Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

“ ORGANISASI PROFESI DAN KODE ETIK GURU “

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Profesi Keguruan
Dosen Pengampu : Ibu Yosefin Rianita Hadiyanti, S.pd., M. Pd. dan Ibu
Fitriana Tandililing, S.pd., M. Pd.

Disusun oleh :

1. Aprilia Prasetiyas Iriani 2020011034023


2. Khusnul K.I Astuti 2020011034009

UNIVERSITAS CENDRAWASIH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Kuasa karena atas rahmat dan karunianya penulis masih diberikan
kesehatan baik jasmani dan rohani sehingga bisa menyelesaikan tugas
makalah ini tepat pada waktunya. Penulis juga mengucapkan banyak
terimakasih kepada ibu dosen yang telah memberikan tugas dari mata
kuliah Profesi Keguruan.

Dalam makalah ini penulis mencoba untuk membahas tentang


hakikat profesi keguruan terkusus yang berkaitan dengan organisasi
profesi guru dan kode etik guru. Sehingga penulis serta teman-teman
yang membacanya dapat mengetahui hal-hal yang belum kami ketahui
sebelumnya.

Sebagai penulis juga berterimakasih kepada pihak-pihak yang


membantu terselesainya tugas ini, ibu bapak, serta teman-teman yang
berpartisipasi. Terakhir kali sebagai seorang manusia yang tak luput dari
salah penulis memohon maaf jika dalam penyusunan makalah banyak
kesalahan dan kekurangannya, baik penggunaan bahasa, kesalahan
penulisan, dan kesalahan teknik lainnya, karena penulis menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis memerlukan
segenap saran dan kritik yang membangun guna memperbaiki karya-
karya penulis selanjutnya.

Jayapura , 08 Desember 2021


Penulis,

i
Tim Penyusun
Kelompok 10

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
1. Latar Belakang Masalah................................................................................................1
2. Rumusan Masalah.........................................................................................................1
3. Tujuan Masalah.............................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................3
A. Kode Etik Profesi Guru..................................................................................................3
1. Pengertian Kode Etik.............................................................................................3
2. Tujuan Kode Etik....................................................................................................3
3. Fungsi Kode Etik.....................................................................................................4
4. Kode Etik Guru Indonesia......................................................................................5
5. Upaya Mewujudkan Kode Etik Guru Indonesia....................................................12
B. Organisasi Profesi Keguruan........................................................................................12
1. Pengertian Organisasi..........................................................................................12
2. Tujuan Organisasi................................................................................................14
3. Fungsi Organisasi.................................................................................................14
4. Jenis-jenis Organisasi Keguruan di Indonesia......................................................16
BAB III....................................................................................................................................20
PENUTUPAN..........................................................................................................................20
A. Kesimpulan..................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................21

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Guru mempunyai peranan yang amat strategis dan urgen dalam keseluruhan
pendidikan. Hampir semua usaha pembaruan di bidang kurikulum dan
penerapan metode mengajar guru, pada akhirnya tergantung pada guru itu
sendiri. Guru ialah orang yang merencanakan, dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai serta membimbing peserta didik untuk meraih cita-cita
dan memiliki budi pekerti. Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh beberapa
faktor, namun yang paling utama dan dominan adalah kualitas profesional
seorang guru. Profesi guru merupakan profesi yang dapat menentukan masa
depan, maka dari itu diperlukan sosok guru dengan kualitas keprofesional yang
mempuni bukan hanya profesional dalam mendidik tetapi juga guru yang
bertanggung jawab atas tindakan, etika, dan menjunjung tinggi martabat
profesinya Oleh karena itu kami tim lima akan berusaha memamparkan materi
yang berkaitan dengan organisasi profesi dan kode etik guru.

2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian, tujuan, fungsi dari kode etik?
2. Bagaimana kode etik guru Indonesia dan upaya mewujudkannya ?
3. Apa itu pengertian dan fungsi organisasi keguruan?
4. Sebutkan jenis-jenis organisasi profesi keguruan di Indonesia?

