Disusun oleh :
UNIVERSITAS CENDRAWASIH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
i
Tim Penyusun
Kelompok 10
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
1. Latar Belakang Masalah................................................................................................1
2. Rumusan Masalah.........................................................................................................1
3. Tujuan Masalah.............................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................3
A. Kode Etik Profesi Guru..................................................................................................3
1. Pengertian Kode Etik.............................................................................................3
2. Tujuan Kode Etik....................................................................................................3
3. Fungsi Kode Etik.....................................................................................................4
4. Kode Etik Guru Indonesia......................................................................................5
5. Upaya Mewujudkan Kode Etik Guru Indonesia....................................................12
B. Organisasi Profesi Keguruan........................................................................................12
1. Pengertian Organisasi..........................................................................................12
2. Tujuan Organisasi................................................................................................14
3. Fungsi Organisasi.................................................................................................14
4. Jenis-jenis Organisasi Keguruan di Indonesia......................................................16
BAB III....................................................................................................................................20
PENUTUPAN..........................................................................................................................20
A. Kesimpulan..................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................21
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian, tujuan, fungsi dari kode etik?
2. Bagaimana kode etik guru Indonesia dan upaya mewujudkannya ?
3. Apa itu pengertian dan fungsi organisasi keguruan?
4. Sebutkan jenis-jenis organisasi profesi keguruan di Indonesia?
3. Tujuan Masalah
Adapun tujuan masalah antara-lain sebagai berikut :
1. Mengetahui dan memahami pengertian, tujuan, fungsi dari kode etik.
2. Mengetahui kode etik guru Indonesia dan upaya mewujudkannya.
1
3. Mengetahui pengertian dan fungsi organisasi keguruan.
4. Mengetahui jenis-jenis organisasi profesi keguruan di Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kalau istilah “kode etik” itu dikaji, maka terdiri dari dua kata, yakni
“kode” dan “etik”, kode artinya tanda yang disetujui dengan maksud
tertentu. Sementara “etik” berasal dari bahasa Yunani, “Ethos” yang
berarti watak, adab, atau cara hidup. Dan etik biasanya dipakai untuk
pengkajian sistem nilai-nilai. Maka dari itu dapat disimpulkan kode etik
guru adalah ketentuan yang mengikat semua sikap dan perbuatan guru
(Djamarah, 2000 : 49).
Sebagai landasan dan standar perlaku guru, kode etik profesi guru
secara umum bertujuan untuk memposisikan guru sebagai suatu profesi
yang terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindungi undang-undang.
3
Dalam hal ini kode etik dapat menjaga pandangan dari pihak luar atau
masyarakat, agar jangan sampai di pandang rendah remeh terhadap
profesi yang bersangkutan.
b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan
Yang dimaksud dengan kesejahteraan itu mencakup kesejahteraan
batin (spritual atau mental). Dalam hal kesejahteraan para anggota
profesi kode etik memuat larangan-larangan terhadap perbuatan-
perbuatan yang dapat merugikan para anggotanya, seperti membatasi
tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur bagi para anggota
profesi dalam berinteraksi dengan sesama rekan profesi.
c. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
Dalam hal ini bertujuan agar para anggota profesi dapat dengan
mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdiannya dalam
melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, kode etik merumuskan
ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan para anggota profesi
dalam menjalankan tugasnya.
d. Meningkatkan mutu profesi
Untuk meningkatkan mutu profesi kode etik juga memuat norma-
norma dan anjuran agar para anggota profesi dapat meningkatkan
mutu pengabdiannya.
e. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi
Diwajibkan kepada setiap anggota secara aktif berpartisipasi dalam
membina organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan yang dirancang
organisasi.
4
a. Gibson dan Michel (1945 : 449) yang lebih mementingkan pada kode
etik sebagai pedoman pelaksanaan tugas profesional dan pedoman
bagi masyarakat sebagai seorang profesional.
b. Biggs dan Blocher (1986 : 10) mengemukakan tiga fungsi kode etik
yaitu
1. Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah.
2. Mencegah terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi.
3. Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi.
c. Oteng Sutisna (1986 : 364) bahwa pentingnya kode etik guru dengan
teman kerjanya difungsikan sebagai penghubung serta saling
mendukung dalam bidang mensukseskan misi dalam mendidik
peserta didik.
d. Sutan Zahir dan Syahmiar Syahrun (1992) mengemukakan empat
fungsi kode etik guru bagi guru itu sendiri, antara lain :
1. Agar guru terhindar dari penyimpangan tugas yang menjadi
tanggung jawabnya.
