Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

APLIKASI PENGADAAN LOGISTIK DI RUMAH SAKIT

OLEH :
KHAIRUNNISA ZAHARA
(20190048)

DOSEN PENGAMPU :

Dr. ERPIDAWATI, SE, M.Pd

PRODI D-III ADM RUMAH SAKIT (A)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT

1442H/2021M
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan penulis berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi penulis sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
penulis. Untuk itu kami penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bukittinggi, 29 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan ................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 4

A. Manajemen Logistik Rumah Sakit ...................................................... 4


B. Tahapan Manajemen Logistik di Rumah Sakit ................................... 5
C. Perencanaan Obat di Rumah Sakit ...................................................... 8
D. Penyimpanan Obat .............................................................................. 12
E. Monitoring Obat di Rumah Sakit ........................................................ 14

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 17

A. Kesimpulan ......................................................................................... 17
B. Saran .................................................................................................... 18

Daftar Pustaka ............................................................................................... 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Berdasarkan UU No 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, definisi rumah


sakityaitu suatu institusi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yangmeyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pelayanan
rumahsakit pada saat ini merupakan bentuk upaya pelayanan kesehatan yang
bersifat sosioekonomi, artinya suatu usaha yang walau bersifat social namun
diusahakan agar bisamendapt surplus keuangan, serta mengelola rumah sakit
secara bisnis dan ekonomitanpa melupakan fungsi sosialnya. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara pengelolaanyang professional dengan memperhattikan
prinsip-prinsip ekonomi.

Perkembangan pembangunanan perumah sakitan di Indonesia, terlihat dari


banyak bermunculannya rumah sakit baru, yang menimbulkan persaingan ketat
antarrumah sakit, baik rumah sakit pemerintah, swasta dan asing. Oleh karena itu
rumahsakit sebagai penyedia jasa pelayanan kesehatan harus tetap meningkatkan
mutu pelayanan dan mampu memenuhi pelayanan kesehatan yang teebaik. Dalam
rangkamemenuhi tuntutan tersebut rumah sakit harus mampu meningkatkan
efisiensi danefektifitas disemua bidang pelayanan dan salah satu system yang
mampu mengelolahal tersebtu adalah system menejemen logistik.

Pelayanan di rumah sakit adalah kegiatan yang berupa pelayanan rawat


jalan, pelayanan rawat inap dan pelayanan gawat darurat yang mencakup
pelayanan medic dan penunjang medik dan salah satu unit pelayanan yang
mempunyai peranan yang sangat penting adalah unit farmasi. Farmasi Rumah
Sakit meurpakan bagian integral pelayanan kesehatan yang di rumah sakit yang
memberikan pelayanan kefarmasian yang efektif dan efisien serta penyedia obat
yang bermutu dengan harga terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Obat
merupakan barang yang penting di rumah sakit karena Hampir 90% pelayanan
kesehatan di rumah sakit menggunakan perbekalan farmasi, serta 50% dari

1
pemasukan rumah sakit berasal dari pengelolaan perbekalan farmasi. Mengingat
besarnya kontribusi Instalasi Farmasi dalam kelancaran pelayanandan juga
merupakan instalasi yang memberikan sumber pemasukan terbesar di rumah sakit,
maka perbekalan barang farmasi memerlukan suatu pengelolaan secara cermat
dan penuh tanggung jawab (Suciati, suci dkk, 2006). Menurut Peraturan Menteri
Ksehatan Republik Indonesia nomor 72 tahun 2016 tentang standar pelayanan
farmasidi Rumah sakit, kegiatan pengelolaan terdiri dari pemilihan, perencanaan
kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan
dan penarikan, pengendalian, dan administrasi.

