Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL RS“

Dosen Pengampu :
Novia Zulfa Hanum, SKM, M.KM

OLEH KELOMPOK 4 :
Franando Catlin 2010070160005
Yolanda Putri Wulandani 2010070160007
Tara Hafizah R. 2010070160010
Litfi Hudayah 2010070160022

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-
Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Analisis Lingkungan
Internal RS.
Makalah Analisis Lingkungan Internal RS ini disusun guna memenuhi tugas
ibu Novia Zulfa Hanum, SKM, M.KM selaku dosen mata kuliah Sistem Perencanaan
RS. Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada ibu. Tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis. Penulis juga
mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

16 Februari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3
2.1 Analisis Internal.........................................................................................................3
2.2 Faktor-Faktor Kunci Internal Rumah Sakit.................................................................3
2.3 Subsistem Klinik........................................................................................................5
2.3.1 Kebutuhan Tenaga Kesehatan RS.....................................................................6
2.3.2 Sistem Insentif Tenaga Medis..........................................................................6
2.3.3 Mutu Pelayanan Medis....................................................................................8
2.4 Subsistem Manajemen..............................................................................................9
2.4.1 Pengertian Manajamen....................................................................................9
2.4.2 Fungsi Manajemen.........................................................................................11
2.4.3 Kepemimpinan...............................................................................................14
BAB III PENUTUP...................................................................................................17
3.1 Kesimpulan........................................................................................................17
3.2 Saran..................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Rumah sakit merupakan organisasi pelayanan jasa yang mempunyai
kespesifikan dalam hal sumber daya manusia, sarana dan prasarana dan peralatan
yang dipakai. Walaupun memiliki sedikit perbedaan dengan industri-industri lainnya,
rumah sakit dapat dikatakan sebagai sebuah industri pelayanan kesehatan yang
tidak hanya melayani pelanggan sakit tapi juga pelanggan sehat yang menjaga
kesehatannya.
Kondisi rumah sakit yang tidak pernah menentu tidaklah selalu membawa
ancaman bagi rumah sakit, adakalanya dibalik ancaman yang datang juga terselip
kesempatankesempatan yang dapatdiambil sebagai celah pengembangan usaha
dalam dunia perumahsakitan. Untuk dapat bertahan dalam lingkungan yang tidak
menentu tersebut, rumah sakit membutuhkan analisa perencanaan srtategis yang
bertujuan agar rumah sakit melihat secara obyektif kondisi-kondisi internal dan
eksternal sehingga dapat mengantisipasi perubahan lingkungan internal dan
eksternal.
Analisis Situasi dalam sistem perencanaan Rumah sakit dilakukan suatu
analisis dari seluruh aspek-aspek baik dari aspek Eksternal sebagai peluang ataupun
ancaman maupun aspek Internal yang dapat menjadi kekuatan ataupun kelemahan
sehingga aspek-aspek tersebut dapat menjadikan Kecenderungan suatu Rumah Sakit

1
dalam melakukan pembangunan baru atau melakukan pengembangan berupa
peningkatan status layanan Rumah Sakit tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Yang terkait dengan makalah ini adalah :
1) Apa yang dimaksud dengan analisis internal?
2) Apa saja faktor-faktor kunci internal rumah sakit?
3) Apa yang dimaksud dengan subsistem klinik?
4) Bagaimana kebutuhan tenaga kesehatan di RS?
5) Bagaimana system insentif tenaga medis?
6) Bagaimana mutu pelayanan medis di RS?
7) Apa yang dimaksud dengan subsistem manajemen?
8) Apa yang dimaksud dengan manajemen?
9) Apa fungsi manajemen?
10) Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan?

