Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

ARTI PENTING DAN KAJIAN PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

DOSEN PENGAMPU : Mentari Darma Putri

Disusun Oleh : KELOMPOK 1

Amalia Fitri Tanjung (200410055)


Annisa Qurrata`Aina (200410047)
Annisa Rahmadani Dalimunthe (200410022)
Aprilia Dayana (200410109)
Azzarima Nazura (200410102)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SAMUDRA
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillah, puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT. yang telah
memberi kelimpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Dan tak lupa pula
shalawat beriring salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang mana
beliau telah membawa kita dari alam jahiliyah ke alam yang banyak ilmu pengetahuan
yang sama-sama kita rasakan pada saat ini, semoga kita menjadi salah satu yang
beruntung mendapatkan syafaat beliau di akhirat kelak.
Makalah yang berjudul “Arti Penting dan Kajian Perkembangan Peserta Didik”
dibuat bertujuan untuk memenuhi mata kuliah "PERKEMBANGAN PESERTA
DIDIK" dengan Dosen Pengampu Ibu Mentari Darma Putri. Dalam penulisan dan
penyusunan makalah ini kami menyadari masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat menjadikan
wawasan kita bertambah luas yang dibarengi dengan ilmu pengetahuan. Mohon maaf
apabila terjadi kesalahan pada penyusunannya.

Langsa, Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 2
2.1 Konsep Dasar Perkembangan Peserta Didik ................................................. 2
2.2 Kajian Perkembangan Peserta Didik Menyangkut PIES .............................. 4
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 13
3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 13
3.2 Saran……………………………………………………………............................
......……………14
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peserta didik merupakan sumber daya terpenting dalam proses pendidikan dan
pengajaran. Walaupun pada dasarnya anak didik bisa belajar tanpa guru, namun tetap
saja, guru yang menjadi sosok terbaik dalam pengoptimalan proses pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kaitan yang
sangat erat dan berjalan beriringan dalam proses kedewasaan. Pemahaman dasar tentang
perkembangan diperlukan untuk mengembangkan basis pengetahuan, keterampilan, dan
sikap peserta didik sesuai dengan tahap kehidupannya.
Faktor-faktor perkembangan peserta didik belum dipahami sepenuhnya oleh orang
tua ataupun guru, yang terkadang kurang menyadari bahwa seorang anak sedang
mengalami perkembangan sehingga pada saat peserta didik melakukan kegiatan yang
mereka sukai para orang tua ataupun guru melarangnya dan memarahinya. Padahal
seharusnya hal tersebut harus didukung secara penuh agar anak dapat berkembang
secara optimal.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan perkembangan peserta didik dan arti penting
(manfaat) mempelajarinya untuk calon peserta didik?
2. Bagaimana kajian PPD dalam rentan kehidupan manusia yang menyangkut
PIES; Physical (fisik), intelektual (kognitif dan bahasa), emosional (emosi),
dan sosial-moral.

1.3 Tujuan
1. Mengetahui arti perkembangan peserta didik dan arti penting (manfaat)
mempelajarinya untuk calon pendidik.
2. Untuk mengetahui kajian PPD dalam rentan kehidupan manusia yang
menyangkut PIES; Physical (fisik), intelektual (kognitif dan bahasa),
emosional (emosi), dan sosial-moral
BAB II

1
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Perkembangan Peserta Didik


