Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

DINAMIKA PERILAKU INDIVIDU (Pengamatan, Persepsi, Berfikir,


Intelegensi, dan Sikap)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata


Kuliah Psikologi

Dosen Pengampu : Citra Fraghini, M.Psi.

Disusun Oleh :
MITASARI
1621021

Program Studi : Bimbingan Konseling


Islam Jurusan : Dakwah dan Komunikasi
Islam

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


NEGERI SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK
BANGKA BELITUNG
TAHUN 2017
1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Dinamika
Perilaku Individu (Pengamatan, Persepsi, Berfikir, Intelegensi, dan Sikap).
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya
untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................2
1.3 Tujuan...................................................................................................................2
1.4 Metode Penulisan..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.1 Dinamika Perilaku Individu..................................................................................3
2.1.1 Perspektif Biologi......................................................................................3
2.1.2 Perspektif Behaviorisme...........................................................................4
2.1.3 Perspektif Kognitif....................................................................................5
2.1.4 Perspektif Psikoanalisis.............................................................................6
2.1.5 Persepektif Fenomenologi.........................................................................6
2.2 Penentuan Perilaku Individu.................................................................................7
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................10
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................14
3.2 Saran....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya setiap manusia memiliki perilaku yang berbeda antara masing-
masing individu. Perilaku manusia dipelajari dari ilmu psikologi dan pendekatan
perilaku. Perilaku adalah respon atas stimulus yang datang. Ini berarti perilaku seperti
reflek tanpa kerja mental sama sekali. Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam
perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang.
Perilaku individu tidak boleh disalahartikan sebagai perilaku sosial -yang merupakan
suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi- karena perilaku sosial adalah perilaku yang
secara khusus ditujukan kepada orang lain. Penerimaan terhadap perilaku seseorang
diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol sosial. Maka dari itu
dinamika perilaku individu dalam perspektif psikologi pendidikan dapat dilihat dari
perspektif biologis, behaviorisme, kognitif, psikoanalisis, dan fenomelogi.
Karakteristik individu merupakan sifat kejiwaan yang membedakan seseorang
dengan yang lain, yang dapat dilihat dari ciri-ciri biografis, kepribadian, persepsi, dan
sikap. karakteristik individu merupakan salah satu faktor yang dapat menentukkan
prestasi belajar siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sekolah
merupakan lembaga formal yang bertugas mendidik dan mengembangkan sikap,
perbuatan, tingkah laku bagi peserta didiknya agar mencapai perkembangan yang
optimal. setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda di tengah masyarakat,
begitu pula seorang siswa akan bersikap dan bertingkah laku di sekolah sesuai
karakteristik yang dimiliki. Pengaruh karakteristik individu terhadap prestasi belajar
siswa dapat dilihat dari sejauh mana sikap, tingkah laku dan kepribadian yang dimiliki
siswa selama ini mampu membedakan antara siswa yang satu dengan yang lainnya.
Seberapa besar peranan siswa tersebut untuk memberikan kontribusi di dalam dunia
pendidikan, apakah dia termasuk siswa yang berhasil dalam mengikuti proses belajar
mengajar ataukah dia hanya menganggap bahwa proses belajar mengajar itu hanya
sebuah rutinitas yang harus dikerjakan tanpa mengetahui pentingnya aktivitas pendidikan
baginya.
Keberhasilan pendidikan tak terlepas dari kemampuan pendidik/pembelajar
dalam memahami karakteristik individu yang berbeda. Psikologi pendidikan merupakan
sumbangsih dari ilmu pengetahuan psikologi terhadap dunia pendidikan dalam kegiatan
1
pembelajaran, pengembangan kurikulum, proses belajar mengajar, sistem evaluasi, dan
layanan konseling merupakan beberapa kegiatan utama dalam pendidikan terhadap
peserta didik, pendidik, orang tua, masyarakat dan pemerintah agar tujuan pendidikan
dapat tercapai secara sempurna dan tepat guna.
Berdasarkan uraian di atas penyusun mencoba untuk mengupas materi dasar yang
berkaitan dengan Dinamika Perilaku Individu dalam Perspektif Psikologi sebagai
alternatif bagi pendidik atau calon pendidik memahami perilaku peserta didik guna
pembelajaran bisa berjalan secara optimal.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka kami merumuskan beberapa masalah
yang akan kami kaji, di antaranya:
1. Apa pengertian dinamika perilaku individu?
2. Bagaimana Dinamika Perilaku Individu jika dilihat dari factor Pengamatan,
Persepsi, Berfikir, Intelegensi dan Sikap?

