Anda di halaman 1dari 16

ETIKA BISNIS

Dosen Pengampu : Drs. I Wayan Mendra, MM

Disusun oleh:

Putu Intan Rini 1902612010214 (08)

Ni Nyoman Ayu Windasari 1902612010220 (14)

Ni Luh Sri Ariati 1902612010223 (17)

Ni Kadek SintaWirayanti 1902612010240 (34)

KELOMPOK IX

PROGRAM STUDY MANAJEMEN G PAGI 2019

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena penulis menyadari
sepenuhnya bahwa atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas yang berjudul
“Etika Bisnis” ini tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih banyak terdapat kekurangan-
kekurangan. Karena data yang diperlukan masih sangat minim untuk diteliti sehingga
menyebabkan masih banyaknya hal-hal yang belum dapat penulis sajikan, baik dari segi isi
maupun penyajian itu sendiri. Kritik yang bersifat membangun sangatlah penulis harapkan untuk
lebih menyempurnakan tugas ini. Akhir kata dengan menyadari semua kekurangan dan
keterbatasan yang ada pada tugas ini, penulis menyambut baik dari pembaca demi kesempurnaan
tugas ini. Besar harapan penulis bahwa apa yang penulis sajikan dapat bermanfaat bagi pembaca.

Denpasar, 1 Agustus 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................i

KATA PENGANTAR..................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................2

1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN ...............................................................................3

2.1 Pengertian Kewajiban ...........................................................................3


2.2 Kewajiban Pegawai Terhadap Perusahaan ...........................................3
2.3 Kewajiban Perusahaan Terhadap Pegawai ...........................................4
2.4 Organisasi Politik ..................................................................................8
2.5 Organisasi yang Penuh Perhatian..........................................................8

BAB 3PENUTUP .........................................................................................11

3.1 Simpulan ..................................................................................................11

3.2 Saran ........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Etika pada dasarnya adalah standar atau moral yang menyangkut benar-salah, baik-buruk
seperti apa yang dikatakan oleh perasaan sesorang, tetapi anggapan seseorang atas perasaannya
yang menganggap bahwa sesuatu yang dianggap benar belum tentu perasaan orang lain
menganggap bahwa hal itu benar atau sesuai dengan etika. Dalam kerangka konsep etika bisnis
terdapat pengertian tentang etika perusahaan, etika kerja dan etika perorangan, yang menyangkut
hubungan-hubungan sosial antara perusahaan, karyawan dan lingkungannya. Etika perusahaan
menyangkut hubungan perusahaan dan karyawan sebagai satu kesatuan dengan lingkungannya,
etika kerja terkait antara perusahaan dengan karyawannya, dan etika perorangan mengatur
hubungan antar karyawan.
Masalah etika sangat kompleks, tersebar di berbagai disiplin ilmu. Perusahaan dalam hal
ini, dalam kelangsungan hidupnya menghadapi berbagai pengaruh baik dari luar maupun dalam
perusahaan. Dari dalam perusahaan adalah yang berhubungan dengan karyawan. Khususnya
bagaimana pelaksanaan etika hubungannya dengan hak dan kewajiban karyawan terhadap
perusahaan dan sebaliknya.
Dalam etika bisnis terdapat kewajiban dua pihak, yaitu pada karyawan dan pada
perusahaan, awalnya kita mulai dengan menyoroti kewajiban karyawan pada perusahaan
kemudian kita selanjutnya membalikan perspektifnya dengan memfokuskan kewajiban
perusahaan terhadap karyawan. Makalah ini membahas tentang kewajiban-kewajiban karyawan
dan perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari latar belakang yang telah dipaparkan yaitu sebagai berikut.

1. Apa Itu Kewajiban?


2. Bagaimana Kewajiban Pegawai Terhadap Perusahaan?
3. Bagaimana Kewajiban Perusahaan Terhadap Pegawai?
4. Apakah itu Organisasi Politik?
5. Apa itu Organisasi yang Penuh Perhatian?

