Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PROFESIONAL ETICS FOR TEACHER


(KODE ETIK GURU INDONESIA)

Dosen: Dr. Muhammad Hanafi M. Pd

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5

A NURAISYAH
AGUSTINA. HR
NUR FARLINA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDENRENG


RAPPANG

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “kode etik guru indonesia”.
Makalah ini disusun oleh kelompok 5 pada Mata Pelajaran “Profesional Ethics For
Teacher”. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah pengetahuan dan wawasan tentang kode
etik guru indonesia bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis juga mengucapkan kepada bapak Dr. Muhammad Hanafi selaku dosen Mata
Pelajaran “Profesional Ethics For Teacher”. Serta ucapan terimah kasih kepada semua pihak
yang membantu dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga
makalah ini dapat memberikan informasi dan ilmu bagi pembaca.

Rappang, 17 September 2021

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4

A. Latar Belakang................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................5

A. pengertian Kode Etik Guru.............................................................................................5

B. Sejarah Kode Etik Guru Indonesia..................................................................................8

C. Tujuan Kode Etik Guru...................................................................................................8

D. Fungsi Kode Etik Guru...................................................................................................9

E. Kode EtikGuru..............................................................................................................12

BAB III PENUTUP............................................................................................................17

A. Kesimpulan.....................................................................................................................17

3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sebuah masalah yang tak pernah ada hentinya untuk selalu
menjadi topik yang ramai diperbicarakan, melalui berbagai media. Beerbicara mengenai
pendidikan berarti berbicara tentang murid maupun profesi guru dan kode etik guru. Saat
menyandang prdikat sebagai guru, tentunya tugas seorang guru tidaklah mudah, seorang
guru bukan hanya sekedar menerangkan pelajaran saja, hal tersebut karena guru
merupakan profesi yang dapat menentukan masa depan generasi muda bangsa ini,guru
yang baik dan berkualitas akan menjadikan generasi muda bangsa ini menjadi bangsa
yang tertinggal dan bahkan bisa menjadi bangsa yang terjajah lagi.
Seorang guru adalah seorang pendidik. Pendidik ialah “orang yang memikul
tanggung jawab untuk membimbing”. Pendidik tidak sama dengan pengajar, sebab
pengajar itu hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran kepada murid. Prestasi yang
tertinggi yang dapat dicapai oleh seorang pengajar apabila ia berhasil membuat pelajar
memahami dan menguasai materi pengajaran yang diajarkan kepadanya. Tetapi seorang
pendidik bukan hanya bertanggung jawab menyampaikan materi pengajaran kepada
murid saja tetapi juga membentuk kepribadian seseorang anak didik bernilai tinggi.
Sekarang ini, kebanyakan orang-orang yang telah manjadi seseorang guru dalam
menjalankan profesinya tersebut tidak jarang melakukan penyimpangan ataau pun
pelanggaran terhadap norma-norma menjadi seorang guru, sehingga pemerintah
menetapkan suatu aturan atau norma-norma yang harus dipatuhi oleh para guru di
indonesia yang dikenal dengan “Kode Etik Guru”
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Kode Etik Guru?
2. Apakah sejarah Kode Etika Guru Indonesia?
3. Apakah tujuan dan fungsi Kode Etik Guru?
4. Apakah saja Kode Etik Guru Indonesia?

