Anda di halaman 1dari 24

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS

KELOMPOK 2

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


(STIK) TAMALATEA MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. latar belakang

Pentingnya informasi adalah untuk menambah pengetahuan bagi

penerimanya yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan yang

mendukung proses pengambilan keputusan, mengurangi ketidakpastian karena

apa yang akan terjadi dapat diketahui sebelumnya, sehingga menghindari

keraguan pada saat pengambilan keputusan dan dapat mengurangi resiko

kegagalan dalam pengambilan keputusan. Informasi bernilai sempurna apabila

pengambil keputusan dapat mengambil keputusan secara optimal dalam setiap

hal. Informasi yang diperlukan dapat terpenuhi dengan adanya penggunaan dan

pengaturan sistem informasi kesehatan yang baik, karena berdasarkan peraturan

yang sama salah satu tujuan dari pengaturan sistem informasi kesehatan adalah

menjamin ketersediaan, kualitas, dan akses terhadap informasi kesehatan yang

bernilai pengetahuan serta dapat dipertanggungjawabkan (Sutanta, 2003).

Sejalan dengan hal tersebut, informasi di puskesmas itu sangat diperlukan.

sistem informasi tersebut berupa Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu

Puskesmas (SP2TP) yang digunakan sebagai masukan atau umpan balik dari

pihak atasan yang menyangkut pelayanan dasar kesehatan di puskesmas.

Puskesmas merupakan fondasi dari data kesehatan, sehingga diharapkan

terciptanya sebuah informasi yang akurat, representatif dan reliable yang dapat

dijadikan pedoman dalam penyusunan perencanaan kesehatan. Setiap program


akan menghasilkan data. Data yang dihasilkan perlu dicatat, dianalisis dan

dibuat laporan. Puskesmas juga merupakan ujung tombak sumber data

kesehatan yang khususnya bagi dinas kesehatan dan sistem pencatatan dan

pelaporan terpadu puskesmas (Syafrudin, 2015).

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) adalah

kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya

pelayanan di puskesmas, SP2TP termasuk dalam Sistem Informasi Manajemen

Puskesmas (SIMPUS) yang mengandung tentang pelaksanaan program-program

di Puskesmas. SIMPUS merupakan aplikasi yang memberikan informasi baik

untuk administrasi dan pengelolaan sebuah puskesmas demi meningkatkan

kinerja dan menangani keseluruhan proses manajemen di puskesmas

(Barsasella, 2012).

SIMPUS dalam hal ini adalah SP2TP, Keterkaitan antara SP2TP dengan

SIMPUS yaitu memiliki kesamaan dalam hal format laporannya. SIMPUS

merupakan output yang berupa informasi yang diperoleh dari pengolahan data-

data SP2TP. Data - data yang akan diinput diperoleh dari para petugas

pemegang program. Sebelum memasuki era komputerisasi(online), proses

pengolahan data dilakukan secara manual. Namun SIMPUS yang dijumpai di

dalam Puskesmas Bandar Khalipah ini bukanlah SIMPUS yang sudah berjalan

dengan online.Proses pelaporan SIMPUS untuk masing-masing puskesmas

dikirim ke dinas kesehatan kabupaten setiap bulannya masih seperti SP2TP yang

manual. Kemudian dinas kesehatan kabupaten mengolah kembali laporan


puskesmas dan mengirimkan umpan balik ke dinas kesehatan provinsi dan

departemen kesehatan pusat. Umpan balik terhadap laporan puskesmas harus

dikirimkan kembali secara rutin ke puskesmas untuk dapat dijadikan evaluasi

keberhasilan program puskesmas dan peningkatan pelayanan puskesmas.

