Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KONSEP DASAR PROFESI DAN KODE ETIK PROFESI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Etika Bisnis

Dosen Pengampu : Ir. Karyaningsih., M.M

Disusun oleh :

Firdausiyah

NPM 1910631020099

Kelas 5C

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Makalah dengan judul
“Konsep dasar profesi dan kode etik profesi” ini diajukan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Etika Bisnis. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.

Penulis merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan


makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Wasalamualaikum Wr. Wb

Brebes, 25 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB 1 ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah....................................................................................... 2
1.3 Ruang Lingkup .................................................................................................... 2
1.4 Tujuan ............................................................................................................ 2
BAB II ............................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN .............................................................................................................. 3
A. Konsep Dasar Profesi............................................................................................ 3
2.1 Pengertian profesi........................................................................................... 3
2.2 Beberapa Istilah yang Berkaitan dengan Profesi ............................................ 4
2.3 Syarat-syarat Profesi ....................................................................................... 5
B. Kode Etik Profesi................................................................................................... 5
2.4 Pengertian kode etik profesi........................................................................... 5
2.5 Peranan etika dalam profesi ...................................................................... 6
2.6 Tujuan kode etik profesi ............................................................................ 7
2.7 Fungsi dari kode etik profesi adalah .......................................................... 7
2.8 Sanksi pelanggaran kode etik profesi ........................................................ 7
2.9 Studi kasus (contoh pelanggaran kode etik profesi) ................................. 7
BAB III ......................................................................................................................... 11
PENUTUP .................................................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 11
3.2 Saran ............................................................................................................ 11
3.3 Pertanyaan dan jawaban ............................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 13

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti
karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan
dengan konsep yang dimilki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah
tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.
Menurut Martin, etika didefinisikan sebagai “the discpline which can act as the
performance index or reference for our control system”. Dengan demikian, etika
akan memberikan semacam batasan maupun standar yang akan mengatur
pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya. Dalam pengertiannya yang secara
khusus dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika ini kemudian dirupakan
dalam bentuk aturan (code) tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat
berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat yang dibutuhkan akan
bisa difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara
logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik. Dengan
demikian etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control”, karena
segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok
sosial (profesi) itu sendiri.

Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam
menjalani kehidupan sebagai pengemban profesi. Hanya pengemban profesi yang
bersangkutan yang dapat atau yang paling mengetahui tentang apakah perilakunya
dalam mengemban profesi memenuhi tuntutan etika profesinya atau tidak. Karena
tidak memiliki kompetensi teknikal, maka awam tidak dapat menilai hal itu. Ini
berarti, kepatuhan terhadap etika profesi akan sangat tergantung pada akhlak dan
moral pengemban profesi yang bersangkutan. Disamping itu pengemban profesi
sering dihadapkan pada situasi yang menimbulkan masalah pelik untuk menentukan
perilaku apa yang memenuhi tuntutan etika profesi. Sedangkan perilaku dalam
pengembanan profesi dapat membawa akibat negatif yang jauh terhadap klien,
dimana kenyataan tersebut dapat menunjukkan bahwa kalangan pengemban
profesi itu sendiri membutuhkan adanya pedoman obyektif yang lebih konkret bagi
perilaku profesionalnya.

Karena itu, dari dalam lingkungan para pengemban profesi itu sendiri
dimunculkan seperangkat kaidah perilaku sebagai pedoman yang harus dipatuhi
dalam mengemban profesi tersebut. Perangkat kaidah itulah yang disebut sebagai
kode etik profesi (biasa disingkat: kode etik), yang dapat tertulis maupun yang tidak

13
tertulis. Pada masa sekarang, kode etik itu pada umumnya berbentuk tertulis yang
ditetapkan secara formal oleh tiap-tiap organisasi profesi yang bersangkutan.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :

1. Apa itu profesi?


2. Apa saja istilah yang berkaitan dengan profesi?
3. Bagaimana peranan etika dalam profesi?
4. Apa saja sanksi bagi pelanggar kode etik profesi?

