Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH

PENGANTAR PENDIDIKAN KEPENDUDUKAN


LINGKUNGAN HIDUP
DOSEN
DISUSUN OLEH

: Prof. Dr. T. Zahara

: Seztifa Miyasyiwi

(20157072161)

: Shendy Patricia

(20157270175)

: Wisnu Adi Prasetyo

(20157270221)

: Ratih

(20157270256)

FAKULTAS PASCASARJANA
DEPARTEMEN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI (UNINDRA)
JAKARTA
2016

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penyusun ucapkan terimakasih kepada Allah SWT. Shalawat serta salam
tak lupa dihaturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman
kegelapan hingga zaman yang terang benderang seperti sekarang ini.
Kehadiran Pendidikan Kependudukan sebagai suatu komponen program pendidikan
di Indonesia merupakan bukti nyata bahwa pendidikan memperhatikan dan turut berusaha
menangani berbagai masalah yang timbul akibat bertambah banyaknya penduduk di
Indonesia. Masalah yang muncul pertama kali adalah masalah lingkungan hidup, asumsinya
adalah pertambahan jumlah populasi manusia berbanding lurus dengan pertambahan
pencemaran lingkungan hidup.
Pada mata kuliah Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup yang diampu
oleh Prof. Dr. T. Zahara kami selaku mahasiswa diberikan tugas untuk mempresentasikan
tentang pengantar Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Makalah ini berisi
tentang pengantar, tujuan dan serta latar belakang mengapa diadakannya pelajaran
Pendidikan Kependudukan Lingkungan Hidup.
Makalah ini bersumber dari studi pustaka jurnal elektronik dan buku panduan yang
berjudul Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup yang di edit dari berbagai sumber
oleh Prof. Dr. T. Zahara. Kami penyusun memohon maaf apabila ada yang kurang dari
penyajian makalah ini, karena keterbatasan kami. Akhir kata kami selaku penyusun sangat
mengharapkan adanya kritik serta saran yang membangun demi penyempurnaan dan
perbaikan untuk kedepannya.

Jakarta 10 Maret 2016

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Krisis Kependudukan dan Krisis Lingkungan Hidup
Kehadiran PKLH sebagai suatu komponen program pendidikan di Indonesia
adalah bukti nyata bahwa dunia pendidikan memperhatikan dan turut berusaha
menangani beberapa masalah yang dihadapi oleh bangsa dan negara. Masalah yang
sangat besar dan perlu ditangani segera adalah akibat semakin besarnya jumlah
penduduk. Mereka memerlukan pangan, sandang, papan, pelayanan kesehatan,
pelayanan pendidikan, penyediaan lapangan kerja, keamanan dan lain-lain kebutuhan
bagi kesejahteraan hidupnya.Di seluruh dunia tekanan akibat semakin banyaknya
penghuni planet bumi ini semakin dirasakan.Dalam usahanya untuk hidup lebih enak dan
kecukupan manusia sejak zaman purbakala telah memanfaatkan dan menggunakan alam
lingkungannya.Penggunaan nalar dan akalnya telah mendudukkan manusia sebagai
penakluk dan pengatur alam sekitarnya bagi kemudahan hidupnya.Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi pada pertengahan dan akhir abad ke-20 ini begitu dahsyat dan
menakjubkan sehingga seakan-akan seluruh masalah dapat dipecahkan olehnya.
Namun, tidak dapat disangakal lagi bahwa karena sebagian terbesar kehidupan 5
miliar manusia pada tahun 1987 (tahun 2015 sebanyak 7 miliar) ini masih tergantung dari
dukungan alam sekitarnya maka penggunaan sumber alam ini semakin intensif dan
ekstensif. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi yang dibarengi dengan
pertumbuhan industri secara besar-besaran untuk mengikuti permintaan bermilyar-milyar
orang tadi, telah mengakibatkan semakin menurunnya mutu alam lingkungan hidup
manusia tadi.Manusia melupakan bahwa daya dukung planet bumi untuk memberikan
kehidupan terbatas.
Akhir-akhir ini malapetakaberupa banjir, kekeringan, pencemaran air, tanah
maupun udara, kenaikan atau penurunan suhu panas di beberapa daerah, dan keracunan
oleh pestisida dan lain-lain telah banyak diberitahukan oleh media massa.Ancaman ini
dari segala aspeknya perlu kita sadari dan kita hadapi untuk dipecahkan.Manusia tidak
mungkin tidak bertambah terus. Pada tahun 1987 ini sudah 5

