Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ETIKA BISNIS
MENENTUKAN KEWAJIBAN PERUSAHAAN TERHADAP KARYAWAN DAN
KARYAWAN TERHADAP PERUSAHAAN

DOSEN PENGAMPU : Halipi Hazizan

Disusun oleh kelompok 2 :

Adelia Dwi Sagita 112211081


Dede Fitriya 112210092
Nur Hikmah Fitria 112210267
Putri Nabila Septiani 112210793

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


MANAJEMEN
UNIVERSITAS PELITA BANGSA

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam
kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Cikarang, 26 Maret 2023

Kelompok 4

2
3
DARTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2


BAB I .............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4
I.1 Latar belakang ............................................................................................................................ 4
I.2 Rumusan masalah ....................................................................................................................... 5
BAB II ......................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 6
2.1 hakikat kewajiban .................................................................................................................. 6
2.2 Kewajiban perusahaan dan karyawan ............................................................................. 8
2.3 Kewajiban perusahaan terhadap karyawan ............................................................................ 8
2.4 Kewajiban karyawan terhadap perusahaan ................................................................... 13
2.5 Sanksi sanksi jika melanggar atau tidak memnuhi kewajiban tersebut ......................... 14
BAB III...................................................................................................................................... 18
PENUTUP ................................................................................................................................. 18
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 19

4
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Etika pada dasarnya adalah standar atau moral yang menyangkut benar-salah, baik-buruk
seperti apa yang dikatakan oleh perasaan seseorang, tetapi anggapan seseorang atas perasaan nya
yang menganggap bahwa sesuatu yang dianggap benar belum tentu perasaan orang lain
menganggap bahwa hal itu benar atau sesuai dengan etika. Dalam kerangka konsep etika bisnis
terdapat pengertian tentang etika perusahaan, etika kerja dan etika perorangan, yang menyangkut
hubungan-hubungan sosial antara perusahaan, karyawan dan lingkungannya. Etika perusahaan
menyangkut hubungan perusahaan dan karyawan sebagai satu kesatuan dengan lingkungannya
(misalnya dengan perusahaan lain atau masyarakat setempat), Etika kerja terkait antara
perusahaan terhadap karyawannya, karyawan terhadap perusahaan dan etika perorangan
mengatur hubungan antar karyawan. Masalah etika sangat kompleks, tersebar di berbagai
disiplin ilmu. Perusahaan dalamhal ini, dalam kelangsungan hidupnya menghadapi berbagai
pengaruh baik dari luar maupun dalam perusahaan.

Dari dalam perusahaan adalah yang berhubungan dengan karyawan. Khusus nya
bagaimana pelaksanaan etika hubungannya dengan hak dan kewajiban karyawan terhadap
perusahaan dan sebaliknya. Dalam etika bisnis terdapat kewajiban dua pihak, yaitu pada
karyawan dan pada perusahaan, awalnya kita mulai dengan menyoroti kewajiban karyawan pada
perusahaan kemudian kita selanjutnya membalikan perspektifnya dengan memfokuskan
kewajiban perusahaan terhadap karyawan. Makalah ini membahas tentang kewajiban-kewajiban
karyawan dan perusahaan.

Seorang filsuf berpendapat sejatinya ada hubungan timbal balik antara hak dan
kewajiban. Pendapat yang disebut “teori korelasi” ini menyatakan bahwa setiap kewajiban
seseorang berkaitan dengan hak orang lain, sebaliknya setiap hak seseorang berkaitan dengan
kewajiban orang lain untuk memenuhi hak tersebut.

5
Hubungan timbal balik seperti diatas seperti yang ditemukan pada hubungan antara
pekerja dan perusahaan. Setiap pihak, baik karyawan dan perusahaan tentu memiliki kewajiban
dan hak. Saat kewajiban karyawan terpenuhi maka hak perusahaan akan terpenuhi, begitu juga
sebaliknya.

