Anda di halaman 1dari 10

Nama logika untuk pertama kali muncul pada filusuf Cicero (abad ke -1 sebelum Masehi),

tetapi dalam arti seni berdebat. Alexander Aphrodisias (sekitar permulaan abad ke-3
sesudah Masehi) adalah orang pertama yang mempergunakan kata logika dalam arti ilmu
yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita[5].
Selain itu kata logika diturunkan dari kata logike (bahasa yunani), yang berhubungan
dengan kata benda logos, suatu yang menunjukkan kepada kita adanya hubungan yang erat
dengan pikiran dan kata yang merupakan pernyataan dalam bahasa. Jadi, secara etimologi,
logika adalah ilmu yang mempelajari pikiran melalui bahasa. Logika juga bisa dikatakan
penarikan kesimpulan dari apa yang dianggap benar dari suatu proses penalaran.
logika adalah asas-asas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat, dan sehat. Agar dapat
berpikir lurus, tepat, dan teratur, logika menyelidiki, merumuskan serta menerapkan hukumhukum yang harus ditepati. Logika itu adalah cara berpikir manusia yang disusun
berdasarkan pola tertentu. Berpikir adalah objek material logika. Berpikir disini adalah
kegiatan pikiran, akal budi manusia. Dengan berpikir, manusia mengolah, mengerjakan
pengetahuan yang telah diperolehnya. Dengan mengolah dan mengerjakannya ini terjadi
dengan mempertimbangkan, menguraikan, membandingkan, serta menghubungkan
pengertian yang satu dengan penegertian yang lainnya.
Dalam logika berfikir dipandang dari sudut kelurusan dan ketepatannya. Karena berfikir lurus
dan tepat, merupakan objek formal logika. Di samping dua filusuf di atas (Cicero dan
Alexander Aphrodisias) Aristoteles pun telah berjasa besar dalam menemukan logika.
Namun, Aristoteles belum memakai nama logika. Aristoteles memakai istilah analika dan
dialektika. Analika untuk penyelidikan mengenai argumentasi yang bertitik tolak dari
putusan-putusan yang benar sedangkan dialektika untuk penyelidikan mengenai argumentasi
yang bertitik tolak hipotsesis atau putusan yang tidak pasti kebenarannya[6].
Aristoteles membagi ilmu pengetahuan atas tiga golongan, yaitu ilmu pengetahuan praktis,
produktif, dan teoritis. Ilmu pengetahuan produktif menyangkut pengtahuan yang sanggup
menghasilkan suatu karya (teknik dan kesenian). Ilmu pengetahuan praktis meliputi etika dan
politika. Akhirnya ilmu pengetahuan teoritis mencakup tiga bidang yaitu fisika, matematika,
dan filsafat pertama. Logika tidak termasuk ilmu pengetahuan sendiri, tetapi mendahului
ilmu pengetahuan sebagai persiapan untuk berfikir dengan cara ilmiah[7].
Setelah Aristoteles meninggal, naskah-naskah ajarannya mengenai penalasaran, olah para
pengikutnya telah dihimpun menjadi satu. Himpunan tersebut mengenai ajaran Aristoteles
mengenai penalaran termuat dalam eman naskah, yaitu sebagai berikut:
1. Ini membahas mengenai cara menguraikan sesuatu objek dalam jenis pengertian
umum.
2. On Interpretation (tentang penafsiran). Membahas mengenai komposisi dan hubungan
dari keterangan sebagai satuan pikiran. Dalam hal ini Aristoteles membahas suatu
yang dikenal sebagai penyimpulan langsung dan bujur sangkar pertentangan.
3. Prior Analyties (analika yang lebih dahulu). Memuat mengenai teori silogisme dalam
ragam dan pola-polanya.