miliar, tahun 2000

diperkirakan mendekati 7 miliar, kalau pertumbuhan manusia tetap seperti tahun1998sekarang, pada tahun 2025 jumlah manusia di planet bumi sudah akan mencapai lebih
dari 12 miliar orang, untuk dapat memberi makan kepada 12 miliar orang ini bumi harus
diolah lebih intensif dan ekstensif lagi.

Keadaan sekarang sudah mendekati titik krisis. Hal ini terjadi karena dulu
kekuatan besar saling mendukung dan memperkuat ialah :
1. Pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak terbatas di atas suatu tempat dengan daya
dukung terbatas untuk menghidupinya dan menampung sampah hasil kehidupannya.
2. Teknologi tidak terbatas yang dibarengi dengan sikap manusia untuk mendominasi
dan menghabiskan alam lingkungannya
Krisis yang mengancam sistem kehidupan di planet bumi ini perlu kita hadapi dan
pecahkan bersama.Pertumbuhan penduduk harus kita atur.Sikap kita untuk tidak
bertanggung jawab dalam mengeksploitasikan dan mendominasikan alam lingkungannya
perlu kita ubah.
Dalam hal ini perlu kita teruskan kepada generasi muda kita, generasi yang
mewarisi baik buruknya pengolahan sistem kehidupan di bumi ini.
1.2 PerumusanMasalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka penulisan makalah ini
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa Tinjauan Falsafah Hubungan Manusia dan Alam Lingkungannya.
2. Apa Tindakan yang Perlu dilakukan Untuk Menghadapi Krisis.
3. Apa, Mengapa, dan Tujuan PKLH.
4. Apa Pendidikan Kependudukan.
5. Apa Pendidikan Lingkungan Hidup.
6. Apa Perbedaan dan Persamaan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup.
7. Batasan tentang Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup.
1.3 TujuanPenulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Memahami Tinjauan Falsafah Hubungan Manusia dan Alam Lingkungannya.


Memahami Tindakan yang Perlu dilakukan Untuk Menghadapi Krisis.
Memahami Latar Belakang PKLH.
Memahami Pendidikan Kependudukan.
Memahami Pendidikan Lingkungan Hidup.
Memahami Perbedaan dan Persamaan PKLH
Memahami Batasan tentang Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup.
BAB II
PEMBAHASAN
Kajian mengenai Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup ini terkait
juga didalamnya tinjauan mengenai falsafah hubungan manusia dengan alam dan
lingkungannya. Karena sejatinya ketika mengalami pertambahan populasi manusia
makan itu akan berbanding lurus dengan pertambahan tingkat polusinya. Hal ini
disebabkan karena manusia dalam hidupnya memanfaatkan alam untuk memenuhi
kebutuhan hajat hidupnya, dengan menggunakan air bersih, memotong kayu dan

