Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen merupakan suatu langkah yang digunakan oleh seseorang
untuk mengatur, mengelola, dan mengurus suatu permasalahan yang
memerlukan penanganan untuk diselesaikan atau bahkan menjaga suatu
kebijakan tetap berjalan dengan baik. Manajemen dapat diartikan sebagai
Manajemen sebagai suatu proses, Manajemen sebagai kolektivitas orang-
orang yang melakukan aktivitas manajemen dan Menajemen sebagai suatu
seni (art) dan sebagai suatu ilmu pengetahuan (science).
Manajemen adalah suatu proses pengaturan atau ketatalaksanaan
untuk mencapai suatu tujuan dengan melibatkan orang lain. Manajemen
adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber–sumber lainya
secara efektif dan efesien untuk mencapai tujuan tertentu. Ada banyak
fungsi manajemen yang diungkapkan oleh para ahli manajemen, seperti
Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Commanding
(Pemberian Komando), Coordinating (Pengkoordinasian), Controlling
(Pengawasan) oleh Henry Fayol; Planning (Perencanaan), Organizing
(Pengorganisasian), Staffing (Penyusunan Pegawai), Directing (Pembinaan
Kerja), Coordinating (Pengkoordinasian), Reporting (Pelaporan), Budgeting
(Anggaran) oleh Luther Gullick; Planning (Perencanaan), Organizing
(Pengorganisasian), Staffing (Penyusunan Pegawai), Directing (Pembinaan
Kerja), Controlling (Pengawasan) oleh  Harold Koontz dan Cyril O’Donnel;
dan beberapa ahli manajemen lagi. Namun  dalam materi ini akan memuat
fungsi manajemen yang lebih sederhana dan bersifat menyeluruh oleh
George R. Terry, yakni POAC (Planning, Organizing, Actuating &
Controlling).
POAC diterapkan dalam setiap organisasi di seluruh dunia guna
mempertahankan kelanjutan organisasi. POAC adalah dasar manajemen

1
untuk organisasi manajerial. Terdapat beberapa konsep proses manajemen
misalnya saja PDCE (Plan, Do, Check, Evaluate) dan PDCA (Plan, Do,
Check, Action). Namun, konsep POAC lebih banyak digunakan dan
diterapkan karena lebih sesuai untuk setiap tingkat manajemen. Dimana satu
sama lain saling berhubungan untuk mencapai sebuah tujuan yang ingin
dicapai oleh sebuah perusahaan. Fungsi POAC sendiri dalam suatu
organisasi adalah untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi suatu
organisasi dalam pencapaian tujuannya.
Setiap perusahaan perlu melakukan suatu proses manajemen. Dimana
proses manajemen itu berperan penting dalam pengandalian sebuah usaha.
Manajemen yang baik akan membawa keuntungan yang besar terhadap
sebuah perusahaan. Karena system administrasi maupun system kinerja
perusahaan akan tertata dengan baik.
Pokok pembahasan pada makalah ini berfokus pada program kerja
POAC dalam menangani kasus “Pencegahan Kematian Akibat HIV/AIDS”
elemen-elemen tertentu dari proses POAC dan proses yang sangat
berhubungan dengan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
Kemudian memperkenalkan konsep perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan dan pengontrolan yang menyajikan sejumlah pendekatan untuk
mengefektifkan program kerja POAC.

B. Tujuan
Tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui
bagaimana langkah-langkah pembuatan program kerja POAC dalam kasus
“Pencegahan Kematian Akibat HIV/AIDS”.

