Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KODE ETIK PROFESI GURU DAN ORGANISASI ASOSIASI


KEPROFESIAN

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Profesi Pendidikan

Dosen Pengampu: Dra. Aas Saraswati, M.Pd./Siti Maryam Rohimah, M.Pd.

Disusun oleh:

Kelompok 5/ Semester 3B

Henita Komariah (195060042)


Ayu Islami Kamelia (195060043)
Santika Rizki Sobari (195060060)
Sarah Salsabilla Rachmin (195060070)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG

0
2020

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................................3
A. Latar Belakang Masalah............................................................................................3
B. Rumusan Masalah......................................................................................................4
C. Tujuan.........................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................................6
KODE ETIK PROFESI KEGURUAN.............................................................................6
A. Pengertian Kode Etik Guru...................................................................................6
B. Isi dan Tujuan Kode Etik Profesi Guru...............................................................7
C. Fungsi Kode Etik Profesi Guru.............................................................................9
ORGANISASI ASOSIASI KEPROFESIAN..................................................................10
D. Pengertian dan Sejarah Organisasi Asosiasi Keprofesian................................10
E. Kebijakan Pemerintah Mengenai Organisasi Asosiasi Keprofesian................14
F. Fungsi Organisasi Asosiasi Keprofesian.............................................................15
G. Program Operasional dan AD / ART / Konvensi...........................................17
BAB III.................................................................................................................................19
PENUTUP............................................................................................................................19
A. Kesimpulan...............................................................................................................19
B. Saran.........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................21

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat karunia dan
hidayahNya kepada kita semua sehingga akhirnya tugas karya tulis ini dapat
terselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa tercurah pada Nabi Muhammad SAW
beserta para pengikutnya yang setia menemani hingga akhir zaman.

Tugas makalah yang diberi judul “Kode Etik Profesi Guru dan Organisasi
Asosiasi Keprofesian” ini ialah suatu karya tulis yang terbentuk dari hasil kerja
penulis dimana tugas ini merupakan syarat dari aspek penilaian mata kuliah Etika dan
Profesi Guru.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak terlepas dari
kekurangan, terutama disebabkan oleh kurang spesifiknya informasi dan sumber yang
penulis dapatkan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
sangat penulis perlukan untuk perbaikan penulisan makalah ini.

Semoga Allah SWT selalu mencurahkan rahmat dan karunia-Nya serta


keridhoan-Nya kepada kita semua, Aamiin.

Bandung, 29 Oktober 2020

Tim Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dunia Pendidikan tidak lepas dari peran seorang guru, karena tanpa
guru siapa yang akan mengajar anak-anak di sekolah. Menjadi seorang guru
tidaklah mudah karena guru akan menjadi contoh bagi anak didiknya.Banyak
yang belum kita ketahui tentang bagaimana menjadi seorang guru. Seiring
dengan berkembangnya zaman banyak seorang guru yang melakukan hal-hal
yang tidak sepantasnya dilakukan, memberikan contoh yang tidak baik
sehingga anak didiknya meniru apa yang dilakukan oleh gurunya.
Oleh sebab itu sebagai calon guru kita harus mempelajari bagaimana
mejadi seorang guru yang baik, harus mengetahui apa pengertian profesi
keguruan dan kode etik keguruan. Sehingga nantinya kita bisa menjadi guru
yang benar-benar menggunakan profesi tersebut dengan baik sesuai dengan
aturan yang berlaku. Sebagai calon guru kita harus memiliki sikap dan
perilaku yang benar-benar mencerminkan seorang guru yang nantinya akan
menjadi contoh bagi anak didik kita.
Pendidikan dapat dipandang sebagai suatu proses pemberdayaan dan
pembudayaan individu agar mampu memenuhi kebutuhan perkembangan dan
memenuhi tuntutan sosial, kultural, serta religius dalam lingkungan
kehidupannya. Pengertian pendidikan seperti ini mengimplikasikan bahwa
upaya apapun yang dilakukan dalam konteks pendidikan terfokus pada upaya
memfasilitasi proses perkembangan individu sesuai dengan nilai agama dan
kehidupan yang dianut.
Melalui organisasi tersebut, profesi dilindungi dari kemungkinan
penyalahgunaan yang dapat membahayakan keutuhan dan kewibawaan
profesi tersebut. Kode etikpun disusun dan disepakati oleh para anggotanya.

