Anda di halaman 1dari 20

MATA KULIAH : ILMU SOSIAL DAN PRILAKU KESEHATAN

By : Andi Yusuf, S.Kep,SKM,M.Kes

SISTEM KONTRAPRESTASI DAN PRILAKU INDIVIDU


 
 

  
 

KELOMPOK : XI
DISUSUN OLEH :
 

1. HASNAH NIM 20150011


2. HIJRAH NIM 20150035
3. DAHLIA NIM 20150042

PROGRAM PASCASARJANA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK)
TAMALATEA TAHUN 2020
KATA PENGANTAR 

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan

Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini tepat pada

waktunya. Paper ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ILMU SOSIAL DAN

PRILAKU KESEHATAN. Selain itu, makalah ini juga disusun agar kami mahasiswa dan

mahasiswi Kesehatan Masyarakat STIK TAMALATEA Makassar dapat lebih mengetahui terkait

system kontraprestasi dan prilaku individu. Kami menyadari bahwa sebagai manusia yang

memiliki keterbatasan, tentu hasil karya ini tidak mungkin luput dari kekurangan.   

Dengan upaya dan semangat peningkatan pemahaman, kami senantiasa mengharapkan

kontribusi pemikiran baik berupa saran, maupun kritik demi penyempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Makassar,  Januari 2020

Kelompok XI
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Kontrapestasi adalah prestasi atau hal yang harus di lakukan seseorang atau kelompok
terhadap prestasi yang sudah di berikan oleh pihak lain sesuai dengan kesepakatan yang telah di
buat,bentuknya biasa bermacam-macam,biasa dalam bentuk uang,barang atau jasa istilah kontra
presatasi sering kita temui dalam kontrak kerja atau proposal sebuah kegiatan
Perilaku setiap individu itu sangat berbeda antara satu dengan lainnya di lihat dari
sifatnya,perbedaan Perilaku manusia itu di sebabkan karena kemampuan, kebutuhan, cara
berpikir untuk menentukan pilihan perilaku pengalaman dan reaksi affektifnya yang berbeda
dengan satu sama lain

B. Perumusan Masalah
- Pengertian Kontrprestasi dan jenis-jenis kontraprestasi
- Dasar-dasar perilaku individu

C. Tujuan

- Untuk mengetahui pengertian kontraprestasi dan jenis-jenis kontraprestasi


- Untuk mengetahui dasar-dasar prilaku individu
BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Kontraprestasi

Secara umum kontraprestasi adalah tidak adanya balasan dari pencapaian yang telah
di peroleh akan sesuatu hal..

Kontraprestasi adalah prestasi atau hal-hal yang harus dilakukan seseorang atau kelompok
terhadap prestasi yang sudah diberikan oleh pihak lain sesuai dengan kesepakatan yang telah
dibuat. Bnetuknya biasa bermacam-macam, biasa dalam bentuk uang, barang atau jasa. Istilah
kontraprestasi sering kita temui dalam kontrak kerja atau proposal sebuah kegiatan.

Kontraprestasi dalam kontrak yaitu sesuatu yang harus diberikan oleh satu pihak atas prestasi
pihak yang lain. Biasanya kontra prestasi yaitu uang yang dibayarkan oleh satu pihak dan barang
atau jasa yang diserahkan oleh pihak lain. Pihak yang tidak melaksanakan kontra prestasi sesuai
janji dikatakan melaksanakan wanprestasi.

Salah satu factor penting diterima atau tidaknya sebuah proposal kegiatan adalah isi
kontraprestasi yang dicantumkan. Memebuat kontraprestasi dalam sebuah proposal harus
dilakukan dengan hati-hati. Jangan sampai calon sponsor merasa prestasi yang akan mereka
berikan tidak sepadan dengan kontraprestasi yang ditawarkan.

Kita juga harus memperhatikan apakah kegiatan yang akan dilaksanakan cukup menarik bagi
calon sponsor. Misalnya kegiatan kesehatan tidak mungkin sponsornya dari perusahaan rokok.
Kegiatan yang sering di sponsori oleh perusahanan rokok adalah acara-acara music.