C. Manfaat

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Manajemen
Secara etimologis kata manajemen berasal dari bahasa Perancis Kuno
ménagement, yang berarti seni melaksanakan dan mengatur. Sedangkan
secara terminologis para pakar mendefinisikan manajemen secara beragam,
diantaranya :
John D. Millet (Sukarna, 2011: 2), dalam buku Management In The
Public Service menyatakan Management Is The Process Oif Directing And
Facilitating The Work Of People In Formal Group To Achieve A Desired
End. (Manajemen adalah proses pembimbingan dan pemberian fasilitas
terhadap pekerjaan orang-orang yang terorganisir dalam kelompok formil
untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki).
Gulick dalam Wijayanti (2008: 1) mendefinisikan manajemen sebagai
suatu bidang ilmu pengetahuan (science) yang berusaha secara sistematis
untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja bersama-sama
untuk mencapai tujuan dan membuat sistem ini lebih bermanfaat bagi
kemanusiaan.
Terry (2005: 1) memberi pengertian manajemen yaitu suatu proses
atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu
kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-
maksud yang nyata. Hal tersebut meliputi pengetahuan tentang apa yang
harus dilakukan, menetapkan cara bagaimana melakukannya, memahami
bagaimana mereka harus melakukannya dan mengukur efektivitas dari
usaha-usaha yang telah dilakukan.
Dari beberapa definisi yang tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
manajemen merupakan usaha yang dilakukan secara bersama-sama untuk
menentukan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan
fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling). Manajemen

3
merupakan sebuah kegiatan pelaksanaannya disebut manajing dan orang
yang melakukannya disebut manajer. Manajemen dibutuhkan setidaknya
untuk mencapai tujuan, menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang
saling bertentangan dan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas.

B. Fungsi-Fungsi Manajemen
Menurut Terry (2010: 9) fungsi manajemen dapat dibagi menjadi 4 bagian,
yaitu :
1. Planning (Perencanaan)
a. Pengertian Planning
Planning (perencanaan) ialah penetapan pekerjaan yang harus
dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan.
Planning mencakup kegiatan pengambilan keputusan, karena
termasuk dalam pemilihan alternatif-alternatif keputusan. Diperlukan
kemampuan untuk mengadakan visualisasi dan melihat ke depan
guna merumuskan suatu pola dari himpunan tindakan untuk masa
mendatang.
b. Tujuan Perencanaan
1) untuk memberikan pengarahan baik untuk manajer maupun
karyawan non-manajerial
2) untuk mengurangi ketidakpastian
3) untuk meminimalisasi pemborosan
4) untuk menetapkan tujuan dan standar yang digunakan dalam
fungsi selanjutnya.
c. Proses Perencanaan
Proses perencanaan berisi langkah-langkah:
1) Menentukan tujuan perencanaan
2) Menentukan tindakan untuk mencapai tujuan
3) Mengembangkan dasar pemikiran kondisi mendatang
4) Mengidentifikasi cara untuk mencapai tujuan;
5) Mengimplementasi rencana tindakan dan mengevaluasi
hasilnya.

4
d. Elemen Perencanaan
Perencanaan terdiri atas 2 elemen penting yaitu :
1) Sasaran yaitu hal yang ingin dicapai oleh individu, kelompok,
atau seluruh organisasi. Sasaran sering pula disebut tujuan.
Sasaran memandu manajemen membuat keputusan dan membuat
kriteria untuk mengukur suatu pekerjaan.
2) Rencana adalah dokumen yang digunakan sebagai skema untuk
mencapai tujuan. Rencana biasanya mencakup alokasi sumber
daya, jadwal, dan tindakan-tindakan penting lainnya. Rencana
dibagi berdasarkan cakupan, jangka waktu, kekhususan, dan
frekuensi penggunaanya.
e. Tipe-tipe Perencanaan
Tipe-tipe perencanaan terinci sebagai berikut :
1) perencanaan jangka panjang (Short Range Plans), jangka waktu
5 tahun atau lebih
2) perencanaan jangka pendek (Long Range Plans), jangka waktu 1
s/d 2 tahun
3) perencanaan strategi, yaitu kebutuhan jangka panjang dan
menentukan komprehensif yang telah diarahkan
4) perencanaan operasional, kebutuhan apa saja yang harus
dilakukan untuk mengimplementasikan perencanaan strategi
untuk mencapai tujuan strategi tersebut
5) perencanaan tetap, digunakan untuk kegiatan yang terjadi
berulang kali (terus-menerus)
6) perencanaan sekali pakai, digunakan hanya sekali untuk situasi
yang unik.
f. Sifat Rencana yang Baik
Rencana dikatakan baik jika memiliki sifat sifat-sifat sebagai
berikut:
1) pemakaian kata-kata yang sederhana dan jelas
2) fleksibel, suatu rencana harus dapat menyesuaikan dengan
keadaan yang sebenarnya