1.3 Ruang Lingkup


Makalah ini membahas tentang konsep dasar profesi dan kode etik profesi.
Sub bab yang akan dibahas adalah pengertian profesi, Beberapa Istilah yang
Berkaitan dengan Profesi, Syarat-syarat Profesi, Pengertian kode etik profesi,
prinsip-prinsip profesi, syarat-syarat suatu profesi, peranan etika dalam suatu
profesi, tujuan dibuatnya kode etik profesi, fungsi dari kode etik profesi, dan
pelanggaran kode etik profesi.

1.4 Tujuan

2. Untuk mengetahui pengertian profesi


3. Untuk mengetahui istilah yang berkaitan dengan profesi
4. Untuk mengetahui peran etika dalam profesi
5. Untuk mengetahui sanksi bagi pelanggar kode etik profesi

12
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Profesi

2.1 Pengertian profesi


Secara etimologi profesi berasal dari kata profession yang berarti pekerjaan.
Professional artinya orang yang ahli atau tenaga ahli. Secara istilah profesi biasa
diartikan sebagai suatu bidang pekerjaan yang didasarkan pada keahlian
tertentu. Hanya saja tidak semua orang yang mempunyai kapasitas dan keahlian
tertentu sebagai buah pendidikan yang ditempuhnya menempuh kehidupannya
dengan keahlian tersebut, maka ada yang mensyaratkan adanya suatu sikap
bahwa pemilik keahlian tersebut akan mengabdikan dirinya pada jabatan
tersebut.

Vollmer dengan menggunakan pendekatan kajian sosiologik sebagaimana


yang dikutip Udin (Udin, 2009) mempersepsikan bahwa profesi itu
sesungguhnya hanyalah merupakan suatu jenis model atau tipe pekerjaan ideal
saja, karena dalam realitasnya bukanlah merupakan hal mustahil pula untuk
mencapainya asalkan ada upaya yang sungguhsungguh kepada pencapaiannya.
Proses usaha menuju kearah terpenuhinya persyaratan suatu jenis model
pekerjaan ideal itulah yang dimaksudkan dengan profesionalisasi. Pernyataan di
atas itu mengimplikasikan bahwa sebenarnya seluruh pekerjaan apapun
memungkinkan untuk berkembang menuju kepada suatu jenis model profesi
tertentu. Dengan mempergunakan perangkat persyaratannya sebagai acuan,
maka kita dapat menandai sejauh mana sesuatu pekerjaan itu telah
menunjukkan cirri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dapat
dipertanggungjawabkan secara professional. Hal yang sangat diperlukan oleh
suatu profesi ialah pengakuan masyarakat atas jasa yang diberikannya. Kita
mengenal, profesi yang paling tua adalah kedokteran dan hukum. Profesi
kedokteran berkembang dari tradisi pengobatan tradisional yang
mencampuradukkan pseudo science dengan science. Sedangkan profesi hukum
berkembang dari kebutuhan masyarakat akan adanya rasa aman dan kepastian
hukum bagi pelanggar aturan.

Ahli sosiologi hukum memahami betul bahwa setiap masyarakat


mengembangkan hukumnya sendiri sesuai dengan kondisi kemasyarakatan dan
semangat zamannya. Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa profesi adalah suatu keahlian (skill) dan kewenangan dalam suatu
jabatan tertentu yang mensyaratkan kompetensi (pengetahuan, sikap dan

13
ketrampilan) tertentu secara khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis
yang intensif.