1
1.3.Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk Mengetahui Pengertian Kewajiban
2. Kewajiban Pegawai Terhadap Perusahaan.
3. Untuk Mengetahui Kewajiban Perusahaan Terhadap Pegawai
4. Untuk Mengetahui Pengertian Organisasi Politik
5. Untuk Mengetahui Pengertian Organisasi yang Baik.

1.4.Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan karya tulis ini adalah :

Bagi Pembaca

1. Dapat Menambah Wawasan dan Pengetahuan Mengenai Etika Bisnis


2. Dapat Menjadi Referensi untuk pembuatan Karya Tulis Sejenisnya.

Bagi Penulis

1. Dapat menambah Wawasan dan Pengetahuan mengenai Etika Bisnis


2. Dapat Menambah Pengalaman Penulis dalam Membuat Karya Tulis dalam Mata Kuliah
Etika Bisnis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kewajiban


Kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat kontraktual. Dengan kata lain
kewajiban adalah sesuatu yang sepatutnya diberikan.Pengertian Kewajiban Menurut Prof
Notonagoro, wajib adalah beban untuk memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau
diberikan melulu oleh pihak tertentu tidak dapat oleh pihak lain manapun yang pada prinsipnya
dapat dituntut secara paksa oleh yang berkepentingan .Sehingga kewajiban adalah sesuatu yang
harus dilakukan.
Etika kerja merupakan rumusan penerapan nilai – nilai etika yang berlangsung di
lingkungannya, dengan tujuan untuk mengatur tata krama aktivitas para karyawannya agar
mencapai tingkat efesiensi dan produktivitas yang maksimal. Etika perusahaan menyangkut
tentang hubungan perusahaan dan karyawannya sebagai satu kesatuan dalam lingkungannya, etika
kerja menyangkut hubungan kerja antara perusahaan dan karyawan.

2.2. Kewajiban Pegawai Terhadap Perusahaan

A. Kewajiban Ketaatan
Karyawan harus taat kepada atasannya, karena ada ikatan kerja antara keduanya. Namun
tentunya taat disini bukan berarti harus selalu mematuhi semua perintah atasan, jika perintah
tersebut dianggap tidak bermoral dan tidak wajar, maka pekerja tidak wajib mematuhinya :
• Karyawan tidak perlu dan malah tidak boleh mematuhi perintah yang menyuruh dia
melakukan sesuatu yang tidak bermoral seperti jika atasan memerintahkan bawahanya
untuk membunuh musuhnya, karyawan tidak boleh melaksanakan perintah tersebut.
• Karyawan tidak wajib juga mematuhi perintah atasannya yang tidak wajar, walaupun dari
segi etika tidak ada keberatan. Yang dimaksudkan adalah perintah yang tidak diberikan
demi kepentingan perusahaan. Misal, kepala unit memerintahkan bawahanya untuk

3
memperbaiki mobil pribadinya, merenovasi rumah pribadinya dan sebagainya di luar
kepentingan perusahaan.
• Karyawan juga tidak perlu mematuhi perintah yang memang demi kepentingan
perusahaan, tetapi tidak sesuai dengan penugasan yang disepakati ketika ia menjadi
karyawan di perusahaan itu. Misalnya, suatu karyawan diterima di perusahaan tersebut
untuk fungsi manajemen tapi lama kelamaan diberi tugas-tugas sekretaris (menerima
telepon, membuat gaji, mengurus perjalanan bos dan lain-lain).

B. Kewajiban Konfidensialitas
Kewajiban untuk menyimpan informasi yang sifatnya sangat rahasia.Setiap
karyawan dalam perusahaan,terutama yang memiliki akses ke rahasia perusahaan seperti
akuntan,bagian operasi,manajer,dan sebagainya memiliki konsekuensi untuk tidak membuka
rahasia perusahaan ke khalayak umum.Kewajiban ini tidak hanya dipegang oleh karyawan tersebut
sealma masih bekerja disana tetapi juga setelah karyawan tersebut tidak bekerja disana.Sangatlah
tidak etis bila seseorang karyawan pindah ke perusahaan baru dengan membawa rahasia
perusahaan yang lama agar orang tersebut menapatkan gaji yang lebih besar.