Maka dari itu, dalam makalah ini akan di bahas mengenai kewajiban karyawan dan
perusahaan, serta konsuensi dan tanggung jawab yang di miliki masing masing pihak. Tanpa
adanya pengetahuan yang mendalam mengenai kewajiban ini, maka dapat menimbulkan
kerugian ataupun masalah bagi piahak pihak tertentu.

I.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana kewajiban perusahaan terhadap karyawan ?
2. Bagaimana kewajiban karyawan terhadap perusahaan ?
3. Undang undang apa sajayang mengatur tentang hubungan kerja terhadap pekerja
perusahaan ?
4. Apa sanksi ketika perusahaan tersebut tidak memenuhi kebutuhan karyawan nya?
5. Apa sanksi ketika karyawan tersebut tidak memenuhi kebutuhan karyawan nya?

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat kewajiban


Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), kewajiban adalah sesuatu yang
diwajibkan,sesuatu yang harus dilaksanakan, atau suatu keharusan. Pengertian kewajiban juga
dimaknai sebagai tugas atau pekerjaan. Oleh karena itu, kewajiban selalu dibebankan pada
kehidupan masyarakat, mulai dari anak anak hingga orang dewasa.

Kewajiban adalah tugas atau pekerjaan ang harus dolakukan dan diselesaikan dengan
benar dan dengan memikul kewajiban, kita akan memperoleh hak. Misalnya, setelah karyawan
memenuhi kewajiban nya dalam bekerja di perushaan maka karyawan tersebut berhak
mendapatkan hak nya yang berupa uang gaji atau tunjangan lainnya.

Jenis jenis kewajiban

Ada beberapa jenis kewajiban, yang merupakan tindakan yang harus dilakukan dan
diselesaikan. Menurut George Nathaniel Curzon, keawjiabn diklasifikasikan menjadi lima jenis,
yaitu sebagai berikut :

a. Kewajiban Mutlak

Kewajiban mutlak adalah kewajiban yang dilakukan seseorang terhadap dirinya sendiri
dan tidak mengandung hak atau kebutuhan untuk memberikan hak apa pun kepada pihak lain.
Contoh kewajiban mutlak adalah seseorang yang wajib menjalankan ibadah yang diyakininya.
Shalat merupakan kewajiban bagi orang yang bertakwa dan tidak boleh dijauhi.

b. Kewajiban Publik

Kewajiban publik adalah jenis kewajiban yang terkait dengan hak publik. Kita sering
memiliki tugas resmi di bawah peraturan perundang-undangan yang mengharuskan setiap orang
untuk mematuhi peraturan pidana dan undang-undang. Selain itu, sebagai contoh kewajiban
resmi adalah ketika kamu mematuhi rambu-rambu lalu lintas saat mengemudi.

c. Kewajiban Positif dan Negatif

7
Kewajiban positif dan negatif adalah kewajiban seseorang untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu. Dengan kata lain, kewajiban positif adalah tugas seseorang untuk
berkomitmen terhadap sesuatu. Sebaliknya, kewajiban negatif adalah kewajiban seseorang yang
tidak bermaksud sesuatu.

Contoh kewajiban positif adalah kewajiban melapor kepada pihak berwajib jika haknya
dicabut secara paksa. Sebaliknya, contoh kewajiban negatif adalah tidak memfitnah meskipun
haknya dicabut.

d. Kewajiban Umum dan Khusus

Kewajiban umum adalah kewajiban yang secara umum ditujukan kepada semua warga
negara yang tinggal dan bertempat tinggal di negara tersebut. Sedangkan kewajiban khusus
adalah jenis tugas yang dilakukan oleh lebih dari satu kelompok saja atau oleh lebih dari satu
kelompok, misalny a mereka yang bekerja di bidang kontrak atau bidang hukum.

