Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat limpahan rahmat
dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang kode
etik dan tanggung jawab profesi dari mata kuliah etika profesi.
Makalah ini dimaksudkan sebagai penjelasan ringkas dari kode etik dan tanggung jawab
profesi. Dengan membaca makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami dan
mengerti tentang etika profesi serta dapat memahami faktor dan hal-hal yang
berhubungan dengan etika profesi.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman mahasiswa mengenai apa
itu kode etik dan tanggung jawab profesi dan apa saja jenis jenis etika yang banyak
belum diketahui dan dipahami oleh para mahasiswa.
Dalam penulisan makalah ini, Penulis menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu Penulis sangat mengharapkan masukan dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Demikianlah makalah
ini Penulis buat, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua yang membaca
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .......i
Daftar Isi..............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............1
1.2 Tujuan Penulisan Makalah..................2
1.3 Manfaat Penulisan Masalah....3
1.4 Permasalahan......3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pentingnya Etika Profesi ................4
2.1.1 Kode Etik Profesi..................4
2.2 Macam-Macam Etika ...................5
2.2.1 Etika Deskriptif .................5
2.2.2 Etika Normatif ..................5
2.3 Fungsi Kode Etik ..................6
2.4 Profesi .....7
2.5 Etika Profesi ..................7
2.6 Kode Etik Profesi .................8
2.7 Penyalahgunaan Profesi .............8
2.8 Penjelasan Mengapa Kode Etik Profesi Sangat Penting ..9
BAB II
PEMBAHASAN
Ditambahkan oleh Holloway, bahwa kode etik (standar etika) tersebut mengandung
beberapa tujuan sekaligus, yaitu untuk:
1. Menjelaskan dana menetapkan tanggung jawab kepada klien, lembaga (institution),
dan masyarakat pada umumnya;
2. Membantu penyandang profesi dalam menentukan apa yang harus mereka perbuat
kalau mereka menghadapi dilema-dilema etis dalam pekerjaannya;
3. Membiarkan profesi menjaga reputasi (nama baik) dan fungsi profesi dalam masyarakat
melawan kelakuan buruk dari anggota-anggota tertentu dari profesi itu;
4. Mencerminkan pengharapan moral dari komunitas masyarakat (atas pelayanan
penyandang profesi itu kepada masyarakat);
5. Merupakan dasar untuk menjaga kelakuan dan integritas atas kejujuran dari
penyandang profesi itu sendiri.
Biasanya kode etik tidak pernah dianggap sebagai bagian dari hukum positif suatu
negara, Namun disadari atau tidak, kode etik dapat saja secara diam-diam diadopsi
menjadi salah satu jenis sumber formal hukum.
2.2 Macam-Macam Etika
2.2.1 Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku
manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu
yang bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa
adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait
dengan situasi dan realitas yang membudaya. Da-pat disimpulkan bahwa tentang
kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang
dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.
2.4 Profesi
Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal yang
berkaitan dengan bidang tertentu atau jenis pekerjaan (occupation) yang sangat
dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, sehingga banyak orang yang bekerja tetapi
belum tentu dikatakan memiliki profesi yang sesuai. Tetapi dengan keahlian saja yang
diperoleh dari pendidikan kejuruan, juga belum cukup untuk menyatakan suatu
pekerjaan dapat disebut profesi. Tetapi perlu penguasaan teori sistematis yang
mendasari praktek pelaksaan, dan penguasaan teknik intelektual yang merupakan
hubungan antara teori dan penerapan dalam praktek. Adapun hal yang perlu
diperhatikan oleh para pelaksana profesi.
Setiap orang memiliki kebebasan baik secara natural maupun secara yuridis untuk
menentukan sikap dalam kehidupan sehari-hari termasuk memilih pekerjaan/profesi
yang akan digeluti. Kebebasan tersebut menimbulkan konsekuensi logis terhadap
dampak positif maupun negatif yang harus diterima dengan analogi segala langkah
kehidupan tidak dapat lepas dari efek positif dan efek negatif. Tanggung jawab tidaklah
dapat lepas dari akibat kebebasan memilih yang harus diterima dengan lapang dada.
Kebebasan tidaklah dapat dilaksanakan dengan sebebas-bebasnya mengingat
kebebasan dapat menyentuh hak hukum atau kebebasan orang lain. Kebebasan harus
diartikan sebagai kebebasan hukum yakni kebebasan sesuai ketentuan hukum yang
berupaya mengcover moral , hukum kebiasaan, dan adat istiadat yang berlaku
dimasyarakat.
Tanggung jawab merupakan bentuk pelaksanaan kewajibannya dan yang tak kalah
pentingnya tanggung jawab atas kesalahan yang telah diperbuat. Tanggung jawab oleh
sebagian ahli hukum diartikan sebagai tanggung gugat. Tanggung gugat sebenarnya
merupakan tanggung jawab atas tuntutan hukum, tapi disisi lain terdapat tanggung
jawab moral yang tidak dapat digantikan oleh tanggung gugat secara hukum, bahkan
moral pertanggungjawabannya diwakilkan pada kode etik melalui Dewan Kehormatan.