5
3) stabilitas, setiap rencana tidak setiap kali mengalami perubahan,
sehingga harus dijaga stabilitasnya
4) ada dalam pertimbangan
5) meliputi seluruh tindakan yang dibutuhkan, meliputi fungsi-
fungsi yang ada dalam organisasi.
2. Organizing (Pengorganisasian)
a. Pengertian Pengorganisasian
Organizing berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani
yang berarti alat, yaitu proses pengelompokan kegiatan-kegiatan
untuk mencapai tujuan-tujuan dan penugasan setiap kelompok
kepada seorang manajer (Terry & Rue, 2010: 82).
Pengorganisasian dilakukan untuk menghimpun dan mengatur
semua sumber-sumber yang diperlukan, termasuk manusia, sehingga
pekerjaan yang dikehendaki dapat dilaksanakan dengan berhasil.
b. Ciri-ciri Organisasi
Ciri-ciri organisasi adalah sebagai berikut :
1) mempunyai tujuan dan sasaran
2) mempunyai keterikatan format dan tata tertib yang harus ditaati
3) adanya kerjasama dari sekelompok orang
4) mempunyai koordinasi tugas dan wewenang.
c. Komponen-komponen Organisasi
Ada 4 komponen dari organisasi yang dapat diingat dengan kata
“WERE” (Work, Employees, Relationship dan Environment) sebagai
berikut :
1) Work (pekerjaan) adalah fungsi yang harus dilaksanakan berasal
dari sasaran-sasaran yang telah ditetapkan.
2) Employees (pegawai-pegawai) adalah setiap orang yang
ditugaskan untuk melaksanakan bagian tertentu dari seluruh
pekerjaan.
3) Relationship (hubungan) merupakan hal penting di dalam
organisasi. Hubungan antara pegawai dengan pekerjaannya,
interaksi antara satu pegawai dengan pegawai lainnya dan unit

6
kerja lainnya dan unit kerja pegawai dengan unit kerja lainnya
merupakan hal-hal yang peka.
4) Environment (lingkungan) adalah komponen terakhir yang
mencakup sarana fisik dan sasaran umum di dalam lingkungan
dimana para pegawai melaksanakan tugas-tugas mereka, lokasi,
mesin, alat tulis kantor, dan sikap mental yang merupakan
faktor-faktor yang membentuk lingkungan.
d. Tujuan organisasi
Tujuan organisasi merupakan pernyataan tentang keadaan atau
situasi yang tidak terdapat sekarang, tetapi dimaksudkan untuk
dicapai pada waktu yang akan dating melalui kegiatan-kegiatan
organisasi (Handoko, 1995: 109).
e. Prinsip-prinsip organisasi
Williams (1965: 85) mengemukakan pendapat bahwa prinsip-prinsip
organisasi meliputi :
1) prinsip bahwa organisasi harus mempunyai tujuan yang jelas
2) prinsip skala hirarki
3) prinsip kesatuan perintah
4) prinsip pendelegasian wewenang
5) prinsip pertanggungjawaban
6) prinsip pembagian pekerjaan
7) prinsip rentang pengendalian
8) prinsip fungsional
9) prinsip pemisahan
10) prinsip keseimbangan
11) prinsip fleksibilitas
12) prinsip kepemimpinan.
f. Manfaat pengorganisasian
Pengorganisasian bermanfaat sebagai berikut:
1) dapat lebih mempertegas hubungan antara anggota satu dengan
yang lain

