Anda di halaman 1dari 21

ETIKA PROPESI KEGURUAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika dan Profesi Keguruan dengan

Dosen pengampu H. Cece Herdiawan, M.Si.

Disusun oleh:

Deasy Awaliyah (20211021006)

Rafli RamzaFukhairo (20211021023)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU KEISLAMAN

UNIVERSITAS ISLAM AL-IHYA KUNINGAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan

makalah tentang Etika Profesi Guru ini dengan baik meskipun banyak kekurangan

didalamnya.

Tujuan Penulisan makalah ini salah satunya untuk memenuhi tugas

matakuliah Etika Dan Propesi Keguruan yang dimana menjelaskan tentang etika

profesi keguruan.

Dan tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada H. Cece Herdiawan, M.Si.

selaku dosen pengampu dan pembimbing pembuatan makalah ini, atas beliaulah

makalah ini bisa di sempurnakan sesempurna mungkin.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa

ada kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa, pembahasan, maupun segi

lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka

selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami

demi perbaikan makalah yang telah kami buat ini.

Kami meminta maaf atas kekurangan yang ada dalam makalah ini dan

sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan

serta pengetahuan mengenai etika profesi guru. Semoga makalah sederhana ini

dapat memberikan informasi dan dapat dipahami oleh siapapun yang

membacanya.

i
Senin 06 Maret 2023

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1. Latar Belakang..................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah...........................................................................2

1.3. Tujuan Penulisan..............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3

2.1. Pengertian Etika, Profesi, dan Guru...............................................3

2.2. Tujuan Kode Etik.............................................................................8

2.3. Kode Etik Profesi Keguruan..........................................................10

2.4. Kode Etik Guru Pada Peraturan Perundang-Undangan...........11

2.5. Rumusan Kode Etik Guru Indonesia............................................12

BAB III PENUTUP..............................................................................................15

3.1. Kesimpulan......................................................................................15

3.2. Saran................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan berperan mengantarkan suatu bangsa pada satu tujuan mulia

untuk mencerdaskan anak bangsa dan meningkatkan taraf kebudayaan bangsa

tersebut. Salah satu pernyataan mengatakan bahwa “semakin tinggi dan maju

tingkat pendidikan suatu Negara, maka semakin tinggi budaya dan kehidupan

sosial warga Negara tersebut”. Terlepas dari benar tidaknya pernyataan ini, dapat

diambil satu premis bahwa pentingnya pendidikan akan menentukan nasib suatu

bangsa pada suatu waktu yang akan datang. Dengan demikian, tidak ada lagi

tawar-menawar bahwa pendidikan merupakan satu prioritas yang harus

diutamakan dalam rangka pembangunan danpengembangan suatu bangsa.

Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya

memerlukan atau menuntut keahlian, menggunakan teknik-teknik, serta dedikasi

yang tinggi. Ciri-ciri atau kriteria suatu profesi ialah adanya kode etik yang

dijadikan sebagai satu pedoman perilaku anggota berserta sanksi yang jelas dan

tegas terhadap pelanggar kode etik tersebut.Guru memiliki kode etik karena guru

merupakan salah satu profesi yang ada di Indonesia berdasarkan UU Nomor 14

Tahun 2005 tentangGuru dan Dosen (Pasal 1).

Dengan Kode Etik Guru Indonesia dapat menempatkan guru sebagai

profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindungi undang-undang. Maka

dari itu perlu sikap profesional dalam setiap sasaran. Masyarakat akan melihat

bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apakah memang ada yang

1
patut ditaladani atau tidak. Di samping itu, bagaimana sikap guru terhadap

peraturan perundang-undangan juga menjadi perhatian masyarakat luas. Apalagi

saat ini pemerintah banyak mengeluarkan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang

berhubungan dengan dunia pendidikan.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Apa pengertian Etika, Profesi, dan Guru?

1.2.2. Apa tujuan Kode Etik?

1.2.3. Bagaimana Kode Etik profesi keguruan?

1.2.4. Bagaimana Kode Etik Guru pada Peraturan Perundang-Undangan?

1.2.5. Apa Rumusan Kode Etik Guru Indonesia?

1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1. Mengetahui pengertian Etika, Profesi, dan Guru

1.3.2. Mengetahui tujuan Kode Etik

1.3.3. Mengetahui Kode Etik profesi keguruan

1.3.4. Mengetahui Kode Etik Guru pada Peraturan Perundang-Undangan

1.3.5. Mengetahui Rumusan Kode Etik Guru Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Etika, Profesi, dan Guru

a. Pengertian Etika

Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang

berarti, karakter, watak, kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Sebagai suatu

subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun

kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu

salah atau benar, buruk atau baik.