2.2 Beberapa Istilah yang Berkaitan dengan Profesi


Beberapa istilah yang muncul terkait dengan kata profesi adalah profesi,
profesional, profesionalisme, profesionalisasi, dan profesionalitas. Menurut
Sanusi (Sanusi, 1991) menguraikan kelima konsep tersebut, yaitu :

a. Profesi, profesi adalah jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari
para anggotanya. Maksudnya, ia tidak bisa dilakukan oleh sembarangan
orang yang tidak dilatih dan tidak disiapkan secara khusus untuk melakukan
pekerjaan itu. Keahlian diperoleh melalui apa yang disebut profesionalisasi,
yang dilakukan baik sebelum seseorang menjalani profesi itu maupun
setelah menjalani suatu profesi (in service training) maupun setelah
menjalani suatu profesi. Selain pengertian ini, ada beberapa ciri profesi
khususnya yang berkaitan dengan profesi kependidikan. Dengan demikian,
kata profesi menunjuk pada suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut
keahlian, tanggung jawab dan kesetiaan terhadap profesi. Suatu profesi
secara teori tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak dilatih
atau disiapkan untuk itu.
b. Profesional, kata profesional menunjuk pada dua hal. Pertama, orang yang
menyandang suatu profesi, misalnya ” Dia seorang profesional”. Kedua,
penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaannya yang sesuai dengan
profesinya.
Pengertian kedua ini, profesional dikontraskan denngan ” non-profesional”
atau ”amatir”.Suatu pekerjaan profesional memerlukan persyaratan khusus,
yaitu menuntut adanya ketrampilan berdasarkan konsep dan teori ilmu
pengetahuan yang mendalam; menekankan pada suatu keahlian dalam
bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya; menuntut adanya tingkat
pendidikan yang memadai; adanya kepekaan terhadap dampak
kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya; dan memungkinkan
perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan (Moh. Ali, 1985).
c. Profesionalisme, kata profesionalisme menunjuk kepada komitmen para
anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan
terus-menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam
melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.
Profesionalisme juga menunjuk pada derajat penampilan seseorang sebagai
profesional atau penampilan suatu pekerjaan sebagai profesi, ada yang
profesionalismenya tinggi, sedang, dan rendah. Selain itu profesionalisme
juga mengacu kepada sikap dan komitmen anggota profesi untuk bekerja
berdasarkan pada standar yang tinggi dan kode etik profesinya.

12
d. Profesionalitas, Profesionalitas adalah suatu sebutan terhadap kualitas sikap
para
anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan
keahlian yang mereka miliki untuk dapat melakukan tugas-tugasnya.
e. Profesionalisasi, kata profesionalisasi menunjuk pada proses peningkatan
kualifikasi maupun kemampuan para anggoya profesi dalam mencapai
kriteria yang standar dalam penampilannya sebagai anggota suatu profesi.
Profesionalisasi pada dasarnya merupakan serangkaian proses
pengembangan profesional baik dilakukan melalui pendidikan ”pra-jabatan”
maupun ”dalam jabatan”. Oleh karena itu, profesionalisasi merupakan
proses yang panjang.

2.3 Syarat-syarat Profesi


Suatu pekerjaan yang disebut profesi harus memenuhi syarat-syarat
tertentu. Menurut Syafrudin Nurdin (Syafrudin, 2005) syarat-syarat yang harus
dipenui oleh suatu pekerjaan agar dapat disebut sebagai profesi, yaitu :

a. Panggilan hidup yang sepenuh waktu


b. Pengetahuan dan kecakapan atau keahlian
c. Kebakuan yang universal
d. Pengabdian
e. Kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikatif
f. Otonomi
g. Kode etik
h. Klien
i. Berperilaku pamong
j. Bertanggung jawab, dan lain sebagainya.

B. Kode Etik Profesi

2.4 Pengertian kode etik profesi


Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup
tingkat internasional di perlukan suatu system yang mengatur bagaimana
seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling
menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler
dan lain-lain.

Kode; yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa kata-kata, tulisan atau
benda yang disepakati untuk maksud-maksud tertentu, misalnya untuk menjamin
suatu berita, keputusan atau suatu kesepakatan suatu organisasi. Kode juga dapat
berarti kumpulan peraturan yang sistematis. Kode etik ; yaitu norma atau azas yang

13
diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di
masyarakat maupun di tempat kerja.

Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam
melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari. Kode etik profesi sebetulnya
tidak merupakan hal yang baru. Sudah lama diusahakan untuk mengatur tingkah
laku moral suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan
tertulis yang diharapkan akan dipegang teguh oleh seluruh kelompok itu.

2.4 Prinsip-prinsip

1. Tanggung jawab - Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap


hasilnya. - Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain
atau masyarakat pada umumnya.

2. Keadilan. Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa
yang menjadi haknya.

3. Otonomi. Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan di
beri kebebasan dalam menjalankan profesinya.

2.5 Peranan etika dalam profesi


Nilai-nilai etika itu tidak hanya milik satu atau dua orang, atau segolongan orang
saja, tetapi milik setiap kelompok masyarakat, bahkan kelompok yang paling kecil
yaitu keluarga sampai pada suatu bangsa. Dengan nilai-nilai etika tersebut, suatu
kelompok diharapkan akan mempunyai tata nilai untuk mengatur kehidupan
bersama.

Salah satu golongan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai yang menjadi


landasan dalam pergaulan baik dengan kelompok atau masyarakat umumnya
maupun dengan sesama anggotanya, yaitu masyarakat profesional. Golongan ini
sering menjadi pusat perhatian karena adanya tata nilai yang mengatur dan
tertuang secara tertulis (yaitu kode etik profesi) dan diharapkan menjadi pegangan
para anggotanya.

Sorotan masyarakat menjadi semakin tajam manakala perilaku-perilaku


sebagian para anggota profesi yang tidak didasarkan pada nilai-nilai pergaulan yang
telah disepakati bersama (tertuang dalam kode etik profesi), sehingga terjadi
kemerosotan etik pada masyarakat profesi tersebut. Sebagai contohnya adalah
pada profesi hukum dikenal adanya mafia peradilan, demikian juga pada profesi
dokter dengan pendirian klinik super spesialis di daerah mewah, sehingga
masyarakat miskin tidak mungkin menjamahnya.

12
2.6 Tujuan kode etik profesi
a. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
c. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
d. Untuk meningkatkan mutu profesi.
e. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
f. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
g. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
h. Menentukan baku standarnya sendiri.

2.7 Fungsi dari kode etik profesi adalah

1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas


yang digariskan.

2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan.

3. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan etika
dalam keanggotaan profesi. Etika profesi sangatlah dibutuhkan dlam berbagai
bidang.

2.8 Sanksi pelanggaran kode etik profesi

a. Sanksi moral

b. Sanksi dikeluarkan dari organisasi

Kasus-kasus pelanggaran kode etik akan ditindak dan dinilai oleh suatu
dewan kehormatan atau komisi yang dibentuk khusus untuk itu. Karena tujuannya
adalah mencegah terjadinya perilaku yang tidak etis, seringkali kode etik juga
berisikan ketentuan-ketentuan profesional, seperti kewajiban melapor jika
ketahuan teman sejawat melanggar kode etik. Ketentuan itu merupakan akibat logis
dari self regulation yang terwujud dalam kode etik.

2.9 Studi kasus (contoh pelanggaran kode etik profesi)

KASUS

Malinda Dee menjadi karyawan di Citibank sejak Agustus 1989. Saat


ditangkap polisi, Malinda menduduki jabatan Relationship Manager Citibank di
Kantor Cabang Citibank Landmark, Jakarta Selatan, dengan pangkat Vice President.
Pangkat tersebut merupakan pangkat yang tertinggi untuk karyawan Citibank.
Sejak diterima, Malinda dikenal sebagai salah satu aset yang berharga di Citibank
karena prestasi Malinda Dee dalam pekerjaannya terbilang bagus, yakni

13
kemampuannya dalam membawa nasabah kaya untuk menggunakan jasa Citibank,
hal tersebut membuatnya diberi keleluasaan oleh pihak Citibank dalam mencari
nasabahnya sendiri. Pada 25 Maret 2011, Mabes Polri mengungkap kasus
penggelapan dana nasabah di Citibank atas laporan para nasabah. Delapan penyidik
dari Direktorat Ekonomi dan Khusus Badan Reserse Kriminal Markas Besar Polri
menangkap Malinda di apartemennya kawasan SCBD, Jakarta Selatan. Polisimenyita
sejumlah barang bukti, antara lain dokumen-dokumen transaksi, uang tunai dan 1
unit mobil merek Ferari. Tersangka Malinda Dee diserahkan dari penyidik Polri
kepada Kejari Jakarta Selatan pada pukul 09.45 WIB. Malinda diduga sudah
melakukan aksinya sejak tahun 2009 lalu. Dari tiga perusahaanyang menjadi
nasabah Citibank, Malinda dapat mencuri uang dari para nasabah tersebut hingga
Rp17 miliar.

Jaksa Penuntut Umum mendakwa Malinda melakukan penggelapan dan


pencucian uang dalamkurun waktu 22 Januari 2009 hingga 7 Februari 2011 melalui
117 transaksi, dimana 64 transaksi diantaranya dalam bentuk pecahan rupiah
senilai Rp. 27,36 miliar dan 53 transaksi senilai 2,08 juta dolarAS. Jaksa menuntut
Malinda atas kejahatan yang telah dilakukannya selama ini dengan pasal
berlapis,yaitu pasal dalam Undang-Undang Perbankan dan pasal Undang-Undang
Tindak Pidana Pencucian Uang. Pertama, dia dijerat Pasal 49 ayat 1 dan 2 Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana diubahdengan Undang-Undang Nomor
10 Tahun 1998 tentang Perbankan juncto Pasal 55 ayat 1 dan pasal 65 KUHP.Kedua,
Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 sebagaimana diubah
denganUndang-Undang No 25 Tahun 2003 tentang Pidana Pencucian Uang juncto
Pasal 65 KUHP. Ketiga, Pasal3 Undang-Undang No 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang juncto Pasal 65
ayat 1 KUHP, yang ancamannya adalah dipenjara selama 15 tahun. Selama
ini Malinda Dee melakukan pembobolan dana nasabah dengan cara meraih
kepercayaan terhadap nasabah tersebut dan menyalahgunakan kepercayaan para
nasabah yang kaya terhadap dirinya.Malinda terlebih dahulu memperlakukan
mereka secara istimewa, yang salah satu contohnya adalah dengan melayani para
nasabah yang kaya di ruang khusus di kantor Citibank.

Perlakuan ini tidak hanya diberikan Malinda dalam waktu singkat, tetapi
hingga puluhan tahun sampai para nasabah sangat percaya terhadap Malinda
karena perlakuan istimewanya tersebut.Dari hal tersebut Malinda mencermati pola
transaksi nasabah yang bersangkutan, kemudian mengajukan blanko kosong untuk
ditandatangani agar memudahkan transaksi. Blanko inilah yang digunakanan untuk
menarik dana dengan mencuri uang tersebut sedikit-demi sedikit tanpa disadari
oleh pemilik rekening melalui persekongkolan jahat dengan bawahannya, Dwi
Herawati, Novianty Iriane dan Betharia Panjaitan selaku Head Teller Citibank.

12
Malinda memerintahkan bawahannya mentransfer uang ke beberapa perusahaan
miliknya.

Malinda juga menggunakan surat kuasa dari nasabah, sehingga


nasabahseolah-olah datang ke bank untuk melakukan transaksi. Lalu Malinda
meminta teller Citibank yang bernama Dwi untuk membantu melakukan pencatatan
palsu terhadap beberapa transfer uang, yangnilainya antara Rp1 miliar hingga Rp 2
miliar. Catatan tersebut merupakan manipulasi transfer uang darirekening nasabah
ke beberapa rekening milik Malinda di dalam maupun di luar Citibank.

Rohly Pateni, merupakan salah satu nasabah Citibank yang menjadi korban
dari Malinda. Menurut Rohly Pateni, dia sangat percaya kepada Malinda karena
sudah 18 tahun menjadi nasabah dari Citibank dan ditangani Malinda. Rohly Pateni
jarang mengecek rekening banknya karena sibuk bekerja, yang membuat Malinda
memanfaatkan hal tersebut.Untuk menghilangkan bukti kejahatannya, Dia
membuat perusahaan pribadinya yang dialiri dana nasabah Citibank atas nama
orang lain. Malinda mengalirkan dana nasabah yang berhasil dicuri ke
empat perusahaan miliknya yaitu, PT Sarwahita Global Manajemen, PT Porta Axell
Amitee, PT Qadeera Agilo Resources, dan PT Axcomm Infoteco Centro. Keempat
perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang didirikannya bersama dengan
Reniwati, Roy Sanggilawang, dan Gesang Timora.

Reniwati merupakan Citigold Executive Head di Citibank Landmark. Selain


itu, Malinda juga telah menggunakan dana nasabah untuk menyicil angsuran mobil
super mewah seperti Ferrari. Kemudian dari keempat perusahaan ini,
Malinda kembali menarik uang untuk kepentingan pribadinya, Andhika suami
sirinya, maupun adiknya, Visca Lovitasari serta suami Visca, Ismail bin Janim. Selain
orang-orang tersebut, terdapat keterlibatan Wakil Gubernur Lembaga Ketahanan
Nasional(Lemhannas) Marsekal Madya TNI Rio Mendung Thalieb. Dia menjadi
Komisaris Utama PT Sarwahita Group Managemen, yakni salah satu perusahaan
milik Malinda. Dia mengaku tak melakukan bisnis dalam perusahaan tersebut, tidak
jelas apakah pengakuan ini benar atau tidak karena tidak pernah ada pemeriksaan
terhadap Rio Mendung Thalieb. Lalu pihak lain yang juga terlibat adalah 50 orang
pejabat negara yang menjadi nasabah Malinda yang uangnya berasal dari pencucian
uang hasil korupsi, yang merupakan dugaan dari Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan (PPATK).

Kode etik profesi yang dilanggar :

Kode etik profesi bankir menyadari bahwa pentingnya etika untuk setiap
profesi, khususnya dalam bidang perbankan,maka telah dikeluarkan kode etik

13
bankir sebagai penuntun profesi yang berisi nilai-nilai dan norma-norma untuk
mengatur pelayanan bankir secara baik dan pantas. Kode etik bankir terdiri dari 9
pilaryang berisi :

1. Setiap bankir harus patuh dan taat kepada ketentuan perundang-undangan


dan peraturan
yang berlaku. Hal ini diperkuat dengan adanya dukungan dari Undang -
Undang , yang tercantumdalam UU No. 7 tahun 1992 yang telah
disempurnakan dengan UU No. 10 tahun 1998 pasal 49ayat 2b.
2. Seorang bankir harus melakukan pencatatan dengan benar mengenai segala
transaksi
yang berkaitan dengan kegiatan banknya. Dengan payung hukum yang terca
ntum dalam UU No 7tahun 1992 dan yang kemudian disempurnakan dalam
UU No. 10 tahun 1998 pasal 49 ayat 1a.
3. Seorang bankir harus menghindarkan diri dari persaingan yang tidak sehat.
4. Seorang bankir tidak menyalahgunakan wewenangnya untuk kepentingan
pribadi
5. Seorang bankir harus menghidarkan diri dari keterlibatan pengambilan
keputusan jika terdapat pertentangan kepentingan.
6. Seorang bankir wajib menjaga kerahasiaan nasabah dan banknya.
7. Seorang bankir harus memperhitungkan dampak yang merugikan dari setiap
kebijakan yangditerapkan banknya terhadap keadaan ekonomi, sosial dan
lingkungan.
8. Seorang bankir dilarang menerima hadiah atau imbalan yang memperkaya
diri pribadinyamaupun keluarganya.
9. Seorang bankir tidak melakukan perbuatan tercela yang dapat merugikan
citra profesinya danLembaga