2.1.1 Pengertian Perkembangan
Menurut Kasiram (1983 : 23), “Perkembangan mengandung makna adanya
pemunculan sifat-sifat yang baru, yang berbeda dari sebelumnya, mengandung arti
bahwa perkembangan merupakan perubahan sifat individu menuju kesempurnaan
yang merupakan penyempurnaan dari sifat-sifat sebelumnya.”
Menurut Santrok Yussen (1992), Perkembangan merupakan pola
perkembangan individu yang berawal pada konsepsi dan terus berlanjut sepanjang
hayat dan bersifat involusi.
perkembangan adalah proses perubahan individu yang bersifat dinamis ke
arah kesempurnaan secara terus – menerus sejak lahir hingga akhir hayat.
Konsep dasar perkembangan meliputi:
a. Pertumbuhan (growth)
Perubahan yang bersifat kuantitatif baik perubahan secara alamiah
maupun hasil belajar.
b. Kematangan ( maturation )
Perubahan kualitatif fungsi psiko fisik organisme dari tidak siap
menjadi siap melakukan fungsinya. perubahannya alamiah dan hasil
belajar.
c. Belajar ( Learning )
Perubahan perilaku sebagai akibat pengalaman, disengaja,
bertujuan/terarah baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
d. Latihan (exercise)
Perubahan perilaku yang bersifat mekanistis dan lebih banyak
menyentuh aspek psikomotor organisme sebagai akibat pengalaman,
disengaja, bertujuan/terarah baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
2.1.2 Pengertian Peserta Didik
Peserta Didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan
tertentu. (UU No. 20 Tahun 2003 SISIDIKNAS, pasal 1 ayat 4).

2
Peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Peserta didik yaitu
semua komponen mayarakat yang belajar dan mengembangkan diri melalui
prosedur – prosedur, baik prosedur formal maupun nonformal. Sedangkan tenaga
pendidik adalah semua orang yang mengamalkan ilmu dan pengalamannya
dengan cara memberikan bekal dan pengajaran sebagai pengabdian terhadap
masyarakat.
Perkembangan peserta didik merupakan bagian dari pengkajian dan
penerapan psikologi perkembangan yang secara khusus mempelajarai aspek-aspek
perkembangan individu yang berada pada tahap usia sekolah dan sekolah
menengah.
2.1.3 Manfaat Mempelajari Perkembangan Peserta Didik untuk calon
pendidik.
Bagi calon guru, manfaat yang dapat diambil dari mempelajari
perkembangan peserta didik, antara lain :
1. Dengan mempelajari perkembangan peserta didik, kita dapat memahami
ciri khas perkembangan dari peserta didik.
2. Dengan mempelajari perkembangan peserta didik, kita mulai mengerti
tahap-tahap perkembangan dari peserta didik.
3. Dengan mempelajari perkembangan peserta didik sebagai calon guru akan
mampu untuk memahami perilaku peserta didiknya.
4. Mempunyai ekspektasi yang nyata tentang peserta didik, misalnya akan
diketahui pada umur berapa peserta didik mulai mampu berpikir abstrak
atau akan diketahui pula pada umur berapa peserta didik tertentu akan
memperoleh keterampilan perilaku dan emosi khusus.
5. Pengetahuan tentang perkembangan peserta didik akan membantu kita
untuk merespons sebagaimana mestinya pada perilaku tertentu dari peserta
didik.
6. Pemahaman tentang perkembangan peserta didik akan membantu
mengenali berbagai penyimpangan dari perkembangan peserta didik yang
tidak normal.

3
7. Dengan mempelajari perkembangan peserta didik akan membantu
memahami diri sendiri untuk dapat lebih memahami seberapa jauh
kesiapan menjadi pendidik.

2.2 Kajian Perkembangan Peserta Didik yang menyangkut PIES


Sifat individual adalah sifat yang berkaitan dengan perseorangan, berkaitan
dengan perbedaan individual perseorangan. Ciri dan sifat yang satu berbeda
dengan orang lain. Perbedaan ini disebut perbedaan individu atau perbedaan
individual. Dalam perbedaan individual dapat dikategorikan kedalam bidang-
bidang antara lain perbedaan fisik, perbedaan sosial, perbedaan intelektual,
perbedaan emosi dan perbedaan sosial dan moral. Dari perbedaan individual inilah
yang menjadi suatu kajian dalam Perkembangan Peserta Didik.