Berdasarkan hasil penelitian Herawati (2016) tentang rancang bangun sistem

informasi pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas, beberapa kekurangan

dalam hal pencatatan dan pelaporan yaitu pengiriman laporan SIMPUS sering

mengalami keterlambatan oleh petugas puskesmas, laporan dikirim masih

kurang lengkap, dinas kesehatan kabupaten perlu merekapitulasi ulang satu

persatu data yang dikirim oleh masing-masing puskesmas, kurang koordinasi

antara pengelola data di dinas kesehatan kabupaten dengan petugas puskesmas

dalam pengiriman laporan.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 31 Tahun 2019 dalam

SIMPUS, dinas kesehatan daerah kabupaten/kota wajib membuat dan

menginformasikan umpan balik terhadap laporan kegiatan puskesmas. Umpan

balik tersebut disampaikan paling lambat tanggal 20 pada bulan diterimanya

laporan. Umpan balik tersebut berupa jenis laporan, kelengkapan isi laporan,

ketepatan waktu penyampaian laporan, dan hasil validasi isi laporan. Maka dari

itu Puskesmas harus menyampaikan laporan bulanannya paling lambat setiap

tanggal 5pada bulan berikutnya, namun permasalah yang dijumpai dalam

SIMPUS ini adalah sering terjadi keterlambatan informasi yang dikirim.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Informasi

Menurut Sutanta (2003) informasi adalah hasil pengolahan data sehingga


menjadi bentuk yang penting bagi penerimanya dan mempunyai kegunaan
sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang dapat dirasakan akibatnya
secara langsung saat itu juga atau secara tidak langsung pada saat mendatang.

B. Sistem Informasi

Menurut Sutabri (2012) Sistem informasi adalah suatu sistem dalam suatu
organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian
yang mendukung fungsi operasi organisasi yang bersifat manajerial dengan
kegiatan strategi dari suatu organisasi untuk dapat menyediakan laporan-
laporan yang di perlukan oleh pihak luar tertentu. Sistem informasi bukan
salah satu hal yang baru tetapi yang baru adalah komputerisasinya. Sebelum
ada komputer, teknik penyaluran informasi yang memungkinkan manajer
merencakan serta mengendalikan operasi telah ada. Komputer menambahkan
satu atau dua dimensi, seperti kecepatan, ketelitian, dan penyediaan data
dengan volume yang lebih besar yang memberikan bahan pertimbangan yang
lebih banyak untuk mengambil keputusan.
Adapun transformasi informasi menurut Sutabri (2012) yaitu komponen
proses dalam pengelolaan sistem informasi yang berfungsi memproses data
menjadi informasi sehingga dapat menghasilkan produk informasi yang
diperlukan bagi para pemakai informasi yang terdiri dari :

1. Pengumpulan data dan informasi

Dilaksanakan sesuai dengan jenis data, objek dan sumber data serta
persiapan pengumpulan data. Cara memperoleh data dilakukan dengan

langsung ataupun tidak langsung. Dan dilakukan melalui suatu poses

pengumpulan dari sumber informasi oleh pengumpul informasi.

2. Pengolahan dan analisis data dan informasi

Dapat dilakukan secara manual ataupun dengan bantuan komputer.

Hasil pengolahan data berupa keterangan-keterangan.

3. Penyajian dan penyebarluasan data dan informasi

Dilakukan secara visual ataupun dalam bentuk publikasi, dengan

metode komunikasi langsung atau tidak langsung.

4. Penataan dokumentasi dan perpustakaan

Dapat dilakukan dengan cara lama (file) dan cara baru (komputerisasi).

Contohnya yaitu perpustakaan bertalian dengan upaya pengumpulan,

pemeliharaan, penyimpanan, pengaturan, dan pendayagunaan informasi.

Kualitas suatu informasi tergantung padakeakuratan (accurate),

dantepat waktu (timelines). Menurut Siagian (2000) informasi guna

mendukung berbagai pengambilan keputusan. Informasi yang terkumpul,

terolah dan tersimpan dengan baik akan mudah ditelusuri apabila

memenuhi persyaratan kelengkapan, kemukhtahiran, keandalan, dan

kepercayaan.