Etika (ethic) bermakna sekumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan

akhlak, tata cara (adat, sopan santun) nilai mengenai benar dan salah tentang hak

dan kewajiban yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat.

Etika, pada hakikatnya merupakan dasar pertimbangan dalam pembuatan

keputusan tentang moral manusia dalam interaksi dengan lingkungannya. Secara

umum etika dapat diartikan sebagai suatu disiplin filosofis yang sangat diperlukan

dalam interaksi sesama manusia dalam memilih dan memutuskan pola-pola

perilaku yang sebaik-baiknya berdasarkan timbangan moral-moral yang berlaku.

Dengan adanya etika, manusia dapat memilih dan memutuskan perilaku yang

paling baik sesuai dengan norma-norma moral yang berlaku. Dengan demikian

akan terciptanya suatu pola-pola hubungan antar manusia yang baik dan harmonis,

seperti saling menghormati, saling menghargai, tolong menolong, dsb. Sebagai

acuan pilihan perilaku, etika bersumber pada norma-norma moral yang berlaku.

Sumber yang paling mendasar adalah agama sebagai sumber keyakinan yang

3
paling asasi, filsafat hidup (di negara kita adalah Pancasila), budaya masyarakat,

disiplin keilmuan dan profesi. Dalam dunia pekerjaan, etika sangat diperlukan

sebagai landasan perilaku kerja para guru dan tenaga kependidikan lainnya.

Dengan etika kerja itu, maka suasana dan kualitas kerja dapat diwujudkan

sehingga menghasilkan kualitas pribadi dan kinerja yang efektif, efisien, dan

produktif.

Menurut KBBI : Etika dirumuskan dalam 3 arti yaitu tentang apa yang

baik dan apa yang buruk, nilai yang berkenaan dengan akhlak, dan nilai mengenai

benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Menurut Sumaryono (1995) : Etika berkembang menjadi studi tentang

manusia berdasarkan kesepakatan menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang

menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan manusia pada umumnya.

Selain itu etika juga berkembang menjadi studi tentang kebenaran dan

ketidakbenaran berdasarkan kodrat manusia yang diwujudkan melalui kehendak

manusia.

b. Macam-Macam Etika

Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan baik

dan buruknya prilaku manusia :

1) Etika Deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan

rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam

hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai

dasar untuk mengambil keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.

4
2) Etika Normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan

pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai

sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma

sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.

Etika secara umum dapat dibagi menjadi :

a) Etika Umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia

bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori

etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam

bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika

umum dapat di analogkan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai

pengertian umum dan teori-teori.

b) Etika Khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam

bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana saya

mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus

yang saya lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar.

Namun, penerapan itu dapat juga berwujud : Bagaimana saya menilai perilaku

saya dan orang lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang

dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia bertindak etis : cara

bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau tidanakn, dan teori serta

prinsip moral dasar yang ada dibaliknya. Etika Khusus dibagi lagi menjadi dua

bagian :

a) Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap

dirinya sendiri.

5
b) Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku

manusia sebagai anggota umat manusia.

Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak dapat

dipisahkan satu sama lain dengan tajam, karena kewajiban manusia terhadap diri

sendiri dan sebagai anggota umat manusia saling berkaitan. Etika sosial

menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik secara langsung maupun

secara kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis terhadap

pandangan-pandangan dunia dan idiologi-idiologi maupun tanggung jawab umat

manusia terhadap lingkungan hidup.

2. Profesi

Secara etimologi, istilah profesi berasal dari bahasa Inggris yaitu

profession atau bahasa latin, profecus, yang artinya mengakui, adanya pengakuan,

menyatakan mampu, atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan

secara terminologi, profesi berarti suatu pekerjaan yang mempersyaratkan

pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental; yaitu

adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan

perbuatan praktis, bukan pekerjaan manual (Danin, 2002). Jadi suatu profesi harus

memiliki tiga pilar pokok, yaitu pengetahuan, keahlian, dan persiapan akademik.

Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya

memerlukan atau menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik

ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari lembaga pendidikan

6
yang khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang dapat dipertanggung

jawabkan.

Menurut Webstar (1989), Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang

ingin ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu pekerjaan

tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang didapat

dari pendidikan akademis yang intensif. Dari pengertian tersebut dapat ditarik

kesimpulan bahwa profesi merupakan pekerjaan yang tidak sembarang orang bisa

melakukannya dan dari pengertian tersebut dapat dilihat syarat-syarat suatu

pekerjaan dapat dikatakan profesi, yakni :

· Adanya ilmu pengetahuan yang mendasari teknik dan prosedur kerja yang

diperoleh melalui pendidikan dan latihan khusus.

· Adanya kode etik profesi.

· Adanya pengakuan Formal Legalistik dari masyarakat dan pemerintah.

· Adanya organisasi yang memayungi pelaku profesi serta melindungi

masyarakat dari layanan yang tidak semestinya.

Pekerjaan tidak sama dengan profesi. Istilah yang mudah dimengerti oleh

masyarakat awam adalah: sebuah profesi sudah pasti menjadi sebuah pekerjaan,

namun sebuah pekerjaan belum tentu menjadi sebuah profesi. Profesi memiliki

mekanisme serta aturan yang harus dipenuhi sebagai suatu ketentuan, sedangkan

kebalikannya, pekerjaan tidak memiliki aturan yang rumit seperti itu. Hal inilah

yang harus diluruskan di masyarakat, karena hampir semua orang menganggap

bahwa pekerjaan dan profesi adalah sama.

7
3. Guru

Kata guru menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia berbunyi: Guru

adalah orang yang kerjanya mengajar seperti guru agama, guru bantu, guru besar,

maha guru, guru kepala dan guru mengaji. Pengertian guru seperti disebutkan

pada defenisi menurut kamus di atas, sebenarnya merupakan pengertian yang

global. Namun untuk lebih mengkhususkan pengertian kita tentang guru secara

rinci, berikut disajikan defenisinya. Guru adalah :

a) Seorang anggota masyarakat yang berkompeten dan memperoleh kepercayaan

untuk melaksanakan tugas pengajaran transfer nilai kepada murid.

b) Suatu jabatan profesional melaksanakan atas dasar kode etik profesi.

c) Suatu kedudukan fungsional melaksanakan tugas atau tanggung jawab sebagai

pengajar, pemimpin dan orang tua.

2.2. Tujuan Kode Etik

Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah

untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara

umum tujuan kode etik adalah sebagai berikut:

a) Untuk Menjunjung Tinggi Martabat Profesi

Dalam hal ini kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan dari pihak luar atau

masyarakat, agar mereka tidak memandang rendah atau remeh terhadap profesi

yang bersangkutan. Dari segi ini, kode etik juga seringkali disebut Kode

Kehormatan.

8
b) Untuk Menjaga dan Memelihara Kesejahteraan para Anggotanya

Dalam hal kesejahteraan lahir para anggota profesi, kode etik umumnya

memuat larangan-larangan kepada para anggotanya untuk melakukan perbuatan-

perbuatan yang merugikan kesejahteraan para anggotanya. Dalam hal

kesejahteraan batin para anggota pofesi, kode etik umumnya memberi petunjuk-

petunjuk kepada para anggotanya untuk melaksanakan profesinya. Kode etik juga

mengandung peraturan-peaturan yang bertujuan membatasi tingkah laku yang

tidak pantas atau tidak jujur bagi para anggota profesi dalam berinteraksi dengan

sesama rekan anggota pofesi.

c) Untuk Meningkatkan Pengabdian para Anggota Profesi

Tujuan kode etik dapat juga berkaitan dengan peningkatan kegiatan pengabdian

profesi, sehingga bagi para anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas

dan tanggung jawab pengabdiannya dalam melaksanakan tugasnya.

d) Untuk Meningkatkan Mutu Profesi

Untuk meningkatkan mutu profesi kode etik memuat norma-norma dan anjuran

agar para anggota profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pengabdian

para anggotanya.

e) Untuk Meningkatkan Mutu Organisasi Profesi

Untuk meningkatkan mutu oganisasi profesi, maka diwajibkan kepada setiap

anggota untuk secara aktif berpartisipasi dalam membina organisasi profesi dan

kegiatan-kegiatan yang dirancang organisasi.

