Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN HASIL RANGKUMAN

MODUL MATA KULIAH ETIKA PROFESI


PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI/SISTEM
KOMPUTER

Dibuat untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah


Etika Profesi program studi Sistem Informasi dengan
dosen pengampu : Ahmad Muhazir, ST, M.Kom, CEC, CIISA

Disusun Oleh :
Tiofani Br Hutapea 21220175
Rika Dani 21220129

SISTEM INFORMASI 4-A

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA


DAN KOMPUTER ROYAL KISARAN
2023

1
KATA PENGANTAR

Rasa syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, serta shalawat dan salam kepada
Nabi Muhammad SAW, karena berkat karunia-Nya kami dapat menyusun kembali modul ini
dengan merangkum nya dengan baik dan selesai tepat pada waktunya. Rangkuman ini
merupakan Resume Modul Etika Profesi.

Dibuatnya rangkuman ini bertujuan untuk memenuhi tugas etika profesi dari dosen
pengampu mata kuliah. Selain itu, rangkuman ini juga bertujuan untuk memberikan
tambahan wawasan bagi kami sebagai pembuat rangkuman dan bagi para pembaca agar lebih
mudah dalam memahami disetiap materi yang ada.

Kami selaku pembuat rangkuman tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Ahmad Muhazir, ST, M.Kom, CEC, CIISA selaku dosen mata kuliah Etika Profesi
dan Ibu Wan Mariatul Kifti M.M selaku dosen wali kelas sistem informasi 4-A STMIK
ROYAL KISARAN. Dan Tidak lupa bagi pihak-pihak lain yang telah mendukung kami
dalam pembuatan rangkuman modul etika profesi ini kami juga mengucapkan terima kasih.

Terakhir, kami menyadari bahwa rangkuman ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka
dari itu kami membutuhkan kritik dan saran yang bisa membangun kemampuan kami, agar
kedepannya bisa membuat rangkuman dengan lebih baik lagi. Semoga rangkuman ini
bermanfaat bagi para pembaca, dan bagi kami khususnya sebagai pembuat rangkuman.

Kisaran, 24 Juni 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii

KONSEP DASAR ETIKA...................................................................................................1


KONSEP DASAR PROFESI..............................................................................................4
ETIKA PROFESI.................................................................................................................6
ETIKA PROFESI TEKNLOGI INFORMASI..................................................................8
ORGANISASI PROFESI..................................................................................................10
CYBER CRIME.................................................................................................................11
UNDANG-UNDANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK.............................12
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................13

ii
RESUME MODUL MATA KULIAH
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI/SISTEM KOMPUTER
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN
KOMPUTER (STMIK) ROYAL KISARAN

KONSEP DASAR ETIKA

Secara etimologis, kata "etika" berasal dari bahasa Yunani kuno "ethikos" yang berarti
"moral" atau "akhlak". Dalam bahasa Indonesia, kata "etika" mengacu pada konsep dan
prinsip-prinsip moral yang mengatur perilaku manusia. Dalam penggunaan sehari-hari, "etika"
sering digunakan untuk merujuk pada standar moral yang diterima oleh individu atau
kelompok dalam suatu profesi, organisasi, atau masyarakat.
Etika dalam konteks ini mencakup aturan, nilai-nilai, dan prinsip-prinsip yang mengatur
bagaimana seseorang seharusnya bertindak, berinteraksi dengan orang lain, dan memenuhi
tanggung jawabnya. Jadi, dalam bahasa Indonesia, "etika" memiliki arti yang mirip dengan
pengertian dalam filsafat, yaitu kajian mengenai moralitas dan perilaku manusia, serta
normanorma yang mengatur tindakan-tindakan yang dianggap baik atau buruk, benar atau
salah.
Istilah ethikos dimaknai sebagai watak kesusilaan atau adat kebiasaan, yang biasanya
berkaitan erat dengan moral. Etika dan moral memiliki kaitan erat, dan sering kali kedua
istilah ini digunakan secara bergantian. Namun, terdapat perbedaan subtil antara keduanya.
Moral merujuk pada seperangkat nilai-nilai, norma, dan prinsip-prinsip yang mengatur
perilaku manusia dan menentukan apa yang dianggap benar atau salah. Moralitas
berhubungan dengan pandangan dan keyakinan individu atau kelompok tentang bagaimana
seharusnya bertindak dan bagaimana seharusnya memperlakukan orang lain. Sementara itu,
etika adalah kajian sistematis tentang moralitas.
Etika mencoba untuk memahami dan menganalisis dasar-dasar moralitas, menyelidiki
pertanyaan-pertanyaan moral, dan mengembangkan teori dan kerangka kerja yang dapat
digunakan untuk memahami, mengevaluasi, dan mengambil keputusan moral. Dalam konteks
yang lebih luas, etika juga melibatkan refleksi filosofis dan pertimbangan rasional terhadap
masalah-masalah moral. Etika berusaha untuk menawarkan argumen dan penalaran yang
dapat digunakan dalam membahas pertanyaan-pertanyaan moral yang kompleks dan