2. Untuk mengatur hubungan guru dengan murid, teman sekerja,
masyarakat dan pemerintah.
3. Sebagai pegangan dan pedoman tingkah laku guru agar lebih
bertanggung jawab pada profesinya.
4. Pemberi arah dan petunjuk yang benar kepada mereka yang
menggunakan profesinya dalam melaksanakan tugas.
5
pembangunan bangsa melalui jabatannya. Penegakan moral, etika dalam
jabatan guru merupakan suatu pekerjaan yang berat.
Oleh sebab itu pada Kongres PGRI XIII yang diselenggarakan 21 s.d 25
November 1973 di Jakarta, menetapkan kode etik Indonesia. Rumusan
Kode etik guru Indonesia Tahun 1973 di Jakarta, terdiri dari sembilan
item, yaitu :
a. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk
manusia pembagunan yang ber-Pancasila.
b. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum
sesuai kebutuhan anak didik masing-masing.
c. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh infomasi
tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk
penyalahgunaan.
d. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara
hubungan dengan orang tua anak didik sebaik-baiknya bagi
kepentingan anak didik.
e. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar
sekolahnya maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan
pendidikan.
f. Guru sendiri atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan
meningkatkan mutu profesinya.
g. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antar sesama guru,
baik berdasarkan lingkungan kerja maupun dalam hubungan
keseluruhan.
h. Guru secara hukum bersama-sama memelihara, membina, dan
meningkatkan mutu organisasi guru profesional sebagai
pengabdiannya.
i. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang pendidikan.
6
Kode etik yang disusun tahun 1973 disempurnakan lagi pada Kongres
XX PGRI tahun 2008 di Palembang dan dijabarkan menjadi 69 butir.
Kemudian pada Kongres XXI PGRI 2013 di Jakarta kode etik guru
disempurnakan lagi yang disesuaikan dengan kebutuhan yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku sekarang
adalah sebagai berikut:
Kode Etik Guru Indonesia
Pembukaan
Guru sebagai pendidik adalah jabatan profesi yang mulia. Oleh sebab
itu, moralitas guru harus senantiasa terjaga karena martabat dan
kemuliaan sebagai unsur dasar moralitas guru itu terletak pada
keunggulan perilaku, akal budi, dan pengabdiannya.
Guru merupakan pengembangan tugas kemanusiaan dengan
mengutamakan kebajikan dan mencegah manusia dari kehinaan serta
kemungkaran dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan
membangun watak serta budaya, yang mengantarkan bangsa bangsa
Indonesia pada kehidupan masyarakat yang maju, adil, dan makmur,
serta beradab berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Guru di tuntut untuk menjalankan profesinya dengan ketulusan hati
dan menggunakan keandalan kompetensi sebagai sumber daya dalam
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Yaitu berkembangnya potensi
peserta didik menjadi manusia utuh yang beriman dan bertakwa serta
menjadi warga negara yang baik, demokratis, dan bertanggung jawab.
Pelaksanaan tugas guru Indonesia terwujud dan menyatu dalam
prinsip “ ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri
handayani”.
Untuk itu sebagai pedoman perilaku guru Indonesia dalam
melaksanakan tugas keprofesional perlu ditetapkan Kode Etik Guru
Indonesia.
7
BAGIAN SATU
Kewajiban Umum
Pasal 1
1. Menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan sumpah/janji
guru.
2. Melaksanakan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
BAGIAN DUA
Kewajiban Guru terhadap Peserta Didik
Pasal 2
1. Bertindak prefessional dalam melaksankan tugas mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, dan
mengevaluasi proses dan hasil belajar peserta didik.
2. Memberikan layanan pembelajaran berdasarkan karakteristik
individual serta tahapan tumbuh kembang kejiwaan peserta
didik.
3. Mengembangkan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan.
4. Menghormati martabat dan hak-hak serta memperlakukan
peserta didik secara adil dan objektif.
5. Melindungi Peserta didik dari segala tindakan yang dapat
mengganggu perkembangan, proses belajar, kesehatan, dan
keamanan bagi peserta didik.
6. Menjaga kerahasiaan pribadi peserta didik, kecuali dengan alasan
yang dibenarkan berdasarkan hukum, kepentingan pendidikan,
kesehatan, dan kemanusiaan.
8
7. Menjaga hubungan profesional dengan peserta didik dan tidak
memanfaatkan untuk keuntungan pribadi dan/atau kelompok
dan tidak melanggar norma yang berlaku.
