Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KODE ETIK GURU INDONESIA

Dosen Pengampu:
Bapak Husin Mutamin

Disusun Oleh:
1. Rahmani Siantika Diagustiningtyas (208420200091)
2. Dwi Saraswati (194720100011)

Program Studi Pendidikan Matematika dan Kimia


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas PGRI Banyuwangi
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................1
1.3 Tujuan...................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................2
2.1 Pengertian Kode Etik Guru Indonesia.................................................................................2
2.2 Tujuan Kode Etik Guru Indonesia.......................................................................................4
2.3 Fungsi Kode Etik Guru Indonesia.......................................................................................5
2.4 Macam-macam Kode Etik Guru Indonesia.........................................................................7
2.5 Nilai-nilai Dasar dan Nilai Operasional Kode Etik Guru Indonesia..................................8
2.6 Pelaksanaan, dan Sanksi Pelanggaran Guru......................................................................10
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan sebuah masalah yang tidak pernah ada hentinya untuk selalu
menjadi topik berarti berbicara tentang murid maupun  profesi guru dan kode etik guru. Saat
menyandang predikat sebagai guru, tentunya tugas seorang guru tidaklah mudah, seorang
guru bukan hanya sekedar menerangkan pelajaran saja, karena guru merupakan profesi yang
dapat menentukan masa depan generasi muda bangsa ini. Guru yang baik dan berkualitas
tentu mempunyai etika yang baik, sebaliknya dengan guru yang tidak berkualitas akan
menjadikan generasi muda bangsa ini menjadi bangsa yang tertinggal.
Seorang guru adalah seorang pendidik. Pendidik ialah “orang yang memikul tanggung
jawab untuk membimbing”. Pendidik tidak sama dengan pengajar, sebab pengajar itu hanya
sekedar menyampaikan materi pelajaran kepada murid. Prestasi yang tertinggi yang dapat
dicapai oleh seorang pengajar apabila ia berhasil membuat pelajar memahami dan
menguasai materi pengajaran yang diajarkan kepadanya. Tetapi seorang pendidik bukan
hanya bertanggung jawab menyampaikan materi pengajaran kepada murid saja tetapi juga
membentuk kepribadian seorang anak didik bernilai tinggi.
Sekarang ini, banyak orang-orang yang telah menjadi seorang guru melakukan
penyimpangan ataupun pelanggaran terhadap norma-norma, sehingga pemerintah
menetapkan suatu aturan atau norma-norma yang harus dipatuhi oleh para guru di Indonesia
yang dikenal dengan “Kode Etik Guru Indonesia”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian dan macam macam Kode Etik Guru Indonesia?
2. Apakah Tujuan dan Fungsi Kode Etik Guru Indonesia?
3. Bagaimana Pelaksanaan dan Pelanggaran Kode Etik Guru Indonesia?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Pengertian dan Seluruh Kode Etik Guru Indonesia
2. Mengetahui Tujuan dan Fungsi Adanya Kode Etik Guru Indonesia
3. Mengetahui Pelaksanaan dan Pelanggaran Kode Etik Guru Indonesia

