Anda di halaman 1dari 2

Nathanael/17/9C

Lukas 15 :11-32 (Perumpamaan tentang anak yang hilang)

Bapa ibu saudara saudari yang terkasih dalam kristus. Dalam kisah perumpamaan tentang
anak yang hilang diceritakan tentang seorang bapa, anak sulung yang taat kepada bapanya
dan anak bungsu yang hanya meminta harta kekayaan bapanya lalu pergi menghabisoan
semuanya. Dari tiga tokoh dalam injil Lukas ini kita belajar:

1. Anak bungsu : dari anak bungsu kita belajar bahwa kalau kita sudah jatuh dalam
dosa kita seharusnya bertobat dan mengakui kesalahan sehingga pulang kembali ke
jalan yang benar
2. Anak sulung : dari anak sulung kita belajar jangan suka membanding bandingkan diri
kita dengan orang lain. Hidup bukan untuk memberikan kesenangan pada otang lain
tapi sejauh mana kita berguna bagi orang lain
3. Bapa : dari Bapa kita belajar ADALAH suatu kebahagiaan tersendiri jika suatu benda
yang sudah lama hilang,akhirnya kita temukan kembali. Sama seperti Allah, sejauh
manapun kita berdosa, Allah tetap akan menerima kita kembali dengan penuh suka
cita.

Kita termasuk anak bungsu dan anak sulung dalam kisah ini dimana kita sering kali jatuh
dalam dosa. Allah Bapa tidak mau kita menderits selamanya, makanya Bapa menunggu kita
kembali pulang kerumahnya. Bapa yang maha rahim mencintai kita umatnya untuk untuk
kembali ke jalan yang benar.

Matius 25 : 14-30 (Perumpamaan tentang talenta)

Bapa ibu dan saudara saudari yang terkasih dalam kristus. Sering kali kita lupa bahwa
segala yang kita miliki merupakan anugerah dari Tuhan. Keluarga, sahabat, pekerjaan,
hingga talenta adalah anugerah yang Tuhan percayakan. Semuanya itu harus disyukuri dan
dikelola dengan sebaik-baiknya sebagai tanggung jawab serta ucapan syukur kepada-Nya.

Misalnya, saya mempunyai talenta bernyanyi, maka saya harus dapat mensyukuri dan
mengelolanya dengan baik dan bijaksana dengan cara apa? dengan cara misalnya
mengikuti koor, sehingga talenta yang kita miliki bisa berguna bagi diri sendiri, gereja dan
sesama. Hendaknya kita bersyukur pada Tuhan dalam bentuk pelayanan dan persembahan
atas talenta yang telah diberikan.

Talenta itu adalah anugerah dan kehormatan. Tuhan memberikan kepercayaan, tetapi
terkadang kepercayaan itu malah dianggap hanya sebagai beban oleh kita. Bukankah dalam
kehidupan kita saat ini Tuhan juga telah memercayakan talenta kepada kita masing-masing?
Marilah kita mengelolanya sebagai persembahan kepada Tuhan dengan penuh rasa syukur.

Matius 8 : 5-13 (Yesus menyambuhkan seorang yang sakit kusta)

Bapak ibu dan saudara saudari yang terkasih dalam Kristus, dalam injil Matius 8 : 5-13
dikisahkan tentang seorang yang sakit kusta datang pada Yesus. Penyakit kusta tidak hanya
menyerang badan tapi juga secara spiritual dimana dikatakan yang rakyat di kota itu
berdosa dan najis. Pada zaman Yesus orang yang sakit kusta disebut orang yang Tuhan
atas dosa-dosanya. Akibatnya seseorang yang diserang sakit kusta diasingkan terpinggirkan
dan terbuang.

Mungkin kita seringkali juga mengasingkan cara menjauhi teman yang memiliki kekurangan.
Pernah juga mungkin dalam kehidupan sehari-hari kita menjumpai orang yang mempunyai
kekurangan namun sekali kita mengucilkan mereka. Maka dari itu hendaknya kita bersikap
seperti Yesus.

Mungkin kita juga akan merasa jijik bila bertemu dengan orang yang sakit kusta. Namun,
berbeda dengan Yesus, Yesus datang dan menyembuhkannya. Penyembuhan yang Yesus
lakukan memberi tanda kepada orang banyak tentang kuasa-kuasa Ilahi yang dimiliki Yesus
sedangkan kemauannya banyak orang dusta merupakan suatu tanda tentang cinta kasih
dan bila rasa Yesus yang sangat besar.
Hendaknya kita juga menunjukkan kasih kita kepada mereka yang kurang beruntung.

Yakobus 2 : 14-26 (Iman dan Perbuatan)

Bapak Ibu dan saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus. Tidaklah cukup kita
mengatakan kepada seorang yang kehilangan rumah, harta bendanya akibat banjir dengan
berkata “saya turut prihatin”. Hendaknya kita perlu menunjukan kepedulian dengan berbuat
sasuatu untuk meringankan beban mereka. Demikian juga halnya dengan iman. Jika iman
itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.

Mari kita melaksanakan perintahnya, tidak hanya dengan kata kata tetapi dengan perbuatan
nyata yang merubah sikap kita.

Anda mungkin juga menyukai