2.2.1 Physical (Fisik)


Perkembangan fisik tubuh seseorang terjadi karena pertumbuhan dan
perkembangan tulang, sistem syaraf, sirkulasi darah. Otot serta berfungsinya
hormon. Pertumbuhan fisik pada setiap anak tidak selalu sama, ada beberapa anak
yang mengalami pertumbuhan secara cepat, tetapi ada pula yang mengalami
keterlambatan.
Pada perkembangan anak-anak, anak mengalami perubahan fisik secara
proporsional. Pada masa kanak-kanak, anak mengalami perubahan fisik menuju
proporsi tubuh yang lebih serasi, walaupun tidak seluruh bagian tubuh dapat
mencapai proporsi kematangan dalam waktu yang bersamaan.
Berikut merupakan perkembangan karakateristik perkembangan fisik pada
anak:
a. Karakteristik perkembangan fisik pada masa kanak-kanak (0-5 tahun)
Perkembangan kemampuan fisik pada anak kecil ditandai dengan mulai
mampu melakukan bermacam macam gerakan dasar yang semakin baik,
yaitu gerakan gerakan berjalan, berlari, melompat, meloncat, berjingkrak,
melempar, menangkap, yang berhubungan dengan kekuatan yang lebih
basar sebagai akibat pertumbuhan jaringan otot lebih besar.
b. Karakteristik perkembangan fisik pada masa anak (5-11):

4
Perkembangan waktu reaksi lebih lambat dibanding masa kanak-kanak,
koordinasi mata berkembang dengan baik, masih belum mengembangkan
otot otot kecil, kesehatan umum relative tidak stabil dan mudah sakit, rentan
dan daya tahan kurang. Laki-laki memliki tingkat kedewasaan yang rendah
jika dibandingkan dengan perempuan.
c. Karakteristik perkembangan fisik pada masa remaja Perkembangan
fisik yang paling menonjol yaitu perkembangan kekuatan, ketahanan, dan
organ seksual pada masa remaja. Karakteristik perkembangan fisik pada
masa remaja ditandai dengan pertumbuhan berat dan tinggi badan yang
cepat, pertumbuhan tanda-tanda seksual primer (kelenjar-kelenjar dan alat-
alat kelamin) maupun tanda-tanda seksual sekunder (tumbuh payudara,
haid, kumis, dan mimpi basah, dan lain sebagainya), timbulnya hasrat
seksual yang tinggi (masa puberitas).
d. Karakteristik perkembangan fisik pada masa dewasa Kemampuan fisik
pada masa dewasa pada setiap individu menjasdi sangat bervariasi seiring
dengan pertumbuhan fisik. Laki-laki cenderung lebih baik kemampuan
fisiknya dan gerakannya lebih terampil. Pertumbuhan ukuran tubuh yang
proposianal memberikan kemampuan fisik yang kuat. Pada masa dewasa
pertumbuhan mecapai titik maksimal. Pertumbuhan fisik mulai terhenti
sehingga hasil dari pertumbuhan ini menentukan kemampuan fisik pada
masa ini.
2.2.2 Intelektual ( Kognitif dan Bahasa)
Intelekual adalah kemampuan jiwa atau psikis yang relatif menetap dalam
proses berpikir untuk membuat hubungan-hubungan tanggapan, serta kemampuan
memahami, menganalisis, mensintesiskan, dan mengevaluasi. Intelektual
berfungsi dalam pemben-tukan konsep yang dilakukan melalui pengindraan
pengamatan, tanggapan, ingatan, dan berpikir.
kognisi adalah tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh
pengetahuam atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan. Selain itu
kognitif juga dipandang sebagai suatu konsep yang luas dan inklusif yang
mengacu pada kegiatan mental yang terlibat di dalam perolehan, pengolahan,
organisasi dan penggunaan pengetahuan. Proses utama yang digolongkan dibawah