Pembagian tidak adanya balasan dari pencapaian yang telah di peroleh akan sesuatu hal. :

1. Kontraprestasi juga terdapat dalam bidang perpajakan . Pengertian Kontraprestasi dalam


pajak adalah mengindikasikan bahwa pajak yang dipungut dari wajib pajak tidak akan
mendapatkan kontraprestasi atau timbal balik secara langsung dan individual. Artinya
masyarakat yang membayar pajak tidak akan menikmati hasilnya secara langsung dan
perorangan. Melainkan secara bersama-sama dengan anggota masyarakat yang mungkin
tidak membayar pajak.
2. Kontraprestasi individual adalah timbal balik yang didapatkan oleh setiap masing-masing
individu atau perorangan secara langsung. Kontraprestasi tidak akan didapatkan dalam
system perpajakan. Karena Kontraprestasi dalam pajak bersifat kolektif yang mana
individu yang membayar pajak ataupin tidak membayar pajak akan sama-sama
menikmati hasilnya.
3. Penegrtian Kontraprestasi tidak langsung berarti individu yang telah melaksanakan
sesuatu seperti membayar pajak tidak akan mendapatkan imbalan secara langsung atas
apa yang telah dibayarkan.

B. Perilaku individu

Perilaku individu adalah sebagai suatu fungsi dari interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Individu membawa tatanan dalam organisasi berupa kemampuan, kepercayaan
pribadi, pengharapan, kebutuhan, dan pengalaman masa lainnya. Semua perilaku individu pada
dasarnya dibentuk oleh kepribadian dan pengalamannya.

DASAR-DASAR PERILAKU INDIVIDUAL


Di dalam memahami perilaku individu, perlu mengkaji berbagai karakteristik yang
melekat pada individu tersebut. Adapun berbagai karakteristik individu yang utama dapat
dijelaskan sebagai berikut :

A.   Karakteristik Biografis

1. Usia
Bertambahnya usia memperkecil kemungkinan berhenti dari pekerjaan. Penyebabnya adalah
makin kecil pekerjaan alternatif dan tingkat upah atau gaji yang sudah atau lebih tinggi.
Bertambahnya usia juga berpengaruh terhadap absensi. Hasil penelitian terdapat tingkat absensi
yang dapat dihindari. Selain juga terdapat tingkat absensi yang tidak dapat dihindari,
penyebabnya bisa kesehatan juga bisa karena cedera.
2. Jenis Kelamin
Telaah psikologis disebutkan wanita lebih bersedia mematuhi otoritas sementara pria lebih
agresif pada pengharapan sukses. Selain itu tidak ada bukti penelitian yang menyatakan jenis
kelamin berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Apabila jenis kelamin dihubungkan dengan
tingkat keluaran, hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita memiliki tingkat keluaran yang
tinggi dibandingkan dengan pria. Sementara terdapat penelitian lain yaitu jenis kelamin
dihubungkan dengan tingkat keluaran menunjukkan hasi yangl sebaliknya. Sedangkan jenis
kelamin dihubungkan dengan absensi, bukti konsisten menunjukkan wanita lebih tinggi tingkat
absensinya apabila dibandingkan dengan pria.

3. Status Kawin
Hasil riset yang sangat konsisten menunjukkan hasil bahwa untuk karyawan yang menikah maka
dapat dikatakan tingkat absensi dan keluaran organisasi mengalami penurunan sedangkan
kepuasan kerjanya cenderung meningkat. Penyebab hal ini disebabkan perkawinan menyebabkan
meningkatnya tanggung jawab seseorang. Hal ini pada gilirannya membuat orang yang sudah
berkeluarga melihat pekerjaannya lebih bernilai dan penting, dan ikut menentukan bagaimana
tingkat kepuasan kerja mereka. Bagaimana dengan status janda atau duda ?

4. Banyaknya Tanggungan
Tidak ada informasi yang cukup mengenai hubungan antara jumlah tanggungan seseorang
dengan produktivitas kerjanya. Akan tetapi sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa
jumlah anak yang dimiliki oleh pekerja berhubungan erat dengan tingkat absensi dan kepuasan
kerjanya.

5. Masa Kerja
Meskipun hubungan senioritas dan produktivitas telah diselidiki secara luas, tidak ada indikasi
bahwa pekerja dengan masa kerja yang lebih lama lebih produktif dari pada mereka yang baru
bekerja. Akan tetapi diakui oleh para ahli bahwa masa kerja  sebelumnya menjadi peramal yang
ampuh terhadap keluarnya karyawan (turnover) di masa depan, artinya semakin lama seseorang
bekerja di suatu instansi akan semakin kecil kemungkinan dia untuk keluar dari tempat bekerja.
Dapat dikatakan masa kerja  berhubungan negatif dengan turnover dan sekaligus merupakan
peramal terbaik bagi turnover. Dikatakan pula masa kerja berhubungan secara positif dengan
kepuasan kerja, dalam arti apabila seseorang bekerja dalam waktu yang lama dalam suatu tempat
maka dapat dikatakan orang tersebut mengalami kepuasan kerja yang baik.