3. Tujuan Masalah
Adapun tujuan masalah antara-lain sebagai berikut :
1. Mengetahui dan memahami pengertian, tujuan, fungsi dari kode etik.
2. Mengetahui kode etik guru Indonesia dan upaya mewujudkannya.

1
3. Mengetahui pengertian dan fungsi organisasi keguruan.
4. Mengetahui jenis-jenis organisasi profesi keguruan di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kode Etik Profesi Guru


1. Pengertian Kode Etik
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu kata “ethos” yang berarti suatu
kehendak atau kebiasaan baik yang tetap. Menurut kamus besar bahasa
Indonesia etika/moral adalah ajaran tentang baik dan buruk mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya. Kesimpulannya etika adalah
ajaran yang baik dan buruk tentang perbuatan dan tingkah laku yang
dibatasi oleh norma-norma tertentu.

Kalau istilah “kode etik” itu dikaji, maka terdiri dari dua kata, yakni
“kode” dan “etik”, kode artinya tanda yang disetujui dengan maksud
tertentu. Sementara “etik” berasal dari bahasa Yunani, “Ethos” yang
berarti watak, adab, atau cara hidup. Dan etik biasanya dipakai untuk
pengkajian sistem nilai-nilai. Maka dari itu dapat disimpulkan kode etik
guru adalah ketentuan yang mengikat semua sikap dan perbuatan guru
(Djamarah, 2000 : 49).

Sebagai landasan dan standar perlaku guru, kode etik profesi guru
secara umum bertujuan untuk memposisikan guru sebagai suatu profesi
yang terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindungi undang-undang.

2. Tujuan Kode Etik


Menurut Hermawan (1979) tujuan kode etik adalah sebagai berikut :
a. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi

3
Dalam hal ini kode etik dapat menjaga pandangan dari pihak luar atau
masyarakat, agar jangan sampai di pandang rendah remeh terhadap
profesi yang bersangkutan.
b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan
Yang dimaksud dengan kesejahteraan itu mencakup kesejahteraan
batin (spritual atau mental). Dalam hal kesejahteraan para anggota
profesi kode etik memuat larangan-larangan terhadap perbuatan-
perbuatan yang dapat merugikan para anggotanya, seperti membatasi
tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur bagi para anggota
profesi dalam berinteraksi dengan sesama rekan profesi.
c. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
Dalam hal ini bertujuan agar para anggota profesi dapat dengan
mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdiannya dalam
melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, kode etik merumuskan
ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan para anggota profesi
dalam menjalankan tugasnya.
d. Meningkatkan mutu profesi
Untuk meningkatkan mutu profesi kode etik juga memuat norma-
norma dan anjuran agar para anggota profesi dapat meningkatkan
mutu pengabdiannya.
e. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi
Diwajibkan kepada setiap anggota secara aktif berpartisipasi dalam
membina organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan yang dirancang
organisasi.

3. Fungsi Kode Etik


Pada dasarnya kode etik memiliki fungsi ganda yaitu sebagai
perlindungan dan pengembangan bagi profesi. Berikut fungsi kode etik
menurut beberapa ahli :

4
a. Gibson dan Michel (1945 : 449) yang lebih mementingkan pada kode
etik sebagai pedoman pelaksanaan tugas profesional dan pedoman
bagi masyarakat sebagai seorang profesional.
b. Biggs dan Blocher (1986 : 10) mengemukakan tiga fungsi kode etik
yaitu
1. Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah.
2. Mencegah terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi.
3. Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi.
c. Oteng Sutisna (1986 : 364) bahwa pentingnya kode etik guru dengan
teman kerjanya difungsikan sebagai penghubung serta saling
mendukung dalam bidang mensukseskan misi dalam mendidik
peserta didik.
d. Sutan Zahir dan Syahmiar Syahrun (1992) mengemukakan empat
fungsi kode etik guru bagi guru itu sendiri, antara lain :
1. Agar guru terhindar dari penyimpangan tugas yang menjadi
tanggung jawabnya.
2. Untuk mengatur hubungan guru dengan murid, teman sekerja,
masyarakat dan pemerintah.
3. Sebagai pegangan dan pedoman tingkah laku guru agar lebih
bertanggung jawab pada profesinya.
4. Pemberi arah dan petunjuk yang benar kepada mereka yang
menggunakan profesinya dalam melaksanakan tugas.