1.3 Tujuan
Yang terkait dengan makalah ini adalah
1) Untuk mengetahui tentang analisis internal
2) Untuk mengetahui tentang faktor-faktor kunci internal rumah sakit
3) Untuk mengetahui tentang subsistem klinik
4) Untuk mengetahui tentang kebutuhan tenaga kesehatan di RS
5) Untuk mengetahui tentang system insentif tenaga medis
6) Untuk mengetahui tentang mutu pelayanan medis di RS
7) Untuk mengetahui tentang subsistem manajemen
8) Untuk mengetahui tentang manajemen
9) Untuk mengetahui tentang fungsi manajemen
10) Untuk mengetahui tentang kepemimpinan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Analisis Internal


Analisis internal bertujuan menilai kekuatan dan kelemahan rumah sakit.
Analisis internal rumah sakit dapat dilakukan dengan berbagai model. (ASPEK
STRATEGIS MANAJEMEN RUMAH SAKIT, n.d.)
Analisa lingkungan internal lebih mengarah kepada analisa internal rumah
sakit dalam rangka mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari tiap divisi.
Tersedianya peralatan medis yang cukup canggih merupakan cerminan akan kondisi
Rumah Sakit, adanya kelengkapan tenaga spesialisasi dapat memberikan motivasi
dalam menjalankan programnya dan membantu dalam proses memberikan pelayanan
yang cukup baik, adanya kemampuan atau kelebihan yang tidak dimiliki oleh rumah
sakit lain, sehingga Rumah Sakit akan lebih menonjol dari pantauan pasien dan ini
merupakan suatu kekuatan yang harus dipertahankan dengan baik.
Aspek lingkungan internal Rumah Sakit terdiri dari :
a. Sumber Daya Manusia.
b. Aspek Keuangan.
c. Aspek Produksi dan Operasional.
d. Aspek Pemasaran.
e. Aspek Organisasi.
f. Aspek Rekam Medik dan Manajemen. 

2.2 Faktor-Faktor Kunci Internal Rumah Sakit


Mengenai subsistem rumah sakit seperti teknis medis, keperawatan, ataupun
teknis nonmedis seperti, subsistem keuangan. Subsistem teknis pada rumah sakit akan
berjalan bersama dengan budaya organisasi untuk mengolah berbagai input menjadi
produk jasa pelayanan kesehatan. Dalam menilai keadaan internal untuk
menghasilkan analisis berupa kekuatan dan kelemahan, dapat dilakukan dengan
mengamati kultur organisasi dan berbagai subsistem seperti subsistem klinik,

3
subsistem keuangan, subsistem manajemen umum, subsistem administrasi, subsistem
pemasaran, subsistem fasilitas fisik, subsistem informasi. Pada tiap pengamatan akan
dilakukan perumusan kekuatan maupun kelemahan.

Dengan konsep ini dapat diamati beberapa hal antara lain, (1) bagaimana
asumsi dasar yang berada di bawah sadar dan menjadi kepercayaan bersama di rumah
sakit; (2) bagaimana nilai-nilai yang dicari dan diekspresikan dalam berbagai
kegiatan termasuk menyusun strategi, tujuan organisasi, dan filosofi rumah sakit,
serta (3) bagaimana berbagai fenomena di rumah sakit yang menunjukkan adanya
budaya kuat atau lemah. Budaya organisasi mempengaruhi kegiatan pada berbagai
subsistem. Sebagai contoh, tidak adanya budaya organisasi yang kuat perawat dan
dokter akan melemahkan proses kegiatan di subsistem klinis. Dalam konteks
kekuatan dan kelemahan rumah sakit, budaya organisasi merupakan dasar dari
berbagai subsistem yang ada. Apabila rumah sakit mempunyai budaya organisasi
yang lemah tanpa memiliki keyakinan bersama, maka dapat dipahami bahwa kegiatan
di berbagai subsistem akan lemah pula.
Subsistem klinik merupakan kegiatan inti rumah sakit. Dalam subsistem ini
bekerja para tenaga kesehatan seperti dokter, dokter spesialis, perawat, farmasis, ahli
gizi, dan berbagia jenis profesi lain. Subsistem klinik merupakan dunia yang rumit
dengan cabang-cabang ilmu kedokteran dan perawatan yang cepat berkembang
teknologinya. Di samping itu, faktor tersedianya peralatan dan teknologi kedokteran