Menurut penelitian Puslitbang Biomedis dan Farmasi (2006) diketahui


bahwa masih banyak gudang penyimpanan obat di rumah sakit Indonesia yang
kurang memenuhi persyaratan seperti tidak menggunakan sistem alfabetis dalam
penataannya, tidak menggunakan sistem FIFO atau FEFO dan penggunaan kartu
stok yang belum memadai. Penyimpanan yang kurang baik seperti yang
diungkapkan diatas tentunya dapat membawa kerugian yang cukup besar bagi
rumah sakit. Karena hampir 40%-50% pengeluaran rumah sakit ditujukan untuk
kebutuhan logistic terutama obat-obatan dan alat kesehatan (Nabila, 2012).
Artinya, jika terjadi kesalahan dalam pengelolaan dan penyimpanan obat di rumah
Sakit, maka rumah sakit tersebut akan mengalami kerugian. Komite Akreditasi
Rumah Sakit dalam Standar Akreditasi Rumah Sakit Tahun 2010 juga
menyebutkan bahwa obat-obatan yang ada di rumah sakit harus disimpan dengan
baik dan aman. Hal ini dilakukan untuk menjamin efisiensi penyimpanan obat dan
termasuk ke dalam salah satu kriteria dalam penilaian akreditasi RS.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka didapatkan rumusan masalah


sebagai berikut :

1. Apa itu manajemen logistic rumah sakit?


2. Bagaimana tahapan manajemen logistic di rumah sakit?

2
3. Bagaimana perencanaan obat di rumah sakit?
4. Bagaimana penyimpanan obat di rumah sakit?
5. Bagaimana monitoring obat di rumah sakit?

C. TUJUAN
1. Mengetahui manajemen logistic rumah sakit
2. Mengetahui tahapen manjemen logistic di rumah sakit
3. Mengetahui sistem perencanaan obat di rumah sakit
4. Mengetahuisistem penyimpanan obat di rumah sakit
5. Mengetahui system monitoring obat dirumah sakit

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. MANAJEMEN LOGISTIK RUMAH SAKIT

Manajemen logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan dan atau seni


dalam proses perencanaan dan penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan,
penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan material/alat-alat. Manajemen
logistik mampu menjawab tujuan dan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut
dengan ketersediaan bahan logistik setiap saat bila dibutuhkan dan dipergunakan
secara efisien dan efektif. Keberhasilan suatu organisasi mencapai tujuan
didukung oleh pengelolaan faktor-faktor antara lain Man, Money, Machine,
Methode dan Material. Pengelolaan yang baik dan seimbang pada kelima faktor
tersebut akan memberi kepuasan kepada konsumen (Subagya, 1996).

Manajemen logistik sangat dipengaruhi oleh sistem logistik, pengertian


sistem itu sendiri adalah satu keseluruhan yang terorganisir terdiri dari bagian-
bagian yang dihubungkan dengan cara tertentu dan diarahkan untuk tujuan
tertentu, unsurunsurnya yaitu input, proses, dan output ( Terry, 2006 ).

Konteks dari logistik rumah sakit juga mengandung pengertian sebagai


suatu perbekalan dari sebuah rumah sakit untuk dapat beroperasi. Berdasarkan
pengertian dari logistik rumah sakit, maka dapat diidentifikasi empat kegiatan
utama dari logistik rumah sakit, diantaranya adalah (Imron, 2010):

- Kegiatan manajemen persediaan seperti pembelian, penerimaan dan


pengendalian persediaan dan perbekalan.
- Kegiatan manajemen transportasi seperti transportasi pasien dari dan ke
dalam rumah sakit, pengiriman produk farmasi dan medis.
- Kegiatan produksi seperti laundri, kantin, dan sterilisasi.
- Kegiatan distribusi seperti pengiriman dan penyusunan barang dalam
jumlah besar ke dalam urutan permintaan untuk masing-masing
departemen.

4
Manajemen Rumah Sakit bukan saja merupakan suatu kegiatan
pengelolaan dari pelayanan kesehatan semata. Penyediaan suatu daya dukung
yang memadai dalam rangka pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan, sehingga
akan dapat diperoleh suatu hasil pelayanan yang baik pula. Daya dukung tersebut
adalah suatu Asupan (Input) , yang kemudian diolah dan diproses dengan
melaksanakan dan menggerakkan seluruh fungsi-fungsi dari Manajemen tersebut,
maka akan dihasilkan suatu Luaran (Output) dalam bentuk jasa pelayanan
kesehatan yang memadai dan dapat dipertanggung jawabkan (Imron, 2010).

