Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian bagi bayi khususnya neonatus merupakan indicator dalam
menilai status kesehatan masyarakat suatu bangsa dan kini digunakan juga sebagai
ukuran untuk menilai kualitas pengawasan antenatal.
Dalam 30 tahun terakhir ini angka kematian bayi turun dengan mencolok, tapi
angka kematian perinatal dalam 10 tahun terakhir kurang lebih menetap. Misi MPS
(Making Pregnancy Safer) di Indonesia tahun 2001-2010 antara lain adalah
menurunkan angka kematian neonatal menjadi 16 per 1000 kelahiran hidup dari 77,3-
137,7 per 1000 (referrai hospital) untuk mencapai sasaran tersebut. Intervensi yang
sangat kritis adalah tersedianya tenaga penolong persalinan yang terampil dan dapat
memberikan pelayanan medik. Dengan adanya standart pelayanan medik. Dengan
adanya standar tersebut para petugas kesehatan mengetahui kinerja apa yang
diharapkan dari mereka apa yang harus mereka lakukan pada setiap tingkat pelayanan,
serta kompetensi apa yang diperlukan.
Mengingat masa neonata/bayi baru lahir adalah masa penentu. Perkembangan dan
pertumbuhan bayi / anak selanjutnya serta diperlukan perhatian dan penanganan yang
terpadu dan berkesinambungan, maka kami tertarik untuk mengambil kasus bayi baru
lahir.
Kasus yang kami ambil adalah mengenai perawatan tali pusat di masyakarat yang
mana masih banyak masyarakat menggunakan cara lama yaitu dengan membalut dan
memberikan ramu-ramuan, alkohol maupun betadine. Yang mana berdasarkan
penelitian terkini bahwa cara yang demikian akan memperlambat keringnya tali pusat
dan menyebabkan infeksi tali pusat maupun tetanus neonatorum. Karena tali pusat
yang lembab mengundang berkembangnya kuman yang mengakibatkan infeksi dan
tetanus.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana five level health promotion pada perawatan tali pusat ?
2. Bagaimana transtheoritical Model pada perawatan tali pusat ?
3. Bagaimana Kerangka Prcede-Proceed pada perawatan tali pusat ?
4. Bagaimana SAP Pada Perawatan Tali Pusat ?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui five level health promotion pada perawatan tali pusat
2. Untuk mengetahui transtheoritical Mode pada perawatan tali pusat
3. Untuk mengetahui kerangka proced-precede pada perawatan tali pusat
4. Untuk mengetahui SAP pada perawatan tali pusat

2
BAB II
KAJIAN TEORI
A. PENGERTIAN PROMOSI KESEHATAN
WHO (1984) dalam Kholid Ahmad (2015:1) “merevitalisasi pendidikan kesehatan
dengan istilah promosi kesehatan , kalau pendidikan kesehatan diartikan sebagai upaya
perubahan perilaku, makan promosi kesehatan tidak hanya untuk merubah perilaku
tetapi juga perubahan lingkungan yang memfasilitasi perubahan perilaku tersebut”.
Kemudian Lawrence Green (1984) dalam Kholid Ahmad (2015:1) juga menjelaskan
bahwa Promosi Kesehatan adalah “segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan
intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik dan organisasi, yang dirancang untuk
memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.”.
Lalu Depkes RI (2004) dalam Kholid Ahmad (2015:2) juga menjelaskan bahwa
promosi kesehatan adalah “ upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
pembelajaran dari, oleh, untuk, bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya
sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial
budaya setempat dan di dukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan ialah segala bentuk tindakan dan
upaya yang dilakukan bersama, tidak hanya untuk merubah perilaku tetapi juga merubah
lingkungan yang memfasilitasi perubahan perilaku tersebut.

B. LIMA TAHAP PENCEGAHAN PENYAKIT (FIVE LEVEL PREVENTION)


LEAVEL AND CLARK
Sesuai international standard yang dibuat oleh Leavel dan Clark, ada lima tahap
pencegahan penyakit dalam mewujudkan masyarakatyang sehat.

3
1. Health Promotion atau promosi kesehatan : Promosi kesehatan ini berisi ajakan
untuk hidup sehat.

2. Spesific Protection atau perlindungan kesehatan :Tahap ini merupakan


penerapan dari praktek hidup sehat.

3. Early Diagnose + Prompt Treathment) atau (Deteksi Dini + Penanganan


Segera): Tahap ini adalah penanganan jika telah ditemukan penyakit atau indikasi
penyakit. Contohnya adalah IVA test / Papsmear ternyata terdeteksi kanker maka
dilakukan penangan segera, test Urine, Test HB, Skrinning Tumbuh Kembang.

4.  Disability Limitation atau mencegah kecacatan : Tahap ini untuk membatasi


cacat atau penyakit yang sudah terlanjur menyerang atau menjangkiti seseorang.
Contohnya : Ibu hamil dengan PEB beresiko melahirkan normal untuk mencegah
kecacatan maka dilakukan operasi cecar. Hb rendah untuk mencegah perdarahan
saat persalinan maka dilakukan perbaikan gizi.

5. Health Rehabilitation atau pemulihan kembali : Tujuan dari rehabilitasi ini


adalah untuk mengajari pasien kembali ke kondisi sebelumnya (kondisi sehat
bebas dari penyakit).

C. TRANSTHEORETICAL MODEL
1. Precontemplation
Langkah dimana orang-orang tidak mempunyai niat untuk bertindak dimasa
yang akan datang. Orang-orang yang mungkin termasuk di langkah ini adalah mereka
yang tidak diberitahu tentang konsekuensi dari perilaku mereka. Mereka bersifat
menentang atau tanpa motivasi .
Pada tahap precontamplation menuju ke contamplation melalui proses :
Peningkatan kesadaran : memberikan informasi.
Dramatic relief : adanya reaksi secara emosional
Environmental reevaluation : mempertimbangkan pandangan ke lingkungan.