1
memecahkan dilema moral yang sulit. Jadi, moralitas adalah konsep praktis yang
berhubungan dengan nilainilai dan prinsip-prinsip yang mengatur perilaku, sementara etika
merupakan disiplin ilmiah yang mempelajari dan menganalisis dasar-dasar dan teori-teori
moralitas serta memberikan landasan untuk memahami dan mengevaluasi tindakan dan
keputusan moral. Konsep etika sebagai ilmu juga ditekankan dalam buku yang ditulis
Aristoteles “Etika Nikomacheia” yang menyatakan istilah terminius techicus yaitu etika
dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan
manusia.
Dan didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ditegaskan pula mengenai etika sebagai
ilmu yaitu sebagai berikut:
• Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak).
• Etika adalah kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
• Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Ada beberapa Pendekatan yang disebutkan oleh Bartens (2013) mengenai etika adalah
sebagai berikut :
• Etika deskriptif berusaha untuk menggambarkan perilaku moral yang ada dalam
masyarakat, mengidentifikasi norma dan nilai-nilai moral yang diikuti, serta menjelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku moral individu dan kelompok.
• Etika normatif berusaha untuk merumuskan aturan moral dan panduan yang
mengindikasikan apa yang dianggap baik atau benar, serta menguraikan kewajiban dan
tanggung jawab moral individu dan kelompok.
• Metaetika mencoba untuk memahami aspek ontologis (apa yang sebenarnya ada dalam
pernyataan moral), epistemologis (bagaimana kita dapat mengetahui atau membenarkan
pernyataan moral), dan semantik (bagaimana pernyataan moral memperoleh makna).

Menurut A. Sonny Keraf (dalam Ruslan, 2011:33), etika dapat dibagi menjadi dua
bagian yaitu etika umum dan etika khusus. Pertama, etika umum yang berbicara mengenai
kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia
mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip dasar moral yang menjadi
pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya
suatu tindakan. Kedua adalah etika khusus yang merupakan penerapan prinsip-prinsip dasar
moral dalam bidang kehidupan yang khusus.

2
Etika dalam implementasinya dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika pada
akhirnya membantu untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan
dan yang perlu dipahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau
sisi kehidupan. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak
secara tepat dalam menjalani hidup sejalan dengan kaidah norma yang berlaku pada kelompok
dimana ia berada.
Ilmu mengenai etika dilakukan dengan pendekatan deskriptif, normatif dan metaetika.
Pendekatan deskriptif menekankan kepada penyampaian fakta-fakta sedangkan pendekatan
normatif melangkah lebih jauh dengan melakukan penilaian terhadap fakta-fakta tersebut.
Adapun pendekatan metaetika lebih menekankan kepada pengkajian kata-kata (premis) etis.
Secara umum, teori-teori mengenai etika berkembang atas dasar penalaran rasional yang
terbatas kepada pencapaian kepentingan atau tujuan hidup manusia, seperti : egoisme,
hedonisme, utilitarianisme, deontologi, teonom.