4. Posterior Analyties (analika yang lebih dahulu). Membicarakan tentang pelaksanaan


dan penerapan, penalaran silogistik dalam pembuktian ilmiah sebagai materi dari
silogisme.
5. Topics (mengupas dialektika). Dibahas mengenai persoalan tentang perbincangan
berdasarkan permis-permis yang boleh jadi benar
6. Sohistical Refutations (cara perbincangan kaum sofis). Membahas mengenai sifat
dasar dan penggolongan sesat piker[8].
Terdapat bermacam-macam cara penarikan kesimpulan namun untuk sesuai dengan tujuan
studi yang memusatkan diri kepada penalaran ilmiah, maka dilakukan penelaahan yang
seksama hanya terhadap dua jenis penarikan kesimpulan yakni logika induktif dan logika
deduktif.

1. Contoh Logika
Contohnya penerapan ilmu logika dalam kehidupan misalnya pada manusia yang mengalami
penyakit serak pada tenggorokan maka pengobatannya dapat dilakukan dengan minum air
putih logikanya air putih adalah cairan yang diperlukan manusia untuk menjaga
keseimbangan tubuh, memberi kekuatan kepada leukosit untuk menjalankan tugasnya
menghasilkan makrofag untuk membunuh patogen yang masuk, menjadikan kekebalan tubuh
meningkat sehingga luka yang dihinggapi bakteri akan sembuh dan akhirnya tenggorokan
menjadi lapang dan dikatakan sembuh.
3. DEDUKSI
4. Pengertian Deduksi
Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan
yang bersifat khusus, selain itu metode deduksi ialah cara penanganan terhadap sesuatu objek
tertentu dengan jalan menarik kesimpulan mengenai hal-hal yang bersifat umum.
Logika deduktif adalah suatu ragam logika yang mempelajari asas-asas penalaran yang
bersifat deduktif, yakni suatu penalaran yang menurunkan suatu kesimpulan sebagai
kemestian dari pangkal pikirnya sehingga bersifat betul menurut bentuk saja.
Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola pikir yang dinamakan
silogismus[9]. Pernyataan yang mendukung silogismus ini disebut premis yang kemudian
dapat dibedakan sebagai permis mayor dan permis minor. Kesimpulan merupakan
pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif berdasarkan kedua permis tersebut. Logika
deduktif membicarakan cara-cara untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan bila lebih dahulu
telah diajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai semua atau sejumlah ini di antara suatu
kelompok barang sesuatu. Kesimpulan yang sah pada suatu penalaran deduktif selalu
merupakan akibat yang bersifat keharusan dari pertnyaan-pertanyaan yang lebih dahulu
diajukan. Pembahasan mengenai logika deduktif itu sangat luas dan meliputi salah satu di
antara persoalan-persoalan yang menarik.

Guna memenuhi dan membatasi maksud logika deduktif bagian terkenal sebagai logika
Aristoteles. Cabang loka ini membicarakan pernyataan-pernyataan yang dapat dijadikan
bentuk S adalah P, misalnya, manusia (adalah) mengenal mati. Tampaklah pada kita
bahwa S merupakan huruf pertama perkataan Subjek dan P merupakan huruf pertama
perkataan Predikat. Dari pernyataan-pernyataan semacam itu, kita dapat memilah empat
cara pokok untuk mengatakan sesuatu dari setiap atau sementara subjek yang dapat diterapi
simbol S.
Setiap

S adalah P

Setiap

S bukan/tidaklah P

Sementara

S adalah P

Sementara

S bukan/tidaklah P.

1. Contoh Deduksi
Contoh membuat silogismus sebagai berikut:
Semua makhluk hidup memerlukan udara

(Premis mayor)

Dewi adalah makhluk hidup

(Premis minor)

Jadi Dewi memerlukan udara

(Kesimpulan)

Kesimpulan yang diambil bahwa si Dewi memerlukan udara adalah sah menurut penalaran
deduktif, sebab kesimpulan ini ditasrik secara logis dari dua permis yang mendukungnnya.
Pertanyaan apakah kesimpulan itu benar maka dapat dipastikan bahwa kesimpulan yang
ditariknya juga adalah benar. Mungkin saja kesimpulan itu salah, meskipun kedua premisnya
benar, sekiranya cara penarikan kesimpulannya adalah tidak sah.
Dengan demikian maka ketepatan penarikan kesimpulan tergantung dari tiga hal yakni
kebenaran premis mayor, kebenaran premis minor dan keabsahan pengambilan kesimpulan.