B.   Kemampuan

Berbicara kemampuan dapat dibedakan dari 2 (dua) jenis yaitu :

1. Kemampuan Intelektual
2. Kemampuan Fisik
Kemampuan intelektual mempunyai arti yaitu kemampuan yang merujuk pada suatu
kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Artinya
kemampuan intelektual merupakan kemampuan yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan
mental. Kemampuan intelektual meliputi :

1. Kemampuan berhitung
Kemampuan untuk berhitung dengan cepat dan tepat.

2. Pemahaman verbal
Kemampuan memahami apa yang dibaca/didengar serta hubungan kata satu sama lain

3. Kecepatan perseptual
Kemampuan mengenali kemiripan dan beda visual dengan cepat dan tepat

4. Penalaran induktif
Kemampuan mengenali suatu urutan logis dalam suatu masalah dan kemudian memecahkan
masalah itu

5. Penalaran deduktif
Kemampuan menggunakan logika dan menilai implikasi dari suatu argumen

6. Visualisasi ruang
Kemampuan membayangkan bagaimana suatu obyek akan tampak seandainya posisinya dalam
ruang diubah

7. Ingatan
Kemampuan menahan dan mengenang kembali pengalaman masa lalu

Sedangkan kemampuan fisik didefinisikan sebagai kemampuan yang diperlukan untuk


melaksanakan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecepatan, kekuatan dan ketrampilan serupa.
Menurut Robbin (2001) terdapat riset mengenai persyaratan-persyaratan yang diperlukan dalam
ratusan pekerjaan telah mengidentifikasi 9 (sembilan) kemampuan dasar yang dilibatkan dalam
melakukan tugas-tugas jasmani. Adapun 9 (sembilan) kemampuan fisik dasar tersebut sebagai
berikut :

1.    Faktor-faktor kekuatan yaitu :

a.    Kekuatan dinamis

Kemampuan untuk menggunakan otot secara berulang-ulang/sinambung sepanjang suatu kurun


waktu

b.    Kekuatan tubuh

Kemampuan menggunakan kekuatan otot dengan menggunakan otot-otot tubuh (terutama perut)

c.    Kekuatan statis

Kemampuan menggunakan kekuatan terhadap obyek luar

d.    Kekuatan

Kemampuan menghabiskan suatu maksimum energi eksplosif dalam satu/sederetan tindakan


eksplosif

2.    Faktor-faktor keluwesan yaitu :

a.    Keluwesan extent

Kemampuan menggerakkan otot tubuh dan meregang punggung sejauh mungkin

b.    Keluwesan dinamis

Kemampuan melakukan gerakan cepat


3.    Faktor-faktor lain yaitu :

a.    Koordinasi tubuh

Kemampuan mengkoordinasikan tindakan-tindakan serentak dari bagian-bagian tubuh yang


berlainan

b.    Keseimbangan

Kemampuan mempertahankan keseimbangan meski ada kekuatan yang mengganggu


keseimbangan

c.    Stamina

Kemampuan melanjutkan upaya maksimal yang menuntut upaya yang diperpanjang sepanjang
suatu kurun waktu

C.   Kepribadian

Mengenai kepribadian menurut pendapat Gordon Allport dalam buku Robbin (2001)
diartikan sebagai pengorganisasian yang dinamis dari sistem-sistem psikosifik dalam diri
individu yang menentukan penyesuaian dirinya dengan lingkungannya. Lebih jelasnya dapat
didefinisikan sebagai total jumlah dari cara-cara dalam mana seorang individu bereaksi dan
berinteraksi dengan orang-orang lain. Sedangkan menurut pendapat Toha (2001) kepribadian
diartikan sebagai suatu sistem yang dinamis dan memberikan dasar dari semua perilaku.
Kepribadian terdiri dari 3 (tiga) subsistem yaitu :

1.    Konsepsi id

Menurut Toha (2001) id adalah penampungan dan sumber dari semua kekuatan jiwa yang
menyebabkan berfungsinya suatu sistem. Menurut Gibson et al. (1986) id diartikan sebagai
bagian yang primitif dan tidak sadar dari kepribadian, gudang dari perangsang pokok. Id bekerja
secara tidak rasional artinya dalam rangka mencari pemuasan dari keinginannya. Id tidak
terbelenggu oleh faktor-faktor pembatas seperti etik, moral, alasan dan logika. Upaya id
diwujudkan lewat libido atau agresi.
2.    Konsepsi ego