4
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kode Etik Guru
Istilah “kode etik” berasal dari dua kata, yakni “kode” dan “etik”. Perkataan
“etik” berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak, adab atau cara hidup.
Sedangkan “kode etik” secara harfiah berarti sumber etik. Etika artinya tata susila
(etika) atau hal-hal yang berhubungan dengan kesusilaan dalam mengerjakan suatu
pekerjaan.
seorang guru sebagai tenaga pendidik yang  profesional perlu memiliki “kode
etik guru” dan menjadikannya sebagai pedoman yang mengatur pekerjaan guru selama
dalam pengabdian. Kode etik guru ini merupakan ketentuan yang mengikat semua
sikap dan perbuatan guru. Bila guru telah melakukan perbuatan asusila dan amoral
berarti guru telah melanggar “kode etik guru”. Sebab, kode etik guru ini sebagai salah
satu ciri yang harus ada pada profesi guru itu sendiri.
Dalam buku lain, istilah etik (ethica) mengandung makna nilai-nilai yang
mendasari perilaku manusia. Terma etik berasal dari bahasa filsafat, bahkan menjadi
salah satu cabangnya. Etik juga disepadankan dengan istilah adab, moral, ataupun
akhlak. Etik berasal dari perkataan ethos, yang berarti watak. Sementara adab adalah
keluhuran budi, yang berarti menimbulkan kehalusan budi atau kesusilaan, baik yang
menyangkut batin maupun lahir.
Maksud kode etik adalah norma-norma yang mengatur hubungan kemanusiaan
(relationship) antara guru dan lembaga pendidikan (sekolah); guru dan sesama guru;
guru dan peserta didik; guru dan lingkungannya.
Kode etik pendidik adalah salah satu bagian dari profesi pendidik. Artinya
setiap pendidik yang profesional akan melaksanakan etika jabatannya sebagai
pendidik.
Etika (ethic) bermakna sekumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak, tata cara (adat, sopan santun) nilai mengenai benar dan salah tentang hak dan
kewajiban yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat.
Etika, pada hakikatnya merupakan dasar pertimbangan dalam pembuatan
keputusan tentang moral manusia dalam interaksi dengan lingkungannya. Secara

5
umum etika dapat diartikan sebagai suatu disiplin filosofis yang sangat diperlukan
dalam interaksi sesama manusia dalam memilih dan memutuskan pola-pola perilaku
yang sebaikbaiknya berdasarkan timbangan moral-moral yang berlaku.
Bisa ditarik kesimpulan bahwa kode etik guru indonesia adalah himpunan nilai-
nilai dan norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematis dalam
suatu sistem yang utuh dan bulat. Kode etik guru indonesia berfungsi sebagai landasan
moral dan pedoman tingkah laku setiap guru warga PGRI dalam menunaikan tugas
pengabdianya sebagai guru, baik di dalam maupun di luar sekolah serta dalam
kehidupan sehari hari di masyarakat. Dengan demikian , kode etik guru indonesia
merupakan alat yang amat penting untuk pembentukan sikap profesional para anggota
profesi keguruan.
Kode Etik Guru Indonesia merupakan pedoman sikap dan perilaku bertujuan
menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindungi undang-
undang. Kode Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma moral
yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam hubungannya dengan
peserta didik, orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan seprofesi, organisasi profesi, dan
pemerintah sesuai dengan nilai-nilai agama, pendidikan, sosial, etika dan
kemanusiaan.      Dalam buku lain, Kata “etik” berasal dari bahasa Yunani, “ethos” yang
berarti watak, adab atau cara hidup. Dapat diartikan bahwa etik itu menunjukkan “cara berbuat
yang menjadi adat, karena persetujuan dari kelompok manusia”. Atau secara harfiah kode etik
berarti sumber etik. Jadi kode etik guru itu dapat diartikan sebagai aturan tata susila keguruan.
Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan dan
dipatuhi oleh setiap anggota profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya dan
dalam hidupnya di masyarakat.
Jika lebih diperinci lagi, Maksud kode etik adalah norma-norma yang mengatur
hubungan kemanusiaan (relationship) antara guru dan lembaga pendidikan
(sekolah),  guru dan sesama guru, guru dan peserta didik, guru dan lingkungannya.
Kode etik pendidik adalah salah satu bagian dari profesi pendidik. Artinya
setiap pendidik yang profesional akan melaksanakan etika jabatannya sebagai
pendidik.
Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)  dalam temu karya pendidikan III
dan rakornas di Bandung Tahun 1991 mengemukakan kode etik sarjana pendidikan