sebagainya sehingga semakin lama maka alam akan semakin rusak seiring dengan
pertambahan populasi manusia.
2.1 Tinjauan Falsafah Hubungan Manusia dan Alam Lingkungannya
Laporan hasil studi The Club of Rome (1971) memprediksikan bahwa sekitar
tahun 2050 sistem kehidupan di bumi akan menghadapi total coilape kalau 5 faktor
pendukung kehidupan manusia tetap secara eksponensial seperti sekarang perlu kita
perhatikan pertumbuhan penduduk, peningkatan produksi pangan, peningkatan produksi
industri, penggunaan sumber alam dan pencemaran lingkungan saling mempengaruhi
dan berhubungan. Laporan hasil studi tersebut yang dapat dibaca dalam The Limmits to
Growth memang mencemaskan.Namun laporan yang dikemukan oleh Minajlo dan
Eduard Peste (1978) dalam Mankind at The Turning Point lebih memberikan harapan
untuk pemecahan masalah pertumbuhan. Kita harus waspada dan mulai sekarang juga
mengatasi krisis kehidupan manusia dengan merencanakan kehidupan hari depan sebagai
perencanaan pertumbuhan yang organik dan segera meninggalkan cara kehidupan yang
membiarkan adanya pertumbuhan eksponensial ( peningkatan pertumbuhan yang berupa
persentase tetap terhadap keseluruhan pada suatu waktu tertentu).
Penyebab adanya pertumbuhan eksponensial dapat dilihat dari konsep tentang
hubungan manusia dengan alam dan lingkungannya.
Konsep yang datang dari Barat adalah adanya konsep Manusia Lawan Alam,
atau Manusia Penakluk Alam.Sedangkan konsep yang datang dari Timur adalah
Manusia dalam Keserasian dan Keseimbangan Alam.
Konsep tentang Manusia Lawan Alam mendasari pelaksanaan hubungan antara
manusia dengan alam lingkungannya selama berabad-abad.Konsep ini seakan-akan
menjadi dasar falsafah sekuler sejarah.Dalam falsafah ini jalan peradaban manusia dapat
dilihat sebagai gerakan, suatu evolusi dari waktu manusia harus tunduk pada dan diatur
oleh alam sampai ke titik terjadi kebalikannya dan manusia mengatur alam
lingkungannya.
Penilaian ini sangat erat hubungannya dengan keinginan untuk memperbaiki
kehidupan

manusia

itu

sendiri

dengan

mengembangkan

seni

dan

ilmu

pengetahuan.Pikiran ini lambat laun dalam abad 18 dan 19 berkembang menjadi pikiran
tentang kemajuan yang sering dilihat sebagai pelepasan diri dari alam atau penguasaan
alam oleh manusia.
Menurut Clarence J Glacken dalam tulisannya Man Against Mature An Outmoded
Concept, konsep tentang Manusia Lawan Alam mempunyai dua tradisi ialah : (1) tradisi

yang diambil dari Buku Perjanjian Lama, terutama Genesis I dan (2) tradisi dari zaman
modern yang diambil dari falsafah Francis Bacon.
Dalam Genesis I 2028 diadakan perbedaan antara tindakan Tuhan Yang Maha Esa
terhadap manusia itu sendiri. Pada semua makhluk hidup dianjurkan untuk bertambah
dan berkembang biak begitu pula kepada manusia. Namun manusia harus menguasai
ikan di alam, burung diangkasa dan semua makhluk hidup yang bergerak di atas bumi,
perintah Tuhan Yang Maha Esa ini diperkuat sesudah banjir besar dan permulaan hidup
baru bagi manusia dengan Nabi Nuh, tiga orang anaknya dan istrinya. Tampaknya
manusia patuh melaksanakan perintah Tuhan Yang Maha Esa ini. Mereka menambah
jumlah dan berkembang biak sehingga pada tahun 1987 jumlah manusia sudah mencapai
5 milyar. Di samping itu mereka juga patuh menguasai alam lingkungannya dengan
makhluk hidup yang bergerak diatasnya.Sampailah manusia kepada krisis kehancuran
alam, pencemaran air tanah dan udara, pembuatan nuklir, perusakan hutan dan lain
sebagainya.Ajaran ini mendapat kelanjutan sampai sekarang seperti dapat dibaca dalam
Pope Paulsvi and Encylical letter (1967).
Menurut Clarence J. Glacken penguasaan alam melalui ilmu pengetahuan lebih
banyak bersumber pada falsafah modern yang dikemukakan oleh Francis Bacon,
Descartes dan Leibnitz. Bacon mengemukakan dalam karyanya The New Atlantis
bahwa ilmu pengetahuan harus dikembangkan secara aktif dan menganjurkan penemuan
baru untuk merubah dan menguasai alam sesuai dengan kebutuhan manusia.
Konsep tentang manusia lawan alam sebagai pandangan falsafah terhadap
hubungan manusia dengan alam perlu diperbaharui.Perlu diperkenalkan suatu konsep
tentang hubungan timbal balik ekologis.Pengertian dan konsep ecosystem tampaknya
konsep yang perlu dioperasionalkan.Konsep tentang ecosystem ini menjadi dasar bagi
pemahaman tentang pertumbuhan penduduk dunia, dampak pembaharuan teknologi,
konservasi, pencemaran dan perlindungan alam.Dari konsep manusia lawan alam dapat
dimanfaatkan bagian yang mengemukakan perbedaan antara manusia dan makhluk hidup
lainnya, terutama manusia sebagai pelaksana dan peserta pengelolaan alam
lingkungannya.
Peran manusia pada bidang teknologi sebagai pembaharu, pengawet dan
tindakannya secara konservatif dapat lebih mudah dimengerti dalam setting ekologi yang
harmonis dari pada dalam setting yang berlawanan.Tempat manusia dalam alam
lingkungan harus menjadi fokus dari sintesis yang baru.
2.2 Tindakan yang Perlu untuk Menghadapi Krisis

