Anda di halaman 1dari 14

1

MAKALAH

KURIKULUM 1975

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum PLS

Dosen Pengampu Nisa Lathasya, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 5

Nurdea Utami (2221190019)

Siti Azizah (2221190034)

Febriana Nur Rahmawati (2221190062)

Kelas III- B

JURUSAN PENDIDIKAN NONFORMAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Pengembangkan Kurikulum PLS tentang
Kurikulum 1975.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
Pengembangan Kurikulum PLS kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Serang, 07 Oktober 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER.......................................................................................................i

KATA PENGANTAR................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................1
C. Tujuan Masalah................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................2

A. Latar Belakang Kurikulum 1975......................................................2


B. Tujuan Kurikulum 1975...................................................................3
C. Prinsip-Prinsip Kurikulum 1975......................................................3
D. Pelaksanaan Kurikulum 1975..........................................................4
E. Kekurangan Kurikulum 1975...........................................................6
F. Kelebihan Kurikulum 1975..............................................................7

BAB III PENUTUP......................................................................................9

A. Kesimpulan......................................................................................9
B. Saran.................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak Indonesia merdeka, pendidikan cenderung dimaksudkan untuk
keberlangsungan dan keselamatan Negara atau dengan kata lain, pendidikan
dilaksanakan untuk menjaga, melestarikan keutuhan bangsa, dan ideology. Seiring
dengan perkembangan zaman, tahun ke tahun pendidikan selalu mengalami
perubahan kurikulum. Tujuan perubahan kurikulum yaitu untuk menyempurnakan
kurikulum pendidikan yang telah ada dalam rangka mempercepat pembangunan
nasional. Pendidikan merupakan salah satu cara yang efektif dan efesien dalam
mempercepat pembangunan sosial.
Visi makro pendidikan nasional adalah terwujudnya masyarakat madani
sebagai bangsa dan masyarakat Indonesia baru dengan tatanan kehidupan yang sesuai
dengan amanat Proklamasi NKRI melalui proses pendidikan. Masyarakat Indonesia
dituntut untuk memiliki sikap dan wawasan keimanan dan akhlak tinggi,
kemerdekaan, dan demokrasi, toleransi, dan menunjang hak asasi manusia, serta
berpengertian dan berwawasam global.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana latar belakang kurikulum 1975?
b. Apa saja tujuan kurikulum 1975?
c. Apa saja prinsip-prinsip kurikulum 1975?
d. Bagaimana pelaksanaan kurikulum 1975?
e. Apa saja kelebihan kurikulum 1975?
f. Apa saja kekurangan kurikulum 1975?

C. Tujuan Masalah
a. Untuk mengetahui latar belakang kurikulum 1975
b. Untuk mengetahui apa saja tujuan kurikulum 1975
c. Untuk mengetahui apa saja prinsip-prinsip kurikulum 1975
d. Untuk mengetahui pelaksanaan kurikulum 1975
e. Untuk mengetahui apa saja kelebihan kurikulum 1975
f. Untuk mengetahui apa saja kekurangan kurikulum 1975