Kalau id sebagai sumber ketidaksadaran sedang ego merupakan sumber rasa sadar. Ego
mewakili logika dan yang dihubungkan dengan prinsip-prinsip realitas. Ego menurut Toha
(2001) merupakan subsistem yang berfungsi ganda yakni melayani dan sekaligus mengendalikan
dua sistem lainnya (id dan superego) dengan cara berinteraksi dengan dunia luar atau lingkungan
luar. Sedangkan menurut Gibson et al. (1986) ego merupakan wasit dari pertentangan antara id
dan superego. Bagian dari tugas ego adalah memilih tindakan yang akan memberi kepuasan
kepada desakan hati tanpa menimbulkan akibat yang tidak dikehendaki.

3.    Konsepsi superego

Menurut Gibson et al. (1986) superego adalah gudang dari nilai individu, termasuk sikap moral
yang dibentuk oleh masyarakat. Selanjutnya menurut Toha (2001) superego adalah kekuatan
moral dari personalitas. Superego merupakan sumber norma atau standard yang tidak sadar yang
menilai dari semua aktivitas ego. Superego seringkali bertentangan dengan id. Id ingin
mengerjakan apa yang dirasa baik, sedangkan superego mendesak mengerjakan apa yang benar.

Kepribadian seseorang tidak terbentuk dengan sendirinya tetapi terdapat hal-hal yang
mempengaruhi kepribadian tersebut. Faktor-faktor yang menentukan terhadap kepribadian
seseorang yaitu faktor keturunan, lingkungan serta situasi. Seperti pendapat menurut Gibson, et
al. (1986) kepribadian diartikan sebagai serangkaian ciri yang relatif mantap, kecenderungan dan
perangai yang sebagian besar dibentuk oleh faktor keturunan dan oleh faktor-faktor sosial,
kebudayaan dan lingkungan. Serangkaian variabel ini menentukan persamaan dan perbedaan
dalam perilaku individu. Kemampuan seseorang yang dipengaruhi keturunan dan lingkungan
pada umumnya mantap dan konsisten tetapi terkadang berubah dalam situasi yang berbeda.

Berbicara menyangkut keturunan diartikan merujuk pada faktor-faktor yang ditentukan


pada saat kehamilan. Sosok fisik, daya tarik, wajah, jenis kelamin, temperamen, komposisi otot
dan refleks, tingkat enegi dan ritme hayati, sebagian besar dipengaruhi oleh siapa orang tuanya.
Sedangkan lingkungan mempunyai arti yaitu merujuk kepada budaya dimana kita dibesarkan,
pengkondisian dini kita, norma-norma keluarga, teman-teman dan kelompok sosial serta
pengaruh lain yang dialami. Adapun situasi akan mempengaruhi efek keturunan dan lingkungan
pada kepribadian.
            Tanpa memperhatikan bagaimana orang mendefinisikan kepribadian, beberapa prinsip
pada umumnya diterima oleh para ahli psikologi. Prinsip-prinsip ini adalah :

1. Kepribadian adalah suatu keseluruhan yang terorganisasi. Apabila tidak demikian maka


individu tersebut tidak akan mempunyai arti.
2. Kepribadian kelihatannya diorganisasi dalam pola-pola. Pola ini sedikit banyak dapat
diamati dan diukur
3. Walaupun kepribadian mempunyai dasar biologis, tetapi perkembangannya khususnya
adalah hasil dari lingkungan sosial dan kebudayaan. 
4.    Kepribadian mempunyai segi-segi yang dangkal, seperti sikap untuk menjadi seorang pemimpin
tim dan inti yang lebih dalam seperti sentimen atau perasaan mengenai wewenang atau etika
kerja Protestan.

5.    Kepribadian mencakup ciri-ciri umum dan khas. Setiap orang berbeda dari setiap orang lain
dalam beberapa hal, sedangkan dalam beberapa hal serupa.

D.   Pembelajaran

Belajar merupakan salah satu proses fundamental yang mendasari perilaku. Sebagian
besar perilaku dalam organisasi merupakan perilaku yang diperoleh dengan belajar. Belajar
menurut pendapat Gibson et al. (1986) didefinisikan sebagai proses terjadinya perubahan yang
relatif tetap dalam perilaku sebagai akibat dari praktek.  Kata relatif tetap menandakan bahwa
perubahan dalam perilaku harus sedikit banyak bersifat permanen.