Tujuan Manajemen Logistik

Pada dasarnya tujuan manajemen logistik adalah menyampaikan barang


jadi dan bermacam-macam material dalam jumlah yang tepat pada waktu yang
dibutuhkan, dalam keadaan yang dapat dipakai ke lokasi dimana ia dibutuhkan,
dan dengan total biaya yang terendah.

Menurut Aditama (2002), kegiatan logistik secara umum mempunyai tiga


tujuan, antara lain:

a. Tujuan operasional adalah agar tersedia barang, serta bahan dalam jumlah
yang tepat mutu yang memadai.
b. Tujuan keuangan, meliputi pengertian bahwa upaya tujuan operasional
dapat terlaksana dengan biaya yang serendah-rendahnya.
c. Tujuan pengamanan, dimaksud agar persediaan tidak terganggu oleh
kerusakan, pemborosan,penggunaan tanpa hak, pencurian, dan penyusutan
yang tidak wajar lainnya, serta nilai persediaan yang sesungguhnya dapat
tercermin di dalam sistem akuntansi.
B. TAHAPAN MANAJEMEN LOGISTIK DI RUMAH SAKIT

Pelaksanaan manajemen logistik berkaitan dengan kegiatan pengelolaan


sediaan farmasi, alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) dirumah
sakit, serta menjamin seluruh kegiatan perbekalaan farmasi
tersebut berjalan sesuai dengan yang telah ditetapkan, juga memastikan kualitas,m

5
anfaat, dan keamanannya. Tahapan manajemen logistik di Rumah Sakit
digambaran dengan siklus lostik di rumah sakit.

a. Pemilihan

Merupakan kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan farmasi dan BMHP


sesuai dengan kebutuhan. Pada umumnya, pemilihan sediaan farmasi dan BMHP
berdasarkan formularium rumah sakit. Formularium rumah sakit berisi daftar obat
yang disepakati staf medis,dan disusun oleh komite/tim farmasi dan terapi.

b. Perncanaan Kebutuhan

Merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan


sediaan farmasi dan BMHP sesuai dengan hasil pemilihan. Perencaan dilakukan
untuk menghindari kekosongan obat menggunakan metode yang dapat
dipertanggung jawabkan. Perencanaan dapat berdasaran pola konsumsi,
epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi. Dalam
pelaksanannya, harus mempertimbangkan anggaran yang tersedia, penetapan
prioritas, sisa persediaan, data pemakaian periode yang lalu, waktu
tunggu pemesanan, dan rencana pengembangan.

c. Pengadaan

6
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan
perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan,
jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar
mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari
pemilihan,penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan
dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi
kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran.

d. Penerimaan

Merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah,


mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan
dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan barang
harus tersimpan dengan baik.

e. Penyimpanan

Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu


dilakukan penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus
dapat menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan
kefarmasian yang dimaksud
meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban,
ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,dan Bahan
Medis Habis Pakai.

f. Pendistribusian

Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka


menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien
dengan tetap menjamin mutu, stabilitas,
jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. Rumah Sakit harus menentukan system
distribusi yang dapat menjamin terlaksananya pengawasan

7
dan pengendalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai di unit pelayanan.

g. Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, danBahan


Medis Habis Pakai

Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,dan Bahan


Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara
yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan
perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah
penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh
pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan kepada
Kepala BPOM. Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan MedisHabis Pakai dilakukan
terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.

h. Pengendalian

Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaandan


penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi bersama dengan Komite/Tim
Farmasi dan Terapi di Rumah Sakit.

i. Administrasi

Merupakan kegiatan yang terdiri dari pencacatan dan pelaporan;


administrasi keuangan; administrasi penghapusan.