Contoh kewajiban umum adalah setiap orang memiliki kewajiban untuk mematuhi
peraturan negara yang ada, baik mereka datang ke negara tersebut atau sudah tinggal di negara
tersebut. Kita bisa melihat contoh kewajiban khusus bagi mereka yang membayar barang atau
jasa berdasarkan perjanjian.

e. Kewajiban Pokok

Kewajiban pokok adalah kewajiban yang mungkin timbul dari perbuatan atau tindakan
seseorang yang tidak melanggar hukum. Dengan kata lain, kewajiban pokok merupakan jenis
kewajiban yang berkaitan langsung dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di
negara tersebut. Misalnya kewajiban membayar pajak, kewajiban tidak memfitnah orang lain,
dan lain sebagainya.

Selain itu, kewajiban pokok dapat timbul dari perilaku atau tindakan yang melanggar
hukum. Contohnya dapat dilihat ketika seseorang harus membayar ganti rugi atau denda atas
tindakan yang dilakukannya.

8
2.2 Kewajiban perusahaan dan karyawan

Perusahaan memiliki hak dan kewajiban perusahaan yang perlu diberikan pada
karyawannya. Aturan mengenai hal tersebut juga sudah ditetapkan dalam Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (disingkat UU Ketenagakerjaan) yang beberapa
ketentuannya diubah dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
(disingkat UU Cipta Kerja).

2.3 Kewajiban perusahaan terhadap karyawan

Sebuah perusahaan juga memiliki kewajiban yang wajib untuk diberikan pada
karyawannya, seperti:

a) Membayar Gaji

Gaji merupakan hak karyawan yang wajib dibayar oleh perusahaan sebagai imbalan atas
tanggung jawab pekerjaan yang telah dijalankan. Umumnya, penggajian di perusahaan dilakukan
secara sistematis melalui payroll, yakni sistem penggajian yang meliputi pengolahan data gaji,
perhitungan gaji, hingga pembayaran gaji secara rutin dan teratur pada tanggal tertentu setiap
bulan.

Hukum ketenagakerjaan di Indonesia tidak mengatur sistem penggajian karyawan swasta


secara detail, namun sejumlah ketentuan dalam Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah
memberikan rambu-rambu sebagai panduan.

Ketenaga kerjaan No 13 Tahun 2003 yang direvisi melalui Omnibus Law, Pasal 88 A
ayat (3), menyebutkan bahwa pengusaha wajib membayar upah kepada pekerja/buruh sesuai
dengan kesepakatan.

Ketentuan itu ditegaskan lagi dalam PP Pengupahan No 36 Tahun 2021, Pasal 53, bahwa
pembayaran upah oleh pengusaha dilakukan berdasarkan perjanjian kerja, peraturan perusahaan,
atau perjanjian kerja bersama.

Artinya, baik nominal dan komponen penggajian ditentukan berdasarkan kesepakatan.


Sebagai contoh, jika karyawan dijanjikan gaji pokok, tunjangan tetap, dan tunjangan BPJS dalam

9
kontrak kerja, maka komponen-komponen tersebut wajib ada dalam perhitungan dan
pembayaran gaji karyawan bersangkutan. Jumlahnya harus sesuai dengan yang disepakati.

Pengupahan mengatur bahwa gaji harus dibayarkan dalam mata uang RI, dan dibayarkan
seluruhnya pada setiap periode dan per tanggal pembayaran upah. Jangka waktu pembayaran gaji
tidak boleh lebih dari satu bulan.

Tanggal pembayaran gaji disepakati antara karyawan dan pengusaha. Apabila jatuh pada
hari libur atau istirahat mingguan, maka pelaksanaan pembayaran gaji diatur dalam perjanjian
kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.

Jadi, tidak ada masalah apakah gaji dibayarkan pada akhir bulan atau awal bulan, selama
hal ini disepakati kedua pihak. Namun, gaji tidak boleh dicicil.