3
Maka organisasi profesi menyerupai suatu sistem yang senantiasa
mempertahankan keadaan yang harmonis. Ia akan menolak keluar komponen
sistem yang tidak mengikuti arus atau meluruskannya. Dalam praktek
keorganisasian, anggota yang mencoba melanggar aturan main organisasi
akan diperingatkan, bahkan dipecat. Jadi dalam suatu organisasi profesi,
terdapat aturan yang jelas dan sanksi yang tegas bagi pelanggarnya.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang dipaparkan di atas, berikut adalah rumusan masalah
yang akan dibahas, yaitu:
1. Apakah pengertian kode etik guru?
2. Apakah isi dan tujuan dari kode etik profesi guru?
3. Apakah fungsi kode etik terhadap guru di Indonesia?
4. Bagaimana pengertian dan sejarah organisasi asosiasi keprofesian?
5. Bagaimana kebijakan pemerintah mengenai organisasi asosiasi
keprofesian?
6. Bagaimana fungsi dan tujuan tentang organisasi asosiasi keprofesian?
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian kode etik profesi guru
2. Untuk menjelaskan isi dan tujuan kode etik profesi guru.
3. Untuk menjelaskan bahwa adanya fungsi dari kode etik profesi guru di
Indonesia.
4. Untuk menjelaskan pengertian dan sejarah organisasi asosiasi
keprofesian.
5. Untuk menjelaskan adanya kebijakan pemerintah mengenai organisasi
asosiasi keprofesian.
6. Untuk menjelaskan bahwa adanya fungsi serta tujuan yang terkait
dengan organisasi asosiasi keprofesian.

4
5
BAB II

PEMBAHASAN

KODE ETIK PROFESI KEGURUAN


A. Pengertian Kode Etik Guru
Hornby, dkk. (1962) mendefinisikan kode etik secara leksikal sebagai
berikut: “code as collection of laws arranged in a system or system of rules
and principles that has been accepted by society or a class or group
of people”
Kode Etik Dapat diartikan pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis
dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola
aturan atau tata cara sebagai pedoman berperilaku.
Secara harfiah “kode” artinya aturan, dan “etik” artinya kesopanan
(tata susila), atau hal – hal yang berhubungan dengan kesusilaan dalam
mengerjakan suatu pekerjaan. Dalam kaitannya dengan profesi, bahwa kode
etik merupakan tata cara atau aturan yang menjadi standart kegiatan anggota
suatu profesi. Suatu kode etik menggambarkan nilai-nilai professional suatu
profesi yang diterjemahkan kedalam standaart perilaku anggotanya. Nilai
professional paling utama adalah keinginan untuk memberikan pengabdian
kepada masyarakat.
Sementara menurut Undang-undang Nomor 8 tahun 1974 Tentang
Pokok-pokok Kepegawaian. Pasal 28 menyatakan bahwa "Pegawai Negeri
Sipil mempunyai kode etik sebagai pedoman sikap, tingkah laku perbuatan di
dalam dan di luar kedinasan". Dalam Penjelasan Undang-undang tersebut
dinyatakan dengan adanya Kode Etik ini, Pegawai Negeri Sipil sebagai
aparatur negara, Abdi Negara, dan Abdi Masyarakat mempunyai pedoman
sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam melaksanakan tugasnya dan dalam
pergaulan hidup sehari-hari. Selanjutnya dalam Kode Etik Pegawai Negeri

6
Sipil itu digariskan pula prinsip-prinsip pokok tentang pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab pegawai negeri. Dari uraian ini dapat di simpulkan, bahwa
kode etik merupakan pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan di dalam
melaksanakan tugas dan dalam hidup sehari- hari.
Sedangkan pengertian kode etik guru Indonesia adalah norma dan asas
yang disepakati dan diterima oleh guru – guru Indonesia sebagai pedoman
sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas dan profesi sebagai pendidik,
anggota masyarakat, dan warga negara.

B. Isi dan Tujuan Kode Etik Profesi Guru


1. Isi Kode Etik Profesi Guru
Adapun rumusan kode etik guru yang merupakan kerangka pedoman
guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya itu sesuai
dengan hasil kongres PGRI XIII, yang terdiri dari Sembilan item
berikut:
a. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk
membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila.
b. Guru memiliki kejujuran professional dalam menerapkan
kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing
c. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh
informasi tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari
segala bentuk penyalahgunaan.
d. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara
hubungan dengan orang tua murid sebaik-baiknya bagi
kepentingan anak didik.
e. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar
sekolahnya maupun masyarakat yang lebih luas untuk
kepentingan pendidikan.
f. Guru secara sendiri dan/atau bersama-sama berusaha
mengembangkan dan meningkatkan mutu profesinya.