Terdapat pertanggungjawaban lain yang tidak dapat terselesaikan yaitu tanggung
jawab hati nurani serta dampaknya terhadap nama baik penyandang profesi.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kode etik bisa dilihat sebagai produk dari etika terapan, sebab dihasilkan berkat
penerapan pemikiran etis atas suatu wilayah tertentu, yaitu profesi. Tetapi setelah kode
etik ada, pemikiran etis tidak berhenti. Kode etik tidak menggantikan pemikiran etis,
tapi sebaliknya selalu didampingi refleksi etis.
Supaya kode etik dapat berfungsi dengan semestinya, salah satu syarat mutlak
adalah bahwa kode etik itu dibuat oleh profesi sendiri. Kode etik tidak akan efektif kalau
di drop begitu saja dari atas yaitu instansi pemerintah atau instansi-instansi lain; karena
tidak akan dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang hidup dalam kalangan profesi itu
sendiri. Instansi dari luar bisa menganjurkan membuat kode etik dan barang kali dapat
juga membantu dalam merumuskan, tetapi pembuatan kode etik itu sendiri harus
dilakukan oleh profesi yang bersangkutan. Supaya dapat berfungsi dengan baik, kode
etik itu sendiri harus menjadi hasil SELF REGULATION (pengaturan diri) dari profesi.
Dengan membuat kode etik, tanggung jawab profesi sendiri akan menetapkan
hitam atas putih niatnya untuk mewujudkan nilai nilai moral yang dianggapnya hakiki.
Hal ini tidak akan pernah bisa dipaksakan dari luar. Hanya kode etik yang berisikan
nilainilai dan cita-cita yang diterima oleh profesi itu sendiri yang bisa mendarah daging
dengannya dan menjadi tumpuan harapan untuk dilaksanakan untuk dilaksanakan juga
dengan tekun dan konsekuen. Syarat lain yang harus dipenuhi agar kode etik dapat
berhasil dengan baik adalah bahwa pelaksanaannya di awasi terus menerus.
Kesadaran itu penting dan lebih penting lagi kesadaran itu timbul dari Diri kita masing -
masing yang sebentar lagi akan menjadi pelaksana profesi di bidang komputer disetiap
tempat kita bekerja, dan selalu memahami dengan baik atas Etika Profesi yang
membangun dan bukan untuk merugikan orang lain.
3.2. Saran
Agar tidak menyimpang dari kode etik yang berdampak pada profesionalitas kerja
maka :
1. Memperbanyak pemahaman terhadap kode etik dan tanggung jawab profesi
2. Mengaplikasikan keahlian sebagai tambahan ilmu dalam praktek pendidikan yang di
jalani.
3. Pembahasan makalah ini menjadikan individu yang tahu akan pentingnya kode etik dan
tanggung jawab profesi.
4. Kode etik yang diterapkan hendaknya disesuaikan dengan keadaan yang
memungkinkan untuk dapat dijalankan bagi kelompok profesi.
5. Terhadap pelaksanaan profesi hendaknya menjalankan profesi yang jalani sesuai
dengan kode etik yang ditetapkan agar profesi yang dijalani sesuai dengan
tuntutannya.
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Kode etik adalah merupakan suatu bentuk aturan tertulis yang secara sistematik sengaja
dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat yang dibutuhkan akan dapat
difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-rasional
umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik.
Dengan demikina kode etik adalah refleksi dari apa yang disebut dengan self control, karena
segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu
sendiri. Sedanglan Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam
melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut E.Holloway dikutip dari Shidarta, kode etik itu memberi petunjuk untuk hal-hal sebagai
berikut:
1. Hubungan antara klien dan penyandang profesi;
2. Pengukuran dan standar evaluasi yang dipakai dalam profesi;
3. Penelitian dan publikasi/penerbitan profesi;
4. Konsultasi dan praktik pribadi;
5. Tingkat kemampuan kompetensi yang umum;
6. Administrasi personalia;
7. Standar-standar untuk pelatihan.
Ditambahkan oleh Holloway, bahwa kode etik (standar etika) tersebut mengandung beberapa
tujuan sekaligus, yaitu untuk:
1. Menjelaskan dana menetapkan tanggung jawab kepada klien, lembaga (institution), dan
masyarakat pada umumnya;
2. Membantu penyandang profesi dalam menentukan apa yang harus mereka perbuat kalau mereka
menghadapi dilema-dilema etis dalam pekerjaannya;
3. Membiarkan profesi menjaga reputasi (nama baik) dan fungsi profesi dalam masyarakat melawan
kelakuan buruk dari anggota-anggota tertentu dari profesi itu;
4. Mencerminkan pengharapan moral dari komunitas masyarakat (atas pelayanan penyandang
profesi itu kepada masyarakat);
5. Merupakan dasar untuk menjaga kelakuan dan integritas atas kejujuran dari penyandang profesi
itu sendiri.