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kode Etik Guru Indonesia


Istilah “Kode Etik” berasal dari dua kata, yakni “kode” dan “etik”. Perkataan “etik”
berasal dari bahasa Yunani, ethos  yang berarti watak, adab atau cara hidup. Sedangkan
“Kode Etik” secara harfiah berarti sumber etik. Seorang guru sebagai tenaga pendidik
yang  profesional perlu memiliki “Kode Etik Guru” dan menjadikannya sebagai pedoman
yang mengatur pekerjaan guru selama dalam pengabdian. Kode etik guru ini merupakan
ketentuan yang mengikat semua sikap dan perbuatan guru. Bila guru telah melakukan
perbuatan asusila dan amoral berarti guru telah melanggar. Sebab, kode etik guru ini sebagai
salah satu ciri yang harus ada pada profesi guru itu sendiri.
Dalam buku lain, istilah etik (ethica) mengandung makna nilai-nilai yang mendasari
perilaku manusia. Etik juga disetarakan dengan istilah adab, moral, ataupun akhlak. Etik
berasal dari perkataan ethos, yang berarti watak. Sementara adab adalah keluhuran budi,
yang berarti menimbulkan kehalusan budi atau kesusilaan, baik yang menyangkut batin
maupun lahir. Maksud kode etik adalah norma-norma yang mengatur hubungan
kemanusiaan (relationship) antara guru dan lembaga pendidikan (sekolah); guru dan sesama
guru; guru dan peserta didik; guru dan lingkungannya. Kode etik guru adalah salah satu
bagian dari profesi guru. Artinya setiap guru yang profesional akan melaksanakan etika
jabatannya sebagai guru/pendidik. Etika, pada dasarnya merupakan dasar pertimbangan
dalam pembuatan keputusan tentang moral manusia dalam interaksi dengan lingkungannya.
Secara umum etika dapat diartikan sebagai suatu disiplin filosofis yang sangat diperlukan
dalam interaksi sesama manusia dalam memilih dan memutuskan pola-pola perilaku yang
sebaik-baiknya berdasarkan timbangan moral-moral yang berlaku.
Bisa ditarik kesimpulan bahwa kode etik guru indonesia adalah himpunan nilai-nilai dan
norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematis dalam suatu sistem
yang utuh dan bulat. Kode etik guru indonesia berfungsi sebagai landasan moral dan
pedoman tingkah laku setiap guru warga PGRI dalam menunaikan tugas pengabdianya
sebagai guru, baik di dalam maupun di luar sekolah serta dalam kehidupan sehari hari di

2
masyarakat. Dengan demikian, kode etik guru indonesia merupakan alat yang amat penting
untuk pembentukan sikap profesional para anggota profesi keguruan di Indonesia.
Kode Etik Guru Indonesia merupakan pedoman sikap dan perilaku yang bertujuan
menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindungi
undang-undang. Kode Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma
moral yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam hubungannya
dengan peserta didik, orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan seprofesi, organisasi profesi,
dan pemerintah sesuai dengan nilai-nilai agama, pendidikan, sosial, etika dan kemanusiaan.
Dalam buku lain, Kata “etik” berasal dari bahasa Yunani, yaitu“ethos” yang berarti watak,
adab atau cara hidup. Dapat diartikan bahwa etik itu menunjukkan “cara berbuat yang
menjadi adat, karena persetujuan dari kelompok manusia”. Atau secara harfiah kode etik
berarti sumber etik. Jadi kode etik guru itu dapat diartikan sebagai aturan tata susila
keguruan.
Jika lebih diperinci lagi, Maksud kode etik adalah norma-norma yang mengatur
hubungan kemanusiaan (relationship) antara guru dan lembaga pendidikan (sekolah),   guru
dan sesama guru, guru dan peserta didik, guru dan lingkungannya. Kode etik guru adalah
salah satu bagian dari profesi guru. Artinya setiap guru yang profesional akan melaksanakan
etika jabatannya sebagai guru. Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)  dalam temu
karya pendidikan III dan RAKORNAS di Bandung Tahun 1991 mengemukakan kode etik
sarjana pendidikan Indonesia sebagai berikut:

1. Bartakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, setia, dan jujur berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945.
2. Menjunjung tinggi harkat dan martabat peserta didik.
3. Menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa.
4. Selalu menjalankan tugas dengan berpegang teguh kepada kebudayaan nasional dan
Ilmu Pendidikan.
5. Selalu melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

3
Pada intinya dapat disimpulkan bahwa kode etik tersebut mengatur tentang apa yang
harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan guru dalam menjalankan tugas
profesionalnya.
Al-Ghazali berpendapat bahwa guru yang dapat diserahi tugas mendidik adalah
guru yang selain cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat
fisiknya  Dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuan secara
mendalam, dan dengan akhlaknya yang baik ia dapat menjadi contoh   dan teladan bagi
para muridnya, dan dengan kuat fisiknya ia dapat melaksanakan tugas mengajar,
mendidik dan mengarahkan anak-anak muridnya.
Guru semestinya dipilih dari sekian banyak orang yang mencalonkan diri, dan
diambil yang memenuhi syarat. Tugas guru bukan sebatas penyampai mata pelajaran ke
sana kemari, dari satu sekolah ke sekolah yang lain. Semestinya kita harus jujur, jika
bangsa Indonesia yang saat ini belum bangkit, dan bahkan justru bertambah bebannya
adalah sebagai akibat dari mempercayakan guru kepada orang-orang yang bukan
semestinya. Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kualitas guru. Sebagai contoh
sederhana, kita harus pahami bahwa jika siswa tidak pintar ilmu sosial, bukan kemudian
hanya menyalahkan para siswanya sulit diajari ilmu sosial, atau referensi yang kurang
lengkap, tetapi hal itu disebabkan, salah dalam memilih guru, karena dia bukan
bidangnya.