C. PERENCANAAN OBAT DI RUMAH SAKIT

Perencanaan merupakan salah satu fungsi yang sangat penting


dalammanajemen, karena dengan adanya perencanaan akan menentukan
fungsimanajemen lainnya terutama pengambilan keputusan. Fungsi
perencanaanmerupakan landasan dasar dari fungsi menajemen secara keseluruhan.

8
Tanpa adanya perencanaan, pelaksanaan kegiatan tidak akan berjalan dengan
baik.Dengan demikian perencanaan merupakan suatu pedoman atau
tuntunanterhadap proses kegiatan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien
(Muninjaya, Gde.2004). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.72 tahun2016
tentang standar pelayanan farmasi di Rumah Sakit, Pedoman perencanaan harus
mempertimbangkan :

a. Anggaran dana yang tersedia


b. Penetapan prioritas
c. Sis persediaand.
d. Data pemakaian periode lalu
e. Waktu tunngu pemesanan
f. Rencana pengembangan

Beberapa tujuan perencanaan dalam farmasi adalah untuk menyusun


kebutuhan obat yang tepat dan sesuai kebutuhan untuk mencegah terjadinya
kekukarangan atau kelebihan persediaan farmasi serta
meningkatkan penggunaan farmasi secara efektif dan efisien (Oscar, Lydianita
dan Mohammad Jauhar, 2016). Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk
mencapai tujuan perencanaan obat yaitu :

a. Mengenal dengan jelas rencana jangka panjang apakah program


dapatmencapai tujuan dan sasaran.
b. Persyaratan barang meliputi kualitas barang, fungsi barang, pemakaian
satumerk dan untuk jenis obat narkotika harus mengikuti peraturan yang
berlaku.
c. Kecepatan peredaran barang dan jumlah peredaran barang.
d. Pertimbangan anggaran dan prioritas.

Tujuan perencanaan pengadaan obat adalah untuk menetapkan :

a. Perkiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang mendekati
kebutuhan.
b. Menghindari terjadinya kekosongan obat

9
c. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional.
d. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.

Manfaat perencanaan menurut Herlambang dan Arita yang dikutip oleh


Febriawati (2013) dalam buku yang berjudul “Manajemen Kesehatan dan Rumah
Sakit” adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:

a. Tujuan yang ingin dicapai.


b. Jenis dan struktur organisasi yang diinginkan.
c. Jenis dan jumlah staf yang diiginkan beserta tugasnya masing-masing.
d. Sejauh mana efektivitas kepemimpinan dan pengarahan yang diperlukan.
e. Bentuk dan standar pengawasan yang akan dilakukan

Tahap Perencanaan Kebutuhan Obat di Rumah Sakit

Perencanaan kebutuhan obat merupakan kegiatan utama sebelum


melakukan proses pengadaan obat. Tahap–tahap yang diperlukan dalam kegiatan
perencanaan kebutuhan obat antara lain :

a. Pemilihan

Fungsi pemilihan adalah untuk menentukan apakah perbekalan obat benar-


benar diperlukan sesuai dengan jumlah pasien/kunjungan dan pola penyakit di
rumah sakit. Kriteria pemilihan obat yang baik yaitumeliputi:

1) Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin, hal ini untuk menghindari
duplikasi dan kesamaan jenis.
2) Hindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obat kombinasi
mempunyai efek yang lebih baik dibanding obat tunggal
3) Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat pilihan
(drug of choise) dari penyakit yang prevalensinya tinggi.

Pemilihan obat di rumah sakit merujuk kepada Daftar Obat Esensial


Nasional (DOEN) sesuai dengan kelas rumah sakit masing-masing, Formularium

10
RS, Formularium Jaminan Kesehatan bagi masyarakat miskin, Daftar Plafon
Harga obat (DPHO) Askes dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek).

b. Tahap Kompilasi Penggunaan Obat

Kompilasi penggunaan perbekalan farmasi berfungsi untuk


mengetahui penggunaan bulanan masingmasing jenis perbekalan farmasi di unit
pelayanan selama setahun dan sebagai data pembanding bagi stok optimum.
Informasi yang didapat dari kompilasi
penggunaan perbekalan farmasi adalah jumlah penggunaan tiap jenis perbekalan
farmasi pada masing-masing unit pelayanan. Persentase penggunaan tiap jenis
perbekalan farmasi terhadap total penggunaan setahun seluruh unit pelayanan dan
penggunaan rata-rata untuk setiap jenis perbekalan farmasi.

c. Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat

Menurut Oschar dan Jauhar (2016), tahap ini bertujuan untuk menghindari
masalah kekosongan obat atau kelebihan obat. Dengan koordinasi dari proses
perencanaan dan pengadaan obat diharapkan obat yang dapat tepat jenis, tepat
jumlah dan tepat waktu.

Menentukan kebutuhan perbekalan farmasi merupakan tantangan yang


berat yang harus dihadapi oleh tenaga farmasi yang bekerja di rumah
sakit. Masalah kekosongan atau kelebihan perbekalan farmasi dapat terjadi,
apabila informasi yang digunakan semata-matahanya berdasarkan kebutuhan
teoritis saja. Dengan koordinasi
dan proses perencanaan untuk pengadaan perbekalan farmasi secaraterpadu serta
melalui tahapan seperti di atas, maka
diharapkan perbekalan farmasi yang direncanakan dapat tepat jenis, tepat jumlah,
tepat waktu, dan tersedia pada saat dibutuhkan. Ada 9 langkah perhitungan
kebutuhan obat, yaitu:

a) Menghitung pemakaian nyata per tahun


b) Menghitung pemakaian rata-rata perbulan

11
c) Menghitung kekurangan obat
d) Menghitung kebutuhan obat sesungguhnya per tahun
e) Menghitung kebutuhan obat tahun yang akan datang
f) Menghitung waktu tunggu (lead time)
g) Menghitung stok pengaman (buffer stock)
h) Menghitung kebutuhan obat yang akan diprogramkan untuk tahunyang
akan datang
D. PENYIMPANAN OBAT

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2004) penyimpanan


obatadalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obat yang diterima agar
aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya
tetap terjamin. Penyimpanan merupakan fungsi dalam managemen logistic
farmasi yang sangat menentukan kelancaran pendistribusian serta
tingkatkeberhasilan dari manajemen logistik farmasi dalam mencapai tujuannya.

Setelah barang diterima di instalasi farmasi, perlu dilakukan penyimpanan


sebelum didistribusikan. Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan
keamaan sediaan farmasi dan BMHP sesuai dengan persyaratan kefarmasian.
Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas, keamaan,
sanitasi cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis sediaan.
Komponen yang harus diperhatikan antara lain:

a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat diberi
label yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan
dibuka, tanggal kadaluarwa, dan peringatan khusus
b. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali
untuk kebutuhan klinis yang penting
c. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien
dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan
pada area yang dibatasi ketat (restricted) untuk mencegah penatalaksanaan
yang kurang hati-hati

12
d. Sedian farmasi dan BMHP yang dibawa oleh pasien harus disimpan secara
khusus dan dapat diidentifikasi
e. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk menyimpan barang
lainnya yang menyebabkan kontaminasi

Instalasi farmasi harus dapat memastikan bahwa obat disimpan secara


benar dan diinspeksi secara periodik. Sediaan farmasi dan BMHP yang harus
disimpan terpisah yaitu:

a. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan
diberitanda khusus bahan berbahaya
b. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi
penandaanuntuk menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis yang
adaisinya. Penyimpanan tabung gas medis diruangan harus
menggunakantutup demi keselamatan.

Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk


dan jenis sediaan, secara alfabetis dengan menerapkan prinsip
First in First Out (FEFO) dan First Expired First Out (FEO) disertai sistem
informasi manajemen. Sediaan farmasi dan BMHP yang penampilan
dan penamaannya mirip atau disebut Look Alike Sound Alike (LASA) tidak
ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah terjdi
nya kesalahan pengambilan obat.