Krisis kependudukan, krisis alam lingkungan, krisis energi, krisis pangan perlu kita
hadapi dan kita tangani.Kita harus mengerti penyebabnya, sifatnya, hubungan timbal
baliknya. Menurut Mahajlo Mesarovic dan Eduard Pestel dalam Mankind at the
Turning Point penanganan berbagai krisis tersebut adalah :
1. Krisis ini tidak sifat sementara, namun cenderung merupakan bagian yang tidak
terpisah dari pola pembangunan.
2. Pemecahan masalah ini hanya dapat dipecahkan dalam konteks global dan atas
perencanaan jangka panjang. Untuk itu perlu perubahan yang besar misalnya dengan
adanya tata perekonomian dunia baru dan sistem penjatahan dalam pembagian sumber
alam secara adil.
3. Pemecahan tidak dapat dicapai melalui sistem kehidupan dan cara tradisional,
misalnya hanya memperhatikan satu aspek tertentu dalam pembangunan ialah
pembangunan ekonomi. Yang diperlukan adalah suatu integritas yang penuh dari
semua strata yang berhubungan dengan pembangunan dunia, suatu pemersatuan
secara serentak dari semua aspek dalam evolusi manusia untuk memperbaiki nasibnya
dari sikap dan nilai individual ke kondisi ekologis dan lingkungan hidup yang
harmonis.
4. Krisis ini masih dapat ditangani, tidak melalui konfrontasi namun melalui koperasi.
Pemecahan masalah dipusatkan pada apa yang perlu dilakukan agar
pertumbuhan eksponensial dapat diubah menjadi pola pertumbuhan organik. Terutama
yang menyangkut perubahan sikap dan nilai individu diperlukan.
a. Setiap individu di mana saja ia berada harus dijadikan World conscious ia adalah
anggota dari masyarakat dunia. Kelaparan yang menimpa suatu daerah di Afrika
misalnya harus dirasakan juga oleh orang Afrika atau Jerman seakan-akan kelaparan
tersebut terjadi di daerahnya sendiri.
b. Suatu etika baru harus diajarkan terhadap penggunaan bahan dari sumber alam.
c. Sikap yang menekankan pada adanya harmoni dengan alam lingkungan perlu
ditanamkan, bukan sikap untuk menaklukkan. Karena mereka adalah bagian dari
alam.
d. Setiap orang harus mampu menghayati makna hidup di dunia ini selain sebagai
makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Agar sikap dan nilai tersebut di atas dapat berhasil ditanamkan pada setiap individu,
terutama pada generasi muda diperlukan suatu program pendidikan yang pada saat ini
dikenal dengan nama Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH).