BAGIAN TIGA
Kewajiban Guru terhadap Orang Tua/Wali Peserta Didik
Pasal 3
1. Menghormati hak orang tua/wali peserta didik untuk
berkonsultasi dan memberikan informasi secara jujur dan objektif
mengenai kondisi dan perkembangan belajar peserta didik.
2. Membina hubungan kerja sama dengan orang tua/wali peserta
didik dalam melaksankan proses pendidikan untuk peningkatan
mutu pendidikan.
3. Menjaga hubungan profesional dengan orang tua/wali peserta
didik dan tidak memanfaatkan untuk memperoleh keuntungan
pribadi.
BAGIAN EMPAT
Kewajiban Guru terhadap Masyarakat
Pasal 4
1. Menjalin komunikasi yang efektif dan kerja sama harmonis
dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan
pendidikan.
2. Mengakomodasi aspirasi dan keinginan masyarakat dalam
pengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan.
3. Bersikap responsif terhadap perubahan yang terjadi dalam
masyarakat dengan mengindahkan norma dan sistem nilai yang
berlaku.
9
4. Bersama-sama dengan masyarakat berperan aktif untuk
menciptakan lingkungan sekolah kondusif.
5. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat, serta menjadi
panutan bagi masyarakat.
BAGIAN LIMA
Kewajiban Guru terhadap Teman Sejawat
Pasal 5
1. Membangun suasana kekeluargaan, solidaritas, dan saling
menghormati antarteman sejawat di dalam maupun di luar
satuan pendidikan.
2. Saling berbagi ilmu pengetahuan, teknologi, seni, keterampilan,
dan pengalaman, serta saling memotivasi untuk meningkatkan
profesionalitas dan martabat guru.
3. Menjaga kehormatan dan rahasia pribadi teman sejawat.
4. Menghindari tindakan yang berpotensi mencipatakan konflik
antarteman sejawat.
BAGIAN ENAM
Kewajiban Guru terhadap Profesi
Pasal 6
1. Menjunjung tinggi jabatan guru sebagai profesi.
2. Mengembangkan profesionalisme secara berkelanjutan sesuai
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan
mutu pendidikan.
3. Melakukan tindakan dan atau mengeluarkan pendapat yang tidak
merendahkan martabat profesi.
10
4. Dalam melaksanakan tugas tidak menerima janji dan pemberian
yang dapat mempengaruhi keputusan atau tugas keprofesian.
5. Melaksanakan tugas secara bertanggung jawab terhadap
kebijakan pendidikan.
BAGIAN TUJUH
Kewajiban Guru terhadap Organisasi Profesi
Pasal 7
1. Menaati peraturan dan berperan aktif dalam melaksanakan
program organisasi profesi.
2. Mengembangkan dan memajukan organisasi profesi.
3. Mengembangkan organisasi profesi untuk menjadikan pusat
peningkatan profesionalitas guru dan pusat informasi tentang
pengembangan pendidikan.
4. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat organisasi profesi.
5. Melakukan tindakan dan/atau mengeluarkan pendapat yang
tidak merendahkan martabat profesi.
BAGIAN DELAPAN
Kewajiban Guru terhadap Pemerintah
Pasal 8
1. Berperan serta menjaga persatuan dan kesatuan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara dalam wadah NKRI
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
2. Berperan serta dalam melaksanakan program pembangunan
pendidikan.
3. Melaksanakan ketentuan yang ditetapkan pemerintah.
11
5. Upaya Mewujudkan Kode Etik Guru Indonesia
Dalam upaya mewujudkkan kode etik guru Indonesia perlu
memerhatikan sejumlah faktor yang hingga saat ini masih dirasakan
sebagai kendala. Faktor-faktor tersebut adalah:
a. Kualitas pribadi guru.
b. Pendidikan guru.
c. Sarana dan prasarana pendidikan.
d. Kedudukan, karier dan kesejahteraan guru.
e. Kebijakan pemerintah.
12
c. Organisasi Menurut Chester I. Bernard
Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan
oleh dua orang atau lebih (Pidarta, 2007: 291). Pengertian ini menitik
beratkan pada kerjasama antar anggota profesi. Pola kerja sistemik
yang diidentifikasi sebagai aktivitas profesi menjadi inti dari definisi ini,
sehingga organisasi merupakan entitas sistemik yang menjalankan
aktivitas yang telah disepakati antar anggota organisasi.