4
2. Contemplation / Perenuangan.
Orang-orang berniat untuk merubah perilakunya. Tahapan ini
menyeimbangkan anatara biaya dan keuntungan untuk menghasilkan 2 sifat
bertentangan yang dapat menyimpan dalam periode lama. Belum membuat keputusan
yang tepat untuk suatu reaksi.
Pada tahap contemplation ke preparation melalui proses :
Self-reevaluation    : penilaian kembali pada diri sendiri

3. Preparation / Persiapan.
Langkah dimana orang-orang berniat untuk mulai bertindak di masa
mendatang. Secara khas mereka mengambil keputusan penting dari masa yang lalu.
Pada tahap preparation ke action melalui proses : self liberation

4. Action/ Tindakan
Langkah dimana orang sudah memodifikasi spesifik antara pikiran dengan
perilaku. Mulai aktif berperilaku yang baru.
Pada tahap action ke maintenance melalui proses :
Contingency management : adanya penghargaan, bisa berupa punishment juga.
Helping relationship : adanya dorongan / dukungan dari orang lain untuk
mengubah perilaku.
Counter conditioning : alternatif lain dari suatu perilaku.
Stimulus control : adanya control pengacu untuk merubah perilaku.

5. Maintenance / Pemeliharaan
Dimana orang-orang sedang aktif untuk mencegah berbuat tidak baik lagi.
Suatu langkah yang mana diperkirakan untuk terakhir. Ketika hasil dari maintenance
positif / dapat mengubah perilaku yang lebih baik maka akan terjadi termination /
penghentian.
Ketika setelah maintenance terjadi relaps maka bisa kembali pada tahap
contemplation-preparation-action-maintence. Tidak lagi kembali ke
Precontemplation, karena sudah ada kesadaran / niat.

5
D. MENETAPKAN SASARAN
1. Sasaran primer
Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan atau
promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat
dikelompokkan menjadi kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan
menyusui untuk masalah KIA (kesehatan ibu dan anak), anak sekolah untuk kesehatan
remaja, dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan terhadap sasaran primer ini
sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empow-erment).
2. Sasaran sekunder
Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut sasaran
sekunder karena dengan memberikan pendidikan kesehatan pada kelompok ini
diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan pada
masyarakat disekitarnya. Disamping itu dengan perilaku sehat para tokoh masyarakat
sebagai hasil pendidikan kesehatan yang diterima, maka para tokoh masyarakat ini akan
memberikan contoh atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat sekitarnya.
3. Sasaran tersier
Para pembuat keputusan atau penentuan kebijakan baik ditingkat pusat, maupun
daerah adalah sasaran tersier pendidikan kesehatan dengan kebijakan – kebijakan atau
keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap
perilaku para tokoh masyarakat (sasaran sekunder), dan juga kepada masyarakat umum
(sasaran primer). Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran tersier ini
sejalan dengan strategi advokasi

E. KERANGKA PRECEDE AND PROCEED


Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan.
Kesehatan seseorang atau masyrakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor
perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour causes).
Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor :
1. Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.
2. Faktor-faktor pendukung (Enabling factors), yang terwujud dalam fasilitas-
fasilitas atau sarana-sarana, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.
3. Faktor-faktor pendorong (Renforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan

6
Perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi
dari perilaku masyarakat.
Menurut Green (1980) penggunaan kerangka kerja PRECEDE and
PROCEED adalah sebagai berikut:
PRECEDE terdiri dari:
1.      Predisposing;
2.      Reinforcing;
3.      Enabling cause in educational diagnosis and evaluation
PROCEED terdiri dari:
1.      Policy
2.      Regulation
3.  Organizational and environmental development

a) Fase 1 (diagnosa sosial)


Adalah proses penentuan persepsi seseorang terhadap kebutuhan dan
kualitas hidupnya dan aspirasi untuk lebih baik lagi, dengan penerapan berbagai
informasi yang didesain sebelumnya. Adapun untuk melakukan diagnosa sosial
dilaksanakan dengan mengidentifikasi masalah kesehatan melalui review
literature (hasil-hasil penelitian), data (misalnya BPS, Media massa), group
method.

b) Fase 2 (diagnosa epidemiologi)


Masalah kesehatan merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap
kualitas hidup seseorang, baik langsung maupun tidak langsung. Yaitu
penelusuran masalah-masalah kesehatan yang dapat menjadi penyebab dari
diagnosa sosial yang telah diprioritaskan. Ini perlu dilihat data kesehatan yang
ada dimasyarakat berdasarkan indikator kesehatan yang bersifat negatif yaitu
morbiditas dan mortalitas, serta yang bersifat positif yaitu angka harapan hidup,
cakupan air bersih, cakupan rumah sehat.

c) Fase 3 (diagnosa perilaku dan lingkungan)


Untuk mendiagnosa lingkungan diperlukan lima tahap, yaitu: membedakan
penyebab perilaku dan non perilaku; menghilangkan penyebab non perilaku yang

7
tidak bisa diubah; melihat important faktor lingkungan, melihat changeability
faktor lingkungan, memilih target lingkungan.

d)  Fase 4 (diagnosa pendidikan dan organisasi )


Mengidentifikasi kondisi-kondisi perilaku dan lingkungan yang status
kesehatan atau kualitas hidup dengan memperhatikan faktor-faktor penyebabnya.

e) Fase 5 (diagnosa administrasi dan kebijakan)


Pada fase ini dilakukan analisis kebijakan, sumber daya dan kejadian-
kejadian dalam organisasi yang mendukung atau menghambat perkembangan
promosi kesehatan.