4. Kode Etik Guru Indonesia


Rekomendasi UNESCO/ILO tahun 1996 membicarakan Status of
Teacher belum merumuskan kode etik tetapi membicarakan tentang
kedudukan guru. Kedudukan guru merupakan kebulatan tekad dan
pengabdian guru Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bangsa dan
negara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta partisipasi dalam

5
pembangunan bangsa melalui jabatannya. Penegakan moral, etika dalam
jabatan guru merupakan suatu pekerjaan yang berat.
Oleh sebab itu pada Kongres PGRI XIII yang diselenggarakan 21 s.d 25
November 1973 di Jakarta, menetapkan kode etik Indonesia. Rumusan
Kode etik guru Indonesia Tahun 1973 di Jakarta, terdiri dari sembilan
item, yaitu :
a. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk
manusia pembagunan yang ber-Pancasila.
b. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum
sesuai kebutuhan anak didik masing-masing.
c. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh infomasi
tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk
penyalahgunaan.
d. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara
hubungan dengan orang tua anak didik sebaik-baiknya bagi
kepentingan anak didik.
e. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar
sekolahnya maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan
pendidikan.
f. Guru sendiri atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan
meningkatkan mutu profesinya.
g. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antar sesama guru,
baik berdasarkan lingkungan kerja maupun dalam hubungan
keseluruhan.
h. Guru secara hukum bersama-sama memelihara, membina, dan
meningkatkan mutu organisasi guru profesional sebagai
pengabdiannya.
i. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang pendidikan.

6
Kode etik yang disusun tahun 1973 disempurnakan lagi pada Kongres
XX PGRI tahun 2008 di Palembang dan dijabarkan menjadi 69 butir.
Kemudian pada Kongres XXI PGRI 2013 di Jakarta kode etik guru
disempurnakan lagi yang disesuaikan dengan kebutuhan yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku sekarang
adalah sebagai berikut:
Kode Etik Guru Indonesia
Pembukaan
Guru sebagai pendidik adalah jabatan profesi yang mulia. Oleh sebab
itu, moralitas guru harus senantiasa terjaga karena martabat dan
kemuliaan sebagai unsur dasar moralitas guru itu terletak pada
keunggulan perilaku, akal budi, dan pengabdiannya.
Guru merupakan pengembangan tugas kemanusiaan dengan
mengutamakan kebajikan dan mencegah manusia dari kehinaan serta
kemungkaran dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan
membangun watak serta budaya, yang mengantarkan bangsa bangsa
Indonesia pada kehidupan masyarakat yang maju, adil, dan makmur,
serta beradab berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Guru di tuntut untuk menjalankan profesinya dengan ketulusan hati
dan menggunakan keandalan kompetensi sebagai sumber daya dalam
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Yaitu berkembangnya potensi
peserta didik menjadi manusia utuh yang beriman dan bertakwa serta
menjadi warga negara yang baik, demokratis, dan bertanggung jawab.
Pelaksanaan tugas guru Indonesia terwujud dan menyatu dalam
prinsip “ ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri
handayani”.
Untuk itu sebagai pedoman perilaku guru Indonesia dalam
melaksanakan tugas keprofesional perlu ditetapkan Kode Etik Guru
Indonesia.

