: Seztifa Miyasyiwi
(20157072161)
: Shendy Patricia
(20157270175)
(20157270221)
: Ratih
(20157270256)
FAKULTAS PASCASARJANA
DEPARTEMEN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI (UNINDRA)
JAKARTA
2016
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penyusun ucapkan terimakasih kepada Allah SWT. Shalawat serta salam
tak lupa dihaturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman
kegelapan hingga zaman yang terang benderang seperti sekarang ini.
Kehadiran Pendidikan Kependudukan sebagai suatu komponen program pendidikan
di Indonesia merupakan bukti nyata bahwa pendidikan memperhatikan dan turut berusaha
menangani berbagai masalah yang timbul akibat bertambah banyaknya penduduk di
Indonesia. Masalah yang muncul pertama kali adalah masalah lingkungan hidup, asumsinya
adalah pertambahan jumlah populasi manusia berbanding lurus dengan pertambahan
pencemaran lingkungan hidup.
Pada mata kuliah Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup yang diampu
oleh Prof. Dr. T. Zahara kami selaku mahasiswa diberikan tugas untuk mempresentasikan
tentang pengantar Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Makalah ini berisi
tentang pengantar, tujuan dan serta latar belakang mengapa diadakannya pelajaran
Pendidikan Kependudukan Lingkungan Hidup.
Makalah ini bersumber dari studi pustaka jurnal elektronik dan buku panduan yang
berjudul Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup yang di edit dari berbagai sumber
oleh Prof. Dr. T. Zahara. Kami penyusun memohon maaf apabila ada yang kurang dari
penyajian makalah ini, karena keterbatasan kami. Akhir kata kami selaku penyusun sangat
mengharapkan adanya kritik serta saran yang membangun demi penyempurnaan dan
perbaikan untuk kedepannya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Krisis Kependudukan dan Krisis Lingkungan Hidup
Kehadiran PKLH sebagai suatu komponen program pendidikan di Indonesia
adalah bukti nyata bahwa dunia pendidikan memperhatikan dan turut berusaha
menangani beberapa masalah yang dihadapi oleh bangsa dan negara. Masalah yang
sangat besar dan perlu ditangani segera adalah akibat semakin besarnya jumlah
penduduk. Mereka memerlukan pangan, sandang, papan, pelayanan kesehatan,
pelayanan pendidikan, penyediaan lapangan kerja, keamanan dan lain-lain kebutuhan
bagi kesejahteraan hidupnya.Di seluruh dunia tekanan akibat semakin banyaknya
penghuni planet bumi ini semakin dirasakan.Dalam usahanya untuk hidup lebih enak dan
kecukupan manusia sejak zaman purbakala telah memanfaatkan dan menggunakan alam
lingkungannya.Penggunaan nalar dan akalnya telah mendudukkan manusia sebagai
penakluk dan pengatur alam sekitarnya bagi kemudahan hidupnya.Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi pada pertengahan dan akhir abad ke-20 ini begitu dahsyat dan
menakjubkan sehingga seakan-akan seluruh masalah dapat dipecahkan olehnya.
Namun, tidak dapat disangakal lagi bahwa karena sebagian terbesar kehidupan 5
miliar manusia pada tahun 1987 (tahun 2015 sebanyak 7 miliar) ini masih tergantung dari
dukungan alam sekitarnya maka penggunaan sumber alam ini semakin intensif dan
ekstensif. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi yang dibarengi dengan
pertumbuhan industri secara besar-besaran untuk mengikuti permintaan bermilyar-milyar
orang tadi, telah mengakibatkan semakin menurunnya mutu alam lingkungan hidup
manusia tadi.Manusia melupakan bahwa daya dukung planet bumi untuk memberikan
kehidupan terbatas.
