Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH ETIKA PROFESI

‘KASUS PELANGGARAN ETIKA PROFESI”

DISUSUN OLEH :

FAKSI BERUTU
IWAN SETIAWAN
JAHFRO FRIDI
RABBIA AL ADAWIYAH
YUNI ANGGRAINI

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI VII B


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI DUMAI
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena berkat
limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang Kasus Pelanggaran Etika
Profesi pada mata kuliah Etika Profesi.
Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapatkan tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya
mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
sekalian. Terima kasih.

Dumai, Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1. Latar Belakang .........................................................................................1
1.2. Perumusan Masalah .................................................................................1
1.3. Tujuan Masalah .......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3
2.1. Pengertian Karier .....................................................................................3
2.2. Pengertian Perencanaan Karier ................................................................4
2.3. Langkah-langkah Perencanaan Karier .....................................................5
2.4. Manfaat Perencanaan Karier....................................................................6
2.5. Metode Perencanaan Karier .....................................................................8
2.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perencanaan Karier .........................8
2.7. Tipe Jalur Karier ....................................................................................10
2.8. Pengertian Pengembangan Karier..........................................................10
2.9. Pihak-pihak yang Berperan dalam Pengembangan Karier ....................11
2.10. Manfaat Pengembangan Karier ...........................................................13
BAB III STUDI KASUS ..........................................................................................
3.1. Kasus Pelanggaran Kode Etik Lapindo..............................................................
3.2. Kasus Persaingan Antangin dan Tolak Angin .....................................................
BAB IV PENUTUP ..................................................................................................
4.1. Kesimpulan ................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Etika profesi adalah menyangkut masalah apakah suatu perbuatan boleh

dilakukan atau tidak, tidak tergantung pada hadir tidaknya orang lain, bersifat

absolute artinya prinsip etika tidak dapat ditawar berlakunya. Tidak hanya

memandang segi lahiriah tapi juga batiniahnya. Fungsi etika untuk mencapai suatu

pendirian dalam pergolakan pandangan pandangan moral yang berupa refleksi

kritis.

Adanya etika profesi kita dapat mengerti bahwa tiap keputusan yang

diambil oleh penyelenggara pelayanan kesehatan harus berdasarkan etika profesi

dan hukum kesehatan yang telah diatur dalam undang undang negara serta

menjamin pasien atau klien untuk mendapat pelayanan yang terbaik sesuai dengan

kode etik. Dengan kita mempelajari beberapa kasus dan membahas serta

memahaminya kita dapat mengetahui benar tidaknya langkah seorang petugas

kesehatan dalam pelayanan maupun kinerjanya sesuai kode etik atau malah

menyimpang dari beberapa aspek meliputi segi hukum segi agama dan segi etika

profesi.

1.2. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dari makalah ini adalah:

1. Apa definisi etika profesi?

2. Apa saja perbedaan pekerjaan dan profesi?

3. Bagaimana kode etik profesi?

4. Bagaimana kasus Lumpur Lapindo serta persaingan Antangin dan Tolak

Angin?

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan dari makalah ini ialah:

1. Mengetahui definisi dari etika profesi.

2. Mengetahui macam-macam dari perbedaan antara pekerjaan dan profesi.

3. Menjelaskan dan mengetahui kode etik profesi.

4. Mendiskusikan dan mengetahui kasus-kasus tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Etika Profesi


Etika profesi adalah suatu ilmu mengenai hak dan kewajiaban yang

dilandasi dengan pendidikan keahlian tertentu. Dasar ini merupakan hal yang

diperlukan dalam beretika profesi. Sehingga tidak terjadi penyimpangan-

penyimpangan yang menyebabkan ketidaksesuaian. Profesionalisme sangat

penting dalam suatu pekerjaan, bukan hanya loyalitas tetapi etika profesilah yang

sangat penting. Etika sangat penting dalam menyelesaikan suatu masalah,

sehingga bila suatu profesi tanpa etika akan terjadi penyimpangan-penyimpangan

yang mengakibatkan terjadinya ketidakadilan. Ketidakadilan yang dirasakan oleh

orang lain akan mengakibatkan kehilangan kepercayaan yang berdampak sangat

buruk, karena kepercayaan merupakan suatu dasar atau landasan yang dipakai

dalam suatu pekerjaan. Kode etik profesi berfungsi sebagai pelindung dan

pengembangan profesi. Dengan adanya kode etik profesi, masih banyak kita temui

pelanggaran-pelanggaran ataupun penyalahgunaan profesi. Apalagi jika kode etik

profesi tidak ada, maka akan semakin banyak terjadi pelanggaran. Akan semakin

banyak terjadi penyalah gunaan profesi.