4
yang dipakai mempengaruhi proses subsistem klinik. Kekuatan dan kelemahan
subsistem klinik dapat diamati dengan berbagai cara misalnya, menggunakan analisis
input tenaga, peralatan, fasilitas, mutu proses pelayanan, hasil pencapaian, hingga
pada nilai akreditasi berdasarkan pengukuran pihak luar. Kekuatan dan kelemahan
subsistem klinik dapat dibandingkan dengan standar, nilai akreditasi yang diharapkan,
sampai pada perbandingan dengan rumah sakit pesaing.
Subsistem keuangan dapat dinilai dari kekuatan atau kelemahan sistem
keuangan yang dipergunakan, keadaan staf keuangan, model akuntansi yang
digunakan, peralatan yang dipakai hingga pada kemampuan teknis mendeteksi
kebocoran-kebocoran dalam sumber keuangan, juga kemampuan proses pembayaran
pasien secara cepat dan tepat.
Subsistem Manajemen Umum mencakup keadaan rumah sakit dalam
melakukan perencanaan program dan penganggaran, pelaksanaan kegiatan, dan
sistem pengendalian kegiatan.
Subsistem fasilitas fisik mencakup letak rumah sakit, keadaan bangunan,
pembuangan limbah, tersedianya fasilitas-fasilitas fisik seperti parkir, taman, ruang
tunggu yang nyaman, kafetaria yang bersih, musholla atau tempat sembahyang, dan
berbagai hal lain.
Subsistem Pemasaran merupakan aspek internal yang relatif baru untuk rumah
sakit. Rumah sakit dalam situasi yang kompetitif perlu mempunyai untui pendukung
untuk meningkatkan citra dan peran rumah sakit di masyarakat.
Subsistem Informasi merupakan fungsi penting agar berjalannya rumah sakit
dapat efektif dan efisien

2.3 Subsistem Klinik


Subsistem klinik merupakan kegiatan inti rumah sakit. Dalam subsistem ini
bekerja para tenaga kesehatan seperti dokter, dokter spesialis, perawat, farmasis, ahli
gizi, dan berbagia jenis profesi lain. Subsistem klinik merupakan dunia yang rumit
dengan cabang-cabang ilmu kedokteran dan perawatan yang cepat berkembang
teknologinya. Di samping itu, faktor tersedianya peralatan dan teknologi kedokteran

5
yang dipakai mempengaruhi proses subsistem klinik. Kekuatan dan kelemahan
subsistem klinik dapat diamati dengan berbagai cara misalnya, menggunakan analisis
input tenaga, peralatan, fasilitas, mutu proses pelayanan, hasil pencapaian, hingga
pada nilai akreditasi berdasarkan pengukuran pihak luar. Kekuatan dan kelemahan
subsistem klinik dapat dibandingkan dengan standar, nilai akreditasi yang diharapkan,
sampai pada perbandingan dengan rumah sakit pesaing.

2.3.1 Kebutuhan Tenaga Kesehatan RS


Rumah Sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam
mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu Rumah
Sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang
ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Dalam Undang-Undang No 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan Pasal
11 disebutkan bahwa Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga
keteknisian medis terdiri atas perekam medis dan informasi kesehatan, teknik
kardiovaskuler, teknisi pelayanan darah, refraksionis optisien/optometris, teknisi gigi,
penata anestesi, terapis gigi dan mulut, dan audiologis.
Jumlah tenaga teknis medis pada rumah sakit khusus tergantung pada
kebutuhan rumah sakit, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit.