C.Kewajiban Loyalitas
Konsekuensi lain yang dimiliki seorang karyawan apabila dia bekerja di dalam
sebuah perusahaan adalah dia harus memiliki loyalitas terhadap perusahaan. Dia harus mendukung
tujuan-tujuan dan visi-misi dari perusahaan tersebut. Karyawan yang sering berpindah-pindah
pekerjaan dengan harapan memperoleh gaji yang lebih tinggi dipandang kurang etis karena dia
hanya berorientasi pada materi belaka. Ia tidak memiliki dedikasi yang sungguh-sungguh kepada
perusahaan di tempat dia bekerja. Maka sebagian perusahaan menganggap tindakan ini sebagai
tindakan yang kurang etis bahkan lebih ekstrim lagi mereka menganggap tindakan ini sebagai
tindakan yang tidak bermoral.

2.3. Kewajiban Perusahaan terhadap Pegawai

A.Tidak Melakukan Diskiminasi

4
Diskriminasi dalam perusahaan adalah membedakan karyawan dengan alasan yang tidak
relevan, berdasarkan prasangka atau stereotip. Diskriminasi dapat terjadi saat perekrutan kandidat
karyawan, kenaikan jabatan, atau deskripsi pekerjaan.Dalam perusahaan perilaku diskriminasi
dianggap tidak etis karena:
• Akan merugikan perusahaan, karena tidak fokus pada kapasitas dan kemampuan kandidat
karyawan, tapi pada faktor-faktor lainnya.
• Perusahaan akan kehilangan kemampuan bersaingnya karena perusahaan tidak didukung
oleh tenaga yang berpengalaman.
B.Menjamin Kesehatan dan Keamanan Karyawan
Tempat kerja yang bersih, sehat, dan nyaman dapat memberikan pengaruh positif dan
meningkatkan produktifitas dalam bekerja. Sedangkan keselamatan kerja diwujudkan dengan
tempat kerja yang aman dan sesuai dengan standar keselamatan yang telah ditentukan. Setiap
perusahaan yang mempekerjakan karyawan harus menyediakan jaminan ketenagakerjaan kepada
pegawainya. Mengenai jaminan ketenagakerjaan bisa kita temukan dalam UU No 13 th
2003.Bentuk jaminan ini diturunkan dalam bentuk jaminan social tenaga kerja yang bekerjasama
dengan BPJS Ketenagakerjaan. Bagi pemberi kerja yang tidak mendaftarkan pekerjanya akan
mendapatkan hukuman berupa sanksi tertulis, teguran dan juga sanksi administratif.Sanksi
administratif yang disebutkan tadi berupa tidak diberikannya perizinan terkait bidang usaha seperti
ijin mendirikan bangunan, izin melakukan tender proyek atau tidak diberi izin untuk
mempekerjakan tenaga kerja asing.

C.Memberikan Gaji Secara Adil


Dalam hal pemberian gaji tenaga kerja sesuai dengan pasal 88 Undang-undang
Ketenagakerjaan. Untuk besaran upah ini tidak boleh lebih rendah dari gaji minimum yang
ditetapkan oleh Pemerintah yang ditetapkansesuai UMP/UMK.Ada tiga komponen gaji yang bisa
dijadikan sebagai besaran upah yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Komponen upah tersebut
yaitu :

• Gaji pokok

Gaji pokok dengan tunjangan tetap, dimana besaran upah pokok minimal 75% dari besaran
upah pokok dan tunjangan tetap.Gaji pokok dengan tunjangan tetap dan tidak tetap, dimana

5
besaran gaji pokok 75% dari besaran gaji pokok, tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap.Dalam
hal besaran upah, dapat diatur dalam Perjanjian Kerja antara pemberi kerja dan juga pekerja. Untuk
menentukan besaran ini pemberi kerja harus memperhitungkan pengalaman kerja,
tingkatpendidikan, kemampuan dan juga kecakapan pekerja untuk mengerjakan sebuah pekerjaan.