5
istilah kognisi mencakup mendeteksi, menafsirkan, mengelompokkan, mengingat
informasi, mengevaluasi gagassan, menyimpulkan prinsip dan kaidah,
mengkhayal kemungkinan menghasilkan strategi dan berfantasi.
Bila disimpulkan maka kognisi dapat dipandang sebagai kemampuan yang
mencakup segala bentuk pengenalan, kesadaaran, pengertian yang bersifat mental
pada ddiri individu yang digunakan interaksinya antara kemampuan potensial
dengan lingkungan seperti dalam aktivitas mengamati, menafsirkan,
memperkirakan, mengingat, menilai dll.
Piaget membagi tahap perkembangan kognitif ke dalam empat tahap, yaitu
tahap sensorimotor, tahap pra-operasional, tahap konkret operasional, dan tahap
formal operasional.
1. Tahap 1: Sensorimotor (0-2 tahun).
Pada tahap ini anak menggunakan penginderaan dan aktivitas motorik untuk
mengenal lingkungannya. Diawali dengan modifikasi refleks yang semakin lebih
efisien dan terarah, dilanjutkan dengan reaksi pengulangan gerakan yang menarik
pada tubuhnya dan keadaan atau objek yang menarik, koordinasi reaksi dengan
cara menggabungkan beberapa skema untuk memperoleh sesuatu, reaksi
pengulangan untuk memperoleh hal-hal yang baru, serta permulaan berpikir
dengan adanya ketetapan objek. Pada masa sensorimotor, berkembang pengertian
bahwa dirinya terpisah dan berbeda dengan lingkungannya. Anak berusaha
mengkoordinasikan tindakannya dan berusaha memperoleh pengalaman melalui
eksplorasi dengan indera dan gerak motorik. Jadi, perkembangan skema kognitif
anak dilakukan melalui gerakan refleks, motorik, dan aktivitas indera.
Selanjutnya, anak juga mulai mampu mempersepsi ketetapan objek.
2. Tahap 2: Pra-Operasional (2-7 tahun).
Pada fase ini anak belajar mengenal lingkungan dengan menggunakan simbol
bahasa, peniruan, dan permainan. Anak belajar melalui permainan dalam
menyusun benda menurut urutannya dan mengelompokan sesuatu. Jadi, pada
masa pra-operasional anak mulai menggunakan bahasa dan pemikiran simbolik.
Mereka mulai mengerti adanya hubungan sebab-akibat meskipun logika
hubungannya belum tepat, mampu mengemukakan alasan dalam menyatakan

6
pendapat atau ide, mulai dapat mengelompokan sesuatu, serta perbuatan
rasionalnya belum didukung oleh pemikiran tetapi oleh perasaan.
3. Tahap 3: Konkret Operasional (7-11 tahun).
Pada masa ini anak sudah bisa melakukan berbagai macam tugas
mengkonservasi angka melalui tiga macam proses operasi, yaitu:
a. negasi sebagai kemampuan anak dalam mengerti proses yang terjadi di
antara kegiatan dan memahami hubungan antara keduanya;
b. resiprokasi sebagai kemampuan untuk melihat hubungan timbal balik;
c. identitas dalam mengenali benda-benda yang ada.
Dengan demikian, pada tahap ini anak sudah mampu berpikir konkret dalam
memahami sesuatu sebagaimana kenyataannya, mampu mengkonservasi angka,
serta memahami konsep melalui pengalaman sendiri dan lebih objektif.
4. Tahap 4: Formal Operasional (11 tahun – dewasa).
Pada fase ini anak sudah dapat berpikir abstrak, hipotetis, dan sistematis
mengenai sesuatu yang abstrak dan memikirkan hal-hal yang akan dan mungkin
terjadi. Jadi, pada tahap ini anak sudah mampu meninjau masalah dari berbagai
sudut pandang dan mempertimbangkan alternatif/kemungkinan dalam
memecahkan masalah, bernalar berdasarkan hipotesis, menggabungkan sejumlah
informasi secara sistematis, menggunakan rasio dan logika dalam abstraksi,
memahami arti simbolik, dan membuat perkiraan di masa depan.
Owen (Semiawan, 1998) menjelaskan perkembangan bahasa (pragmatik
dan semantik) anak pada usia sekolah dasar. Menurutnya, anak usia 5 tahun
sangat sering menggunakan bahasa untuk mengajukan permintaan, mengulang
untuk perbaikan, mulai membicarakan topik-topik gender. Anak usia 6 tahun
mengulang dengan cara elaborasi untuk perbaikan, dan menggunakan kata-kata
keterangan. Anak usia 7 tahun mengguna-kan dan memahami sebagian istilah dan
membuat plot naratif yang mempunyai pengantar dan akhir dari topik yang mau
diungkapkan. Anak usia 8 tahun menggunakan topik-topik yang konkret,
mengenal makna nonliteral dalam bentuk permintaan langsung, dan mulai
mempertimbangkan maskud lainnya. Pada usia 9 tahun, anak memelihara topik
melalui beberapa perubahan.