7
2) setiap anggota dapat mengetahui kepada siapa ia harus
bertanggung jawab
3) setiap anggota organisasi dapat mengetahui apa yang menjadi
tugas dan tanggung jawab masing-masing sesuai dengan
posisinya dalam struktur organisasi
4) dapat dilaksanakan pendelegasian wewenang dalam organisasi
secara tegas,sehingga setiap anggota mempunyai kesempatan
yang sama untuk berkembang;
5) akan tercipta pola hubungan yang baik antar anggota organisasi,
sehingga memungkinkan tercapainya tujuan dengan mudah.
3. Actuating (Pelaksanaan)
Pelaksanaan merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota
kelompok sedemikian rupa, hingga mereka berkeinginan dan berusaha
untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan bersama.
4. Controlling (Pengawasan)
a. Pengertian Controlling
Controlling atau pengawasan adalah penemuan dan penerapan cara
dan alat utk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan.
b. Tahap-tahap Pengawasan
Tahap-tahap pengawasan terdiri atas:
penentuan standar;
penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan;
pengukuran pelaksanaan kegiatan;
pembanding pelaksanaan dengan standar dan analisa penyimpangan;
pengambilan tindakan koreksi bila diperlukan.
c. Tipe-tipe Pengawasan
1) Feedforward Control dirancang untuk mengantisipasi masalah-
masalah dan penyimpangan dari standar tujuan dan
memungkinkan koreksi sebelum suatu kegiatan tertentu
diselesaikan.

8
2) Concurrent Control merupakan proses dalam aspek tertentu dari
suatu prosedur harus disetujui dulu sebelum suatu kegiatan
dilanjutkan atau untuk menjamin ketepatan pelaksanaan suatu
kegiatan.
3) Feedback Control mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang
telah dilaksanakan.

9
BAB III
KASUS PENYAKIT HIV/AIDS

Kasus I

Penyakit HIV/AIDS merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan


tubuh manusia sehingga orang yang terkena virus ini, maka akan mudah terserang
sekali penyakit. Penyakit ini termasuk penyakit berbahaya yang mudah menular
melalui kontak fisik berupa hubungan badan tanpa pengaman, penggunaan jarum
suntik secara bersamaan, dsb. Virus HIV/AIDS akan mulai terasa dan menguat
ketika sudah mencapai fase yang dilalui selama 10 Tahun. Dalam jangka waktu
yang cukup lama ini jika si penular virus tidak dikendalikan, maka virus akan
semakin menular dan merambah ke penderita baru lainnya sehingga dalam hal ini,
penyakit ini dapat membentuk “rantai iblis” yang panjang dan sulit terputus
namun menyakitkan. Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal
dari Afrika Sub-Sahara. Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS
diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia. Pada Januari 2006,
UNAIDS bekerja sama dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah
menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada
tanggal 5 Juni 1981. Dengan demikian, penyakit ini merupakan salah satu wabah
paling mematikan dalam sejarah. AIDS diklaim telah menyebabkan kematian
sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada tahun 2005 saja, dan lebih dari 570.000
jiwa di antaranya adalah anak-anak. Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi di
Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan
menghancurkan kekuatan sumber daya manusia di sana. Perawatan antiretrovirus
sesungguhnya dapat mengurangi tingkat kematian dan parahnya infeksi HIV,
namun akses terhadap pengobatan tersebut tidak tersedia di semua Negara.

Kasus II
Penelitian baru yang dirilis International AIDS Conference di Durban,
Afrika Selatan menemukan, laju infeksi HIV baru di Indonesia meningkat lebih
cepat daripada negara-negara lain di Asia Tenggara. Healthdata mencatat, antara