7
BAGIAN SATU
Kewajiban Umum
Pasal 1
1. Menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan sumpah/janji
guru.
2. Melaksanakan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

BAGIAN DUA
Kewajiban Guru terhadap Peserta Didik
Pasal 2
1. Bertindak prefessional dalam melaksankan tugas mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, dan
mengevaluasi proses dan hasil belajar peserta didik.
2. Memberikan layanan pembelajaran berdasarkan karakteristik
individual serta tahapan tumbuh kembang kejiwaan peserta
didik.
3. Mengembangkan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan.
4. Menghormati martabat dan hak-hak serta memperlakukan
peserta didik secara adil dan objektif.
5. Melindungi Peserta didik dari segala tindakan yang dapat
mengganggu perkembangan, proses belajar, kesehatan, dan
keamanan bagi peserta didik.
6. Menjaga kerahasiaan pribadi peserta didik, kecuali dengan alasan
yang dibenarkan berdasarkan hukum, kepentingan pendidikan,
kesehatan, dan kemanusiaan.

8
7. Menjaga hubungan profesional dengan peserta didik dan tidak
memanfaatkan untuk keuntungan pribadi dan/atau kelompok
dan tidak melanggar norma yang berlaku.

BAGIAN TIGA
Kewajiban Guru terhadap Orang Tua/Wali Peserta Didik
Pasal 3
1. Menghormati hak orang tua/wali peserta didik untuk
berkonsultasi dan memberikan informasi secara jujur dan objektif
mengenai kondisi dan perkembangan belajar peserta didik.
2. Membina hubungan kerja sama dengan orang tua/wali peserta
didik dalam melaksankan proses pendidikan untuk peningkatan
mutu pendidikan.
3. Menjaga hubungan profesional dengan orang tua/wali peserta
didik dan tidak memanfaatkan untuk memperoleh keuntungan
pribadi.

BAGIAN EMPAT
Kewajiban Guru terhadap Masyarakat
Pasal 4
1. Menjalin komunikasi yang efektif dan kerja sama harmonis
dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan
pendidikan.
2. Mengakomodasi aspirasi dan keinginan masyarakat dalam
pengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan.
3. Bersikap responsif terhadap perubahan yang terjadi dalam
masyarakat dengan mengindahkan norma dan sistem nilai yang
berlaku.

9
4. Bersama-sama dengan masyarakat berperan aktif untuk
menciptakan lingkungan sekolah kondusif.
5. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat, serta menjadi
panutan bagi masyarakat.

BAGIAN LIMA
Kewajiban Guru terhadap Teman Sejawat
Pasal 5
1. Membangun suasana kekeluargaan, solidaritas, dan saling
menghormati antarteman sejawat di dalam maupun di luar
satuan pendidikan.
2. Saling berbagi ilmu pengetahuan, teknologi, seni, keterampilan,
dan pengalaman, serta saling memotivasi untuk meningkatkan
profesionalitas dan martabat guru.
3. Menjaga kehormatan dan rahasia pribadi teman sejawat.
4. Menghindari tindakan yang berpotensi mencipatakan konflik
antarteman sejawat.

BAGIAN ENAM
Kewajiban Guru terhadap Profesi
Pasal 6
1. Menjunjung tinggi jabatan guru sebagai profesi.
2. Mengembangkan profesionalisme secara berkelanjutan sesuai
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan
mutu pendidikan.
3. Melakukan tindakan dan atau mengeluarkan pendapat yang tidak
merendahkan martabat profesi.

10
4. Dalam melaksanakan tugas tidak menerima janji dan pemberian
yang dapat mempengaruhi keputusan atau tugas keprofesian.
5. Melaksanakan tugas secara bertanggung jawab terhadap
kebijakan pendidikan.

BAGIAN TUJUH
Kewajiban Guru terhadap Organisasi Profesi
Pasal 7
1. Menaati peraturan dan berperan aktif dalam melaksanakan
program organisasi profesi.
2. Mengembangkan dan memajukan organisasi profesi.
3. Mengembangkan organisasi profesi untuk menjadikan pusat
peningkatan profesionalitas guru dan pusat informasi tentang
pengembangan pendidikan.
4. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat organisasi profesi.
5. Melakukan tindakan dan/atau mengeluarkan pendapat yang
tidak merendahkan martabat profesi.