6
Indonesia sebagai berikut:
1) Bartakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, setia dan jujur berdasarkan Pancasila
dan UUD 45.
2) Menjunjung tinggi harkat dan martabat peserta didik.
3) Menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa.
4) Selalu menjalankan tugas dengan berpegang teguh kepada kebudayaan nasional
dan Ilmu Pendidikan.
5) Selalu melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat.
Pada intinya dapat disimpulkan bahwa kode etik tersebut mengatur tentang apa
yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan guru dalam menjalankan
tugas profesionalnya.
Al-Ghazali berpendapat bahwa guru yang dapat diserahi tugas mendidik adalah
guru yang selain cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan
kuat fisiknya  Dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu
pengetahuan secara mendalam, dan dengan akhlaknya yang baik ia dapat menjadi
contoh  dan teladan bagi para muridnya, dan dengan kuat fisiknya ia dapat
melaksanakan tugas mengajar, mendidik dan mengarahkan anak-anak muridnya.
Guru semestinya dipilih dari sekian banyak orang yang mencalonkan diri, dan
diambil yang memenuhi syarat. Inilah guru yang mulia, sebagai pewaris Nabi.Tugas
guru bukan sebatas penyampai mata pelajaran ke sana kemari, dari satu sekolah ke
sekolah yang lain. Semestinya kita harus jujur, jika bangsa Indonesia yang saat ini
belum bangkit, dan bahkan justru bertambah bebannya adalah sebagai akibat dari
mempercayakan guru kepada orang-orang yang bukan semestinya. Kualitas pendidikan
sangat ditentukan oleh kualitas guru. Sebagai contoh sederhana, kita harus pahami
bahwa jika siswa tidak pintar ilmu fiqih, bukan kemudian hanya menyalahkan para
siswanya sulit diajari ilmu fiqih, atau referensi yang kurang lengkap, tetapi hal itu
disebabkan, salah dalam memilih guru, karena dia bukan bidangnya.

7
B. Sejara Kode Etik Guru Indonesia
Sejarah ini dimulai pada tahun 1971 saat FIP-IKIP Malang mengadakan seminar
tentang etika jabatan guru. Seminar tersebut diikuti oleh Kepala Perwakilan Departemen
P & K Provinsi Jawa Timur, Kepala Kabin se-Madya dan Kabupaten Malang, guru se-
kota Madya, dan para dosen FIP-IKIP Malang.
Lanjut pada tahun 1973, PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) mengadakan
Kongres PGRI ke XIII. Pada kongres itu, PGRI berhasil merumuskan secara yuridis kode
etik guru Indonesia.
Pihak yang bertanggung jawab untuk merumuskan isinya, merupakan para ahli di
bidang pendidikan. Adapun tahap perumusan sampai pengesahannya adalah sebagai
berikut.
1. Tahap pembahasan/perumusan yang dilakukan pada tahun 1971/1973.
2. Tahap pengesahan dilakukan saat Kongres PGRI ke XIII, yaitu November 1973.
3. Tahap penguraian dilakukan pada Kongres PGRI ke XIV pada tahun 1979.
4. Tahap penyempurnaan dilakukan pada Kongres PGRI XVI pada tahun 1989.
Mengingat perumusannya dilakukan secara yuridis, maka setiap pelanggaran di dalamnya
akan dikenakan sanksi sesuai perundang-undangan yang berlaku.
C. Tujuan Kode Etik Guru
Dalam setiap profesi tentunya memiliki kode etik masing-masing yang harus dipatuhi
oleh segenap jajaran yang ada pada profesi tersebut dan dalam hal ini adalah profesi guru.
Tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk kepentingan anggota dan
kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara umum tujuan mengadakan kode etik adalah
sebagai berikut.
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
Dalam hal ini kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan dari pihak luar
atau masyarakat, agar mereka jangan sampai memendang rendah atau remeh
terhadap suatu profesi. Oleh karena itu setiap kode etik suatu profesi akan
melarang berbagai tindakan yang dapat mencemarkan nama baik tprofesi terhadap
masyarakat.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya/
Kesejahteraan dalam konteks ini meliputi kesejahteraan yang bersifat lahir
(material) ataupun kesejahteraan yang bersifat batin (spiritual atau mental).