10
2005 dan 2015, kasus HIV baru tumbuh rata-rata 3,2 persen per tahun di
Indonesia. Sedangkan di Malaysia, Thailand, dan Vietnam mengalami penurunan.
Pada waktu yang sama, cakupan antiretroviral therapy (ART) di Indonesia
hanya sebanyak 11,7 persen, yang berarti Indonesia adalah salah satu negara yang
paling sedikit mendapat ART. Hanya ada sedikit negara yang memiliki cakupan
ART lebih rendah, seperti Afghanistan, Pakistan, dan Somalia.
Kombinasi jumlah infeksi baru yang tinggi dan cakupan ART rendah ini
terbukti bersifat mematikan di Indonesia. HIV/AIDS membunuh sebanyak 18.560
penduduk Indonesia pada 2015, meningkat sebanyak hampir enam kali lipat sejak
tahun 2005. Walaupun jumlah orang yang hidup dengan HIV di Indonesia
meningkat dari 146.560 ke 440.510 sepanjang periode waktu. “Penyebaran ART
di Indonesia masih belum merata dan seharusnya lebih diarahkan kepada daerah-
daerah di mana yang telah teridentifikasi sebagai kantong dengan prevalensi
HIV/AIDS tinggi, seperti di wilayah Indonesia Timur," kata Dr. Soewarta Kosen
dari Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.
Menurut Soewarta, percepatan dari penyebaran ART harus diprioritaskan
dan mencakup kelompok-kelompok rentan dan berisiko tinggi
(homoseksual, transgender, IV Drug Users, pekerja seks dan lingkungan
penjara). Di samping itu, komorbitas antara HIV dan Tuberkulosa, perlu sekali
mendapat perhatian agar dapat dicegah, karena prevalensi Tuberkulosa sangat
tinggi dan merupakan salah satu penyebab utama kematian. Direktur London
School of Hygiene and Tropical Medicine dan direktur eksekutif pendiri
UNAIDS, Professor Peter Piot, turut berkomentar dalam penelitian ini. Dia
mengatakan, studi ini menunjukkan, epidemi AIDS belum berakhir sama sekali,
dan bahwa HIV/AIDS masih merupakan salah satu ancaman kesehatan
masyarakat terbesar saat ini. "Jumlah tinggi yang terus bertambah sebanyak lebih
dari dua juta infeksi baru menunjukkan kegagalan kolektif yang harus diatasi
melalui upaya pencegahan yang intensif dan investasi dalam riset vaksin HIV
secara berkesinambungan," katanya.
Tidak sebanding dengan penurunan infeksi baru yang secara keseluruhan
melambat, jumlah orang yang hidup dengan HIV di tingkat global meningkat
secara signifikan, dan ini sebagian besar disebabkan oleh ekspansi terapi anti-

11
retroviral. Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) memperkirakan,
ada sekitar 39 juta orang di seluruh dunia yang hidup dengan HIV pada 2015,
dibandingkan dengan jumlah 28 juta pada tahun 2000. Pada 2015, 41 persen orang
yang hidup dengan HIV menggunakan ART, dibandingkan dengan 2
persen kurang dari jumlah tersebut di tahun 2000.
Sasaran tersebut ditujukan bagi 90 persen orang yang hidup dengan HIV
yang mengetahui status HIV mereka, 90 persen orang yang didiagnosis mengidap
HIV yang mendapat terapi anti retroviral, dan 90 persen orang yang mendapat
terapi anti retroviral yang mengalami penekanan virus. “Penelitian HIV oleh
Global Burden of Diseases mengandung informasi kesehatan yang kritis untuk
membantu membentuk dan mendukung pengambilan keputusan tingkat nasional
dan global,” ujar Peter Hayward, editor The Lancet HIV.
Menurut Financing Global Health 2015, sebuah laporan yang diterbitkan
tahun lalu oleh IHME, pendanaan tahunan global untuk HIV/AIDS mencapai
puncaknya sejumlah AS$11,2 miliar pada 2013, tapi turun menjadi AS$10,8
miliar di 2015. Dengan melambatnya penurunan infeksi baru dan pendanaan
untuk HIV/AIDS, maka pencapaian sasaran yang ditetapkan oleh masyarakat
global untuk mengakhiri AIDS sebelum tahun 2030 akan menjadi suatu
tantangan.
Penelitian yang berasal dari kerjasama kolaboratif Global Burden of Disease
ini diterbitkan dalam The Lancet HIV, yang melibatkan 74 negara yang
mengalami peningkatan dalam jumlah standar usia infeksi HIV/AIDS baru antara
2005 dan 2015, termasuk Indonesia, Mesir, Pakistan, Kenya, Filipina, Kamboja,
Meksiko, and Rusia

12
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Planning (Perencanaan) Pencegahan Kematian HIV/AIDS