Pendapat secara umum mengatakan pembelajaran adalah setiap perubahan yang relatif
permanen dari perilaku yang terjadi sebagai hasil pengalaman. Sedangkan ahli psikologi
menyebutkan belajar merupakan apa yang kita lakukan ketika kita bersekolah. Sedangkan
komponen dari definisi pembelajaran bisa dikatakan sebagai berikut :

1. Belajar melibatkan perubahan, bisa perubahan positif maupun negatif


2. Perubahan harus relatif permanen
3. Adanya perubahan perilaku, sebab apabila terjadi perubahan proses berpikir dan sikap
individu jika tidak diiringi atau diimbangi dengan perubahan perilaku bisa dikatakan bukan
merupakan pembelajaran.
Berbicara pembelajaran terdapat beberapa teori pembelajaran. Adapun teori-teori
pembelajaran tersebut sebagai berikut :

1. Pengkondisian Klasik
Diartikan suatu tipe pengkondisian dimana seorng individu menanggapi beberapa rangsangan
yang tidak akan selalu menghasilkan respon semacam itu.

2. Pengkondisian Operan
Diartikan suatu tipe pengkondisian dimana perilaku sukarela yang diinginkan menyebabkan
suatu ganjaran atau mencegah suatu hukuman.

3. Pengkondisian Sosial
Diartikan orang dapat belajar lewat pengamatan dan pengalaman langsung
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kontraprestasi adalah prestasi atau hal-hal yang harus dilakukan seseorang atau

kelompok terhadap prestasi yang sudah diberikan oleh pihak lain sesuai dengan kesepakatan

yang telah dibuat.

Perilaku individu adalah sebagai suatu fungsi dari interaksi antara individu dengan

lingkungannya. Individu membawa tatanan dalam organisasi berupa kemampuan, kepercayaan

pribadi, pengharapan, kebutuhan, dan pengalaman masa lainnya. Semua perilaku individu pada

dasarnya dibentuk oleh kepribadian dan pengalamannya.


BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

-http://syadiashare.com/panduan-organisasi-pengaruh-prilaku-individu-terhadap-
efektifitas-organisasi.html

-http://akuntansi-manajemen2.blogspot.com/2011/07/dasar-dasar-perilaku-individual-
serta.html

-http://irasetiawati.wordpress.com/2009/04/30/kepribadian-individu-dan-perilakunya-
dalam-organisasi/

-http://generasiberpendidikan.blogspot.com/2010/04/makalah-analisis-perilaku-
individu.html
-http://berandakampus.wordpress.com/2011/01/14/makalah-dasar-dasar-prilaku-
individu/

DASAR-DASAR PERILAKU INDIVIDUAL


Di dalam memahami perilaku individu, perlu mengkaji berbagai karakteristik yang
melekat pada individu tersebut. Adapun berbagai karakteristik individu yang utama dapat
dijelaskan sebagai berikut :

A.   Karakteristik Biografis
2. Usia
Bertambahnya usia memperkecil kemungkinan berhenti dari pekerjaan. Penyebabnya adalah
makin kecil pekerjaan alternatif dan tingkat upah atau gaji yang sudah atau lebih tinggi.
Bertambahnya usia juga berpengaruh terhadap absensi. Hasil penelitian terdapat tingkat
absensi yang dapat dihindari. Selain juga terdapat tingkat absensi yang tidak dapat dihindari,
penyebabnya bisa kesehatan juga bisa karena cedera.

3. Jenis Kelamin
Telaah psikologis disebutkan wanita lebih bersedia mematuhi otoritas sementara pria lebih
agresif pada pengharapan sukses. Selain itu tidak ada bukti penelitian yang menyatakan jenis
kelamin berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Apabila jenis kelamin dihubungkan dengan
tingkat keluaran, hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita memiliki tingkat keluaran yang
tinggi dibandingkan dengan pria. Sementara terdapat penelitian lain yaitu jenis kelamin
dihubungkan dengan tingkat keluaran menunjukkan hasi yangl sebaliknya. Sedangkan jenis
kelamin dihubungkan dengan absensi, bukti konsisten menunjukkan wanita lebih tinggi tingkat
absensinya apabila dibandingkan dengan pria.