2.3.2 Sistem Insentif Tenaga Medis


Sistem insentif pegawai di lingkungan Kementrian Kesehatan diatur
salah satunya dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Pedoman Penyusunan Sistem Remunerasi
Pegawai Balai Kesehatan Di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya
Kesehatan Kementerian Kesehatan Yang Menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum. Dalam peraturan tersebut, Komponen
Remunerasi Sistem remunerasi wajib meliputi 3 (tiga) komponen utama, yaitu
:

6
1) Pembayaran untuk Jabatan (Pay for Position) Jenis remunerasi pada
komponen ini terkait langsung dengan pekerjaan yaitu berupa gaji
pokok, dan tunjangan pekerjaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Komponen ini bersifat pembayaran tunai kepada pegawai berupa
pendapatan langsung, yang besarannya bersifat tetap dan rutin setiap
bulan. Adapun tujuan komponen ini adalah untuk penghargaan kepada
pegawai atas kesediaan dan komitmennya dalam melaksanakan
tuntutan pekerjaan dan mematuhi ketentuan yang berlaku sebagaimana
ditentukan Balai Kesehatan.
2) Pembayaran untuk Kinerja (Pay for Performance) Jenis remunerasi
pada komponen ini terkait langsung dengan pencapaian total target
kinerja sebagaimana diharapkan Balai Kesehatan. Komponen ini
berupa insentif dan atau bonus, bersifat tunai berupa pendapatan
langsung, dan rutin secara periodik, sesuai ketentuan waktu yang
ditetapkan Balai Kesehatan. Adapun besarannya tergantung pada
tingkat pencapaian total target kinerja. Tujuan komponen remunerasi
ini adalah sebagai penghargaan kepada pegawai terhadap pencapaian
total kinerja individu, yang dikaitkan dengan kinerja unit kerja, kinerja
Balai Kesehatan dan sesuai dengan kondisi dan kemampuan keuangan
Balai Kesehatan.
3) Pembayaran untuk Perorangan/Individu (Pay for People) Jenis
remunerasi pada komponen ini terkait dengan kondisi-kondisi
perorangan/individu yang dianggap oleh Balai Kesehatan perlu untuk
www.peraturan.go.id 2014, No.586 11 diberikan penghargaan melalui
remunerasi dan disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan keuangan
Balai Kesehatan. Komponen ini diterima manfaatnya oleh pegawai,
tergantung pada kondisi dan pertimbangan serta persyaratan yang
ditetapkan Balai Kesehatan, dengan tujuan yang bervariasi tergantung
pada jenisnya, yaitu antara lain untuk memberikan penghargaan,
perhatian, perlindungan dan pembangunan citra Balai

7
2.3.3 Mutu Pelayanan Medis
Mutu pelayanan medis diatur oleh Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 129 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
Di dalamnya terdapat indikator terhadap pelayanan medis, diantaranya :
1) Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa
2) Pemberi pelayanan kegawatdaruratan yang bersertifikat BLS / PPGD /
GELS / ALS
3) Waktu tanggap pelayanan dokter di gawat darurat
4) Kematian pasien ≤ 24 jam di gawat darurat ≤ 2‰
5) Pelayanan rawat jalan, rawat inap, asuhan persalinan, dan pelayanan
unit intensif diberikan oleh tenaga yang kompeten
6) Kejadian infeksi pasca operasi ≤ 1,5%
7) Angka kejadian infeksi nosokomial ≤ 1,5%
8) Kematian pasien > 48 jam ≤ 0,24%
9) Kejadian kematian di meja operasi ≤ 1%
10) Tidak ada kejadian operasi salah sisi sebanyak 100%
11) Tidak ada kejadian operasi salah orang sebanyak 100%
12) Tidak ada kejadian operasi salah tindakan sebanyak 100%
13) Tidak ada kejadian tertinggalnya benda asing di tubuh pasien setelah
operasi sebanyak 100%
14) Komplikasi anestesi karena over dosis, reaksi anestesi dan salah
penempatan endotracheal tube ≤ 6%
15) Kejadian kematian ibu karena persalinan : perdarahan ≤ 1%,
preeklampsia ≤ 30%, sepsis ≤ 0,2%
16) Kemampuan menangani Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) 1500 –
2500 gr
17) Rata-rata pasien yang kembali ke perawatan intensif dengan kasus
yang sama < 72 jam
18) Waktu tunggu pelayanan laboratorium ≤ 140 menit (manual)