C. Sistem Informasi Manajemen (SIM)

Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah sekumpulan subsistem

yang saling berkaitan, membentuk satu kesatuan, saling berinteraksi dan


saling bekerjasama antara bagian satu dengan bagian yang lainnya dengan

cara-cara tertentu untuk melakukan fungsi pengolahan data, menerima

input data, kemudian mengolahnya atau processing, dan menghasilkan

output yang berupa informasi sebagai dasar bagi pengambilan keputusan

yang berguna dan mempunyai nilai nyata yang dapat dirasakan akibatnya

baik pada saat itu juga maupun dimasa yang akan datang, mendukung

kegiatan operasional, manjerial, dan strategis organisasi, dengan

memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada dan tersedia bagi fungsi

tersebut guna mencapai suatu tujuan (Sutanta, 2003).

Sistem informasi manajemen juga merupakan suatu sistem yang

diciptakan untuk melaksanakan pengolahan data yang akan dimanfaatkan

oleh suatu organisasi sebagai penunjang tugas - tugas rutin, evaluasi

terhadap prestasi organisasi atau untuk pengambilan suatu keputusan

(Sutabri, 2005).

D. Puskesmas

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif

dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes, 2014). Selain itu, puskesmas

ialah suatu unit fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan


kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan

serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan

kegiatannya secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan pada suatu

masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu (Azwar,

1996).

Tugas. Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan

kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah

kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat

(Permenkes, 2014).

Fungsi. Adapun fungsi puskesmas menurut Permenkes No. 75

Tahun 2014 meliputi :

a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya.

b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.

c. Sebagai wahana pendidikan tenaga kesehatan.

Wewenang. Permenkes No. 75 Tahun 2014 dalam

menyelenggarakan fungsinya sebagai penyelenggara UKM tingkat pertama

diwilayah kerjanya, puskesmas berwenang untuk :

a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan

masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.

c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan


masyarakat dalam bidang kesehatan.

d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan

masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang

bekerjasama dengan sektor lain terkait.

e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya

kesehatan berbasis masyarakat.

f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia puskesmas.

g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.


h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,

mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan.

i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,

termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon

penanggulangan penyakit.

Dalam menyelenggarakan fungsinya sebagai penyelenggara UKP

tingkat pertama diwilayah kerjanya, puskesmas berwenang untuk :

a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,

berkesinambungan dan bermutu.

b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya


promotif

dan preventif.

c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.


d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan

keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.

e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif

dan kerjasama inter dan antar profesi.

f. Melaksanakan rekam medis.

g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan

akses pelayanan kesehatan.

h. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan.

i. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas

pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya.

j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan

sistem rujukan.

Konsep wilayah kerja puskesmas. Konsep wilayah kerja

puskesmas adalah kecamatan tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih

dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar

puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah

(desa/kelurahan atau RW). Masing- masing puskesmas tersebut secara

operasional bertanggung jawab langsung kepada dinas kesehatan

kabupaten/kota. Untuk perluasan jangkauan pelayanan maka, puskesmas

dibantu oleh puskesmas pembantu dan puskesmas keliling (Permenkes,

2014).
Fasilitas penunjang. Menurut Permenkes RI No. 39 Tahun 2016

untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan, maka puskesmas perlu di

tunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebihsederhana yaitu :

1. Puskesmas pembantu lebih sering disebut pustu atau pusban,

merupakan unit pelayanan kesehatan yang sederhana yang berfungsi

menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang

dilakukan puskesmas sebagai ruang lingkup wilaya yang kecil.

2. Puskesmas keliling merupakan unit pelayanan kesehatan keliling yang

di lengkapi dengan kendaraan bermotor roda dua atau perahu motor,

peralatan kesehatan, peralatan komunikasi, serta sejumlah tenaga yang

berasal dari puskesmas dalam wilayah yang belum terjangkau oleh

pelayanan kesehatan.

Adapun kegiatan pelayanan kesehatan tersebut yaitu :

a. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di daerah

terpencil atau daerah yang sulit di jangkau oleh pelayanan kesehatan.

b. Melakukan penyelidikan tentangkejadian luar biasa.

c. Dapat dipergunakan sebagai alat trasfortasi penderita dalam rangka

rujukan bagi kasus darurat.

d. Melakukan penyuluhan kesehtan dengan menggunakan alat audio visual.