8
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
Tujuan lain kode etik dapat juga berkaitan dengan peningkatan kegiatan
pengabdian profesi, sehingga bagi para anggota profesi dapat dengan mudah
mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdiannya dalam melaksanakan
tugasnya. Oleh karena itu, kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu
dilakukan para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi.
Untuk meningkatkan mutu profesi, kode etik juga memuat norma-norma dan
anjuran agar para anggota profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu
pengabdian para anggotanya.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi
Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi, maka diwajibkan kepada setiap
anggota untuk secara aktif berpartisipasi dalam membina organisasi profesi dan
kegiatan-kegiatan yang dirancang organisasi.
D. Fungsi Kode Etik Guru
Dari beberapa bagian kode etik guru yang telah dijelaskan di atas, dapat dilihat
bahwa kode etik guru memiliki hubungan yang sangat erat dengan dunia pendidikan dan
secara otomatis mampu mengikat semua orang yang memiliki profesi sebagai guru.
Dapat dikatakan bahwa profesi guru benar-benar tidak dapat dipisahkan dari dunia
pendidikan. Dunia pendidikan tentu tidak akan bisa berfungsi jika tidak ada guru.
Adapun dari kode etik guru ini mempunyai fungsi di dalamnya, sebagai berikut:
Fungsi kode etik guru sebagai seperangkat prinsip dan norma moral yang mendukung
pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam kaitannya dengan siswa, orang tua
/ wali siswa, sekolah dan kolega dalam profesi, organisasi profesi, dan pemerintah sesuai
dengan agama, pendidikan, sosial, etika dan kemanusiaan.
Hubungan termasuk dalam Pedoman Perilaku guru, yaitu:
1) Hubungan guru dengan siswa
2) Hubungan guru dengan orang tua / wali siswa
3) Hubungan guru dengan masyarakat
4) Hubungan guru dengan sekolah
5) Hubungan guru dengan profesi

9
6) Hubungan guru dengan organisasi profesionalnya
7) Hubungan guru dengan pemerintah

Pada dasarnya kode etik memiliki fungsi ganda yaitu sebagai perlindungan
danpengembangan bagi profesi. Fungsi seperti itu sama seperti apa yang dikemukakan
oleh
 Gibson dan Michel (1945 : 449) yang lebih mementingkan pada kode etik
sebagai pedoman pelaksanaan tugas prosefional dan pedoman bagi masyarakat
sebagai seorang professional.
 Biggs dan Blocher ( 1986 : 10) mengemukakan tiga fungsi kode etik yaitu
1. Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah.
2. Mencegah terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi.
3. Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi.
 Oteng Sutisna (1986 : 364) bahwa pentingnya kode etik guru dengan teman
kerjanya difungsikan sebagai penghubung serta saling mendukung dalam
bidang mensukseskan misi dalam mendidik peserta didik.
 Sutan Zahri dan Syahmiar Syahrun (1992) mengemukakan empat fungsi kode
etik guru bagi guru itu sendiri, antara lain :
a. Agar guru terhindar dari penyimpangan tugas yang menjadi tanggung
jawabnya.
b. Untuk mengatur hubungan guru dengan murid, teman sekerja, masyarakat
dan pemerintah.
c. Sebagai pegangan dan pedoman tingkah laku guru agar lebih bertanggung
jawab pada profesinya.
d. Pemberi arah dan petunjuk yang benar kepada mereka yang menggunakan
profesinya dalam melaksanakan tugas.
Ketaatan guru pada Kode Etik akan mendorong mereka berperilaku sesuai
dengan  norma- norma yang dibolehkan dan menghindari norma-norma yang dilarang
oleh etika profesi yang ditetapkan oleh organisasi atau asosiasi profesinya selama
menjalankan tugas-tugas profesional dan kehidupan sebagai warga negara dan anggota
masyarakat. Dengan demikian, aktualisasi diri guru dalam melaksanakan proses
pendidikan dan pembelajaran secara profesional, bermartabat, dan beretika akan
terwujud.
Kode Etik Guru dibuat oleh organisasi atau asosiasi profesi guru.  PGRI
misalnya, telah membuat Kode Etik Guru yang disebut dengan Kode Etik Guru
Indonesia (KEGI). KEGI ini merupakan hasil Konferensi Pusat PGRI Nomor