BAGIAN DELAPAN
Kewajiban Guru terhadap Pemerintah
Pasal 8
1. Berperan serta menjaga persatuan dan kesatuan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara dalam wadah NKRI
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
2. Berperan serta dalam melaksanakan program pembangunan
pendidikan.
3. Melaksanakan ketentuan yang ditetapkan pemerintah.

11
5. Upaya Mewujudkan Kode Etik Guru Indonesia
Dalam upaya mewujudkkan kode etik guru Indonesia perlu
memerhatikan sejumlah faktor yang hingga saat ini masih dirasakan
sebagai kendala. Faktor-faktor tersebut adalah:
a. Kualitas pribadi guru.
b. Pendidikan guru.
c. Sarana dan prasarana pendidikan.
d. Kedudukan, karier dan kesejahteraan guru.
e. Kebijakan pemerintah.

B. Organisasi Profesi Keguruan


1. Pengertian Organisasi
Organisasi profesi keguruan berasal dari tiga kata, yaitu organisasi,
profesi dan keguruan. Ada banyak pendapat yang mengemukakan
pengertian dari organisasi, diantaranya sebagai berikut:
a. Organisasi Menurut Stoner
Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana
orang-orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama
(Pidarta, 2007: 291). Pengertian ini menekankan organisasi sebagai
suatu sistem untuk mencapai tujuan bersama. Sebagai suatu sistem
maka orang yang berada di dalamnya memiliki peran dan fungsi yang
berbeda dan membentuk satu kesatuan yang utuh dalam mencapai
tujuan bersama.
b. Organisasi Menurut James D. Mooney
Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai
tujuan bersama (Pidarta, 2007: 291). Pengertian ini menekankan pada
fungsi organisasi sebagai perkumpulan. Sebagai perkumpulan inti dari
organisasi dalam pengertian ini adalah komunikasi dan pola hubungan
yang dibangun antara orang-orang dalam perserikatan/perkumpulan.

12
c. Organisasi Menurut Chester I. Bernard
Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan
oleh dua orang atau lebih (Pidarta, 2007: 291). Pengertian ini menitik
beratkan pada kerjasama antar anggota profesi. Pola kerja sistemik
yang diidentifikasi sebagai aktivitas profesi menjadi inti dari definisi ini,
sehingga organisasi merupakan entitas sistemik yang menjalankan
aktivitas yang telah disepakati antar anggota organisasi.
Profesi adalah jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian
seseorang dan didapat melalui adanya proses pendidikan. Dan Guru
adalah pendidik dengan tugas utamanya mendidik, mengajar,
membimbing, melatih dan mengevaluasi. Dari kata Organisasi profesi
dapat diartikan sebagai organisasi yang anggotanya adalah para praktisi
yang menetapkan diri mereka sebagai profesi dan bergabung bersama
untuk melaksanakan fungsi-fungsi sosial yang tidak dapat mereka
laksanakan dalam kapasitas sebagai sebagai individu.
Organisasi profesi adalah suatu wadah perkumpulan orang-orang yang
memiliki suatu keahlian khusus yang merupakan ciri khas dari bidang
keahlian tertentu. Dikatakan ciri khas oleh karena bidang tersebut
diperoleh bukan secara kebetulan oleh sembarang orang, tetapi
diperoleh melalui suatu jalur khusus. Dalam prakteknya sebagai
pekerjaan profesional yang melayani masyarakat tentunya memerlukan
satu wadah organisasi yang anggotanya adalah orang–orang yang
memiliki pekerjaan atau keahlian yang sejenis.
Organisasi profesi keguruan adalah wadah yang berfungsi sebagai
penampungan dan penyelesaian masalah yang dihadapi yang berkaitan
dengan pendidikan dan diselesaikan secara bersama. Sebagai suatu
organisasi, organisasi profesi keguruan mempunyai suatu sistem yang
senatiasa mempertahankan keadaan yang harmonis. Ia akan menolak
komponen sistem yang tidak mengikuti atau meluruskannya. Dalam

13
praktek keorganisasian, anggota yang mencoba melanggar aturan main
organisasi akan diperingatkan, bahkan dipecat.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi profesi
keguruan adalah sebuah wadah perkumpulan orang-orang yang memiliki
suatu keahlian dan keterampilan mendidik yang dipersiapkan melalui
proses pendidikan dan latihan yang relatif lama, serta dilakukan dalam
lembaga tertentu yang dapat dipertanggung jawabkan (Wau, 2014: 44).