1. Membuat Perencanaan Pencegahan dan Penanganan HIV/AIDS
Yang akan dilakukan pihak terkait, maka akan membuat sebuah
organigram organisasi yang dikepalai oleh masing-masing ahli
kesehatan terpilih dalam penanganan kasus HIV/AIDS didaerah yang
diidentifikasi merupakan daerah yang “padat” akan virus HIV/AIDS.
Akan terdapat masing-masing orang yang bertanggung-jawab dalam
pencegahan dan penanganan kasus HIV/AIDS. Yang pertama
digalakkan adalah di Puskesmas-puskesmas karena puskesmas adalah
tempat kesehatan yang biasanya lebih mudah dijangkau oleh masyarakat
baik dari segi biaya maupun tempat. Setiap ketua yang membidangi
masing-masing keahlian bertanggung-jawab penuh atas berhasil atau
tidaknya sebuah kegiatan atau tujuan. Organisasi akan diberlakukan
kepada seluruh puskesmas di setiap kecamatan pada setiap kota ataupun
provinsi. Akan melakukan langkah yang akan ditempuh dalam
membentuk organisasi penanggulangan kasus HIV/AIDS sebagai
berikut :
a. melalukan rapat terkait pengadaan kegiatan penanggulangan
penyakit HIV/AIDS kepada seluruh kepala puskesmas di setiap
kecamatan. Hasil rapat kemudian dikomunikasikan oleh kepala
puskesmas di kecamatan kepada seluruh ahli kesehatan di
puskesmas terkait.
b. Penulis memilih orang-orang yang memiliki prestasi dalam bidang
kesehatan selama pengabdian menajadi kepala puskesmas sebagai
ketua pelaksana, wakil ketua pelaksana, dan anggota-anggota.
c. Setiap kepala puskesmas yang terpilih, akan diberikan tugas untuk
meminimalkan penularan HIV/AIDS dengan melakukan sosialisasi
penyakit kepada seluruh warga.

13
d. Kepala puskesmas diberi target pengurangan jumlah kematian
penderita HIV/AIDS selama 1 Tahun pelaksanaan tugas.
2. Memasang Target Pengurangan Jumlah Penderita HIV/AIDS
Dengan memasang target yang akan berlakukan bagi setiap kepala
puskesmas dan rumah sakit, maka diharapkan kepada seluruh kepala
puskesmas dapat melakukan cara yang signifikan untuk menekan angka
kematian akibat penularan virus HIV/AIDS dan dapat meraih target
yang harus dicapai. Jika melebihi target maka langkah yang dilakukan
para kepala puskesmas dapat dibilang sesuai target.
3. Membuat Kebijakan Kesehatan Lingkungan
Kebijakan kesehatan dibuat agar sebuah proses pengaturan dapat
berjalan semakin baik. Kebijakan kesehatan lingkungan diharapkan
dapat membantu ahli kesehatan dan masyarakat dalam melaksanakan
proses penanganan masalah kesehatan. Kebijakan dapat dijadikan
“kiblat” bagi pelaksana kebijakan. Kebijakan kesehatan lingkungan
dapat berupa aturan mengenai penjagaan lingkungan disebuah daerah
dengan tujuan menjaga kenyamanan, kelestarian alam, hingga kesehatan
lingkungan dengan melarang pembuangan sampah sembarangan,
penggunaan kondom untuk pencegahan penularan penyakit HIV/AIDS.
Kebijakan yang dibuat berisi kebijakan tentang penggunaan kondom
untuk pencegahan penularan HIV/AIDS dan kebijakan untuk melakukan
skinning dilokalisasi tempat WTS berada.
4. Melakukan Sosialisasi Akan Dampak HIV/AIDS
Sosialisasi akan dilaksanakan oleh ahli kesehatan dilingkungan
puskesmas dengan bantuan izin dan kerjasama pamong desa dan
kecamatan terkait untuk bekerja-sama dalam mengurangi kematian
akibat penyakit berbahaya seperti HIV/AIDS. Sosialisasi melibatkan
banyak pihak dengan target kepada masyarakat muda agar dapat berhati-
hati dalam menjaga diri dan kesehatan dan terhindar dari HIV/AIDS.
Peserta sosialisasi diprogram dari data kepala keluarga yang ada disetiap
kecamatan. Kepala keluarga dan satu anak baik laki-laki maupun
perempuan diharuskan untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosialisasi

14
pencegahan dan penanganan penyakit berbahaya dan mematikan.
Sosialiasi juga dapat dilakukan dengan memasang iklan berupa spanduk,
baliho, iklan radio, dan televise tentang bahaya akan HIV/AIDS.
Kemudian target dan tempat yang akan ditentukan pun
diperhitungkan untuk melakukan langkah sosialisasi dengan cara
rencana Sosialisasi Penularan Penyakit HIV/AIDS sebagai berikut :
a. Sosialisasi ke tempat lokalisasi dan penyuluhan pencegahan dan
penanganan penyakit HIV/AIDS
b. Melaksanakan proses kondomisasi
c. Melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah sekitar
d. Memberikan penyuluhan terhadap bahaya HIV/AIDS
e. Memberikan penyuluhan bahaya narkoba dan seks bebas
f. Melakukan skinning kepada seluruh penular HIV, skinning kepada
WTS di lokalisasi
g. Sosialisasi dilakukan oleh kader kesehatan dengan melibatkan
seluruh warga dan pamong desa
B. Organizing (Pengorganisasian)
Kegiatan pengelompokan dilakukan sebagai berikut :
1. Membuat Kebijakan kesehatan lingkungan
2. Melakukan Kegiatan Akan Dampak HIV/AIDS
3. Membuat Organisasi Perencanaan, Pencegahan, dan Penanganan
HIV/AIDS
4. Memasang Target Pengurangan Jumlah kematian penderita HIV/AIDS
C. Actuating (Pelaksanaan)
Dapat dilihat yaitu dengan adanya kebijakan yang digunakan dalam
pembenahan sungai Citarum perlu pula langgah utama yaitu 3P (Penataan,
Peningkatan, Pencegahan) setelah sebuah kebijakan dikeluarkan. Dalam hal
ini, kebijakan perlu melibatkan peran serta segenap masyarakat (pihak
terkait) terutama kepada industry yang berada disekitar sungai. Dalam
pembuatan kebijakan, diperlukan adanya faktor-faktor sebagai berikut :
1. Kondisi atau situasi lingkungan sekitar yang ada
2. Memperhatikan kerangka dalam penetapan kebijakan

15
3. Didokumentasikan, dilaksanakan, dan dipelihara kemudian
dikomunikasikan kepada seluruh pihak terlibat
4. membuat bagan perencanaan dalam pelaksanaan kegiatan setelah
kebijakan kesehatan lingkungan dilaksanakan. Secara umum,
menggunakan 3 langkah utama dalam pelaksanaan pencapaian tujuan
kegiatan seperti dibawah ini :

Pembenahan

Kegiatan Peningkatan

Pencegahan
Dengan penerapan sistem 3P (pembenahan, peningkatan, dan
pencegahan) berharap bahwa rumusan masalah yang dirumuskan dapat
betul-betul memecahkan permasalahan kesehatan masyarakat oleh virus
yang mematikan. Pelaksanaan dari kegiatan sosialisasi dapat dijabarkan
sebagai berikut :
a. Menentukan tempat dan waktu pelaksanaan kegiatan sosialisasi
b. Menetukan target pelaksanaan sosialisasi
c. Menentukan sponsor dalam pelaksanaan kegiatan sosialisasi
d. Mencari bantuan sponsor dalam pelaksanaan kegiatan sosialisasi
D. Controlling (Pengawasan)
Pengontrolan dilakukan dengan tujuan agar suatu kegiatan yang
dilakukan dapat tetap dilaksanakan jika telah mencapai target tujuan.
Penulis menargetkan kegiatan pengontrolan ini dilakukan dengan melalui
cara sebagai berikut :
1. Melibatkan banyak pihak terkait
2. Kebijakan yang dibuat dapat beridiri sendiri atau diintergrasikan dengan
kebijakan managemen organisasi lainnya yang sudah ada
3. Jaga agar kebijakan tetap sederhana dan dimengerti