2.2 Tujuan Kode Etik Guru Indonesia


Dalam setiap profesi tentunya memiliki kode etik masing-masing yang harus dipatuhi
oleh segenap jajaran yang ada pada profesi tersebut dan dalam hal ini adalah profesi guru.
Tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk kepentingan anggota dan
kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara umum tujuan mengadakan kode etik
adalah sebagai berikut.[[5]]
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
Dalam hal ini kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan dari pihak luar atau
masyarakat, agar mereka jangan sampai memendang rendah atau remeh terhadap suatu
profesi. Oleh karena itu setiap kode etik suatu profesi akan melarang berbagai tindakan
yang dapat mencemarkan nama baik tprofesi terhadap masyarakat.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya/

4
Kesejahteraan dalam konteks ini meliputi kesejahteraan yang bersifat lahir (material)
ataupun kesejahteraan yang bersifat batin (spiritual atau mental).

3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.


Tujuan lain kode etik dapat juga berkaitan dengan peningkatan kegiatan pengabdian
profesi, sehingga bagi para anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan
tanggung jawab pengabdiannya dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, kode etik
merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan para anggota profesi dalam
menjalankan tugasnya.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi.
Untuk meningkatkan mutu profesi, kode etik juga memuat norma-norma dan anjuran
agar para anggota profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pengabdian para
anggotanya.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi
Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi, maka diwajibkan kepada setiap anggota
untuk secara aktif berpartisipasi dalam membina organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan
yang dirancang organisasi.

2.3 Fungsi Kode Etik Guru Indonesia


Pada dasarnya kode etik memiliki fungsi ganda yaitu sebagai perlindungan dan
pengembangan bagi profesi. Fungsi seperti itu sama seperti apa yang dikemukakan oleh
Gibson dan Michel yang lebih mementingkan pada kode etik sebagai pedoman pelaksanaan
tugas prosefional dan pedoman bagi masyarakat sebagai seorang professional.
·          Biggs dan Blocher mengemukakan tiga fungsi kode etik yaitu :
1. Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah.
2. Mencegah terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi.
3. Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi.

5
Oteng Sutisna bahwa pentingnya kode etik guru dengan teman kerjanya difungsikan
sebagai penghubung serta saling mendukung dalam bidang mensukseskan misi dalam
mendidik peserta didik.
Sutan Zahri dan Syahmiar Syahrun mengemukakan 4 fungsi kode etik guru bagi guru
itu sendiri, antara lain :
1. Agar guru terhindar dari penyimpangan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
2. Untuk mengatur hubungan guru dengan murid, teman sekerja, masyarakat dan
pemerintah.
3. Sebagai pegangan dan pedoman tingkah laku guru agar lebih bertanggung jawab pada
profesinya.
4. Pemberi arah dan petunjuk yang benar kepada mereka yang menggunakan profesinya
dalam melaksanakan tugas.

Ketaatan guru pada Kode Etik akan mendorong mereka berperilaku sesuai
dengan  norma- norma yang dibolehkan dan menghindari norma-norma yang dilarang oleh
etika profesi yang ditetapkan oleh organisasi atau asosiasi profesinya selama menjalankan
tugas-tugas profesional dan kehidupan sebagai warga negara dan anggota masyarakat.
Dengan demikian, aktualisasi diri guru dalam melaksanakan proses pendidikan dan
pembelajaran secara profesional, bermartabat, dan beretika akan terwujud.
Kode Etik Guru dibuat oleh organisasi atau asosiasi profesi guru.  PGRI misalnya, telah
membuat Kode Etik Guru yang disebut dengan Kode Etik Guru Indonesia (KEGI). KEGI ini
merupakan hasil Konferensi Pusat PGRI Nomor V/Konpus II/XIX/2006 tanggal 25 Maret
2006 di Jakarta yang disahkan pada Kongres XX PGRI No. 07/Kongres/XX/PGRI/2008
tanggal 3 Juli 2008 di Palembang. KEGI ini dapat menjadi Kode Etik tunggal bagi setiap
orang yang menyandang profesi guru di Indonesia atau menjadi referensi bagi organisasi
atau asosiasi profesi guru selain PGRI untuk merumuskan Kode Etik bagi anggotanya.
KEGI versi PGRI seperti disebutkan diatas telah diterbitkan Departemen Pendidikan
Nasional bersama Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB-PGRI) tahun
2008. Dalam kata pengantar penerbitan publikasi KEGI dari pihak kementerian disebutkan
bahwa “Semua guru di Indonesia dapat memahami, menginternalisasi, dan menunjukkan
perilaku keseharian sesuai dengan norma dan etika yang tertuang dalam KEGI ini”.