8
19) Tidak adanya kesalahan penyerahan hasil pemeriksaan laboratorium
sebesar 100%

2.4 Subsistem Manajemen


Subsistem Manajemen Umum mencakup keadaan rumah sakit dalam
melakukan perencanaan program dan penganggaran, pelaksanaan kegiatan, dan
sistem pengendalian kegiatan.

2.4.1 Pengertian Manajamen


Manajemen berasal dari kata “to manage“ yang artinya mengatur.
Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari
fungsi-fungsi manajemen itu, jadi manajemen itu merupakan suatu proses
untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan (Hasibuan, 2004). (Husaini &
Fitria, 2019)
Secara etimologi, kata manajemen diambil dari bahasa prancis kuno,
yakni “management” yang artinya adalah seni dalam mengatur dan
melaksanakan. Manajemen dapat juga didefenisikan sebagai upaya
perencanaan, pengkoordinasian, pengoraganisasian dan pengontrolan sumber
daya untuk mencapai sasran secara efisien dan efektif (Khalifah, 2019).
Menurut Kristiawan dkk (2017) manajemen merupakan ilmu dan seni
dalam mengatur, mengendalikan, mengkomunikasikan dan memanfaatkan
semua sumber daya yang ada dalam organisasi dengan memanfaatkan fungsi-
fungsi manajemen (Planing, Organizing, Actuating, Controling) agar
organisasi dapat mencapai tujuan secara efektif dan efesien (Husaini & Fitria,
2019)
Efektif dalam hal ini adalah untuk mencapai tujuan sesuai perencanaan
dan efisiensi untuk melaksanakan pekerjaan dengan benar dan
terorganisir(Khalifah, 2019)

9
a) George R. Terry, manajemen = sebuah proses yang khas yang terdiri
dari beberapa tindakan, perencanaan, pengorganisasian, menggerakan,
dan pengawasan.
b) Mary Parker Follet, manajemen = sebuah seni dalam menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain. Dengan kata lain, seorang manajer
bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan
sebuah perusahaan.
c) Henry Fayol, manajemen = suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasiaan, dan pengawasan/kontrol
terhadap sumber daya yang ada agar mencapai tujuan secara efektif
dan efisien.
d) Lawrence A. Appley, manajemen = sebuah keahlian yang dimiliki
seseorang atau organisasi untuk menggerakkan orang lain agar mau
melakukan sesuatu.
e) Oey Liang Lee, manajemen = adalah ilmu dan seni dalam
perencanaan, pengoraganisasian, penyusunan, pengarahan, dan
pengendalian terhadap sumber daya yang ada unutk mencapai tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya.
f) Bennett N.B. Silalahi, manajemen = adalah ilmu tentang perilaku yang
terdiri dari aspek sosial eksak, bukan dari tanggung jawab keselamatan
dan kesehatan kerja, baik dari sisi perencanaan maupun dari sisi
pengorganisasian dan pengendalian.

Selanjutnya dalam kata manajemen tersebut terkandung tiga makna, yaitu


pikiran (mind), tindakan (action) dan sikap (attitude) (Husaini & Fitria, 2019).
Kesimpulan dari defenisi tentang manajemen sesuai dengan konteks topik
di atas, sebagaimana yang terurai bahwa Manajemen dapat diartikan sebagai suatu
proses yang terdiri dari rangkaian kegiatan, seperti perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan (penggerakan dan pengendalian/ pengawasan),

10
dan evaluasi, yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah
ditetapkan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya.
Manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi karena tanpa manajemen
semua usaha akan sia-sia dan pencapaian tujuan akan lebih sulit. Ada beberapa
alasan diperlukannya fungsifungsi manajemen agar dilaksanakan, diantaranya:
 Untuk mencapai tujuan
 Untuk menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan yang saling
bertentangan.
 Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas.