3
KONSEP DASAR PROFESI

Profesi adalah bidang pekerjaan yang melibatkan pengetahuan, keterampilan, dan


kompetensi khusus dalam suatu disiplin tertentu. Profesi membutuhkan pendidikan dan
pelatihan yang berkelanjutan untuk memperoleh keahlian yang diperlukan. Para profesional
dianggap memiliki tingkat pengetahuan yang mendalam dan kemampuan khusus dalam
bidang tertentu, serta diharapkan untuk mengikuti standar etika dan bertindak dengan
integritas dalam melaksanakan tugas-tugas mereka.
Profesi memiliki tanggung jawab terhadap masyarakat atau klien yang dilayani. Mereka
memberikan layanan, nasihat, atau melakukan pekerjaan yang kritis dan kompleks, seringkali
dalam lingkup yang melibatkan kepentingan dan kesejahteraan orang lain. Profesi juga dapat
memiliki badan pengatur atau asosiasi profesional yang menetapkan standar dan aturan yang
harus diikuti oleh para praktisi dalam bidang tersebut. Profesi memiliki reputasi yang baik
karena mereka dianggap memiliki keahlian, pengetahuan, dan kompetensi khusus dalam
bidang mereka, serta berkomitmen pada standar etika yang tinggi. Profesi sering kali diatur
dan dilindungi oleh undang-undang atau peraturan, yang membantu memastikan bahwa
praktisi memenuhi persyaratan dan menjalankan praktik mereka dengan cara yang
bertanggung jawab dan etis.
Sebuah profesi baru dapat dikatakan dijalankan secara profesional apabila memenuhi
beberapa kriteria berikut :
1. Pengetahuan dan Keterampilan : Para praktisi dalam profesi tersebut harus memiliki
pengetahuan yang memadai dan keterampilan yang diperlukan dalam bidang tersebut.
Mereka harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang teori, prinsip, dan praktik
yang relevan dengan profesi baru tersebut.
2. Etika dan Standar Profesional : Profesi baru harus memiliki kode etik atau standar
profesional yang jelas yang mengatur perilaku dan praktik para praktisi. Praktisi dalam
profesi tersebut harus mengikuti prinsip-prinsip etika yang tinggi, bertindak dengan
integritas, kejujuran, dan keadilan dalam menjalankan tugas-tugas mereka.
3. Pendidikan dan Pelatihan : Profesi baru harus memiliki program pendidikan dan pelatihan
yang memadai untuk mempersiapkan para praktisi. Pendidikan dan pelatihan ini harus
mencakup pemahaman yang mendalam tentang bidang tersebut, serta pengembangan
keterampilan praktis yang diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas profesi dengan baik.

4
4. Pengakuan dan Lisensi : Profesi baru sering kali membutuhkan pengakuan resmi dari
badan pengatur atau pemerintah. Para praktisi mungkin perlu memperoleh lisensi atau
sertifikasi yang mengkonfirmasi kualifikasi mereka dalam menjalankan profesi tersebut.
5. Pengembangan Profesional : Profesi baru harus mendorong pengembangan profesional
yang berkelanjutan. Para praktisi harus berkomitmen untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan kompetensi mereka melalui pendidikan, pelatihan, dan pengalaman
praktis yang berkesinambungan.
6. Layanan dan Kepentingan Publik : Profesi baru harus memiliki fokus pada pelayanan dan
kepentingan publik. Para praktisi harus berorientasi pada memberikan manfaat dan
menjaga kesejahteraan masyarakat atau klien yang dilayani oleh profesi tersebut.