7
g. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antarsesama
guru baik berdasarkan lingkungan kerja maupun di dalam
hubungan keseluruhan.
h. Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan
meningkatkan mutu organisasi guru professional sebagai
sarana pengabdiannya.
i. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan
kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.
2. Tujuan Kode Etik Guru
Pada dasarnya tujuan merumuskankode etik dalam suatu
profesi adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi
profesi itu sendiri. Secara umum tujuan mengadakan kode etik adalah
sebagai berikut:
a. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi: Dalam hal ini kode
etik dapat menjaga pandangan dan kesan dari pihak luar atau
masyarakat, agar mereka jangan sampai memandang rendah
atau remes terhadap profesi akan melarang.
b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para
anggotanya.
c. Untuk meningkatkan pengabadian para anggota profesi.
d. Untuk meningkatkan mutu profesi.
e. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi
3. Ikrar Guru Indonesia
a. Kami Guru Indonesia, adalah insan pendidik Bangsa yang beriman
dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Kami Guru Indonesia, adalah pengemban dan pelaksana cita cita
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Pembela dan pengamal
Pancasila yang setia pada UUD 1945.

8
c. Kami Guru Indonesia, bertekad bulat mewujudkan tujuan nasional
dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
d. Kami Guru Indonesia, bersatu dalam wadah organisasi perjuangan
Persatuan Guru Republik Indonesia, membina persatuan dan
kesatuan Bangsa yang berwatak kekeluargaan.
e. Kami Guru Indonesia, menjungjung tinggi Kode Etik Guru
Indonesia sebagai pedoman tingkah laku profesi dalam pengabdian
terhadap Bangsa, Negara, serta kemanusiaan.
C. Fungsi Kode Etik Profesi Guru
Pada dasarnya kode etik berfungsi sebagai, perlindungan dan
pengembangan bagi profesi itu, dan sebagai pelindung bagi masyarakat
pengguna jasa pelayanan suatu profesi. Gibson and Mitchel (1995: 449),
sebagai pedoman pelaksanaan tugas profesional anggota suatu profesi dan
pedoman bagi masyarakat pengguna suatu profesi dalam meminta
pertanggungjawaban jika anggota profesi yang bertindak di luar kewajaaran.
Secara umum, fungsi kode etik guru adalah sebagai berikut:
1. Agar guru memiliki pedoman dan arah yang jelas dalam melaksanakan
tugasnya, sehingga terhindar dari penyimpangan profesi.
2. Agar guru bertanggungjawab atas profesinya.
3. Agar profesi guru terhindar dari perpecahan dan pertentangan internal.
4. Agar guru dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan.
5. Agar profesi ini membantu memecahkan masalah dan
mengembangkan diri.
6. Agar profesi ini terhindar dari campur tangan profesi lain dan
pemerintah.
Adapun fungsi kode etik guru di Indonesia yaitu dalam
peraturan tentang kode etik guru di Indonesia bagian satu pasal 2 ayat
2 dijelaskan bahwa kode etik guru Indonesia berfungsi sebagai
seperangkat prinsip dan norma moral yang melandasi pelaksanaan

9
tugas dan layanan professional guru dalam hubungannya dengan
peserta didik, orang tua/wali siswa, sekolah dan rekan seprofesi,
organisasi profesi dan pemerintah sesuai dengan nilai – nilai agama,
pendidikan, sosial, etika dan kemanusiaan. Selain itu fungsinya ialah
menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia dan bermartabat
yang dilindungi Undang – Undang.

ORGANISASI ASOSIASI KEPROFESIAN


D. Pengertian dan Sejarah Organisasi Asosiasi Keprofesian
1. Definisi Organisasi Asosiasi Keprofesian
Organisasi profesi keguruan berasal dari tiga kata, yaitu
organisasi, profesi dan keguruan (guru). Ada banyak pendapat yang
mengemukan pengertian dari organisasi, diantaranya sebagai berikut:
a. Menurut Stoner, Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan
yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan manajer
mengejar tujuan bersama.
b. Menurut James D. Mooney, Organisasi adalah bentuk setiap
perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
c. Menurut Chester I. Bernard, Organisasi merupakan suatu sistem
aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
Di samping itu, organisasi juga terbagi menjadi dua bagian
yaitu organisasi formal dan organisasi non-formal. Organisasi formal
adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang mengikatkan diri
dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta dengan hubungan kerja
yang rasional. Contoh: Perseroan terbatas, Sekolah, Negara, dan lain
sebagainya. Organisasi informal adalah kumpulan dari dua orang atau
lebih yang telibat pada suatu aktifitas serta tujuan bersama yang tidak
disadari. Contoh: Arisan ibu-ibu, belajar bersama anak-anak SD.