7
2.2.3 Emosi
Kegiatan kita sehari-hari pada umumnya disertai dengan perasaan-perasaan
tertentu misalnya senang, sedih, cinta, marah, cemas dll. Perasaan-perasaan itulah
yang disebut dengan emosi. (Sarlito, 1982). Jadi emosi adalah warna afektif yang
kuat dan ditandai olleh perubahan-perubahan fisik.
Perkembangan emosi pada anak melalui beberapa fase yaitu :
Bayi hingga 18 bulan
Pada fase ini, bayi butuh belajar dan mengetahui bahwa lingkungan di
sekitarnya aman dan familier. Perlakuan yang diterima pada fase ini berperan
dalam membentuk rasa percaya diri, cara pandangnya terhadap orang lain serta
interaksi dengan orang lain. Bayi menunjukan respon emosi seperti tersenyum,
marah, takut dll. Contoh ibu yang memberikan ASI secara teratur memberikan
rasa aman pada bayi.
18 bulan sampai 3 tahun
Pada fase ini, anak mulai mencari-cari aturan dan batasan yang berlaku di
lingkungannya. Ia mulai melihat akibat perilaku dan perbuatannya yang akan
banyak mempengaruhi perasaan dalam menyikapi posisinya di lingkungan. Fase
ini anak belajar membedakan cara benar dan salah dalam mewujudkan
keinginannya.
Pada anak usia 2-3 tahun belum mampu menggunakan banyak kata untuk
mengekspresikan emosinya. Namun ia akan memahami keterkaitan ekspresi
wajah dengan emosi dan perasaan. Pada fase ini orang tua dapat membantu anak
mengekspresikan emosi dengan bahasa verbal. Caranya orang tua menerjemahkan
mimik dan ekspresi wajah dengan bahasa verbal.
Usia antara 3 sampai 5 tahun
Pada fase ini anak mulai mempelajari kemampuan untuk mengambil
inisiatif sendiri. Anak mulai belajar dan menjalin hubungan pertemanan yang baik
dengan anak lain, bergurau dan melucu serta mulai mampu merasakan apa yang
dirasakan oleh orang lain.
Usia antara 5 sampai 12 tahun
Pada usia 5-6 anak mulai mempelajari kaidah dan aturan yang berlaku.
Anak mempelajari konsep keadilan dan rahasia.

8
Anak usia 7-8 tahun perkembangan emosi pada masa ini anak telah
menginternalisasikan rasa malu dan bangga. Anak dapat memverbalisasikan
konflik emosi yang dialaminya.
Anak usia 9-10 tahun anak dapat mengatur ekspresi emosi dalam situasi
sosial dan dapat berespon terhadap distress emosional yang terjadi pada orang
lain. Selain itu dapat mengontrol emosi negatif seperti takut dan sedih.
Pada masa usia 11-12 tahun, pengertian anak tentang baik-buruk, tentang
norma-norma aturan serta nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya menjadi
bertambah dan juga lebih fleksibel. Mereka mulai memahami bahwa penilaian
baik-buruk atau aturan-aturan dapat diubah tergantung dari keadaan atau situasi
munculnya perilaku tersebut. Nuansa emosi mereka juga makin beragam.