Melalui pemenuhan kriteria-kriteria ini, sebuah profesi baru dapat dijalankan secara
profesional dan diakui oleh masyarakat sebagai entitas yang dapat dipercaya dalam
memberikan layanan atau melaksanakan pekerjaan yang spesifik dan penting. Didalam etika
terkandung etika umum yang memiliki makna universal, serta etika khusus yang sifatnya
individual dan sektoral. Etika khusus terdiri dari etika individual yang obyeknya adalah
perseorangan dan etika sosial yang mengatur normal dan moral dalam hubungan manusia
dalam pergaulan sosial.

5
ETIKA PROFESI

Etika profesi merupakan bidang etika khusus atau terapan yang merupakan produk dari
etika sosial. etika secara definitif adalah cabang ilmu yang berisi sistem dan pedoman nilai
yang berkaitan dengan konsepsi benar salah yang berlaku di suatu komunitas. Sedangkan
profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang didasarkan pada suatu kompetensi khusus,
berbasis intelektual, praktikal dan memiliki standar keprofesian tertentu yang
membedakannya dari profesi lainnya. Dengan demikian definisi dari etika profesi merupakan
pedoman nilai berperilaku yang disepakati pada tatanan suatu profesi. Etika profesi
merupakan sikap etis yang menjadi bagian integral dari sikap hidup dalam menjalankan
kehidupan sebagai pengemban profesi.
Berten (2013:165) melakukan dua pendekatan moral yang dapat ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari yaitu etika kewajiban dan etika keutamaan.
1. Etika kewajiban mempelajari prinsip-prinsip dan aturan-aturam moral yang berlaku untuk
setiap perbuatan.
2. Etika keutamaan mempelajari keutamaan yang artinya, sifat watak asli yang dimiliki
manusia.

Seorang professional tidak hanya terikat pada kode etik profesi namun juga memiliki
kewajiban untuk menjalankannya. Perilaku dan tindakan seorang professional harus mengacu
kepada nilai-nilai yang terkandung didalam kode etik pada profesinya.
Kode etik profesi merupakan sekumpulan peraturan yang sistematis yang mengatur
perilaku dan tindakan para penyandang profesi. Dan perlu diketahui kode etik profesi
merupakan lanjutan dari norma-norma yang lebih umum yang telah dibahas dan dirumuskan
dalam etika profesi. Kode etik berisi prinsip-prinsip dasar kode etik dan etika profesi yang
sudah didiskusikan dan disepakati dengan itikad baik demi ketertiban dalam menjalankan
profesinya. Sifat dan orientasi rancangan kode etik seharusnya singkat, sederhana, logis,
konsisten, jelas, rasional, praktis dan dapat dilaksanakan, komprehensif dan lengkap, bersifat
positif dalam penyusunannya.
Kode etik mencegah perbuatan tidak professional, dan jika itu terjadi maka akan
beresiko diterapkannya sanksi pelanggaran etik. untuk mewujudkan nilai-nilai moral yang
dianggap hakiki harus membuat kode etik dalam setiap profesi. Syarat yang harus dipenuhi
agar kode etik dapat berhasil dengan baik adalah bahwa pelaksanaannya harus diawasi terus
menerus.

6
Tujuan penyusunan kode etik & perilaku profesional juga untuk memberi pedoman bagi
anggota asosiasi dalam aspek-aspek etika dan moral, terutama yang berada di luar jangkauan
hukum, undang-undang dan peraturan-peraturan yang berlaku.
Sigit (2012:128) menuliskan bahwa tuntutan profesionalisme berhubungan dengan
suatu kode etik untuk masing-masing profesi. Kode etik tersebut menjabarkan beberapa
prinsip etika tertentu yang berlaku untuk suatu profesi, yang bersifat minimal. Secara umum,
menurutnya, kode etik akan mengarahkan para pelaku profesi untuk memiliki karakteristik
dasar professional seperti : bertanggung jawab, bersikap adil, bersikap obyektif dan
independen, berintegritas moral, dan kompeten.
Ketika terjadi pelanggaran-pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh seorang
penyandang profesi maka terdapat sejumlah penerapan sanksi yang bisa dikenakan yaitu
sanksi moral dan sanksi dikeluarkan dari organisasi. Adanya kode etik bertujuan agar suatu
profesi dapat dijalankan dengan profesional dengan motivasi dan orientasi pada keterampilan
intelektual serta berargumentasi secara rasional dan kritis serta menjunjung tinggi nilai-nilai
moral. Oleh karena itu maka dibutuhkan adanya usaha-usaha untuk meningkatkan kode etik
dengan cara menyosialisiasikan dokumen kode etik kepada orang yang menyandang profesi
yang bersangkutan; melakukan promosi etika professional, dan; memberikan sanksi disipliner
yang melanggar kode etik.