F. DEFINISI BAYI BARU LAHIR


Yulianti dan Rukiyah (2013 : 2) menyatakan bahwa “Bayi baru lahir adalah bayi yang
lahir pada usia kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dengan berat badan lahir 2.500-
4000 gram”. M. Sholeh Kosim, (2007) juga menjelaskan bahwa “bayi baru lahir normal
adalah berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan
tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat bayi baru lahir  adalah bayi yang
lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu, memiliki berat lahir 2500
gram sampai 4000 gram”. 
Bayi baru lahir dapat dilahirkan melalui 2 cara, secara normal melalui vagina atau
melalui operasi cesar. Bayi baru lahir harus mampu beradaptasi dengan lingkungan yang
baru karena setelah plasentanya dipotong maka tidak ada lagi asupan makanan  dari ibu
selain itu kondisi bayi baru lahir masih rentan terhadap penyakit. Karena itulah bayi
memerlukanperawatan yang insentif. Jagalah kebersihan bayi dan berikan nutrisi yang
cukup kepada bayi melalui ASI.

G. PERAWATAN BAYI BARU LAHIR


Dalam Asuhan Pertolongan Persalinan Normal (2014:113) menjelaskan bahwa
perawatan Bayi Baru Lahir diantaranya :
1. Pencegahan Infeksi
2. Pencegahan Perdarahan
3. Pencegahan Infeksi Mata
4. Menjaga suhu bayi agar tetap hangat
8
5. Perawatan Tali Pusat
6. Pemberian ASI dan MP-ASI
7. Pemberian Imunisasi
H. PERAWATAN TALI PUSAT
1. Pengertian Tali pusat

Tali pusat merupakan sebuah saluran kehidupan bagi janin selama dalam
kandungan. Tali pusat merentang dari pusat janin ke permukaan plasenta (kakak
anak) dan mempunyai panjang normal kurang lebih 50-55 cm, dengan ketebalan
sekitar 1-2 cm, tali pusat dianggap berukuran pendek, jika panjang normal kurang
dari 40 cm. Tali pusat merupakan jembatan penghubung antara kakak anak dan
janin. Jadi tali pusat tidak hanya mencakup fungsi pernapasan saja, tapi seluruh
aktivitas yang ada di kakak anak (palsenta) yakni menyalurkan zat-zat yang
dibutuhkan oleh janin, baik untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal,
serta berperan sebagai saluran untuk mengeluarkan bahan-bahan sisa yang tidak
dibutuhkan oleh janin seperti urea dan gas karbondioksida. Lalu, akan
dikembalikan ke peredaran darah ibu yang kemudian dikeluarkan dari tubuh ibu
(Riksani, 2012).
Selama hamil, plasenta (kakak anak) menyediakan semua nutrisi untuk
pertumbuhan dan menghilangkan produk sisa secara terus-menerus melalui tali
pusat.
Setelah lahir, tali pusat mengering dengan cepat, mengeras dan berubah
warnanya menjadi hitam (suatu proses yang disebut gangren kering). Proses ini
dibantu oleh paparan udara. Pembuluh umbilical tetap berfungsi selama beberapa
hari, setelah resiko infeksi masih tetap tinggi sampai tali pusat terpisah (Trotter,
2010)

9
Jadi kesimpulnnya Tali pusat adalah saluran kehidupan bagi janin selama
dalam kandungan.  Dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang
selama 9 bulan 10 hari menyalurkan zat-zat gizi dan oksigen ke janin.  Tetapi
begitu bayi lahir, saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong
dan diikat atau dijepit.

2. Pengertian Perawatan Tali Pusat


Perawatan tali pusat adalah tindakan perawatan pada tali pusat bayi baru
lahir sejak dipotongnya tali pusat sampai tali pusat puput atau kering dengan
tujuan untuk mencegah infeksi pada tali pusat bayi dan mempercepat
penyembuhan luka bekas pemotongan tali pusat (Sodikin, 2009).
Perawatan tali pusat adalah upaya untuk mencegah infeksi tali pusat
dengan tindakan sederhana yakni tali pusat dan daerah sekitar tali pusat selalu
bersih dan kering, selalu mencuci tangan dengan air bersih dan menggunakan
sabun, dan tidak membubuhkan apapun pada sekitar daerah tali pusat
(Sodikin,2012)
Jadi kesimpulannya perawatan tali pusat merupakan suatu tindakan
perawatan pada tali pusat bayi baru lahir sejak dipotongnya tali pusat sampai tali
pusat puput, dengan tujuan untuk mencegah infeksi pada tali pusat bayi dan
mempercepat penyembuhan luka bekas pemotongan tali pusat/ puput tali pusat.

3. Tujuan perawatan tali pusat


Tujuan dari perawatan tali pusat menurut Sodikin (2009) ada empat, yaitu:
a. Mencegah terjadinya infeksi.
b. Mempercepat proses pengeringan tali pusat.
c. Mempercepat terlepasnya tali pusat.
d. Mencegah terjadinya tetanus pada bayi baru lahir.

4. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan tali pusat menurut


Sodikin (2009), yaitu :
a) Jangan menggunakan plester dalam membalut tali pusat bayi karena dapat
menyebabkan iritasi sekitar daerah tali pusat.
b) Daerah tali pusat dan sekitarnya harus selalu dalam keadaan kering dan
bersih
10
c) Jangan mengoleskan alkohol atau betadine pada tali pusat karena akan
menyebabkan tali pusat menjadi lembab.
d) Jangan membungkus pusat atau mengoleskan bahan atau ramuan apapun
ke puntung tali pusat.
e) Lipatlah popok di bawah puntung tali pusat
f) Bila terdapat tanda-tanda infeksi pada tali pusat, seperti kemerahan atau
mengeluarkan nanah atau darah dan berbau segera hubungi petugas
kesehatan.
5. Waktu Perawatan Tali Pusat Waktu untuk melakukan perawatan tali pusat
menurut Sodikin (2009), yaitu :
a) Sehabis mandi pagi atau sore.
b) Sewaktu-waktu bila balutan tali pusat basah oleh air kencing atau kotoran
bayi.
c) Lakukan sampai tali pusat puput atau kering.