1.3 Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dinamika individu.
2. Untuk mengetahui Dinamika Perilaku Individu jika dilihat dari factor Pengamatan,
Persepsi, Berfikir, Intelegensi dan Sikap?

1.4 Metode Penulisan


Metode penulisan dalam makalah ini yaitu menggunakan metode observasi dan
kepustakaan. Dalam metode ini penulis membaca buku dan mencari via internet materi
yang berkaitan dengan penulisan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dinamika Perilaku Individu


Dinamika perilaku individu adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh
manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, etika, kekuasaan, persuasi, dan genetika.
Adapun lima aliran besar psikologi, yaitu:1
2.1.1 Perspektif Biologi
Tokoh utama perspektif ini adalah Hipokrates. Dia adalah bapak ilmu
kedokteran yang sangat peduli terhadapat perkembangan perilaku dan proses
mental manusia dianalisis dari sisi biologis. Perspektif biologis berupaya
mengaitkan peristiwa listrik dan kimiawi yang terjadi dalam tubuh terutama di
dalam otak dan sistem saraf. Bagi Hipokrates yang mendasari perilaku dan proses
mental individu adalah neurobiology. Perilaku dan proses mental individu sangat
ditentukan oleh perkembangan neurobiology pada kedua belahan otak individu.
Perspektif biologis merupakan pendekatan psikologi yang menekankan pada
peristiwa yang berlangsung dalam tubuh mempeangaruhi perilaku, perasaan, dan
pikiran seseorang. Perspektif biologis memunculkan psikologi evolusi yaitu suatu
bidang psikologi yang menekankan pada mekanisme evolusi yang membantu
menjelaskan kesamaan diantara manusia dalam kognisi, perkembangan, emosi,
paraktik-praktik sosial, dan area lain dari perilaku. Kita bisa terima Charles
Darwin (1859) untuk menunjukkan dalam gagasan bahwa genetika dan evolusi
memainkan peran dalam mempengaruhi perilaku manusia melalui seleksi alam.
Teori dalam perspektif biologi yang mempelajari perilaku genomik
mempertimbangkan bagaimana gen mempengaruhi perilaku. Sekarang genom
manusia dipetakan, mungkin suatu hari kita dapat memahami bagaimana lebih
tepatnya bagaimana perilaku dipengaruhi oleh DNA. Faktor biologis seperti
kromosom, hormon, dan otak semua memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perilaku manusia, untuk jenis kelamin misalnya, pendekatan biologis berpendapat
bahwa perilaku sebagian diwariskan dan memiliki fungsi atau evolusi adaptif.