10
Sedangkan Profesi adalah jabatan atau pekerjaan yang
menuntut keahlian seseorang dan didapat melalui adanya proses
pendidikan. Suatu profesi erat kaitanya dengan jabatan atau pekerjaan
tertentu yang dengan sendirinya menuntut keahlian, pengetahuan, dan
ketrampilan tertentu pula. Dan Guru adalah pendidik dengan tugas
utamanya mendidik, mengajar, membimbing, melatih dan
mengevaluasi. Jabatan guru dikenal sebagai pekerjaan professional,
artinya jabatan ini memerlukan suatu keahlian khusus.
Dari kata Organisasi profesi dapat diartikan sebagai organisasi
yang anggotanya adalah para praktisi yang menetapkan diri mereka
sebagai profesi dan bergabung bersama untuk melaksanakan fungsi-
fungsi sosial yang tidak dapat mereka laksanakan dalam kapasitas
mereka sebagai individu.
Organisasi profesi merupakan suatu wadah tempat para
anggota professional tersebut menggabungkan diri dan mendapatkan
perlindungan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa organisasi profesi guru
adalah suatu wadah perkumpulan orang-orang yang memiliki suatu
keahlian khusus dalam mendidik.
2. Sejarah Singkat Organisasi Asosiasi Keprofesian
Di Indonesia, istilah organisasi sebagai suatu wadah profesi
sering digunakan istilah lain seperti ikatan, persatuan, serikat. Hal ini
dapat kita lihat berbagai penggabungan dan sebagainya. Dalam bidang
pendidikan, kita mengenal seperti Persatuan Guru Republik Indonesia
(PGRI), Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI), Ikatan Sarjana
Administrasi Pendidikan (ISAPI), Kelompok Kerja Guru (KKG).
Organisasi Profesi Keguruan di Indonesia yang pertama kali
dibentuk adalah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang
dibentuk pada tanggal 25 November 1945 dalam kongres guru
Indonesia di Surakarta.

11
PGRI sebagai organisasi professional keguruan memiliki
peranan dan tanggung jawab menjaga, memelihara, dan
mengembangkan profesi keguruan. Menjaga berarti, upaya agar
layanan pendidikan mutunya dapat dipertanggungjawabkan secara
professional. Memelihara artinya mengupayakan profesi guru dari
pencemaran nama baik. Mengembangkan artinya upaya meningkatkan
kualifikasi dan kualitas kemampuan profesional tenaga guru.
Salah satu upaya tersebut adalah dengan terbitnya surat
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor:
0854/0/1989 tentang D.II PGSD, yakni wujud nyata pemerintah untuk
meningkatkan kualifikasi profesional tenaga guru, terutama guru SD.
Dan sekarang ini pemerintah sudah memberi ancangan, bahwa mulai
tahun 2015 semua guru sekolah menengah sudah harus setaraf S-1, dan
untuk mengajar di Perguruan Tinggi minilmal harus lulusan S-2 atau
Megister.
Disadari bahwa pelaksanaan sistem pendidikan secara makro
dan mikro tidak dapat dilakukan oleh guru saja, namun juga diperlukan
tenaga-tenaga profesional dengan bidang lain, seperti ahli perencanaan
kurikulum bimbingan dan penyuluhan, teknologi pembelajaran, tenaga
peneliti yang diperlukan untuk perkembangan sistem pendidikan, oleh
karena itu organisasi profesi guru menghadapi tantangan yang cukup
berat untuk menunjukkan bahwa bidang-bidang profesi yang ada
dillingkungan guru mempunyai sumbangan untuk pengembangan
pendidikan Indonesia. Tantangan organisasi profesi ini tidak lepas dari
bagaimana usaha LPTK dalam mempersiapkan tenaga guru.
3. Bentuk, Corak, Struktur, Kedudukan, dan Keanggotaan
Bentuk organisasi para pengemban tugas keprofesian itu ternyata
cukup bervariasi dipandang dari segi derajat keeratan dan keterikatan