6. Hal-hal yang akan terjadi jika perawatan tali pusat kurang baik
Menurut Sodikin (2012), Perawatan tali pusat tidak steril akan
mengakibatkan beberapa gangguan kesehatan pada bayi, diantaranya tetanus
neonatorum dan omfalitis. Untuk mencegah hal tersebut ibu di tekankan untuk
mengetahui tanda dan gejala adanya infeksi tali pusat bayi mereka yang dapat
disebabkan karena spora Clostridium tetani dan bakteri stapilokokus,
streptokokus, atau bakteri gram negatife.  Tanda dan gejala infeksi tali pusat pada
bayi yaitu :
1. Bayi tiba-tiba panas dan tidak mau menetek atau tidak dapat menyusu
karena trismus (sebelumnya bayi menyusu seperti biasa)
2. Adanya mulut yang mencucu seperti mulut ikan (karpermond),
3. mudah dan sering kejang disertai sianosis (membiru), suhu meningkat,
kuduk kaku, sampai opistotonus.

Kurangnya perawatan tali pusat pada bayi baru lahir dapat menyebabkan
tetanus bayi, yang ditandai dengan :
a. Tali pusat berwarna merah, basah, dan kotor, yang kemungkinan tapi pusat
bernanah.
b. Kesulitan menyusui

11
c. Mulut tidak bisa dibuka
d. Kejang-kejang bila disentuh, kena sinar atau mendengar suara keras
e. Kadang demam (Iis Sinsin, 2008).

7. Cara Perawatan Tali Pusat


Menurut rekomendasi WHO, untuk perawatan sehari-hari tali pusat cukup
dengan membersihkan tali pusat dengan air dan sabun. Penelitian sebelumnya
yang dilakukan Dore membuktikan adanya perbedaan perawatan antara perawatan
tali pusat yang menggunakan alkohol pembesih dan dibalut kain steril. Ia
menyimpulkan bahwa tali pusat yang dirawat dengan cara alami lebih cepat dalam
waktu pengeringan dibandingkan perawatan tali pusat dengan menggunakan
alkohol.Penelitian lainnya yang dilakukan Kurniawati menyimpulkan bahwa
perawatan tali pusat dengan menggunakan prinsip udara terbuka (tidak menutup
tali pusat menggunakan kassa/pembalut), waktu yang dibutuhkan untuk
mengering lebih cepat dibandingkan perawatan tali pusat dengan menggunakan
Air Susu Ibu (ASI).
Menurut Surat edaran tentang panduan ini, pertama kali dipublikasikan
pada tahun 2004 dan sesuai dengan nasihat terbaru berdasarkan bukti yang ada
(Trotter,2008 b) memberitahukan perawatan tali pusat dengan menjagalah area
sekitar tali pusat agar tetap bersih dan kering. Cara terbaik untuk melakukannya
adalah dengan membiarkan daerah ini dan tidak memberikan apapun setelah
mandi pertama kali dalam air bersih biasa, tepuk-tepuk agar kering dengan handuk
bersih. Lipat kembali popok, pada setiap kali ganti, sampai tali pusat lepas
(Trotter, 2010).
Kesimpulannya perawatan tali pusat yang baik yaitu tali pusat harus tetap
bersih dan kering ditutup dengan kasa steril tanpa dibubuhi apapun, dan juga perlu
diperhatikan adanya tanda-tanda infeksi seperti kemerahan tali pusat, berbau dan
bernanah, serta suhu tubuh bayi meningkat.

12
BAB III
PEMBAHASAN

A. KASUS
Ny. “R” baru melahirkan 1 hari yang lalu, Bidan melakukan Kunjungan Rumah untuk
memeriksa keadaan ibu dan bayi. Ketika bidan membuka bedung bayi ternyata tali pusat bayi
di balut dengan kain dan diberi ramuan-ramuan. Sebelumnya saat di BPM bidan sudah
menjelaskan tentang perawatan tali pusat kepada sang ibu, bidan pun bertanya mengapa tali
pusatnya masih dibalut ?, sang ibu menjawab, sebenarnya saya sudah menerapkan apa yang
buk bidan sarankan tetapi ibu saya memarahi saya, ibu saya bilang jika tidak dibalut lambat
puput/lepasnya buk. Saya sudah menjelaskan apa yang ibuk bidan katakan tapi orang tua saya
(ibu) masih saja bersikeras membungkus tali pusat anak saya buk, ujar Ny.”R”. Bidan
menanyakan dimana ibu Ny. “R” ? saat itu oragtua / ibu Ny.”R” sedang berbelanja di warung
dekat rumah dan segera kembali setelah berbelanja.
Sembari menggendong cucunya, bidan mengajak nenek bayi bercerita-cerita sambil
menjelaskan tentang perawatan tali pusat, bidan menjelaskan kalau tali pusat yang dirawat
dengan cara dibiarkan tanpa di balut dan diberi apa-apa lebih cepat kering dibandingkan
perawatan tali pusat dengan dibungkus/diberi ramu-ramuan. Jika di bungkus dan di beri
ramu-ramuan maka tali pusat akan lembab, lambat keringnya dan lambat puput atau
putusnya, lembab juga bisa membuat tali pusat infeksi yang membuat bayi demam, rewel, tali
pusat berbau busuk.
Bidan pun juga menyarankan untuk mulai tidak memberi ramuan terhadap tali pusat
pada bayi Ny.”R” dan meyakinkan pada orang tua Ny.”R” bahwa tali pusat ini akan lebih
cepat lepas jika dirawat tanpa memberikan apa-apa dibanding diberi ramuan-ramuan.Karena
mendengar penjelasan yang diberikan, orang tua Ny.”R” mulai menerima, namun belum
mengiyakan sepenuhnya. Sepulangnya bidan dari rumah Ny.” R” sang nenek mulai berfikir,
apa yang dikatakan bidan tadi ada benarnya juga, jika lembab lambat keringnya dan lambat
puputnya. Namun, ibu Ny.”R” masih ragu untuk tidak membungkus tali pusat, ibu Ny.”R”
akhirnya melakukan saran bidan untuk tidak memberi ramuan dan mengeringkan tali pusat.
Tetapi masih dibungkus dengan kassa. Karena penasaran ibu Ny.”R” paginya mengunjungi
bidan dan bertanya buk bidan saya sudah tidak memberikan ramuan pada tali pusat cucu
saya, dan saya jaga agar tali pusat tetap kering tapi masih saya balut menggunakan kassa
kering kok buk, tanpa alkohol ataupun betadine, karena saya masih takut membiarkan tali
pusat cucu saya tanpa di bungkus. Bidan menghargai apa yang dilakukan oleh ibu dari Ny
13
”R” tersebut , akan tetapi bidan kembali menjelaskan alangkah lebih baik lagi jika tanpa di
bungkus agar ada sirkulasi udara yang membuat tali pusat cepat kering, bidan memberi
pemahaman, ibuk tidak perlu khawatir karena tali pusat tidak terkena langsung dengan udara
di luar, ada bedung yang melindungi tali pusat, Jadi Tali pusat bayi akan baik-baik saja.
Akhirnya Ibu dari Ny.”R” sudah mengerti dan mantap untuk tidak membungkus tali pusat
cucunya.