Profesi adalah jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian
seseorang dan didapat melalui adanya proses pendidikan. Dan Guru
adalah pendidik dengan tugas utamanya mendidik, mengajar,
membimbing, melatih dan mengevaluasi. Dari kata Organisasi profesi
dapat diartikan sebagai organisasi yang anggotanya adalah para praktisi
yang menetapkan diri mereka sebagai profesi dan bergabung bersama
untuk melaksanakan fungsi-fungsi sosial yang tidak dapat mereka
laksanakan dalam kapasitas sebagai sebagai individu.
Organisasi profesi adalah suatu wadah perkumpulan orang-orang yang
memiliki suatu keahlian khusus yang merupakan ciri khas dari bidang
keahlian tertentu. Dikatakan ciri khas oleh karena bidang tersebut
diperoleh bukan secara kebetulan oleh sembarang orang, tetapi
diperoleh melalui suatu jalur khusus. Dalam prakteknya sebagai
pekerjaan profesional yang melayani masyarakat tentunya memerlukan
satu wadah organisasi yang anggotanya adalah orang–orang yang
memiliki pekerjaan atau keahlian yang sejenis.
Organisasi profesi keguruan adalah wadah yang berfungsi sebagai
penampungan dan penyelesaian masalah yang dihadapi yang berkaitan
dengan pendidikan dan diselesaikan secara bersama. Sebagai suatu
organisasi, organisasi profesi keguruan mempunyai suatu sistem yang
senatiasa mempertahankan keadaan yang harmonis. Ia akan menolak
komponen sistem yang tidak mengikuti atau meluruskannya. Dalam
13
praktek keorganisasian, anggota yang mencoba melanggar aturan main
organisasi akan diperingatkan, bahkan dipecat.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi profesi
keguruan adalah sebuah wadah perkumpulan orang-orang yang memiliki
suatu keahlian dan keterampilan mendidik yang dipersiapkan melalui
proses pendidikan dan latihan yang relatif lama, serta dilakukan dalam
lembaga tertentu yang dapat dipertanggung jawabkan (Wau, 2014: 44).
2. Tujuan Organisasi
Salah satu tujuan organisasi ini adalah mempertinggi kesadaran sikap,
mutu dan kegiatan profesi guru serta meningkatkan kesejahteraan guru.
Sebagaimana dijelaskan dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61, ada lima
misi dan tujuan organisasi kependidikan, yaitu: meningkatkan dan/atau
mengembangkan (1) karier, (2) kemampuan, (3) kewenangan profesional,
(4) martabat, dan (5) kesejahteraan seluruh tenaga kependidikan.
Sedangkan visinya secara umum ialah terwujudnya tenaga kependidikan
yang profesional (Pidarta, 2007: 292). Selain itu organisasi profesi guru
juga mempunyai kewenangan sebagai berikut:
a. Menatapkan dan menegakkan kode etik guru..
b. Memberikan bantuan hukum kepada guru.
c. Memberikan perlindungan profesi guru.
d. Melakukan pembinaan dan pengembangan profesi guru.
e. Memajukan pendidikan nasional.
3. Fungsi Organisasi
Organisasi profesi keguruan berfungsi sebagai pemersatu seluruh
anggota profesi dalam kiprahnya menjalankan tugas keprofesiannya, dan
memiliki fungsi peningkatan kemampuan profesional profesi ini. Kedua
fungsi tersebut dapat diuraikan berikut ini:
14
a. Fungsi Pemersatu
Kelahiran suatu organisasi profesi tidak terlepas dari motif yang
mendasarinya yaitu dorongan yang menggerakkan para profesional
untuk membentuk suatu organisasi profesi. Motif tersebut begitu
bervariasi, ada yang bersifat sosial, politik ekonomi, kultural
(kebudayaan), dan falsafah (gagasan) tentang sistem nilai. Motif
terbagi menjadi dua yakni motif intrinsik dan motif ekstrinsik. Secara
intrinsik, para profesional terdorong oleh keinginannya mendapat
kehidupan yang layak, sesuai dengan tugas profesi yang diembannya.