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Kurikulum 1975


Latar belakang kelahiran kurikulum 1975 adalah akibat dari banyaknya perubahan
yang terjadi sebagai dampak dari pembangunan nasional terutama sejak tahun 1969. Dan
hal-hal yang mempengaruhi program maupun kebijakan pemerintah yang menyebabkan
pembaruan tersebut adalah pada aspek-aspek (1) selama pelita I yang dimulai tahun 1969,
muncul gagasan baru terutama tentang pelaksanaan sistem pendidikan nasional; (2)
adanya kebijakan pemerintah dibidang pendidikan nasional yang digariskan pada Garis
Besar Haluan Negara (GBHN) yang antara lain berbunyi: “mengejar ketinggalan dibidang
ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mempercepat lajunya pembangunan.”; (3) adanya
hasil analisis dan penilaian pendidikan nasional oleh Derpartemen Pendidikan dan
Kebudayaan mendorong pemerintah untuk meninjau kebijakan pendidikan nasional; (4)
adanya inovasi dalam sistem pembelajaran yang dianggap lebih efektif dan efisien; (5)
keluhan dari masyarakat tentang mutu lulusan pendidikan, dan masyarakat mengusulkan
kepada pemerintah untuk meninjau kembali sistem pendidikan yang sedang berlaku saat
itu, salah satunya adalah tinjauan terhadap kurikulum 1968. (Alhamuddin, 2019)
Selain itu, dalam kurikulum 1968, faktor kebijakan pembangunan nasional belum
menjadi pertimbangan dalam rumusan kurikulum, oleh karena itu kurikulum baru harus
sesuai dengan tuntutan-tuntutan masyarakat Indonesia yang sedang membangun.
Berdasarkan beberapa pertimbangan tersebut, maka dibentuklah kurikulum 1975 sebagai
bentuk strategi pemerintah dalam menyukseskan pembangunan nasional dalam bentuk
program pelita dan repelita.
Pada kurikulum 1975 ini, kurikulum 1975 lebih menekankan pada tujuan agar
pendidikan lebih efektif dan efesien. Latar belakang lahirnya kurikulum ini adalah
pengaruh konsep dibidang manajemen yaitu management by objective (MBO) yang
terkenal saat itu sebagai “metode, materi dan tujuan pengajaran di perinci dalam Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) atau yang dikenal dengan istilah “Satuan
Pelajaran”. Satuan Pelajaran adalah rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Artinya,
satuan pelajaran lebih diperinci lagi menjadi tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan
instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, media, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi.

2
3

B. Tujuan Kurikulum 1975


Perubahan tujuan pendidikan terus berkembang hampir setiap sidang umum MPR.
Dalam sidang umum MPRS tahun 1973 menghasilkan TAP MPR No. V/MPR/1973
mengenai Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang bidang pendidikan dinyatakan
bahwa “Pembangunan bidang pendidikan didasarkan atas Falsafah Negara Pancasila dan
diarahkan untuk membentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohani, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab,
dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan
kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsa dan
mencintai sesame manusia dengan ketentuan yang termaktub dalam UUD 1945” (Haris
N, Tanjung F, 2020)
Kurikulum ini menggunakan pendekatan yang mengarah pada pendekatan tujuan
yang lebih jelas, efisien dan efektif, serta keterkaitan antara berbagai jenjang tujuan yang
dinyatakan secara eksplisit yaitu keterkaitan antara tujuan pendidikan nasional, tujuan
pendidikan institusional, tujuan pendidikan kurikuler, tujuan instuksional umum dan
instruksional khusus.
Tujuan kurikulum 1975 menitikberatkan pada tujuan instruksional khusus dan umum.
Berdasarkan konsep, arah dan tujuan kurikulum 1975 dibuktikan bahwa pendekatan
humanis menekankan pada kemampuan dasar peserta didik. Peserta didik yang
mempunyai potensi dan kemampuan dibimbing sesuai dengan tujuan instruksional setiap
mata pelajaran. Nilai-nilai humanis yang hendak dicapai adalah peserta didik yang
mempunyai kemampuan secara utuh dan khusus. Kemampuan khusus dimaksudkan
peserta didik mempunyai satu disiplin ilmu yang benar-benar mampu dikaryakan dan
diharapkan dapat mengembagkan diri dan mencapai keberhasilan yang dibanggakan
(Asfiati, 2016).