4. Status Kawin
Hasil riset yang sangat konsisten menunjukkan hasil bahwa untuk karyawan yang menikah
maka dapat dikatakan tingkat absensi dan keluaran organisasi mengalami penurunan
sedangkan kepuasan kerjanya cenderung meningkat. Penyebab hal ini disebabkan perkawinan
menyebabkan meningkatnya tanggung jawab seseorang. Hal ini pada gilirannya membuat
orang yang sudah berkeluarga melihat pekerjaannya lebih bernilai dan penting, dan ikut
menentukan bagaimana tingkat kepuasan kerja mereka. Bagaimana dengan status janda atau
duda ?

5. Banyaknya Tanggungan
Tidak ada informasi yang cukup mengenai hubungan antara jumlah tanggungan seseorang
dengan produktivitas kerjanya. Akan tetapi sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa
jumlah anak yang dimiliki oleh pekerja berhubungan erat dengan tingkat absensi dan kepuasan
kerjanya.

6. Masa Kerja
Meskipun hubungan senioritas dan produktivitas telah diselidiki secara luas, tidak ada indikasi
bahwa pekerja dengan masa kerja yang lebih lama lebih produktif dari pada mereka yang baru
bekerja. Akan tetapi diakui oleh para ahli bahwa masa kerja  sebelumnya menjadi peramal yang
ampuh terhadap keluarnya karyawan (turnover) di masa depan, artinya semakin lama
seseorang bekerja di suatu instansi akan semakin kecil kemungkinan dia untuk keluar dari
tempat bekerja. Dapat dikatakan masa kerja  berhubungan negatif dengan turnover dan
sekaligus merupakan peramal terbaik bagi turnover. Dikatakan pula masa kerja berhubungan
secara positif dengan kepuasan kerja, dalam arti apabila seseorang bekerja dalam waktu yang
lama dalam suatu tempat maka dapat dikatakan orang tersebut mengalami kepuasan kerja
yang baik.
B.   Kemampuan

Berbicara kemampuan dapat dibedakan dari 2 (dua) jenis yaitu :

3. Kemampuan Intelektual
4. Kemampuan Fisik
Kemampuan intelektual mempunyai arti yaitu kemampuan yang merujuk pada suatu
kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Artinya
kemampuan intelektual merupakan kemampuan yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan
mental. Kemampuan intelektual meliputi :

2. Kemampuan berhitung
Kemampuan untuk berhitung dengan cepat dan tepat.

3. Pemahaman verbal
Kemampuan memahami apa yang dibaca/didengar serta hubungan kata satu sama lain

4. Kecepatan perseptual
Kemampuan mengenali kemiripan dan beda visual dengan cepat dan tepat

5. Penalaran induktif
Kemampuan mengenali suatu urutan logis dalam suatu masalah dan kemudian memecahkan
masalah itu

6. Penalaran deduktif
Kemampuan menggunakan logika dan menilai implikasi dari suatu argumen

7. Visualisasi ruang
Kemampuan membayangkan bagaimana suatu obyek akan tampak seandainya posisinya
dalam ruang diubah

8. Ingatan
Kemampuan menahan dan mengenang kembali pengalaman masa lalu

Sedangkan kemampuan fisik didefinisikan sebagai kemampuan yang diperlukan untuk


melaksanakan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecepatan, kekuatan dan ketrampilan
serupa. Menurut Robbin (2001) terdapat riset mengenai persyaratan-persyaratan yang
diperlukan dalam ratusan pekerjaan telah mengidentifikasi 9 (sembilan) kemampuan dasar
yang dilibatkan dalam melakukan tugas-tugas jasmani. Adapun 9 (sembilan) kemampuan fisik
dasar tersebut sebagai berikut :

1.    Faktor-faktor kekuatan yaitu :

a.    Kekuatan dinamis
Kemampuan untuk menggunakan otot secara berulang-ulang/sinambung sepanjang suatu
kurun waktu

b.    Kekuatan tubuh

Kemampuan menggunakan kekuatan otot dengan menggunakan otot-otot tubuh (terutama


perut)

c.    Kekuatan statis

Kemampuan menggunakan kekuatan terhadap obyek luar

d.    Kekuatan

Kemampuan menghabiskan suatu maksimum energi eksplosif dalam satu/sederetan tindakan


eksplosif

2.    Faktor-faktor keluwesan yaitu :

a.    Keluwesan extent

Kemampuan menggerakkan otot tubuh dan meregang punggung sejauh mungkin

b.    Keluwesan dinamis

Kemampuan melakukan gerakan cepat

3.    Faktor-faktor lain yaitu :

a.    Koordinasi tubuh

Kemampuan mengkoordinasikan tindakan-tindakan serentak dari bagian-bagian tubuh yang


berlainan

b.    Keseimbangan

Kemampuan mempertahankan keseimbangan meski ada kekuatan yang mengganggu


keseimbangan

c.    Stamina

Kemampuan melanjutkan upaya maksimal yang menuntut upaya yang diperpanjang sepanjang
suatu kurun waktu

