan saja.
2. Perlu ditingkatkan promosi dan pendidikan KIA hingga tingkat Rumah
Tangga.
3. Program pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu hendaknya
dapat menjangkau seluruh provinsi yang ada di Indonesia
4. Setiap wanita hamil hendaknya melakukan kunjungan antenatal selama
periode antenatal untuk mencegah komplikasi kehamilan secara dini

38

Anda mungkin juga menyukai