Pengupahan, Pasal 57, memberikan dua cara pembayaran gaji karyawan, yaitu secara
langsung atau melalui bank. Apabila dibayarkan melalui bank, maka gaji harus sudah dapat
diuangkan oleh karyawan pada tanggal penggajian yang disepakati.

Artinya, perusahaan perlu mengantisipasi proses transfer antar-bank yang membutuhkan


waktu agar gaji tidak terlambat masuk ke rekening karyawan. Misalnya, admin penggajian bisa
melakukan transfer satu atau dua hari sebelum tanggal penggajian. Bagaimana jika terlambat?

Aturan di PP Pengupahan memberikan toleransi keterlambatan pembayaran gaji selama 3


hari. Apabila penggajian terlambat hingga 4 hari atau lebih, maka pengusaha dikenai denda tanpa
menghilangkan kewajiban pembayaran gaji.

Gaji pokok sekurang-kurangnya 75% dari jumlah gaji pokok dan tunjangan tetap. Gaji
pokok dan tunjangan tetap tidak boleh di bawah ketentuan upah minimum.

Upah lembur wajib dibayar oleh pengusaha yang mempekerjakan karyawan melebihi
waktu kerja, atau pada istirahat mingguan, atau pada hari libur resmi. Perhitungan upah lembur
menggunakan upah per jam mengikuti ketentuan PP No 35 Tahun 2021 Pasal 31.

Pendapatan non-upah yang wajib dibayar oleh pengusaha adalah tunjangan hari raya
(THR) keagamaan yang besarnya 1 bulan upah untuk karyawan dengan masa kerja satu tahun
atau lebih.

10
Pendapatan non-upah yang dapat dibayar oleh pengusaha adalah insentif, bonus, uang
pengganti fasilitas kerja, dan uang service pada usaha tertentu.

b) Menyediakan Jaminan Sosial

Saat ini, Indonesia memiliki dua jaminan sosial yang wajib diikuti oleh seluruh
penduduknya yang bekerja, baik yang berstatus warga negara Indonesia maupun warga negara
asing. Dua jaminan sosial yang dimaksud adalah jaminan sosial ketenagakerjaan dan jaminan
sosial kesehatan. Masing-masing dari jaminan itu dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan.

Berdasarkan Undang-undang (UU) Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara


Jaminan Sosial (BPJS), semua perusahaan wajib memberikan BPJS Kesehatan bagi karyawan
yang telah bekerja minimal enam bulan di perusahaan. Selain itu, pemerintah melalui Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 84 Tahun 2013 tentang Perubahan Kesembilan atas PP Nomor 14 Tahun
1993 juga mewajibkan penyelenggara kerja untuk memberikan jaminan sosial ketenagakerjaan
dan jaminan kesehatan bagi para pekerja.

Pasal 2 ayat 1 PP tersebut menyatakan bahwa jaminan sosial yang wajib untuk tenaga
kerja di Indonesia adalah:

1. Jaminan Kematian (JKM)

JKM adalah manfaat uang tunai yang diberikan BPJS Ketenagakerjaan kepada ahli waris
dari peserta yang meninggal, bukan karena kecelakaan kerja. Nilai total manfaat JKM ke peserta
mencapai Rp 36 juta. Beberapa bentuk manfaat JKM:

 Santunan yang dibayarkan sekaligus senilai Rp4,8 juta


 Biaya pemakaman senilai Rp3 juta
 Peserta yang telah memberikan iuran selama minimal lima tahun berhak atas bantuan
beasiswa untuk anak senilai Rp12 juta.
 Sementara besar iuran JKM untuk pekerja penerima upah, alias karyawan, adalah 0,3% dari
upah yang dilaporkan.

11
2. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)

JKK memberikan manfaat perlindungan atas risiko terjadinya kecelakaan yang terjadi
dalam pekerjaan. Perlindungan yang diberikan JKK termasuk kecelakaan yang terjadi dalam
perjalanan dari rumah pekerja menuju tempat kerja.

