OLEH :
KHAIRUNNISA ZAHARA
(20190048)
DOSEN PENGAMPU :
1442H/2021M
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan penulis berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi penulis sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
penulis. Untuk itu kami penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ......................................................................................... 17
B. Saran .................................................................................................... 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
pemasukan rumah sakit berasal dari pengelolaan perbekalan farmasi. Mengingat
besarnya kontribusi Instalasi Farmasi dalam kelancaran pelayanandan juga
merupakan instalasi yang memberikan sumber pemasukan terbesar di rumah sakit,
maka perbekalan barang farmasi memerlukan suatu pengelolaan secara cermat
dan penuh tanggung jawab (Suciati, suci dkk, 2006). Menurut Peraturan Menteri
Ksehatan Republik Indonesia nomor 72 tahun 2016 tentang standar pelayanan
farmasidi Rumah sakit, kegiatan pengelolaan terdiri dari pemilihan, perencanaan
kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan
dan penarikan, pengendalian, dan administrasi.
B. RUMUSAN MASALAH
2
3. Bagaimana perencanaan obat di rumah sakit?
4. Bagaimana penyimpanan obat di rumah sakit?
5. Bagaimana monitoring obat di rumah sakit?
C. TUJUAN
1. Mengetahui manajemen logistic rumah sakit
2. Mengetahui tahapen manjemen logistic di rumah sakit
3. Mengetahui sistem perencanaan obat di rumah sakit
4. Mengetahuisistem penyimpanan obat di rumah sakit
5. Mengetahui system monitoring obat dirumah sakit
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Manajemen Rumah Sakit bukan saja merupakan suatu kegiatan
pengelolaan dari pelayanan kesehatan semata. Penyediaan suatu daya dukung
yang memadai dalam rangka pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan, sehingga
akan dapat diperoleh suatu hasil pelayanan yang baik pula. Daya dukung tersebut
adalah suatu Asupan (Input) , yang kemudian diolah dan diproses dengan
melaksanakan dan menggerakkan seluruh fungsi-fungsi dari Manajemen tersebut,
maka akan dihasilkan suatu Luaran (Output) dalam bentuk jasa pelayanan
kesehatan yang memadai dan dapat dipertanggung jawabkan (Imron, 2010).
a. Tujuan operasional adalah agar tersedia barang, serta bahan dalam jumlah
yang tepat mutu yang memadai.
b. Tujuan keuangan, meliputi pengertian bahwa upaya tujuan operasional
dapat terlaksana dengan biaya yang serendah-rendahnya.
c. Tujuan pengamanan, dimaksud agar persediaan tidak terganggu oleh
kerusakan, pemborosan,penggunaan tanpa hak, pencurian, dan penyusutan
yang tidak wajar lainnya, serta nilai persediaan yang sesungguhnya dapat
tercermin di dalam sistem akuntansi.
B. TAHAPAN MANAJEMEN LOGISTIK DI RUMAH SAKIT
5
anfaat, dan keamanannya. Tahapan manajemen logistik di Rumah Sakit
digambaran dengan siklus lostik di rumah sakit.
a. Pemilihan
b. Perncanaan Kebutuhan
c. Pengadaan
6
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan
perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan,
jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar
mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari
pemilihan,penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan
dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi
kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran.
d. Penerimaan
e. Penyimpanan
f. Pendistribusian
7
dan pengendalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai di unit pelayanan.
h. Pengendalian
i. Administrasi
8
Tanpa adanya perencanaan, pelaksanaan kegiatan tidak akan berjalan dengan
baik.Dengan demikian perencanaan merupakan suatu pedoman atau
tuntunanterhadap proses kegiatan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien
(Muninjaya, Gde.2004). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.72 tahun2016
tentang standar pelayanan farmasi di Rumah Sakit, Pedoman perencanaan harus
mempertimbangkan :
a. Perkiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang mendekati
kebutuhan.
b. Menghindari terjadinya kekosongan obat
9
c. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional.
d. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
a. Pemilihan
1) Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin, hal ini untuk menghindari
duplikasi dan kesamaan jenis.
2) Hindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obat kombinasi
mempunyai efek yang lebih baik dibanding obat tunggal
3) Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat pilihan
(drug of choise) dari penyakit yang prevalensinya tinggi.
10
RS, Formularium Jaminan Kesehatan bagi masyarakat miskin, Daftar Plafon
Harga obat (DPHO) Askes dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek).
Menurut Oschar dan Jauhar (2016), tahap ini bertujuan untuk menghindari
masalah kekosongan obat atau kelebihan obat. Dengan koordinasi dari proses
perencanaan dan pengadaan obat diharapkan obat yang dapat tepat jenis, tepat
jumlah dan tepat waktu.
11
c) Menghitung kekurangan obat
d) Menghitung kebutuhan obat sesungguhnya per tahun
e) Menghitung kebutuhan obat tahun yang akan datang
f) Menghitung waktu tunggu (lead time)
g) Menghitung stok pengaman (buffer stock)
h) Menghitung kebutuhan obat yang akan diprogramkan untuk tahunyang
akan datang
D. PENYIMPANAN OBAT
a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat diberi
label yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan
dibuka, tanggal kadaluarwa, dan peringatan khusus
b. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali
untuk kebutuhan klinis yang penting
c. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien
dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan
pada area yang dibatasi ketat (restricted) untuk mencegah penatalaksanaan
yang kurang hati-hati
12
d. Sedian farmasi dan BMHP yang dibawa oleh pasien harus disimpan secara
khusus dan dapat diidentifikasi
e. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk menyimpan barang
lainnya yang menyebabkan kontaminasi
a. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan
diberitanda khusus bahan berbahaya
b. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi
penandaanuntuk menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis yang
adaisinya. Penyimpanan tabung gas medis diruangan harus
menggunakantutup demi keselamatan.