2. Tujuan Organisasi
Salah satu tujuan organisasi ini adalah mempertinggi kesadaran sikap,
mutu dan kegiatan profesi guru serta meningkatkan kesejahteraan guru.
Sebagaimana dijelaskan dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61, ada lima
misi dan tujuan organisasi kependidikan, yaitu: meningkatkan dan/atau
mengembangkan (1) karier, (2) kemampuan, (3) kewenangan profesional,
(4) martabat, dan (5) kesejahteraan seluruh tenaga kependidikan.
Sedangkan visinya secara umum ialah terwujudnya tenaga kependidikan
yang profesional (Pidarta, 2007: 292). Selain itu organisasi profesi guru
juga mempunyai kewenangan sebagai berikut:
a. Menatapkan dan menegakkan kode etik guru..
b. Memberikan bantuan hukum kepada guru.
c. Memberikan perlindungan profesi guru.
d. Melakukan pembinaan dan pengembangan profesi guru.
e. Memajukan pendidikan nasional.

3. Fungsi Organisasi
Organisasi profesi keguruan berfungsi sebagai pemersatu seluruh
anggota profesi dalam kiprahnya menjalankan tugas keprofesiannya, dan
memiliki fungsi peningkatan kemampuan profesional profesi ini. Kedua
fungsi tersebut dapat diuraikan berikut ini:

14
a. Fungsi Pemersatu
Kelahiran suatu organisasi profesi tidak terlepas dari motif yang
mendasarinya yaitu dorongan yang menggerakkan para profesional
untuk membentuk suatu organisasi profesi. Motif tersebut begitu
bervariasi, ada yang bersifat sosial, politik ekonomi, kultural
(kebudayaan), dan falsafah (gagasan) tentang sistem nilai. Motif
terbagi menjadi dua yakni motif intrinsik dan motif ekstrinsik. Secara
intrinsik, para profesional terdorong oleh keinginannya mendapat
kehidupan yang layak, sesuai dengan tugas profesi yang diembannya.
Namun secara ekstrinsik mereka terdorong oleh tuntutan masyarakat
pengguna jasa suatu profesi yang semakin hari semakin kompleks
(rumit). Kedua motif tersebut sekaligus merupakan tantangan bagi
pengemban suatu profesi, yang secara teoritis sangat sulit dihadapi
dan diselesaikan secara individual (Soetjipto dan Kusasi, 2009: 58).
b. Fungsi Peningkatan Kemampuan Profesional
Yaitu meningkatkan kemampuan profesional pengemban profesi
kependidikan ini. Fungsi ini secara jelas tertuang dalam PP No. 38
tahun 1992, pasal 61 yang berbunyi: Tenaga kependidikan dapat
membentuk ikatan profesi sebagai wadah untuk meningkatkan dan
mengembangkan karier, kemampuan, kewenangan profesional,
martabat, dan kesejahteraan tenaga kependidikan. Bahkan dalam
UUSPN tahun 1989, pasal 31 ; ayat 4 dinyatakan bahwa tenaga
kependidikan berkewajiban untuk berusaha mengembangkan
kemampuan profesionalnya sesuai dengan perkembangan tuntutan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembangunan bangsa
(Soetjipto dan Kusasi, 2009: 58).
4. Jenis-jenis Organisasi Keguruan di Indonesia
a. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)