2.2. Pekerjaan dan Profesi

Antara pekerjaan dan profesi terdapat kaitan yang erat. Profesi merupakan

pekerjaan yang ditekuni oleh seseorang. Namun tidak semua pekerjaan dapat

digolongkan sebagai profesi, karena hal yang dikerjakan, yang digolongkan

sebagai profesi, memiliki kekhususan antara lain:

1. Pekerjaan sebagai profesi.

Kerja atau pekerjaan meliputi bidang yang sangat luas, dan tidak hanya

terbatas pada bidang-bidang tertentu. Tidak semua pekerjaan dapat digolongkan


sebagai profesi. Hanya pekerjaan tertentu, yang dilakukan sebagai kegiatan pokok

untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian yang

dapat disebut sebagai profesi.

2. Profesi umum dan profesi khusus.

Hal utama yang membedakan suatu profesi khusus dari profesi pada

umumnya adalah tekanan utamanya pada pengabdian atau pelayanan kepada

masyarakat. Orang yang menjalankan suatu profesi luhur atau profesi khusus juga

membutuhkan nafkah hidup yang didapatkan dari kegiatan menjalankan profesi

tersebut. Akan tetapi sasaran utamanya adalah untuk mengabdi dan melayani

masyarakat. Pelayanan dan pengabdian itu diberikan bahkan dijalani sebagai suatu

panggilan dari, yang memanggil dan menugaskan mereka untuk menyampaikan

kasih kepada yang membutuhkan.

2.3. Ciri - ciri Profesi

Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi,

yaitu:

1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini

dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.

2. Adanya kaidah dan standar moralyang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap

pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.

3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus

meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.

4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu

berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan


berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka

untuk menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.

5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.

2.4. Prinsip-Prinsip Profesi

Terdapat beberapa prinsip etis yang melandasi setiap sepak terjang

seseorang dalam melaksanakan profesinya, yaitu:

1. Prinsip tanggung jawab

Tanggung jawab dapat diartikan sebagai kemampuan dalam menanggapi

dan menyelesaikan pekerjaan yang dilakukan. Besarnya tanggung jawab

seseorang atas suatu pekerjaan terletak pada sejauh mana penyelesaian pekerjaan

itu menjadi tanggung jawabnya. Tanggung jawab memiliki dua arah:

a. Terhadap pekerjaan itu dan hasil-hasilnya.

b. Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat

pada umumnya

2. Prinsip otonomi

Prinsip ini menuntut kaum profesional untuk memiliki dan diberi

kebebasan dalam menjalankan profesinya. Disatu pihak seorang profesional

memiliki kode etik profesinya, tetapi di lain pihak ia tetap memiliki kebebasan

dalam mengembangkan profesinya, termasuk dalam mewujudkan kode etik

profesinya itu dalam suasana nyata.

3. Prinsip keadilan

Prinsip ini menuntut seorang profesional untuk memberikan kepada siapa

saja apa yang menjadi haknya.


2.5. Kode Etik Profesi

1. Pengertian kode etik

Secara sederhana kode etik dapat diartikan sebagai tingkah laku moral

suatu kelompok dalam masyarakat, yang dirimuskan secara tertulis, dan

diharapkan akan dipegang teguh oleh seluruh anggota suatu kelompok.

2. Manfaat kode etik

Kode etik dapat berfungsi sebagai penyeimbang atas sisi negatif yang

mungkin timbul dari suatu profesi, menjadi kompas penunjuk arah moral dan

sekaligus penjamin mutu moral profesi itu di mata masyarakat.

3. Hubungan kode etik dengan etika

Dalam kaitan dengan etika, kode etik dipandang sebagai produk etik

terapan, yang dihasilkan berkat penerapan pemikiran etis atas suatu wilayah

tertentu, yaitu profesi. Kode etik merupakan perwujudan kongkrit dari pemikiran

atau prinsip etis yang relevan dalam suatu profesi.