4. INDUKSI
5. Pengertian induksi
Induksi merupakan cara berpikir di mana ditarik kesimpulan umum dari berbagai kasus yang
bersifat individual, selain itu metode induksi ialah cara penanganan terhadap suatu objek
tertentu dengn jalan menarik kesimpulan yang bersifat umum atau bersifat lebih umum

berdasarkan atas pemahaman atau pengamatan terhadap sejumlah hal yang bersifat khusus.
Logika induktif merupakan suatu ragam logika yang mempelajari asas-asas penalaran yang
betul dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi.
Kesimpulan yang bersifat umum ini penting artinya sebab mempunyai dua keuntungan.
Keuntungan yang pertama ialah bahwa pernyataan yang bersifat umum ini bersifat ekonomis.
Kehidupan yang beranekaragam dengan berbagai corak dan segi dapat direduksikan menjadi
beberapa pernyataan. Pengetahuan yang dikumpulkan manusia bukanlah merupakan koleksi
dari berbagai fakta melainkan esensi dan fakta-fakta tersebut. Demikian juga dalam
pernyataan mengenai fakta yang dipaparkan, pengetahuan tidak bermaksud membuat
reproduksi dari obyek tertentu, melainkan menekankan kepada struktur dasar yang
menyangga wujud fakta tersebut. pernyataan bagaimanapun lengkap dan cermatnya tidak
bisa mereproduksikan betapa manisnya semangkuk kopi atau pahitnya sebutir pil kina.
Pengetahuan cukup puas dengan pernyataan elementer yang bersifat kategoris bahwa kopi itu
manis dan pil kina itu pahit. Pernyataan seperti ini sudah cukup bagi manusia untuk bersifat
fungsional dalam kehidupan praktis dan berpikir teoritis.
Keuntungan yang kedua dari pernyataan yang bersifat umum adalah dimungkinkan proses
penalaran selanjutnya baik secara induktif maupun deduktif. Secara induktif maka dari
berbagai pernyataan yang bersifat umum dapat disimpulkan pernyataan yang bersifat lebih
umum lagi. Melihat dari contoh bahwa semua binatang mempunyai mata dan semua manusia
mata, dapat ditarik kesimpulan bahwa semua makhluk mempunyai mata. Penalaran ini
memungkinkan disusunnya pengetahuan secara sistematis yang mengarah kepada
pernyataan-pernyataan yang makin lama makin bersifat fudamental.

1. Jenis-jenis induksi:
2. Penyimpulan secara kausal
Jenis induksi lainnya adalah yang berusaha unutk menemukan sebab-sebab dari hal-hal yang
terjadi. Bila telah diajukan suatu perangkat kejadian, maka haruslah diajukan pernyataan:
Apakah yang menyebabkan kejadian-kejadian itu? Misalnya, terjadi suatu wabah penyakit
tipus: Apakah yang menyebabkan timbulnya wabah tipus? Ada suatu perangkat apa yang
dinamakan canons (aturan, hukum), yang dikenal sebagai metode-metode Mill, yang
mengajukan suatu pernagkat kemungkinan unutk melakukan penyimpulan secara kausal.
Metode-metode ini kadang kala berguna. Metode-metode tersebut ialah:

Metode kesesuain

Metode kelainan

Metode gabungan kesesuaian dan kelahiran

Metode sisa

Metode keragaman beriringan

1. Penalaran berdasarkan probabilitas dan penalaran secara statistik. Digambarkan


dengan cara probabilitas dan secara statistik. Misalnya kita mengetahui bahwa John
Smith adalah seorang guru dan kita ingin bertaruh bahwa usianya akan mencapai 65
tahun. Berapakah taksiran kita mengenai usianya? Untuk menjawabnya kita perlu
mempunyai statistik mengenai panjangnya usia seorang guru. Dari hal-hal ini, yang
diringkas dalam bangun matematis yang tepat, dengan mempergunakan teori
matematik tetang probabilitas, maka akan dapat dilakukan penaksiran.
2. Analogi dan komparasi
Dua bentuk penyimpulan yang sangat lazim dipakai dalam perenungan kefilsafatan ialah
analogi dan komparasi. Penalaran secara analogi adalah berusaha mencapai kesimpulan
dengan secara analogi adalah berusaha mencapai kesimpulan dengan menggantikan apa yang
dicoba buktikan dengan sesuatu yang serupa dengan hal tersebut, namun yang lebih dikenal,
dan kemudian menyimpulkan kembali apa yang mengawali penalaran tersebut. Misalnya kita
ingin membuktikan adanya Tuhan berdasarkan susunan dunia tempat kita hidup. Dalam hal
ini dapat mengatakan sebagai berikut. Perhatikanlah sebuah jam. Seperti halnya dunia, jam
tersebut juga merupakan mekanisme yang terdiri dari bagian-bagian yang sangat erat
hubungannya yang satu dengan yang lain. Kiranya tidak seorang pun beranggapan bahwa
sebuah jam dapat membuat dorongnya sendiri atau terjadi secara kebetulan. Susunanya
sangat rumit menunjukan bahwa ada yang membuatnya. Dengan demikian secara analogi
adanya dunia juga menunjukan ada pembuatnya; karena dunia kita ini juga sangat rumit
susunannya dan bagian-bagiannya berhubungan sangat erat yang satu dengan yang lain
secara baik.
1. Metode verifikasi
Agar suatu penalaran dapat diterima maka perlu kiranya untuk mencapai kesimpulan yang
dapat diterima, maka perlu kiranya unutk menetapkan tidak hanya lurusnya atau sahnya
penalaran seseorang, melainkan juga kebenaran bahan yang mengawali penalaran tadi.
Penalaran yang sah yang didasarkan atas fakta-fakta yang diperkirakan benar dapat membwa
kita kepada kesimpulan yang sesat atau benar, namun mungkin kita tidak mengetahui yang
manakah yang salah dan manakah yang benar. Penalaran yang sah yang didasarkan atas
fakta-fakta akan membawa kita kepada kebenaran. Pada dasarnya hanya ada dua metode
unutk melakukan verifikasi terhadap pernyataan-pernyataan yang satu adalah melalui
observasi , dan yang lain, dengan mempergunakan hukum kontradiksi.
1. Observasi (pengamatan)
Suatu pernyataan yang maknanya dapat diuji dengan pengalaman yang dapat diulangi, baik
oleh orang yang mempergunakan pernyataam tersebut maupun oleh orang lain, pada
prinsipnya dapat dilakukan verifikasi terhadapnya. Jika pernyataan itu lulus dalam ujian
pengalaman, maka pengalaman itu dikukuhkan, meskipun tidak sepenuhnya terbukti benar.

Jika saya berkata, Di luar hujan turun, dan saya pergi ke luar serta melihat dan merasakan
turunnya hujan, maka pernyataan saya tersebut menurut ukuran tadi telah diverifikasi.
1. Penalaran berdasarkan kontradiksi
Metode verifikasi yang kedua, yakni dengan menunjukan kesesatan pernyataan yang
dipersoalkan karena bertentangan degan dirinya, atau mengakibatkan pertentangan dengan
pernyataan-pernyataan lain yang telah ditetapkan dengan baik. Misalnya, untuk membuktikan
bahwa garis-garis yang sejajar tidak pernah bertemu, orang mengambil cara dengan
mengandalkan bahwa hal yang demikian ini akan membawa kita kepada kontradiksi.
Demikian pula, mengandaikan bahwa suatu sudut didalam segitiga ada yang besarnya nil
derajat dan ada yang lebih dari nol derajat.
1. Contoh Induksi
Dalam deduksi kesimpulannya hanya bersifat probabilitas berdasarkan atas pernyataanpertanyaan yang telah diajukan. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan
pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam
menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Umpamanya
kita mempunyai fakta bahwa kambing mempunyai mata, gajah mempunyai mata, demikian
juga dengan singa, kucing, dan berbagai binatang lainnya. Dari kenyataan kenyataan ini kita
dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum yakni semua binatang mempunyai mata.