Sedangkan berdasarkan kode etik sebagai bankir seperti yang telah dijelaskan
diatas, apabila pegawai bank terbukti melakukan pelanggaran terhadap
salah satu dari konten kode etik tersebut,maka mereka akan dikenakan sanksi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Esensi atau isi dari kodeetik tersebut yaitu
untuk memberikan panduan bagi karyawan perbankan untuk dapat bersikap sesuai
dengan prinsip moral atau nilai-nilai mengenai sesuatu yang baik dan yang tidak
baik. Dengan mamatuhi program tersebut, para bankir diharapkan dapat menyadari
pentingnya prinsip dasar yangdapat membantu mereka dalam membuat keputusan
yang dapat berpengaruh bagi bank dimanamereka bekerja.

Oleh karena itu, sudah sewajarnya bahwa seorang bankir memberikan


pelayanan yang terbaik seperti cepat, ramah, adil, serta beretika. Pelayanan
menurut Malayu S.P Sihabuan(2005) yaitu sebuah kegiatan memberikan jasa dari
pihak yang satu dengan pihak yang lain.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Istilah profesi dalam kehidupan sehari-hari digunakan untuk menunjukkan
tentang pekerjaan seseorang. Seseorang yang bekerja sebagai dokter,dikatakan
profesinya sebagai dokter dan orang yang pekerjaannya mengajar di sekolah
dikatakan profesinya sebagai Guru. Bahkan ada orang yang mengatakan bahwa
profesinya sebagai tukang batu,tukang parkir,pengamen,penyanyi,pedagang dan
sebagainya. Jadi istilah profesi dalam konteks ini, sama artinya dengan pekerjaan
atau tugas yang dilakukan seseorang dalam kehidupannya sehari-hari.

Konsep dasar profesionalisme adalah kunci dalam suatu profesi, karena hal
inilah yangmendasari seseorang untuk bisa menjadi profesional dalam menjalankan
profesi yangdimiliki. Dewasa ini memiliki profesi haruslah mampu
menjadi profesional. Karena tuntutan perkembangan dan hal ini sejalan dengan
dinamisasi sistem pendidikan.

3.2 Saran
Dari penjelasan yang telah dipaparkan, penulis menyarankan kepada pembaca,
agar dapat memanfaatkan makalah ini sebagai sumber ilmu dan referensi untuk
membuat tulisan terkait, yang lebih baik lagi. Selain itu, agar dapat memahami
mengenai konsep dan dasar profesi yang meliputi pengertian profesi, istilah-istilah
yang berkenaan dengan profesi, tenaga pendidik sebagai profesi, dan pengakuan
terhadap profesi.

3.3 Pertanyaan dan jawaban


I. Apakah kode etik porofesi dapat dirubah?

Jawaban : Kode etik profesi merupakan produk etika terapan karena dihasilkan
berdasarkan penerapan pemikiran etis atas suatu profesi. Kode etik profesi dapat
berubah maupun diubah seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Tujuan kode etik sendiri yaitu agar profesional dalam memberikan jasa
sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya.

Kode etik profesi dapat diubah seiring dengan perkembangan zaman yang
mengatur diri profesi yang bersangkutan dan perwujudan nilai moral yang hakiki
dan tidak dipaksakan dari luar. Jadi kode etik diadakan sebagai sarana kontrol sosial
dan untuk menjaga martabat dan kehormatan profesi serta melindungi masyarakat
dari segala bentuk penyimpangan atau penyalahgunaan keahlian.