3. Bidan desa merupakan bidan yang ditempatkan dan bertempat tinggal

pada satu desa dalam wilayah kerja puskesmas. Setiap daerah pasti di

sediakan seorang bidan yang bertangung jawab langsung kepada kepala


kesehatan. Wilayah kerja bidan desa adalah satu desa dengan jumlah

penduduk rata-rata 3000 jiwa. Tugas bidan desa adalah membina peran

serta masyarakat melalui pembinaan posyandu dan pembinaan

kelompok desa serta pertolongan persalinan di rumah penduduk.

Menurut Permenkes RI No. 28 Tahun 2017 bidan desa wajib

melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan pelayanan yang

diberikan. Pelaporan sebagaimana ditujukan ke puskesmas wilayah

kerjadan pencatatan yang dilaksanakan dan disimpan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS)

SIMPUS adalah tatanan yang menyediakan informasi untuk

membantu proses pengambilan keputusan dalam mencapai suatu sasaran

kegiatan puskesmas. Sumber informasi SIMPUS adalah Sistem Pencatatan

dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP), survey lapangan, laporan

lintas sektor dan laporan sarana kesehatan swasta (Barsasella, 2012).

Maksud dan tujuan SIMPUS. Maksud dan tujuan sistem informasi

manajemen puskesmas, antara lain :

1. Mengumpulkan data dari setiap unit bawah puskesmas baik data orang

sakit, bayi lahir, ibu hamil, ketersediaan obat, dan penyuluhan

kesehatan masyarakat.

2. Menghasilkan informasi up to date tentang kondisi kesehatan di suatu


puskesmas dari jumlah orang sakit sampai ketersediaan obat sehingga

dapat digunkan sebagai data awal dalam pengambilan kebijaksanaan

bagi pimpinan

3. Membantu kelancaran administrasi dan manajemen puskesmas dalam

penyusunan laporan mengenai kondisi kesehatan di puskesmas masing-

masing.

4. Memudahkan pekerjaan administrasi puskesmas dalam membuat

laporan harian maupun bulanan.

Ruang lingkup SIMPUS. Ruang lingkup SIMPUS menurut Barsasella

(2012) adalah :

a. Admin sistem (manajemen user)

b. Modul registrasi loket

c. Modul pelayanan poli umum

d. Modul pelayanan poli gigi

e. Modul pelayanan poli KIA

f. Modul pelayanan rawat inap

g. Modul pelayanan poli mata

h. Modul aset
i. Modul kepegawaian

j. Modul administrasi (pencetakan surat keterangan/rujukan &

laporan puskesmas)
k. Modul kegiatan luar gedung / ukm (posyandu lansia, posyandu

anak, imunisasi, sanitasi lingkungan, pelayanan gizi, dan promkes

Keunggulan dan kelemahan SIMPUS. Adapun menurut Barsasella

(2012) keunggulan penggunaan SIMPUS adalah sebagai berikut :

1. Program didesain under windows sehingga lebih mudah

dalam mengoperasionalkan dan menarik dalam laporan-

laporan yang dihasilkan.

2. Dihasilkan dat-data yang up to date akan dapat dibuat analisa-analisa

yang mendukung kebijakan pemda.

3. Pelayanan terintegrasi dari bagian pendaftaran sampai ke bagian obat-

obatan, sehingga meminimalisasi pemakaian kertas.

4. pengelolaan database yang dapat diakses bersama sehingga terbentuk

bank data kesehatan daerah.

5. Dapat menampilkan sekaligus mencetak perkategori yang

dikehendaki ataupun rekap keseluruhan berkenaan dengan masalah

kesehatan.

6. SIMPUS dapat bekerja secara multiuser maupun stand alone.

7. SIMPUS dapat dipakai dalam jaringan terpusat maupun terdistribusi.

8. Mudah untuk mencari data yang berkaitan dengan pasien, laporan

bulanan, dan data penyakit.