Unsur yang Brkaitan dengan Peyimpanan obat

Beberapa ketentuan mengenai sarana penyimpanan obat menurut Dirjen


Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (2010) antara lain:

1) Gudang atau tempat penyimpananGudang penyimpanan harus cukup luas


(minimal 3 x 4m2), kondisi ruangan harus kering tidak terlalu lembab.
Pada gudang harus terdapat ventilasi agar ada aliran udara dan tidak
lembab/panas dan harus terdapat cahaya. Gudang harus dilengkapi pula
dengan jendela yang

13
mempunyai pelindung (gorden atau kaca di cat) untuk menghindarkan ada
nya cahaya langsung dan berteralis. Lantai dibuat dari tegel/semen yang
tidak memungkinkan bertumpuknya debu dan kotoran lain. Bila perlu
seluruhnya diberi alas papan (palet). Selain itu, dinding gudang dibuat
licin. Sebaiknya menghindari pembuatan sudut lantai dan dinding
yangtajam. Fungsi gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat.
Gudang juga harus mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda. Perludi
sediakan lemari/laci khusus untuk narkotika dan psikotropika yang selalu
terkunci dan dilengkapi dengan pengukur suhu ruangan.
2) Kondisi penyimpanan
Demi menjaga mutu obat perlu diperhatikan beberapa faktor seperti
kelembaban udara, sinar matahari dan temperatur udara. Udara lembab
dapat mempengaruhi obat-obatan yang tidak tertutup sehingga
mempercepat kerusakan.Untuk menghindari udara lembab tersebut
maka perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut :
 terdapat ventilasi pada ruangan, jendela dibuka
 simpan obat ditempat yang kering
 wadah harus selalu tertutup rapat, jangan terbuka
 bila memungkinkan pasang kipas angin atau AC karena makin
panasudara di dalam ruangan makaudara semakin lembabbiarkan
pengeringtetap dalam wadah tablet/kapsul
 kalau ada atap yang bocor harus segera diperbaiki
E. MONITORING OBAT DI RUMAH SAKIT

Monitoring obat merupakan kegiatan pengendalian mutu


pelayanankefarmasian di rumah sakit. Pengendalian mutu adalah
mekanisme pemantauan dan penilaian terhadap pelayanan yang diberikan
secara terencanadan sistematis, sehingga dapat diidentifikasi peluang untuk
meningkatkan mutu serta menyediakan mekanisme tindakan yang diambil.

14
Pengendalian mutu harus terintegrasi dengan program pengendalian
mutu pelayanan kesehatan rumah sakit yang dilaknasakan secara berkesinambung
an, meliputi:

a. Perencanaan, yaitu menyusun rencara kerja dan cara monitoring


danevaluasi untuk peningkatan mutu sesuai target yang telah ditetapkan
b. Pelaksanaan, yaitu monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan
rencanakerja (membandingkan antara capaian dengan rencana kerja),
danmemberikan mpan balik terhadap hasil capaian.
c. Tindakan hasil monitoring dan evaluai, yaitu melakukan perbaikan
kualitas pelayanan sesuai target yang ditetapkan, serta meningkatka kualita
s pelayanan jika capaian sudah memusakan

Tahapan program pengendalian mutu, meliputi:

a. Mendefinisikan kualitas pelayanan kefarmasian yang diinginkan


dalam bentuk kriteria
b. Penilaian kualitias pelayanan kefarmasian yang sedng berjalan
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
c. Pendidikan personel dan peningkatan fasilitas pelayanan bila diperlukan
d. Penilaian ulang kualitias pelayana kefarmasian
e. Up date Kriteria

Dalam pelaksaan pengendalian mutu pelayanan kefarmasian dilakukan


melalui kegiatan monitoring dan evaluasi yang harus dapat dilaksanakan oleh
instalasi farmasi sendiri atau dilakukan oleh tim audit internal. Monitoring
danevaluasi harus dilaksanakan terhadap seluruh tata kelola sediaan farmasi,
alkes,dan BMHP sesuai ketentuan yang berlaku. Berdasarkan waktu pelaksanaan
evaluasi, dibagi menjadi tiga jenis , yaitu:

a. Prospektif
Dijalankan sebelum pelayan dilaksanakan, contoh: standar prosedur
operasional dan pedoman
b. konkuren