C. Prinsip Kurikulum 1974-1975


Kurikulum 1974-1975 sebagai pengganti kurikulum 1973 menggunakan prinsip-
prinsip di antaranya sebagai berikut:

1) Prinsip Fleksibilitas Program


Dalam menyelenggarakan pendidikan keterampilan yang menganut prinsip
fleksibilitas (luwes) dengan mengingat ekosistem lingkungan, kemampuan
pemerintah, masyarakat dan orang tua dalam menyediakan fasilitas yang memadai.
4

2) Prinsip Efesiensi dan Efektivitas


Prinsip ini menuntut digunakannya waktu dan tenaga sebaik mungkin,
sehingga tidak ada waktu dan tenaga yang terbuang sia-sia. Kurikulum tahun 1975
memilih satu minggu berisi 36 jam pelajaran. Di mana pelajaran yang bersifat
akademis diberikan pada hari kamis sampai jumat, sedangkan pada hari sabtu berisi
mata pelajaran pilihan wajib, ekspresi dan rekreatif. Atas dasar prinsip ini, setiap
pelajaran dalam satu minggu, melainkan tiga jam untuk setiap pertemuan.
3) Prinsip Berorientasi Pada Tujuan
Prinsip ini menuntut agar setiap jam dan kegiatan pelajaran yang dilakukan
oleh siswa dan guru benar-benar terarah pada tercapainya tujuan pendidikan.
4) Prinsip Kontinuitas
Prinsip ini menuntut agar penyususnan kegiatan belajar mengajar selalu
memperhatikan hubungan fungsional dan hierarkis, sehingga tidak terjadi
pengulangan yang membosankan atau pemberian palajaran yang tidak dapat diserap
oleh para siswa karena mereka tidak memiliki dasar yang kokoh.
5) Prinsip Pendidikan Seumur Hidup
Prinsip ini mengandung makna, bahwa masa sekolah bukan satu-satunya masa
bagi setiap orang untuk belajar, melainkan hanya sebagianwaktu belajar yang akan
berlangsung seumur hidup. Namun demikian kita menyadari bahwa sekolah adalah
tempat dan saat yang strategis bagi pemerintah dan masyarakat untuk membina
generasi muda dan masa depannya (Ahmad, 1998:184-185).

D. Pelaksanaan Kurikulum 1975


Kurikulum 1975 merupakan kurikulum yang bersifat sentralistik atau dibuat oleh
pemerintah pusat dan sekolah tinggal melaksanakan. Untuk memahami kurikulum ini
maka dapat dilihat dari orientasi yang digunakan, mata pelajaran yang diberikan, proses
pembelajaran yang dilakukan, pendekatan yang dipakai dan proses evaluasi yang
diterapkan. Pada perkembangan pendidikan nasional dan keterlaksanaan kurikulum
nasional. Kurikulum 1975 memeliki prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Terdapat
5 (lima) prinsip untuk memberikan inovasi dalam pendidikan nasional. Adapun keliama
prinsip tersebut adalah sebagai berikut.
Apabila dilihat dari pengembangan kurikulum dalam pembelajarannya, kurikulum ini
lebih efektif dan efisien. Karena dari prinsip kurikulum 1975, disebutkan secara rinci
bahwa dalam pengajaran dan pendidikan harus bersifat fleksibel (luwes), kontinu atau
5