9
2.3. Kode Etik Profesi Keguruan

Kode etik merupakan norma dan asas yang disepakati dan diterima oleh

guru-guru Indonesia sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam melaksanakan

tugas profesi sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan warg negara.

Sebagai pedoman sikap dan perilaku kode etik ini bertujuan menempatkan

guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindungi undang-

undang. Kode etik dimaksud berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma

moral yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam

hubungannya dengan peserta didik, orang tua/wali siswa, sekolah dan rekan

seprofesi, organisasi profesi, dan pemerintah sesuai dengan nilai-nilai agama,

pendidikan, sosial, etika, dan kemanusiaan.

Bagi guru komitmen terhadap kode etik adalah kode etik tidak boleh

dilanggar, baik disengaja maupun tidak. Setiap pelanggaran adalah perilaku

menyimpang dan/atau tidak melaksanakan Kode Etik Guru Indonesia dan

ketentuan perundangan yang berlaku yang berkaitan dengan profesi guru. Guru

yang melanggar Kode Etik Guru Indonesia dikenakan sanksi sesuai dengan

ketentuan peraturan yang berlaku pada organisasi profesi atau menurut aturan

negara. Jenis pelanggaran meliputi pelanggaran ringan, sedang, dan berat.

Pemberian rekomendasi sanksi terhadap guru yang melakukan

pelanggaran terhadap Kode Etik Guru Indonesia merupakan wewenang Dewan

Kehormatan Guru Indonesia (DKGI) dan wajib dilaksanakan oleh organisasi

profesi guru. Pemberian sanksi oleh DKGI sebagaimana harus objektif, tidak

10
diskriminatif, dan tidak bertentangan dengan anggaran dasar organisasi profesi

serta peraturan perundang-undangan. Sanksi dimaksud merupakan upaya

pembinaan kepada guru yang melakukan pelanggaran dan untuk menjaga harkat

dan martabat profesi guru.

2.4. Kode Etik Guru Pada Peraturan Perundang-Undangan

Menurut undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

Kepegawaian. Pasal 28 Undang-Undang ini dengan jelas menyatakan bahwa

“Pegawai Negeri Sipil mempunyai Kode Etik sebagai pedoman sikap, tingkah

laku, dan perbuatan di dalam dan di luar kedinasan.” Dalam penjelasan Undang-

Undang tersebut dinyatakan bahwa dengan adanya Kode Etik ini, Pegawai Negeri

Sipil sebagai aparatur negara, abdi negara, dan abdi masyarakat mempunyai

pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam melaksanakan tugasnya dan

dalam pergaulan hidup sehari-hari. Selanjutnya, dalam Kode Etik Pegawai Negeri

Sipil itu digariskan pula prinsip-prinsip pokok tentang pelaksanaan tugas dan

tanggung jawab pegawai negeri. Dari uraian ini dapat kita simpulkan, bahwa kode

etik merupakan pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan didalam

melaksanakan tugas dan dalam hidup sehari-hari.

Pada butir kesembilan Kode Etik Guru Indonesia disebutkan bahwa “Guru

melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan”. Dengan

jelas bahwa dalam kode etik tersebut diatur bahwa guru di Indonesia harus taat

akan peraturan perundang-undangan yang di buat oleh pemerintah dalam hal ini

Departemen Pendidikan Nasonal.

11
Guru merupakan aparatur negara dan abdi negara dalam bidang

pendidikan. Oleh karena itu, guru mutlak harus mengetahui kebijaksanaan-

kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan dan melaksanakannya

sebagaimana aturan yang berlaku. Sebagai contoh pemerintah mengeluarkan

kebijakan yaitu mengubah kurikulum dari kurikulum 1994 menjadi kurikulum

2004 atau kurikulum berbasis kompetensi dan kemudian diubah lagi menjadi

KTSP dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

Dalam kurikulum tersebut, secara eksplisit bahwa hendaknya guru

menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajarannya. Seorang guru

yang profesional taat akan peraturan yang berlaku dengan cara menerapkan

kebijakan pendidikan yangbaru tersebut dan akan menerima tantangan baru

tersebut, yang nantinya diharapkan akan dapat memacu produktivitas guru dalam

rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional.