4. Agar kode etik dapat berfungsi dengan baik

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan agar kode etik dapat

berfungsi dengan baik, yaitu :

a. Kode etik harus dibuat oleh kelompok profesi itu sendiri dan bukan didrop saja

dari atas, dari instansi pemerintah atau instansi lainnya.

b. Kode etik harus menjadi hasil self regulation dari profesi. Rumusannya harus

muncul sebagai rangkaian nilai luhur, berisi perwujudan nilai-nilai moral yang

hakiki, yang ingin mereka hayati secara kongkrit dan konsisten dalam

menjalankan profesi mereka.


c. Pelaksanaan kode etik harus tetap diawasi terus menerus. Perlu adanya

semacam badan atau dewan penegak kode etik, yang berperan melaksanakan

pemantauan dan sekaligus menerapkan sanksi-sanksi yang juga harus diatur

didalamnya.

2.6. Fungsi Kode Etik

Kode etik profesi itu merupakan sarana untuk membantu para pelaksana

sebagai seseorang yang professional supaya tidak dapat merusak etika profesi.

Ada tiga hal pokok yang merupakan fungsi dari kode etik profesi:

1. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang

prinsip profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik

profesi, pelaksana profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh dilakukan

dan yang tidak boleh dilakukan.

2. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi

yang bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu

pengetahuan kepada masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya

suatu profesi, sehingga memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana

di lapangan kerja (kalangan sosial).

3. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi

tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat

dijelaskan bahwa para pelaksana profesi pada suatu instansi atau perusahaan

yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi di lain instansi atau

perusahaan.

2.7. Peran Etika Profesi dalam Bidang Teknik Industri


Etika menjadi atribut pembeda yang membedakan antara manusia dengan

mahluk hidup yang lainnya. Manusia dikatakan sebagai mahluk yang memiliki

sebuah derajat yang tinggi di dunia ini, salah satunya karena adanya etika. Berikut

ini adalah salah satu contoh etika yang telah disepakati oleh suatu organisasi yaitu

tentang kode etik seorang sarjana Teknik Industri dan Manajemen Industri.

Semoga menjadi contoh untuk kita semua.

Untuk lebih menghayati Kode Etik Profesi Sarjana Teknik Industri dan

Manajemen Industri Indonesia dalam operasionalisasi sesuai bidang

masing-masing, dan sadar sepenuhnya akan tanggung jawab sebagai warga

negara maupun sebagai sarjana, akan panggilan pertumbuhan dan

pengembangan pembangunan di Indonesia maka kami Sarjana Teknik Industri

dan Manajemen Industri bersepakat untuk lebih mempertinggi pengabdian kepada

Bangsa, Negara dan Masyarakat. Selaras dengan dasar negara yaitu

“PANCASILA” maka disusunlah kode etik profesi berikut ini yang harus

dipegang dengan keyakinan bahwa penyimpangan darinya merupakan

pencemaran kehormatan dan martabat Sarjana Teknik dan Manajemen Industri

Indonesia.

PASAL 1:

Dalam melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya Sarjana

Teknik Industri dan Manajemen Industri akan selalu mengerahkan segala

kemampuan dan pengalamannya untuk selalu berupaya mencapai hasil yang

terbaik didalam keluhuran budi dan kemanf atan masyarakat luas secara

bertanggung jawab.
PASAL 2:

Dalam melaksanakan tugas yang melibatkan disiplin dan pengetahuan lain,

Sarjana Teknik Industri dan Manajemen Indutstri akan senatiasa menghormati dan

menghargai keterlibatan mereka, dan akan selalu mendayagunakan disiplin

Teknik Indutri dan Manajemen Industri akan dapat lebih dioptimalkan dalam

upaya mencapai hasil terbaik.

PASAL 3:

Sarjana Teknik Industri dan Manajemen Industri bertanggung jawab atas

pengembangan keilmuan dan penerapannya dimasyarakat, dan akan selalu

berupaya agar tercapai kondisi yang efisien dan optimal dalam segenap upaya

bagi perbaikan dalam pembangunan dan pemeliharaan sistem.

PASAL 4:

Sarjana Teknik Industri dan Manajemen Industri mempunyai rasa

tanggung jawab yang tinggi dan di dalam melaksanakan tugasnya tidak akan

melakukan perbuatan tidak jujur, mencemarkan atau merugikan sesama rekan

sekerja.