15
program dijalankan bersamaan dengan pelayanan dilaksanakan, contoh:
memantau kegiatan konseling apoteker, peracikan resep oleh asisten apoteker.
c. Retrospektif
Program pengendalian yang dijalankan setelah pelayan dilaksanan, contoh:
survei konsumen, laporan mutasi barang, audit internal

Evaluasi mutu pelayanan merupakan proses pengukuran, penilaian atas


semuakegiatan pelayanan kefarmasian di rumah sakit secara berkala. Kualitas
pelayanan meliputi, teknis pelayanan, proses pelayanan, tata cara/standar prosedur
operasional, waku tunggu untuk mendapatkan pelayanan. Metodeevaluasi yang
digunakan, terdiri dari:

a. Audit (pengawasan)
Dilakukan terhadap proses hasil kegiatan apakah sudah sesuai standar
atau belum
b. Review (penilaian)
Dilakukan terhadap pelayanan yang telah diberikan, penggunaan sumber
daya, penulisan resep
c. Servei
Untuk mengukur kepuasan pasien, dilakukakn dengan angket atau
wawancara langsung
d. Observasi
Terhadap kecepatan pelayanan, misalnya lama antrian, ketepatan penyerah
an obat

16
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Beradasarkan uraian dan kasus yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Obat merupakan barang yang penting di rumah sakit karena Hampir 90%
pelayanan kesehatan di rumah sakit menggunakan perbekalan farmasi, serta
50% dari pemasukan rumah sakit berasal dari pengelolaan perbekalan
farmasi. Mengingat besarnya kontribusi Instalasi Farmasi dalam kelancaran
pelayanan dan juga merupakan instalasi yang memberikan sumber
pemasukan terbesar di rumah sakit, maka perbekalan barang farmasi
memerlukan suatu pengelolaan secara cermat dan penuh tanggung jawab
2. Prinsip manajamen farmasi di Rumah Sakit meliputi kegiatan pengelolaan
obat di Rumah sakit sebagaimana yang tertera dalam Peraturan Pemerintan
Nomor 72 tahun 2016 tentan standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit.
Kegiatan tersebut terdiri dari pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan,
pengendalian, danadministrasi.
3. Tahap-tahap dalam perencaan obat terdiri dari pemilihan obat, tahap
kompilasi penggunaan obat, dan perhitungan kebutuhan obat melaluui
beberapa pendekatan, diantaranya: metode konsumsi, metode epidemiologi,
dan kombinasi antara metode konsumsi dan epidemiologi
4. Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk dan
jenis sediaan, secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First in First Out
(FEFO) dan First Expired First Out (FEO) disertai sistem informasi
manajemen. Sediaan farmasi dan BMHP yang penampilan dan penamaannya
mirip atau disebut Look Alike Sound Alike (LASA) tidak ditempatkan
berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya
kesalahan pengambilan obat.

17
5. Dalam pelaksaan pengendalian mutu pelayanan kefarmasian dilakukan
melalui kegiatan monitoring dan evaluasi yang harus dapat dilaksanakan oleh
instalasi farmasi sendiri atau dilakukan oleh tim audit internal. Monitoring
dan evaluasi harus dilaksanakn terhadap seluruh tata kelola sediaan farmasi,
alkes, dan BMHP sesuai ketentuan yang berlaku
B. SARAN

Saya sebagai penulis menyadari jika makalah ini banyak sekali memiliki
kekurangan yang jauh dari kata sempurna. Tentunya, penulis akan terus
memperbaiki makalah dengan mengacu kepada sumber yang busa
dipertanggungjawabkan nantinya.

Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta saran
mengenai pembahasan makalah di atas.

18
Daftar Pustaka

https://www.scribd.com/embeds/423874367/content?start_page=1&view_mode=s
croll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf

https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/16543/121000168.pdf?seq
uence=1&isAllowed=y

19

Anda mungkin juga menyukai