5. METODE ILMIAH
6. Pengertian Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu.
Menurut Soejono Soemargono (1983) metode ilmiah secara garis besar ada dua macam, yaitu
sebagai berikut:
1. Metode ilmiah yang bersifat umum
Metode ilmiah yang bersifat umum dibagi menjadi dua, yaitu metode analitiko-sintesa dan
metode nondeduksi. Metode analitioko-sintesa merupakan gabungan dari metode analisis dan
metode sintesa. Metode nondeduksi merupakan gabungan dari metode deduksi dan metode
induksi.
Apabila kita menggunakan metode analisis, dalam babak terakhir kita memperoleh
pengetahuan analitis. Pengetahuan analitis itu ada dua macam, yaitu pengetahuan analitik
apriori dan pengetahuan analitik aposteriori.
Metode ilmiah di bagi 2 jenis:
1. Metode analisis ialah cara penanganan terhadap sesuatu objek ilmiah tertentu dengan
jalan memilah-milahkan pengertian yang satu dengan penegrtian yang lainnya.
Pengetahuan analisis apriori misalnya, definisi segitiga mengatakan bahwa segitika itu

merupakan sautu bidang yang dibatasi oleh tiga garis lurus saling beririsan yang
membentuk sudut berjumlah 180 derajat.
Pengetahuan analitis aposteriori berarti bahwa kita dengan menerapkan metode analisis
terhadap sesuatu bahan yang terdapat di alam empiris atau dalam pengalaman sehari-hari
memperoleh sesuatu pengetahuan tertentu. Misalnya, setelah kita mengamati sejumlah kursi
yang ada, kemudian kita berusaha unutk menetukan apakah yang dinamakan kursi itu?
Definisnya misalnya, kursi adalah perabot kantor atau rumah tangga yang khusus disediakan
untuk tempat duduk.
Pengetahuan yang diperoleh dengan menerapkan metode sintesis dapat berupa pengetahuan
sintesis apriori dan pengetahuan sintesisi aposteriori.
1. Metode sintesa ialah cara penanganan terhadap sesuatu objek tertentu dengan cara
menggabungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya sehingga
menghasilkan sesuatu pengetahuan yang baru. Pengetahuan sinstesis apriori misalnya,
pengetahuan bahwa satu ditambah empat sama dengan lima.
Aposteriori menunjuk kepada hal-hal yang adanya berdasarkan atau terdapat melalui
pangalaman atau dapat dibuktikan dengan melakukan sesuatu tangkapan indrawi.
Pengetahuan sintetis aposterior itu merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan cara
menggabung-gabungkan pengertian yang satu dengan yang lain menyangkut hal-hal yang
terdapat alam tangkapan indrawi atau yang adanya dalam pengalaman empiris.
2. Metode penyelidikan ilmiah
Metode penyelidikan ilmiah dapat dibagi menjadi dua, yaitu metode penyelidikan yang
berbentuk daur/metode siklus empiris dan metode vertikal atau yang yang berbentuk garis
lempang/metode linier. Yang dinamakan siklus-empiris ialah suatu cara penanganan terhadap
sesuatu objek ilmiah tertentu yang biasanya bersifat empiris-kealaman dan penerapannya
terjadi di tempat yang tertutup. Metode penyelidikan ilmiah yang berbentuk daur/metode
siklus-empiris, maka pengetahuan yang dapat dihasilkannya akan berupa hipotesa, teori, dan
hukum-hukum alam (Soejono Soemargo, 1983)
Perkembangan ilmu-ilmu alam merupakan hasil penggunaan secara sengaja suatu metode
untuk memperoleh pengetahuan yang menggabungkan pengalaman dan akal sebagai
pendekatan bersama, dan menambahkan suatu cara baru untuk menilai penyelesaianpenyelesaian yang disarankan. Dari banyak di antara uraian kita sampai sejauh ini, kita
mungkin telah merasakan bahwa kesulitan yang dihadapi oleh filsafat ialah, filsafat tidak
bersifat ilmu. Jika orang pernah bekerja di laboratorium ilmu,ia mungkin akan mengeluh, di
dalam ilmu kita membicarakan kenyataan empirirs, di dalam filsafat nampaknya tidak ada
suatu cara untuk memperoleh jawaban. Ini menimbulkan masalah tentang metode ilmiah
sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu
sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syaratsyarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan dapat disebut ilmu
tercantum dalam apa yang dinamakan dengan metode ilmiah jadi metode ilmiah mengikuti
prosedur-prosedur tertentu yang sudah pasti yang dipergunakan dalam usaha memberi
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dihadapi oleh seorang ilmuan.