2.3 Apa, Mengapa dan Tujuan PKLH

Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup pada dasarnya ada dua


program pendidikan yang berbeda pada tujuannya, namun banyak persamaan dalam
hal objek kajiannya. Program Pendidikan Kependudukan meletakkan sasaran
utamanya pada perubahan sikap dan perilaku pada masalah reproduksi dan
persebaran pendudukan secara rasional dan bertanggung jawab. Sedangkan,
Pendidiakan Lingkungan Hidup meletakkan sasaran utamanya pada upaya perubahan
sikap dan perilaku pada masalah pengelolaan sumber daya alam secara rasional dan
bertanggung jawab. Persamaan yang paling mendasar dari Pendidikan Kependudukan
dan Pendidikan Lingkungan Hidup adalah upaya peningkatan kualitas hidup
penduduk dalam arti yang luas.
Dalam hal sasaran dan tujuan utama, kedua jenis program pendidikan ini
terdapat perbedaan. Pendidikan kependudukan mempunyai sasaran berupa perubahan
sikap dan perilaku tentang pengendalian dan keberadaan kependudukan, sedangkan
pendidikan lingkungan hidup memiliki sasaran berupa perubahan sikap dan perilaku
tentang pendidikan lingkungan hidup secara rasional dan bertanggung jawab. Keduaduanya dimaksudkan untuk menunjang terbinanya kualitas hidup penduduk secara
lebih baik. Keduanya juga memiliki kajian objek yang sama yaitu terdiri dari
dinamika kependudukan dan integrasi perilakunya (manusia) terhadap lingkungan
sosial, ekonomi dan fisiknya.
2.4 Pendidikan Kependudukan
Pendidikan kependudukan pertama kali menjadi perhatian para ahli terjadi
pada tahun 1935 di swedia, kemudian di susul oleh negara-negara lainnya di tahuntahun berikutnya. Berbagai pertemuan internasional tentang kependudukan dan
lingkungan hidup diselenggarakan atas prakarsa UNESCO dengan tujuan untuk
merumuskan beberapa langkah bersama untuk mengatasi masalah kependudukan dari
lingkungan hidup yang dihadapi. Diantaranya ialah konferensi internasional tentang
Hak-Hak Manusia di Teheran (1968) salah satu resolusinya berupa Deklarasi
Pemimpin-Pemimpin Dunia tentang Kependudukan atau yang dikenal dengan The
Proclamation of Tehran. Menyusul kemudian Konferensi Kependudukan Dunia
(1974) di Bucharest Rumania, diselenggarakan dengan menghasilkan World
Population Plan of Action. Suatu rumusan tentang langkah-langkah untuk mencapai
masalah kependudukan secara umum, pada tahun berikutnya (1975) diselenggarakan
lokakarya internasional tentang pendidikan lingkungan di Belgrade Yugoslavia, yang

menghasilkan suatu kerangka umum tentang program pendidikan lingkungan dalam


suatu dokumen yang juga di kenal sebagai Belgrade Charter.
Lokakarya UNESCO (1970) di bangkok berpandangan bahwa suatu batasan
formal tentang pendidiakan kependudukan akan banyak membantu para peserta untuk
melakukan pembinaan dinegara masing-masing. Lokakarya memberikan batasan
pendidikan kependudukan sebagai :
Suatu program kependudukan yang menyediakan kajian tentang situasi
kependudukan dalam keluarga, masyarakat, bangsa dan dunia, dengan maksud untuk
mengembangkan sikap dan perilaku yang rasional dan bertanggung jawab terhadap
situasi kependudukan yang dihadapi
Hal ini juga tergambar dalam tujuan umum yang dicantumkan dalam Buku
Sumber Pendidikan Kependudukan, dalam buku itu dinyatakan bahwa pendidikan
kependudukan dimaksudkan melibatkan pelajar dalam proses belajar dalam proses
belajar, sehingga dapat memperluas perspektif dan mengembangkan keterampilan
dalam menganalisis dan mendefinisikan masalah yang relevan untuk manfaat pribadi
dan masyarakatnya.
Salah satu kondisi sosial budaya, bangsa indonesia yang menimbulkan
masalah pertumbuhan penduduk ialah adanya adanya norma yang mengarah kepada
pembentukan keluarga dengan banyak anak. Suatu norma yang menghargai banyak
kelahiran dan pembentukan keluarga besar. Hal ini disebabkan oleh pandangan
masyarakat terhadap nilai anak dalam suatu keluarga. Menurut sutrisno hadipaling
sedikit ada nilai anak di indonesia yaitu anak sebagai perekat cinta kasih, sebagai
sumber tenaga kerja, anak sebagai asuransi hari tua, sebagai pelangsung keturunan,
sebagai teman di rumah, penolong dan pelindung, dan anak sebagai sumber rezeki.
Tujuan umum pendidikan kependudukan ialah untuk memungkinkan pelajar
dapat mengsuasai pengetahuan, keterampilan sikap dan nilai yang diperlukan untuk
memahami dan menilai situasi kependudukan yang ada, kekuatan dinamis yang
membentuk dan berpengaruh terhadap kesejahteraan dirinya, keluarga, masyarakat,
bangsa dan dunia dimasa kini dan mendatang.
Berdasarkan tujuan umum tersebut, maka tujuan yang lebih khusus pendidikan
kependudukan mencakup :
a. Meningkatkan pengetahuan tentang konsep dasar kependudukan dan hubungan timbal
balik antara dinamika penduduk, perilaku manusia, kualitas lingkungan hidup dan
berbagai aspek kehidupan manusia.