B. FIVE LEVEL PREVENTION

1. Health Promotion : Mengajak ibu dan keluarga untuk melakukan perawatan tali
pusat yang baik dan benar yaitu dengan tidak memberikan apa-apa pada tali pusat,
tidak mebungkus tali pusat dan menjaga agar tetap kering
2. Spesific Protection : Untuk mencegah terjadinya infeksi tali pusat maka dilakukan
perawatan tali pusat dengan menjaga tali pusat tetap kering, tidak di bungkus, tidak
diberi apa-apa
3. Early Diagnosa dan Prompt Treatment : Ditemukannya tali pusat yang di bungkus
dan diberi ramuan yang dapat menyebabkan infeksi tali pusat dan tetanus neonatorum
maka segera diberikan pehamanan pada ibu dan keluarga agar tidak memberikan apa-
apa dan tidak membungkus tali pusat.
4. Disabillity Limitation : Perawatan tali pusat tidak steril akan mengakibatkan
beberapa gangguan kesehatan pada bayi, diantaranya tetanus neonatorum dan
omfalitis (infeksi tali pusat). Untuk mencegah hal tersebut ibu di tekankan untuk
mengetahui tanda dan gejala adanya infeksi tali pusat pada bayi mereka yang dapat
disebabkan karena spora Clostridium tetani dan bakteri stapilokokus, streptokokus,
atau bakteri gram negatife.  
Tanda dan gejala infeksi tali pusat pada bayi yaitu :
1) Bayi tiba-tiba panas dan tidak mau menetek atau tidak dapat
menyusu karena trismus (sebelumnya bayi menyusu seperti biasa)
2) Adanya mulut yang mencucu seperti mulut ikan (karpermond),
3) mudah dan sering kejang disertai sianosis (membiru), suhu
meningkat, kuduk kaku, sampai opistotonus.

14
Kurangnya perawatan tali pusat pada bayi baru lahir dapat menyebabkan tetanus bayi,
yang ditandai dengan :
1) Tali pusat berwarna merah, basah, dan kotor, yang kemungkinan tali pusat
bernanah.
2) Kesulitan menyusui
3) Mulut tidak bisa dibuka
4) Kejang-kejang bila disentuh, kena sinar atau mendengar suara keras
5) Kadang demam

4. Rehabilitation : Bayi yang sudah mengalami infeksi tali pusat harus dipulihkan
dengan cara rawat tali pusat dengan menjaga tetap kering dan segera rujuk ke RS atau
Ke Dokter.

C. TRANSTHEORETICAL MODEL

1. Pracontemplation : Ibu dari Ny.”R” ketika belum mendapatkan informasi langsung


dari bidan, ia masih belum berfikir untuk merubah cara perawatan tali pusat sama
sekali, karena masih berfikir dengan pola perawatan yang tradisional.
Pada tahap precontamplation menuju ke contamplation melalui proses :
1) Peningkatan kesadaran : memberikan informasi.
Pada Kasus à Bidan memberikan informasi kepada orangtua dari Ny.”R” tentang
perawatan tali pusat yang baik dan benar
2) Dramatic relief : adanya reaksi secara emosional
Pada Kasus à Bidan memberitahu nenek dari bayi NY.”R” akibat yang akan di
terima oleh bayi Ny.”R” jika perawatan tali pusat tidak dilakukan dengan benar,
maka akan banyak merugikan bayi, bayi bisa terkena infeksi tali pusat atau pun
tetanus neonatorum dan hal ini akan membuat bayi gelisah, rewel ,tidak mau
menyusu, bayi akan kesakitan dan pada akhirnya akan sangat merugikan bayi itu
sendiri.
3) Environmental reevaluation : mempertimbangkan pandangan ke lingkungan.
Pada Kasus à Ibu dari NY.”R” (nenek bayi) mulai mempertimbangkan untuk
merubah cara perawatan tali pusat pada cucunya

15
4) Contemplasi : Ibu dari Ny.”R” mulai memikirkan apa yang dikatakan bidan ada
benarnya tapi masih ragu untuk merubah cara perawatan tali pusatnya.
Pada tahap contemplation ke preparation melalui proses :
Self-reevaluation    : penilaian kembali pada diri sendiri
Pada Kasus à sang nenek (ibu dari Ny.”R”) mulai menilai ada benarnya juga jika
tali pusat lembab à Lambat keringnya à akan lambat puputnya/copotnya.

Sama halnya dengan cucian kain yang di jemur di dalam ruangan yang tidak ada
celah untuk angin / cahaya matahari untuk masuk maka akan lambat keringnya
dan juga akan sulit jatuh dari jemuran (sama halnya dengan tali pusat jika tidak
kering, lambat copotnya).

Berbeda halnya dengan kain yang di jemur di halaman atau ruangan terbuka, ada
banyak celah untuk angin (udara) untuk membantu proses keringnya
cucianàcucian akan kering àkain yang kering mudah untuk terjatuh dari jemuran.
(tali pusat yang kering akan mudah copotnya)

5) Preparation : Ibu dari Ny.”R” sudah membuat perubahan kecil dengan tidak
memberikan ramuan pada tali pusat cucunya, tapi masih membungkusnya.
6) Action : Ibu dari Ny”R” akhirnya merubah cara merawat tali pusat yaitu dengan
tidak membungkus dan tidak memberikan apa-apa.
7) Maintenence : Untuk kedepannya ibu dari Ny.:”R” akan merawat tali pusat
dengan cara yang benar dan tidak akan memakai cara yang lama yang banyak
merugikan bagi cucunya.

D. SASARAN PROMOSI KESEHATAN

1. Sasaran Primer : Ibu Hamil TM III, Ibu yang baru melahirkan dan keluarga,
upaya promotif yang dilakukan adalah memberitahu informasi
mengenai perawatan tali pusat yang benar untuk mencegah
terjadinya infeksi dan tetanus neonatorum pada bayi baru
lahir.
2. Sasaran Sekunder : Menghadirkan Ibu RT tokoh masyarakat yang cukup
berpengaruh di desa tempat Ny.”R” tinggal, untuk

16
memperkuat upaya promotif yang dilakukan

E. KERANGKA PRECEDE-PROCEED

1. Diagnosis Sosial
Masalah yang paling bayak terjadi di kecamatan Singosari adalah angka
kesakitan bayi akibat infeksi tali pusat.

2. Diagnosis epidemiologi
Masyarakat kecamatan Singosari kurang mengetahui dan mengerti cara
merawat tali pusat yang baik dan benar. Guna mencegah infeksi tali pusat yang sering
terjadi di kecamatan songosari. Karena kebanyakan dari masyarakat kecamatan
singosari masih membubuhi ramu-ramuan pada tali pusat bayi dan membungkusnya,
dengan alasan beragam ada yang karena tradisi dan kebiasaan turun-temurun dan ada
juga masyarakat yang beranggapan bahwa itu adalah luka dan agar cepat
sembuh/lepas maka diberi ramu-ramuan dan dibalut.

3. Diagnosis perilaku dan lingkungan

 Perilaku Ibu-Ibu yang baru melahirkan dan keluarga terutama sang nenek dari
bayi yang masih belum mengerti tentang pentingnya menjaga tali pusat
dengan cara di biarkan saja dan di jaga tetap kering masih kurang, karena
pemikiran yang masih tradisional dan pengetahuan yang kurang mengenai
perawatan tali pusat yang baik dan benar.

 Lingkungan tempat tinggal ibu –Ibu yang baru melahirkan (Ny”R”) berada di
lingkungan yang masih menganut budaya dan tradisi leluhur yang sudah ada
sejak turun temurun.

 Adanya tradisi masyarakat di kecamatan songosari untuk tetap memberikan


ramu-ramuan guna mempercepat penyembuhan luka bekas pemotongan tali
pusat dan agar tali pusat cepat puput nya.

4. Diagnosis pendidikan dan organisasional


1. Predisposing faktor

17
Rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat berpengaruh
kepada pengetahuan masyarakat terhadap angka kesakitan bayi akibat infeksi tali
pusat dan bagaimana cara merawat tali pusat yang baik dan benar.
2. Anabling

 Ibu yang baru melahirkan mau tidak mau mengikuti saran orangtua
karena orangtuanya lebih berpengalaman dari dirinya, jika pun ada
yang berfikiran untuk berubah, tetap saja pengaruh dari nenek si bayi
lebih kuat dan ibu tidak berdaya untuk menolaknya.

 Sebahagian besar ibu yang baru melahirkan bayi tidak melakukan


perawatan tali pusat yang benar dikarenakan pengaruh dari keluarga
dalam hal ini orangtuanya dan lingkungan sekitar.

3. Reinforcing

Adanya sikap para orang tua dalam hal ini nenek si bayi untuk
mendorong ibu dari bayi agar memberikan ramu-ramuan dan membungkus
tali pusat agar lekas puputnya, karena sudah dianggap kebiasaan turun
temurun.

5. Diagnosis administrasi dan kebijakan

Pemerintah akan mendukung program pencegahan dan pemberntasan angka


kesakitan bayi akibat infeksi tali pusat sehingga dalam pelaksanaan nantinya
pemerintah akan memberikan bantuan untuk mempromosikan perawatan tali pusat
yang baik dan benar.

18
6. Implementasi
Satuan Acara Penyuluhan Pada Bayi Baru Lahir
Perawatan Tali Pusat

SATUAN ACARA PENYULUHAN(SAP)

Topik : Perawatan Bayi Baru Lahir


Subtopik : Perawatan Tali Pusat Sehari – hari
Sasaran : Ibu Hamil TM III , Ibu Yang Baru Melahirkan dan
Keluarga
Hari/tanggal       : Minggu, 14 Februari 2017
Waktu                : 09.00-10.00 WIB
Tempat               : BPM SITI MARIANI,S.ST
Pemyuluh : Bidan SITI MARIANI,S.ST

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama + 60 menit

diharapkan peserta dapat mengerti dan memahami tentang perawatan tali pusat sehari

– hari  yang baik dan benar.