BPJS Ketenagakerjaan mengelompokkan besar iuran untuk tiap peserta berdasarkan


pekerjaannya. Untuk peserta yang berstatus karyawan, atau disebut pekerja penerima upah, iuran
menjadi tanggungan perusahaan. Besar iuran tiap peserta dibagi lagi berdasarkan jenis risiko
yang dihadapi masing -masing peserta dalam pekerjaannya. Kisaran besar iuran mulai 0,24%
untuk pekerjaan dengan tingkat risiko kecelakaan rendah, hingga 1,74% untuk tingkat pekerjaan
dengan tingkat risiko tinggi. Nilai iuran dihitung dalam persentase dari upah yang dilaporkan.

3. Jaminan Hari Tua

Program jaminan ini memberikan manfaat uang tunai, yang terdiri dari akumulasi nilai
iuran berikut hasil pengembangan. Manfaat ini akan dibayarkan di saat:

 Peserta memasuki masa pensiun


 Peserta meninggal dunia
 Peserta mengalami cacat total tetap

Untuk karyawan, iuran JHT, yang besarnya adalah 5,7% dari upah yang dilaporkan,
ditanggung bersama antara peserta dan perusahaan tempatnya bekerja. Pembagiannya, iuran
sebesar 2% menjadi tanggungan peserta, dan 3,7% lagi ditanggung perusahaan.

4. Jaminan Berupa Pemeliharaan Kesehatan

Pekerja di Indonesia juga berhak atas jaminan perawatan kesehatan. Manfaat perawatan
kesehatan yang didapat oleh peserta BPJS Kesehatan yang berstatus karyawan, akan ditentukan
berdasarkan atas nilai gajinya setiap bulan. Untuk karyawan yang memiliki gaji dengan nilai
sampai Rp4 juta per bulan berhak untuk mendapatkan perawatan ruang kelas II. Sedangkan
mereka yang memiliki gaji di atas Rp4 juta per bulan berhak atas perawatan ruang kelas I.

Besar iuran yang berlaku bagi peserta BPJS Kesehatan yang berstatus karyawan adalah
5% dari upah bulanan yang dilaporkan. Iuran yang dibayarkan itu mencakup premi untuk satu

12
keluarga, yang terdiri dari ayah, ibu dan tiga orang tanggungan. Untuk manfaat, BPJS Kesehatan
bisa dibilang memberikan jaminan atas seluruh risiko kesehatan yang ditanggung pesertanya.
Mulai rawat jalan hingga rawat inap.

c) Memberikan Waktu Istirahat

Perusahaan juga memiliki kewajiban untuk memberikan waktu istirahat pada semua
pekerjanya sebagaimana diatur dalam Pasal 79 UU Ketenagakerjaan jo. UU Cipta Kerja.

Setiap karyawan berhak mendapatkan waktu istirahat antara lain istirahat antara jam
kerja, paling sedikit setengah jam setelah bekerja selama 4 (empat) jam terus menerus, dan waktu
istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja dan istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam)
hari kerja dalam 1 (satu) minggu. Selain itu karyawan juga berhak untuk mengajukan cuti
tahunan selama paling sedikit 12 (dua belas) hari kerja setelah pekerja/buruh yang bersangkutan
bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus.

Perhitungan waktu kerja seperti yang tertulis pada UU Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun
2003 Pasal 77 Ayat 2 adalah sebagai berikut: Waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
meliputi :

 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari
kerja dalam 1 (satu) minggu; atau
 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima)hari
kerja dalam 1 (satu) minggu.

d) Menyediakan Waktu Untuk Beribadah

Dalam UU Ketenagakerjaan Pasal 80, perusahaan wajib untuk memberikan waktu yang
cukup bagi karyawannya untuk melakukan ibadah sesuai dengan kepercayaannya masing-
masing.