2.5. Rumusan Kode Etik Guru Indonesia

Kode Etik Guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai

dan norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematik dalam

suatu sistem yang utuh dan bulat. Fungsi Kode Etik Guru Indonesia adalah

sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru dalam menunaikan

tugas pengabdiannya sebagai guru, baik di dalam maupun di luar sekolah serta

dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Dengan demikian maka Kode Etik

Guru Indonesia merupakan alat yang amat penting untuk pembentukan sikap

profesional para anggota profesi keguruan.

12
Sebagaimana halnya dengan profesi lainnya, Kode Etik Guru Indonesia

ditetapkan dalam suatu kongres yang dihadiri oleh seluruh utusan Cabang dan

Pengurus Daerah PGRI dari seluruh penjuru tanah air, pertama dalam Kongres

XIII di Jakarta tahun 1973, dan kemudian disempunakan dalam kongres PGRI

XVI tahun 1989 juga di Jakarta. Adapun teks Kode Etik Guru Indonesia yang

telah disempurnakan tersebut adalah sebagai berikut:

KODE ETIK GURU INDONESIA

Guru Indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah bidang pengadian terhadap

Tuhan Yang Maha Esa, bangsa, dan negara, serta kemanusaan pada umumnya.

Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setiap pada Undang-Undang Dasar

1945, turut bertanggung jawab atas terwujudny cita-cita Proklamasi Kemerdekaan

Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Oleh sebab itu, Guru Indonesia terpanggil

untuk menunaikan karyanya memedomani dasar-dasr sebagai berikut:

1.Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia

seutuhnya yang berjiwa Pancasila.

2.Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.

3.Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan

melakukan bimbingan dan pembinaan.

4.Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya

proses belajar-mengajar.

5.Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat

sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap

pendidik.

13
6.Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan

mutu dan martabat profesinya.

7.Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan

kesetiakawanan sosial.

8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi

PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.

9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang

pendidikan.

14
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kode Etik Keguruan merupakan pedoman sikap dan perilaku yang

bertujuan menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan bermanfaat

yang dilindungi Undang-undang untuk mengatur hubungan guru dengan teman

kerja, murid, dan wali murid, pimpinan dan masyarakat serta dengan misi

tugasnya.

Kode etik guru Indonesia berfungsi sebagai landasan moral dan pedoman tingkah

laku setiap guru dalam menjalankan tugas pengabdiannya sebagai guru, baik

didalam maupun di luar sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat .

Seperti yang kita ketahui bahwa guru juga termasuk pegawai pemerintah .

Oleh karena itu ada undang-undang tersendiri yang mengatur tentang kode

etik kepegawaian yang terdapat dalam undang-undang Nomor 8 Tahun 1974

tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Pasal 28 Undang-Undang ini dengan jelas

menyatakan bahwa “Pegawai Negeri Sipil mempunyai Kode Etik sebagai

pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan di dalam dan di luar kedinasan.”

Dalam penjelasan Undang-Undang tersebut dinyatakan bahwa dengan adanya

Kode Etik ini, Pegawai Negeri Sipil sebagai aparatur negara, abdi negara, dan

abdi masyarakat mempunyai pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam

melaksanakan tugasnya dan dalam pergaulan hidup sehari-hari.

15
3.2. Saran

Penulis memberikan saran yang ditujukan untuk :

1. Masyarakat, terutama bagi para guru indonesia agar lebih memperhatikan

kode etik kepegawaian, sehingga tidak ada lagi terdengar kasus-kasus yang terkait

dengan pendidikan di Indonesia.

2. Para calon guru di harapkan mempelajari dan memahami tentang profesi

keguruan terutama tentang kode etik guru, sehingga kedepannya diharapkan

kualitas pendidikan menjadi lebih baik.

16
DAFTAR PUSTAKA

Agung, Iskandar. 2012. Menghasilkan Guru Kompetensi dan Profesional. Jakarta:

Bee Media Indonesia

Bulnadi, Satudipura. 1986. Kompetensi Guru dan Kode Etik. Bandung: Angkasa.

Denim, Sudarman. 2010. Profesionalisasi Implementasi Kurikulum KTSP dan

Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali pers

Muhammad, Abdulkadir. 1996. Etika Profesi Hukum. Bandung: Citra Aditya

Bakti

Uftitahir.http://www.perkembangan-profesi-guru.com (Diakses pada tanggal 13

september 2015)

Millan,s.http://www.kode-etik-seorang.com (Diakses pada tanggal 13 september

2015)

17

Anda mungkin juga menyukai