B. TUJUAN INSTRUSIONAL KHUSUS (TIK)

Setelah mengikuti penyuluhan tentang perawatan tali pusat yang baik dan

benar diharapkan ibu dapat :

1. Menjelaskan Pengertian Tali Pusat

19
2. Menjelaskan Pengertian Perawatan Tali Pusat

3. Tujuan Perawatan Tali Pusat

4. Hal-Hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan tali pusat

5. Hal-Hal yang terjadi jika perawatan tali pusat tidak benar

6. Cara perawatan tali pusat yang baik dan benar

C. MATERI “PERAWATAN TALI PUSAT”

1. Pengertian Tali pusat

Tali pusat merupakan sebuah saluran kehidupan bagi janin selama dalam
kandungan. Tali pusat merentang dari pusat janin ke permukaan plasenta (kakak
anak) dan mempunyai panjang normal kurang lebih 50-55 cm, dengan ketebalan
sekitar 1-2 cm, tali pusat dianggap berukuran pendek, jika panjang normal kurang
dari 40 cm. Tali pusat merupakan jembatan penghubung antara kakak anak dan
janin. Jadi tali pusat tidak hanya mencakup fungsi pernapasan saja, tapi seluruh
aktivitas yang ada di kakak anak (palsenta) yakni menyalurkan zat-zat yang
dibutuhkan oleh janin, baik untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal,
serta berperan sebagai saluran untuk mengeluarkan bahan-bahan sisa yang tidak
dibutuhkan oleh janin seperti urea dan gas karbondioksida. Lalu, akan
dikembalikan ke peredaran darah ibu yang kemudian dikeluarkan dari tubuh ibu
(Riksani, 2012).

20
Selama hamil, plasenta (kakak anak) menyediakan semua nutrisi untuk
pertumbuhan dan menghilangkan produk sisa secara terus-menerus melalui tali
pusat.
Setelah lahir, tali pusat mengering dengan cepat, mengeras dan berubah
warnanya menjadi hitam (suatu proses yang disebut gangren kering). Proses ini
dibantu oleh paparan udara. Pembuluh umbilical tetap berfungsi selama beberapa
hari, setelah resiko infeksi masih tetap tinggi sampai tali pusat terpisah (Trotter,
2010)
Jadi kesimpulnnya Tali pusat adalah saluran kehidupan bagi janin selama
dalam kandungan.  Dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama 9
bulan 10 hari menyalurkan zat-zat gizi dan oksigen ke janin.  Tetapi begitu bayi lahir,
saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau dijepit.

2. Pengertian Perawatan Tali Pusat

Perawatan tali pusat adalah tindakan perawatan pada tali pusat bayi baru
lahir sejak dipotongnya tali pusat sampai tali pusat puput atau kering dengan
tujuan untuk mencegah infeksi pada tali pusat bayi dan mempercepat
penyembuhan luka bekas pemotongan tali pusat (Sodikin, 2009).
Perawatan tali pusat adalah upaya untuk mencegah infeksi tali pusat
dengan tindakan sederhana yakni tali pusat dan daerah sekitar tali pusat selalu
bersih dan kering, selalu mencuci tangan dengan air bersih dan menggunakan
sabun, dan tidak membubuhkan apapun pada sekitar daerah tali pusat
(Sodikin,2012)
Jadi kesimpulannya perawatan tali pusat merupakan suatu tindakan
perawatan pada tali pusat bayi baru lahir sejak dipotongnya tali pusat sampai tali
pusat puput, dengan tujuan untuk mencegah infeksi pada tali pusat bayi dan
mempercepat penyembuhan luka bekas pemotongan tali pusat/ puput tali pusat
21
3. Tujuan perawatan tali pusat
Tujuan dari perawatan tali pusat menurut Sodikin (2009) ada empat, yaitu:
a. Mencegah terjadinya infeksi.
b. Mempercepat proses pengeringan tali pusat.
c. Mempercepat terlepasnya tali pusat.
d. Mencegah terjadinya tetanus pada bayi baru lahir.

4. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan tali pusat menurut


Sodikin (2009), yaitu :
a) Jangan menggunakan plester dalam membalut tali pusat bayi karena dapat
menyebabkan iritasi sekitar daerah tali pusat.
b) Daerah tali pusat dan sekitarnya harus selalu dalam keadaan kering dan
bersih
c) Jangan mengoleskan alkohol atau betadine pada tali pusat karena akan
menyebabkan tali pusat menjadi lembab.
d) Jangan membungkus pusat atau mengoleskan bahan atau ramuan apapun
ke puntung tali pusat.
e) Lipatlah popok di bawah puntung tali pusat
f) Bila terdapat tanda-tanda infeksi pada tali pusat, seperti kemerahan atau
mengeluarkan nanah atau darah dan berbau segera hubungi petugas
kesehatan.

5. Waktu Perawatan Tali Pusat Waktu untuk melakukan perawatan tali pusat
menurut Sodikin (2009), yaitu :
a) Sehabis mandi pagi atau sore.
b) Sewaktu-waktu bila balutan tali pusat basah oleh air kencing atau kotoran
bayi.
c) Lakukan sampai tali pusat puput atau kering.