6
Dengan demikian akan terciptanya suasana yang harmonis dan semua anggota akan
merasakan adanya perlindungan dan rasa aman dalam melakukan tugas-tugasnya. Secara
umum, kode etik ini diperlukan dengan beberapa alasan, antara lain:
 Untuk melindungi pekerjaan sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang telah ditetapkan
berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.
 Untuk mengontrol terjadinya ketidakpuasan dan persengketaan dari para pelaksana,
sehingga dapat menjaga dan meningkatkan stabilitas internal dan eksternal pekerjaan.
 Melindungi para praktisi di masyarakat, terutama dalam hal adanya kasus-kasus
penyimpangan tindakan.
 Melindungi anggota masyarakat dari praktek-praktek yang menyimpang dari ketentuan
yang berlaku.
Di dalam Pasal 28 undang-undang nomor 8 tahun 1974 menjelaskan tentang pentingnya
kode etik guru  dengan jelas menyatakan bahwa "Pegawai negeri sipil memiliki kode etik
sebagai pedoman sikap, sikap tingkah laku, dan perbuatan di dalam dan di luar kedinasan."
Dalam penjelasan undang undang. Tersebut dinyatakan Bahwa dengan adanya kode etik ini,
pegawai negeri sipil sebagai aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat mempunyai
pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugasnya. Selanjutnya
dalam kode etik pegawai negeri sipil itu digariskan pula prinsip-prinsip pokok tentang
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pegawai negeri.

2.4 Macam-macam Kode Etik Guru Indonesia


Berikut akan dikemukakan kode etik guru Indonesia sebagai hasil rumusan Kongres
PGRI XIII pada tanggal 21 -25 November 1973 di Jakarta, yang terdiri dari sembilan item
sebagai berikut :
1) Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia
pembangun yang berjiwa Pancasila.
2) Guru memiliki kejujuran Profesional dalam menerapkan Kurikulum sesuai dengan
kebutuhan anak didik masing-masing.
3) Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi tentang anak
didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.

7
4) Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang
tua murid sebaik-baiknya bagikepentingan anak didik.
5) Guru memelihara hubungan dengan masyarakat disekitar sekolahnya maupun
masyarakat yang luas untuk kepentingan pendidikan.
6) Guru secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan
meningkatkan mutu Profesinya.
7) Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru baik berdasarkan
lingkungan maupun didalamhubungan keseluruhan.
8) Guru bersama-sama memelihara membina dan meningkatkan mutu Organisasi Guru
Profesional sebagai sarana pengabdiannya.
9) Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan Pemerintah dalam
bidang Pendidikan.
Kode etik guru merupakan suatu yang harus dilaksanakan sebagai barometer dari semua
sikap dan perbuatan guru dalam berbagai segi kehidupan, baik dalam keluarga , sekolah
maupun masyarakat.
Upaya meningkatkan pelaksanaan kode etik pendidik tersebut,dalam garis besarnya
dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Para pendidik diberi kesempatan seluas-luasnya, selama mereka mampu, untuk studi
lebih lanjut. Dengan menimba ilmu lebih banyak serta meningkatkan sikap dan
pribadinya sebagai pendidik, diharapkan kode etik pendidik itu lebih disadari
keharusannya untuk ditaati dan dilaksanakan.
2) Membangun pustakawan pendidik di lembaga-lembaga pendidikan yang belum
memiliki perpustakaan seperti itu.
3) Meningkatkan kesejahteraan para pendidik.
4) Kerja sama lembaga pendidikan dengan orang tua dan dengan tokoh-tokoh
masyarakat perlu ditingkatkan.
5) Fungsi DP3 perlu di benahi dan ditingkatkan.
6) Pelaksanaan etika pendidik dapat juga ditingkatkan dengan mengintensifkan
pengawasan.
7) Kalau pendidik melanggar kode etik pendidik tidak mempan dinasehati atau
dihimbau oleh pemimpin lembaga, maka para pemimpin itu dapat mengenakan sanksi