C.   Kepribadian

Mengenai kepribadian menurut pendapat Gordon Allport dalam buku Robbin (2001)
diartikan sebagai pengorganisasian yang dinamis dari sistem-sistem psikosifik dalam diri
individu yang menentukan penyesuaian dirinya dengan lingkungannya. Lebih jelasnya dapat
didefinisikan sebagai total jumlah dari cara-cara dalam mana seorang individu bereaksi dan
berinteraksi dengan orang-orang lain. Sedangkan menurut pendapat Toha (2001) kepribadian
diartikan sebagai suatu sistem yang dinamis dan memberikan dasar dari semua perilaku.
Kepribadian terdiri dari 3 (tiga) subsistem yaitu :

1.    Konsepsi id

Menurut Toha (2001) id adalah penampungan dan sumber dari semua kekuatan jiwa yang
menyebabkan berfungsinya suatu sistem. Menurut Gibson et al. (1986) id diartikan sebagai
bagian yang primitif dan tidak sadar dari kepribadian, gudang dari perangsang pokok. Id bekerja
secara tidak rasional artinya dalam rangka mencari pemuasan dari keinginannya. Id tidak
terbelenggu oleh faktor-faktor pembatas seperti etik, moral, alasan dan logika. Upaya id
diwujudkan lewat libido atau agresi.

2.    Konsepsi ego

Kalau id sebagai sumber ketidaksadaran sedang ego merupakan sumber rasa sadar. Ego
mewakili logika dan yang dihubungkan dengan prinsip-prinsip realitas. Ego menurut Toha
(2001) merupakan subsistem yang berfungsi ganda yakni melayani dan sekaligus
mengendalikan dua sistem lainnya (id dan superego) dengan cara berinteraksi dengan dunia
luar atau lingkungan luar. Sedangkan menurut Gibson et al. (1986) ego merupakan wasit dari
pertentangan antara id dan superego. Bagian dari tugas ego adalah memilih tindakan yang
akan memberi kepuasan kepada desakan hati tanpa menimbulkan akibat yang tidak
dikehendaki.

3.    Konsepsi superego

Menurut Gibson et al. (1986) superego adalah gudang dari nilai individu, termasuk sikap moral
yang dibentuk oleh masyarakat. Selanjutnya menurut Toha (2001) superego adalah kekuatan
moral dari personalitas. Superego merupakan sumber norma atau standard yang tidak sadar
yang menilai dari semua aktivitas ego. Superego seringkali bertentangan dengan id. Id ingin
mengerjakan apa yang dirasa baik, sedangkan superego mendesak mengerjakan apa yang
benar.

Kepribadian seseorang tidak terbentuk dengan sendirinya tetapi terdapat hal-hal yang
mempengaruhi kepribadian tersebut. Faktor-faktor yang menentukan terhadap kepribadian
seseorang yaitu faktor keturunan, lingkungan serta situasi. Seperti pendapat menurut
Gibson, et al. (1986) kepribadian diartikan sebagai serangkaian ciri yang relatif mantap,
kecenderungan dan perangai yang sebagian besar dibentuk oleh faktor keturunan dan oleh
faktor-faktor sosial, kebudayaan dan lingkungan. Serangkaian variabel ini menentukan
persamaan dan perbedaan dalam perilaku individu. Kemampuan seseorang yang dipengaruhi
keturunan dan lingkungan pada umumnya mantap dan konsisten tetapi terkadang berubah
dalam situasi yang berbeda.

Berbicara menyangkut keturunan diartikan merujuk pada faktor-faktor yang ditentukan


pada saat kehamilan. Sosok fisik, daya tarik, wajah, jenis kelamin, temperamen, komposisi otot
dan refleks, tingkat enegi dan ritme hayati, sebagian besar dipengaruhi oleh siapa orang
tuanya. Sedangkan lingkungan mempunyai arti yaitu merujuk kepada budaya dimana kita
dibesarkan, pengkondisian dini kita, norma-norma keluarga, teman-teman dan kelompok sosial
serta pengaruh lain yang dialami. Adapun situasi akan mempengaruhi efek keturunan dan
lingkungan pada kepribadian.