9. Data bisa di print out sesuai dengan tingkat kebutuhan.


10. Mudah dipelajari.
Adapun kelemahan/hambatan penggunaan SIMPUS adalah
meliputi :

1. Kesulitan dalam pengumpulan data, masih adanya kabupaten/kota yang

belum mengirimkan laporan data puskesmasnya.

2. Format pengisian data, terkadang tidak sesuai dengan format data dari

provinsi.

3. Laporan data dikirim tidak tepat waktu.

4. Data terlalu luas.

5. Sistem SIMPUS online berjalan dengan lambat.

F. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)

Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP)

adalah sistem kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga

dan upaya pelayanan kesehatan di puskesmas termasuk puskesmas

pembantu, yang ditetapkan melalui surat keputusan Menteri Kesehatan RI

No. 63/Menkes/SK/II/1981.

Ruang lingkup. Ruang lingkup SP2TP adalah semua puskesmas

termasuk puskesmas pembantu dan puskesmas keliling. Pencatatan dan

pelaporan mencakup data umum dan data demografi wilayah puskesmas,

data ketenagaan di puskesmas, data sarana yang dimiliki puskesmas, serta

data kegiatan puskesmas baik didalam gedung maupun diluar gedung.

Pelaporan dilakukan secara periodik (Bulanan, Tribulan, Semester dan


Tahunan) (Barsasella, 2012).

Tujuan SP2TP. Tujuan SP2TP adalah agar semua data hasil

kegiatan puskesmas dapat dicatat serta dilaporkan ke jenjang di atasnya

sesuai kebutuhan

secara benar, berkala dan teratur, guna menunjang pengelolahan upaya

kesehatan masyarakat.

Tujuan umum. Meningkatkan kualitas manajemen puskesmas

secara lebih berhasil guna dan berdaya guna melalui pemanfaatan secara

optimal data SP2TP dan informasi lainnya yang menunjang.

Tujuan khusus. Tujuan khusus system pencatatan dan pelaporan

terpadu puskesmas yaitu :

1. Sebagai dasar penyusunan perencanaan tingkat puskesmas.

2. Sebagai dasar penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan pokok

puskesmas (lokakarya mini).

3. Sebagai dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan

pokok puskesmas.

4. Untuk mengatasi berbagai kegiatan hambatan pelaksanaan kegiatan

pokok puskesmas.

Manfaat SP2TP. Pencatatan dan pelaporan memiliki manfaat antara


lain :

1. Memudahkan dalam mengelola informasi kegiatan ditingkat pusat,

provinsi, dan kabupaten/kota.


2. Memudahkan dalam memperoleh data untuk perencanaan dalam

rangka pengembangan tenaga kesehatan.

3. Memudahkan dalam melakukan pembinaan tenaga kesehatan.

4. Memudahkan dalam melakukan evaluasi hasil.

Pengelolaan pencatatan. Semua kegiatan pokok baik di dalam

maupun di luar gedung puskesmas, puskesmas pembantu, dan bidan

didesa harus dicatat.

Formulir standar yang ditetapkan SP2TP dapat digunakan untuk

memudahkan pencatatan, jenis formulir tersebut sebagai berikut :

1. Rekam Kesehatan Keluarga (RKK)

Yang disebut juga family folder adalah himpunan kartu individu suatu

keluarga yang memperoleh pelayanan kesehatan di puskesmas.

2. Kartu rawat jalan/kartu rekam medik pasien

Merupakan alat untuk mencatat identitas dan status pasien rawat jalan

yang berkunjung ke puskesmas.

3. Kartu indeks penyakit

Merupakan alat bantu untuk mencatat identitas pasien, riwayat, dan

perkembangan penyakit, khusus penderita penyakit TBC paru dan

kusta.

4. Kartu ibu

Merupakan alat bantu untuk mengetahui identitas, status kesehatan, dan


riwayat kehamilan sampai kelahiran.