Namun secara ekstrinsik mereka terdorong oleh tuntutan masyarakat
pengguna jasa suatu profesi yang semakin hari semakin kompleks
(rumit). Kedua motif tersebut sekaligus merupakan tantangan bagi
pengemban suatu profesi, yang secara teoritis sangat sulit dihadapi
dan diselesaikan secara individual (Soetjipto dan Kusasi, 2009: 58).
b. Fungsi Peningkatan Kemampuan Profesional
Yaitu meningkatkan kemampuan profesional pengemban profesi
kependidikan ini. Fungsi ini secara jelas tertuang dalam PP No. 38
tahun 1992, pasal 61 yang berbunyi: Tenaga kependidikan dapat
membentuk ikatan profesi sebagai wadah untuk meningkatkan dan
mengembangkan karier, kemampuan, kewenangan profesional,
martabat, dan kesejahteraan tenaga kependidikan. Bahkan dalam
UUSPN tahun 1989, pasal 31 ; ayat 4 dinyatakan bahwa tenaga
kependidikan berkewajiban untuk berusaha mengembangkan
kemampuan profesionalnya sesuai dengan perkembangan tuntutan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembangunan bangsa
(Soetjipto dan Kusasi, 2009: 58).
4. Jenis-jenis Organisasi Keguruan di Indonesia
a. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
15
PGRI lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Cikal bakal organisasi PGRI adalah diawali
dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) tahun 1912,
kemudian berubah nama menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI)
tahun 1932 (Pidarta, 2007: 298).
Tujuan utama pendirian PGRI adalah:
1. Membela dan mempertahankan Republik Indonesia (organisasi
perjuangan).
2. Memajukan pendidikan seluruh rakyat berdasar kerakyatan
(organisasi profesi). Pendirian PGRI sama dengan EI: “education as
public service, not commodity”.
3. Membela dan memperjuangkan nasib guru khususnya dan nasib
buruh pada umumnya (organisasi ketenagakerjaan).
Makna dari terwujudnya PGRI sebagai Organisasi Profesi:
1. Wahana memperjuangkan peningkatan kualifikasi dan kompetensi
bagi guru.
2. Wahana mempertinggi kesadaran dan sikap guru dan tenaga
kependidikan dalam meningkatkan mutu profesi dan pelayanan
kepada masyarakat.
3. Wahana menegakkan dan melaksanakan kode etik dan ikrar guru
Indonesia.
4. Wahana untuk melakukan evaluasi pelaksanaan sertifikasi, lisensi,
dan akreditasi bagi pengukuhan kompetensi profesi guru.
5. Wahana pembinaan bagi Himpunan Profesi dan Keahlian Sejenis di
bidang pendidikan yang menyatakan diri bergabung atau bermitra
dengan PGRI.
6. Wahana untuk mempersatukan semua guru dan tenaga
kependidikan di semua jenis, jenjang, dan satuan pendidikan guna
16
mneningkatkan pengabdian dan peran serta dalam pembangunan
nasional.
7. Wahana untuk mewujudkan pengabdian secara nyata melalui
anak lembaga dan badan khusus.
8. Wahana untuk mengadakan hubungan kerjasama dengan
lembaga-lembaga pendidikan, organisasi yang bergerak dalam
bidang pendidikan, dan atau organisasi kemasyarakatan umumnya
dalam rangka peningkatan mutu pendidikan dan kebudayaan
(Pidarta, 2007: 298-299).
17
sebagai mitra guru dalam melaksanakan proses pembelajaran
(Hasanah: 2012: 29).
18
(AGSI), Asosiasi Guru Ekonomi Indonesia (AGEI), Asosiasi Guru IPS
seluruh Indonesia (AGIPSI), dan asosiasi guru bidang studi lainnya.
19
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan bab sebelumnya penulis dapat menyimpulkan
bahwa :
a. Kode etik guru adalah ketentuan yang mengikat semua sikap dan
perbuatan guru. Kode etik yang disusun tahun 1973 disempurnakan lagi
pada Kongres XX PGRI tahun 2008 di Palembang dan dijabarkan menjadi 69
butir. Kemudian pada Kongres XXI PGRI 2013 di Jakarta kode etik guru
disempurnakan lagi yang disesuaikan dengan kebutuhan yang berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku sekarang.
b. Organisasi profesi keguruan adalah sebuah wadah perkumpulan orang-
orang yang memiliki suatu keahlian dan keterampilan mendidik yang
dipersiapkan melalui proses pendidikan dan latihan yang relatif lama, serta
dilakukan dalam lembaga tertentu yang dapat dipertanggung jawabkan
(Wau, 2014: 44).
20
DAFTAR PUSTAKA
Susanto, Heri. 2020. Profesi Keguruan. Banjarmasin: Program Studi Pendidikan Sejarah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat.
http://eprints.ulm.ac.id/9060/2/3.2.%20Buku%20Profesi%20Keguruan%20%28Sudah
%20Edit%29.pdf. (diakses tanggal 17 September 2021)
21