2.4.2 Fungsi Manajemen


Fungsi manajemen merupakan awal dari tahapan kegiatan manajemen
dimulai. Fungsi ini menguraikan hal dan langkah apa saja yang ditempuh untuk
mencapaitujuan.

Dikutip dari buku 'Dasar-Dasar Manajemen' karya Nurmadhani Fitri Suyuthi


dan kawan-kawan, fungsi manajemen menurut Henri Fayol yang berupa perencanaan,
pengorganisasi, pengarahan, pengawasan merupakan inti dari kegiatan manajemen.

Dengan kata lain, dapat diartikan bahwa secara umum fungsi manajemen
adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan berdasarkan kegunaannya dan
melaksanakan setiap tahapan ditentukan dalam melaksanakan setiap aktivitas.

Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan
melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam
melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Manajemen berlangsung dalam suatu
proses berkesinambungan secara sistemik, yang meliputi fungsi-fungsi manajemen,
yaitu; perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi.

a. Fungsi Perencanaan
Perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak
dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai

11
tujuan seefektif dan seefisien mungkin. Pada dasarnya merencanakan adalah
kegiatan yang hendak dilakukan di masa depan. Kegiatan ini dimaksudkan
untuk mengatur berbagai sumber daya agar hasil yang dicapai sesuai yang
diharapkan. Ada tiga kegiatan dalam setiap perencaaan, diantaranya:
- Perumusan tujuan yang ingin dicapai
- Pemilihan program untuk mencapai tujuan
- Identifikasi dan pengerahan sumber yang jumlahnya terbatas
b. Fungsi Pengorganisasian
Fungsi manajemen berikutnya adalah pengorganisasian (organizing).
George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa: “Pengorganisasian adalah
tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara
orangorang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan
memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu,
dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran
tertentu”. Pengorganisasian pada dasarnya merupakan upaya untuk
melengkapi rencana-rencana yang telah dibuat dengan susunan organisasi
pelaksananya. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pengorganisasian
adalah bahwa setiap kegiatan harus jelas siapa yang mengerjakan, kapan
dikerjakan, dan apa targetnya.
Ernest Dale seperti dikutip oleh Nanang Fattah mengemukakan tiga langkah
dalam proses pengorganisasian, yaitu: (a) pemerincian seluruh pekerjaan yang
harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi; (b) pembagian beban
pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang logik dapat dilaksanakan oleh
satu orang; dan (c) pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk
mengkoordinasikan pekerjaan para anggota menjadi kesatuan yang terpadu
dan harmonis.
c. Fungsi Pelaksanaan
Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating)
merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan
dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak

12
proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada
kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi.
Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa
actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok
sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai
sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh
karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut. Dari
pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) merupakan upaya untuk
menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai
pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan
kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.
Pelaksanaan terdiri dari staffing dan motivating. Pada tahap staffing
bertujuan untuk menentukan keperluan-keperluan sumber daya manusia,
pengerahan, penyaringan, latihan dan pengembangan tenaga kerja. Sedangkan
pada tahap motivating kegiatan ini mengarahkan atau menyalurkan perilaku
manusia ke arah tujuan-tujuan.
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini
adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu
jika : (1) merasa yakin akan mampu mengerjakan, (2) yakin bahwa pekerjaan
tersebut memberikan manfaat bagi dirinya, (3) tidak sedang dibebani oleh
problem pribadi atau tugas lain yang lebih penting, atau mendesak, (4) tugas
tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan (5) hubungan
antarteman dalam organisasi tersebut harmonis.
d. Fungsi Evaluasi
Fungsi evaluasi sama pentingnya dengan fungsi-fungsi manajemen
lainnya yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemantauan, dan pengendalian.
Terkadang fungsi pemantauan dan fungsi evaluasi sulit untuk dipisahkan.
Fungsi manajemen puncak misalnya meliputi semua fungsi dari perencanaan
sampai pengendalian. Oleh karena itu, evaluasi sering dilakukan oleh
pimpinan organisasi dalam suatu rapat kerja, rapat pimpinan, atau temu muka