2.2.3 Sosial Moral


Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan
dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam
interaksinya dengan orang lain (Desmita. 1993). Anak-anak ketika dilahirkan
tidak memiliki moral yang disebut dengan immoral.Tetapi dalam dirinya terdapat
potensi moral yang siap untuk dikembangkan. Karena itu, melalui pengalamannya
berinteraksi dengan orang lain misalnya dengan orang tua, saudara, teman sebaya
dan guru, anak belajar memahami tentang perilaku mana yang baik dan mana
yang buruk.
Dengan demikian, moral merupakan kendali dalam bertingkah laku.Oleh
sebab itu mereka akan melakukan suatu tindakan, dimana tindakan tersebut
tindakan moral yang ternilai baik atau sebaliknya.
Teori perkembangan moral menurut Kohlberg adalah sebagai berikut:
Level I: Preconventional Morality
➢ Stage 1: Punishment and ObedienceOrientation
Tahap ini disebut juga moralitas heteronomi. suatu orientasi pada
hukuman dan kepatuhan. Penentuan benar atau salah didasarkan pada
konsekuensi ragawi suatu tindakan. Penalaran pada tahap ini sangat
egosentrik, penalar tidak dapat mempertimbangkan perspektif orang lain.
➢ Stage 2: Individualism, instrumental purpose,and exchange

9
Tahap kedua disebut tujuan instrumental,individualisme dan pertukaran
(kebutuhan dan keinginan). Tahap ini ditandai oleh pemahaman baik atau
benar sebagai sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan, baik
diri sendiri maupun orang lain. Kebutuhan pribadi dan kebutuhan orang lain
merupakan pertimbangan utama penalaran pada tingkat ini.
Level II: Conventional Morality
➢ Stage 3: Mutual interpersonal expectation, relationship, and
interpersonalconformity
Tahap harapan, hubungan dan penyesuaian antar pribadi. Mengerjakan
sesuatu yang benar pada tahap ini berarti memenuhi harapan orang-orang
lain, loyal terhadap kelompok, dan dapat dipercaya dalam kelompok tersebut.
Perhatian terhadap kesejahteraan orang lain dianggap hal yang penting.
➢ Stage 4: Social system and conscience (law andorder)
Tahap keempat adalah sistem sosial dan hati nurani. Mengerjakan
sesuatu yang benar pada tahap ini berarti mengerjakan tugas kemasyarakatan
dan mendukung aturan sosial yang ada. Tanggung jawab dan komitmen
seseorang haruslah menjaga aturan sosial dan menghormati diri sendiri.
Level III: Postconventional Morality or Principled
➢ Stage 5: Social contract or utility andindividual right
Tahap ini adalah kontrak sosial dan hak individual yang dianggap benar .
Menurut tahap ini adalah yang mendukung hak-hak dan nilai-nilai dasar,
serta saling menyetujui kontrak sosial. Orientasi penalaran tahap ini adalah
pada upaya memaksimalkan kesejahteraan masyarakat dan menghargai
kemauan golongan mayoritas, di samping menjaga hak-hak golongan
minoritas.
➢ Stage 6: Universal ethical principles
Tahap keenam adalah prinsip etis universal. Pada tahap ini yang
dianggap benar adalah bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip pilihan sendiri
yang sesuai bagi semua manusia. Penalar pada tahap ini sudah dapat
membuat keputusan moral secara otonomi.

10
Perkembangan sosial dapat diartikan sebagai perolehan kemampuan
berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial yang merupakan pencapaian
kematangan dalam hubungan sosial. Baik itu dalam tatanan keluarga, sekolah, dan
masyarakat.