PASAL 5:

Sarjana Teknik Industri dan Manajemen Industri akan selalu bersikap dan

bertindak bijaksana terhadap sesama rekannya dan terutama kepada rekan

mudanya; selalu mengusahakan kemajuan untuk meningkatkan kemampuan dan

kecakapan, bagi dirinya pribadi, bagi masyarakat maupun bagi pengebangan

Teknik Industri dan Manajemen Industri di Indonesia


BAB III
STUDI KASUS

3.1. Kasus Pelanggaran Kode Etik Lapindo

Pada awalnya sumur tersebut direncanakan hingga kedalaman 8500 kaki

(2590 meter) untuk mencapai formasi Kujung (batu gamping. Sumur tersebut

akan dipasang selubung bor (casing ) yang ukurannya bervariasi sesuai dengan
kedalaman untuk mengantisipasi potensi circulation loss (hilangnya lumpur dalam

formasi) dan kick (masuknya fluida formasi tersebut ke dalam sumur) sebelum

pengeboran menembus formasi Kujung.

Sesuai dengan desain awalnya, Lapindo “sudah” memasang casing 30

inchi pada kedalaman 150 kaki, casing 20 inchi pada 1195 kaki, casing (liner) 16

inchi pada 2385 kaki dan casing 13-3/8 inchi pada 3580 kaki (Lapindo Press Rilis

ke wartawan, 15 Juni 2006). Ketika Lapindo mengebor lapisan bumi dari

kedalaman 3580 kaki sampai ke 9297 kaki, mereka “belum” memasang casing 9-

5/8 inchi yang rencananya akan dipasang tepat di kedalaman batas antara formasi

Kalibeng Bawah dengan Formasi Kujung (8500 kaki). Diperkirakan bahwa

Lapindo, sejak awal merencanakan kegiatan pemboran ini dengan membuat

prognosis pengeboran yang salah. Mereka membuat prognosis dengan

mengasumsikan zona pemboran mereka di zona Rembang dengan target

pemborannya adalah formasi Kujung. Padahal mereka membor di zona Kendeng

yang tidak ada formasi Kujung-nya. Alhasil, mereka merencanakan memasang

casing setelah menyentuh target yaitu batu gamping formasi Kujung yang

sebenarnya tidak ada. Selama mengebor mereka tidak meng-casing lubang karena

kegiatan pemboran masih berlangsung. Selama pemboran, lumpur overpressure

(bertekanan tinggi) dari formasi Pucangan sudah berusaha menerobos (blow out)

tetapi dapat di atasi dengan pompa lumpurnya Lapindo (Medici).

Setelah kedalaman 9297 kaki, akhirnya mata bor menyentuh batu

gamping. Lapindo mengira target formasi Kujung sudah tercapai, padahal mereka

hanya menyentuh formasi Klitik. Batu gamping formasi Klitik sangat porous
(bolong- bolong). Akibatnya lumpur yang digunakan untuk melawan lumpur

formasi Pucangan hilang (masuk ke lubang di batu gamping formasi Klitik) atau

circulation loss sehingga Lapindo kehilangan/kehabisan lumpur di permukaan.

Akibat dari habisnya lumpur Lapindo, maka lumpur formasi Pucangan berusaha

menerobos ke luar (terjadi kick). Mata bor berusaha ditarik tetapi terjepit sehingga

dipotong. Sesuai prosedur standard, operasi pemboran dihentikan, perangkap

Blow Out Preventer (BOP) di rig segera ditutup & segera dipompakan lumpur

pemboran berdensitas berat ke dalam sumur dengan tujuan mematikan kick.

Kemungkinan yang terjadi, fluida formasi bertekanan tinggi sudah terlanjur naik

ke atas sampai ke batas antara open-hole dengan selubung di permukaan (surface

casing) 13 3/8 inchi. Di kedalaman tersebut, diperkirakan kondisi geologis tanah

tidak stabil & kemungkinan banyak terdapat rekahan alami (natural fissures) yang

bisa sampai ke permukaan. Karena tidak dapat melanjutkan perjalanannya terus ke

atas melalui lubang sumur disebabkan BOP sudah ditutup, maka fluida formasi

bertekanan tadi akan berusaha mencari jalan lain yang lebih mudah yaitu melewati

rekahan alami tadi & berhasil. Inilah mengapa surface blowout terjadi di berbagai

tempat di sekitar area sumur.