1 Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, 2005, Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Misalnya, minggu-minggu segera setelah kelahiran anak tingkat testosteron pada
ayah hampir lebih 30%.
Psikolog biologi menjelaskan perilaku dalam neurologis yaitu fisiologi
dan struktur otak dan bagaimana ini mempengaruhi perilaku. Banyak psikolog
biologi telah berkonsentrasi pada perilaku abnormal dan telah mencoba
menjelaskannya. Misalnya psikolog biologi percaya bahwa skizofrenia
dipengaruhi oleh tingkat dopamine (neurotransmitter).
Temuan ini telah membantu psikiatri lepas landas dan memantu
meringankan gejala penyakit mental melalui obat-obatan. Namun Freud dan
disiplin lain berpendapat bahwa ini hanya mempelakukan gejala dan bukan
penyebabnya. Disinilah psikolog kesehatan mengambil temuan bahwa psokolog
biologis memproduksi dan melihat faktor-faktor lingkungan yang terlibat untuk
mendapatkan gambaran yang lebih baik.
2.1.2 Perspektif Behaviorisme
Tokoh perspektif ini yang paling terkenal diantaranya Ivan P. Pavplop
dan John B. Watson. Perspetif ini memandang perilaku sebagai aktivitas suatu
individu yang dapat dideteksi, seperti bericara, tertawa, dan menangis. Pada
perspektif ini yang dilihat perilaku individu ketimbang pada otak dan sistem
sarafnya. Salah satu cabang perspektif ini adalah analisis stimulus respons (S-R).
S-R mempelajari stilumuli yang relevan dilingkungan, respons yang ditimbulkan
stimuli tersebut, dan hadiah atau hukuman yang terjadi setelah respons tersebut.
Stimulus (S) yang dimaksud adalah segala sesuatu yang merangsang individu
berperilaku atau melakukan proses mental yang ditunjukkan oleh individu.
Mekanisme perilaku menurut perspektif ini sebagai berikut: 2
a. S-R
Pada mekanisme ini ketika stimulus atau rangsangan untuk
berperilaku datang maka individu harus berperilaku sebagai respons atau
jawaban atas stimulus tersebut. Para ahli psikologi berpendapat bahwa
mekanisme perilaku ini termasuk mekanisme perilaku tidak sadar. Misalnya
pada saat seseorang sedang melamun dicubit dari belakang ia langsung
tersentak sembari berkata “aw” atau “aduh” dan perilaku lainnya.
b. S-O-R