16
4. Pastikan bahwa kebijakan dimengerti dan dilaksanakan oleh berbagai
pihak
5. Kebijakan harus dapat dikaji ulang
Pengontrolan terhadap bahaya HIV/AIDS dilakukan dengan langkah
sebagai berikut :
a. Melakukan skinning atau pemeriksaan kesehatan berkala bagi WTS
dilokalisasi
b. Memberikan Penyuluhan Pencegahan penularan penyakit HIV/AIDS
c. Memberikan kondom gratis (kondomisasi) ditempat-tempat lokalisasi
Langkah tersebut diatas merupakan langkah yang dilakukan setelah
sebuah kebijakan dikeluarkan dan kemudian dilakukan suatu langkah-
langkah untuk mempertahankan sebuah peraturan yang sudah dibuat
berdasarkan perencanaan yang matang agar berjalan lancar. Controlling
ditekankan dari adanya kebijakan dan pelaksanaan dari sebuah kebijakan
agar dapat berjalan sesuai rencana. Langkah diatas adalah langkah dari
adanya peraturan yang dibuat melalui tahap-tahap perencanaan,
pengumpulan, dan praktik yang kemudian memerlukan pengendalian
setelah melalui ketiga tahap sebelumnya.

17
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
POAC diterapkan dalam setiap organisasi di seluruh dunia guna
mempertahankan kelanjutan organisasi. POAC adalah dasar manajemen
untuk organisasi manajerial. Terdapat beberapa konsep proses manajemen
misalnya saja PDCE (Plan, Do, Check, Evaluate) dan PDCA (Plan, Do,
Check, Action). Namun, konsep POAC lebih banyak digunakan dan
diterapkan karena lebih sesuai untuk setiap tingkat manajemen. Dimana satu
sama lain saling berhubungan untuk mencapai sebuah tujuan yang ingin
dicapai oleh sebuah perusahaan. Fungsi POAC sendiri dalam suatu
organisasi adalah untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi suatu
organisasi dalam pencapaian tujuannya.
Setiap perusahaan perlu melakukan suatu proses manajemen. Dimana
proses manajemen itu berperan penting dalam pengandalian sebuah usaha.
Manajemen yang baik akan membawa keuntungan yang besar terhadap
sebuah perusahaan. Karena system administrasi maupun system kinerja
perusahaan akan tertata dengan baik.
Pokok pembahasan pada makalah ini berfokus pada program kerja
POAC dalam menangani kasus “Pencegahan Kematian Akibat HIV/AIDS”
elemen-elemen tertentu dari proses POAC dan proses yang sangat
berhubungan dengan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
Kemudian memperkenalkan konsep perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan dan pengontrolan yang menyajikan sejumlah pendekatan untuk
mengefektifkan program kerja POAC.

B. Saran
Diharapkan sebagai tenaga kesehatan ataupun masyarakat dapat
menerapkan bagaimana hal yang harus dilakukan dan dilaksanakan guna
mencegah dan mengurangi tingkat penularan dan kematian penyakit

18
HIV/AIDS dan bagi petugas kesehatan baik itu dokter ataupun tenaga
kesehatan lainnya harus ditingkatkan kembali pengawasan dan evaluasi
kegiatan yang berkelanjutan guna meningkatkan derajat kesehatan di
Indonesia.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Meriana, Fitri Ayu. 2014. “Perencanaan Manajemen”


https://fitridtrind.wordpress.com/tag/poac/ diakses pada tanggal 6 Juli
2017.
2. Andy. 2013. “Fungsi-Fungsi Manajemen”.
http://andimpi.blogspot.co.id/2013/06/fungsi-fungsi-manajemen-poac.html
diakses pada tanggal 6 Juli 2017.
3. http://health.liputan6.com/read/2557963/kasus-baru-hivaids-di-indonesia-
terus-meningkat diakses pada tanggal 6 Juli 2017.
4. http://digilib.unila.ac.id/972/9/Bab%20II.pdf diakses pada tanggal 6 Juli
2017.
5. http://eprints.uny.ac.id/9870/2/BAB%202%20-%2006209241002.pdf
diakses pada tanggal 6 Juli 2017.

20

Anda mungkin juga menyukai