10
V/Konpus II/XIX/2006 tanggal 25 Maret 2006 di Jakarta yang disahkan pada Kongres
XX PGRI No. 07/Kongres/XX/PGRI/2008 tanggal 3 Juli 2008 di Palembang. KEGI ini
dapat menjadi Kode Etik tunggal bagi setiap orang yang menyandang profesi guru di
Indonesia atau menjadi referensi bagi organisasi atau asosiasi profesi guru selain PGRI
untuk merumuskan Kode Etik bagi anggotanya.
KEGI versi PGRI seperti disebutkan di atas telah diterbitkan Departemen
Pendidikan Nasional bersama Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia
(PB-PGRI) tahun 2008. Dalam kata pengantar penerbitan publikasi KEGI dari pihak
kementerian disebutkan bahwa “semua guru di Indonesia dapat memahami,
menginternalisasi, dan menunjukkan perilaku keseharian sesuai dengan norma dan
etika yang tertuang dalam KEGI ini”.
Dengan demikian akan terciptanya suasana yang harmonis dan semua anggota
akan merasakan adanya perlindungan dan rasa aman dalam melakukan tugas-tugasnya.
Secara umum, kode etik ini diperlukan dengan beberapa alasan, antara lain:
 Untuk melindungi pekerjaan sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang telah
ditetapkan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.
 Untuk mengontrol terjadinya ketidakpuasan dan persengketaan dari para
pelaksana, sehingga dapat menjaga dan meningkatkan stabilitas internal dan
eksternal pekerjaan.
 Melindungi para praktisi di masyarakat, terutama dalam hal adanya kasus-kasus
penyimpangan tindakan.
 Melindungi anggota masyarakat dari praktek-praktek yang menyimpang dari
ketentuan yang berlaku.
Di dalam Pasal 28 undang-undang nomor 8 tahun 1974 menjelaskan tentang
pentingnya kode etik guru  dengan jelas menyatakan bahwa" pegawai negeri sipil
memiliki kode etik sebagai pedoman sikap, sikap tingkah laku dan perbuatan di dalam
dan di luar kedinasan." Dalam penjelasan undang undang. Tersebut dinyatakan Bahwa
dengan adanya kode etik ini, pegawai negeri sipil sebagai aparatur negara, abdi negara
dan abdi masyarakat mempunyai pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam
melaksanan tugasnya dan dalam pergaulan sehari hari. Selanjutnya dalam kode etik
pegawai negeri sipil itu digariskan pula prinsip-prinsip pokok tentang pelaksanaan
tugas dan tanggung jawab pegawai negeri .
Soetjipto dan Raflis Kosasi menegaskan bahwa kode etik suatu profesi adalah
norma norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi di dalam
melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma norma
tersebut berisi petunjuk petunjuk bagi para anggota profesi tentang bagaimana mereka

11
melaksanakan profesinya dan larangan larangan yaitu ketentuan ketentuan tentang apa
yang tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh mereka, tidak saja dalam
menjalankan tugas profesi mereka, melainkan juga menyangkut tingkah laku anggota
profesi pada umumnya dalam pergaulannya sehari-hari dalam masyarakat.