13
2.4 Kewajiban karyawan terhadap perusahaan

Setelah mengetahui apa saja hak-hak yang didapatkan seorang karyawan, maka
selanjutnya Anda memahami apa saja kewajiban karyawan yang juga menjadi hak dari
perusahaan. Pada umumnya kewajiban karyawan terbagi menjadi tiga hal utama yaitu:

1) Kewajiban Ketaatan, hal ini berarti bahwa karyawan harus memiliki konsekuensi dan patuh
pada peraturan yang ada pada perusahaan.

Pada saat seseorang bergabung dan menjadi karyawan perusahaan, maka diwajibkan
untuk mematuhi dan mentaati segala perintah atasan. Hal tersebut terjadi lantaran sudah terikat
hukum dengan kontrak dan perjanjian kerja.

Akan tetapi, ada beberapa perintah atasan yang boleh ditentang oleh karyawan bawahan.
Pada hal ini, karyawan diperbolehkan untuk menolak perintah atasan untuk menjalankan sesuatu
tindakan yang tidak bermoral. Contoh kasus tersebut di antaranya :

 Apabila atasan memerintahkan bawahan untuk melakukan aksi pembunuhan,


 Atasan menyuruh seorang bawahannya untuk melakukan tindakan penipuan, dan
 Menyuruh untuk melakukan tindakan asusila kepada pihak lain.

Untuk menghindari penyelewengan wewenang atasan, sebaiknya pihak perusahaan


memberikan job desc kepada karyawan secara jelas dan tepat. Hal ini bertujuan untuk
melindungi seluruh pegawai dari sikap eksploitasi kerja dari atasannya.

2) Kewajiban Konfidensialitas, setiap karyawan wajib untuk menjaga kerahasiaan data-data


yang dimiliki oleh perusahaan.

Beberapa hal yang harus dijaga, biasanya berupa sistem kerja, hak-hak intelektual,
keuangan, dan lainnya. Umumnya, perusahaan akan mengadakan sebuah perjanjian kerja pada
saat penandatanganan kontrak karyawan baru. Melalui perjanjian ini, maka karyawan akan
menyetujui untuk menyimpan rahasia perusahaan dan tidak menyebarluaskan kepada khalayak
umum.

14
Jika melanggar, perusahaan dapat menuntut ke meja hijau. Dengan demikian, segala
informasi rahasia perusahaan dapat terus terjaga dari waktu ke waktu.

Contohnya, terdapat PT Minuman Abadi memproduksi suatu produk makanan kaleng.


Produk tersebut sangat laris dipasaran. Para kompetitor perusahaan tersebut pun berusaha untuk
menyainginya.

Apabila terdapat karyawan dari PT Minuman Abadi yang membocorkan resep rahasia
produk ke kompetitor lain, tentu akan ditiru proses pembuatannya. Alhasil, kompetitor mampu
menghasilkan produk serupa dan mampu menarik konsumen dari PT Minuman Abadi.

Untuk mencegah hal demikian, maka PT Minuman Abadi menerapkan kewajiban


konfidensial pada seluruh karyawannya.

3) Kewajiban Loyalitas, yang artinya karyawan harus mendukung visi dan misi perusahaan dan
memiliki loyalitas yang tinggi terhadap perusahaan tersebut.

Loyalitas perusahaan dapat berupa suatu penerimaan imbalan, hibah, atau komisi dari
pihak lain. Apabila karyawan memperoleh pendapatan dari sumber lain, perlu diketahui apakah
hal tersebut merugikan perusahaan.

Jika karyawan diketahui telah menerima imbalan setelah bekerja untuk kompetitor
perusahaan. Maka, pihak perusahaan dapat memberikan tindakan berupa sanksi atau Surat
Peringatan (SP).

Biasanya, untuk mencegah hal tersebut terjadi, perusahaan memberikan insentif lebih
kepada karyawan yang mampu bekerja dengan baik, serta memenuhi target. Dengan begitu,
karyawan akan lebih setia untuk bekerja secara penuh untuk perusahaan.