6. Hal-hal yang akan terjadi jika perawatan tali pusat kurang baik
Menurut Sodikin (2012), Perawatan tali pusat tidak steril akan
mengakibatkan beberapa gangguan kesehatan pada bayi, diantaranya tetanus
neonatorum dan omfalitis. Untuk mencegah hal tersebut ibu di tekankan untuk
mengetahui tanda dan gejala adanya infeksi tali pusat bayi mereka yang dapat
22
disebabkan karena spora Clostridium tetani dan bakteri stapilokokus,
streptokokus, atau bakteri gram negatife.  Tanda dan gejala infeksi tali pusat pada
bayi yaitu :
1. Bayi tiba-tiba panas dan tidak mau menetek atau tidak dapat menyusu
karena trismus (sebelumnya bayi menyusu seperti biasa)
2. Adanya mulut yang mencucu seperti mulut ikan (karpermond),
3. mudah dan sering kejang disertai sianosis (membiru), suhu meningkat,
kuduk kaku, sampai opistotonus.

Kurangnya perawatan tali pusat pada bayi baru lahir dapat menyebabkan
tetanus bayi, yang ditandai dengan :
a. Tali pusat berwarna merah, basah, dan kotor, yang kemungkinan tapi pusat
bernanah.
b. Kesulitan menyusui
c. Mulut tidak bisa dibuka
d. Kejang-kejang bila disentuh, kena sinar atau mendengar suara keras
e. Kadang demam (Iis Sinsin, 2008).

7. Cara Perawatan Tali Pusat


Menurut rekomendasi WHO, untuk perawatan sehari-hari tali pusat cukup
dengan membersihkan tali pusat dengan air dan sabun. Penelitian sebelumnya
yang dilakukan Dore membuktikan adanya perbedaan perawatan antara perawatan
tali pusat yang menggunakan alkohol pembesih dan dibalut kain steril. Ia
menyimpulkan bahwa tali pusat yang dirawat dengan cara alami lebih cepat dalam
waktu pengeringan dibandingkan perawatan tali pusat dengan menggunakan
alkohol.Penelitian lainnya yang dilakukan Kurniawati menyimpulkan bahwa
perawatan tali pusat dengan menggunakan prinsip udara terbuka (tidak menutup
tali pusat menggunakan kassa/pembalut), waktu yang dibutuhkan untuk
mengering lebih cepat dibandingkan perawatan tali pusat dengan menggunakan
Air Susu Ibu (ASI).
Menurut Surat edaran tentang panduan ini, pertama kali dipublikasikan
pada tahun 2004 dan sesuai dengan nasihat terbaru berdasarkan bukti yang ada
(Trotter,2008b) memberitahukan perawatan tali pusat dengan menjagalah area
sekitar tali pusat agar tetap bersih dan kering. Cara terbaik untuk melakukannya
23
adalah dengan membiarkan daerah ini dan tidak memberikan apapun setelah
mandi pertama kali dalam air bersih biasa, tepuk-tepuk agar kering dengan handuk
bersih. Lipat kembali popok, pada setiap kali ganti, sampai tali pusat lepas
(Trotter, 2010).
Kesimpulannya perawatan tali pusat yang baik yaitu tali pusat harus tetap
bersih dan kering ditutup dengan kasa steril tanpa dibubuhi apapun, dan juga perlu
diperhatikan adanya tanda-tanda infeksi seperti kemerahan tali pusat, berbau dan
bernanah, serta suhu tubuh bayi meningkat.
D. METODE

 Ceramah

E. MEDIA

 LCD

 VIDEO

 MIKROFON

F. KEGIATAN PENYULUHAN

24
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Ibu
1. Pembukaan -     Mengucapkan salam -     Menjawab salam

(7 menit) -     Menyampaikan tujuan -     Mendengarkan

Tujuan Instruksional Khusus:

1. Menjelaskan Pengertian Tali

Pusat

2. Menjelaskan Pengertian

Perawatan Tali Pusat

3. Tujuan Perawatan Tali Pusat

4. Hal-Hal yang perlu

diperhatikan dalam

perawatan tali pusat

5. Hal-Hal yang terjadi jika

perawatan tali pusat tidak

benar

6. Cara perawatan tali pusat

yang baik dan benar


2. Inti 1. Memberikan pengetahuan tentang  Mendengarkan

(30  menit) perawatan tali pusat pada bayi baru  Memperhatikan

lahir yang baik dan benar  Menceritakan

2. Menggali pengalaman peserta tentang pengalamannya

perawatan tali pusat di rumah

3 Penutup -     Tanya jawab  Megajukan

. (20 menit) -     Evaluasi pertanyaan,

-     Menyimpulkan hasil penyuluhan  Menjawab


25
-     Menutup penyuluhan dengan Salam  Menjawab

salam
G.    EVALUASI

Metode Evaluasi    : Diskusi dan Tanya Jawab

Jumlah soal            : 4  soal

Jenis pertanyaan    :

1)      Apa yang di maksud dengan perawatan tali pusat ?

2)      Apa Tujuan dari perawatan tali pusat ?

3)      Apa yang akan terjadi jika perawatan tali pusat kurang baik ?

4)      Bagaimana Cara Perawatan Tali Pusat yang benar ?

SUMBER :

http://www.infobunda.com/pages/articles/artikelshow.php?id=206.

http://superbidanhapsari.wordpress.com/2009/12/14/makalah-%E2%80%9C-
perawatan-dan-pemotongan-tali-pusat-%E2%80%9C/
JNPKP-KR. 2014. Asuhan Persalinan Normal. Jakarata : Pelatihan Klinik Asuhan
Persalinan Normal

26
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perawatan tali pusat yang baik yaitu tali pusat harus tetap bersih dan kering
ditutup dengan kasa steril tanpa dibubuhi apapun, dan juga perlu diperhatikan adanya
tanda-tanda infeksi seperti kemerahan tali pusat, berbau dan bernanah, serta suhu
tubuh bayi meningkat.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat
kekurangan dalam penyusunan dan penulisan makalah ini, oleh karena itu kami
mohon saran dan kritik dari semua pihak demi sempurnanya makalah ini.

27

Anda mungkin juga menyukai