E. Kode Etik Guru


Berikut akan dikemukakan kode etik guru Indonesia sebagai hasil rumusan
Kongres PGRI XIII pada tanggal 21 -25 November 1973 di Jakarta, yang terdiri dari
sembilan item sebagai berikut
1) Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia
pembangun yang berjiwa Pancasila
2) Guru memiliki kejujuran Profesional dalam menerapkan Kurikulum sesuai dengan
kebutuhan anak didik masing-masing.
3) Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi tentang anak
didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.
4) Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan
orang tua murid sebaik-baiknya bagikepentingan anak didik.
5) Guru memelihara hubungan dengan masyarakat disekitar sekolahnya maupun
masyarakat yang luas untuk kepentingan pendidikan.
6) Guru secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan
meningkatkan mutu Profesinya.
7) Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru baik berdasarkan
lingkungan maupun didalamhubungan keseluruhan.
8) Guru bersama-sama memelihara membina dan meningkatkan mutu Organisasi
Guru Profesional sebagai sarana pengabdiannya.
9) Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan Pemerintah
dalam bidang Pendidikan.
Kode etik guru merupakan suatu yang harus dilaksanakan sebagai barometer dari semua
sikap dan perbuatan guru dalam berbagai segi kehidupan, baik dalam keluarga , sekolah
maupun masyarakat.
A. Nilai-nilai Dasar dan Nilai Operasional Kode Etik Guru
Pasal 5

12
Kode Etik Guru Indonesia bersumber dari :
1) Nilai-nilai agama dan Pancasila
2) Nilai-nilai kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional.
3) Nilai-nilai jati diri, harkat dan martabat manusia yang meliputi
perkembangan kesehatan jasmaniah, emosional, intelektual, sosial, dan
spiritual,
Pasal 6
Hubungan Guru dengan Peserta Didik:
 Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tuga didik,
mengajar, membimbing, mengarahkan,melatih,menilai, dan mengevaluasi
proses dan hasil pembelajaran.
 Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati dan
mengamalkan hak-hak dan kewajiban sebagai individu, warga sekolah, dan
anggota masyarakat.
 Guru mengetahui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara
individual dan masing-masingnya berhak atas layanan pembelajaran.
Hubungan Guru dengan Orangtua/wali Siswa:
 Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan efisien
dengan Orangtua/Wali siswa dalam melaksannakan proses pedidikan.
 Guru mrmberikan informasi kepada Orangtua/wali secara jujur dan objektif
mengenai perkembangan peserta didik.
 Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain yang
bukan orangtua/walinya.
Hubungan Guru dengan Masyarakat:
 Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif dan
efisien dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan
pendidikan.
 Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam mengembnagkan dan
meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.
 Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat

13
Hubungan Guru dengan Sekolah:
 Guru memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi sekolah.
 Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif dalam
melaksanakan proses pendidikan.
Hubungan Guru dengan Profesi: 
 Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi
 Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu pendidikan
dan bidang studi yang diajarkan
 Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya
B. Pelaksanaan, dan Sanksi Pelanggaran Guru
Dalam upaya meningkatkan pelaksanaan kode etik pendidik, dalam garis besarnya
dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Para pendidik diberi kesempatan seluas-luasnya, selama mereka mampu,
untuk studi lebih lanjut ke S1, S2 atau S. Dengan menimba ilmu lebih
banyak serta meningkatkan sikap pribadinya sebagai pendidik,
diharapkan kode etik pendidik lebih disadari keharusannya untuk ditaati
dan dilaksanakan.
2. Membangun perpustakaan pendidik di lembaga-lembaga pendidikan
yang belum memiliki perpustakaan seperti itu. Guna perpustakaan ini
disiapkan bagi pendidik yang tidak sempat studi lebih lanjut.
3. Meningkatkan kesejahteraan para pendidik.
4. Sejalan dengan upaya meningkatkan kesejahteraan para pendidik,
kerjasama lembaga pendidikan dengan orang tua, dan dengan tokoh-
tokoh masyarakat juga perlu ditingkatkan.
Kode etik hanya ditetapkan oleh organisasi profesi yang berlaku dan memikat para
anggotanya. Penetapan kode etik ditetapkan pada suatu kongres organisasi profesi. Dengan
demikian, penetapan kode etik tidak dapat dilakukan oleh orang secara per orangan, tetapi
harus dilakukan oleh orang-orang yang diutus untuk dan atas nama anggota profesi dan
organisasi tersebut .
Pendidikan akan berhasil menciptakan manusia yang “benar-benar manusia” di
masyarakat serta tidak menyusahkan orang lain.