Akhir-akhir ini malapetakaberupa banjir, kekeringan, pencemaran air, tanah
maupun udara, kenaikan atau penurunan suhu panas di beberapa daerah, dan keracunan
oleh pestisida dan lain-lain telah banyak diberitahukan oleh media massa.Ancaman ini
dari segala aspeknya perlu kita sadari dan kita hadapi untuk dipecahkan.Manusia tidak
mungkin tidak bertambah terus. Pada tahun 1987 ini sudah 5
diperkirakan mendekati 7 miliar, kalau pertumbuhan manusia tetap seperti tahun1998sekarang, pada tahun 2025 jumlah manusia di planet bumi sudah akan mencapai lebih
dari 12 miliar orang, untuk dapat memberi makan kepada 12 miliar orang ini bumi harus
diolah lebih intensif dan ekstensif lagi.
Keadaan sekarang sudah mendekati titik krisis. Hal ini terjadi karena dulu
kekuatan besar saling mendukung dan memperkuat ialah :
1. Pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak terbatas di atas suatu tempat dengan daya
dukung terbatas untuk menghidupinya dan menampung sampah hasil kehidupannya.
2. Teknologi tidak terbatas yang dibarengi dengan sikap manusia untuk mendominasi
dan menghabiskan alam lingkungannya
Krisis yang mengancam sistem kehidupan di planet bumi ini perlu kita hadapi dan
pecahkan bersama.Pertumbuhan penduduk harus kita atur.Sikap kita untuk tidak
bertanggung jawab dalam mengeksploitasikan dan mendominasikan alam lingkungannya
perlu kita ubah.
Dalam hal ini perlu kita teruskan kepada generasi muda kita, generasi yang
mewarisi baik buruknya pengolahan sistem kehidupan di bumi ini.
1.2 PerumusanMasalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka penulisan makalah ini
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa Tinjauan Falsafah Hubungan Manusia dan Alam Lingkungannya.
2. Apa Tindakan yang Perlu dilakukan Untuk Menghadapi Krisis.
3. Apa, Mengapa, dan Tujuan PKLH.
4. Apa Pendidikan Kependudukan.
5. Apa Pendidikan Lingkungan Hidup.
6. Apa Perbedaan dan Persamaan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup.
7. Batasan tentang Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup.
1.3 TujuanPenulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
sebagainya sehingga semakin lama maka alam akan semakin rusak seiring dengan
pertambahan populasi manusia.
2.1 Tinjauan Falsafah Hubungan Manusia dan Alam Lingkungannya
Laporan hasil studi The Club of Rome (1971) memprediksikan bahwa sekitar
tahun 2050 sistem kehidupan di bumi akan menghadapi total coilape kalau 5 faktor
pendukung kehidupan manusia tetap secara eksponensial seperti sekarang perlu kita
perhatikan pertumbuhan penduduk, peningkatan produksi pangan, peningkatan produksi
industri, penggunaan sumber alam dan pencemaran lingkungan saling mempengaruhi
dan berhubungan. Laporan hasil studi tersebut yang dapat dibaca dalam The Limmits to
Growth memang mencemaskan.Namun laporan yang dikemukan oleh Minajlo dan
Eduard Peste (1978) dalam Mankind at The Turning Point lebih memberikan harapan
untuk pemecahan masalah pertumbuhan. Kita harus waspada dan mulai sekarang juga
mengatasi krisis kehidupan manusia dengan merencanakan kehidupan hari depan sebagai
perencanaan pertumbuhan yang organik dan segera meninggalkan cara kehidupan yang
membiarkan adanya pertumbuhan eksponensial ( peningkatan pertumbuhan yang berupa
persentase tetap terhadap keseluruhan pada suatu waktu tertentu).
Penyebab adanya pertumbuhan eksponensial dapat dilihat dari konsep tentang
hubungan manusia dengan alam dan lingkungannya.
Konsep yang datang dari Barat adalah adanya konsep Manusia Lawan Alam,
atau Manusia Penakluk Alam.Sedangkan konsep yang datang dari Timur adalah
Manusia dalam Keserasian dan Keseimbangan Alam.
Konsep tentang Manusia Lawan Alam mendasari pelaksanaan hubungan antara
manusia dengan alam lingkungannya selama berabad-abad.Konsep ini seakan-akan
menjadi dasar falsafah sekuler sejarah.Dalam falsafah ini jalan peradaban manusia dapat
dilihat sebagai gerakan, suatu evolusi dari waktu manusia harus tunduk pada dan diatur
oleh alam sampai ke titik terjadi kebalikannya dan manusia mengatur alam
lingkungannya.