b. Mengembangkan kesadaran akan masalah kependudukan dan pemecahan bagi


pengkaitan kualitas hidup manusia.
c. Mengembangkan nilai dan sikap yang rasional dan bertanggung jawab terhadap usaha
pemecahan masalah kependudukan. Meningkatkan keterampilan memecahkan
masalah kependudukan yang dihadapi bagi kesejahteraan diri, keluarga dan
masyarakat. Meningkatkan keikutsertaan pelajar dalam kegiatan pemecahan masalah
kependudukan, baik secara individual maupun kelompok.
2.5 Pendidikan Lingkungan Hidup
Berbeda dengan pendidikan kependudukan yang memberri batasan utama
sebagai suatu program kependidikan yang bertujuan membina sikap nilai dan
perilaku, maka definisi pendidikan lingkungan hidup ini dipandang sebagai proses
reorganisasi nilai dan klarifikasi konsep untuk mengembangkan keterampilan dan
sikap yang diharapkan senada dengan batasan pendidikan kependudukan Bangkok
1970 adalah definisi pendidikan lingkungan hidup yang diberikan oleh Jayasurya
yang menyatakan bahwa, pendidikan lingkungan Hidup adalah:
Suatu program kependudukan yang disusun untuk mengembangkan fungsi
kognitif dan afektif individu dan keterampilan psikomotornya dengan mengarahkan
untuk mengoptimalkan sumbangannya menuju peningkatan kualitas hidup, baik
tingkat mikro maupun makro dari pada unit keluarga, masyarakat dan bangsa dengan
perhatian khusus terhadap strategi dinamika masalah-masalah lingkungan hidup
manusia , baik secara individual maupun secara bersama-sama, untuk menghindarkan
akibat yang merugikan
2.6 Tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup
Pendidikan lingkungan hidup bertujuan meningkatkan kesadaran dan
perlibatan masyarakat secara aktid dalam masalah-masalah lingkungan, atau menurut
Jayasurya tujuan pendidikan lingkungan hidup ialah agar pelajar memiliki
pengetahuan, keterampilan, sikap, motivasi dan rasa keterpanggilan (commitment)
untuk bekerja secara individual atau kolektif menuju pada pemecahan dan pencegahan
timbulnya masalah lingkungan.
Dalam tujuan umum pendidikan lingkungan hidup ini terkandung unsur tujuan
lain yang meliputi pembinaan unsur: pengetahuan, kesadaran, sikap keterampilan,

kemampuan mengevaluasi dan keikutsertaan

(perilaku) dari peserta didik dalam

hubungannya dengan pelestarian dan peningkatan kualitas lingkungan hidup.


Adapun tujuan khusus pendidikan lingkungan hidup mencakup :
a. Mengembangkan kesadaran akan perlunya individu dapat memenuhi kebutuhan dari
lingkungannya.
b. Mengembangkan kesdaran akan lingkungan dan masalahnya pada masa kini dan
mendatang.
c. Mendapatkan pengetahuan dan pengertian tentang hubungan ekologi manusia dengan
lingkungan sosial budaya dan biofisiknya.
d. Memiliki kemampuan yang diperlukan untuk membangun sumber secara bijaksana,
melindungi dan mengembangkan lingkungan menuju menuju pemecahan masalahnya.
e. Mengembangkan sikap, nilai dan kepercayaan yang esensial untuk meningkatkan
kualitas dan konservasi lingkungan
f. Berpartisipasi aktif, baik secara individual atau secara bersama dalam kegiatan yang
berhubungan dengan perbaikan lingkungan.
Pendidikan lingkungan hidup yang menekankan pada proses, programnya
disusun dengan maksud memberi kesempatan anak didik untuk menguasai cara dan
prosedur bagi penguasaan perubahan siakp dan perilaku, sedangkan