3.1.1. Analisis Kasus Pelanggaran Kode Etik Lapindo

Engineer sangat dibutuhkan dan berperan penting dalam menyejahterakan

dan memudahkan kehidupan masyarakat. Engineer dituntut untuk dapat berpikir

kritis, bukan secara asal-asalan melainkan dengan bukti dan data yang telah diolah

dan ditinjau secara matematika dan sains. Para engineer memiliki kode etik untuk

diikuti. Namun pada kenyataannya masih banyak orang yang tidak sadar dengan
kode etik tersebut ataupun dengan sengaja melanggar kode etik tersebut.

pelanggaran terhadap kode etik dapat menimbulkan permasalahan di masyarakat.

Salah satu pelanggaran yang menyita banyak perhatian adalah peristiwa

blow out lumpur Lapindo. Umumnya bencana ini terjadi akibat adanya mud

volcano atau lumpur bawah tanah. Yang kedua adalah fenomena UGBO dimana

fluida bawah tanah seperti air, minyak atau gas keluar tanpa melalui lubang

pengeboran. Penjelasan ilmiah atau secara umum akan membawa kita pada

kesimpulan bahwa banjir lumpur di Sidoarjo adalah sebuah bencana alam. Namun

dibalik itu semua terdapat faktor manusia yang bekerja dibelakangnya. Bencana

tersebut terjadi karena faktor manusia yang tidak mengikuti kode etik yang sudah

ditetapkan sebelumnya. Aktivitas pengeboran, teknik yang digunakan serta lokasi

pengeboran adalah keputusan-keputusan yang diambil oleh manusia. Keputusan

itulah yang menjadi awal mula terjadinya bencana banjir lumpur. Para ahli hanya

menduga tanpa memperhitungkan lebih matang mengenai pengeboran tersebut.

Dari sudut pandang ini, tragedi lumpur panas bukanlah bencana alam, tetapi

bencana teknologi yang terjadi karena kegagalan pengoperasian sistem teknologi.

Kasus lumpur Lapindo menunjukkan ketiadaan etika rekayasa yang

merupakan salah satu kode etik engineer. Dalam proses perencanaan dan

pelaksanaan pengeboran di Sidoarjo kebanyakan ahli hanya memikirkan

kebutuhan industri tanpa memedulikan implikasi dari teknologi yang digunakan di

masyarakat. Mereka yang awalnya bertujuan menyejahterakan masyarakat malah

sebaliknya menyusahkan masyarakat dan pemerintah karena banyaknya korban

dan dana yang harus ditanggung oleh perusahaan dan pemerintah.


3.2. Kasus Persaingan Antangin dan Tolak Angin

Perang perseteruan antara Antangin dan Tolak Angin. Konsistensi Tolak

Angin dalam mengedukasi pasar dan mengangkat citra mereknya berbuah manis.

Kala lawan sedikit mengendur, laju Tolak Angin kian tak terkejar.

“Wes-ewes-ewes, bablas angine”. Demikian ucapan Basuki (alm.) dalam iklan

televisi obat/jamu masuk angin, Antangin JRG. Dulu, iklan tersebut begitu sering

menghiasi layar kaca. Miliaran rupiah dihabiskan PT Deltomed Laboratories

untuk mengangkat awareness terhadap mereknya lewat iklan tersebut. Memang

berhasil. Bintang iklannya yang terkenal serta jargon yang jenaka terasa pas buat

mendongkrak Antangin. “Wes-ewes-ewes bablas angine” identik dengan Basuki

dan Antangin. Produk obat masuk angin ini melejit tanpa kendala

berarti.Sesungguhnya saat itu -- tahun 1999 -- sudah ada jamu sejenis Antangin

yang beredar di pasaran, yakni Tolak Angin Cair dari PT Sido Muncul (SM).

Namun, seperti terlibas angin Basuki, nama Tolak Angin kalah moncer ketimbang

Antangin. Tolak Angin Cair, pertama-tama, mengubah citra jamu yang dianggap

kampungan sebagai sesuatu yang modern dan teruji. Dengan slogannya yang

sangat populer, ”Orang pintar minum Tolak Angin”, iklan tersebut menjadi titik

balik kebangkitan Tolak Angin Cair.