Dalam hal pembayaran, pengusaha juga harus membayar upah kepada pekerja tepat waktu.
Perusahaan yang terlamba tmembayar gaji bisa dikenai sanksi oleh pemerintah. Kesepakatan
tanggal pembayaran upah setiap bulan biasanya sudah ditentukan dalam Perjanjian Kerja sama
antara pihak perusahaan dan pekerja.Selain untuk mengembangkan diri, memberikan kontribusi
yang bermanfaat bagi masyarakat, motivasi seseorang untuk bekerja adalah untuk mendapatkan
upah atau gaji.Ada beberapa pandangan mengenai pembagian imbalan yang adil, yakni:

• Pandangan Liberalistis : imbalan yang adil jika disesuaikan dengan prestasi karyawan di
perusahaan.
• Pandangan Sosialistis : imbalan yang adil jika sesuai dengan kebutuhan diri karyawan dan
keluarganya.

Menurut Thomas Garrett dan Richard Klonoski yang berpendapat bahwa ada enam poin yang
harus dipertimbangkan dalam menetapkan gaji, meliputi:
• Peraturan Hukum : pemberian gaji yang adil sesuai dengan hukum yang berlaku, misal
ketentuan hukum tentang upah minimum.
• Upah yang layak : rata-rata gaji yang diberikan setara dengan UMR
• Kemampuan perusahaan : perusahaan mapan yang menghasilkan laba besar harus
menyediakan gaji yang lebih besar dibandingkan perusahaan yang memiliki margin laba
yang kecil.
• Pekerjaan dengan sifat khusus : pekerja yang melakukan pekerjaan yang membutuhkan
ketrampilan bersifat khusus atau tingkat resiko yang tinggi layak diberi gaji yang tinggi.
• Perbandingan dengan gaji perusahaan lain: gaji atau upah diberikan oleh perusahaan
dengan melihat gaji atau upah pekerja di perusahaan lain yang sejenis.

6
• Merundingkan gaji atau upah antara pekerja dan perusahaan : berunding secara langsung
antara perusahaan dan karyawan adalah cara yang cerdas untuk menentukan gaji yang fair.
Tentu saja pihak perusahaan harus terbuka saat membicarakan hal tersebut.
• Senioritas dan imbalan rahasia : senioritas yang mucul dalam pemberian gaji yang ditinjau
dari segi pengalaman kerja, periode kerja, serta loyalitas dan dedikasi pada perusahaan.
Namun saat ini senioritas sudah tidak diperhitungkan lagi, melainkan lebih concern pada
prestasi dan hak. Pemberian kenaikan gaji yang diam-diam/dirahasiakan dari rekan sekerja
dinilai tidak etis karena mengabaikan kontrol sosial dan merusak suasana kerja.

D.Tidak Memberhentikan Kryawan dengan Semena-mena


Menurut Garret dan Kliniski ada tiga alasan konkret dalam memberhentikan karyawan
yaitu:
• Majikan hanya boleh memberhentikan dengan alasan yang tepat
• Majikan harus berpegang pada prosedur yang semestinya
• Majikan harus membatasi akibat negatif bagi karyawan seminimal mungkin.
Dengan memahami antara kewajiban karyawan dan kewajiban perusahaan maka diharapkan
adanya pengertian di kedua belah pihak. Dengan saling memahami dan menghormati kewajiban
masing-masing maka keselarasan dalam lingkungan kerja akan terjaga.

F.Memberikan Waktu Istirahat

Setiap pekerja wajib mendapatkan waktu istirahat sesuai dengan pasal 79 Undang-Undang
Ketenagakerjaan. Dijelaskan dalam aturan tersebut, setiap pekerja bisa mendapatkan waktu
istirahat sekurang-kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4 jam secara terus
menerus.Dalam hal istirahat mingguan, pekerja berhak mendapatkan istirahat selama 2 hari untuk
waktu kerja selama 5 hari dengan waktu kerja 8 jam sehari. Sedangkan untuk waktu kerja 6 hari,
pekerja berhak mendapat waktu istirahat selama 1 hari dengan waktu kerja 7 jam sehari.