13
mempunyai pelindung (gorden atau kaca di cat) untuk menghindarkan ada
nya cahaya langsung dan berteralis. Lantai dibuat dari tegel/semen yang
tidak memungkinkan bertumpuknya debu dan kotoran lain. Bila perlu
seluruhnya diberi alas papan (palet). Selain itu, dinding gudang dibuat
licin. Sebaiknya menghindari pembuatan sudut lantai dan dinding
yangtajam. Fungsi gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat.
Gudang juga harus mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda. Perludi
sediakan lemari/laci khusus untuk narkotika dan psikotropika yang selalu
terkunci dan dilengkapi dengan pengukur suhu ruangan.
2) Kondisi penyimpanan
Demi menjaga mutu obat perlu diperhatikan beberapa faktor seperti
kelembaban udara, sinar matahari dan temperatur udara. Udara lembab
dapat mempengaruhi obat-obatan yang tidak tertutup sehingga
mempercepat kerusakan.Untuk menghindari udara lembab tersebut
maka perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut :
terdapat ventilasi pada ruangan, jendela dibuka
simpan obat ditempat yang kering
wadah harus selalu tertutup rapat, jangan terbuka
bila memungkinkan pasang kipas angin atau AC karena makin
panasudara di dalam ruangan makaudara semakin lembabbiarkan
pengeringtetap dalam wadah tablet/kapsul
kalau ada atap yang bocor harus segera diperbaiki
E. MONITORING OBAT DI RUMAH SAKIT
14
Pengendalian mutu harus terintegrasi dengan program pengendalian
mutu pelayanan kesehatan rumah sakit yang dilaknasakan secara berkesinambung
an, meliputi:
a. Prospektif
Dijalankan sebelum pelayan dilaksanakan, contoh: standar prosedur
operasional dan pedoman
b. konkuren
15
program dijalankan bersamaan dengan pelayanan dilaksanakan, contoh:
memantau kegiatan konseling apoteker, peracikan resep oleh asisten apoteker.
c. Retrospektif
Program pengendalian yang dijalankan setelah pelayan dilaksanan, contoh:
survei konsumen, laporan mutasi barang, audit internal
a. Audit (pengawasan)
Dilakukan terhadap proses hasil kegiatan apakah sudah sesuai standar
atau belum
b. Review (penilaian)
Dilakukan terhadap pelayanan yang telah diberikan, penggunaan sumber
daya, penulisan resep
c. Servei
Untuk mengukur kepuasan pasien, dilakukakn dengan angket atau
wawancara langsung
d. Observasi
Terhadap kecepatan pelayanan, misalnya lama antrian, ketepatan penyerah
an obat
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Beradasarkan uraian dan kasus yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Obat merupakan barang yang penting di rumah sakit karena Hampir 90%
pelayanan kesehatan di rumah sakit menggunakan perbekalan farmasi, serta
50% dari pemasukan rumah sakit berasal dari pengelolaan perbekalan
farmasi. Mengingat besarnya kontribusi Instalasi Farmasi dalam kelancaran
pelayanan dan juga merupakan instalasi yang memberikan sumber
pemasukan terbesar di rumah sakit, maka perbekalan barang farmasi
memerlukan suatu pengelolaan secara cermat dan penuh tanggung jawab
2. Prinsip manajamen farmasi di Rumah Sakit meliputi kegiatan pengelolaan
obat di Rumah sakit sebagaimana yang tertera dalam Peraturan Pemerintan
Nomor 72 tahun 2016 tentan standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit.
Kegiatan tersebut terdiri dari pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan,
pengendalian, danadministrasi.
3. Tahap-tahap dalam perencaan obat terdiri dari pemilihan obat, tahap
kompilasi penggunaan obat, dan perhitungan kebutuhan obat melaluui
beberapa pendekatan, diantaranya: metode konsumsi, metode epidemiologi,
dan kombinasi antara metode konsumsi dan epidemiologi
4. Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk dan
jenis sediaan, secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First in First Out
(FEFO) dan First Expired First Out (FEO) disertai sistem informasi
manajemen. Sediaan farmasi dan BMHP yang penampilan dan penamaannya
mirip atau disebut Look Alike Sound Alike (LASA) tidak ditempatkan
berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya
kesalahan pengambilan obat.
17
5. Dalam pelaksaan pengendalian mutu pelayanan kefarmasian dilakukan
melalui kegiatan monitoring dan evaluasi yang harus dapat dilaksanakan oleh
instalasi farmasi sendiri atau dilakukan oleh tim audit internal. Monitoring
dan evaluasi harus dilaksanakn terhadap seluruh tata kelola sediaan farmasi,
alkes, dan BMHP sesuai ketentuan yang berlaku
B. SARAN
Saya sebagai penulis menyadari jika makalah ini banyak sekali memiliki
kekurangan yang jauh dari kata sempurna. Tentunya, penulis akan terus
memperbaiki makalah dengan mengacu kepada sumber yang busa
dipertanggungjawabkan nantinya.
Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta saran
mengenai pembahasan makalah di atas.
18
Daftar Pustaka
https://www.scribd.com/embeds/423874367/content?start_page=1&view_mode=s
croll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf
https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/16543/121000168.pdf?seq
uence=1&isAllowed=y
19