pendidikan

lingkungan hidup yang menekankan sebagai program kependuduka untuk mengubah


perilaku akan materi, metode dan strategi untuk meningkatkan pengetahuan dan
merubah sikap dan perilaku yang diharapkan. Pendidikan lingkungan hidup yang
pertama akan mengevaluasi hasil belajar dan segi tingkat penguasaan pengetahuan,
sikap dan perilaku yang diharapkan. Sedangkan pendidikan lingkungan hidup yang
kedua akan mengevaluasi keberhasilan belajar dari segi perubahan (penambahan)
pengetahuan, sikap dan perilaku anak didik yang diharapkan sehubungan dengan
pemanfaatan, penjagaan dan pelestarian potensi lingkungan bagi kesejahteraan.
2.7 Perbedaan dan Persamaan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup
Fokus utama dalam program pendidikan kepandudukan ialah dinamika
kependudukan dan hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan manusia. Salah
satu aspek pembahasan materi dalam pendidikan kependudukan terdapat pembahasan
hubungan antara pertumbuhan penduduk dengan lingkungan hidup, tetapi fungsinya
hanya sebagai penyangga bagi perubahan pengetahuan, sikap, kesadaran dan perilaku
kependudukan.

Dalam pendidikan lingkungan hidup, faktor-faktor dinamika kependudukan


juga menjadi pembahasan. Tetapi, perhatian yang diberikan juga terbatas dalam
kerangka kerja dan perspektif pendidikan lingkungan hidup. Hal ini dimaksudkan
untuk memberikan penalaran bahwa hal itu akan berpengaruh terhadap intensitas
penggunaan sumber dari pencemaran lingkungan.
Pendidkan

kependudukan

memungkinkan

pelajar

untuk

memiliki

pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang diperlukan untuk mengambil


keputusan berdasarkan informasi tentang peristiwa dan masalah kependudukan yang
berpengaruh terhadap kualitas hidup dimasa kini dan mendatang bagi dirinya,
masyarakat dan bangsa.
Pendidikan lingkungan hidup mengembangkan kesadaran atau keterlibatan
pelajar tentang lingkungan hidup serta masalahnya dan memberikan mereka
pengetahuan, keterampilan, sikap dan

keterkaitan motivasi untuk bekerja secara

individual menuju pada pemecahan masalah serta upaya penghindaranya.


2.8 Batasan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup
Dalam laporan hasil rapat pengkajian pedoman pendidikan kependudukan dan
lingkungan hidup pada tanggal 25 27 januari 1984 tercantum batasan Pendidikan
Kependudukan dan Lingkungan Hidup sebagai :
suatu program kependidikan untuk membina anak didik memiliki pengertian
kesadaran, sikap dan perilaku yang rasional serta bertanggung jawab tentang pengaruh
timbal balik antara penduduk dan lingkungan hidup dalam berbagai aspek kehidupan
manusia
Tujuan tersebut dapat dianalisis menjadi dua arah sasaran, yaitu : tujuan yang
mengarah kepada kemanfaatan individu dan kepada kemanfaatan kelompok, atau
masyarakat. Dari kedua arah kelompok sasaran tersebut kemudian disusunlah tujuan
yang lebih khusus sebagai berikut :
a. Mengembangkan pengetahuan tentang konsep dasar kependudukan dan lingkungan
hidup
b. Mengembangkan kesadaran (terhadap adanya masalah kependudukan dan lingkungan
hidup pada masa kini dan prospeknya pada masa yang akan datang)
c. Membina kesadaran akan perlunya mengatasi masalah persebaran dan pertumbuhan
penduduk serta kemerosotan kualitas lingkungan hidup