8
kepada mereka sesuai dengan aturan yang berlaku atau sesuai dengan peraturan
lembaga bersangkutan yang sudah disepakati bersama.

2.5 Nilai-nilai Dasar dan Nilai Operasional Kode Etik Guru Indonesia
Nilai-nilai dasar dan nilai operasional kode etik guru Indonesia terdapat pada pasal-
pasal yang telah ditetapkan pada Kongres XX PGRI tanggal 3 Juli 2008 di Palembang.
Diantaranya:
 Pasal 5
Kode Etik Guru Indonesia bersumber dari :
1) Nilai-nilai agama dan Pancasila
2) Nilai-nilai kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional.
3) Nilai-nilai jati diri, harkat dan martabat manusia yang meliputi perkembangan kesehatan
jasmaniah, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual.

 Pasal 6
1) Hubungan Guru dengan Peserta Didik:
o Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tuga didik, mengajar,
membimbing, mengarahkan,melatih,menilai, dan mengevaluasi proses dan hasil
pembelajaran.
o Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati dan mengamalkan
hak-hak dan kewajiban sebagai individu, warga sekolah, dan anggota masyarakat.
o Guru mengetahui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara individual
dan masing-masingnya berhak atas layanan pembelajaran.

2) Hubungan Guru dengan Orangtua/wali Siswa:


o Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan efisien dengan
Orangtua/Wali siswa dalam melaksannakan proses pedidikan.
o Guru mrmberikan informasi kepada Orangtua/wali secara jujur dan objektif mengenai
perkembangan peserta didik.

9
o Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain yang bukan
orangtua/walinya.

3) Hubungan Guru dengan Masyarakat:


o Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif dan efisien dengan
masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan.
o Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam mengembnagkan dan
meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.
o Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat

4) Hubungan Guru dengan Sekolah:


o Guru memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi sekolah.
o Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif dalam melaksanakan
proses pendidikan.

5) Hubungan Guru dengan Profesi: 


o Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi
o Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu pendidikan dan bidang
studi yang diajarkan
o Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya

2.6 Pelaksanaan, dan Sanksi Pelanggaran Guru


Dalam upaya meningkatkan pelaksanaan kode etik pendidik, dalam garis besarnya dapat
dilakukan sebagai berikut:
1. Para pendidik diberi kesempatan seluas-luasnya, selama mereka mampu, untuk studi
lebih lanjut ke S1, S2 atau S. Dengan menimba ilmu lebih banyak serta meningkatkan
sikap pribadinya sebagai pendidik, diharapkan kode etik pendidik lebih disadari
keharusannya untuk ditaati dan dilaksanakan.
2. Membangun perpustakaan pendidik di lembaga-lembaga pendidikan yang belum
memiliki perpustakaan seperti itu. Guna perpustakaan ini disiapkan bagi pendidik yang
tidak sempat studi lebih lanjut.

10
3. Meningkatkan kesejahteraan para pendidik.
4. Sejalan dengan upaya meningkatkan kesejahteraan para pendidik, kerjasama lembaga
pendidikan dengan orang tua, dan dengan tokoh-tokoh masyarakat juga perlu
ditingkatkan.