Biasanya kode etik tidak pernah dianggap sebagai bagian dari hukum positif suatu negara,
Namun disadari atau tidak, kode etik dapat saja secara diam-diam diadopsi menjadi salah satu
jenis sumber formal hukum.
2. Macam-Macam Etika
*Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta
apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya Etika
deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan
perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya.
Da-pat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam
suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat
bertindak secara etis.
*Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki
oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai
dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan norma- norma yang dapat menuntun agar manusia
bertindak secara baik dan meng- hindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma
yang disepakati dan berlaku di masyarakat
Kode etik advokat adalah Kode Etik Advokat Indonesia yang ditetapkan pada tanggal 23
Mei 2002 berdasarkan kesepakatan 7 (tujuh) organisasi advokat Indonesia yang terdiri dari:
1. Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN);
2. Asosiasi Advokat Indonesia (AAI);
3. Ikatan Penasehat Hukum Indonesia (IPHI);
4. Asosiasi Konsultan Hukum Indonesia (AKHI);
5. Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal (HKHPM);
6. Serikat Pengacara Indonesia (SPI);
7. Himpunan advokat dan Pengacara Indonesia (HAPI).
3.1. Kesimpulan
Kode etik bisa dilihat sebagai produk dari etika terapan, sebab dihasilkan berkat
penerapan pemikiran etis atas suatu wilayah tertentu, yaitu profesi. Tetapi setelah kode etik ada,
pemikiran etis tidak berhenti. Kode etik tidak menggantikan pemikiran etis, tapi sebaliknya
selalu didampingi refleksi etis.
Supaya kode etik dapat berfungsi dengan semestinya, salah satu syarat mutlak adalah
bahwa kode etik itu dibuat oleh profesi sendiri. Kode etik tidak akan efektif kalau di drop begitu
saja dari atas yaitu instansi pemerintah atau instansi-instansi lain; karena tidak akan dijiwai oleh
cita-cita dan nilai-nilai yang hidup dalam kalangan profesi itu sendiri. Instansi dari luar bisa
menganjurkan membuat kode etik dan barang kali dapat juga membantu dalam merumuskan,
tetapi pembuatan kode etik itu sendiri harus dilakukan oleh profesi yang bersangkutan. Supaya
dapat berfungsi dengan baik, kode etik itu sendiri harus menjadi hasil SELF REGULATION
(pengaturan diri) dari profesi.
Dengan membuat kode etik, tanggung jawab profesi sendiri akan menetapkan hitam atas
putih niatnya untuk mewujudkan nilai nilai moral yang dianggapnya hakiki. Hal ini tidak akan
pernah bisa dipaksakan dari luar. Hanya kode etik yang berisikan nilainilai dan cita-cita yang
diterima oleh profesi itu sendiri yang bisa mendarah daging dengannya dan menjadi tumpuan
harapan untuk dilaksanakan untuk dilaksanakan juga dengan tekun dan konsekuen. Syarat lain
yang harus dipenuhi agar kode etik dapat berhasil dengan baik adalah bahwa pelaksanaannya di
awasi terus menerus.
Kesadaran itu penting dan lebih penting lagi kesadaran itu timbul dari Diri kita masing - masing
yang sebentar lagi akan menjadi pelaksana profesi di bidang komputer disetiap tempat kita
bekerja, dan selalu memahami dengan baik atas Etika Profesi yang membangun dan bukan untuk
merugikan orang lain.
3.2. Saran
Agar tidak menyimpang dari kode etik yang berdampak pada profesionalitas kerja maka :
1. Memperbanyak pemahaman terhadap kode etik dan tanggung jawab profesi
2. Mengaplikasikan keahlian sebagai tambahan ilmu dalam praktek pendidikan yang di jalani.
3. Pembahasan makalah ini menjadikan individu yang tahu akan pentingnya kode etik dan
tanggung jawab profesi.
4. Kode etik yang diterapkan hendaknya disesuaikan dengan keadaan yang memungkinkan untuk
dapat dijalankan bagi kelompok profesi.
5. Terhadap pelaksanaan profesi hendaknya menjalankan profesi yang jalani sesuai dengan kode
etik yang ditetapkan agar profesi yang dijalani sesuai dengan tuntutannya.
DAFTAR PUSTAKA
Supriadi, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia ( Cet. I; Jakarta: Sinar
Grafika, 2006 ), h. 16.
Sufirman Rahman dan Qamar Nurul, Etika Profesi Hukum ( Cet. I; Makassar: Pustaka
Refleksi, 2014 ), h. 76-77.
Abdulkadir Muhammad, Etika Profesi Hukum ( Cet. III., Bandung: PT Citra Aditya Bakti,
2006), h. 74.
http://duniabaca.com/pengertian-etika-dan-macam-macamnya.html, di akses tanggal 27 mei
2015