2 Tirtarahardja, La Sulo, 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Asdi Mahastya.


Pada mekanisme ini perilaku terjadi pada saat stimulus (S) datang
lalu diterima oleh organisme (O) dan organisme memberi respons (S).
Artinya, pada mekanisme ini stimulus tidak otomatis direspon langsung oleh
organisme, mungkin dirasakan dulu baru direspon. Para ahli hampir
berkesimpulan bahwa perilaku ini termasuk perilaku sadar.
c. S-O-t-W-e-R
Pada mekanisme ini, stimulus (S) diterima oleh organisme (O)
melalui reseptor (r) yang diteruskan ke World (W) untuk proses selanjutnya
dimunculkan oleh efektor (e) dalam bentuk perilaku atau respons (R). Pada
dinamika ini yang dimaksud reseptor adalah panca indera, world (W) adalah
proses kognitif termasuk perseptual, dan efektor (e) adalah fasilitas atau
perlengkapan permunsulan respons. Para ahli sepakat bahwa model perilaku
inilah yang disebut perilaku sadar.
2.1.3 Perspektif Kognitif
Dalam perspektif kognitif sebagian kembali pada akar kognitif dari
psikologi, yakni persepsi., daya ingat, penalaran, dan pemutusan pilihan.
Sebagian lagi sebagai reaksi dari behaviorisme. Perspektif ini didasari oleh
penelitian tentang kognisi modern yang didasarkan pada asumsi berikut:
a. Hanya dengan mempelajari proses mental kita dapat sepenuhnya memahami
apa yang dilakukan oleh ahli suatu organisme.
b. Kita dapat mempelajari proses mental secara objektif dengan memfokuskan
pada perilaku spesifik, sama seperti yang dilakukan oleh ahli perilaku tetapi
menginterpretasikannya dalam kaitan proses mental dasar.
Pada perspektif ini interpretasi menggunakan analogi antara pikiran dan
komputer, yakni informasi yang masuk diproses dengan berbagai cara: dipilih,
dibandingkan, dan dikominasikan dengan informasi lain yang telah ada dalam
memori, ditransformasikan, disusun kembali dan seterusnya. Berikut ini conton
interpretasi kognitif, misalnya analisis tentang respon tentang seseorang
dicemooh oleh orang yang tidak dikenal, dikenal, dan pernah menyakitkan:
a. Respons terhadap cemoohan orang yang tidak dikenal cenderung lemah atau
diabaikan
b. Respons terhadap cemoohan orang yang dikenal lebih kuat/lebih agresif
daripada respons kepada yang tidak dikenal.
c. Respons terhadap cemoohan orang yang pernah menyakitkan cenderung
lebih agresif dan lebih kuat daripada respons terhadap orang yang tidak
dikenal atau dikenal saja. Ini bisa terjadi karena pengetahuan yang ada dalam
kognisi yang disebut dengan struktur kognitif menurut istilah Piaget (tidak
dikenal, dikenal, dan penah menyakitkan) yang mengendalikan perilaku
organisme.
2.1.4 Perspektif Psikoanalisis
Tokoh utama perspektif ini adalah Sigmund Freud. Salah satu
pengikutnya adalah Gustav Jung. Asumsi dasar teori Freud adalah ahwa seagian
besar perilaku manusia berasal dari proses bawah sadar (unconscious). Meski
jung merupakan murid dan pengikut Freud, tetapi dalam konsep ini Jung
berpendapat bahwa perilaku manusia pada prinsipnya merupakan collective
unconscious (ketidaksadaran kolektif). Menurut Freud sifat dasar manusia adalah
negatif, ia yakin bahwa manusia berperilaku didorong oleh insting yang sama
seperti hewan (terutama seks dan agresi). Dinamika perilaku ditentukan oleh id,
ego, dan super ego. Id merupakan insting atau naluri. Oleh sebab itu jika manusia
berkembang hanya instingnya saja tidak ada bedanya dengan hewan. Oleh sebab
itu juga id sering disebut dengan dorongan hewani. Id tidak mengenal benar dan
salah dan senantiasa bergerak berdasarkan prinsippleasure, yakni kenikmatan
atau kesenangan. Sementara itu ego merupakan unsur kepribadian yang
berpegang teguh pada prinsip kebenaran berdasarkan logika. Sedangkan super
ego merupakan unsur kepribadian yang bekerja berdasarkan moral. Jika
perkembangan manusia didominasi oleh egonya saja ia akan seperti binatang,
tetapi jika yang berkembang pada manusia hanya sisi superegonya saja ia akan
seperti malaikat. Menurut perspektif ini perkembangan yang ideal adalah
perkembangan yang seimbang antara id, ego, dan super ego.
2.1.5 Perspektif Fenomenologi
Perspektif fenomenologi sering disebut sebagai psikologi humanistik.
Perspektif ini menekankan kualitas yang membedakan manusia dari hewan.
Terutama dilihat dari sisi potensi. Perspektif ini memandang kekuatan motif
utama individual adalah kecenderungan ke arah pertumbuhan dan aktualisasi diri.
Manusia memiliki potensi dan memiliki kebutuhan dasar untuk mengemangkan
potensinya sampai penuh (aktualisasi diri). Dinamika perilaku sangat ditentukan
oleh proses dinamika motivasi yang sehat, yakni dinamika motivasi yang ditandai
dengan pencapaian tujuan (goal). Keberhasilan pencapaian tujuan saat ini
cenderung memuat manusia bergerak untuk menempuh tujuan berikutnya.
Ketidakpuasaan manusia dalam pencapaian tujuan dipandang positif sebagai
dasar pencapaian aktualisasi diri. Sementara itu manusia yang gagal dalam
mencapai tujuannya akan frustasi yang biasa ditunjukkan dengan berbagai
perilaku maladjusment seperti konvensasi, sulimasi, rasionalisasi, proyeksi,
regresi, represi, agresi, dan sebagainya.

2.2 Penentuan Perilaku Individu


Dinamika perilaku individu, ditentukan dan dipengaruhi oleh :
1. Pengamatan atau penginderaan (sensation)
Adalah proses belajar mengenal segala sesuatu yang berada di lingkungan
sekitar dengan meng¬gunakan alat indera penglihatan (mata), pendengaran (telinga),
pengecap (lidah), pembau (hidung), dan perabaan (kulit, termasuk otot).3
Sensasi (sensation) berasal dari bahasa latin : sensatus, yang artinya
dianugerahi dengan indra, atau intelek. Atau Sensasi berasal dari kata “sense” yang
artinya alat pengindraan, yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya.
Sensasi merupakan tahap pertama stimuli mengenai indra kita. Sensasi adalah proses
manusia dalam menerima informasi sensoris (energi fisik dari lingkungan) melalui
penginderaan dan menerjemahkan informasi tersebut menjadi sinyal-sinyal neural
yang bermakna.
Jadi, sensasi merupakan penerimaan stimulus (rangsangan) melalui indera,
dan sensasi lebih cenderung hubungannya dengan perasaan. Dan alat penginderaan
itulah yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya. Sensasi itu sebagai
proses atau pengalaman elementer yang timbul apabila satu perangsang merangsang
satu reseptor atau proses merasakan.
Berikut adalah jenis-jenis sensasi:
1. Indera penglihatan (mata)
2. Indera pendengaran (telinga)
3. Indera peraba (kulit)
4. indera penciuman (hidung)
5. Indera pengecap (lidah)
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Sensasi. Bagian penting dari teori
deteksi sinyal yang berpengaruh besar terhadap psikologi adalah implikasinya dalam
pembelajaran ambang penginderaan. Berdasarkan teori tersebut disimpulkan bahwa

3 http://aljumhuriy.blogspot.co.id/2016/04/ii-p-psikologi-dinamika-perilaku.html
ambang penginderaa bukan hanya kekuatan sinyal. Faktor-faktor yang
mempengaruhi ambang penginderaan adalah :
(a) Kekuatan sinyal;
(b) Sifat-sifat tugas/pekerjaan;
(c) Harapan individu;
(d) Konsekuensi-konsekuensi berupa penghargaan atau hukuman;
(e) Norma / standar / ukuran yang dikenakan individu.
A. Teori Sensasi
Sensasi (sensation) mengacu pada pendeteksian dini terhadap energi dari
dunia fisik. Studi terhadap sensasi umunya berkaitan dengan struktur dan
proses mekanisme sensorik. beserta stimulasi yang mempengaruhi
mekanisme-mekanisme tersebut.
Deteksi energi fisik yang di hasilkan atau di pantulkan oleh benda-benda
fisik, sel-sel tubuh yang melakuakan penderteksi ini, organ inderawi ( mata,
telinga, hidung, kulit dan jaringan tubuh ) proses penginderaan menyadarkan
kita akan adanya suara, warna, bentuk dan elemen kesadaran yang lain. Tanpa
sensasi kita tidak dapat menyentuh dalam arti sesungguhnya dunia nyata.Tapi
untuk membuat dunia yang mendera indera kita menjadi sesuatu yang masuk
akal.
(a) Sensasi Normal
Penerimaan, persepsi dan reaksi adalah 3 komponen setiap pengalaman
sensori. Dalam menjalankan fungsinya organ sensori berkaitan erat
dengan sistem persyarafan yang berfungsi sebagai reseptor dan
penghantar stimulus sehingga tercipta sebuah persepsi yang dapat
menimbulkan reaksi dari individu.
(b) Sensasi Murni
Sensasi murni jarang terjadi, jika mendengar suara aneh, betapapun
asingnya, kita akan segera menghubungkannya dengan suatu bentuknya
yang telah kita lihat sebelumnya.sensasi murni itu terjadi mungkin dalam
peristiwa saat rangsangan warna ditunjukkan untuk pertama kali kepada
seseorang yang sejak lahirnya buta, tetapi tiba-tiba dapat melihat
(Mahmud, 1990)

B. Proses Sensasi
Sistem saraf mengubah pesan pesan menjadi kode salah satu kode yaitu
kode anatomis. Pertama kali diperkenalkan pada 1826 oleh seorang ahli
fisiologi Johannes Muller sebagai doktrin energy syaraf spesifik. Menurut
doktrin, berbagai modalitas sensorik yang berbeda muncul karena sinyal yang
diterima oleh organ indera merangsang beragam jalan syaraf yang menuju area
otak yang beragam pula. Sinyal dari mata menyebabkan impils berjalan
sepanjang saraf optik, menuju ke korteks visual.sinyal dari telinga. Sinyal dari
telinga menyebabkan impuls berjalan dari saraf auditoris menuju ke korteks
auditoris. Gelombang cahaya dan suara menghasilkan sensasi berbeda karena
adanya perbedaan anatomi ini.
Sensasi mengacu pada pendeteksian dini terhadap stimuli. Serta Sensasi
merupakan unsur-unsur pengalaman pancaindera yang disebabkan
perangsang-perangsang diluar manusia, yaitu cahaya, suara, bau, manis dan
sebagainya. Dan hanya sensasi yang mampu kita indralah yang akhirnya
diproseskan oleh reseptor dan oleh pemrosesan kognitif tingkat tinggi.Sistem
sensorik kita memiliki keterbatasan kemampuan manerima sensasi, sehingga
dengan sendirinya pengetahuan kita tentang dunia pun terbatas. Konsep kita
mengenai proses perseptual bahwa pendeteksian dan penginterpretasian sinyal-
sinyal sensori, di tentukan oleh energi stimulus yang dideteksi oleh sistem-
sistem sensorik dan oleh otak dan hasil pemrosesan disimpan dimemori dalam
bentuk pengetahuan ( knowledge), yang akan digunakan kelak dalam suatu
kejadian nyata.
2. Persepsi (perception),
Persepsi adalah sebuah proses saat individu mengatur dan
menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti
bagi lingkungan mereka.4 Perilakuindividu seringkali didasarkan pada persepsi
mereka tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri
Persepsi berarti analisis mengenai cara mengintegrasikan penerapan kita
terhadap hal-hal di sekeliling individu dengan kesan-kesan atau konsep yang sudah
ada, dan selanjutnya mengenali benda tersebut. Untuk memahami hal ini, akan
diberikan contoh sebagai berikut: individu baru pertama kali menjumpai buah yang
sebelumnya tidak kita kenali, dan kemudian ada orang yang memberitahu kita

4 https://id.wikipedia.org/wiki/Persepsi#cite_note-persepsi-0
bahwa buah itu namanya mangga. Individu kemudian mengamati serta menelaah
bentuk, rasa, dan lain sebagainya, dari buah itu secara saksama. Lalu timbul konsep
mengenai mangga dalam benak (memori) individu. Pada kesempatan lainnya, saat
menjumpai buah yang sama, maka individu akan menggunakan kesan-kesan dan
konsep yang telah kita miliki untuk mengenali bahwa yang kita lihat itu adalah
mangga (Taniputera, 2005).
Dari definisi persepsi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi
merupakan suatu proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan
menginterpretasikan masukan-masukan informasi dan pengalaman-pengalaman
yang ada dan kemudian menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan gambaran
yang berarti.
A. Jenis-jenis persepsi
Proses pemahaman terhadap rangsang atau stimulus yang diperoleh
oleh indera menyebabkan persepsi terbagi menjadi beberapa jenis :
1) Persepsi visual
Persepsi visual didapatkan dari indera penglihatan. Persepsi ini adalah
persepsi yang paling awal berkembang pada bayi, dan
memengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya. Persepsi visual
merupakan topik utama dari bahasan persepsi secara umum, sekaligus
persepsi yang biasanya paling sering dibicarakan dalam konteks sehari-
hari.
2) Persepsi auditori
Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.
3) Persepsi perabaan
Persepsi pengerabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit.
4) Persepsi penciuman
Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu
hidung.
5) Persepsi pengecapan
Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu
lidah.
Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dikemukakan, bahwa proses
persepsi melalui tiga tahap, yaitu:
a. Tahap penerimaan stimulus, baik stimulus fisik maupun stimulus
sosial melalui alat indera manusia, yang dalam proses ini mencakup
pula pengenalan dan pengumpulan informasi tentang stimulus yang
ada.
b. Tahap pengolahan stimulus sosial melalui proses seleksi serta
pengorganisasian informasi.
c. Tahap perubahan stimulus yang diterima individu dalam
menanggapi lingkungan melalui proses kognisi yang dipengaruhi
oleh pengalaman, cakrawala, serta pengetahuan individu.
Menurut Newcomb (dalam Arindita, 2003), ada beberapa sifat yang
menyertai proses persepsi, yaitu:
1. Konstansi (menetap): Dimana individu mempersepsikan seseorang
sebagai orang itu sendiri walaupun perilaku yang ditampilkan
berbeda-beda.
2. Selektif: persepsi dipengaruhi oleh keadaan psikologis si perseptor.
Dalam arti bahwa banyaknya informasi dalam waktu yang
bersamaan dan keterbatasan kemampuan perseptor dalam mengelola
dan menyerap informasi tersebut, sehingga hanya informasi tertentu
saja yang diterima dan diserap.
3. Proses organisasi yang selektif: beberapa kumpulan informasi yang
sama dapat disusun ke dalam pola-pola menurut cara yang berbeda-
beda.
3. Berpikir (reasoning)
Adalah aktivitas yang bersifat ideasional untuk menemukan hubungan antara
bagian-bagian pengetahuan. Berpikir bertujuan untuk membentuk pengertian,
membentuk pendapat, dan menarik kesimpulan.5
A. Proses berpikir kreatif
1. Tahap Persiapan
Tahap ini merupakan tahap pengumpulan informasi atau data yang
diperlukan untuk memecahkan suatu masalah.
2. Tahap Inkubasi
Tahap ini adalah tahap dieraminya proses pemecahan masalah.
3. Tahap Iluminasi

5 http://aljumhuriy.blogspot.co.id/2016/04/ii-p-psikologi-dinamika-perilaku.html
Pada tahap ini aalah munculnya berbagai inspirasi dan gagasan-gagasan
untuk memecahkan masalah.
4. Tahap Verifikasi
Tahap ini juga disebut tahap evaluasi, yaitu suatu tahap ketika ide atau
kreasi harus diuji dengan realita.
Jenis berpikir ada dua, yaitu berpikir tingkat rendah dan tingkat tinggi.
Berpikir Tingkat Tinggi terjadi ketika seseorang mengambil informasi baru dan
informasi yang tersimpan dalam memori dan saling terhubungkan atau menata
kembali dan memperluas informasi ini untuk mencapai tujuan atau menemukan
jawaban yang mungkin dalam situasi membingungkan. Membahas tentang
“Berpikir Tingkat Tinggi”, mengingatkan kita kepada Taksonomi Bloom,
terdapat tiga aspek dalam ranah kognitif yang menjadi bagian dari kemampuan
berpikir tingkat tinggi atau higher order thinking. Ketiga aspek itu adalah aspek
analisa, aspek evaluasi dan aspek mencipta.
Sedang tiga aspek lain dalam ranah yang sama, yaitu aspek mengingat,
aspek memahami, dan aspek aplikasi, masuk dalam bagian intilektual berpikir
tingkat rendah atau lower-order thinking. Membahas tentang berpikir tingkat
tinggi, kita bahas dulu tentang Ketrampilan berfikir.
B. Definisi Keterampilan Berfikir
Keterampilan berpikir dapat didefinisikan sebagai proses kognitif yang
dipecah-pecah ke dalam langkah-langkah nyata yang kemudian digunakan
sebagai pedoman berpikir. Satu contoh keterampilan berpikir adalah menarik
kesimpulan (inferring), yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk
menghubungkan berbagai petunjuk (clue) dan fakta atau informasi dengan
pengetahuan yang telah dimiliki untuk membuat suatu prediksi hasil akhir yang
terumuskan. Untuk mengajarkan keterampilan berpikir menarik kesimpulan
tersebut, pertama-tama proses kognitif inferring harus dipecah ke dalam
langkah-langkah sebagai berikut:
(a) Mengidentifikasi pertanyaan atau fokus kesimpulan yang akan dibuat.
(b) Mengidentifikasi fakta yang diketahui,
(c) Mengidentifikasi pengetahuan yang relevan yang telah diketahui
sebelumnya,
(d) Membuat perumusan prediksi hasil akhir.
4. Inteligensi
Adalah diartikan sebagai kemampuan mental yang melibatkan proses
berpikir rasional, kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan situasi baru,
kemampuan memecahkan simbol-simbol tertentu. Inteligensi tidak sama dengan IQ
karena IQ hanya rasio yang diperoleh dengan meng¬gunakan tes tertentu yang tidak
atau belum tentu menggambarkan kemampuan individu yang lebih kompleks. Teori
tentang inteligensi di¬antaranya G-Theory (general theory) dan S-Theory (specific
theory). Inteligensi dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan. Sikap
(Attitude), adalah evaluasi positif-negatif-ambivalen individu ter¬hadap objek,
peris¬tiwa, orang, atau ide tertentu. Sikap merupakan pe¬rasa¬an, ke¬yakinan, dan
kecenderungan perilaku yang relatif menetap. Unsur-unsur sikap meliputi kognisi,
afeksi, dan kecenderungan bertindak. Faktor-faktor yang mem¬pengaruhi
terbentukanya sikap adalah penga¬laman khusus, komunikasi dengan orang lain,
adanya model, iklan dan opini, lembaga-lembaga sosial dan lembaga keagamaan. 6
5. Sikap (attitude)
Sikap merupakan suatu hal yang harus saling memahami antara pribadi dan
orang lain. Dengan saling memahami individu maka organisasi akan dapat dikelola
dengan baik.7
Menurut Prof. Dr. Johanes Basuki, M.Psi. (2015), definisi sikap dapat
dijelaskan dalam tiga komponen sikap, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
- Kognitif, yaitu berkaitan dengan proses berpikir yang menekankan pada
rasionalitas dan logika.
- Afektif, yaitu berkenaan dengan komponen emosional atau perasaan
seseorang.
- Psikomotorik merupakan kecenderungan seseorang dalam bertindak terhadap
lingkungannya.