7
ETIKA PROFESI TEKNLOGI INFORMASI

Fenomena Teknologi Informasi, Profesor Norbert Wiener (1950) mengatakan bahwa


suatu ketika pengintegrasian teknologi komputer ke dalam masyarakat akan menimbulkan
"revolusi industri yang kedua". Integrasi teknologi informasi ke dalam masyarakat telah
membawa dampak besar pada perubahan perilaku di hampir dalam seluruh sektor kehidupan
manusia. Perubahan signifikan juga terjadi pada cara manusia berpikir, baik itu dalam usaha
pengidentifikasian masalah, problem solving, perencanaan, maupun juga dalam pengambilan
keputusan. Perubahan yang terjadi pada paradigma manusia sebagai salah satu akibat adanya
perkembangan teknologi tersebut, sedikit banyak akan membawa pengaruh pada pelaksanaan
dan cara pandang manusia terhadap etika dan norma-norma dalam kehidupannya.
Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat melahirkan banyak bermunculan
jenis profesi di bidang TI. Profesional di bidang TI berbeda dengan pekerja kebanyakan yang
sama-sama menggunakan perangkat teknologi, dimana kompetensi menjadi salah satu yang
membedakannya. Selain memberikan manfaat positif, dewasa ini banyak profesional TI yang
menyalahgunakan kemampuannya untuk melanggar nilai dan norma yang ada di masyarakat.
Hal ini yang mendasari perlunya kesadaran dikalangan professional untuk mengetur perilaku
para professional tersebut dalam suatu tatanan etika profesi di bidang TI.
Meskipun pada dasarnya kemajuan teknologi informasi memiliki banyak keunggulan,
namun tidak dapat dipungkiri bahwa banyak sekali ekses negatif yang ditimbulkannya.
Penipuan transaksi elektronik, munculnya perilaku antisosial, penurunan kualitas kehidupan
keluarga, pembobolan informasi rahasia, penyebaran foto-foto dan video pribadi manipulasi
data, berkurangnya privasi seseorang, serta kejahatan internet (cybercrime) yang berkembang
sangat pesat menjadi bukti bahwa kemajuan teknologi informasi juga membutuhkan
seperangkat etika dalam menjalankannya.
Jenis profesi di bidang Teknologi Informasi (TI) sangat beragam karena menyesuaikan
dengan skala bisnis dan kebutuhan pasar. Pengklaasifikasian professional di bidang IT
didasarkan kepada jenis dan kualifikasi pekerjaan yang ditanganinya. Berikut ini adalah
penggolongan pekerjaan di bidang teknologi informasi yang berkembang belakangan ini.
Secara umum, pekerjaan di bidang Teknologi Informasi setidaknya terbagi dalam 4 kategori
sesuai bidang pekerjaannya.
1. Kategori pertama, adalah mereka yang bergelut di dunia perangkat lunak (software) baik
mereka yang merancang sistem operasi, database maupun sistem aplikasi. Pada kategori ini

8
terdapat pekerjaan-pekerjaan seperti :Web programmer, System Analyst, Web designer,
Programmer.
2. Kategori kedua, adalah para professional IT yang bekerja di bidang hardware (perangkat
keras). Pada kategori ini terdapat pekerjaan-pekerjaan seperti : Technical engineer,
Networking Engineer.
3. Kategori ketiga, adalah para profesionl IT yang berkecimpung dalam operasional sistem
informasi. Pada kategori ini terdapat pekerjaan-pekerjaan seperti : MIS Director, EDP
Operator, System Administrator.
4. Kategori keempat adalah para professional yang berkecimpung di pengembangan bisnis
Teknologi Informasi, diantaranya adalah para game developer, graphic designer, animator
dan banyak lagi.

Teknologi informasi merupakan teknologi yang digunakan untuk mengolah data,


termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam
berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan,
akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan
dan merupakan informasi yang strategis untuk mengambil keputusan.
Dalam perspektif teknologi informasi, kode etik profesi memuat kajian ilmiah mengenai
prinsip atau norma-norma dalam kaitan dengan hubungan antara professional atau developer
TI dengan klien, antara para professional sendiri, antara organisasi profesi serta organisasi
profesi dengan pemerintah. Dengan kode etik ini maka para professional akan menjaga
integritasnya sebagai seorang pelaku di bidang teknologi informasi.
Perusahaan dan organisasi menetapkan suatu ukuran kompetensi minimal yang harus
dimiliki oleh seorang professional, kompetensi menjadi syarat untuk dapat melaksanakan
pekerjaan dengan baik, Kompetensi sendiri merupakan kemampuan seseorang yang
mencakup kepada pengetahuan, keahlian dan perilakunya. Setiap jenis pekerjaan harus
memperhatikan kualifikasi utama, yaitu technical knowledge dan technical skill, selain itu
yang harus dipenuhi adalah kemampuan analythical thinking dan orientasi kualitas yang
tinggi, stamina bekerja dalam jangka waktu yang lama serta perhatian pada detil yang juga
tinggi.

9
ORGANISASI PROFESI

Organisasi profesi adalah kumpulan individu yang memiliki kesamaan profesi/pekerjaan


yang saling bekerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan profesional. Atau bisa juga dikatakan
bahwa organisasi profesi merupakan organisasi yang keanggotaannya diisi oleh para praktisi
yang menetapkan diri mereka sebagai profesi dan bergabung bersama untuk menjalankan
fungsi-fungsi profesinya.
Manusia merupakan sekumpulan individu yang berkelompok dalam tatanan social dan
saling membentuk komunitas baik yang sifatnya formal maupun informal yang mempunyai
tujuan untuk pencapaian keuntungan finansial (profit oriented) maupun nirlaba yang sifatnya
adalah orientasi sosial. Salah satu pengelompokkan sosial yang wujud di masyarakat adalah
organisasi profesi. Organisasi profesi menjadi bagian dari perkembangan sebuah profesi
dalam proses profesionalisme untuk mengembangkan profesi kearah status professional yang
diakui oleh pemerintah dan masyarakat pengguna jasa profesi tersebut.
Organisasi pada hakikatnya digunakan sebagai wadah dimana individu-individu
bekumpul, dan bekerjasama secara terencana, terorganisir, sistematis, terpimpin dan
terkendali dalam norma-norma yang sudah disepakati dan diformalisasikan.
Manfaat organisasi profesi misalnya dapat menjadi wadah perkumpulan sosial bagi para
professional yang berasal dari profesi yang sama, merumuskan kode etik profesi, menetapkan
standar kompetensi profesi serta memperjuangkan tegaknya kebebasan dan kesejahteraan
profesi bagi para anggota, memberikan perlindungan bagi para anggotanya, mengatur tata
kelola perilaku dan interaksi baik dengan sesama anggota maupun antar anggota profesi
dengan masyarakat lainnya.
Fungsi-fungsi sebuah organisasi profesi yaitu :
a. Mengelola keanggotaan.
b. Menjadi wadah bagi anggota untuk memperbaharui pengetahuan sesuai perkembangan.
c. Mengembangkan dan memajukan profesi dengan memberikan kesempatan yang sama
kepada seluruh anggota untuk berperan aktif.
d. Menetapkan standarisasi pelaksanaan dan mengeluarkan sertifikasi profesi bagi
anggotanya.
e. Merumuskan kebijakan etika profesi yang harus ditaati oleh para anggota.
f. Memberi sanksi bagi anggota yang melanggar etika profesi.

10
CYBER CRIME

Cybercrime merupakan bentuk-bentuk kejahatan yang ditimbulkan karena pemanfaatan


teknologi internet dapat pula didefinisikan sebagai perbuatan melawan hukum yang dilakukan
dengan menggunakan internet yang berbasis pada kecanggihan teknologi komputer dan
telekomunikasi.
Ancaman terhadap Penggunaan Internet (Bernstein et.al., 1996):
1. Menyamar (masquerade)
2. Pengulang (reply)
3. Manipulasi data (data manipulation)
4. Kesalahan Penyampaian (misrouting)
5. Pintu jebakan atau kuda Trojan (trapdoor)
6. Virus (viruses)
7. Pengingkaran (repudiation)
8. Penolakan Pelayanan (denial of service)
9. Menguping (eavesdropping)

Perbuatan yang dilakukan secara ilegal, tanpa hak atau tidak etis tersebut terjadi di
ruang/wilayah maya (cyberscpace), sehingga tidak dapat dipastikan yurisdiksi hukum negara
mana yang berlaku terhadapnya. Perbuatan tersebut dilakukan dengan menggunakan peralatan
apapun yang bisa terhubung dengan internet.

11
UNDANG-UNDANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK

Ada beberapa hal dalam UU ITE agar lebih hati-hati dalam beraktivitas di dunia maya :
1. Jangan membuat, membagikan atau memberikan akses konten bermuatan kesusilaan.
2. Jangan sembarangan mengancam, memeras dan memcemarkan nama baik seseorang.
3. Jangan Sembarangan Menyadap.
4. Muatan perjudian.
5. Pencemaran nama baik.
6. Berita Hoax.
7. Hate speech atau ujaran kebencian.
8. Melindungi Privasi Pribadi.
9. Menghormati Hak Cipta orang.
10. Menjaga Etika dalam Komunikasi.
11. Menjaga Keamanan Digital.

Berikut adalah penjelasan singkat mengenai Pasal 1, 27, 28, dan 29 dalam Undang-
Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) di Indonesia :

Pasal 1 : Definisi dan Ruang Lingkup


Pasal 1 UU ITE memberikan definisi dan ruang lingkup UU ITE itu sendiri. Pasal ini
menjelaskan bahwa UU ITE berlaku untuk segala bentuk transaksi elektronik, komunikasi
elektronik, dan/atau informasi elektronik yang dilakukan menggunakan sistem elektronik.

Pasal 27 : Penyebaran Informasi Palsu


Pasal 27 UU ITE mengatur tentang larangan penyebaran informasi yang menyesatkan atau
informasi palsu yang dapat menimbulkan kerugian atau keonaran publik. Tindakan
penyebaran informasi palsu ini dapat dikenai sanksi pidana.

Pasal 28 : Penyebaran Ujaran Kebencian


Pasal 28 UU ITE melarang penyebaran ujaran kebencian atau penghinaan terhadap suku,
agama, ras, dan antargolongan (SARA) melalui media elektronik. Penyebaran ujaran
kebencian dapat dikenai sanksi pidana.

Pasal 29 : Ancaman, Penghinaan, atau Pencemaran Nama Baik


Pasal 29 UU ITE mengatur tentang larangan melakukan ancaman, penghinaan, atau
pencemaran nama baik terhadap orang lain melalui media elektronik. Tindakan tersebut dapat
dikenai sanksi pidana.

12
DAFTAR PUSTAKA

File Menkoinfo
https://web.kominfo.go.id/sites/default/files/users/4761/UU%2019%20Tahun%202016.pdf

Menkoinfo https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/4419/Menkominfo
%3A+Pasal+27+Ayat+3
+ UU+ITE+Tidak+Mungkin+Dihapuskan/0/berita_satker

13

Anda mungkin juga menyukai