13
Kode etik berperan sangat penting pada suatu profesi. Agar profesi dapat
berjalan dengan benar maka perlu diikat dengan suatu norma tertulis yang disebut
dengan kode etik profesi.

II. Menurut pendapat anda apa saja yang termasuk dalam dimensi kode etik
profesi?

Jawaban : Menurut pendapat penulis yang termasuk dalam dimensi kode etik
profesi adalah Pengertian kode etik profesi, prinsip-prinsip profesi, syarat-syarat
suatu profesi, peranan etika dalam suatu profesi, tujuan dibuatnya kode etik
profesi, fungsi dari kode etik profesi, dan pelanggaran kode etik profesi

III. Contoh sanksi moral yang di terima perusahaan jika melanggar kode etik?

Jawaban : Pada contoh studi kasus di atas, organisasi profesi yang dirugikan
adalah Citibank. Citibank sebagai tempat Malinda bekerja, akan dilanda krisis
reputasi dan krisis kepercayaan dari masyarakat. Dengan adanya kasus yang
melibatkan beberapa karyawannya,reputasi perusahaan pasti akan menurun.
Masyarakat akan menjadi ragu untuk menyimpan uangnya di Citibank, dan apakah
uangnya akan benar-benar aman, karena Bank ini tidak dapatmengontrol dan
mengawasi perilaku karyawannya dengan baik. Jika tidak mampu mengembalikan
kepercayaan masyarakat dan menjamin keamanan dana nasabahnya, Citibank bisa
dilanda krisis keuangan.

IV. Sanksi apa yang diberikan ketika seseorang melanggar kode etik profesi?
Tolong jelaskan

Jawaban : a. Sanksi moral, b. Sanksi dikeluarkan dari organisasi

Kasus-kasus pelanggaran kode etik akan ditindak dan dinilai oleh suatu dewan
kehormatan atau komisi yang dibentuk khusus untuk itu. Karena tujuannya adalah
mencegah terjadinya perilaku yang tidak etis, seringkali kode etik juga berisikan
ketentuan-ketentuan profesional, seperti kewajiban melapor jika ketahuan teman
sejawat melanggar kode etik. Ketentuan itu merupakan akibat logis dari self
regulation yang terwujud dalam kode etik.

V. Bagaimana cara meningkatkan kesadaran akan pentingnya etika profesi?

Jawaban : Dalam hubungannya dengan masyarakat, diharapkan para profesional


mengutamakan performance etika tingkat tinggi dan social responsibility.
Perusahaan dan pekerja yang gagal memenuhi keinginan / permintaan publik akan

12
jadi sorotan, dikritis dan dihukum. Berdasarkan dimensi etika bisnis, perusahaan
sabagai agen moral harus menerapkan perilaku etis dalam melaksanakan bisnisnya.

Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan etika (patokan/


rambu-rambu) menjamin kegiatan bisnis yang seimbang, selaras dan serasi. Dengan
beretika dalam bisnis maka akan dapat membimbing dan mengingatkan anggotanya
kepada suatu tindakan yang terpuji (good conduct) yangharus selalu dipatuhi dan
dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA
Isnanto, R. R. (2009). Buku ajar etika profesi.

Mawardi, R. (2018). Etika Bisnis dan Profesi.

Mangesti, Y. A. (2017). Konstruksi Kode Etik Profesi dalam Bingkai Nilai


Keindonesiaan. Vocatio: Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi dan Sekretari, 1(1), 11-22.

Sutarsih, C. (2009). Etika Profesi. Jakarta: Dirjen Pendis Kemenag RI.

RIDU, P. PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA NASABAH ATAS TINDAK PIDANA


PEMBOBOLAN SIMPANAN YANG DILAKUKAN OLEH PEGAWAI BANK. Jurnal Hukum
Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Untan (Jurnal Mahasiswa S1 Fakultas Hukum)
Universitas Tanjungpura, 5(2).

13

Anda mungkin juga menyukai