12
dengan/dan antar anggotanya. Dalam bidang pendidika, dapat
ditemukan berbagai bentuk keorganisasian, antara lain.
a. Persatuan (Union), antara lain; Persatuan Guru Republik
Indonesia (PGRI), Australian Education Union, Singapore
Teacher’s Union, National Union of the Teaching Profession
Malaysia, Japan Teacher’s Union.
b. Federasi (Federation), antara lain; All India Federation of
Teachers Organisations, Bangladesh Teachers’ Federation,
Federation of Elementary Education Teachers’ Association of
Thailand.
c. Aliansi (Alliance), antara lain; Alliance of Concered Teachers,
Philipina
d. Asosiasi (Association) yang terdapat di kebanyakan negara.
Ditinjau dari kategorisasi keanggotaannya juga ternyata menunjukan
corak keorganisasian yang bervariasi, seperti menurut:
a. Jenjang pendidikan dimana mereka bertugas (dasar, menengah,
dan perguruan tinggi).
b. Status penyelenggara kelembagaan pendidikan (negeri, swasta)
c. Bidang studi/keahlian (guru bahasa inggris, matematika, dsb.)
d. Gender (wanita, pria)
e. Latar belakang etnis (cina, tamil, melayu, dsb.)
Struktur dan kedudukan dipandang dari segi jangkauan wilayah
kerjanya juga ternyata beragam dan bersifat.
a. Lokal (kedaerahan, kewilayahan).
b. Nasional (negara).
c. Internasional (WCOTP, WFTU, dsb.)
Dengan demikian keragaman bentuk, corak, struktur, dan
kedudukaan dari organisasi pendidikan itu, maka status
keanggotaannya juga dengan sendirinya akan bervariasi. Organisasi

13
keprofesian yang bersifat asosiasi atau persatuan biasanya bersifat
langsung keanggotaannya dari setiap pribadi atau pengemban profesi
yang bersangkutan. Sedangkan yang sifatnya federasi atau
perserikatan, lazimnya keanggotaan cukup terbatas dari pucuk
organisasi yang bersikat saja.
E. Kebijakan Pemerintah Mengenai Organisasi Asosiasi Keprofesian
Dalam UU. No 14 Tahun 2005 pasal 7 ayat 1 disebutkan bahwa guru
harus memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur
hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Sedangkan dalam
Pasal 41 ayat 3 dipaparkan bahwa guru wajib menjadi anggota organisasi
profesi. Ini berarti setiap guru di Indonesia harus tergabung dalam suatu
organisasi yang berfungsi sebagai wadah usaha untuk membawakan misi dan
memantapkan profesi guru. Di Indonesia organisasi ini disebut dengan
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Dalam Kode Etik Guru Indonesia butir delapan disebutkan bahwa
guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. Ini makin menegaskan
bahwa setiap guru di Indonesia harus tergabung dalam PGRI dan
berkewajiban serta bertanggung jawabuntuk menjalankan, membina,
memelihara, dan memajukan PGRI sebagai organisasi profesi, baik sebagai
pengurus ataupun sebagai anggota. Hal ini dipertegas dalam dasar keenam
kode etik guru bahwa guru secara pribadi maupun bersama-sama
mengembangkan dan meningkatkan martabat profesinya. Peningkatan mutu
profesi dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti penataran, lokakarya,
pendidikan lanjutan, pendidikan dalam jabatan, studi perbandingan, dan
berbagai kegiatan akademik lainnya. Jadi kegiatan pembinaan profesi tidak
hanya terbatas pada pendidikan prajabatan atau pendidikan lanjutan di
perguruan tinggi saja, melainkan dapat juga dilakukan setelah lulus dari
pendidikan prajabatan ataupun dalam melaksanakan jabatan.