14
Etika akan memberikan semacam batasan maupun standar yang akan mengatur
pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya. Dalam pengertiannya yang secara
khusus dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika ini kemudian dibuatkan ke
dalam bentuk aturan atau kode tertulis yang secara sistematik dan sengaja dibuat
berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada serta pada saat yang dibutuhkan akan
bisa difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang
secara logika-rasional umum (common sense) di nilai menyimpang dari kode etik.
Sedangkan secara umum etika dapat diartikan sebagai disiplin filosofis yang sangat
diperlukan dalam interaksi sesama manusia dalam memilih dan memutuskan pola-
pola perilaku yang sebaik-baiknya berdasarkan timbangan moral-moral yang
berlaku.
Dengan adanya etika profesi guru, guru dapat memilih dan memutuskan
perilaku yang paling baik sesuai dengan norma-norma moral yang berlaku. Dengan
demikian akan terciptanya suatu pola-pola hubungan antar guru-murid, juga dalam
hubungannya guru dengan masyarakat yang baik dan harmonis, seperti saling
menghormati, saling menghargai, tolong menolong dan sebagainya.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa sebuah profesi hanya dapat
memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bila mana dalam elit profesional
tersebut ada kesadaran yang kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat
mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang
memerlukannya.
Sering kita jumpai, bahwa ada kalanya negara mencampuri urusan profesi, sehingga
hal-hal yang semula hanya merupakan kode etik dari suatu profesi tertentu dapat
meningkatkan menjadi peraturan hukum atau undang-undang. Apabila demikian, aturan
yang mulanya sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku meningkat menjadi
aturan yang memberikan sanksi-sanksi hukum yang sifatnya memaksa, baik berupa sanksi
perdata maupun sanksi pidana.
Contoh kasus pelanggaran, diantaranya sebagai berikut:
 Guru memposisikan diri sebagai penguasa yang memberikan sanksi dan
mengancam murid apabila melanggar peraturan  atau tidak mengikuti
kehendak guru.
 Guru tidak memahami sifat - sifat yang khas / karakteristik pada anak

15
didiknya.
 Guru memperlakukan peserta didiknya secara tidak tepat sehingga
membentuk prilaku yang menyimpang.
Adapun sanksi yang dikenakan kode etik guru tersebut adalah guru dapat
diberhentikan tidak dengan hormat dari jabatan sebagai guru, karena :
 Melanggar sumpah dan janji jabatan.
 Melanggar perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama.
 Melalaikan kewajiban  dalam melaksanakan tugas selama 1 bulan atau lebih
secara terus menerus.
Sanksi terhadap guru dapat juga berupa :
 Teguran
 Peringatan tertulis
 Penundaan pemberian hak guru
 Penurunan Pangkat
 Pemberhentian dengan hormat
 Pemberhentian tidak dengan hormat.

16
BAB 3
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap
anggota profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di
masyarakat. Tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk
kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri.
Kode Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma
moral yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam
hubungannya dengan peserta didik, orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan
seprofesi, kode etik guru sebagai pedoman guru dalam berperilaku sesungguhnya
dapat diterapkan di masyrakat. Guru ketika berinteraksi dengan masyarakat harus
berpegang teguh pada kode etiknya. Perilaku yang ditunjukkan harus mencermikan
nilai-nilai luhur kode etik itu sehingga kandungannya menjelma dalam perilakunya.

17
DAFTAR PUSTAKA
https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/kode-etik-guru
https://sman1pariangan.sch.id/editorial/editorial-oleh-kepsek/
https://kabarkan.com/kode-etik-guru/
https://kang-purngeblog.blogspot.com/2018/04/makalah-kode-etik-guru/

18

Anda mungkin juga menyukai