15
PGRI lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Cikal bakal organisasi PGRI adalah diawali
dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) tahun 1912,
kemudian berubah nama menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI)
tahun 1932 (Pidarta, 2007: 298).
Tujuan utama pendirian PGRI adalah:
1. Membela dan mempertahankan Republik Indonesia (organisasi
perjuangan).
2. Memajukan pendidikan seluruh rakyat berdasar kerakyatan
(organisasi profesi). Pendirian PGRI sama dengan EI: “education as
public service, not commodity”.
3. Membela dan memperjuangkan nasib guru khususnya dan nasib
buruh pada umumnya (organisasi ketenagakerjaan).
Makna dari terwujudnya PGRI sebagai Organisasi Profesi:
1. Wahana memperjuangkan peningkatan kualifikasi dan kompetensi
bagi guru.
2. Wahana mempertinggi kesadaran dan sikap guru dan tenaga
kependidikan dalam meningkatkan mutu profesi dan pelayanan
kepada masyarakat.
3. Wahana menegakkan dan melaksanakan kode etik dan ikrar guru
Indonesia.
4. Wahana untuk melakukan evaluasi pelaksanaan sertifikasi, lisensi,
dan akreditasi bagi pengukuhan kompetensi profesi guru.
5. Wahana pembinaan bagi Himpunan Profesi dan Keahlian Sejenis di
bidang pendidikan yang menyatakan diri bergabung atau bermitra
dengan PGRI.
6. Wahana untuk mempersatukan semua guru dan tenaga
kependidikan di semua jenis, jenjang, dan satuan pendidikan guna

16
mneningkatkan pengabdian dan peran serta dalam pembangunan
nasional.
7. Wahana untuk mewujudkan pengabdian secara nyata melalui
anak lembaga dan badan khusus.
8. Wahana untuk mengadakan hubungan kerjasama dengan
lembaga-lembaga pendidikan, organisasi yang bergerak dalam
bidang pendidikan, dan atau organisasi kemasyarakatan umumnya
dalam rangka peningkatan mutu pendidikan dan kebudayaan
(Pidarta, 2007: 298-299).

b. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)


MGMP merupakan suatu wadah asosiasi atau perkumpulan bagi
guru mata pelajaran yang berada di suatu sanggar atau
kabupaten/kota yang berfungsi sebagai sarana untuk saling
berkomunikasi, belajar dan bertukar pikiran dan pengalaman dalam
rangka meningkatkan kinerja guru sebagai praktisi atau perilaku
perubahan reorientasi pembelajaran di kelas (Depdiknas, 2004:1).
Tujuan MGMP menurut pedoman MGMP adalah:
1. Tujuan umum
Tujuan MGMP adalah untuk mengembangkan kreativitas dan
inovasi dalam meningkatkan profesionalisme guru (Hasanah:
2012: 29).
2. Tujuan Khusus
Memperluas wawasan dan pengetahuan guru mata pelajaran
dalam upaya mewujudkan pembelajaran yang efektif dan efisien.
Mengembangkan kultur kelas yang kondusif sebagai tempat
proses pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan, dan
mencerdaskan siswa. Membangun kerjasama dengan masyarakat

17
sebagai mitra guru dalam melaksanakan proses pembelajaran
(Hasanah: 2012: 29).

c. Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)


ISPI lahir pada pertengahan tahun 1960-an. Pada awalnya
organisasi profesi kependidikan ini bersifat regional karena berbagai
hal menyangkut komunikasi antaranggotanya. Keadaan seperti ini
berlangsung cukup lama sampai kongresnya yang pertama di Jakarta
17-19 Mei 1984. Kongres tersebut menghasilkan tujuh rumusan
tujuan ISPI, yaitu:
1. Menghimpun para sarjana pendidikan dari berbagai spesialisasi di
seluruh Indonesia.
2. Meningkatkan sikap dan kemampuan profesional para angotanya;
3. Membina serta mengembangkan ilmu, seni dan teknologi
pendidikan dalam rangka membantu pemerintah mensukseskan
pembangunan bangsa dan negara;
4. Mengembangkan dan menyebarkan gagasan-gagasan baru dan
dalam bidang ilmu, seni, dan teknologi pndidikan;
5. Melindungi dan memperjuangkan kepentingan profesional para
anggota;
6. Meningkatkan komunikasi antaranggota dari berbagai spesialisasi
pendidikan dan;
7. Menyelenggarakan komunikasi antarorganisasi yang relevan
(Satory dkk, 2009: 74).
Pada perjalanannya ISPI tergabung dalam Forum Organisasi
Profesi Ilmiah (FOPI) yang terlealisasikan dalam bentuk himpunan-
himpunan. Yang telah ada himpunannya antara lain Himpunan
Sarjana Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial Indonesia (HISPIPSI), Himpunan
Sarjana Pendidikan Ilmu Alam, Asosiasi Guru Sejarah Indonesia