13
baik secara reguler maupun dalam menghadapi kejadian-kejadian khusus
lainnya.
Sebagai bagian dari fungsi manajemen, fungsi evaluasi tidaklah berdiri
sendiri. Fungsi-fungsi seperti fungsi pemantauan dan pelaporan sangat erat
hubungannya dengan fungsi evaluasi. Di samping untuk melengkapi berbagai
fungsi di dalam fungsi-fungsi manajemen, evaluasi sangat bermanfaat agar
organisasi tidak mengulangi kesalahan yang sama setiap kali.
Evaluasi adalah proses penilaian yang sistematis, pemberian nilai,
atribut, apresiasi dan pengenalan permasalahan serta pemberian solusi atas
permasalahan yang ditemukan. Dalam berbagai hal, evaluasi dilakukan
melalui monitoring terhadap sistem yang ada. Namun demikian, evaluasi
kadang-kadang tidak dapat dilakukan dengan hanya menggunakan informasi
yang dihasilkan oleh sistem informasi pada organisasi saja.

2.4.3 Kepemimpinan
Kepemimpinan sebagai proses pemimpin menciptakan visi dan melakukan
interaksi saling mempengaruhi dengan para pengikutnya untuk merealisasi visi.
(Wirawan, 2013). Kepemimpinan merupakan suatu proses mempengaruhi suatu
kelompok untuk mencapai tujuan tertentu.(Setyowati, 2013). Kepemimpinan
(leadership) mempunyai fokus dalam hal pergerakan yang mencoba membawa
sekelompok orang menuju perubahan ke arah yang lebih baik dan ideal. Maka dari
itu, dapat dibayangkan bahwa fungsi seorang leader adalah membawa organisasi
untuk bergerak. (Lensufiie, 2010).
Berbagai literatur tentang kepemimpinan dapat dipahami bahwa pemimpin
(leader) (Rukmana, 2007) adalah orang yang melakukan atau menjalankan
kepemimpinan (leadership). Kepemimpinan sebagaimana disebutkan oleh DuBrin
(2005) adalah sebagai berikut:
1) Kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi banyak orang melalui
komunikasi untuk mencapai tujuan. Komunikasi mengandung arti mengirim
dan menerima pesan.

14
2) Kepemimpinan adalah cara mempengaruhi orang dengan petunjuk atau
perintah.
3) Kepemimpinan adalah tindakan yang menyebabkan orang lain bertindak atau
merespons dan menimbulkan perubahan positif.
4) Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menciptakan rasa percaya diri dan
dukungan di antara bawahan agar tujuan organisasional dapat tercapai.