14
a. Ketentuan mengenai organisasi profesi, diatur dalam pasal 41
Undang-undang Guru sebagai berikut:
i. Guru membentuk organisasi profesi guru yang bersifat
independent
ii. Organisasi Proresi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berfungsi untuk memajukan profesi, meningkatkan
kompetensi, karier, wawasan kependidikan, perlindungan
profesi, kesejahteraan, dan pengabdian pada masyarakat.
iii. Guru wajib menjadi anggota organisasi profesi
iv. Pembentukan organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
v. Pemerintah dan/atau poemerintah daerah dapat memfasilitasi
organisasi profesi guru dalam pelaksanaan dan pengembangan
profesi guru.
vi. Dalam pasal 42 dinyatakan tentang wewenang organisasi
profesi guru sebagai berikut: (1) menetapkan dan menegakkan
kode etik guru, (2) memberikan bantuan hukum kepada guru,
(3) memberikan perlindungan profesi guru, (4) melakukan
pembinaan dan pengembangan profesi guru, dan (5)
memajukan pendidikan nasional.
F. Fungsi Organisasi Asosiasi Keprofesian
Organisasi aosiasi keprofesian memiliki fungsi dan peranan untuk
melindungi kepentingan para anggotanya, kemandirian dan kewibawaan.
Kelembagaannya secara keseluruhan (dengan membina dan meningkatkan
kode etik) juga berupaya meningkatkan dan mengembangkan karier,
kemampuan, kewenangan profesional, martabat, dan kesejahteraan para
anggotanya.

15
Untuk berkembangnya fungsi dan peran suatu profesi guru
membutuhkan pengakuan dari bidang-bidang profesi lain yang berada di
masyarakat, terutama yang wilayah bidang garapan pelayanannya sangat
mirip dan bertautan. Karena para pengemban suatu profesi sebagiannya sangat
memahami dan menyadari batas dan keunikan bidang profesinya serta
menghindari sikap arogansi (an antidote for arrogance).
Pengakuan dan penghormatan antar bidang profesi akan tercipta dan
terjamin, jika masing-masing pengemban berbagai bidang profesi mematuhi
kode etiknya. Dalam banyak hal, prinsip dasar saling menghormati antar
bidang profesi itu justru akan merupakan landasan bagi terwujudnya
kerjasama secara kesejawatan dalam menghadapi dan memecahkan berbagai
permasalahan di masyarakat yang membutuhkan pendekatan secara
interdisipliner yang inklussif interprofesi, sebagaimana halnya dijumpai
mengenai permasalahan kependidikan, kesehatan, kesejahteraan, dan
sebagainya.
Menurut Djam’an Satori (2007:4.6-4.8) Dalam rangka memberikan
bantuan kepada individu atau peserta didik, bimbingan berfungsi untuk hal-
hal berikut:
a. Fungsi pemahaman, yaitu bimbingan yang membantu siswa
agar memiliki pemahaman diri (potensi-potensi, baik kelebihan
maupun kelemahannya) dan lingkungan (fisik, sosial, budaya,
dan agama).
b. Fungsi preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya
pembimbing untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah
yang mungkin terjadi, dan berupaya untuk mencegah supaya
masalah itu tidak dialami siswa.
c. Fungsi pengemban, yaitu fungsi bimbingan yang sifatnya lebih
proaktif dari fungsi-fungsi lainnya.

16
d. Fungsi perbaikan, yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif
(penyembuhan).
Fungsi organisasi profesi keguruan:
a. Sarana komunikasi, siaturahmi dengan guru, sekaligus sebagai
pusat informasi tentang pembelajaran dan pendidikan.
b. Wadah pembinaan dan pengembangan sikap profesional guru
dan perlindungan atas haknya.
c. Mitra pemerintah dan perguruan dalam peningkatan kualitas
pembelajaran pendidikan.
d. Sebagai sarana untuk melakukan perubahan-perubahan dan
inovasi pendidikan di sekolah-sekolah ke arah yang lebih
baik.
G. Program Operasional dan AD / ART / Konvensi
Perwujudan misi, fungsi dan peranannya, organisasi keprofesian
lazimnya memiliki suatu program operasional tertentu yang disusun dan
dipertanggungjawabkan atas pelaksanaannya kepada angotanya melalui forum
resmi seperti yang diatur dalam AD/ART/Konvensi yang bersangkutan.
Selaras dengan kandungan misi, fungsi dan peranan, secara garis besar
program organisasi tersebut mencakup hal hal yang bertalian dengan.
1. Upaya upaya yang menunjang terjaminnya pelaksanaan hak dan
kewajiban para anggotannya, sesuai ketentuan yang berlaku. Termasuk
didalamnya mengenai jaminan jaminan hukum, hidup, keluarga, sosial,
hari tua dan kesejahteraan yang layak, sehingga menunaikan
kewajibannya dengan rasa aman, penuh kegairahan dan keikhlasan
kerja yang optimal.
2. Upaya upaya yang memajukan dan mengembangkan kemampuan
profesional dan karier para anggotanya, melalui berbagai kegiatan
ilmiah dan profesional, seperti: seminar, simposium, penerbitan dan
clearing house, penataran dan lokakarya, dsb.