G.MenyediakanWaktu Beribadah

7
Dalam UU Ketenagakerjaan juga diatur mengenai hak pekerja dalam melakukan ibadah sesuai
dengan agama yang dianutnya pada pasal 80. Setiap pengusaha wajib memberikan waktu yang
cukup agar pekerjanya bisa melakukan ibadah sesuai agamanya.Selain itu, pihak perusahaan juga
tidak bisa memutuskan hubungan kerja dengan menggunakan alasan pekerja melakukan ibadah
sesuai dengan agamanya.

2.3. Organisasi Politik

Organisasi politik adalah organisasi atau kelompok yang bergerak atau berkepentingan
atau terlibat dalam proses politik dan dalam ilmu kenegaraan, secara aktif berperan dalam
menentukan nasib bangsa tersebut. Organisasi politik dapat mencakup berbagai jenis organisasi
seperti kelompok advokasi yang melobi perubahan kepada politisi, lembaga think tank yang
mengajukan alternatif kebijakan, partai politik yang mengajukan kandidat pada pemilihan umum,
dan kelompok teroris yang menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan politiknya. Dalam
pengertian yang lebih luas, suatu organisasi politik dapat pula dianggap sebagai suatu sistem
politik jika memiliki sistem pemerintahan yang lengkap.
Organisasi politik merupakan bagian dari suatu kesatuan yang berkepentingan dalam
pembentukan tatanan sosial pada suatu wilayah tertentu oleh pemerintahan yang sah. Organisasi
ini juga dapat menciptakan suatu bentuk struktur untuk diikuti.

2.4. Organisasi Yang Penuh Perhatian

Aspek kehidupan organisasional tidak cukup baik digambarkan dalam model kontraktual yang
merupakan dasar dari organisasi "rasional", ataupun dengan model kekuasaan yang mendasari
organisasi "politik". Mungkin aspek tersebut paling tepat digambarkan sebagai organisasi penuh
perhatian (caring), di mana konsep-konsep moral utamanya sama dengan konsep yang mendasari
etika member perhatian. Jeanne M. Liedtka menggambarkan organisasi semacam itu sebagai
organisasi, atau bagian organisasi, di mana tindakan member perhatian merupakan:

• Difokuskan sepenuhnya pada individu (pribadi), bukan "kualitas", "keuntungan", atau


gagasan-gagasan lain yang saat ini banyak dibicarakan;

8
• Dilihat sebagai tujuan dalam dan dari dirinya sendiri, serta bukan hanya sarana untuk
mencapai kualitas, keuntungan, dan sebagainya;
• Bersifat pribadi, dalam artian bahwa hal tersebut melibatkan individu-individu tertentu
yang memberikan perhatian, pada tingkat subjektif, pada individu tertentu lainnya; dan
• Pendorong pertumbuhan bagi yang diberi perhatian, dalam artian bahwa tindakan ini
menggerakkan mereka menuju pemanfaatan dan pengembangan kemampuan seutuhnya,
dalam konteks kebutuhan dan aspirasi mereka sendiri.

Dalam organisasi caring, kepercayaan tumbuh subur karena "orang merasa wajib saling
memercayai jika mereka melihat diri mereka sebagai pihak-pihak yang saling membutuhkan dan
saling terkait". Karena kepercayaan tumbuh subur dalam organisasi semacam itu, maka organisasi
tidak perlu melakukan banyak investasi untuk mengawasi para pegawainya dan memastikan
bahwa mereka tidak melanggar perjanjian kontraktual.Dalam model kontraktual, masalah etis
penting muncul dari kemungkinan terjadinya pelanggaran terhadap hubungan kontraktual. Dalam
model politik, masalah etis penting muncul dari kemungkinan penyalahgunaan
kekuasaan.Masalah etis penting dari perspektif organisasi adalah memberikan perhatian terlalu
banyak atau kurang banyak.

Peraturan Terkait
Berikut beberapa peraturan yang terkiait dengan kewajiban Peruwsahaan dan pegawai serta
Organisasi Politik.