2.5 Sanksi sanksi jika melanggar atau tidak memnuhi kewajiban tersebut
A. Sanksi Jika Perusahaan Tidak Memenuhi Kewajiban nya Kepada Karyawan

Ada beberapa sanksi :

15
1. Sanksi administratif

Sanksi administratif ini bisa dilihat dalam Pasal 190 Undang Undang Nomor 13
tahun 2003 mengenai UU Ketenagakerjaan. Sanksi administratif yang dimaksudkan adalah
teguran, memberikan batasan kegiatan usaha.

Selain itu, juga memberikan peringatan tertulis, membekukan kegiatan usaha,


pembatalan pendaftaran, pembatalan persetujuan. Sanksi administratif juga bisa berupa
pencabutan ijin danpenghentian sementara alat produksi.

2. Sanksi pidana

Selain memberikan sanksi administratif ada juga sanksi pidana. Sanksi pidana ini bisa
dikenakan untuk pengusaha yang melakukan pelanggaran Undang Undang nomor 13 tahun 2003
mengenai ketenagakerjaan.

Ancaman pidana yang dilakukan tentu saja bervariasi, bergantung dari pasal yang
dilanggar.Ancaman sanksi pidana tersebut tertuang pada pasal 183 hingga pasal 189.

Pada pasal 183, pelanggaran atas pasal 74, pasal ini melarang memperkerjakan serta
melibatkan tenaga kerja anak. Bila perusahaan melanggar, hal ini merupakan tindak pidana
kejahatan.

Dan nantinya juga akan diberi sanksi pidana penjara 2 hingga 5 tahun serta denda.
Sedangkan pasal 184, pelanggaran pada pasal 167 ayat 5. Pasal ini mengatur kewajiban
perusahaan pada karyawan yang telah pension.

Pelanggaran pasal ini merupakan tindak pidana kejahatan. Sanksi pidana penjara yang
berlakuadalah kurungan 1 hingga 5 tahun serta denda 100 juta hingga 500 juta rupiah.

B. Sanksi JIka Karyawan Tidak Memenuhi Kewajiban nya Kepada Perusahaan

Ada beberapa sanksi dari perusahaan kepada karyaan sebaga berikut :

1. Surat Peringatan (SP)

Apabila melakukan suatu kesalahan atau kelalaian tertentu dan merugikan perusahaan
dan akan diberikan sanksi tersebut. Pada umumnya, surat peringatan akan dierikan
sampai tiga kali, setelaj tiga kali akan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).

2. Denda atau pemotongan gaji

16
Sanksi tersebut dapat diberikan kepada karyawan apabila ia melakukan pelanggaran
peraturan perusahaan. Di dalam UU Ketenagakerjaan pasal 95 ayat (1) menjelaskan
apabila karyawan melakukan pelanggaran secara sengaja, ia akan di kenakan denda.

3. Demosi ( penurunan jabatan )

Perusahaan juga berhak memberikan sanksi kepada karyawan berupa demosi atau
penurunan jabatan.

Akan tetapi, dilansir dari Hukum Online, untuk pengaturan sanksi demosi tidak
dicantumkan pengaturannya dalam UU Ketenagakerjaan ataupun perundang-undangan
lain terkait ketenagakerjaan.

Dengan demikian, pengaturan demosi sendiri bisa diatur di dalam peraturan perusahaan,
perjanjian kerja, maupun perjanjian kerja bersama.

4. Skorsing Karyawan

Karyawan juga dapat dikenakan skorsing apabila tertangkap melakukan suatu tindakan
yang sangat merugikan perusahaan.

Selain itu, skorsing juga diberikan kepada karyawan apabila ia mengganggu operasional
bisnis atau dikhawatirkan akan menghilangkan barang bukti pelanggaran.

Meski menjalani sanksi, karyawan yang terkena skorsing tetap akan mendapatkan upah
dari perusahaan.