Metode menurut Senn, merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang
mempunyai langkah-langkah yang sistematis[10]. Metodologi merupakan suatu pengkajian
dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut[11]. jadi metodologi ilmiah
merupakan pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah.
Metodologi ini secara flsafati termasuk dalam apa yang dinamakan epistemologi.
Epistomologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan.
Seperti diketahui berpikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan. Metode
ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran[12]. Dengan cara bekerja ini maka
pengetahuan yang dihasilkan diharapkan mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu yang
diminta oleh pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional dan teruji yang memungkinkan tubuh
pengetahuan yang disusunnya merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan. Dalam hal ini
maka metode ilmiah mencoba menggabungkan cara berpikir deduktif dan cara berpikir
induktif dalam membangun tubuh pengetahuannya.
Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat
konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumpulkan sebelumnya. Secara sistematik dan
kumulatif pengetahuan ilmiah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi
mengenai sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada. Dengan demikian
maka ilmu merupakan tubuh pengetahuan yang tersusun dan terorganisasikan dengan baik
sebab penemuan yang tidak teratur dapat diibaratkan sebagai rumah atau batu bata yang
cerai berai[13]. Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan
yang rasional kepada obyek yang berada dalam fokus penelaahan.
Proses kegiatan ilmiah, menurut Ritchie Calder, dimulai ketika menusia mengamai
sesuatu[14]. Tentu saja hal ini membawa kita kepada pertanyaan laim: mengapa manusia
mulai mengamati sesuatu? Kalau kita telah lebih lanjut ternyata bahwa kita mulai mengamati
obyek tertentu kalau kita mempunyai perhatian tertentu terhadap obyek tersebut. Persukaran
yang dirasakan bila kita menemukan sesuatu dalam pengalaman kita yang menimbulkan
pertanyaan[15]. Dan pertanyaan ini timbul disebabkan oleh adanya kontak manusia dengan
dunia empiris yang menimbulkan berbagai ragam permasalahan. dapat disimpulkan bahwa
karena ada masalah ini berasal dari dunia empiris, maka proses berpikir tersebut diarahkan
pada pengamatan obyek yang bersangkutan, yang bereksistensi dalam dunia empiris pulan.
Manusia menghadapi atau menyadari adanya masalah dan bermaksud untuk memecahkan
dalam usaha unutk memcahkan masalah tersebut maka ilmu tidak berpaling kepada perasaan
melainkan kepada pikiran yang berdasarkan penalaran. Dalam hal ini maka pertama-tama
ilmu menyadari bahwa masalah yang dihadapinya adalah masalah konkret yang terdapat
dalam dunia fisik yang nyata. Karena masalah yang dihadapinya adalah nyata maka ilmu
mencari jawaban pada dunia yang nyata pula. Disinilah pendekatan rasional digabungkan
dengan pendekatan empiris dalam langkah-langkah yang disebut metode ilmiah. Langkahlangkah metode ilmiah:
1. Harus menanamkan rasa ingin tahu dalam suatu hal sehingga memunculkan
pertanyaan pada diri dan menjadi dasar untuk melakukan penelitian sehingga dapat
merumuskan masalahnya.
2. Mengumpulkan informasi sehingga dapat menyusun kerangka berpikir dalam
pengajuan hipotesis. Kerangka berpikir ini disusun secara rasional berdasarkan