Sedangkan menurut Wahjosumidjo (2005) bahwa yang dimaksud


kepemimpinan adalah pengaruh, seni atau proses mempengaruhi orang lain, sehingga
mereka dengan penuh kemauan berusaha kearah tercapainya tujuan organisasi.
Selanjutnya, secara teoretis definisi dari kepemimpinan menurut Terry yang dikutip
oleh (Dodi, 2008) adalah sebagai aktivitas untuk memengaruhi orang agar diarahkan
untuk mencapai tujuan dari organisasi. Menurut Kristiawan dkk (2018)
kepemimpinan berfungsi sebagai pemberi arahan, komando, dan pemberi serta
pengambil keputusan.
Keberadaan seorang pemimpin dalam organisasi sangat dibutuhkan untuk
membawa organisasi kepada tujuan yang telah ditetapkan. Berbagai gaya
kepemimpinan akan mewarnai perilaku seorang pemimpin dalam menjalankan
tugasnya. Bagaimanapun gaya kepemimpinan seseorang tentunya akan diarahkan
untuk kepentingan bersama yaitu kepentingan anggota dan organisasi. Kepemimpinan
seseorang dapat mencerminkan karakter pribadinya disamping itu dampak
kepemimpinannya akan berpengaruh terhadap stres kerja dan Komitmen organisasi
bawahannya.
Menurut Davis and Strom (1999:164), membedakan gaya kepemimpinan
menjadi tiga jenis:
a) Pemimpin autokratik, dalam diri pemimpin autokratik memusatkan perhatian
pada kepuasan dirinya sendiri, dimana semua keputusan diambil oleh
pemimpin itu sendiri dan bawahan hanya menerima perintah tanpa memberi
alternatif pemecahan masalah. Namun demikian pemimpin autokratik
memiliki kelebihan yaitu pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan

15
cepat tetapi pada umumnya bawahan kurang dapat menerimanya karena tidak
bisa memperoleh kebebasan dalam memecahkan masalah yang ada.
b) Pemimpin partisipatif biasanya melakukan desentralisasi wewenang dan
dalam mengambil keputusan mengikutsertakan bawahan untuk berpartisipasi
menyumbangkan pemikirannya terhadap masalah yang dihadapi oleh
organisasi. Pemimpin dan kelompok merupakan unit sosial yang utuh dalam
melaksanakan semua kegiatan organisasi.
c) Tipe kepemimpinan bebas kendali, mempunyai peran yang kecil dan
memberikan peluang kepada kelompok untuk menentukan pilihannya sendiri
dan pada umumnya mempunyai kecenderungan akan terjadinya kekacauan.

Hersey dan Blanchard (1996:117) mengatakan bahwa tidak ada gaya


kepemimpinan yang sesuai bagi semua kondisi dalam suatu organisasi tetapi gaya
kepemimpinan akan sangat efektif apabila dapat mengakomodasi lingkungannya
(pengikut, atasan dan rekan kerjanya). Tentunya seorang pemimpin harus
mempunyai kewibawaan, kekuasaan untuk memerintah orang lain dan
mempunyai kewajiban serta tanggungjawab terhadap apa yang telah mereka
lakukan.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Rumah sakit merupakan organisasi pelayanan jasa yang mempunyai
kespesifikan dalam hal sumber daya manusia, sarana dan prasarana dan peralatan
yang dipakai.
Analisis internal bertujuan menilai kekuatan dan kelemahan rumah sakit.
Analisis internal rumah sakit dapat dilakukan dengan berbagai model. Analisa
lingkungan internal lebih mengarah kepada analisa internal rumah sakit dalam rangka
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari tiap divisi.
Untuk dapat bertahan dalam lingkungan yang tidak menentu tersebut,
rumah sakit membutuhkan analisa perencanaan srtategis yang bertujuan agar
rumah sakit melihat secara obyektif kondisi-kondisi internal dan eksternal sehingga
dapat mengantisipasi perubahan lingkungan internal dan eksternal.

3.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan
makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi
penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://text-id.123dok.com/document/lzgwd6m6y-manajemen-strategi-rumah-sakit-
analisis-lingkungan-eksternal-analisa-lingkungan-internal.html

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5615576/fungsi-manajemen-beserta-
penjelasannya-secara-lengkap

ASPEK STRATEGIS MANAJEMEN RUMAH SAKIT. (n.d.).


Husaini, H., & Fitria, H. (2019). Manajemen Kepemimpinan Pada Lembaga
Pendidikan Islam. JMKSP (Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, Dan Supervisi
Pendidikan), 4(1), 43. https://doi.org/10.31851/jmksp.v4i1.2474
Khalifah, S. (2019). No Title ‫سلطنة عمان‬ペインクリニック学会治療指針2. ペイン
クリニック学会治療指針2, 126(1), 1–7.

18

Anda mungkin juga menyukai