terus menerus, tepat sasaran pada tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, dan yang
terpenting adalah prinsip pendidikan seumur hidup. Dalam hal ini tidak ada batasan untuk
terus belajar, belajar, dan belajar. Prinsip tersebut memberikan kontribusi yang lebih baik
terhadap pelaksanaan pendidikan.
1) Orientasi yang digunakan dalam kurikulum ini adalah orientasi tujuan. (Hendra,
2010). Orientasi tujuan ini maksudnya bahwa setiap pembelajaran harus
diupayakan semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Dalam
pelaksanaannya, setiap tujuan dijabarkan ke dalam tujuan umum dan tujuan
khusus yang spesifik dan terukur dalam bentuk perbuatan yang dapat dilakukan
oleh siswa. Dengan berorientasi pada tujuan ini, setiap guru dituntut untuk
memahami setiap tujuan yang ditetapkan dan bagaimana menerapkannya dalam
proses pembelajaran di kelas.
2) Kata pelajaran yang disajikan terdiri dari Bidang studi. Jumlah mata pelajaran
untuk SD ada 9 bidang sedangkan untuk SMP dan SMA ada 11 bidang.
(Ridwanudin, 2010) Khusus untuk mencetak manusia pancasilais, pencapaian
yang diharapkan dibebankan secara langsung pada tiga mata pelajaran, yaitu
Pendidikan Moral Panca sila, pendidikan agama dan IPS.
3) Proses pembelajaran bersifat integratif, artinya setiap mata pelajaran yang
diberikan kesemuanya harus secara bersamasama men dukung untuk tercapainya
tujuan akhir pendidikan. Dalam imple men tasinya kurikulum ini banyak
menekankan kepada pemberian stimulus-respon atau menganut aliran psikologi
beha viorisme serta latihan dengan mempertimbangkan efisiensi dan efekti vitas
penggunaan kemampuan sekolah dan guru serta efisiensi waktu. (Hendra, 2010).
4) Pendekatan yang dipakai dalam kurikulum adalah pendekatan sistem yang disebut
dengan PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional). (Hendra, 2010)
Pendekatan sistem ini berarti bahwa pembelajaran adalah sebuah interaksi antar
komponen– komponen pembelajaran (komponen tujuan pelajaran, komponen
materi, komponen alat pelajaran, komponen alat evaluasi, dan komponen metode
pengaj aran) yang saling terkait antara satu komponen dengan komponen yang
lain untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam pendekatan sistem ini minimal
dibutuhkan tiga kemampuan (ability), yaitu: (1) kemampuan merumuskan tujuan-
tujuan secara operasional, (2) kemampuan mengembangkan deskripsi tugas-tugas
secara lengkap dan akurat, dan (3) kemampuan melaksanakan analisis tugas-tugas.
(Hamalik, 2005:9).
6

5) Evaluasi formatif pada setiap akhir sub bab dan evaluasi sumatif pada akhir bab,
sehingga evaluasinya terdiri dari evaluasi antara dan evaluasi akhir

E. Kelebihan Kurikulum 1975


Dalam kurikulum ini fungsi pendidikan adalah memelihara dan mewariskan ilmu
pengetahuan, teknologi dan nilai-nilai budaya masa lalu kepada generasi muda.
1)  Menekankan pada pendidikan yang lebih efektif dan efisien dalam hal daya dan
waktu mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat mendayagunakan
waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan tepat
sehingga hasilnya memadai dan mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik
secara kualitas maupun kuantitas.
2) Berorientasi pada tujuan. Pemerintah merumuskan tujuan-tujan yang harus dikuasai
oleh siswa yang lebih dikenal dengan hirarki tujuan pendidikan.
3) Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan
peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integretif.
4) Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon
(Rangsang- jawab) dan latihan drill.
5) Relevansi secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di antara komponen-
komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi dan evaluasi). Sedangkan
secara eksternal bahwa komponen-komponen tersebutmemiliki relevansi dengan
tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi epistomologis), tuntutan dan
potensi peserta didik (relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan
perkembangan masyarakat (relevansi sosilogis).
6) Fleksibilitas; dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang dihasilkan
memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan
terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu
yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar bekang peserta didik.
7) Kontinuitas; yakni adanya kesinambungan dalam kurikulum, baik secara vertikal,
maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan
kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas,
antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan
8) Materi pelajaran dikemas dengan menngunakan pendekatan spiral. Spiral adalah
pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman
7

dan keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin
dalam dan luas materi pelajaran yang diberikan.
9) Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Konsep-konsep
yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru kemudian diberikan
latihan setelah mengerti. Untuk menunjang pengertian alat peraga sebagai media
digunakan untuk membantu siswa memahami konsep yang dipelajari.
10)  Belajar adalah berusaha menguasai isi atau materi pelajaran sebanyak-banyaknya.
Kurikulum subjek akademik tidak berarti terus tetap hanya menekankan materi yang
disampaikan. Dalam sejarah perkembanganya secara berangsur-angsur
memperhatikan juga proses belajar peserta didik.