            Tanpa memperhatikan bagaimana orang mendefinisikan kepribadian, beberapa prinsip


pada umumnya diterima oleh para ahli psikologi. Prinsip-prinsip ini adalah :

4. Kepribadian adalah suatu keseluruhan yang terorganisasi. Apabila tidak demikian maka


individu tersebut tidak akan mempunyai arti.
5. Kepribadian kelihatannya diorganisasi dalam pola-pola. Pola ini sedikit banyak dapat
diamati dan diukur
6. Walaupun kepribadian mempunyai dasar biologis, tetapi perkembangannya khususnya
adalah hasil dari lingkungan sosial dan kebudayaan. 
4.    Kepribadian mempunyai segi-segi yang dangkal, seperti sikap untuk menjadi seorang pemimpin
tim dan inti yang lebih dalam seperti sentimen atau perasaan mengenai wewenang atau etika
kerja Protestan.

5.    Kepribadian mencakup ciri-ciri umum dan khas. Setiap orang berbeda dari setiap orang lain
dalam beberapa hal, sedangkan dalam beberapa hal serupa.

D.   Pembelajaran

Belajar merupakan salah satu proses fundamental yang mendasari perilaku. Sebagian
besar perilaku dalam organisasi merupakan perilaku yang diperoleh dengan belajar. Belajar
menurut pendapat Gibson et al. (1986) didefinisikan sebagai proses terjadinya perubahan yang
relatif tetap dalam perilaku sebagai akibat dari praktek.  Kata relatif tetap menandakan bahwa
perubahan dalam perilaku harus sedikit banyak bersifat permanen.

Pendapat secara umum mengatakan pembelajaran adalah setiap perubahan yang relatif
permanen dari perilaku yang terjadi sebagai hasil pengalaman. Sedangkan ahli psikologi
menyebutkan belajar merupakan apa yang kita lakukan ketika kita bersekolah. Sedangkan
komponen dari definisi pembelajaran bisa dikatakan sebagai berikut :

4. Belajar melibatkan perubahan, bisa perubahan positif maupun negatif


5. Perubahan harus relatif permanen
6. Adanya perubahan perilaku, sebab apabila terjadi perubahan proses berpikir dan sikap
individu jika tidak diiringi atau diimbangi dengan perubahan perilaku bisa dikatakan bukan
merupakan pembelajaran.
Berbicara pembelajaran terdapat beberapa teori pembelajaran. Adapun teori-teori
pembelajaran tersebut sebagai berikut :

2. Pengkondisian Klasik
Diartikan suatu tipe pengkondisian dimana seorng individu menanggapi beberapa rangsangan
yang tidak akan selalu menghasilkan respon semacam itu.

3. Pengkondisian Operan
Diartikan suatu tipe pengkondisian dimana perilaku sukarela yang diinginkan menyebabkan
suatu ganjaran atau mencegah suatu hukuman.

4. Pengkondisian Sosial
Diartikan orang dapat belajar lewat pengamatan dan pengalaman l angsung.

E.  Kesimpulan

            Usia tampaknya tidak mempunyai hubungan dengan produktivitas. Pekerja tua


dan mereka yang masa kerjanya panjang lebih kecil kemungkinan untuk minta berhenti.
Sedangkan karyawan yang menikah absensinya lebih rendah, tingkat keluarnya  lebih rendah,
dan menunjukkan kepuasan yang lebih tinggi daripada karyawan bujangan.

Kemampuan mempengaruhi langsung tingkat kinerja dan kepuasan seorang karyawan


lewat kesesuaian kemampuan pekerjaan. Suatu tinjauan ulang terhadap literatur kepribadian
memberikan garis panduan umum yang dapat membimbing ke kinerja yang efektif. Karakteristik
kepribadian menciptakan parameter untuk perilaku orang-orang, karakteristik itu  memberikan
kepada kita kerangka untuk meramalkan perilaku.

Penguatan positif merupakan suatu alat yang ampuh untuk memodifikasi perilaku.
Dengan mengidentifikasi dan memberi ganjaran perilaku yang berkaitan dengan kinerja,
manajemen meningkatkan kemungkinan bahwa perilaku itu akan datang.

Anda mungkin juga menyukai