Tahapan Perkembangan Sosial Anak


Setiap anak mempunyai tahapan perkembangan dalam segala aspek
perkembangannya, begitu pula pada bidang sosialnya. Perkembangan tersebut
didasarkan pada tahapan usia dari masing-masing anak. Charlotte Buhler seperti
yang dikutip oleh Abu Ahmadi menjelaskan,tingkatan perkembangan sosial anak
menjadi 4 (empat) tingkatan sebagai berikut:
(a) Tingkatan pertama: Sejak dimulai umur 0;4/0;6 tahun, anak mulai
mengadakan reaksi positif terhadap oarng lain, antara lain ia tertawa karena
mendengar suara orang lain.
(b) Tingkatan kedua: Adanya rasa bangga dan segan yang terpancar dalam
gerakan dan mimiknya, jika anak tersebut dapat mengulangi yang lainnya.
Contoh: Anak yang berebut benda atau mainan, jika menang dia akan
kegirangan dalam gerak dan mimik. Tingkatan ini biasanya terjadi pada
anak usia ±2 tahun ke atas.
(c) Tingkatan ketiga: Jika anak telah lebih dari umur ±2 tahun, mulai
timbul perasaan simpati (rasa setuju) dan atau rasa antipati (rasa tidak
setuju) kepada orang lain,baik yang sudah dikenalnya atau belum.
(d) Tingkatan keempat: Pada masa akhir tahun ke dua, anak setelah
menyadari akan pergaulannya dengan anggota keluarga, anak timbul
keinginan untuk ikut campur dalam gerak dan lakunya.
(e) Dan pada usia 4 tahun, anak makin senang bergaul dengan anak lain
terutama teman yang usianya sebaya. Ia dapat bermain dengan anak lain
berdua atau bertiga, tetapi bila lebih banyak anak lagi biasanya mereka akan
bertengkar. (f) Kemudian, pada usia 5-6 tahun ketika memasuki usia
sekolah, anak lebih mudah diajak bermain dalam suatu kelompok. Ia juga
mulai memilih teman bermainnya,entah tetangga atau teman sebayanya
yang dilakukan luar rumah.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Perkembangan peserta didik merupakan bagian dari pengkajian dan
penerapan psikologi perkembangan yang secara khusus mempelajarai
aspek-aspek perkembangan individu yang berada pada tahap usia sekolah
dan sekolah menengah..
2. Manfaat Mempelajari Perkembangan Peserta Didik untuk calon pendidik.
 Dengan mempelajari perkembangan peserta didik, kita dapat
memahami ciri khas perkembangan dari peserta didik.
 Dengan mempelajari perkembangan peserta didik, kita mulai mengerti
tahap-tahap perkembangan dari peserta didik.
 Dengan mempelajari perkembangan peserta didik sebagai calon guru
akan mampu untuk memahami perilaku peserta didiknya.
3. Perkembangan Peserta Didik yang menyangkut PIES
 Pertumbuhan fisik yang dialami anak akan mempengaruhi proses
perkembangan motoriknya.
 Intelektual berfungsi dalam pembentukan konsep yang dilakukan
melalui pengindraan pengamatan, tanggapan, ingatan, dan berpikir
 Emosi adalah warna afektif yang kuat dan ditandai olleh perubahan-
perubahan fisik.
 Perkembangan Sosial didasarkan pada tahapan usia dari masing-
masing anak sedangkan Moral merupakan kendali dalam bertingkah
laku.

3.2 Saran

12
Perkembangan peserta didik memiliki tingkat perkembangan yang berbeda-beda.
sehingga Perkembangan peserta didik perlu dipelajari oleh calon pendidik. Peserta
didik dalam penerapannya bisa menjadi kendala bagi seorang guru apabila tidak
mengetahui secara mendasar perilaku dan dasar yang harus diterapkan saat menghadapi
perkembangan peserta didik yang begitu cepat.

DAFTAR PUSTAKA

13
Abu Ahmadi. Munawar Sholeh. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT.Rineka
Cipta. Desmita. 1993. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rosda Karya.
Hurlock, E.B. 1991. PsikologiPerkembangan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Izzaty, E. Rita.,dkk.2007.PerkembanganPesertaDidik. Yogyakarta: FIP UNY
Makaruku, E. 2015.Buku Ajar Perkembangan Peserta Didik.Ambon : FKIP Universitas
Pattimura.
Maryati. (2012). Materi Kuliah Perkembangan Peserta Didik. Bima: STKIP Bima
Semiawan, C.R. 1999. Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek
Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

14

Anda mungkin juga menyukai