18
(AGSI), Asosiasi Guru Ekonomi Indonesia (AGEI), Asosiasi Guru IPS
seluruh Indonesia (AGIPSI), dan asosiasi guru bidang studi lainnya.

d. Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI)


IPBI didirikan di Malang pada tanggal 17 Desember 1975.
Organisasi profesi kependidikan yang bersifat keilmuan dan
profesioal ini berhasrat memberikan sumbangan dan ikut serta
secara lebih nyata dan positif dalam menunaikan kewajiban dan
tanggung jawabnya sebagai guru pembimbing. Organisasi ini
merupakan himpunan para petugas bimbingan se-Indonesia dan
bertujuan mengembangkan serta memajukan bimbingan sebagai
ilmu dan profesi dalam rangka peningkatan mutu layanannya (Satory
dkk, 2009: 74). Secara rinci tujuan didirikannya Ikatan Petugas
Bimbingan Indonesia (IPBI) adalah sebagai berikut ini:
1. Menghimpun para petugas di bidang bimbingan dalam wadah
organisasi.
2. Mengidentifikasi dan mengiventarisasi tenaga ahli, keahlian dan
keterampilan, teknik, alat dan fasilitas yang telah dikembangkan di
Indonesia di bidang bimbingan, dengan demikian dimungkinkan
pemanfaatan tenaga ahli dan keahlian tersebut dengan sebaik-
baiknya.
3. Meningatkan mutu profesi bimbingan, dalam hal ini meliputi
peningkatan profesi dan tenaga ahli, tenaga pelaksana, ilmu
bimbingan sebagai disiplin, maupun program layanan bimbingan.

19
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan bab sebelumnya penulis dapat menyimpulkan
bahwa :
a. Kode etik guru adalah ketentuan yang mengikat semua sikap dan
perbuatan guru. Kode etik yang disusun tahun 1973 disempurnakan lagi
pada Kongres XX PGRI tahun 2008 di Palembang dan dijabarkan menjadi 69
butir. Kemudian pada Kongres XXI PGRI 2013 di Jakarta kode etik guru
disempurnakan lagi yang disesuaikan dengan kebutuhan yang berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku sekarang.
b. Organisasi profesi keguruan adalah sebuah wadah perkumpulan orang-
orang yang memiliki suatu keahlian dan keterampilan mendidik yang
dipersiapkan melalui proses pendidikan dan latihan yang relatif lama, serta
dilakukan dalam lembaga tertentu yang dapat dipertanggung jawabkan
(Wau, 2014: 44).

20
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Syarwani dan Zahruddin Hodsay. 2020.Profesi Kependidikan dan Keguruan.


Yogyakarta: Deepublish (Grup Penerbit CV Budi Utama). Tersedia dari Profesi
Kependidikan Dan Keguruan - Syarwani Ahmad, Zahruddin Hodsay - Google Buku.
(diakses tanggal 17 September 2021).

Susanto, Heri. 2020. Profesi Keguruan. Banjarmasin: Program Studi Pendidikan Sejarah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat.
http://eprints.ulm.ac.id/9060/2/3.2.%20Buku%20Profesi%20Keguruan%20%28Sudah
%20Edit%29.pdf. (diakses tanggal 17 September 2021)

21

Anda mungkin juga menyukai