permis-permis ilmiah yang telah tealh teruji kebenarannya dengan memperhatikan


faktor-faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.
3. Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap
pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka
berpikir yang dikembangkan. Hipotesis ini pada dasarnya disusun secara deduktif
dengan mengambil permis-permis dari pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui
sebelumnya.
4. Pengujian hioptesis yang merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan
hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta
yangmendukung hipotesis tersebut atau tidak.
5. Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaina apakah sebuah hipotesis yang
diajukan itu ditolak atau diterima. Sekiranya dalam proses pengujian terdapat fakta
yang cukup yang mendukung hipotesis maka hipotesis itu diterima. Sebaliknya
sekiranya dalam proses pengujian tidak terdapat fakta yang cukup mendukung
hipoteisi maka hipoteisi itu ditolak. Hipoteisi yang diterima kemudian dianggap
menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah sebab telah memenuhi persyaratan keilmuan
yakni mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah
sebelumnya serta telah teruji kebenarannya. Pengertian kebenaran di sini harus
ditafsirkan secara pragmatis artinya bahwa sampai saat ini beluam terdapat fakta yang
menyatakan sebaliknya.
Keseluruhan langkah ini harus ditempuh agar suatu penelaahan dapat disebut ilmiah. Dengan
metode ilmiah sebagai paradigma maka ilmu dibandingkan denganberbagai pengetahuan
lainnya dapat dikatakan berkembang cepat.
Salah satu faktor yang mendorong perkembangan ini adalah faktor sosial dari komunikasi
ilmiah dimana oenemuan individual segera dapat diketahui dan dikaji oleh anggota
masyarakat atau pun ilmuan lainnya. Tersedia laat komukasi tertulis dalam bentuk majalah,
buletin, jurnal, mikro film, dan berbagai media masa lainnya sangat menunjang intensitas dan
efektivitas komunikasi ini. Suatu penemuan baru di negera yang baru segera dapat diketahui
oleh ilmuan di negara-negara lainnya. Penemuan ini segera dapat diteliti kebenarannya oleh
kalangan ilmiah di mana saja sebeb prosedur unutk menilai kesahihan penyataan yang
dikandung pengetahuan tersebut sama-sama telah diketahui oleh seluruh masyarakat.

1. Contoh metode Ilmiah


Contoh kunyit digunakan untuk pengobatan.
Kunyit dapat dikatakan mampu penyembuhan luka, dapat dibuktikan dilakukan dengan
metode ilmiah.
Sinkronisasi metode ilmiah ini dapat disimpulkan dari pengalaman dan kebiasaan masyarakat
dalam memanfaatkan kunyit sebagai obat tradisional untuk penyembuhan luka pada organ
tubuh bagian dalam. Jadi dengan dilakukan metode ilmiah yang diawali dari asumsi dan
kebiasaan masayarakat mengani suatu hal. Misalnya dalam memanfaatkan kunyit sebagai

pengobatan tradisional. Diawali dari munculnya pertanyaan. Apakah benar kunyit mampu
mengobati luka kemudian mengumpulkan informasi, melakukan hipotesis, melakukan
pengamatan dan menyimpulkan. Ditemukan didalam kunyit mengandung zat antibiotik yang
mampu menyembuhkan luka yang dialami organ bagian dalam

Anda mungkin juga menyukai