Penilaian ini sangat erat hubungannya dengan keinginan untuk memperbaiki
kehidupan
manusia
itu
sendiri
dengan
mengembangkan
seni
dan
ilmu
pengetahuan.Pikiran ini lambat laun dalam abad 18 dan 19 berkembang menjadi pikiran
tentang kemajuan yang sering dilihat sebagai pelepasan diri dari alam atau penguasaan
alam oleh manusia.
Menurut Clarence J Glacken dalam tulisannya Man Against Mature An Outmoded
Concept, konsep tentang Manusia Lawan Alam mempunyai dua tradisi ialah : (1) tradisi
yang diambil dari Buku Perjanjian Lama, terutama Genesis I dan (2) tradisi dari zaman
modern yang diambil dari falsafah Francis Bacon.
Dalam Genesis I 2028 diadakan perbedaan antara tindakan Tuhan Yang Maha Esa
terhadap manusia itu sendiri. Pada semua makhluk hidup dianjurkan untuk bertambah
dan berkembang biak begitu pula kepada manusia. Namun manusia harus menguasai
ikan di alam, burung diangkasa dan semua makhluk hidup yang bergerak di atas bumi,
perintah Tuhan Yang Maha Esa ini diperkuat sesudah banjir besar dan permulaan hidup
baru bagi manusia dengan Nabi Nuh, tiga orang anaknya dan istrinya. Tampaknya
manusia patuh melaksanakan perintah Tuhan Yang Maha Esa ini. Mereka menambah
jumlah dan berkembang biak sehingga pada tahun 1987 jumlah manusia sudah mencapai
5 milyar. Di samping itu mereka juga patuh menguasai alam lingkungannya dengan
makhluk hidup yang bergerak diatasnya.Sampailah manusia kepada krisis kehancuran
alam, pencemaran air tanah dan udara, pembuatan nuklir, perusakan hutan dan lain
sebagainya.Ajaran ini mendapat kelanjutan sampai sekarang seperti dapat dibaca dalam
Pope Paulsvi and Encylical letter (1967).
Menurut Clarence J. Glacken penguasaan alam melalui ilmu pengetahuan lebih
banyak bersumber pada falsafah modern yang dikemukakan oleh Francis Bacon,
Descartes dan Leibnitz. Bacon mengemukakan dalam karyanya The New Atlantis
bahwa ilmu pengetahuan harus dikembangkan secara aktif dan menganjurkan penemuan
baru untuk merubah dan menguasai alam sesuai dengan kebutuhan manusia.
Konsep tentang manusia lawan alam sebagai pandangan falsafah terhadap
hubungan manusia dengan alam perlu diperbaharui.Perlu diperkenalkan suatu konsep
tentang hubungan timbal balik ekologis.Pengertian dan konsep ecosystem tampaknya
konsep yang perlu dioperasionalkan.Konsep tentang ecosystem ini menjadi dasar bagi
pemahaman tentang pertumbuhan penduduk dunia, dampak pembaharuan teknologi,
konservasi, pencemaran dan perlindungan alam.Dari konsep manusia lawan alam dapat
dimanfaatkan bagian yang mengemukakan perbedaan antara manusia dan makhluk hidup
lainnya, terutama manusia sebagai pelaksana dan peserta pengelolaan alam
lingkungannya.
Peran manusia pada bidang teknologi sebagai pembaharu, pengawet dan
tindakannya secara konservatif dapat lebih mudah dimengerti dalam setting ekologi yang
harmonis dari pada dalam setting yang berlawanan.Tempat manusia dalam alam
lingkungan harus menjadi fokus dari sintesis yang baru.
2.2 Tindakan yang Perlu untuk Menghadapi Krisis
Krisis kependudukan, krisis alam lingkungan, krisis energi, krisis pangan perlu kita
hadapi dan kita tangani.Kita harus mengerti penyebabnya, sifatnya, hubungan timbal
baliknya. Menurut Mahajlo Mesarovic dan Eduard Pestel dalam Mankind at the
Turning Point penanganan berbagai krisis tersebut adalah :
1. Krisis ini tidak sifat sementara, namun cenderung merupakan bagian yang tidak
terpisah dari pola pembangunan.