F. Kekurangan Kurikulum 1975


Hasil pelaksanaan kurikulum 1975 tidaklah seratus persen menggembirakan.
Maryarakat masih menilai praktek hafalan dalam proses belajar-mengajar masih tetap
mendominasi di sekolah-sekolah. Para guru menilai mengecek hafalan lebih mudah
dalam mengevaluasi perkembangan siswa (murid) di sekolah daripada harus memeriksa
pemahaman para siswa. Selain itu murid-murid masih enggan atau malas bertanya di saat
proses belajar sedang berlangsung. (Tempo, 5 Mei 1984, h. 5). Faktor lain sebagai
kendala adalah jumlah guru yang tidak mencukupi. Pengalaman belajar di sekolah dasar
tahun 1978 misalnya, guru mengajar seluruh mata pelajara di satu kelas. Waktu itu guru
kebanyakan berperan sebagai guru kelas. Guru tidak mengajar hanya satu mata pelajaran,
sehingga guru dituntut untuk menguasai seluruh mata pelajaran. Kecuali untuk guru
agama (misalnya guru agama Islam). Jumlah guru tahun 1980-an tercatat 990 ribu terdiri
dari 665.264 (guru SD), 102.062 (guru SLTP), dan 120.466 (guru SLTA). Padahal
tuntutan kurikulum 1975 sebagaimana diharpakan Puskur mengembangkan kerangka
berpikir bahwa setiap mata pelajaran disetting kedalam Program Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI), suatu model pengembangan kurikulum yang harus dilakukan guru
dalam menterjemahkan kurikulum menjadi program belajar mengajar untuk diikuti
peserta didik.
Kurikulum itu selalu berubah dan perubahannya senantiasa dipengaruhi oleh
faktoryang mendasarinya. Tujuan pendidikan dapat berubah secara fundamental bila
suatu negaraberalih dari negara yang dijajah menjadi negara yang merdeka. Dengan
sendirinya kurikulumpun harus mengalami perubahan yang menyeluruh. Kurikulum juga
diubah bila tekanan dalam tujuan mengalami pergeseran. Misalnya pada tahun 30-an
8