5. Kartu anak

Merupakan alat bantu untuk mencatat identitas, status kesehatan,

pelayanan preventif-promotif-kuratif-rehabilitatif yang diberikan

kepada balita dan anak prasekolah.

6. KMS balita, anak sekolah

Merupakan alat bantu untuk mencatat identitas, pelayanan, dan

pertumbuhan yang telah diperoleh balita dan anak sekolah.

7. KMS ibu hamil

Alat untuk mengetahui identitas dan mencatat perkembangan kesehatan

ibu hamil dan pelayanan kesehatan yang diterima ibu hamil

8. KMS usia lanjut

Alat untuk mencatat kesehatan usia lanjut secara pribadi baik fisik

maupun psikososial, dan digunakan untuk memantau kesehatan, deteksi

dini penyakit, dan evaluasi kemajuan kesehatan usia lanjut.

9. Register

Merupakan formulir untuk mencatat atau merekap data kegiatan

didalam dan diluar gedung puskesmas, yang telah dicatat dikartu dan

catatan lainnya. Ada beberapa jenis register sebagai berikut :

a. Nomor indeks pengunjung puskesmas


b. Rawat jalan

c. Register kunjungan

d. Register rawat inap

e. Register KIA dan KB

f. Register kohort ibu dan balita

g. Register deteksi dini tumbuh kembang dan gizi

h. Register penimbangan balita

i. Register imunisasi

j. Register gizi

k. Register kapsul beryodium

l. Register anak sekolah


m. Sensus harian : kunjungan, kegiatan KIA, imunisasi, dan penyakit.

Mekanisme pencatatan. Pencatatan kegiatan harian program

puskesmas dapat dilakukan di dalam dan di luar gedung.

1. Pencatatan yang dibuat di dalam gedung puskesmas adalah semua data

yang diperoleh dari pencatatan kegiatan harian program yang dilakukan

dalam gedung puskesmas seperti tekanan darah, laboratorium, KB, dll.

Pencatatan dan pelaporan ini menggunakan family folder, kartu indeks

penyakit, buku registrasi dan sensus harian.

2. Pencatatan yang di buat di luar gedung puskesmas adalah data yang

dibuat berdasarkan catatan harian yang dilaksanakan di luar gedung

puskesmas seperti kegiatan program posyandu, kesehatan lingkungan,


UKS dan lain-lain. Pencatatan puskesmas ini menggunakan kartu

register dan kartu murid.

Pencatatan ini dikirim ke dinas kesehatan kabupaten/kota setiap

awal bulan, kemudian dinas kesehatan kabupaten/kota mengolahnya dan

mengirimkan umpan baliknya tersebut harus dikirimkan kembali secara

rutin ke puskesmas untuk dapat dijadikan evaluasi keberhasilan program.

Pengelolaan pelaporan. Puskesmas menggunakan tahun kalender

yaitu dari bulan Januari sampai dengan Desember dalam tahun yang sama.

Formulir pelaporan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuan/beban kerja di puskesmas. Formulir laporan puskesmas ke dati

II

1. Laporan bulanan

a. LB1 (data kesakitan)

b. LB2 (data obat-obatan)

c. LB3 (data gizi, KIA/KB, pengamatan penyakit menular)

d. LB4 (data kegiatan puskesmas)

2. Laporan sentinel

Laporan ini memuat data KIA, gizi, tetanus naonatorium, dan penyakit

akibat kerja. Laporan ini hanya diperuntukkan bagi puskesmas rawat inap.

3. Laporan tahunan

a. LT 1 (data dasar puskesmas)


b. LT 2 (data kepegawaian)

c. LT 3 (data peralatan)

Alur pelaporan. Laporan tersebut akan dikirim setiap bulan ke dinas

kesehatan kabupaten/kota. laporan dati II dikirimkan ke dinas kesehatan

provinsi serta pusat (ditjen pembinaan kesehatan masyarakat) dalam bentuk

rekapitulasi dari laporan SP2TP.

Mekanisme pelaporan. Menurut Barsasella (2012) meliputi :

1. Tingkat puskesmas

a. Laporan dari puskesmas pembantu dan bidan di desa disampaikan

kepelaksana kegiatan di puskesmas.

b. Pelaksana merekapitulasi yang dicatat baik di dalam maupun di luar

gedung serta laporan yang diterima dari puskesmas pembantu dan

bidan di desa.

c. Hasil rekapitulasi pelaksana kegiatan dimasukkan keformulir laporan

sebanyak dua rangkap, untuk disampaikan kepada koordinator

SP2TP.

d. Hasil rekapitulasi pelaksanaan kegiatan diolah dan dimanfaatkan

untuk tindak lanjut yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja

kegiatan.

2. Tingkat dati II
a. Pengolahan data SP2TP di Dati II menggunakan perangkat lunak

yang ditetapkan oleh departemen kesehatan.

b. Laporan SP2TP dari puskesmas yang diterima dinas kesehatan dati

II disampaikanbkepadabpelaksana SP2TP untuk direkapitulasi atau

entri data.

c. Hasil rekapitulasi dikoreksi, diolah, serta dimanfaatkan sebagai

bahan untuk umpan balik, bimbingan teknis kepuskesmas dan tindak

lanjut untuk meningkatkan kinerja program.

d. Hasil rekapitulasi data setiap tiga bulan dibuat dalam rangkap tiga

dalam bentuk soft file untuk dikirimkan kedinas kesehatan dati I,

kanwil depkes provinsi dan departemen kesehatan.


DAFTAR PUSTAKA

vFAzwar, A. (1996). Pengantar administrasi kesehatan (Edisi Ke-3). Jakarta:


Binarupa Aksara.

Barsasella, D. (2012). Sistem informasi kesehatan. Jakarta: Mitra Wacana


Medika.

Depkes RI. (1997). Pedoman sistem informasi manajemen puskesmas.

Jakarta. Erlina. (2011). Metodologi penelitian. Medan: USU Press.

Handoko. (2005). Manajemen . Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Hamidi. (2010). Metode penelitian dan teori komunikasi: pendekatan


praktis penulisan proposal dan laporan penelitian. Jakarta: UMM
Press.

Herawati, A., & Adi, P. (2016). Rancang bangun sistem informasi


pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas. Journal Kesehatan
Indonesia, 10(1), 39-47.

Keputusan Direktur Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat No.


590/BM/DJ/INFO/V/96 Tahun 2014 tentang Penyederhanaan
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP).

Peraturan Pemerintah RI No. 46 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi

Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 75 Tahun 2014 tentang

Pusat Kesehatan
Masyarakat.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 28 Tahun 2017 tentang Izin dan


Penyelenggaraan Praktik Bidan.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 39 Tahun 2016 tentang Pedoman


Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 31 Tahun 2019 tentang Sistem


Informasi Puskesmas.

Sabarguna, B. S. (2008). Analisis data pada penelitian kualitatif. Jakarta: UI


Press.

Shofwan, I., Witcahyo, E., & Herawati, Y. T. (2018). Analisis kesiapan


pengguna dan pengaruhnya terhadap penerimaan SIK lumajang
sebagai sistem informasi manajemen puskesmas. Jurnal kedokteran
dan kesehatan, 14(1), 83-97.

Siagian, S. P. (2000). Sistem informasi manajemen. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Sinulingga, S. (2011). Metode penelitian. Medan: USU Press.

Sulaeman, E, S. (2011). Manajemen kesehatan (Edisi Ke-2). Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press.

Sutabri, T. (2005). Sistem informasi manajemen. Yogyakarta : Andi.

Sutabri, T. (2012). Analisis sistem informasi. Yogyakarta: Andi.

Sutanta, E. (2003). Sistem informasi manajemen. Yogyakarta: Graha ilmu.

Sutrisno, E. (2015). Manajemen sumber daya manusia. Surabaya: Kharisma


Putra Utama.

Syafrudin. (2015). Ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta: CV. Trans Info


Media

Anda mungkin juga menyukai