2. Pemecahan masalah ini hanya dapat dipecahkan dalam konteks global dan atas
perencanaan jangka panjang. Untuk itu perlu perubahan yang besar misalnya dengan
adanya tata perekonomian dunia baru dan sistem penjatahan dalam pembagian sumber
alam secara adil.
3. Pemecahan tidak dapat dicapai melalui sistem kehidupan dan cara tradisional,
misalnya hanya memperhatikan satu aspek tertentu dalam pembangunan ialah
pembangunan ekonomi. Yang diperlukan adalah suatu integritas yang penuh dari
semua strata yang berhubungan dengan pembangunan dunia, suatu pemersatuan
secara serentak dari semua aspek dalam evolusi manusia untuk memperbaiki nasibnya
dari sikap dan nilai individual ke kondisi ekologis dan lingkungan hidup yang
harmonis.
4. Krisis ini masih dapat ditangani, tidak melalui konfrontasi namun melalui koperasi.
Pemecahan masalah dipusatkan pada apa yang perlu dilakukan agar
pertumbuhan eksponensial dapat diubah menjadi pola pertumbuhan organik. Terutama
yang menyangkut perubahan sikap dan nilai individu diperlukan.
a. Setiap individu di mana saja ia berada harus dijadikan World conscious ia adalah
anggota dari masyarakat dunia. Kelaparan yang menimpa suatu daerah di Afrika
misalnya harus dirasakan juga oleh orang Afrika atau Jerman seakan-akan kelaparan
tersebut terjadi di daerahnya sendiri.
b. Suatu etika baru harus diajarkan terhadap penggunaan bahan dari sumber alam.
c. Sikap yang menekankan pada adanya harmoni dengan alam lingkungan perlu
ditanamkan, bukan sikap untuk menaklukkan. Karena mereka adalah bagian dari
alam.
d. Setiap orang harus mampu menghayati makna hidup di dunia ini selain sebagai
makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Agar sikap dan nilai tersebut di atas dapat berhasil ditanamkan pada setiap individu,
terutama pada generasi muda diperlukan suatu program pendidikan yang pada saat ini
dikenal dengan nama Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH).
pendidikan
kependudukan
memungkinkan
pelajar
untuk
memiliki
BAB III
PENUTUP
Dengan adanya Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup maka
diharapkan berbagai lapisan masyarakat turut serta dalam pembangunan dan
pemerataan jumlah penduduk dan tidak apatis terhadap jumlah pertumbuhan
masyarakat di Indonesia. Masalah-masalah diantaranya adalah peningkatan pencemaran
sumber daya alam dan lingkungan oleh karena itu berbagai pihak harus turut serta
dalam melakukan penghematan penggunaan sumber daya alam agar dapat kita nikmati
bersama hingga keturunan anak cucu kita.
3.1 Kesimpulan
Dari Pembahasan yang telah dipaparkan dalam makalah ini maka dapat
disimpulkan bahwa latar belakang dari diadakannya Pendidikan Kependudukan dan
Lingkungan Hidup ini bertujuan untuk meminimalisir tingkat pencemaran sumber daya
alam dan lingkungan serta masalah-masalah sosial jika terjadi pertambahan jumlah
penduduk, pemusatan jumlah penduduk serta ketidak merataannya ketahanan sosial,
ekonomi dan politik yang akan berdampak pada ketahanan dan keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia
3.2 Saran
Saran yang dapat kami berikan selaku penyusun adalah,pemerintah hendaknya
memfasilitasi program transmigran yang sudah dijalankan. Terkadang dalam
prakteknya perlu pengawasan, apakah dalam kehidupannya masyarakat transmigran
mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Pemertaan sektor-sektor Ekonomi ke daerah-daerah, serta pemaksimalan
pemanfaatan Sumber Daya Alam daerah masing-masing untuk memenuhi kebutuhan
hajat masyarakat sekitar, agar tidak lagi terjadi urbanisasi karena didaerah kekurangan
lapangan pekerjaan.