sebagai pengaruh golongan progresif di USA tekanan kurikulum adalah pada anak,
sehingga kurikulum mengarah pada child-centered curriculum sebagai reaksi terhadap
subject-centered curriculum yang dianggap terlalu bersifat adult dan society-centered.
Pada tahun 40-an, sebagai akibat perang, asas msyarakatlah yang diutamakan dan
kurikulum menjadi lebih society-centered. Pada tahun 50-an dan 60-an, sebagai akibat
sputnik yang menyadarkan Amerika Serikat akan ketinggalan dalam ilmu pengetahuan,
para pendidik lebih cenderung kepada kurikulum yang discipline-centered yang mirip
kepada subject-centered curriculum. Tampaknya seakan-akan orang kembali ke titik
tolak semula.Akan tetapi, lebih tepat bila kita katakan bahwa perkembangan kurikulum
seperti spiral, tidak sebagai lingkaran, jadi kita tidak kembali kepada yang lama, tetapi
pada suatu titik di atasyang lama (Kurniawan, 2011). Kurikulum juga dapat mengalami
perubahan bila terdapat pendirian baru mengenai proses belajar sehingga timbul bentuk-
bentuk kurikulum seperti activity atau experience curriculum, programmed instruction,
pengajaran modul, dan sebagainya. Perubahan dalam masyarakat, eksplopsi ilmu
pengetahuan, dan lain-lain mengharuskan adanya perubahaan kurikulum. Perubahan-
perubahan itu menyebakan kurikulum yang berlaku tidak lagi relevan dan ancaman
serupa akan senantiasa dihadapi oleh setiap kurikulum, betap apun relevannya pada suatu
saat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Latar belakang lahirnya kurikulum ini adalah pengaruh konsep dibidang manajemen
yaitu management by objective (MBO) yang terkenal saat itu sebagai “metode, materi
dan tujuan pengajaran di perinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional
(PPSI) atau yang dikenal dengan istilah “Satuan Pelajaran”.
2. Kurikulum ini menggunakan pendekatan yang mengarah pada pendekatan tujuan
yang lebih jelas, efisien dan efektif, serta keterkaitan antara berbagai jenjang tujuan
yang dinyatakan secara eksplisit yaitu keterkaitan antara tujuan pendidikan nasional,
tujuan pendidikan institusional, tujuan pendidikan kurikuler, tujuan instuksional
umum dan instruksional khusus.
3. Prinsip-prinsip dalam kurikulum 1975 ini prinsip fleksibilitas program, prinsip
efisiensi dan efektivitas, prinsip berorientasi pada tujuan, prinsip kontinuitas, prinsip
pendidikan seumur hidup.
4. Kurikulum 1975 merupakan kurikulum yang bersifat sentralistik atau dibuat oleh
pemerintah pusat dan sekolah tinggal melaksanakan. Untuk memahami kurikulum ini
maka dapat dilihat dari orientasi yang digunakan, mata pelajaran yang diberikan,
proses pembelajaran yang dilakukan, pendekatan yang dipakai dan proses evaluasi
yang diterapkan.
5. Dalam kurikulum ini fungsi pendidikan adalah memelihara dan mewariskan ilmu
pengetahuan, teknologi dan nilai-nilai budaya masa lalu kepada generasi muda.
6. Hasil pelaksanaan kurikulum 1975 tidaklah seratus persen menggembirakan.
Maryarakat masih menilai praktek hafalan dalam proses belajar-mengajar masih tetap
mendominasi di sekolah-sekolah.

B. Saran
Penulis menyadari makalah ini mungkin masih jauh dengan kata sempurna.
Besar harapan yang terpendam dalam hati semoga makalah ini dapat memberikan
sumbangsi pada suatu saat terhadap makalah tema yang sama. Dan dapat menjadi

9
referensi bagi pembaca serta menambah ilmu pengetahuan bagi kita semua dan
semoga bermanfaat.

10
DAFTAR PUSTAKA

Alhamuddin. 2019. POLITIK KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KURIKULUM DI


INDONESIA:Sejak Zaman Kemerdekaan Hingga Reformasi (1947-2013). Jakarta:
PRENADAMEDIA GROUP

Anwar, Ibrahim. Ibrahim, Nini Telaah Kurikulum dan Buku Teks Bahasa Indonesia. Jakarta:
Uhamka Press

Asfiati. 2016. PENDEKATAN HUMANIS DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM.


Medan: PERDANA PUBLISH

Muhammad Nurhalim. “ANALISIS PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA


(Sebuah Tinjauan Desain dan Pendekatan)”. Jurnal INSANIA. 16.3(2011): 339-356.

Haris N, dan Tanjung F. 2020. KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN SEJARAH.


Yayasan Kita Menulis.

Widodo Winarso. Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah. Cirebon : 2015

http://ika.unj.ac.id/soedijarto-arsitek-kurikulum-1975/#:~:text=Tujuan%20pemberlakuan
%20kurikulum%20ini%20adalah%20insitusional.&text=Kurikulum%201975%20di
%2Dsetting%20agar,dapat%20bekerja%20setelah%20lulus%20sekolah (diakses pada 6
September 2020)

https://osf.io/preprints/inarxiv/8xw9z/ (diakses pada 6 September 2020)

11

Anda mungkin juga menyukai