6 https://www.facebook.com/permalink.php?id=167459670106043&story_fbid=167466283438715

7 https://www.facebook.com/permalink.php?id=167459670106043&story_fbid=167466283438715
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dinamika perilaku individu adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh
manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, etika, kekuasaan, persuasi, dan genetika.
Dinamika perilaku individu, ditentukan dan dipengaruhi oleh:
1. Pengamatan atau penginderaan (sensation), adalah proses belajar mengenal segala
sesuatu yang berada di lingkungan sekitar dengan menggunakan alat indera
penglihatan (mata), pendengaran (telinga), pengecap (lidah), pembau (hidung),
dan perabaan (kulit, termasuk otot).
2. Persepsi (perception), adalah menafsirkan stimulus yang telah ada di otak atau
pengertian individu tentang situasi atau pengalaman. Ciri umum persepsi terkait
dengan dimensi ruang dan waktu, terstruktur, menyeluruh, dan penuh arti.
Persepsi bersifat subjektif dan dipengaruhi oleh perhatian selektif, ciri-ciri
rangsangan, nilai dan kebutuhan individu, serta pengalaman.
3. Berpikir (reasoning), adalah aktivitas yang bersifat ideasional untuk menemukan
hubungan antara bagian-bagian pengetahuan. Berpikir bertujuan untuk
membentuk pengertian, membentuk pendapat, dan menarik kesimpulan. Proses
berpikir kreatif terdiri dari: persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi. Jenis
berpikir ada dua, yaitu berpikir tingkat rendah dan tingkat tinggi.
4. Adalah diartikan sebagai kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir
rasional, kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan situasi baru,
kemampuan memecahkan simbol-simbol tertentu. Inteligensi tidak sama dengan
IQ karena IQ hanya rasio yang diperoleh dengan meng¬gunakan tes tertentu yang
tidak atau belum tentu menggambarkan kemampuan individu yang lebih
kompleks.
5. Sikap merupakan suatu hal yang harus saling memahami antara pribadi dan orang
lain. Dengan saling memahami individu maka organisasi akan dapat dikelola
dengan baik

3.2 Saran
Dari penulisan makalah diatas maka penulis memberikan saran kepada
pembaca untuk lebih mendalami dan mencari factor-faktor yang mempengaruhi
dinamika perilaku individu dan juga jenis-jenis dinamika perilaku individu.
melakukan observasi dan penelitian yang lebih mendalam.
DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsuddin Makmun, 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya


Desmita, 2007. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, 2005, Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Tirtarahardja, La Sulo, 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Asdi Mahastya.
http://connyeternal.blogspot.com/2009/11/faktor-yang-mempengaruhi -perilaku.html
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/11/memahami-perilaku-individu-2/
https://www.facebook.com/permalink.php?
id=167459670106043&story_fbid=167466283438715
http://aljumhuriy.blogspot.co.id/2016/04/ii-p-psikologi-dinamika-perilaku.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Persepsi#cite_note-persepsi-0

Anda mungkin juga menyukai