d. Mengembangkan pengetahuan dan pengertian tentang hubungan saling memengaruhi


antara dinamika kependudukan dengan sosial budaya, ekonomi dan teknologi serta
kualitas lingkungan hidup
e. Mengembangkan nilai dan sikap positif yang mengarah kepada pembentukan keluarga
yang bertanggung jawab, dalam lingkungan hidup yang serasi dan menjamin
kehidupan keluarga dan masyarakat yang semakin sejahtera dan berkesinambungan.
f. Mengembangkan penguasaan keterampilan yang diperlukan untuk membina keluarga
yang bertanggung jawab, memanfaatkan sumber daya secara rasional, memelihara
dan melestarikan lingkunan bagi kehidupan yang baik
g. Mengembangkan partisipasi aktif baik secara individu maupun kelompok dalam
kegiatan yang menyangkut usaha peningkatan kualitas hidup melalui usaha
penyebaran penduduk secara rasional pengendalian fertilitas, dan keserasian
keseimbangan lingkungan hidup.
Dalam bidang lingkungan hidup, anak didik harus berperilaku nyata untuk
mengelola secara bijaksana sumber daya yang mereka miliki, tepat guna, hemat,
berorientasi kepada kelestarian kemanfaatan bagi kehidupan yang lebih layak.
Dalam cakupan yang lebih luas, masyarakat dihimbau untuk memeratakan
Indonesia demi terciptanya ketahanan ekonomi, sosial dan politik. Jika terciptanya
kemerataan kependudukan maka masalah-masalah sosial yang dialami Indonesia tidak
tercipta lagi, seperti Jakarta dan Jawa Barat yang memiliki jumlah penduduk yang
sangat banyak.
Secara nyata siswa melakukan perbuatan positif untuk memelihara kebersihan,
mencegah pencemaran, dan keseimbangan lingkungan hidup. Dengan perkataan lain
pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup bertujuan akhir, pembentukan warga
negara indonesia yang berwawasan kependudukan dan ligkungan hidup, yaitu warga
negara yang dalam tingkah laku sosial, ekonomi, politik dan budayanya,
berpandangan progresif terhadap berbagai masalah kependudukan lingkungan hidup
menuju kehidupan keluarga dan masyarakat yang serasi dan seimbang dalam
hubungannya dengan tuhannya, lingkungan sosial dan lingkungan alam hidupnya.

BAB III
PENUTUP
Dengan adanya Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup maka
diharapkan berbagai lapisan masyarakat turut serta dalam pembangunan dan
pemerataan jumlah penduduk dan tidak apatis terhadap jumlah pertumbuhan
masyarakat di Indonesia. Masalah-masalah diantaranya adalah peningkatan pencemaran
sumber daya alam dan lingkungan oleh karena itu berbagai pihak harus turut serta
dalam melakukan penghematan penggunaan sumber daya alam agar dapat kita nikmati
bersama hingga keturunan anak cucu kita.
3.1 Kesimpulan

Dari Pembahasan yang telah dipaparkan dalam makalah ini maka dapat
disimpulkan bahwa latar belakang dari diadakannya Pendidikan Kependudukan dan
Lingkungan Hidup ini bertujuan untuk meminimalisir tingkat pencemaran sumber daya
alam dan lingkungan serta masalah-masalah sosial jika terjadi pertambahan jumlah
penduduk, pemusatan jumlah penduduk serta ketidak merataannya ketahanan sosial,
ekonomi dan politik yang akan berdampak pada ketahanan dan keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia
3.2 Saran
Saran yang dapat kami berikan selaku penyusun adalah,pemerintah hendaknya
memfasilitasi program transmigran yang sudah dijalankan. Terkadang dalam
prakteknya perlu pengawasan, apakah dalam kehidupannya masyarakat transmigran
mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Pemertaan sektor-sektor Ekonomi ke daerah-daerah, serta pemaksimalan
pemanfaatan Sumber Daya Alam daerah masing-masing untuk memenuhi kebutuhan
hajat masyarakat sekitar, agar tidak lagi terjadi urbanisasi karena didaerah kekurangan
lapangan pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai