Anda di halaman 1dari 5

Nama : Essuy K.

A Pit’ay

Nim : 712019051

IBADAH MINGGU, 20 FEBRUARI 2022

GKJ AMBARAWA

(MINGGU BIASA VI – MINGGU KE-7 SETELAH EPHIFANI (HIJAU))

TEMA BULANAN : Hidup Sebagai Orang yang Dipulihkan

TUJUAN :

1. Umat mengetahui bahwa Allah mengasihi manusia dalam segala keterbatasannya.


2. Umat bersedia hidup untuk mengasihi sesama sebagai wujud ucap syukur atas kasih yang telah
di terima.

TEMA MINGGUAN/JUDUL KHOTBAH : Dikasihi Tuhan Untuk Mengasihi Sesama

DAFTAR BACAAN :

 Bacaan I : Kejadian 45:3-11,15


 Tanggapan : Mazmur 37:1-11, 39-40
 Bacaan II : 1 Korintus 15:35-38, 42-50
 Bacaan Injil : Lukas 6:27-28

LINK VIDEO SIMULASI :


TEKS KHOTBAH :

Dikasihi Tuhan Untuk Mengasihi Sesama

Selamat pagi, Bapa/ibu yang terkasih, syalom salam sejahtera untuk kita semua. Kiranya, kita
semua dalam keadaan sehat baik secara jasmani maupun rohani. Pepata mengatakan bahwa “Tak
Kenal Maka Tak Sayang”, untuk itu saya mohon izin untuk memperkenalkan diri. Nama saya, Essuy
Kristis Adekas Pit’ay (KIKI) asal saya Nusa Tenggara Timur – So’e. Saya adalah mahasiswi Fakultas
Teologi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Saat ini saya menjalankan akan praktik pendidikan
lapangan (PPL) yang ke-4 di GKJ Ambarawa, dengan fokus pelayanan pada pastoral, diakonia dan
pelayanan dewasa. Dan dikesempatan hari ini, saya diberi kesempatan untuk dapat melayani
bapak/ibu saudara semua, dalam ibadah minggu hari ini. Untuk itu, saya mengucapkan “Matur Nuhun
Sangat” (Terima kasih banyak), kepada bapak/ibu saudara sekalian yang berkenan menerima saya
untuk dapat melayani pada ibadah pagi ini di GKJ Ambarawa.

Bapa/ibu, yang terkasih tema kita dalam ibadah saat ini adalah Dikasihi Tuhan Untuk Mengasihi
Sesama. Ketika melihat tema ini, kata yang menarik perhatian saya adalah satu kata yakni “Kasih”. Kata
kasih bukanlah suatu kata yang terdengar asing bagi kita semua. Secara umum “kasih” berarti suatu
keadaan dimana adanya perasaan sayang, kepada sesuatu baik itu kepada manusia atau benda. Secara
sederhana kata “kasih” dapat dikatakan sama dengan kata “cinta” yang berarti suka, sayang. Akan
tetapi, bapak/ibu kata “kasih” itu lebih dalam dari “cinta”. Kenapa kasih lebih dalam? Karena kalau
mencintai itu hanya dapat kita lakukan pada sesuatu atau seseorang yang sudah atau pernah kita
lihat/kenal, sedangkan kalau mengasihi itu dapat dilakukan kepada sesuatu yang belum pernah
dilihat/dikenal.1 Bapak/ibu yang terkasih, didalam Tuhan Yesus Kristus sebagai manusia kita
menyadari bahwa kita adalah orang-orang yang berdosa. Dan dalam keberdosaan kita sebagai
manusia, Allah hadir melalui kasih-Nya dan menjadikan kita sebagai sasaran utama dari karya
penyelamatan Allah, supaya kita tidak binasa karena dosa-dosa kita.

Karena Kasih Allah inilah, manusia dipanggil untuk dapat melakukan apa yang disebut dengan
“kasih”. Bagaimana manusia melakukan kasih itu? Dengan cara membagikan kasih Allah yang ia terima
kepada sesamanya, sehingga sesamanya juga merasakan kasih Allah. Secara Teologis, hukum yang
mengatur hal ini adalah hukum kasih (Mat 22:37-40), dan hukum kasih ini sering bapak/ibu saudara
jumpai dalam ibadah-ibadah. Disini jelas, bahwa kasih kepada Allah harus diikuti dengan kasih kepada
sesama. Sehingga ada keseimbangan disini, kasih yang berjalan dua arah Vertikal dan Horizontal.,
Vertikal (kasih kepada Allah), Horizontal (kasih kepada sesama). Karena tidak mungkin kita dapat
mengasihi Allah kalau kita tidak dapat mengasihi sesama kita.

Dalam Kejadian 45:3-11, 15 menggambarkan tentang Yusuf yang memperkenalkan dirinya


kepada saudara-saudaranya. Yusuf adalah anak Yakub yang ke-11, ia hadir sebagai anak yang
mendapatkan kasih yang lebih dari ayahnya. Sehingga ini membuat saudara-saudaranya menjadi benci
terhadap Yusuf. Mereka membuat rencana untuk menyingkirkan Yusuf, mereka membohongi ayahnya

1
Rencan C. Marbun., “Kasih Dan Kuasa Ditinjau Dari Perspektif Etika Kristen”, Tarutung: Institusi Agama Kristen Negeri Tarurung,
Jurnal Teologi “Cultivation” 3 (1), 2019, 1.
bahwa Yusuf telah diterkam oleh binatang buas dengan bukti jubah Yusuf yang penuh darah. Tapi
ternyata, mereka menjual Yusuf kepada orang Ismail dan Yusuf dijual ke Mesir sebagai budak.
Bapak/ibu yang terkasih, Yusuf bekerja dari menjadi seorang budak ia naik menduduki jabatan
tertinggi di Mesir setelah Firaun itu semua karena penyertaan Tuhan. Dimana apapun yang Yusuf
kerjakan Tuhan selalu menyertai sehingga selalu berhasil. Yusuf disegani oleh semua orang, sampai
pada bencana kelaparan dan kekeringan yang terjadi, yang kemudian mempertemukan yusuf bersama
saudara-saudaranya. Dalam pertemuan itu, ada waktu dimana Yusuf memperkenalkan dirinya,
saduara-saudaranya mengira ia sudah mati tapi ternyata tidak (Ay 3-4). Dalam pertemuan itu Yusuf
tidak mara, dan benci terhadap suadaranya melainkan ia memahami bahwa keberadaannya di mesir
menjadi bagian dari rencana Allah untuk tetap memelihara hidup saudara-saudaranya dan Ayahnya
dari bencara kelaparan dan kekeringan itu (Ay 5-8).

Mazmur 37:1-11, 39-40 “Kebahagiaan orang fasik semu”. Bapak/ibu yang terkasih, kitab
Mazmur adalah serangkaian ucapan yang mengandung petunjuk tentang hikmat Rohani. Dalam pasal
37 ini, pemazmur hendak mengajarkan bahwa umat Tuhan harus tetap hidup benar dihadapan Allah
dalam setiap keadaannya. Ia menekankan bahwa orang fasik pada akhirnya akan dijatuhkan dan
kehilangan segala sesuatu yang telah mereka peroleh di dunia, sedangkan orang benar yang tetap setia
kepada Allah akan mengalami pertolongan Allah serta mewarisi keselamatan. Karena itulah wujud
kasih Allah kepada orang benar.

1 Korintus 15:35-38, 42-50 “Kebangkitan Tubuh”. Di sini Rasul Paulus memulai suatu
pembahasan mengenai pengajaran tentang apa yang berkaitan dengan kebangkitan orang mati.
Dimana, orang yang mati secara tubuh jasmani/manusiawi akan dibangkitkan dengan memakai tubuh
yang dari sorga. Tubuh dari sorga ini yakni tubuh yang dibangkitkan oleh Allah dari kematian yang
disatukan kembali dengan jiwa dan roh orang itu. Sehingga kita pada konteks saat ini, perlu
memahami bahwa suatu kematian tidak akan menguasai hidup orang yang percaya kepada Allah.
Bapak/ibu yang terkasih, manusia mengalami peristiwa kematian disebabkan karena dosa yang sudah
menguasai kehidupannya. Akan tetapi, manusia patut untuk bersyukur kepada Allah, karena Kasih
Allahlah Ia memulihkan kehidupan kita sebagai manusia, dengan karya keselamatan yang Ia nyatakan
dalam peristiwa penyaliban dikayu salib.

Lukas 6:27-28 “Kasihilah Musumu”, pengajaran tentang perintah untuk mengasihi musuh,
berbuat baik kepada yang membenci kita, sampai pada perumpamaan untuk memberikan pipi yang
satunya ketika pipi yang satu ditampar merupakan perintah baru dari Yesus kepada manusia. Yesus
hendak menekankan bagaimana kita harus hidup berdampingan dengan sesama. Ajaran Yesus tentang
mengasihi musuh jauh berbeda dengan ajaran pada masa perjanjian lama (sebelum kedatangan Yesus)
yang penuh dengan balas dendam dsb. Perintah untuk mengasihi musuh adalah prinsip yang Yesus
tanamkan ketika Ia berada di dalam dunia. Sehingga para pengikut-Nya, menjadikan prinsip ini sebagai
acuan untuk menjalani hidup sesuai dengan Kehendak Allah. Yakni hidup yang warnai dengan kasih
dengan saling mengasihi yang didasarkan pada Kasih Allah.
Bapa ibu saudara yang kekasih didalam Tuhan kita Yesus Kristus, melalui rangkaian pembacaan
Alkitab yang sudah kita uraikan kita dapat melihat, keterkaitan antara cerita tentang Yusuf, kemudian
pengajaran pemazmur tentang kehidupan orang fasik, pengajaran rasul Paulus tentang kebangkitan
Tubuh sampai pada kitab Injil yang menggambarkan prinsip kehidupan yang Yesus tanamkan pada
pengikutNya. Bacaan ini, Sama-sama menekankan tentang betapa besar Kasih yang Allah nyatakan
dalam kehidupan kita umat manusia, melalui karya keselamatan kepada kita. Bapak ibu yang terkasih,
keberadaan kita sebagai manusia yang berdosa membuat kita menjadi tidak sanggup untuk
menyelamatkan diri kita kita butuh seorang penyelamat, dan dengan kemurahan Allah ia memberikan
kepada kita seorang penyelamat Yaitu Yesus Kristus yang mengorbankan diriNya mati dikayu Salib
demi menebus dosa kita (bapak/ibu dan saya) sebagai orang berdosa.

Rasul Paulus menyatakan orang percaya ketika mati ia akan dibangkitkan dengan tubuh dari
Sorga, dan ini adalah anugerah yang besar dari Allah kepada kita umat manusia yang percaya kepada-
Nya. Oleh sebab itu, bapak ibu jika Kasih dan anugerah ini kita dapati maka kita sebagai umat Tuhan
perlu menghayatinya dengan menyadari akan panggilan kita. Panggilan untuk, melakukan hal-hal yang
baik untuk, sesuai dengan kehendak Tuhan. Dengan cara menyatakan Kasih yang sudah di terima dari
Allah kepada sesama kita, lingkungan kita (dirumah, digereja dll), kepada orang yang membenci kita
dan sebagainya sekalipun dia adalah musuh kita. Kisah Yusuf menjadi satu kisah yang menarik untuk
kita perhatikan bersama, karena kita bisa melihat sejauh mana Kasih yang Yusuf tunjukan kepada
saudara-saudaranya. Walau sebenarnya secara manusiawi, ketika disakiti pasti ada rasa dendam sakit
hati dsb namun Yusuf tidak seperti itu, Yusuf menunjukan sikap yang sangat luar biasa ia tetap
mengasihi saudaranya karena baginya, semua ini sudah berada dalam rencana Allah. Hal itu nyata bahwa
Allah turut berperan dalam proses hidupnya. Meski Yusuf harus menderita, tapi Tuhan selalu menyertai
dan memberkatinya. Karena ia juga bekerja sesuai dengan apa yang benar dihadapan Allah.

Sama seperti yang dikatakan oleh pemazmur bapak ibu, ketika orang yang percaya kepada Allah
dapat menjaga hidupnya dalam setiap kondisi untuk tetap sesuai dengan kehendak Allah, maka Allah pasti
akan menolong dan menyelamatkan mereka dari orang-orang yang berbuat jahat kepada mereka. Dan hal
seperti ini dinyatakan dalam kehidupan Yusuf, dimana Yusuf berhasil membagikan Kasih Allah yang ia
terima atau rasakan kepada saudara-saudaranya walaupun dulunya dia disakiti oleh saudaranya sendiri.
Bapak ibu yang terkasih, demikian pula dengan pengajaran Yesus dalam Lukas 6: 27-28, dimana Tuhan
Yesus memberikan pengajaran untuk mengasihi musuh dan berbuat baik kepada mereka yang
membenci, bahkan meminta berkat bagi orang yang mengutuk. Pertanyaan bagi kita? Apakah kita
bapak ibu dan saya mampu mengasihi sesama kita yang membenci kita, mengutuk dan lain
sebagainya! Kalau saya, saya tidak mampu mengasihi musuh saya, sekali benci yah benci banget. Tapi
bacaan Injil Lukas pada saat ini mengajarkan kepada kita untuk memiliki sikap mengasihi sekalipun
kepada musuh kita. Tuhan memberikan perumpamaan Sekalipun ditampar pipi kanan, berikanlah juga
pipi kiri. Karena itulah gambaran hidup dengan kasih yang tidak berbatas dan penuh kesabaran yang
Tuhan inginkan dalam hidup kita.
Bapak ibu yang terkasih, sebagai pengikut Kristus dimasa kini kita dipanggil untuk mengasihi
sesama kita. Kenapa? Karena kita adalah orang-orang yang dikasihi oleh Allah. Apa gunanya kita
mengasihi? Ada beberapa poin yang saya catat :

1. Karena dengan kita mengasihi orang lain tentu ia akan merasakan Kasih dari Allah yang kita
rasakan;
2. Dengan kita mengasihi hidup orang itu akan dipulihkan;
3. Kita sudah mempraktektan Kasih itu;
4. Karya keselamatan itu bisa dirasakan oleh semua orang.

Oleh sebab, itu sebagai orang percaya dimasa kini mari nyatakan kehidupan dengan berlandaskan
pada KASIH ALLAH. AMIN TUHAN YESUS MEMBERKATI

Anda mungkin juga menyukai