A. Kewajiban Pegawai Terhadap Perusahaan


Secara singkat, perusahaan memiliki hak yang tercantum dalam uraian Undang-Undang
Ketenagakerjaan, yakni dalam UU Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Hak-hak
tersebutantara lain adalah sebagai berikut.
1. Perusahaan berhak atas hasil dari pekerjaan karyawan.
2.Perusahaan berhak untuk memerintah/mengatur karyawan atau tenaga kerja dengan tujuan
mencapai target.
3. Perusahaan berhak melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap
pekerja/buruh/karyawan jika melanggar ketentuan yang telah disepakati sebelumnya.

9
B. Organisasi Politik
Undang-Undang REPUBLIK INDONESIA Nomor 31 Tahun 2002 Tentang Partai Politik.

BAB III
PENUTUP

10
3.1 Simpulan

Kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat kontraktual. Dengan kata lain
kewajiban adalah sesuatu yang sepatutnya diberikan.Kewajiban Pegawai terhadap Perusahaan
yaitu kewajiban ketaatan,konfidensialitas dan loyalitas.Sedangkan kewajiban Perusahaan terhadap
Pegawai yaitu tidak melakukan diskiminasi,menjamin kesehatan dan keamanan karyawan,
memberikan gaji secara adil,tidak memberhentikan karyawan dengan semena-mena, memberikan
waktu istirahat,serta menyediakan waktu beribadah. Organisasi politik adalah organisasi atau
kelompok yang bergerak atau berkepentingan atau terlibat dalam proses politik dan dalam ilmu
kenegaraan, secara aktif berperan dalam menentukan nasib bangsa tersebut.

Organisasi politik dapat mencakup berbagai jenis organisasi seperti kelompok advokasi yang
melobi perubahan kepada politisi, lembaga think tank yang mengajukan alternatif
kebijakan, partai politik yang mengajukan kandidat pada pemilihan umum, dan kelompok
teroris yang menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan politiknya. Dalam organisasi caring,
kepercayaan tumbuh subur karena "orang merasa wajib saling memercayai jika mereka melihat
diri mereka sebagai pihak-pihak yang saling membutuhkan dan saling terkait". Karena
kepercayaan tumbuh subur dalam organisasi semacam itu, maka organisasi tidak perlu melakukan
banyak investasi untuk mengawasi para pegawainya dan memastikan bahwa mereka tidak
melanggar perjanjian kontraktual

3.2 Saran
Diharapkan seluruh pegawai dalam poerusahaan termasuk pimpinan perusahaan
memerhatikan kewajiban dan tanggung jawab satu sama lain agar tercipta suasana kerjua yang
ideal,kondusif,lancar,produktif dan mengurangi keterhambatan daripada operasional suatu
perusahaan dikarenakan pemahaman kewajiban dan tanggung jawab sudah terpatri dalam individu
pegawai serta perusahaan itu sendiri yang tidak lain agar memudahkan perusahaan tersebut
mencapai tujuannya sesuai dengan visi misi perusahaan tersebut. Serta dengan meningkatkan
kepercayaan dalam organisasi, maka organisasi tidak perlu melakukan banyak investasi untuk
mengawasi para pegawai dan memastikan bahwa mereka tidak melanggar perjanjian kontraktual
dalam perusahaan tersebut.

11
DAFTAR PUSTAKA

12
Suhartawan,Ari.2013.Organisasi Politik.diakses pada tanggal 1 Agustus 2021 pukul 10.35 dari :
http://arisuhartawan.blogspot.com/2013/11/organisasi-politik.html

Suhartawan,Ari.2013.Organisasi Penuh Perhatian.diakses pada tanggal 1 Agustus 2021 pukul


11.10 dari :http://arisuhartawan.blogspot.com/2013/11/organisasi-yang-penuh-
perhatian.html

Uknown.2016.Makalah Kewajiban Perusahaan dan Karyawan.diakses pada tanggal 1 agustus


2021 pukul 11.30 dari: http://etikabaru.blogspot.com/2016/06/kewajiban-perusahaan-dan-
karyawan.html

13

Anda mungkin juga menyukai