5. Pemutusan hubungan kerja (PHK)


PHK dilakukan apabila karyawan melakukan pelanggaran-pelanggaran berat seperti
penggelapan barang atau uang milik perusahaan, memberikan keterangan palsu, dan lain-
lain. Semua pelanggaran berat yang berujung PHK sudah tercantum dalam pasal 158 ayat
(1)UU Ketenagakerjaan.
Akan tetapi, sebelum menjatuhkan PHK, perusahaan harus memperhatikan beberapa hal
yang tercantum di dalam pasal 158 ayat (2): pekerja tertangkap tangan, ada laporan dari
pekerja yang bersangkutan, atau bukti lain berupa laporan kejadian yang dibuat oleh
pihak yang berwenang di perusahaan yang bersangkutan dan setidaknya didukung oleh
minimal dua saksi

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam sebuah perusahaan , tentunya kita tidak akan pernah lepas dari karyawan atau
pegawai. Untuk dapat mengembanglan perusahaan haruslah ada sikap saling berkesinambungan
antar top manajer dan karyawan. Melalui peranan top manajemen atau atasan yang mempunyai
etika yang baik, maka karyawan atau pegawai dapat diarahkan sesuai dengan kehendak
perusahaan , haruslah perusahaan terlebih dahulu memahami hak hak karyawan yang di antaranya
hak atas upah yang adil dan layak, hak atas , menyediakan jaminan sosial, menyediakan jaminan
kematian, menyediakan jamin kecelakaan kerja, menyediakan jaminan kesehatan , menyediakan
waktu istirahat, dan menyediakan waktu untuk beribadah. Namun hal tersebut harus di imbangi
juga oleh kewajiban kewajiban yang harus dilakukan oleh karyawan seperti kewajiban ketaatan,
kewajiban konfidensialitas, dan kewajiban loyalitas.
Setelah hak dan kewajiban terpenuhi dan karyawan dengan top manager saling
berkesinambungan maka akan tercipta budaya perusahaan yang baik, terbangunnya suatu kondisi
organisasi berdasarkan saling percaya, dan terbentuknya manajemen yang hubungan antar pegawai.
Sehingga hubungan di dalam perusahaan dapat menngkatka sikap moral pegawai maupun top
manager dan konflik antara atasan dan karywan tidak akan terjadi. Namun, kita tetap harus berhati
hati pada kecurangan kecurangan yang terjadi diluar dan didalam perusahaan. Untuk mencegah
tersebut harus melakukan tindakan Whist blowing, agar tidak merugikan perushaan maupun
masyarakat sekitar.

18
DAFTAR PUSTAKA

A, M. (2021). 5 Sanksi Perusahaan Terhadap Karyawan Yang Perlu Kamu Hindari . Glints.
Annisa Fianni Sisma, A. (2022). Memahami 6 Hak dan Kewajiban Perusahaan dalam UU Cipta
Kerja. Katadat.co.id.
Bertens, K. (2009). Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: Kanisius.
Dwi Murtiningsih, M. A. (2020). Makalah Kwajiban Karyawan Dan Perusahaan. Etika Bisnis, 4.
(2020). Hak Hak Perusahaan Dan Karyawan Dalam Undang Undang Ketenagakerjaan . Dinas
Tenaga Kerja Dan Transmigrasi.
Justika, R. (2022). Bentuk Bentuk Sanksi Menurut UU Ketenagakerjaan. Jakarta: Justika.
(2016). Kewajiban Perusahaan Dan karyawan. Unknown.
R. Ernawan, E. (2011). Bussines Ethics . Jakarta: Alfabeta.
Sida, N. (2022). Hak dan Kewajiban Perusahaan Pada Karyawan Yang Perlu Dipenuhi. Justika.
Thomas. (2019). Makalah Kewajiban Karyawan Dan Perusahaan. Etika Bisnis, 11.

19

Anda mungkin juga menyukai