3.2.1. Analisis Kasus Persaingan Antangin dan Tolak Angin

Periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang

diarahkan kepada (calon) konsumen paling potensial atas produk barang atau jasa

tertentu dengan biaya paling ekonomis. Tujuan periklanan pada dasarnya adalah

mengubah atau mempengaruhi sikap khalayak, dalam hal ini tentunya adalah
sikap konsumen terhadap merek yang diiklankan. Selain itu, iklan sendiri

memiliki beberapa tujuan khusus diantaranya untuk membentuk kesadaran akan

suatu produk atau merek baru; menginformasikan fitur dan keunggulan produk

atau merek pada konsumen; membentuk persepsi tertentu akan produk atau

merek; membentuk selera akan produk atau merek ataupun membujuk konsumen

untuk membeli produk atau merek yang diiklankan (Bendixen, 1993).

Iklan adalah sebuah komunikasi persuasif yang mampu mengubah

perilaku khalayak. Sebuah iklan diciptakan untuk dapat menggiring pola pikir

dan atau tindakan-tindakan yang diharapkan oleh pembuat iklan. Daya pikat iklan

dibangun untuk mengingatkan khalayak pada citraan tertentu (Hagijanto, 2000).

Di dalam bauran promosi, iklan media massa cetak diperhitungkan sebagai salah

satu pendekatan yang dapat dipakai untuk menciptakan kesadaran akan produk.

Karena iklan ini dapat menjangkau sasaran secara lebih terfokus. Khalayaknya

dapat dipilih, dan dipilah menurut segmentasi produk dan target pasarnya. Hal ini

ditangkap

oleh pengiklan dalam menentukan bauran media bagi kepentingan brand

awareness (Hagijanto, 2001).

Brand awareness dengan asosiasi yang kuat membentuk citra merek yang

spesifik. Brand awareness dihubungkan pada kuatnya kesan yang tersimpan dalam

memori yang direfleksikan pada kemampuan pelanggan untuk mengingat kembali

atau mengenali kembali sebuah merek di dalam kondisi yang berbeda. Brand

awareness dapat dikarakteristikkan menurut kedalaman dan keluasannya.

Kedalaman dari brand awareness berhubungan dengan kemungkinan sebuah


merek dapat diingat atau dikenali kembali. Keluasan dari brand awareness

berhubungan dengan keanekaragaman situasi pembelian dan konsumsi dimana

ketika sebuah merek diingat (Keller, 2003).

Kesadaran merek dihubungkan dengan kuatnya kesan yang tersimpan

dalam memori yang direfleksikan pada kemampuan konsumen untuk mengingat

kembali sebuah merek di dalam kondisi yang berbeda. Sebagai contoh, hubungan

antara awareness dan tingkat penggunaan merek Tolak Angin dan Antangin

sangatlah kuat. Maka dari itu awareness kedua merek ini paling tinggi di kategori

obat masuk angin (Majalah Marketing, 2007).

Berpijak pada teori tersebut di atas, PT Sidomuncul (Produsen Tolak

Angin) selalu memperhitungkan target pemasaran produknya termasuk Tolak

Angin. Dari segi target pemasaran, menurut Majalah SWA (2006), untuk

menembus etnis Tionghoa, Tolak Angin memanfaatkan petenes Wynne Prakusya,

dan memilih Agnes Monika dalam memperluas pasar ke segmen remaja. Sehingga

pada penelitian ini, yang menjadi obyek penelitian adalah mahasiswa karena

diasumsikan mahasiswa dapat mewakili segmen remaja dan sebagai kaum intelek

sesuai dengan bunyi iklan Tolak Angin yaitu ”Orang Pintar Minum Tolak Angin”.

Tolak Angin adalah obat masuk angin yang diproduksi oleh PT. Sido

Muncul yang merupakan salah satu perusahaan industri jamu terbesar di

Indonesia. Saat ini industri jamu tradisional di tanah air semakin membaik.