17
3. Upaya upaya yang menunjang bagi terlaksananya hal dan kewajiban
pengguna jasa pelayanan profesional, baik kemanan maupun
kualitasnya, sebagaimana diatur dalam kode etiknya.
4. Upaya upaya yang bertalian dengan pengembangan dan pembangunan
yang relevan dengan bidang keprofesiannya. Bagi organisasi profesi
kependidikan, antara lain.
a. Turut serta dalam proses pembuatan undang undang
kependidikan, seperti pembuatan undang undang dengan
peraturan pelaksanaannya.
b. Turut dalam pengembangan kurikulum dan sistem
pendidikan.
c. Turut serta dalam penentuan standar pendidikan dan latihan
prajabatan dan jabatan profesi keguruan.
d. Dan sebagainya.
Hal hal yang bertalian dengan segala seluk beluk keorganisasian
termasuk, visi, misi, fungsi, dan peranan, serta tugas wewenang dan
tanggung jawabnya, termasuk penyelenggaraan dan program kerjanya,
seperti pokok pokonya tersebut, lazimnya diatur dalam AD/ART atau
konvensi dari organisasi keprofesian yang bersangkutan. Bagi profesi
keguruan, telaah dokumen dokumen yang relevan, antara lain
AD/ART PGRI, IPTBI, dan sebagainya.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengertian kode etik guru Indonesia adalah norma dan asas yang
disepakati dan diterima oleh guru – guru Indonesia sebagai pedoman
sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas dan profesi sebagai
pendidik, anggota masyarakat, dan warga negara.
2. Isi kode etik ialah rumusan kode etik guru yang merupakan kerangka
pedoman guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya itu
sesuai dengan hasil kongres PGRI XIII, yang terdiri dari Sembilan
item. Tujuan dari kode etik ialah merumuskan kode etik dalam suatu
profesi adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi
profesi itu sendiri.
3. Kode etik berfungsi sebagai, perlindungan dan pengembangan bagi
profesi itu, dan sebagai pelindung bagi masyarakat pengguna jasa
pelayanan suatu profesi.
4. Pengertian organisasi asosiasi keprofesian membentuk kode etik untuk
menjaga dan meningkatkan kehormatan dan martabat guru dalam

19
melaksanakan tugas profesi. Kelahiran suatu organisasi asosiasi
keprofesian tidak terlepas dari perkembangan jenis bidang pekerjaan
yang bersangkutan, karena organisasi termaksud pada dasarnya dan
lazimnya dapat terbentuk atas prakarsa dari para pengemban bidang
pekerjaan tadi.
5. Dalam UU. No 14 Tahun 2005 pasal 7 ayat 1 disebutkan bahwa guru
harus memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan
mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Sedangkan dalam Pasal 41 ayat 3 dipaparkan bahwa guru wajib
menjadi anggota organisasi profesi.
6. Fungsi organisasi asosiasi keprofesian 4; pemahaman, preventif,
pengemban, perbaikan.
B. Saran
Dari beberapa penjelasan di atas tentang pembahasan kode etik profesi
guru dan organisasi Asosiasi keprofesian dan penyusun makalah ini
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan seperti yang
diharapkan oleh para pembaca dalam khususnya pembimbing dapat menjadi
perbaikan bagi penulis untuk penulisan makalah-makalah mata kuliah
keprofesian keguruan. Oleh karena itu penulis mengharap kepada para
pembaca saran dan kritikan yang sifatnya membangun, agar selanjutnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, Haris. 2009. Organisasi Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas Islam


Negeri Syarif Hidayatullah
Gardon, Thomas dan Mudjito. 1990. Guru yang Efektif. Jakarta: CV
Rajawali.
Imron, Ali. 1996. Kebijakan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Soedijarto. 1993. Menuju Pendidikan Nasional Yang Relevan dan Bermutu.
Jakarta: Balai Pustaka.
Sukardjo dan Ukim Komarudin, 2010. Landasan Pendidikan dan Konsep
Aplikasinya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Syaefudin Saud, Udin. 2017. Pengembangan Profesi Guru. Bandung:
Alfabeta.

21

Anda mungkin juga menyukai