Kode etik hanya ditetapkan oleh organisasi profesi yang berlaku dan memikat para
anggotanya. Penetapan kode etik ditetapkan pada suatu kongres organisasi profesi. Dengan
demikian, penetapan kode etik tidak dapat dilakukan oleh orang secara per orangan, tetapi
harus dilakukan oleh orang-orang yang diutus untuk dan atas nama anggota profesi dan
organisasi tersebut.
Pendidikan akan berhasil menciptakan manusia yang “benar-benar manusia” di
masyarakat serta tidak menyusahkan orang lain. Etika akan memberikan semacam batasan
maupun standar yang akan mengatur pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya.
Dalam pengertiannya yang secara khusus dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika ini
kemudian dibuatkan ke dalam bentuk aturan atau kode tertulis yang secara sistematik dan
sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada serta pada saat yang dibutuhkan
akan bisa difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara
logika-rasional umum (common sense) di nilai menyimpang dari kode etik. Sedangkan
secara umum etika dapat diartikan sebagai disiplin filosofis yang sangat diperlukan dalam
interaksi sesama manusia dalam memilih dan memutuskan pola-pola perilaku yang sebaik-
baiknya berdasarkan timbangan moral-moral yang berlaku.
Dengan adanya etika profesi guru, guru dapat memilih dan memutuskan perilaku yang
paling baik sesuai dengan norma-norma moral yang berlaku. Dengan demikian akan
terciptanya suatu pola-pola hubungan antar guru-murid, juga dalam hubungannya guru
dengan masyarakat yang baik dan harmonis, seperti saling menghormati, saling menghargai,
tolong menolong dan sebagainya.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa sebuah profesi hanya dapat memperoleh
kepercayaan dari masyarakat, bila mana dalam elit profesional tersebut ada kesadaran yang
kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian
profesi kepada masyarakat yang memerlukannya.

11
Sering kita jumpai, bahwa ada kalanya negara mencampuri urusan profesi, sehingga hal-
hal yang semula hanya merupakan kode etik dari suatu profesi tertentu dapat meningkatkan
menjadi peraturan hukum atau undang-undang. Apabila demikian, aturan yang mulanya
sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku meningkat menjadi aturan yang
memberikan sanksi-sanksi hukum yang sifatnya memaksa, baik berupa sanksi perdata
maupun sanksi pidana.
Contoh kasus pelanggaran, diantaranya sebagai berikut:
1) Guru memposisikan diri sebagai penguasa yang memberikan sanksi dan mengancam
murid apabila melanggar peraturan  atau tidak mengikuti kehendak guru.
2) Guru tidak memahami sifat - sifat yang khas / karakteristik pada anak didiknya.
3) Guru memperlakukan peserta didiknya secara tidak tepat sehingga membentuk prilaku
yang menyimpang.
Adapun sanksi yang dikenakan kode etik guru tersebut adalah guru dapat diberhentikan
tidak dengan hormat dari jabatan sebagai guru, karena :
 Melanggar sumpah dan janji jabatan.
 Melanggar perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama.
 Melalaikan kewajiban  dalam melaksanakan tugas selama 1 bulan atau lebih secara terus
menerus.
Sanksi terhadap guru dapat juga berupa :
 Teguran
 Peringatan tertulis
 Penundaan pemberian hak guru
 Penurunan Pangkat
 Pemberhentian dengan hormat
 Pemberhentian tidak dengan hormat.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kode Etik Guru Indonesia adalah himpunan nilai-nilai dan norma-norma profesi guru
yang tersusun dengan baik dan sistematis dalam suatu sistem yang utuh dan bulat. Kode Etik
Guru Indonesia berfungsi sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru
warga pgri dalam menunaikan tugas pengabdianya sebagai guru, baik di dalam maupun di
luar sekolah serta dalam kehidupan sehari hari di masyarakat. PGRI telah membuat Kode
Etik Guru yang disebut dengan Kode Etik Guru Indonesia (KEGI). Ada beberapa hubungan
dalam KEGI ini yaitu Hubungan Guru dengan Peserta Didik, Hubungan Guru dengan Orang
tua/Wali murid, Hubungan Guru dengan Masyarakat, Hubungan Guru dengan Sekolah.
Hubungan Guru dengan Profesi.
KEGI merupakan hasil Konferensi Pusat PGRI Nomor V/Konpus II/XIX/2006 tanggal
25 Maret 2006 di Jakarta yang disahkan pada Kongres XX PGRI No.
07/Kongres/XX/PGRI/2008 tanggal 3 Juli 2008 di Palembang. KEGI ini dapat menjadi
Kode Etik tunggal bagi setiap orang yang menyandang profesi guru di Indonesia atau
menjadi referensi bagi organisasi atau asosiasi profesi guru selain PGRI untuk merumuskan
Kode Etik bagi anggotanya.

13

Anda mungkin juga menyukai