Puluhan tahun Sidomuncul mengenalkan produk jamu kemasan dan terus menerus

mengeduksi pasar terutama karena penyakit masuk angin masih menjadi wacana

pro dan kontra. Dunia kedokteran mempertahankan eksistensi masuk angin,


(Marketing, 2004). Kesuksesan Tolak Angin begitu besar, menurut riset frontier

consulting goup, merek buatan PT. Sidomuncul berhasil menggeser Antangin,

pada tahun 2008, kompetitor Tolak Angin yang telah lama bersaing ketat.

Pada dasarnya berbagai pengembangan dengan lahirnya UU No.5 tahun

1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

diharapkan dapat mengurangi terjadinya pelanggaran etika bisnis. Masalah

pelanggaran etika sering muncul antara lain seperti, dalam hal mendapatkan ide

usaha, memperoleh modal, melaksanakan proses produksi, pemasaran produk,

pembayaran pajak, pembagian keuntungan, penetapan mutu, penentuan harga,

pembajakan tenaga professional, blow-up proposal proyek, penguasaan pangsa

pasar dalam satu tangan, persengkokolan, mengumumkan propektis yang tidak

benar, penekanan upah buruh dibawah standar, insider traiding dan sebagainya.

Biasanya faktor keuntungan merupakan hal yang mendorong terjadinya perilaku

tidak etis dalam berbisnis. Dapat kita lihat contohnya pada kasus di atas dimana

kedua perusahaan provider saling bersaing untuk menguasai dan memonopoli

pasar. Perilaku tidak etis dalam kegiatan bisnis sering juga terjadi karena peluang-

peluang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan yang kemudian

disahkan dan disalah gunakan dalam penerapannya dan kemudian dipakai sebagai

dasar untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar etika bisnis.

Beberapa peraturan perundang-undangan yang menghimpun pengaturan dan

peraturan tentang dunia iklan di Indonesia yang bersifat mengikat antara lain

adalah peraturan yang diatur oleh Undang-Undang, antara lain: UU No. 40 tahun
1999 tentang Pers, UU No. 24 tahun 1997 tentang Penyiaran, UU No. 7 tahun

1996, PP No. 69 tahun 1999.

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Kesimpulan atas masalah penelitian tersebut adalah temuan permasalahan

penelitian yang teridentifikasi dan tersusun pada BAB I. Dimana tujuan dari

penelitian ini adalah mencari jawaban atas rumusan masalah yang diajukan dalam
penelitian ini. Seperti halnya kasus Lumpur Lapindo yaitu pada aktivitas

pengeboran, teknik yang digunakan serta lokasi pengeboran adalah keputusan-

keputusan yang diambil oleh manusia. Keputusan itulah yang menjadi awal mula

terjadinya bencana banjir lumpur. Para ahli hanya menduga tanpa

memperhitungkan lebih matang mengenai pengeboran tersebut. Kasus Lumpur

Lapindo menunjukkan ketiadaan etika rekayasa yang merupakan salah satu kode

etik engineer.

Permasalahan kedua yaitu pada kasus persaingan Tolak Angin dan

Antangin, untuk membangun sikap merek terhadap produk Tolak Angin dapat

diperoleh dengan meningkatkan daya tarik iklan pada produk tersebut melalui

keasadaran merek. Iklan Tolak Angin harus dibuat dengan daya tarik yang

sebaikbaiknya, sehingga menghasilkan kesadaran merek di hati konsumen.

Kesadaran merek yang dihasilkan akan menciptakan karakteristik tertentu pada

iklan Tolak Angin sehingga menimbulkan penilaian terhadap merek yang akan

membentuk sikap terhadap merek.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.ieits.org/Horizon-Baru-Disiplin-Teknik-Industri-Dari-Ranah-Mikro-
ke-Makroh

http://tulangkering.freehostia.com/pengertian-profesi-dan-etika-profesi-it.html

http://id.shvoong.com/internet-and-technologies/1901719-sekilas-tentang-
teknikindustri

http://rizal.blog.undip.ac.id/files/2009/07/dipakai_siskom_etika-profesi.pdf
http://istmi.or.id

http://ahlannet99.wordpress.com/2012/03/08/etika-profesi-the-industrial-
engineers/

http://masrizal-gati.blogspot.com/2009/01/swa-tolak-angin-berlari-kencang.html

(http://ft.uajy.ac.id/wp-content/uploads/2015/12/MK137.pdf)

Anda mungkin juga menyukai